PDB

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Produk Domestik Bruto (PDB)
Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang
digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau
buruk. Indikator dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan
untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam
perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran
tersebut adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, PDB juga mengukur
dua hal pada saat bersamaan: total pendapatan semua orang dalam perekonomian
dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari
perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan
pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan,
pendapatan pasti sama dengan pengeluaran. Pengertian dari PDB adalah nilai
pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam sebuah negara pada
suatu periode. Namun, dalam PDB terdapat beberapa hal yang tidak disertakan
seperti nilai dari semua kegiatan yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan
dan distribusi pendapatan. Oleh sebab itu, PDB per kapita yang merupakan
besarnya PDB apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk di suatu negara
merupakan alat yang lebih baik yang dapat memberitahukan kita apa yang terjadi
pada
rata-rata
penduduk,
standar
16
hidup
dari
warga
negaranya(Mankiw,2006:5,6,22,23).
PDB (yang ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas empat komponen :
konsumsi (c), investasi (I), belanja negara (G), dan ekspor neto,yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(NX): Y = C + I + G + NX. Persamaan ini merupakan persamaan identitas,
sebuah persamaan yang pasti benar dilihat dari bagaimana variabel - variabel
persamaan tersebut dijabarkan. Komponen tersebut ialah :
1.
Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga.
2.
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
3.
Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan
barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat
(federal).
4.
Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri
oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh
warga negara (impor) (Mankiw,2006:11-13).
Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi
oleh perubahan harga, menggunakan PDB riil yang menilai produksi barang dan
jasa pada harga tetap. PDB riil menggunakan harga tahun pokok yang tetap untuk
menentukan nilai produksi barang dan jasa dalam perekonomian. Karena PDB riil
tidak dipengaruhi perubahan harga, perubahan PDB riil hanya mencerminkan
perubahan jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Jadi, PDB riil merupakan
17
ukuran produksi barang dan jasa dalam perekonomian(Mankiw,2006:15-16).
Selain PDB riil, alat ukur yang lain yaitu PDB nominal. PDB nominal
mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa
sekarang. PDB nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah
barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa
tersebut.
2.1.2 Konsep Suku Bunga
Pada prinsipnya, tingkat suku bunga adalah harga atas penggunaan uang
yang biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Suku
bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga
nominal adalah rate yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah
konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga
nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Tingkat suku bunga juga
digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga
tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi
masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat
suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan
kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat
pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
Terdapat banyak teori tentang suku bunga, akan tetapi pada tulisan ini oleh
penulis hanya akan dikemukakan teori-teori yang dianggap penting untuk diketahui,
yaitu :
18
2.1.2.1 Teori Klasik
Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori
permintaan penawaran terhadap tabungan.
Teori ini membahas tingkat suku
bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran
daripada investable fund yang bersumber dari tabungan. Fungsinya yang menonjol
dari uang dalam teori ekonomi klasik, adalah sebagai alat pengukur nilai dalam
melakukan transaksi, sebagai alat pertukaran untuk memperlancar transaksi
barang dan jasa, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan hutang-piutang yang
menyangkut masa depan.
Teori ekonomi klasik mengasumsikan, bahwa perekonomian senantiasa
berada dalam keadaan full employment.
Dalam keadaan full employment itu
seluruh kapasitas produksi sudah dipergunakan penuh dalam proses produksi.
Oleh karena itu, kecuali meningkatkan efisiensi
dan mendorong terjadinya
spesialisasi pekerjaan, uang tidak dapat mempengaruhi sektor produksi. Dengan
perkataan lain sektor moneter, dalam teori ekonomi klasik terpisah sama sekali
dari sektor riil dan tidak ada pengaruh timbal balik antara kedua sektor tersebut.
2.1.2.2 Teori Keynesian, Preferensi Liquiditas
Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity
prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan
fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya
tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.
Dalam Konsep Keynes, alternatif penyimpangan kekayaan terdiri dari
surat berharga dan uang tunai. Asumsi Teori Keynes adalah dasar pemilikan
19
bentuk penyimpangan kekayaan adalah perilaku masyarakat yang selalu
menghindari risiko dan ingin memaksimumkan keuntungan.
Menurut Keynes, besarrnya tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga
bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat bunga. Ia terutama tergantung
dari besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu. Makin besar jumlah
pendapatan yang diterima oleh suatu rumah tangga, semakin besar pula jumlah
tabungan yang akan diperolehnya. Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu
tidak mengalami kenaikan atau penurunan, perubahan yang cukup besar dalam
tingkat bunga tidak akan menimbulkan pengaruh yang berarti keatas jumlah
tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga dan bukannya tingkat bunga.
Teori permintaan uang Keynes menekankan kepada berapa besar proporsi
kekayaan yang dipegang dalam bentuk uang. Berbeda dengan teori klasik, teori
Keynes mengasumsikan bahwa perekonomian belum mencapai tingkat full
employment. Oleh karena itu, produksi masih dapat ditingkatkan tanpa mengubah
tingkat upah maupun tingkat harga-harga. Dengan menurunkan tingkat suku
bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan produksi nasional.
Dengan demikian, setidaknya untuk jangka pendek, kebijaksanaan moneter dalam
teori Keynes, berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Setelah
perekonomian berada dalam keadaan full employment, barulah kebijaksanaan
moneter tidak dapat lagi berperan untuk meningkatkan produksi nasional. Dengan
demikian jelaslah bahwa teori Keynes adalah teori ekonomi jangka pendek
sebelum mencapai full employment.
20
2.1.3 Konsep Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang
berlaku. Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara
ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada
suatu tahun tertentu (Priadi, 2000). Fungsi penting komponen ekspor dari
perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan
nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju
pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan
kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan
(Jhingan, 2000).
Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri lalu dijual di luar negeri (Mankiw, 2009). Ditinjau dari sudut pengeluaran,
ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Gross Nasional Product
(GNP), sehingga dengan berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat
secara langsung juga akan mengalami perubahan. Di lain pihak, tingginya ekspor
suatu negara akan menyebabkan perekonomian tersebut akan sangat sensitif
terhadap keguncangan-keguncangan atau fluktuasi yang terjadi di pasaran
internasional maupun di perekonomian dunia (Irham dan Yogi, 2003).
Suatu negara dapat mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila
barang tersebut diperlukan negara lain dan mereka tidak dapat memproduksi
barang tersebut atau produksinya tidak dapat memenuhi keperluan dalam negeri.
Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk
21
mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasaran luar negeri.
Maksudnya, mutu dan harga barang yang diekspor tersebut haruslah paling sedikit
sama baiknya dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Cita rasa
masyarakat di luar negeri terhadap barang yang dapat diekspor ke luar negara
sangat penting peranannya dalam menentukan ekspor sesuatu negara. Secara
umum boleh dikatakan bahwa semakin banyak jenis barang yang mempunyai
keistimewaan yang sedemikian yang dihasilkan oleh suatu negara, semakin
banyak ekspor yang dapat dilakukan (Sukirno, 2006).
Menurut Mankiw (2009), berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
ekspor, impor, dan ekspor neto suatu negara, meliputi:
1.
Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar
negeri.
2. Harga barang-barang di dalam dan di luar negeri.
3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk
membeli mata uang asing.
4. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negri.
5. Ongkos angkutan barang antarnegara.
6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
2.1.4 Konsep Investasi Asing Langsung
Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi menurut Todaro
(2000) bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan
dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai investasi. Suparmoko dan
Maria R (2000) menyatakan investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
22
menambah atau mempertahankan persediaan capital (capital stock). Persediaan
capital ini terdiri dari pabrik- pabrik, mesin-mesin kantor dan barang tahan
lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan
capital adalah rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau
dipakai pada tahun yang bersangkutan.
Investasi Asing Langsung adalah sebagai investasi jangka panjang yang
dilakukan secara langsung oleh investor atau perusahaan asing di dalam suatu
bidang usaha warga negara tuan rumah. Investasi asing langsung merupakan
investasi yang stabil dalam jangka panjang, sehingga membantu dalam pemulihan
sektor ekonomi yang membutuhkan banyak dana dan penyerapan tenaga kerja
yang cukup luas. Investasi asing langsung menunjukkan kepercayaan investor
asing dalam melakukan kegiatan di sektor-sektor perekonomian Indonesia
sehingga mendorong capital inflow (arus modal masuk) Yati dkk, (2007:15).
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang
dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau
pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi pengeluaran - pengeluaran
sebagai berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan
perusahaan.
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah
23
dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
penghitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi
bruto,
yaitu
yang
meliputi
investasi
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang telah
didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai depresiasi maka
akan didapat investasi neto. Beberapa teori investasi yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya:
2.1.4.1 Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu Investasi akan
dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya
keuntungan yang diharapkan di satu pihak dan biaya penggunaan dana atau
tingkat bunga di pihak lain. Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang
sebesar 2% setiap bulan (atau 24% setahun), sedangkan keuntungan yang di
harapkan sebesar 50% maka investasi tersebut masih menguntungkan karena
keuntungan (kotor) yang diharapkan 50% jadi melebihi ongkos pendanaan dapat
dikatakana 50%-24% = 26% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha
tersebut “rasional”, investasi tersebut akan dilaksanakan secara ringkas;
1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar daripada tingkat bunga,
maka investasi dilaksanakan.
2. Jika MEC lebih kecil daripada tingkat bunga maka investasi tidak dilaksanakan.
3. Jika MEC = Tingkat bunga, maka investasi bisa dilaksanakan dan
tidak.
24
bisa
juga
Dari uraian di atas, di ketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi
yang diharapkan oleh para investasi ditentuakan oleh dua hal yaitu tingkat suku
bunga yang berlaku dan marginal efficiency of capital. Perilaku makro para
investor ini biasanya diringkas dalam suatu bentuk fungsi marginal efficiency of
capital atau fungsi investasi. Tiga hal yang perlu digarisbawahi mengenai fungsi
investasi; pertama fungsi tersebut mempunyai slope yang negative, artinya
semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi
yang diinginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk diperoleh
sebab posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat
singkat). Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat dipahami karena
posisinya sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan
bahwa MEC adalah keuntungan yang diharapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu
ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah
tersedianya dana investasi.
2.1.4.2 Teori Klasik: Pengaruh tingkat bunga terhadap investasi
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin
tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung.
Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong
untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk investasi guna
menambah tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari tingkat
bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga
semakin kecil. Alasan seseorang pengusaha akan menambah pengeluaran
investasi, apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari
25
tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi yang merupakan ongkos
untuk penggunaan dana (cost of Capital). Makin rendah tingkat bunga pengusaha
akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana
yang juga makin kecil.
2.1.4.3. Teori Keynes
John Maynard Keynes menyatakan “The social object of skilled
investment should be to defeat the dark forces of time and ignorance which
envelope our future”. Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk
menyediakan kebutuhan rumah tangga saat ini, sedangkan pengeluaran untuk
barang-barang investasi bertujuan meningkatkan standard hidup untuk tahuntahun mendatang. Investasi adalah komponen PDB yang mengkaitkan masa kini
dan masa depan. Belanja investasi memainkan peranan penting tidak hanya pada
pertumbuhan jangka panjang namun juga pada siklus bisnis jangka pendek.
Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah, sehingga hal tersebut
telah menarik minat para ekonom untuk mempelajari perilaku investasi untuk
memahami fluktuasi dalam output barang dan jasa perekonomian dengan lebih
baik. Model-model PDB seperti IS-LM, didasarkan pada fungsi investasi
sederhana yang mengkaitkan investasi dengan tingkat bunga riil: I = I(r ). Fungsi
itu menyatakan bahwa kenaikan tingkat bunga riil menurunkan investasi.
2.1.4.5. Teori Harrod-Domar
Teori investasi Harrod-Domar merupakan teori makro investasi dalam jangka
panjang. Menurut Harrod-Domar pengeluaran investasi mempunyai proses
multipiler terhadap penawaran agregat melaui pengaruhnya terhadap kapasitas
26
produksi. Setiap ada peningkatan stok kapital masyarakat (k) meningkatkan pola
kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output potensial (y). Hubungan
antara stok kapital (k) dengan output potensial (y) merupakan hubungan ekonomis
secara langsung, di sebut capital output ratio (COR). Misalnya jika 3 rupiah total
diperlukan untuk menghasilkan output total 1 rupiah maka setiap tambahan bersih
pada stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai
dengan rasio modal output tersebut. Harrod-Domar menitikberatkan bahwa
akumulasi kapital mempunyai peranan ganda yaitu menimbulkan pendapatan dan
memperbesar persediaan kapital. Secara sederhana teori Harrod-Domar, misalnya
pada suatu keseimbangan pada tingkat full employment income, maka untuk
memilihara keseimbangan dari tahun ke tahun dibutuhkan jumlah pengeluaran,
karna investasi tersebut harus cukup untuk menyerap kenaikan output yang
ditimbulkan.
2.1.5 Hubungan Variabel-Variabel Dalam Penelitian
2.1.5.1 Hubungan Nilai Total Ekspor dengan PDB di Indonesia
Pertumbuhan PDB yang tinggi dan berkelanjutan merupakan syarat yang
diperlukan bagi proses pembangunan ekonomi. PDB dapat digunakan untuk
menggambarkan suatu perekonomian yang mengalami perkembangan ekonomi
dan mencapai tingkat kemakmuran lebih tinggi serta dampak suatu kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. PDB
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu modal (capital), tenaga kerja (labor), tanah
(land), dan teknologi. Selain beberapa faktor diatas, terdapat faktor lain yang
langsung berpengaruh terhadap PDB adalah ekspor, dimana ekspor merupakan
27
arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar internasional.
Ekspor akan secara langsung memberi kenaikan penerimaan dalam pendapatan
suatu negara. Terjadinya kenaikan penerimaan pendapatan suatu negara akan
mengakibatkan terjadinya kenaikan tingkat PDB. Dengan kata lain ekspor akan
menyebabkan pertumbuhan PDB (Simpar,2010). Dalam teori ekonomi makro
(macroeconomic theory), hubungan antara ekspor dengan PDB merupakan suatu
persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat PDB.
Sedangkan dalam teori ekonomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel
tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan
lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara mampu mengerakkan
perekonomian secara keseluruhan dan pada akhirnya membuahkan kesejahteraan
bagi masyarakat (Oiconita, 2006).
Nilai ekspor dan PDB Indonesia selama periode waktu 1993-2012
mengalami
kenaikan
secara
riil.
Proporsi
komponen-komponen
dalam
perhitungan PDB sebagian besar bersumber dari komponen ekspor yang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu 47,01 persen (2006), 48,01
persen (2007), dan 49,56 persen (2008), hingga mencapai angka 71,33 persen
(2012). Laju pertumbuhan ekspor dan PDB di Indonesia selama periode waktu
1993-2012 mengalami pertumbuhan yang positif meskipun bersifat fluktuatif.
Dimana pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekspor mengalami penurunan dan laju
pertumbuhan PDB mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2006. Sedangkan
pada tahun 2008, laju pertumbuhan ekspor mengalami peningkatan dan laju
pertumbuhan PDB mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2007. Hal
28
ini berarti dalam laju pertumbuhan terjadi hubungan yang berbanding terbalik
antara ekspor dan PDB di Indonesia selama periode waktu 1993-2012. Sedangkan
dilihat dari sumber pertumbuhan, komponen yang memberikan sumbangan atau
kontribusi besar dalam perhitungan PDB di Indonesia dari tahun ke tahun adalah
ekspor, diikuti oleh impor, dan konsumsi rumah tangga. Hal ini berarti ekspor
sebagai penyumbang terbesar dalam perhitungan PDB tahun 2012 di Indonesia.
2.1.5.2 Hubungan PDB dengan Investasi Asing Langsung di Indonesia.
Konsep
produk
domestik
bruto
adalah
salah
satu
konsep
perhitungan akan pendapatan nasional yang paling penting dibandingkan dengan
konsep perhitungan pendapatan nasional lainnya. Produk domestik bruto dapat
diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam
negara dalam satu tahun tertentu (Sadono Sukirno,2004). Ada 3 pendekatan
dalam menghitung produk domestik bruto suatu negara, yaitu dengan pendekatan
pendapatan, pendekatan pengeluaran dan pendekatan produksi.
Produk domestik bruto dapat menggambarkan pendapatan nasional suatu
negara. Sadono Sukirno (2004) dalam bukunya menyatakan bahwa dengan
tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan mempengaruhi pendapatan
masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan
memperbesar
permintaan
terhadap
barang-barang dan jasa-jasa. Maka
keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong
dilakukannya lebih banyak investasi. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian
Yosi Eka Putri,SE (2006) mengenai Pengaruh Pertumbuhan ekonomi dan
Variabel Fiskal Terhadap investasi asing langsung di Indonesia. Melalui
29
penelitian ini ditunjukkan bahwa 96,16% dari investasi asing di Indonesia
dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Gambar 2.1 berikut akan menjelaskan
hubungan antara Pertumbuhan ekonomi melalui pendapatan nasional terhadapa
investasi asing langsung.
Gambar 2.1
Hubungan Pendapatan Nasional dengan Investasi
Sumber: Sadono Sukirno, 2004
Dalam Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada pendapatan nasional sebesar
Y0, besarnya investasi pada I0. Adanya kenaikan pada besarnya pendapatan
nasional pada Y1 maka investasi akan naik menjadi I1. Kenaikan
dalam
pendapatan nasional yang dapat diwakilkan dengan produk domestik bruto riil
akan menaikan jumlah investasi.
Besarnya
produk
domestik
bruto
suatu
negara
tiap
tahun
merupakan salah satu indikator pengukuran ekonomi mengenai besarnya pasar
yang dalam jangka panjang akan lebih besar menarik investasi asing langsung
(Kesit Bambang, 2003).
30
2.1.5.3 Hubungan Suku
Bunga
dengan
Investasi
Asing
langsung di
Indonesia.
Menurut Nopirin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh
peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan pada pemberi
pinjaman atas investasi. Suku bunga dibedakan menjadi
dua,
suku
bunga
nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah rate yang dapat
diamati di pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur
tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan
laju inflasi yang diharapkan. Dalam penelitian analisis kebijakan moneter
kaitannya dengan investasi asing langsung, pendekatan Taylor Rule yang
dilakukan oleh Sri Muwarni (2007), menyimpulkan bahwa variabel-variabel
yang terdapat dalam indikator kebijakan moneter seperti inflasi, tingkat suku
bunga, dan nilai tukar berperan dalam menjelaskan fluktuasi investasi asing
langsung di Indonesia. Selain itu, dalam jangka panjang kontribusi moneter
terhadap investasi asing langsung semakin kuat, karena kebijakan moneter
memiliki
lag
yang
lama
dalam
memberikan
dampak
terhadap
peningkatan investasi asing langsung.
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat suku bunga dan investasi
dapat menggunakan konsep efisiensi investasi marjinal atau dengan kurva
MEI dimana menjelaskan bahwa investasi akan dilakukan oleh investor jika
tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dengan tingkat suku bunga.
Mankiw (2003) menyebutkan bahwa fungsi investasi mengaitkan jumlah investasi
atau pada tingkat bunga riil r. Investasi bergantung pada tingkat bunga riil karena
31
tingkat bunga adalah biaya pinjaman. Fungsi investasi miring ke bawah:
ketika
tingkat
bunga
naik,
semakain
sedikit
proyek
investasi
yang
menguntungkan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.
Gambar 2.2
Kurva Marginal Eficiency of Investment
Sumber: Sadono Sukirno
Berdasarkan Gambar 2.2 dimana terdapat kurva MEI (marginal eficiency
of investment) menerangkan bahwa pada tingkat bunga sebesar r0 dengan tingkat
pengembalian modal sebesar r0 atau lebih, maka besarnya investasi sebesar I0.
Sedangkan jika tingkat suku bunga mengalami kenaikan sebesar r1
dengan
tingkat pengembalian modal sebesar r1 atau lebih, maka besarnya investasi yang
ada mengalami penurunan sebesar I1 (Sadono Sukirno, 2000).
2.1.5.4 Hubungan Nilai Total Ekspor dengan Investasi Asing Langsung di
Indonesia.
Penawaran ekspor dipengaruhi oleh investasi asing. Peningkatan investasi
asing secara langsung akan meningkatkan industrialisasi. Sebagai akibatnya,
32
jumlah barang yang diproduksi akan meningkat. Hubungan yang positif ini
memang masih menjadi perdebatan oleh sebagian pengamat. Hal ini disebabkan
oleh peluang terjadinya investasi asing langsung sangat tergantung dan
dipengaruhi oleh kebijakan negara penerima atau host country (Sarwedi,2002).
Sarwedi (2002) dalam penelitiannya yang berjudul “Investasi Asing Langsung di
Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya” bertujuan untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi asing langsung yang masuk
ke Indonesia. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa faktor GDP,
pertumbuhan ekonomi, dan ekspor menunjukan pengaruh positif dan signifikan
untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung di
Indonesia, sedangkan terhadap impor Indonesia selama periode penelitian
menunjukan hasil yang negatif dan signifikan.
Hubungan akan ekspor dengan terjadinya investasi dinyatakan juga oleh
Mankiw (2003) dalam bukunya menjelaskan dengan identitas perhitungan
pendapatan nasional dalam bentuk tabungan dan investasi, yaitu :
Y = C + I + G + NX.......................................................................(1)
Dimana dapat diubah menjadi,
Y – C – G = I + NX.......................................................................(2)
Dalam pendekatan ini Y – C – G = S, maka persamaan sebelumnya dapat diubah
menjadi,
S = I + NX ...................................................................................(3)
NX merupakan ekspor neto yang terdapat dalam neraca pembayaran,
sedangkan I merupakan investasi. Maka dapat diketahui besar kecilnya nilai total
33
ekspor akan mempengaruhi investasi di suatu negara
Mankiw (2003) dalam bukunya juga menyatakan bahwa jika suatu negara
yang menganut perekonomian terbuka memiliki arus modal neto positif yaitu
dimana jumlah tabungan domestik lebih besar dari jumlah investasi domestik
maka kelebihan dana dalam perekonomian akan keluar dari perekonomian,
dengan kata lain maka arus modal akan keluar dari dalam negeri. Tetapi jika suatu
negara dengan perekonomian terbuka memiliki arus modal neto negatif, maka
perekonomian mengalami arus modal masuk, atau dalam kata lain investasi
melebihi tabungan, dan perekonomian membiayai investasi ekstra ini dengan
meminjam dari luar negeri atau mengharapkan adanya investasi asing langsung
masuk.
Kenaikan atau penurunan rasio ekspor dan impor terhadap PDB akan
menunjukkan tingkat keterbukaan suatu negara. Dengan diketahui tingkat
keterbukaan ekonominya, maka jika suatu negara semakin terbuka terhadap
aktivitas ekonomi dari negara lain artinya semakin relatif terbuka/tinggi juga
negara lain untuk menginvestasikan modalnya di negara kita ini dan sebaliknya.
Sehingga keterkaitan keterbukan ekonomi dengan Investasi asing langsung adalah
semakin tinggi tingkat keterbukaan ekonomi (rasio ekspor dan impor terhadap
PDB) suatu negara semakin tinggi pula tingkat investasi asing langsung.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan nilai ekspor Indonesia ke pasar
internasional, karena dengan begitu value added-nya semakin meningkat dari
produk-produk nasional ini selain bahwa devisa yang dihasilkan dari sektor
ekspor ini sangat dibutuhkan untuk menambah pasokan devisa dari sisi supply
34
yang dapat digunakan untuk menahan gejolak nilai tukar rupiah.
Sektor impor pun masih diperlukan bagi Indonesia selain untuk memenuhi
kebutuhan bahan dasar produksi dalam negeri juga transfer teknologi dan
manajemen yang efektif.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 berikut menyajikan ringkasan penelitian yang dapat dijadikan
referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Judul Penelitian
1.
Kajian Mengenai
Pengaruh
Penanaman Modal
Asing Langsung
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Tabungan
Domestik di
Indonesia Tahun
1969-1997
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Basuki dan
Soelistyo
(2000)
Variabel dan Alat
Analisis
Kesimpulan
Variabel Dependen:
- Foreign Direct
Invesment
Seluruh
Variabel
Independen
Berpengaruh
Positif dan
Signifikan
kecuali
Variabel
Suku Bunga
Internasional
yang
Berpengaruh
Negatif dan
Signifikan.
Variabel Independen :
- Nilai Tukar
Dollar terhadap Rupiah
- Tenaga Kerja
Terdidik
- PDB per Kapita
- Pertumbuhan
Ekonomi
- Sumbangan
Industri Manufaktur
dalam PDB
35
2.
Investasi Asing
Sarwedi (2002)
Lansung di
Indonesia dan
Faktor yang
Mempengaruhinya
Variabel Dependen :
- Foreign Direct
Invesment
Variabel Independen :
- GDP
- Pertumbuhan
Ekonomi
- Upah Tenaga
Kerja
3.
Analisis
Sri Muwarni
Kebijakan
(2007)
Moneter
Kaitannya dengan
Penanaman Modal
Asing :
Pendekatan Taylor
Rule
Variabel Dependen:
36
Variabel
GDP,
Pertumbuhan
Ekonomi,
Upah Tenaga
Kerja, Nilai
Ekspor Total
memiliki
hubungan
positif dan
- Variabel
signifikan.
Stabilitas Politik
Sedangkan
- Nilai Ekspor
Stabilitas
Total
Politik
Alat analisis :
Model Ordinary Least memiliki
Square atau OLS
hubungan
dengan
negatif dan
Mengaplikasikan Error signifikan
Correction Model dan
Uji Kasualitas
Granger.
- Fluktuasi PMA
Variabel Independen:
- Inflasi
- Tingkat Bunga
- Nilai Tukar
Alat analisis :
Pendekatan Taylor
Rule.
Variabel
Inflasi paling
berperan
dalam
Menjelasan
Fluktuasi
PMA di
Indonesia
dibandingkan
dengan
Tingkat
Bunga dan
Nilai Tukar.
4.
5.
Analisis FaktorTri Rahayu
faktor yang
(2010)
Mempengaruhi
Penanaman Modal
Asing di
Indonesia
Pengaruh Total
Ekspor, Libor, dan
Upah Tenaga Kerja
Terhadap Investasi
Asing Langsung di
Indonesia
Variabel Dependen:
- Penanaman
Modal Asing
Variabel
Independen:
- PDB
- Suku Bunga
- Upah Pekerja
- Krisis Ekonomi
Bobby Kresna
Dewata dan I
Wayan Yogi
Swara (2012)
37
Variabel
PDB
berpengaruh
negatif dan
signifikan,
suku bunga
dan PDB
berpengaruh
positif dan
signifikan,
Alat analisis:
upah pekerja
Regresi Liniar Barganda berpengaruh
negatif dan
signifikan,
krisis
ekonomi
berpengaruh
positif tetapi
tidak
signifikan.
Variabel Dependen:
Secara
- Penanaman
parsial total
Modal Asing
ekspor
Variabel
berpengaruh
Independen:
positif dan
- Total Ekspor
signifikan,
- Libor
LIBOR tidak
- Upah Pekerja
berpengaruh,
Alat analisis:
dan upah
Regresi
tenaga kerja
Linear
berpengaruh
Berganda
negatif dan
signifikan
terhadap
investasi
asing.
Indonesia
tahun
1990-2012.
6.
7.
Analisis Pengaruh
Pengeluaran
Pemerintah dan
Defisit Anggaran
terhadap Investasi
di Indonesia
(1986-2008)
Analisis Pengaruh
PDB, inflasi,
suku bunga dan
krisis moneter
terhadap foreign
direct
investment (FDI)
di Indonesia
tahun 1981 - 2010.
Agustina
Variabel Dependen:
Endah
- Investasi
Wahyuningtyas
Variabel Independen:
(2010)
- Pengeluaran
Pemerintah
-
Defisit
Anggaran
- Suku Bunga
Alat analisis:
ECM
John
David
Lembong
2013
Variabel Dependen:
FDI
Variabel
Independen:
- (PDB)
-Inflasi
-Suku Bunga Kredit,
-Dummy krisis.
Alat analisis:
Regresi linear
berganda dengan
data time series.
38
Variabel
Pengeluaran
Pemerintah
berpengaruh
secara
negatif dan
signifikan
terhadap
investasi di
Indonesia.
Tetapi
Defisit
Anggaran
dan Suku
bunga
berpengaruh
tidak
signifikan
secara
statistik.
PDB tidak
berpengaruh
terhadap FDI,
sementara
Inflasi dan
Suku Bunga
Kredit
berpengaruh
negatif
terhadap FDI
dan adanya
krisis moneter
berpengaruh
negatif
terhadap FDI
di Indonesia.
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan yang
dikemukakan dalam perumusan masalah yang akan diuji kebenarannya.
Berdasarkan uraian perumusan masalah, teori, konsep, serta kerangka pemikiran
yang sebelumnya disajikan, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian
ini adalah :
Berdasarkan pokok masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, maka
dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji yaitu:
1) Diduga bahwa variabel PDB, Suku Bunga, dan Nilai Total Ekspor secara
serempak berpengaruh nyata terhadap Investasi Asing Langsung di
Indonesia periode 1993-2012.
2) Diduga bahwa variabel PDB dan Nilai Total Ekspor berpengaruh positif
dan signifikan, sedangkan variabel Suku Bunga berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 19932012.
3) Diduga bahwa Variabel Nilai Total Ekspor paling dominan berpengaruh
terhadap Investasi Asing Langsung di Indonesia periode 1993-2012
39
Download