1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara historis, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang multifungsi.Ia menjadi benteng pertahanan sekaligus pusat penyiaran (dakwah) Islam. Tidak ada data yang pasti tentang awal kehadiran pesantren di Nusantara (Ensiklopedi Islam, 2005).Baru setelah abad ke-16 diketahui bahwa terdapat ratusan pesantren yang mengajarkan kitab kuning dalam berbagai bidang ilmu agama seperti fikih, tasawuf, dan akidah.1 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua yang berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim di indonesia. Istilah pondok pesantren pertama kali di kenal di jawa, di aceh di kenal dengan langkah dan dayah, di sumatra barat dengan surau.2 . Pesantren merupakan lembaga yang mengiringi perjalanan da’wah islamiyah di indonesia ini mengesankan persepsi yang plural. Pesantren bisa di pandang sebagai lembaga ritual lembaga pembinaan mental, lembaga da’wah, dan 1 Ditulis oleh AM Fatwa (Wakil Ketua MPR RI), Masa Depan Pesantren, Republika, Sabtu, 26 Mei 2007 2 Achmad pathoni, meniti jalan pendidikan islam, (modernisasi pendidikan dipesantren), tulung agung, editor Drs achyak, M,Ag. Penerbit P3M STAIN TULUNGAGUNG, 2003, Hlm 341 2 paling populer adalah sebagai institusi pendidikan islam yang mengalami romantika kehidupan menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal.3 Menurud A.H. Jhons, kata santri berasal dari bahasa tamil yang berarti guru ngaji. Sedangkan C.C. berg berpendapat bahwa santri berasal dari bahasa india, yaitu: “shastri” yang berarti buku suci, buku-buku agama tentang pengetahuan. Kata pondok berarti rumah atau tempat tingggal sederhana yang terbuat dari bambu. Di samping itu kata pondok mungkin juga berasal dari bahasa arab, “ Funduq” yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan pesantren menurud pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri,4 Dengan demikian, perkataan pesantren adalah berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Untuk memperkuat pendapatan di atas, Soegarda Poerbakawatja juga menjelaskan, bahwa pesantren berasal dari kata santri, yaitu seorang yang belajar agama islam, sehingga pesantren dapat diartikan sebagai tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam.5Manfred Ziemek menyebutkan, bahwa asal etimologi dari pesantren adalah pe-santri-an, “tempat santri”.Santri atau murid (umumnya sangat berbeda-beda) mendapatkan pelajaran dari pimpinan pesantren (Kyai) dan 3 Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001), 4 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai ( jakarta: Pustaka LP#ES, 1985), H, 18 5 Soegarda Poerbakawatja, Eksiklopedia Pendidikan (jakarta: Gunung Agung, 1976), H, 223 3 oleh para guru (ulama atau ustadz). Pelajarannya mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan islam.6 Sebuah pesantren biasanya dijalankan oleh seorang Kyai yang dibantu oleh sejumlah santri seniornya atau anggota keluarga yang lain. Pesantren adalah bagian penting kehidupan kyai karena ia merupakan tempat dimana ia mengembangkan ajaran dan pengaruhnya melalui pengajaran. Dalam sistem pesantren, paling tidak ada tiga unsur yang saling terkait: pertama adalah kyai, faktor utama yang olehnya sistem pesantren di bangun. Ia adalah orang yang memberi landasan sistem. Unsur kedua adalah santri, yakni para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari kyai. Unsur ini juga sangat penting karena tanpa santri kyai akan seperti raja tanpa rakyat. Santri adalah sumber daya manusia yang tidak saja mendukung keberadaan pesantren, tetapi juga menopang pengaruh kyai dalam masyarakat.Sedangkan unsur ketiga adalah pondok 7, sebuah sistem asrama yang disediakan kyai untuk mengakomodasi para muridnya.Pondok adalah bentuk perumahan yang sederhana dan mempunyai faselitas yang lebih minim daripada hall atau college di universitas-universitas barat. Jika college dan hall menyediakan satu kamar untuk satu siswa maka pondok biasanya terdiri dari kamar bersama yang masing-masing bisa ditempati 6 Lihat Mnafred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial (Jakarta: LP3ES, 1985), 16; Daulay, Historitas, H. 7. 7 Istilah pondok dan pesantren biasanya digunakan untuk menunjukkan hal yang sama. Istilah pondok pesantren juga sering digunakan.Istilah pondok berasal dari bahasa arap, yaitu Funduq, berarti asaram; sedangkan istilah pesantren, menurud Dhofier (1982:18), berasal dari kata santri yang berarti murid.Orang jawa biasanya menambahkan awalan pe dan akhiran an untuk menunjukkan tempat di mana suatu berada.Jadi, pesantren adalah tempat dimana santri tingggal. 4 oleh lima santri samapi sepuluh santri. Dengan demikian, pesantren merupakan komplek peumahan yang meliputi rumah kyai dan keluarganya beberapa pondok, dan ruang belajar, termasuk masjid. Mujamil Qomar dalam buku nya mengatakan Kyai senatiasa menyadari kemandirian pesantren, mulai awal proses berdirinya hingga sekarang, pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan islam yang paling mandiri. Kemandirian ini menjadi doktrin kyai pada santri.Akibatnya ketika kembali ke kampung, santri mengamalkan kemandirian tersebut yang tidak cukup berbekal tekad, melainkan harus dipandu dengan potensi.Oleh karena itu, kyai memandang perlu memberikan pelajaran ketrampilan.Tujuannya adalah disamping santri mampu hidup secara mandiri ditengah-tengah masyarakat,8juga untuk membuka wawasan berfikir kedunian9. Muhammad Rofaqi berpendapat, kekuatan dari sebuah pondok pesantren terletak pada “ketergantungan” kepada figur seorang secara subyektif. Maka ketika kyai sanggup menciptakan Laten pattern maintenances secar dinamis supaya institusi pondok pesantren yang ia dirikan itu dapat bertahan, berarti pondok pesantern itu tidak hanya akan hidup, bahkan akan terus berkembang dengan kapasitas kyai sebagai founding father-nya, pengelola, dan unsur penentu 8 Kuntowijoyo, pradigma islam interpretasi untuk aksi, (bandung: mizan 1991), Hlm 262-263. 9 Matuhu.Dinamika sistem pendidikan Pesantren Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Seri INIS XX, Jakarta :INIS, 1994, Hlm 34 5 mutu out put dari suatu proses belajar mengajar yang ada di pondok pesantren itu,10 Sesuai dengan latar belakang sejarah pesantren, dapat dilihat tujuan utama didirikanya suatu pesantren adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama (tauhid, fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits, akhlak, tasawuf, bahasa arab, dan lainlain). Diharapkan seorang santri yang keluar, telah memahami beraneka ragam mata pelajaran agama dengan kemampuan merujuk kepada kitab-kitab klasik.Sangat dianjurkan juga seorang santri sebagai calon kyai disamping menguasai ilmu-ilmu agama secara menyeluruh, secara khusus dia juga memiliki spesialisasi dalam mata pelajaran tertentu.Jadi, semacam spesialisasi.Karena ada spesialisasi kyai-kyai tertentu, maka ini berpengaruh kepada spesifik pesantren yang diasuh oleh kyai tersebut. Tentunya bagi masyarakat indonesia, termasuk pondok pesantren (Ponpes), pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan suatu keharusan. Sebab untuk mencapai kemajuan masyarakat harus dipenuhi prasyarat yang diperlukan. Dengan pengembangan SDM, akan memberikan kontribusi signifikan bagi upaya peningkatan kehidupan masa depan kehidupan masyarakat. Pembinaan dan penguatan SDM adalah wujud nyata dari peran serta pesantren dalam pembangunan, khusus terkait dengan penyiapan SDM pesantren yang nantinya di harapkan bisa membawa anginsegar perubahan, sehingga out put Muhammad Rofangi, “posisi Kyai dalam pengembangan Tradisi pesantren“ dalam tim penyuting , Rekronstruksi pendidikan dan tradisi pesantren , religiusitas Iptek, cet,ke 1 , ( jakrata: pustaka pelajar, 1988) Hlm. 171. 10 6 yang dihasilkan benar-benar dapat ikut berkompetisi secara propesional di tengah tuntunan zaman yang semakin komplek ini, paling tidak ada beberapa langkah intratif; yang merupakan gabungan antara teori dan praktek. Semua ini dilakukan dalam rangka penyiapan SDM santri yang handal dan profesional.Tawaran model pengembangan SDM tersebut secara intergratif, menunjukkan bahwa model pengembangan SDM pesantren harus mengacu kepada dua model pengembangan, yaitu berupa pemberian bekal secara teoritas yang berupa knowledge (pengetahuan) dan ability (kemampuan), kedua hal ini dapat ditempuh melalui pendidikan formal (sekolah). Sedangkan model pengembangan kedua berupa pemberian semacam bekal ketrampilan hidup (life skill), dengan cara pelatihan dan magang di perusahaan-perusahaan yang ditunjuk sebagai mitra kerja pesantren. Dengan model pengembangan integratif seperti ini, diharapkan out put (SDM) yang dihasilkan menjadi beriman, bertaqwa, berilmu, dan berketrampilan; sehingga mereka siap disalurkan ke berbagai perusahaan/mitra kerja yang telah ditunjuk untuk mengaplikasikan segala kemampuan yang dimilikinya.11 Model-model pengembangan SDM pesantren yang ditawarkan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada santri semata. Namun lebih dari itu, yaitu aspek teoritis dan praktis, yang mengorientasikan terhadap segala kebutuhan hidup pragmatis seorang santri jika saatnya sudah tamat dari pesantren. Dengan modal pengembangan seperti ini, 11 Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Departemen Agama RI, Jakarta 2003. 7 diharapkan output (SDM) pesantren benar-benar siap berkompetisi dengan dunia luar pesantren. Hal demikian sekaligus menegaskan segala bentuk anggapan minor tentang pesantren, yang tradisional, kolot, jumud (stagnan), dan berbagai labelitas miring tentangnya. Dengan demikian, pesantren akan senantiasa mengalami dinamisitas seiring dengan ritme perkembangan zaman yang terjadi, sesuai dengan adagium yang dipeganginya, yaitu: “al-muhafadzah ‘ala al-qadim ash-shalih wa adkdu bi al-jadid al-ashlal (melestarikan hal-hal lama yang baik; mengambil dan mengembangkan hal-hal yang baru yang lebih baik)”. Dengan anggapan dasar bahwa tidak semua lulusan atau keluaran Pondok Pesantren akan menjadi ulama atau kyai dan memilih lapangan pekerjaan dibidang agama, maka keahlian-keahlian lain seperti pendidikan ketrampilan perlu diberikan kepada santri, sebelum santri itu terjun ke tengah-tengah masyarakat sebenarnya. Dipihak lain, guna menunjang susksenya pembangunan diperlukan partisipasi semua pihak, termasuk pihak Pondok Pesantren sebagai suatu lembaga yang cukup berpengaruh di tengah-tengah masyarakat. Ini merupakan potensi yang dimiliki oleh Pondok Pesantren secara historitas dan tradisi.12 Pondok pesantren memang dituntut untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan kurikuler dan ikut berpatisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat sekitarnya, tentu saja hal tersebut tidak akan dapat berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh dana12 Ibid,,, 8 dana tradisional, baik itu wakaf, bantuan insidental dari pihak wali santri, pemerintah, swasta dan masyarakat atau donatur yang lain. Untuk menaggulangi hal yang demikian inilah pentingnya keberadaan unit usaha dan pengembangan ketrampialan di pondok pesantren diupayakan dalam menghasilakan dana untuk biaya penyelenggaraan kegiatan Pondok Pesantren. Atas dasar pemikiran tersebut, maka perkenalan atau perseteruhan dunia pondok pesantren dengan berbagai bidang ketrampilan dan usaha pemberdayaan masyarakat sangatlah menguntungkan dan amat strategis. Pendidikan ketrampilan berwirausaha dipondok pesantren untuk kepentingan dan kebutuhan para santri sebagai modal untuk manusia yang bersemangat wiraswasta.Pemilihan jenis dan macam usaha yang akan dilakukan oleh santri seharusnya berdasarkan potensi yang dimiliki oleh santri yang berada di pondok pesantren tersebut dan potensi masyarakat sekitarnya, potensi sumber daya manusia. Tersedianya tenaga ahli dan tenaga kerja yang ada di butuhkan dalam pengembangan unit usaha, jenis-jenis dan macam-macam usaha adalah 1) bidang perdagangan, bidang ini merupakan usaha jasa yaitu kegiatan jual beli. 2) bidang pertanian dan Agribisnis, yaitu kegiatan atau usaha dalam memproduksi hasil-hasil pertanian dan macamnya. Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan berkaitan dengan bidang pertanian dan agrobisnis adalah a) Tanaman Pertanian dan perkebunan. b) Peternakan. c) Agroindustri. 3) Bidang industri kecil ( home industry), kerajinan atau Agroindustri. 4) Bidang pertukangan kayu.5) Bidang koperasi. Selain itu kegiatan kewirausahaan berfungsi sebagai 9 media pendidikan dan pembinaan semua santri untuk masa depan yang berminat dan sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Kegiatan pemberdayaan santri di pondok pesantren untuk penguatan ekonomi disekitar merupakan kegiatan yang amat baik nagi penyelenggaraan pengembangan pondok pesantren.Kegiatan latihan kewirausaan ini dimaksudkan agar pondok pesantren dapat memiliki kemandirian sendiri dalam upaya menjadikan pondok pesantren sebagai sentra pengembangan ekonomi masyarakat.Sehingga kemandirian yang memang menjadi landasan pergerakan pondok pesantren menjadi lebih mantap dan terjamin.Ini dimungkinkan karena makin di bukanya visi para kyai terhadap tantangan kedepan upaya meningkatkan kesejahteraan santri dan masyarakat sekitar. Upaya pengembangan dan pembinaan pondok pesantren dapat dikatakan sebagai tranformasi pondok pesantren agar tetap survivedan semakin berkembang kearah yang lebih baik. Dalam rangka peningkatan sumber daya santri di pondok pesantren di masa depan, maka hendaknya pesantren dapat mengembangkan berbagai potensi-potensi yang ada di atas13, Dalam upaya peningkatan sumber daya dalam pendidikan agama atau pengajian kitab kitab, pendidikan agama melalui pengajian kitab yang diselenggarakan oleh pondok pesantren adalah komponen kegiatan utama atau pokok dari pesantren.Dari segi penyelenggaraanya seperti tersebut diatas, diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan kyai atau pengasuh pondok pesantren.maksud kegiatan kegiatan pengajian kitab kuning ini terutama adalah 13 Muhammad Rofangi ,………… Hal 172 10 untuk mendalami ajaran agama islam dari sumber aslinya ( kitab-kitab kuning yang di karang oleh para ulama pada abad pertengahan), sehingga terpelihara kelestariaan pendidikan agama untuk melahirkan calon ulama sebagaimana misi pondok pesantren. Dalam hal ini juga pemberdayaan sumber daya santri tentang pendidikan dakwah seperti halnya pendidikan agama (pengajian), merupakan salah satu pokok penyelnggaraan pondok pesantren. Bahkan seperti telah di ungkap di atas, pondok pesantren dapat berfungsi sebagai lembaga keagamaan yang menyebarkan ajaran agama islam secara benar. Mealalui pendidikan ini tentunya di pahami bahwa ada keinginan untuk melahirkan kader-kader ulama’ yang dapat membantu menyebarkan agama islam secara benar. Pendidikan semacam ini dapat dikatagorikan sebagai pendidikan ketrampilan santri.Yang populer dewasa ini adalah penyelenggaraan majelis taklim oleh pondok pesantren. Sebagai contoh kita bisa melihat terhadap apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Falah Abdurrohiem rejotangan dalam mengelola santri dalam latihan kewirausahaan, dimana para santri tersebar berbagai pelosok desa untuk bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari dipondok dan kebutuhan pribadinya. Berbagai kegiatan dilakukan oleh santri untuk melakukan latihan kewirausahaan, berangakat pagi pulang sore aktifitas itu dilakukan oleh para santrihampir setiap hari, selain juga mengajarkan berbagai kitap-kitap salafi juga membuka lembaga madrasah Diniyah dan TPQ, selain itu juga ada satu lembaga lagi yaitu Madrasah Qur’an(MQ), yaitu madrasah yang dikhusukan bagi santri 11 yang menghafal, memperdalam dan memahami Al-Qur’an. Selain itu juga dilakukan pula pembinaan ketrampilan Dakwah. Berangkat dari kenyataan dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian tentang “Upaya Santri dan Pesantren dalam Meningkatkan Sumber Daya (Stadi Deskriptif Kualitatif di Pondok Pesantren Al-Falah Abdurrohiem Rejotangan Tulungagung)”. 2. Fokus Penelitian Sebagai latar belakang permasalahan diatas setelah melakukan kajian yang konprehensif, maka fokus penelitian ini dapat penulis tentukan sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya santri dalam meningkatkan sumber daya pondok pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam pelaksanaan kewirausahaan ? 2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat santri dalam meningkatkan sumber daya pondok pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam pelaksanaan kewirausahaan? 3. Bagaimana upaya pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam meningkatkan sumber daya santri dalam pelaksanaan pendidikan & latihan dakwah? 3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah? 1. Untuk mendriskripsikan upaya santri dalam meningkatkan sumber daya di pondok pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam pelaksanaan kewirausahaan ? 12 2. Untuk mendriskripsikan faktor pendukung dan penghambat santri dalam meningkatkan sumber daya pondok pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam pelaksanaan kewirausahaan? 3. Untuk mendriskripsikan upaya pesantren Al-Falah Abdurrohiem dalam meningkatkan sumber daya santri dalam pelaksanaan pendidikan & latihan dakwah? 4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan khasanah kelimuan dibidang pendidikan islam / pendidikan di pondok pesantren, khususnya terkait dengam peningkatan sumber daya santri serta dapat memberikan tambahan wawasan dan usaha meningkatkan kualitas manajemen dilembaga pondok pesantren. 2. Kegunuaan Secara Praktis a. Bagi Penulis Untuk melengkapi tugas-tugas dan persaratan dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada JurusanTarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Tulungagung. 13 b. Bagi Pondok Pesantren Diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran, masukan serta bahan evaluasi bagi semua pihak yang terkait dengan peningkatan sumber daya santri di PP Al-Falah Abdurrohiem Rejotangan Tulungagung. c. Bagi Masyarakat Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa out put pesantren merupakan produk unggulan yang sangat kompetetif dan adaptif terhadap perkembangan dan perubahan zaman / masyarakat ditunjang dengan kapasitas keilmuan yang mumpuni. Kualitas out put pesantren bahkan mungkin tidak akan mampu dihasilkan oleh lembaga pendidikan formal sekalipun. d. Bagi Ilmuan Diharapkan mampu memberikan kazanah keilmuan untuk dikaji lebih dalam sehingga mampu dikembangkan oleh peneliti selanjutnya. 5. Penegasan Istilah Agar tidak menimbulkan kerancuan dalam pembahasan judul Skripsi ini, maka perlu adanya penegasan istilah baik secara teoritis maupun empiris. 14 1. Secara Teoritis Secara teoritis atau menurut istilah bahasa arti dari judul Skripsi ini adalah: a. Upaya Yaitu: usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud), memecahkan masalah, mencari jalan keluar, dan sebagainya.14 b. Santri : Murid yang belajar mengaji15 c. Pesantren : tempat belajar mengaji secara bersama-sama dan juga sebagian besar tinggal disana16 d. Sumber Daya Manusia : Sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut17, Sumber daya manusia (SDM). SDM di pondok pesantren menggambarkan integritas dan keseluruhan nilai yang harus dimiliki porsenil artara lain keterampilan, pengetahuan, Pendidikan, kemampuan untuk bekerja serta keseharan yang baik untuk bersama sama membuatnya mampu melakukan strategi penghidupan 14 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Hal 995 15 Sulchan Yasin, Kamus Lengkap bahasa Indonesia (KBI-SAKU), Penerbit Amanah Surabaya, 1997. Hal 331 16 Sulchan Yasin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KBI-SAKU). Penerbit: Amanah, Surabaya. Hal 313 17 Payaman J. Simanjuntak. Pengantar ekonomi sumber daya manusia. (Jakarta) lembaga penerbit fakultas ekonomi Universitas Indonesia, 1985), hal 1 15 sebagai pilar penting mencapai kesuksssan. Kurangnya nilai SDM berimbas pada dimensi inti dan kehidupan miskin hidup. Kondisi para santri pun sesungguhnya sebuah asset yang tak ternilai mulai dari segi jumlahnya, mengikat kuat dalam pola hidup kebersamaan di pesantren di bawah bimbingan kyia yang kharismatik. 2. Secara Empiris Secara empiris atau secara istilah dalam judul Skripsi ini, setelah melihat arti secara empiris, maka dapat disimpulkan upaya santri dan pesantren dalam meningkatkan sumber daya Adalah suatu usaha / akal, ikhtiar Santri & Pesantren untuk mencapai suatu maksud, memecahkan masalah, mencari jalan keluar dalam meningkatkan Sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja pondok pesantren menggambarkan integritas dan keseluruhan nilai yang harus dimiliki porsenil artara lain keterampilan, pengetahuan, Pendidikan, kemampuan untuk bekerja serta keseharan yang baik Dalam penelitian ini dideskripsikan secara kualitatif melalalui metode, observasi, wawancara, dan dokumentasi. 16 6. Sistematika Pembahasan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang skripsi ini, penulis susun penelitian ini menjadi lima bab yang rinciannya sebagai berikut. BAB I : berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah dan sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab ini dibahas tentang Eksistensi Pesantren Sub bab terminology Pesantren, Tujuan Pesantren, berdirinya Pondok Pesantren, Tantangan pesantren Saat ini dan ke depan. Pesantren Dalam Berbagai Perspektif, Sub bab, Ekonomi Mandiri Berbasis Pesantren, pesantren sebagai lembaga pendidikan islam, Sistem Pendidikan Pesantren, Upaya Santri & Pesantren dalam meningkatkan sumber daya, Sub bab Pengertian Meningkatkan Sumber Daya, Sumber Daya Santri yang berkualitas, pengelolaan sumber daya di Pesantren. Penelitian terdahulu, BAB III : METODE PENELITIAN, bab ini terdiri dari jenis penelitian, kehadiran penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, analisa data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian. BAB IV : PAPARAN HASIL PENELITIAN, mengetengahkan deskripsi lokasi penelitian, paparan data, dan di akhiri dengan pembahasan hasil temuan penelitian. 17 BAB V : PENUTUP, merupakan bagian akhir dari sekripsi yang bersisi kesimpulan dan saran. Dan bagian paling akhir, peneliti sajikan daftar pustaka.