E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Pengaruh Ketepatan Pengalokasian, Teknologi dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion) Ika Fitriyanti Achmad Fauzi Diah Armeliza Email:[email protected] Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi terhadap penggelapan pajak (tax evasion).Populasi penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Sunter.Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan metode convenience sampling, data dikumpulkan dengan pembagian kuisioner.Metode analisis data penelitian yang digunakan adalah regresi linier berganda.Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh signifikan terhadap penggelapan pajak, teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak, dan diskriminasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak. Keyword: penggelapan pajak, diskriminasi, TI perpajakan, Ketepatan pengalokasian BAB I PENDAHULUAN A. Penggelapan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi Indonesia. Penerimaan dari sektor pajak biasanya digunakan oleh pemerintah untuk membiayai keseluruhan pengeluaran baik itu pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan yang bertujuan demi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Menyadari akan pentingnya penerimaan dari sektor pajak, maka pemerintah Indonesia setiap tahunnya selalu berusaha untuk meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri khususnya dari sektor pajak. Upaya meminimalkan beban pajak dapat dilakukan oleh wajib pajak dengan berbagai cara, mulai dari yang masih berada dalam koridor peraturan perpajakan sampai dengan yang sudah melanggar koridor peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan beban pajak yang masih berada dalam koridor peraturan perpajakan dikenal (tax evasion) dapat digambarkan sebagai usaha pengurangan pajak yang Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak menjadi negara, pajak dengan istilah penghindaran pajak (tax avoidance) sedangkan upaya meminimalkan beban pajak dengan cara yang sudah melanggar koridor peraturan perpajakan dikenal dengan istilah penggelapan pajak (tax evasion). dilakukan dengan cara yang illegalatau sudah melanggar peraturan perpajakan sehingga hal ini dapat merugikan negara dan juga akan dikenakan sanksi bagi pihak-pihak yang melakukannya, sedangkan penghindaran pajak (tax avoidance) dapat digambarkan sebagai usaha pengurangan pajak yang dilakukan secaralegal dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti pengecualian dan pemotongan- pemotongan yang diperkenankan maupun memanfaatkan hal-hal yang belum diatur serta kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku (Suandy, 2009). Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu ingin meminimalkan beban pajak terutangnya, namun cara yang dilakukan sangatlah bertolak belakang. Dalam menerapkan penghindaran pajak (tax avoidance) sangat diperlukan pengetahuan serta wawasan yang baik dan luas mengenai bidang perpajakan agar dapat menemukan celah yang tepat untuk mengurangi beban pajak terutangnya tanpa harus melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga hal ini biasanya hanya bisa dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 84 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 perpajakan seperti Sulitnya Agri Group yaitu Suwir Laut alias Liu Che Siu pada penerapan penghindaran mengakibatkan tahun 2012 yang terbukti melakukan penggelapan sebagian besar wajib pajak lebih memilih untuk pajak dengan tindak pidana menyampaikan surat melakukan tindakan penggelapan pajak. Hal ini pemberitahuan dan/atau keterangan dengan isi tidak dikarenakan mereka memiliki benar atau tidak lengkap secara berlanjut selama pengetahuan yang perpajakan berturut-turut empat tahun yaitu pada tahun 2002 sehingga tidak menemukan celah yang tepat untuk hingga 2005 terhadap sejumlah 14 perusahaan senilai meminimalkan beban pajak terutangnya tanpa harus Rp. 1,259 triliun (www.mongabay.co.id). melanggar konsultan pajak masih lebih pajak. kurang mengenai itu tindakan Dengan banyaknya contoh kasus penggelapan penggelapan pajak juga dinilai lebih mudah untuk Undang-Undang, selain pajak yang terjadi di Indonesia, semakin membuat dilakukan meskipun hal tersebut sangat melanggar wajib peraturan perundang-undangan perpajakan. kewajiban perpajakannya dengan benar, hal ini pajak tidak patuh dalam melaksanakan Saat ini banyak kasus penggelapan pajak yang dikarenakan mereka semakin tidak percaya dengan terjadi di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun petugas pajak dan semakin memiliki pemikiran bahwa dari CNN Indonesia, bahwa Ditjen Pajak mencatat uang masih tingginya praktik penggelapan pajak yang diselewengkan dilakukan oleh wajib pajak sepanjang tahun 2014. Hal dialokasikan dengan tepat. ini tercermin dari jumlah kasus perpajakan yang naik 280 persen dibandingkan tahun pajak yang oleh sudah dibayarkannya petugas pajak dan akan tidak Penelitian mengenai penggelapan pajak (tax 2013 evasion) sendiri telah beberapa kali dilakukan di (www.cnnindonesia.com). Beberapa contoh dari kasus Indonesia, diantaranya oleh Ayu dan Hastuti (2009), penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia yaitu Permatasari (2013), Ardyaksa (2014), Friskianti seperti kasus yang menjerat Bahasyim Assifie. (2014), Handyani (2014), Silaen (2015), Indriyani et Bahasyim diketahui pernah menerima hadiah yang al (2016),Armina dan Tahar (2016), Wahyuningsih bertentangan dengan kewajibannya atau dalam kata (2015), serta Ardi et al (2016). Penelitian-penelitian lain telah menerima uang suap senilai Rp. 1 milyar tersebut membahas mengenai faktor-faktor yang dapat dari wajib pajak bernama Kartini Mulyadi, selain itu mempengaruhi Bahasyim juga terbukti melakukan tindak pidana penggelapan pencucian uang dengan modus pemindahan harta ke diantaranya yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi beberapa rekening miliknya serta milik istri dan kedua dan informasi perpajakan, serta diskriminasi. wajib pajak. pajak untuk Beberapa melakukan faktor tersebut anaknya. Menurut jaksa penuntut umum, selama Ketepatan pengalokasian menjadi salah satu melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai kepala faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk KPP Jakarta VII pada tahun 2002, kepala KPP Koja melakukan pada tahun 2006, kepala KPP Palmerah pada tahun pengalokasian pajak diartikan sebagai pemanfaatan 2007, serta Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan dana pajak yang tercantum dalam APBN dan Kementerian Negara PPN/Bappennas pada 2008- mendistribusikannya kembali ke masyarakat kedalam 2010, Bahasyim dinilai telah melakukan tindak pidana bentuk fasilitas umum yang diberikan pemerintah korupsi (Sari dan Dwinuri, 2009 dalam Syahrina dan Pratomo, dan juga pencucian uang (www.beritasatu.com) dan (www.rmol.co). Selain itu tindakan penggelapan pajak juga pernah dilakukan oleh mantan manajer pajak PT Asian penggelapan pajak. Ketepatan 2014). Oleh karena itu dengan semakin banyaknya dana pajak yang berhasil dikumpulkan atau dibayarkan oleh wajib pajak maka seharusnya fasilitas Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 85 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 umum yang tersedia untuk masyarakat juga semakin Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang banyak (Ayu dan Hastuti, 2009). Karena pada dilakukan oleh Ardyaksa (2014) yang mengatakan dasarnya pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak bahwa kepada negara akan kembali juga ke masyarakat berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Hal seperti dalam bentuk fasilitas umum yang dapat ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi dan dinikmati oleh masyarakat secara luas. modern teknologi dan informasi perpajakan maka teknologi dan informasi perpajakan Masyarakat dalam hal ini wajib pajak pada akan mengurangi tingkat penggelapan pajak. Hasil dasarnya sangat menginginkan pemerintah untuk penelitian dari Permatasari (2013) juga mengatakan mengalokasikan hasil penerimaan yang diterima dari bahwa sektor pajak dengan tepat dan sebesar-besarnya untuk berpengaruh kesejahteraan rakyat (Permatasari, 2013). Namun, penggelapan pajak. Namun penelitian yang dilakukan apabila bahwa oleh Ayu dan Hastuti (2009) dan juga Friskianti pemerintah mengalokasikan dana pajaknya dengan (2014) justru memiliki hasil penelitian yang berbeda, tidak tepat maka wajib pajak tersebut akan semakin hasil penelitian mereka mengatakan bahwa teknologi malas untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap dengan benar sehingga hal ini akan memicu wajib penggelapan pajak (tax evasion). wajib pajak masih merasakan teknologi dan negatif informasi dan signifikan perpajakan terhadap pajak untuk melakukan tindakan penggelapan pajak. Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak yaitu Ardyaksa (2014) yang mengatakan bahwa ketika diskriminasi. pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik maka perlakuan yang terjadi pada perorangan atau kelompok kecenderungan yang didasarkan pada perbedaan agama, ras, etnik, wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak akan semakin tinggi. Diskriminasi merupakan perbedaan budaya, jenis kelamin, bahasa, dan aspek kehidupan Teknologi dan informasi perpajakan juga menjadi yang lain. Diskriminasi dalam hal perpajakan dapat faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk berupa peraturan perpajakan yang tidak adil, dalam melakukan penggelapan pajak. Pemerintah dalam hal artian peraturan tersebut menguntungkan pihak-pihak ini Ditjen Pajak modernisasi tertentu, ataupun diskriminasi dari segi perlakuan pelayanan perpajakan berupa penerapan teknologi dan telah melakukan terhadap seluruh wajib pajak (Silaen, 2015). Contoh informasi yang modern dalam bidang perpajakan yang dari tindakan diskriminasi dalam perpajakan yaitu diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan berupa peraturan yang menegaskan bahwa zakat serta meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan. Tentu membayar pajak terhutangnya (Permatasari, 2013). hal dianggap sebagai tindakan diskriminasi bagi kaum Sehingga dengan semakin modernnya fasilitas dalam yang beragama non muslim. Menurut Yolanda, et al bidang perpajakan yang telah disediakan oleh (2016), diskriminasi menjadi faktor yang dapat pemerintah diharapkan tingkat penggelapan pajak juga mempengaruhi akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan penggelapan pajak sehingga penggelapan pajak dapat menggunakan sistem perpajakan yang terhubung terjadi langsung dengan DJP, wajib pajak akan semakin sulit dirasakan oleh wajib pajak. wajib dikarenakan pajak adanya dalam melakukan diskriminasi yang untuk memanipulasi data perpajakannya dan juga Penelitian yang dilakukan oleh Ardi et al (2016) dapat meminimalisir tingkat kecurangan yang dapat mengatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif dilakukan antara wajib pajak dan fiskus. terhadap tindakan penggelapan pajak. Hal yang sama Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 86 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 juga dinyatakan oleh Silaen (2015) yang juga yang dilakukan oleh Bahasyim Assifie, David mengatakan bahwa diskriminasi berpengaruh terhadap Kenny Naftali, dan Suwir Laut. etika penggelapan pajak. Namun penelitian yang C. dilakukan oleh Handyani (2014) dan Armina dan Pembatasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: Tahar (2016) justru mengatakan bahwa diskriminasi 1. Penelitian ini hanya meneliti variabel independen tidak berpengaruh terhadap tindakan penggelapan yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi dan pajak. informasi perpajakan, serta diskriminasi dengan Dari pemaparan hasil penelitian diatas, terlihat metode bahwa masih adanya perbedaan hasil antar variabel- pengambilan data menggunakan kuisioner. variabel independen yang digunakan dalam penelitian 2. Sampel penelitian yang digunakan adalah wajib ini sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP penelitian Pratama Jakarta Sunter. kembali dengan tujuan untuk mengkonfirmasi ulang penelitian sebelumnya serta D. Perumusan Masalah memberikan bukti empiris baru mengenai pengaruh Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan dari ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi diatas, maka penelitian ini merumuskan pertanyaan perpajakan, dan diskriminasi terhadap penggelapan sebagai berikut : pajak. 1. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penelitian ini mengambil Apakah ketepatan pengalokasian berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax evasion)? judul 2. “Pengaruh Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Apakah teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax Dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi evasion)? Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion)” 3. Apakah diskriminasi berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax evasion)? B. Identifikasi Masalah BAB II Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat KAJIAN TEORETIK diidentifikasikan beberapa masalah pada penelitian ini, antara lain: 1. A. Masyarakat dalam hal ini wajib pajak masih merasa bahwa pengalokasian Deskripsi Konseptual 1. pengeluaran Definisi pajak menurut pasal 1 angka 1 UU pemerintah dari sektor pajak masih kurang tepat KUP pengalokasiannya. 2. perpajakan oleh wajib pajak adalah memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan Wajib pajak masih merasakan adanya tindakan digunakan untuk keperluan negara dan bagi diskriminasi dalam bidang perpajakan. 4. bahwa oleh orang pribadi atau badan yang bersifat pajak khususnya wajib pajak orang pribadi. 3. menyebutkan kontribusi wajib kepada negara yang terutang Masih rendahnya penggunaan teknologi dan informasi Pajak sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Agoes dan Penggelapan pajak di Indonesia sudah banyak Trisnawati, 2013:6). terjadi, hal ini terbukti dengan banyaknya kasus-kasus penggelapan pajak seperti kasus 2. Penggelapan Pajak Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 87 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan 2013). Namun, apabila wajib pajak masih usaha meringankan beban pajak dengan cara yang merasakan bahwa pemerintah mengalokasikan melanggar undang-undang (Mardiasmo, 2011:9). dana pajaknya dengan tidak tepat maka wajib Menurut Hasanah dan Pahala (2015:8), a. melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan Tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT benar sehingga hal ini akan memicu wajib pajak atau menyampaikan SPT tidak tepat waktu. untuk melakukan tindakan penggelapan pajak. Tidak mengisi SPT dengan benar dan lengkap. c. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau telah dipungut. 4. Teknologi dan Informasi Perpajakan Teknologi d. Membuat faktur pajak fiktif. e. Membuat dan informasi perpajakan merupakan penggunaan sarana dan prasarana pembukuan berganda (double perpajakan dengan memanfaatkan ilmu dan bookkeeping). perkembangan teknologi serta informasi dibidang Tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, perpajakan menyalahgunakan NPWP, dan sebagainya pelayanan perpajakan terhadap wajib pajak yang akan 3. untuk tindakan penggelapan pajak dapat berupa : b. f. pajak tersebut akan semakin malas Ketepatan Pengalokasian Ketepatan untuk memenuhi meningkatkan kewajiban kualitas perpajakannya (Silaen, 2015). pengalokasian pajak adalah Dengan demikian, modernisasi layanan pemanfaatan dana pajak yang tercermin dalam perpajakan yang telah dilakukan oleh pemerintah APBN dan mendistribusikannya kembali ke diharapkan masyarakat ke dalam bentuk fasilitas umum yang pelayanan sehingga dapat meningkatkan pula diberikan pemerintah (Sari dan Dwinuri, 2009 dapat meningkatkan kualitas kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak (Permatasari dan Laksito, 2013). dalam Syahrina dan Pratomo, 2014). Oleh karena itu seharusnya dengan adanya pajak maka ketersediaan fasilitas umum akan semakin banyak (Ayu dan Hastuti, 2009). Karena pada dasarnya pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara akan kembali juga ke masyarakat seperti dalam bentuk fasilitas umum Sehingga dengan semakin tinggi dan modern teknologi dan informasi perpajakan yang digunakan oleh pemerintah diharapkan akan semakin rendah pula tindakan penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak (Permatasari dan Laksito, 2013). yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas, seperti fasilitas transportasi yang lebih nyaman dan juga murah, pembangunan jalan tol yang dapat mengurangi kemacetan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan lain demikian masyarakat sangat menginginkan pemerintah untuk mengalokasikan hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak dengan tepat Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan yang terjadi pada perorangan atau kelompok yang didasarkan pada perbedaan agama, ras, etnik, budaya, sebagainya. Dengan 5. Diskriminasi dan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat (Permatasari dan Laksito, jenis kelamin, bahasa, dan aspek kehidupan yang lain (Silaen, 2015). Saat ini wajib pajak masih merasakan adanya tindakan diskriminasi dalam bidang perpajakan, seperti dengan adanya peraturan yang dianggap mendiskriminasi bagi suatu golongan.Salah satu Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 88 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 peraturan yang dinilai bentuk informasi perpajakan berpengaruh secara negatif diskriminasi yaitu Peraturan Pemerintah Nomor dan signifikan terhadap penggelapan pajak.Hasil 60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan penelitian dari Ardyaksa dan Kiswanto (2014) juga keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat mengatakan bahwa dikurangkan dari penghasilan bruto. Adanya perpajakan berpengaruh peraturan penggelapan pajak. tersebut sebagai dianggap hanya teknologi dan informasi negatif terhadap Namun penelitian yang menguntungkan wajib pajak yang beragama dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009) dan juga Islam sebagai Friskianti (2014) justru memiliki hasil penelitian pengurang pajak.Selain itu Peraturan Pemerintah yang berbeda. Hasil penelitian mereka mengatakan Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan bahwa teknologi dan informasi perpajakan tidak atas penghasilan dari usaha yang diterima atau berpengaruh diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran evasion). karena zakat diperbolehkan bruto tertentu.Dimana pajak final dikenakan terhadap penggelapanpajak (tax Penelitian yang dilakukan oleh Ardi et al (2016) sebesar 1% terhadap penghasilan bruto juga mengatakan dinilai sebagai bentuk diskriminasi karena banyak positif terhadap tindakan penggelapan pajak. Dan merugikan pengusaha kecil menengah yang menurut Silaen (2015) juga mengatakan bahwa belum mapan dalam usahanya (Indriyani et al, diskriminasi 2016). penggelapan Oleh sebab itu dengan adanya peraturan perpajakan yang dianggap sebagai bahwa diskriminasi berpengaruh pajak. Namun berpengaruh terhadap etika penelitian yang dilakukan oleh Handyani dan Cahyonowati (2014) bentuk dan Armina dan Tahar (2016) justru mengatakan diskriminasi oleh wajib pajak maka wajib pajak bahwa diskriminasi tidak berpengaruh terhadap akan semakin termotivasi untuk melakukan tindakan penggelapan pajak. tindakan penggelapan pajak. C. B. Hasil Penelitian yang Relevan Kerangka Teoretik Ketepatan pengalokasian memiliki pengaruh Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti terhadap penggelapan pajak. Hal ini didasarkan pada (2009) mengatakan bahwa ketepatan pengalokasian hasil bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh pengeluaran pemerintah yang bersumber dari pajak Permatasari dan Laksito (2013) yang mengatakan berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. bahwa Kemudian menurut Permatasari dan Laksito (2013) pemerintah juga mengatakan bahwa ketepatan pengalokasian terhadap pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan pengeluaran pemerintah dianggap tidak tepat atau bersifat signifikan terhadap penggelapan pajak. tidak baik maka kecenderungan wajib pajak untuk Namun melakukan penggelapan pajak akan semakin tinggi. penelitian yang dilakukan oleh ketepatan pengalokasian berpengaruh penggelapan negatif pajak dan pengeluaran signifikan sehingga ketika Wahyuningsih (2015) mengatakan yang sebaliknya, Pengaruh teknologi dan informasi perpajakan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah terhadap penggelapan pajak yaitu dengan semakin tidak tinggi dan modernnya teknologi dan informasi berpengaruh secara parsial terhadap penggelapan pajak. perpajakan yang digunakan oleh pemerintah, Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dan diharapkan akan semakin rendah pula tindakan Laksito (2013) mengatakan bahwa teknologi dan penggelapan pajak yang akan dilakukan oleh wajib Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 89 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 pajak (Permatasari dan Laksito, 2013). dari Sementara itu pengaruh diskriminasi terhadap masyarakat yang mengakibatkan tindakan penggelapan pajak (Ardi et al, 2016). penggelapan pajak yaitu dengan masih adanya Berdasarkan kebijakan yang ditentukan hanya menguntungkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan dalam gambar sebagai berikut: sebagian pihak saja, maka akan timbul penentangan Ketepatan Pengalokasian (X1) Penggelapan Pajak (Tax Evasion) (Y) Teknologi dan Informasi Perpajakan (X2) Diskriminasi (X3) D. Perumusan Hipotesis 3. H1 :Ketepatan pengalokasian berpengaruh Mengetahui pengaruh diskriminasi terhadap penggelapan pajak (tax evasion). terhadap penggelapan pajak. H2: Teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh terhadap penggelapan pajak. H3 :Diskriminasi berpengaruh terhadap penggelapan pajak B. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, objek yang diteliti yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi.Sedangkan ruang lingkup penelitian mengenai pengaruh teknologi dan informasi perpajakan, ketepatan pengalokasian, dan BAB III diskriminasi terhadap penggelapan pajak adalah METODOLOGI PENELITIAN Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta A. Tujuan Penelitian Sunter. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan pada Bab 1, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. 2. C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini Mengetahui pengaruh teknologi dan informasi adalah metode kuantitatif dengan pendekatan regresi perpajakan terhadap penggelapan pajak (tax linier evasion). menggunakan Mengetahui pengaruh ketepatan pengalokasian dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada terhadap penggelapan pajak (tax evasion). Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP berganda.Penelitian data primer. dilakukan dengan Pengumpulan data Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 90 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Pratama Jakarta Sunter sebagai responden dalam Berdasarkan pengambilan sampel yang penelitian ini. dilakukan dengan metode convenience sampling dengan menggunakan rumus slovin, dari jumlah D. Populasi dan Sampel populasi wajib pajak orang pribadi yang terdaftar 1. Populasi di KPP Pratama Jakarta Sunter sebanyak 51.735 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri wajib pajak, maka hasil perhitungan sampelnya atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan adalah sebesar 99,98 dan dibulatkan menjadi 100 karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti wajib pajak. Jadi, sampel yang diambil yaitu 100 untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada (Sugiyono, KPP Pratama Jakarta Sunter. 2014:61).Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Sunter. 2. C. Operasionalisasi Variabel Penelitian Sampel Penelitian ini menggunakan empat variabel, Sampel adalah bagian dari jumlah dan yang terdiri dari satu variabel dependen dan tiga karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, variabel independen. Untuk memberikan pemahaman 2014:62).Metode pengambilan sampel dilakukan yang lebih spesifik, maka variabel-variabel dalam dengan penelitian menggunakan metode non probability ini didefinisikan secara operasional, sampling dengan teknik convenience sampling. sebagai berikut: Convenience sampling yaitu penarikan sampel 1. berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan tujuan Variabel Dependen Variabel dependen atau sering disebut juga penelitian dan anggota populasi tersebut tidak variabel mempunyai peluang yang sama untuk terpilih dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena menjadi 2011:17).Teknik adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4).Pada pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan penelitian ini yang menjadi variabel dependen lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat adalah penggelapan pajak (tax evasion). sampel (Supriyadi, memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel a. terikat merupakan variabel yang Definisi Konseptual yang akandigunakan dalam penelitian ini. Adapun Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu Wajib usaha yang dilakukan wajib pajak (entah berhasil Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada KPP atau tidak) untuk mengurangi atau sama sekali Pratama sampel menghapus utang pajak yang dilakukan dengan dilakukan dengan metode convenience sampling melanggar hukum yang ada dalam undang-udang dengan penentuan jumlah sampelnya menggunakan (Hasanah dan Pahala, 2015:8). Jakarta Sunter. Pengambilan rumus slovin sebagai berikut: n= b. Definisi Operasional Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur penggelapan pajak (tax evasion) Dalam hal ini: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Batas toleransi kesalahan (10%) mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yossi Friskianti (2014), Nuramalia Hasanah dan Indra Pahala (2015:8), dan Mohammad Zain (2008:51) yaitu: 1. Tidak menyampaikan SPT, Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 91 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 2. Menyampaikan SPT dengan tidak benar, 3. Tidak mendaftarkan diri Teknologi dan informasi perpajakan atau didefinisikan sebagai fasilitas perpajakan menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan berupa penerapan teknologi dan informasi PKP, perpajakan yang modern yang digunakan oleh 4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut pemerintah dan diperuntukkan kepada wajib atau dipotong, pajak dengan tujuan agar mempermudah 5. Berusaha menyuap fiskus. wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya (Permatasari dan Laksito, 2. Variabel Independen 2013). Variabel independen atau sering juga disebut variabel bebas mempengaruhi merupakan yang menjadi yang Definisi Operasional Pada variabel teknologi dan informasi sebab perpajakan ini diukur dengan menggunakan perubahannya atau timbulnya variabel dependen skala likert yang menggunakan 5 poin (Sugiyono, 2011:4). Pada penelitian ini terdapat 3 penilaian, yaitu: (1) tidak setuju, (2) kurang (tiga) variabel independen, antara lain: setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju. a. atau variabel 2) Ketepatan Pengalokasian Adapun indikator yang digunakan untuk 1) Definisi Konseptual Ketepatan mengukur pengalokasian teknologi dan informasi adalah perpajakan mengacu pada penelitian yang pemanfaatan dana pajak yang tercermin dilakukan oleh Auliya Ulfa (2015), Theo dalam Kusuma APBN dan pajak mendistribusikannya Ardyaksa (2014), dan Yossi kembali ke masyarakat ke dalam bentuk Friskianti (2014), yaitu: fasilitas umum yang diberikan pemerintah 1. Ketersediaan teknologi yang berkaitan (Sari dan Dwinuri, 2009 dalam Syahrina dan dengan perpajakan Pratomo, 2014). 2. 2) Definisi Operasional Memadainya teknologi yang berkaitan dengan perpajakan Pada variabel ketepatan pengalokasian in i 3. diukur dengan menggunakan skala likert yang Akses informasi perpajakan yang mudah menggunakan 5 poin penilaian, yaitu: (1) 4. tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) netral, (4) Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi perpajakan setuju, (5) sangat setuju. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur ketepatan pengalokasian mengacu pada penelitian yang c. Diskriminasi 1) Definisi Konseptual dilakukan oleh Theo Kusuma Ardyaksa Berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun (2014) dan Stephana Dyah Ayu (2009), yaitu: 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat 1. Prinsip manfaat dari penggunaan uang (3), diskriminasi adalah setiap pembatasan, yang bersumber dari pajak 2. Pendistribusian dana yang bersumber dari pajak b. Teknologi dan Informasi Perpajakan 1) Definisi Konseptual pelecehan, atau pengucilan yang langsung maupun tidak langsung didasarkan perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 92 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 keyakinan politik berakibat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur atau oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2011:135). penghapusan pengakuan, pelaksaanaan atau Menurut Ghozali, mengukur tingkat validitas penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: pengangguran, yang penyimpangan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang 1) politik, pertanyaan dengan total skor konstruk ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan yang lain (Sariani et al, 2016). 2) Melakukan korelasi antara skor butir atau variabel. 2) Menghitung korelasi antara skor Definisi Operasional masing-masing butir pertanyaan dengan Pada variabel diskriminasi ini diukur dengan total skor. menggunakan skala likert yang menggunakan 5 poin penilaian, yaitu: (1) tidak setuju, (2) b. Uji Reliabilitas kurang setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu setuju. Adapun indikator yang digunakan kuisioner yang merupakan indikator dari variabel untuk mengukur diskriminasi mengacu pada atau konstruk.Suatu kuisioner dikatakan reliabel penelitian yang dilakukan oleh Charles Silaen atau handal jika jawaban seseorang terhadap (2015), Devi Martha Ardi (2016) dan Eka pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari Nilam Armina (2016), yaitu: waktu ke waktu (Ghozali, 2011:132). 1. Pendiskriminasian atas agama, ras, kebudayaan, dan keanggotaan kelaskelas sosial. 2. Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini Pendiskriminasian yang 3. Uji Asumsi Klasik disebabkan terhadap hal-hal untuk menguji apakah data telah memenuhi asumsi oleh manfaat klasik atau tidak.Pengujian asumsi klasik yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, perpajakan . dan uji heteroskedastisitas. 3. a. Uji Normalitas Teknik Analisis Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, variance, maksimum, minimum, kurtosis dan skewness (kemencengan data) (Ghozali, apakah dalam model regresi, variabel terikat, dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan 2011:16). dengan dua cara, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi 2. Uji Kualitas Data kumulatif a. Uji Validitas Data Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal, serta dapat juga dilakukan dengan uji statistik. Test statistik sederhana yang dapat dilakukan adalah untuk Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 93 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 berdasarkan nilai kurtosis atau skewness (Ghozali, 2011:74-76). model yang digunakan untuk menganalisis atau mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dan juga menunjukkan arah hubungan b. Uji Multikolinieritas antara variabel dependen dengan variabel independen. Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk Model ini digunakan untuk menguji apakah ada menguji apakah model regresi ditemukan adanya hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk korelasi antar variabel bebas (independen).Model meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi independen, yaitu teknologi dan informasi perpajakan, diantara variabel bebas.Untuk mendeteksi ada ketepatan atau tidaknya multikolonieritas didalam model berpengaruh terhadap regresi dilihat dari besaran VIF (Variance penggelapan pajak (tax evasion). Persamaan regresi Inflation Factor) dan nilai Tolerance.Tolerance dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: mengukur variabilitas variabel bebas terpilih Y= a+β1X1+β2X2+β3X3+e pengalokasian, dan diskriminasi variabel dependen, yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dimana: Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan Y = Penggelapan pajak (tax evasion) nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/Tolerance) a = Bilangan konstanta dan menunjukkan adanya kolonieritas yang β = Koefisien regresi tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah X1 = Teknologi dan informasi perpajakan nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF X2 = Ketepatan pengalokasian diatas 10(Ghozali, 2011:57). X3 = Diskriminasi yaitu e = error yang ditolerir c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance 5. Uji Hipotesis Secara statistik, model regresi dapat diukur dari residual satu melalui nilai koefisien determinasi (R²), nilai statistik pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika t dan nilai statistik F. Apabila nilai uji statistiknya variance dari residual satu pengamatan ke berada pengamatan yang lain tetap, maka disebut perhitungan tersebut signifikan. Sebaliknya bila nilai Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut uji statistiknya berada di daerah (Ha ditolak) maka Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik perhitungannya tidak signifikan. di daerah kritis (Ha diterima) maka adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:69). Untuk mendeteksi heteroskedastisitas ada dapat atau tidaknya dilakukan dengan a. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel penjelas/independen secara individual dalam terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). menerangkan variasi variabel dependen. 4. Analisis Regresi Linier Regresi Berganda b. Uji Statistik F Analisis yang digunakan dalam penelitian ini Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan adalah analisis regresi linier berganda, yaitu suatu apakah semua variabel bebas yang dimasukkan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 94 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 dalam model mempunyai pengaruh secara 10 pernyataan yang diuji bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen. pernyataan Menurut Ghozali (2011:45) valid/digugurkan.Selanjutnya tidak terdapat yang tidak dari hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel teknologi 2 c. Uji Koefisien Determinasi(Adjusted R ) dan informasi perpajakan diketahui dari 12 Koefisien determinasi (R²) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa pernyataan yang diuji tidak terdapat pernyataan jauh yang tidak valid/digugurkan.Sementara itu dari kemampuan model dalam menerangkan variasi hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel variabel dependen. Nilai koefisien determinasi diskriminasi diketahui dari 10 pernyataan yang adalah diantara nol dan satu. Jika pada suatu diuji terdapat 9 pernyataan yang valid dan 1 model nilai R² kecil, berarti kemampuan variabel- pernyataan yang tidak valid.Dari 10 pernyataan variabel independen dalam menjelaskan variasi diketahui bahwa pernyataan 9 memiliki rhitung variabel dependen amat terbatas. lebih rendah dari rtabel dengan nilai 0,430. (Ghozali, 2011:45). Selanjutnya dari hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel penggelapan pajak (tax BAB IV evasion) diketahui dari 13 pernyataan yang diuji HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdapat 12 pernyataan yang valid dan 1 pernyataan yang tidak valid. Dari 13 pernyataan A. Pengujian Hipotesis diketahui bahwa pernyataan 11 memiliki rhitung 1. Uji Kualitas Data lebih rendah dari rtabel dengan nilai 0,394. a. Uji Validitas b. Uji Reliabilitas Uji validitas digunakan untuk mengukur Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang yang akan diukur oleh kuisioner tersebut diandalkan.Karena suatu kuisioner dikatakan (Ghozali, 2011:135). reliabel atau handal jika jawaban seseorang digunakan dapat dipercaya atau Jumlah responden yang menjadi subyek terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil penelitian berkaitan dengan partisipasinya dalam dari waktu ke waktu. Variabel-variabel tersebut penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dikatakan reliabel apabila cronbach alpha nya berjumlah 20 orang yang dilakukan penyebaran memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti kuesioner di KPP Pratama Jakarta Kelapa bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan Gading pada bulan April 2017. sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil Dengan menggunakan uji dua sisi (twotailed) dengan taraf signifikasi 5% maka nilai pengukuran relatif koefisien jika dilakukan pengukuran ulang (Ghozali, 2011:132). rtabel dalam penelitian ini adalah 0,444.Item Tabel IV.11 pernyataan dinyatakan valid jika nilai rhitung> dari Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas rtabel. Instrumen Penelitian Dari hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel ketepatan pengalokasian diketahui dari Cronbach Variabel Alpha >/< Keterangan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 95 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Ketepatan 0,871 > Variabel teknologi dan informasi perpajakan Reliabel dengan menggunakan 12 item pernyataan dalam Pengalokasian Teknologi dan 0,946 > kuesioner mempunyai kisaran 30 sampai 60 dengan Reliabel Informasi nilai rata-rata sebesar 47,55 dan nilai standar deviasi Perpajakan yang menunjukkan adanya penyimpangan sebesar Diskriminasi 0,745 > Reliabel 6,007 dari nilai rata-rata jawaban responden atas Penggelapan 0,873 > Reliabel pernyataan teknologi dan informasi perpajakan. Pajak (Tax Variabel diskriminasi dengan menggunakan 9 Evasion) 2. tentang Sumber: Data primer yang diolah, 2017. item pernyataan dalam kuesioner mempunyai kisaran Statistik Deskriptif 10 sampai 34 dengan nilai rata-rata sebesar 22,96 dan Statistik memberikan deskriptif informasi untuk nilai standar deviasi yang menunjukkan adanya karakteristik penyimpangan sebesar 4,997 dari nilai rata-rata digunakan mengenai variabel penelitian yang utama dan daftar demografi jawaban responden.Statistik diskriminasi. deskriptif digunakan untuk dari rata-rata variance, (mean), maksimum, kurtosis rata sebesar 23,41 dan nilai standar deviasi yang Tabel IV.12 menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 6,173 Hasil Statistik Deskriptif dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan tentang penggelapan pajak. Descriptive Statistics N Min Max Mean Std. Deviation PENGALOKASIAN 100 20 43 31.07 3. Uji Asumsi Klasik 5.567 a. bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2011:74-76) uji normalitas TEKNOLOGI DAN INFORMASI tentang mempunyai kisaran 12 sampai 37 dengan nilai rata- dan skewness (kemencengan data) (Ghozali, 2011:16). KETEPATAN pernyataan menggunakan 12 item pernyataan dalam kuesioner standar deviasi, minimum, atas Variabel penggelapan pajak (tax evasion) dengan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat responden 100 30 60 47.55 6.007 DISKRIMINASI 100 10 34 22.96 4.997 TAX EVASION 100 12 37 23.41 6.173 Valid N (listwise) 100 PERPAJAKAN variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.Menentukan normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik Sumber: Data primer yang diolah, 2017. dengan Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikan > 0,05 menggunakan 10 item pernyataan dalam kuesioner maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi mempunyai kisaran 20 sampai 43 dengan nilai rata- normal dan jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat rata sebesar 31,07 dan nilai standar deviasi yang dikatakan bahwa data tidak berdistibusi normal. Variabel ketepatan pengalokasian menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 5,567 Dari hasil uji normalitas data menggunakan uji dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) pada tabel IV.13, tentang ketepatan pengalokasian. dapat dilihat bahwa nilai pada Asymp. Sig. (2-tailed) Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 96 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 adalah 0,586 yang mana jauh diatas 0,05. Maka dapat Teknologi ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. dan informasi -.388 .092 -.378 -4.197 .000 .891 .400 .110 .324 3.625 .000 .904 1.12 2 perpajakan Tabel IV.13 Diskriminasi Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov a. Dependent Variable: TAX EVASION Sumber: Data primer yang diolah, 2017. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Berdasarkan tabel hasil multikolonieritas di atas Unstandard menunjukkan ized Normal Parametersa,b Differences 1. Variabel ketepatan pengalokasian mempunyai nilai 0E-7 tolerance 0,905 dan nilai VIF sebesar 1,104; variabel Std. 5.13882553 Deviation Most Extreme variabel nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka 100 Mean masing-masing mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan Residual N bahwa teknologi dan informasi perpajakan mempunyai nilai Absolute .077 tolerance 0,891 dan nilai VIF sebesar 1,122; variabel Positive .047 diskriminasi mempunyai nilai tolerance 0,904 dan Negative -.077 Kolmogorov-Smirnov Z .774 Asymp. Sig. (2-tailed) .586 a. Test distribution is Normal. b. Uji Multikolonieritas nilai VIF sebesar 1,106. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi di penelitian ini karena nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance inflation factor) di bawah 10. Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji c. Uji Heteroskedastisitas apakah model regresi ditemukan adanya korelasi Untuk lebih memastikan bahwa tidak terdapat antar variabel bebas (independen).Model regresi yang gejala baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara penelitian ini dilakukan uji glejser. Uji glejser variabel bebas.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut multikolonieritas didalam model regresi dilihat dari residual terhadap variabel independen.Hasil uji besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai glejser sebagai berikut: heteroskedastisitas Tolerance. pada Coefficients a Uji Multikolonieritas Model Un standardize Standard d Coefficients ized a Coefficients Unstandardize Standar d Coefficients T Sig. Sig. nts Collinearity dized Std. Statistics ents Beta Toler Error Beta Error Coeffici Std. T Coefficie B B regresi Tabel IV.15 Tabel IV.14 Model model VIF (Con stant) 2.623 3.877 .676 .500 Ketepatan pengaloka sian 1 Teknologi dan informasi perpajakan -.006 .063 -.011 -.103 .918 .002 .059 .004 .036 .971 .062 .070 .094 .878 .382 bahwa nilai Diskriminasi ance a. Dependent Variable: RES2 (Constant) 1 32.239 6.104 5.282 .000 .144 .886 Sumber: Data primer yang diolah, 2017. Ketepatan pengalokasi .014 .099 .013 an .905 1.10 Tabel 4 signifikansi diatas variabel menunjukan ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 97 1.10 6 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 berada diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 yang Coefficientsa berarti tidak ada yang signifikan. Dalam uji glejser, Model jika variabel independen tidak Standardized Coefficients Coefficients signifikan B mempengaruhi variabel dependen berarti tidak terjadi (Constant) gejala Ketepatan heteroskedastisitas.Dengan Unstandardized begitu, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian 6.104 .014 .099 -.388 .400 pengalokasian Teknologi dan informasi ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. 4. perpajakan Analisis Regresi Linier Berganda Regresi linear mengetahui berganda sejauh mana Diskriminasi dilakukan untuk variabel bebas Std. Error 32.239 T Beta 5.282 .000 .013 .144 .886 .092 -.378 -4.197 .000 .110 .324 3.625 .000 a. Dependent Variable: TAX EVASION Tabel IV.17 mempengaruhi variabel terikat.Model ini digunakan Hasil Uji Statistik t untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel independen, yaitu ketepatan Sumber: Data primer yang diolah, 2017. pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu penggelapan pajak (tax evasion). Y = 32,239 + 0,014 X1 – 0,388 X2 + 0,400 X3 + e 5. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji sebesar 0,886 (> 0,05) dan nilai thitung < ttabel (0,144 < 1,984). Dengan demikian, maka H1 yang menyatakan Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan dependen secara parsial. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari masing-masing independen yaitu ketepatan teknologi dan informasi variabel pengalokasian, perpajakan, dan diskriminasi terhadap satu variabel dependen yaitu penggelapan pajak (tax evasion) maka nilai signifikansi penggelapan pajak di tolak.Sehingga dapat dikatakan bahwa ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh Statistik t) variabel tabel IV.17 diatas, dapat dilihat bahwa variabel bahwa ketepatan pengalokasian berpengaruh terhadap Uji Hipotesis a. Berdasarkan hasil uji t yang disajikan pada ketepatan pengalokasian memiliki nilai signifikansi Adapun persamaan regresinya sebagai berikut: dibandingkan signifikansi sebesar 0,05. dengan taraf signifikan terhadap penggelapan pajak.Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa ketepatan pengalokasian bukan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk melakukan ataupun menghindari penggelapan pajak.Hal ini dikarenakan, walaupun menurut responden dalam penelitian ini yaitu wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Sunter rata-rata memiliki jawaban bahwa mereka tidak setuju jika pemerintah sudah mendistribusikan dana yang bersumber dari pajaknya secara merata, adil, maupun transparan, namun penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak tetaplah rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2015) yang menyatakan Sig. bahwa ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh secara parsial terhadap penggelapan pajak. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 98 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Selain itu pada variabel teknologi dan informasi dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ard i et perpajakan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 al (2016) dan Silaen (2015) yang menyatakan bahwa (< 0,05) dan nilai thitung >ttabel (-4,197>1,984). Dengan diskriminasi berpengaruh positif terhadap tindakan demikian, penggelapan pajak. maka H2 yang menyatakan bahwa teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh terhadap penggelapan pajak di terima.Nilai negatif b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) dari thitung mengartikan bahwa variabel teknologi dan Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan informasi perpajakan memiliki arah negatif, sehingga apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam dapat disimpulkan bahwa teknologi dan informasi model yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi dan perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan informasi perpajakan, dan diskriminasi mempunyai terhadap penggelapan pajak.Oleh karena itu dapat pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel diambil terikat/dependen yaitu penggelapan pajak (Ghozali, kesimpulan bahwa dengan semakin modernnya teknologi dan informasi perpajakan yang telah diterapkan untuk Dengan derajat kepercayaan 5%, df 1 (jumlah mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan variabel – 1) = 3, dan df 2 (n – k – 1) atau 100 – 3 – 1 kewajiban perpajakannya dapat mengurangi tindakan = 96 (n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah penggelapan pajak yang akan dilakukan oleh wajib variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil sebesar 2,70. Hasil dari uji statistik F dapat dilihat penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa (2014) dan pada tabel di bawah ini: Permatasari (2013) oleh Ditjen yang Pajak 2011:45). menyatakan bahwa Tabel IV.18 teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh Hasil Uji Statistik F ANOVAa negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak. Dan pada variabel diskriminasi memiliki nilai Model Sum of signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) dan nilai thitung >ttabel (3,625>1,984). Dengan demikian, maka Regress H3 yang menyatakan bahwa diskriminasi berpengaruh terhadap penggelapan pajak diterima.Sehingga dapat Df Squares 1157.845 3 385.948 Residual 2614.345 96 27.233 Total 3772.190 99 ion 1 Mean F Sig. Square 14.172 .000 b dikatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak.Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa a. Dependent Variable: TAX EVASION masyarakat atau wajib pajak yang menjadi responden b. Predictors: (Constant), DISKRIMINASI, KETEPATAN dalam penelitian ini berpendapat bahwa dalam hal PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI memenuhi PERPAJAKAN kewajibannya untuk melakukan pembayaran pajak, mereka hampir tidak pernah Sumber: Data primer yang diolah, 2017. mengalami perilaku diskriminasi, baik dari segi peraturan perpajakan maupun dari perilaku dan Hasil dalam penelitian ini diperoleh signifikan kinerja fiskusnya dalam memberikan pelayanan F sebesar 0,000 (< 0,05). Selain itu, nilai F tabel< Fhitung terhadap para wajib pajak sehingga hal tersebut dapat (2,70< 14,172). Dengan demikian, Ha diterima dan mengurangi tindakan penggelapan pajak yang akan Ho ditolak, ini berarti menyatakan bahwa ketepatan dilakukan oleh wajib pajak. Hasil penelitian ini sesuai pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi mempunyai pengaruh secara Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 99 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 bersama-sama terhadap penggelapan pajak (tax 1. evasion). c. Ketepatan pengalokasian (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap penggelapan pajak (tax 2 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R ) evasion) (Y). Dengan demikian dapat Koefisien determinasi pada intinya mengukur disimpulkan bahwa ketepatan pengalokasian seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan bukan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi variasi variabel dependen.Pada pengujian hipotesis wajib pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya menghindari penggelapan pajak. 2 nilai (Adjusted R ) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu ketepatan 2. pajak Teknologi untuk dan melakukan informasi ataupun perpajakan (X2) pengalokasian, berpengaruh dan signifikan terhadap penggelapan teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi pajak (tax evasion) (Y). Terdapat pengaruh serta pengaruhnya terhadap penggelapan pajak (tax negatif dan signifikan antara teknologi dan evasion). Hasil dari uji koefisien determinasi dapat informasi dilihat pada tabel di bawah ini: pajak, artinya semakin baik dan modernnya Tabel IV.19 teknologi Hasil Uji Koefisien Determinasi diterapkan Model Summary Model informasi oleh mempermudah WP penggelapan perpajakan yang Pajak untuk Ditjen dalam melaksanakan Adjusted Std. Error of kewajiban perpajakannya maka hal ini dapat Square R Square the Estimate mengurangi tindakan penggelapan pajak yang .307 .285 akan dilakukan oleh wajib pajak, begitupun 5.219 sebaliknya. a. Predictors: (Constant), DISKRIMINASI, 3. KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN Diskriminasi (X3) berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax evasion) (Y). Terdapat INFORMASI PERPAJAKAN pengaruh b. Dependent Variable: TAX EVASION signifikan antara wajib pajak dalam hal perpajakan, maka semakin bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,285. Dengan bahwa dan semakin rendah tingkat diskriminasi menurut Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui dapat diartikan positif diskriminasi terhadap penggelapan pajak, artinya Sumber: Data primer yang diolah, 2017. demikian, dan terhadap R R .554a 1 b perpajakan 28,5% rendah pula tindakan penggelapan pajak yang dari akan dilakukan oleh wajib pajak, begitupun penggelapan pajak dipengaruhi oleh variabel-variabel sebaliknya. independen dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya (100% - 28,5% = 71,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. B. Implikasi Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat implikasi penelitian yang dapat diambil, diantaranya: BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan pengujian menggunakan Penerimaan dana yang berasal dari pajak jika menurut wajib pajak tidak dialokasikan dengan Kesimpulan dan 1. yang model telah dilakukan regresi dengan berganda,maka kesimpulan yang dapat diambil diantaranya sebagai berikut: tepat oleh pemerintah dan wajib pajak tidak merasakan adanya manfaat dari pajak yang telah ia bayarkan selama ini, maka hal tersebut akan menyebabkan tingkat perilaku penggelapan pajak semakin meningkat. Dengan melihat fakta Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 100 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 tersebut, maka pemerintah harus lebih baik dalam pemerintah, dengan begitu dapat menurunkan mengawasi serta mengalokasikan dana pajak kecenderungan wajib pajak untuk melakukan yang ada secara benar dan tepat serta transparan penggelapan pajak. kepada masyarakat sehingga wajib pajak merasakan adanya manfaat yang bisa ia dapatkan Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka diharapkan tingkat kecenderungan wajib pajak saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai untuk berikut: melakukan penggelapan pajak bisa 1. Penelitian selanjutnya Dengan semakin baik dan modernnya teknologi Diharapkan bisa menambahkan jumlah variabel dan informasi perpajakan yang diterapkan oleh independen Ditjen Pajak dapat membuat wajib pajak merasa penggelapan pajak, seperti self assessment dipermudah dalam hal melakukan kewajiban system, kecenderungan personal, perpajakannya, sebab wajib pajak tidak perlu lagi dan keadilan pajak. melakukan segala kegiatan perpajakannya dengan 2. yang dapat mempengaruhi tax morale, KPP Pratama Jakarta Sunter mendatangi langsung KPP setempat sehingga Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang wajib pajak dapat lebih menghemat waktu dan diberikan sehingga dapat juga meningkatkan juga semakin kesadaran wajib modernnya teknologi dan informasi perpajakan, kewajiban perpajakannya wajib pajak semakin sulit untuk memanipulasi sehingga wajib pajak tidak melakukan tindakan data tax evasion. tenaga. Selain perpajakannya. tersebut, 3. Saran dari pembayaran pajak tersebut. Dengan begitu semakin menurun. 2. C. maka itu dengan Dengan Ditjen Pajak melihat fakta harus terus 3. pajak untuk secara melakukan sukarela Pemerintah melakukan modernisasi pelayanan perpajakannya Diharapkan pemerintah dapat melakukan agar wajib pajak semakin merasa puas dalam sosialisasi sedari dini tentang pentingnya sikap melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga wajib pajak untuk taat dan patuh dalam diharapkan hal tersebut dapat menurunkan melakukan kewajiban perpajakannya.Disamping kecenderungan wajib pajak untuk melakukan itu juga perlu disosialisasikan secara lebih luas penggelapan pajak. manfaat dari uang pajak yang telah disetorkan ke Diskriminasi yang dirasakan oleh wajib pajak, kas negara.Diharapkan dengan semakin tinggi baik dalam hal peraturan perpajakan maupun kesadaran masyarakat membayar pajak, maka pelayanan perpajakan dapat membuat wajib pajak kecenderungan untuk melakukan pelanggaran merasa diperlakukan secara tidak adil oleh dan tindakan tax evasion semakin menurun. pemerintah sehingga kecenderungan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak semakin DAFTAR PUSTAKA tinggi. Dengan melihat fakta tersebut, maka Agoes, Sukrisno dan Esterlita Trisnawati. 2013. pemerintah dalam hal ini Ditjen Pajak harus lebih “Akuntansi Perpajakan Edisi 3” meminimalisir peraturan perpajakan yang dapat Jakarta: Salemba Empat. dianggap mendiskriminasi terhadap suatu golongan tertentu agar tidak ada wajib pajak yang Ardi, Devi Marta. 2016. “Pengaruh Persepsi merasa diperlakukan secara tidak adil oleh Wajib Pajak Orang PribadiTerhadap Tindakan Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 101 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Penggelapan Pajak Di Kota Surakarta”. Journal TeknologiPerpajakan, ofEconomic and Economic Education Vol.4 No.2 Kepada Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax (177 -191). Surakarta:Universitas Islam Batik evasion”. Accounting Analysis Journal 3 (4) Hal Surakarta. 543-552. dan Semarang: Ketidakpercayaan Universitas Negeri Semarang. Ardyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto. 2014. “Pengaruh Keadilan, Pengalokasian, Tarif Kecurangan, Pajak,Ketepatan Gelapkan Pajak, Asian Agri Dihukum Denda Rp. Teknologi 2,5 dan Triliun. Informasi Perpajakan Terhadap Tax evasion”. 2012.http://www.mongabay.co.id/2012/12/28/gel Accounting Analysis Journal 3 (4) Hal475-484. apkan-pajak-asian-agri Semarang: Universitas Negeri Semarang. dihukum-denda-rp25-triliun/. Diakses pada 17 Februari 2017. Armina, Eka Nilam dan Afrizal Tahar. 2016. “Pengaruh Keadilan, Diskriminasi,Tarif Pajak, Gelapkan Uang Klien, Konsultan Pajak Jadi Ketepatan Tersangka. Pengalokasian, Teknologi dan Informasi Perpajakan Terhadap Tindakan Tax Evasion”. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2014.http://news.detik.com/berita/2461041/gelap kan-uang-klien-konsultan pajak-jadi-tersangka. Diakses pada 27 Maret 2017. Ayu, S. D. dan R. Hastuti. 2009. “Persepsi Wajib Pajak: Dampak PertentanganDiametral Pada Tax Ghozali, Evasion Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang: Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Imam. 2001. “Aplikasi Analisis UNDIP. Pengalokasian, Teknologi SistemPerpajakan, dan Kecenderungan Personal (Studi Wajib Pajak Handyani, Annisa’ul dan Nur Cahyonowati. OrangPribadi)”.Kajian Akuntansi, Vol. 1 No. 1. 2014. Hal 1-12. Semarang: UNIKA Soegijapranata. Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Penggelapan Pajak”.Diponegoro Bahasyim Assifie Jadi Nasabah Prioritas BNI. Accounting Vol. 2010.http://www.rmol.co/read/2010/10/09/6009/ Semarang:UNDIP. Bahasyim-Assifie-Jadi Hasanah, Nuramalia dan Indra Pahala. 2015. -Nasabah-Prioritas-BNI-. Diakses pada 17 Februari 2017. “Manajemen 3 No. Pajak”. 3 Journal Of Hal 1-7. Jakarta:Lembaga Pengembangan Pendidikan UNJ. Fadillah. 2012. “Psikologi Perkembangan I”. Indriyani, Mila. 2016. “Pengaruh Keadilan, Pusat Sistem Belajar dan e- learning.http://www.mercubuana.ac.id Perpajakan, DanKemungkinan Terdeteksinya Diskriminasi, Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib PajakOrang Pribadi Friskianti, Assessment Yossi. 2014. System, “ PengaruhSelf Mengenai Perilaku Tax Evasion”. Seminar Keadilan, Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 102 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 NasionalIENACO. Surakarta: Universitas Islam Robbins, Stephan P. dan Timothy A. Judge. 2008. Batik Surakarta. Perilaku Organisasi. Jakarta:Salemba Empat Izza, Ika Alfi Nur Dan Ardi Hamzah. 2009. Sariani, Putu et al. 2016. “Pengaruh Keadilan, “Etika Penggelapan Pajak PerspektifAgama: Sistem Sebuah Studi Interpretatif”. Kepatuhan Terhadap Perpajakan, Diskriminasi,Dan Biaya Persepsi Wajib Pajak Mengenai EtikaPenggelapan Pajak (Tax Evasion) Jatmiko, Agus Nugraha. 2006. “Pengaruh Sikap Pada KPP Pratama Singaraja”. JurnalAkuntansi Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Program S1 Vol. 6 No. 3. Singaraja: Universitas Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Pendidikan TerhadapKepatuhan Ganesha. Wajib Pajak”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Silaen, Charles. 2015. “Pengaruh Sistem Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi”. Perpajakan, Yogyakarta: Penerbit Andi. Informasi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Diskriminasi, TeknologiDan Pajak Mengenai EtikaPenggelapan Pajak (Tax Ngadiman. 2008. “Modernisasi dan Reformasi Evasion)”. Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Hal 1-15. Pelayanan Perpajakan”. MIIPS Vol.7 No.2 Pekanbaru: Universitas Riau. September 2008 Hal 165-175 Suandy, Pandiangan, Liberti. 2007. “Modernisasi dan Erly. 2001. “Perencanaan Pajak”. Jakarta: Salemba Empat. Reformasi Pelayanan Perpajakan”. Elex Media Suandy, Erly. 2009. “Hukum Pajak”. Jakarta: Komputindo. Salemba Empat. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Ekonomi. Sugiyono. 2011. “Statistika Untuk Penelitian”. 2012. FE: UNJ Bandung: Penerbit ALFABETA Permatasari, Inggrid. 2013. “Meminimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak,Teknologi dan Syahrina, Pratomo dan Dudi Pratomo. 2014. Informasi “Pengaruh Perpajakan, Perpajakan, Keadilan danKetepatan Sistem Pengalokasian Kecurangan, KemungkinanTerdeteksinya Keadilan Ketepatan Pengeluaran Pemerintah (Studi Empiris pada PengalokasianPajak, Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Perpajakan Terhadap Tax Evasion OlehWajib Pratama Pekanbaru Senapelan). Pajak”. SNEB. Bandung: Universitas Telkom. Diponegoro dan Pajak, Teknologi Sistem Journal Of Accounting Vol. 2 No. 2 Hal 1-10. Semarang: UNDIP. Tahun lalu jumlah kasus pajak meningkat 280 persen.2015. Resmi, Siti. 2011. “Perpajakan: Teori dan http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2015012 Kasus”. Jakarta: Salemba Empat. 9071636-78-28176/tahun-lalu-jumlah-kasus- Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 103 E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 pajak-meningkat-280-persen/. Diakses pada 21 Februari 2017 Yolanda, Dera et al. 2016. “Pengaruh Sistem Perpajakan, Diskriminasi,Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, dan Norma Terhadap PersepsiWajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak (Tax Evasion). Jurnal.Universitas Bung Hatta. Wahyuningsih, Dian Tri. 2015. “Minimalisasi Tax Evasion Melalui Tarif Pajak,Teknologi Dan Informasi Perpajakan, Perpajakan,Dan Pengeluaran Keadilan Ketepatan Pemerintah”. Sistem Pengalokasian Jurnal.Semarang: Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Zain, Mohammad. 2008. “Manajemen Perpajakan Edisi 3”. Jakarta: SalembaEmpat. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi Volume 12 No.01, Tahun 2017 104