E ISSN : 2302 -1810 DOI : doi.org/1021009/wahana 012/1.6 Jurnal

advertisement
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Pengaruh Ketepatan Pengalokasian, Teknologi dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi Terhadap Penggelapan
Pajak (Tax Evasion)
Ika Fitriyanti
Achmad Fauzi
Diah Armeliza
Email:[email protected]
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan, dan
diskriminasi terhadap penggelapan pajak (tax evasion).Populasi penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar
di KPP Pratama Jakarta Sunter.Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan metode convenience sampling, data
dikumpulkan dengan pembagian kuisioner.Metode analisis data penelitian yang digunakan adalah regresi linier
berganda.Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh signifikan terhadap
penggelapan pajak, teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak, dan
diskriminasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggelapan pajak.
Keyword: penggelapan pajak, diskriminasi, TI perpajakan, Ketepatan pengalokasian
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Penggelapan
salah satu sumber penerimaan terbesar bagi Indonesia.
Penerimaan dari sektor pajak biasanya digunakan oleh
pemerintah untuk membiayai keseluruhan pengeluaran
baik
itu
pengeluaran
rutin
maupun
pengeluaran pembangunan yang bertujuan demi
meningkatkan
kemakmuran
dan
kesejahteraan
rakyatnya. Menyadari akan pentingnya penerimaan
dari sektor pajak, maka pemerintah Indonesia setiap
tahunnya selalu berusaha untuk meningkatkan sumber
penerimaan dalam negeri khususnya dari sektor pajak.
Upaya
meminimalkan
beban
pajak
dapat
dilakukan oleh wajib pajak dengan berbagai cara,
mulai dari yang masih berada dalam koridor peraturan
perpajakan sampai dengan yang sudah melanggar
koridor peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan
beban pajak yang masih berada dalam koridor
peraturan
perpajakan
dikenal
(tax
evasion)
dapat
digambarkan sebagai usaha pengurangan pajak yang
Latar Belakang Masalah
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pajak menjadi
negara,
pajak
dengan
istilah
penghindaran pajak (tax avoidance) sedangkan upaya
meminimalkan beban pajak dengan cara yang sudah
melanggar koridor peraturan perpajakan dikenal
dengan istilah penggelapan pajak (tax evasion).
dilakukan dengan cara
yang
illegalatau sudah
melanggar peraturan perpajakan sehingga hal ini dapat
merugikan negara dan juga akan dikenakan sanksi
bagi pihak-pihak yang melakukannya, sedangkan
penghindaran
pajak
(tax
avoidance)
dapat
digambarkan sebagai usaha pengurangan pajak yang
dilakukan secaralegal dengan cara memanfaatkan
ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara
optimal,
seperti pengecualian dan pemotongan-
pemotongan
yang
diperkenankan
maupun
memanfaatkan hal-hal yang belum diatur serta
kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan
perpajakan yang berlaku (Suandy, 2009). Meskipun
keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu ingin
meminimalkan beban pajak terutangnya, namun cara
yang dilakukan sangatlah bertolak belakang.
Dalam menerapkan penghindaran pajak (tax
avoidance) sangat diperlukan pengetahuan serta
wawasan yang baik dan luas mengenai bidang
perpajakan agar dapat menemukan celah yang tepat
untuk mengurangi beban pajak terutangnya tanpa
harus
melanggar
peraturan
perundang-undangan
perpajakan, sehingga hal ini biasanya hanya bisa
dilakukan oleh orang yang kompeten dalam bidang
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
84
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
perpajakan
seperti
Sulitnya
Agri Group yaitu Suwir Laut alias Liu Che Siu pada
penerapan
penghindaran
mengakibatkan
tahun 2012 yang terbukti melakukan penggelapan
sebagian besar wajib pajak lebih memilih untuk
pajak dengan tindak pidana menyampaikan surat
melakukan tindakan penggelapan pajak. Hal ini
pemberitahuan dan/atau keterangan dengan isi tidak
dikarenakan
mereka
memiliki
benar atau tidak lengkap secara berlanjut selama
pengetahuan
yang
perpajakan
berturut-turut empat tahun yaitu pada tahun 2002
sehingga tidak menemukan celah yang tepat untuk
hingga 2005 terhadap sejumlah 14 perusahaan senilai
meminimalkan beban pajak terutangnya tanpa harus
Rp. 1,259 triliun (www.mongabay.co.id).
melanggar
konsultan
pajak
masih
lebih
pajak.
kurang
mengenai
itu tindakan
Dengan banyaknya contoh kasus penggelapan
penggelapan pajak juga dinilai lebih mudah untuk
Undang-Undang,
selain
pajak yang terjadi di Indonesia, semakin membuat
dilakukan meskipun hal tersebut sangat melanggar
wajib
peraturan perundang-undangan perpajakan.
kewajiban perpajakannya dengan benar, hal ini
pajak
tidak
patuh
dalam
melaksanakan
Saat ini banyak kasus penggelapan pajak yang
dikarenakan mereka semakin tidak percaya dengan
terjadi di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun
petugas pajak dan semakin memiliki pemikiran bahwa
dari CNN Indonesia, bahwa Ditjen Pajak mencatat
uang
masih tingginya praktik penggelapan pajak yang
diselewengkan
dilakukan oleh wajib pajak sepanjang tahun 2014. Hal
dialokasikan dengan tepat.
ini tercermin dari jumlah kasus perpajakan yang naik
280
persen
dibandingkan
tahun
pajak
yang
oleh
sudah
dibayarkannya
petugas
pajak
dan
akan
tidak
Penelitian mengenai penggelapan pajak (tax
2013
evasion) sendiri telah beberapa kali dilakukan di
(www.cnnindonesia.com). Beberapa contoh dari kasus
Indonesia, diantaranya oleh Ayu dan Hastuti (2009),
penggelapan pajak yang terjadi di Indonesia yaitu
Permatasari (2013), Ardyaksa (2014), Friskianti
seperti kasus yang menjerat Bahasyim Assifie.
(2014), Handyani (2014), Silaen (2015), Indriyani et
Bahasyim diketahui pernah menerima hadiah yang
al (2016),Armina dan Tahar (2016), Wahyuningsih
bertentangan dengan kewajibannya atau dalam kata
(2015), serta Ardi et al (2016). Penelitian-penelitian
lain telah menerima uang suap senilai Rp. 1 milyar
tersebut membahas mengenai faktor-faktor yang dapat
dari wajib pajak bernama Kartini Mulyadi, selain itu
mempengaruhi
Bahasyim juga terbukti melakukan tindak pidana
penggelapan
pencucian uang dengan modus pemindahan harta ke
diantaranya yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi
beberapa rekening miliknya serta milik istri dan kedua
dan informasi perpajakan, serta diskriminasi.
wajib
pajak.
pajak
untuk
Beberapa
melakukan
faktor
tersebut
anaknya. Menurut jaksa penuntut umum, selama
Ketepatan pengalokasian menjadi salah satu
melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai kepala
faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk
KPP Jakarta VII pada tahun 2002, kepala KPP Koja
melakukan
pada tahun 2006, kepala KPP Palmerah pada tahun
pengalokasian pajak diartikan sebagai pemanfaatan
2007, serta Inspektur Bidang Kinerja Kelembagaan
dana pajak yang tercantum dalam APBN dan
Kementerian Negara PPN/Bappennas pada 2008-
mendistribusikannya kembali ke masyarakat kedalam
2010, Bahasyim dinilai telah melakukan tindak pidana
bentuk fasilitas umum yang diberikan pemerintah
korupsi
(Sari dan Dwinuri, 2009 dalam Syahrina dan Pratomo,
dan
juga
pencucian
uang
(www.beritasatu.com) dan (www.rmol.co).
Selain itu tindakan penggelapan pajak juga
pernah dilakukan oleh mantan manajer pajak PT Asian
penggelapan
pajak.
Ketepatan
2014). Oleh karena itu dengan semakin banyaknya
dana
pajak
yang
berhasil
dikumpulkan
atau
dibayarkan oleh wajib pajak maka seharusnya fasilitas
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
85
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
umum yang tersedia untuk masyarakat juga semakin
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
banyak (Ayu dan Hastuti, 2009). Karena pada
dilakukan oleh Ardyaksa (2014) yang mengatakan
dasarnya pajak yang telah dibayarkan oleh wajib pajak
bahwa
kepada negara akan kembali juga ke masyarakat
berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak. Hal
seperti dalam bentuk fasilitas umum yang dapat
ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi dan
dinikmati oleh masyarakat secara luas.
modern teknologi dan informasi perpajakan maka
teknologi
dan
informasi
perpajakan
Masyarakat dalam hal ini wajib pajak pada
akan mengurangi tingkat penggelapan pajak. Hasil
dasarnya sangat menginginkan pemerintah untuk
penelitian dari Permatasari (2013) juga mengatakan
mengalokasikan hasil penerimaan yang diterima dari
bahwa
sektor pajak dengan tepat dan sebesar-besarnya untuk
berpengaruh
kesejahteraan rakyat (Permatasari, 2013). Namun,
penggelapan pajak. Namun penelitian yang dilakukan
apabila
bahwa
oleh Ayu dan Hastuti (2009) dan juga Friskianti
pemerintah mengalokasikan dana pajaknya dengan
(2014) justru memiliki hasil penelitian yang berbeda,
tidak tepat maka wajib pajak tersebut akan semakin
hasil penelitian mereka mengatakan bahwa teknologi
malas untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya
dan informasi perpajakan tidak berpengaruh terhadap
dengan benar sehingga hal ini akan memicu wajib
penggelapan pajak (tax evasion).
wajib
pajak
masih
merasakan
teknologi
dan
negatif
informasi
dan
signifikan
perpajakan
terhadap
pajak untuk melakukan tindakan penggelapan pajak.
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak yaitu
Ardyaksa (2014) yang mengatakan bahwa ketika
diskriminasi.
pengeluaran pemerintah dianggap tidak baik maka
perlakuan yang terjadi pada perorangan atau kelompok
kecenderungan
yang didasarkan pada perbedaan agama, ras, etnik,
wajib
pajak
untuk
melakukan
penggelapan pajak akan semakin tinggi.
Diskriminasi merupakan
perbedaan
budaya, jenis kelamin, bahasa, dan aspek kehidupan
Teknologi dan informasi perpajakan juga menjadi
yang lain. Diskriminasi dalam hal perpajakan dapat
faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak untuk
berupa peraturan perpajakan yang tidak adil, dalam
melakukan penggelapan pajak. Pemerintah dalam hal
artian peraturan tersebut menguntungkan pihak-pihak
ini Ditjen Pajak
modernisasi
tertentu, ataupun diskriminasi dari segi perlakuan
pelayanan perpajakan berupa penerapan teknologi dan
telah melakukan
terhadap seluruh wajib pajak (Silaen, 2015). Contoh
informasi yang modern dalam bidang perpajakan yang
dari tindakan diskriminasi dalam perpajakan yaitu
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
berupa peraturan yang menegaskan bahwa zakat
serta meningkatkan pula kepatuhan wajib pajak dalam
diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan. Tentu
membayar pajak terhutangnya (Permatasari, 2013).
hal dianggap sebagai tindakan diskriminasi bagi kaum
Sehingga dengan semakin modernnya fasilitas dalam
yang beragama non muslim. Menurut Yolanda, et al
bidang perpajakan yang telah disediakan oleh
(2016), diskriminasi menjadi faktor yang dapat
pemerintah diharapkan tingkat penggelapan pajak juga
mempengaruhi
akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan dengan
penggelapan pajak sehingga penggelapan pajak dapat
menggunakan sistem perpajakan yang terhubung
terjadi
langsung dengan DJP, wajib pajak akan semakin sulit
dirasakan oleh wajib pajak.
wajib
dikarenakan
pajak
adanya
dalam
melakukan
diskriminasi
yang
untuk memanipulasi data perpajakannya dan juga
Penelitian yang dilakukan oleh Ardi et al (2016)
dapat meminimalisir tingkat kecurangan yang dapat
mengatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif
dilakukan antara wajib pajak dan fiskus.
terhadap tindakan penggelapan pajak. Hal yang sama
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
86
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
juga dinyatakan oleh Silaen (2015) yang juga
yang dilakukan oleh Bahasyim Assifie, David
mengatakan bahwa diskriminasi berpengaruh terhadap
Kenny Naftali, dan Suwir Laut.
etika penggelapan pajak. Namun penelitian yang
C.
dilakukan oleh Handyani (2014) dan Armina dan
Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
Tahar (2016) justru mengatakan bahwa diskriminasi
1. Penelitian ini hanya meneliti variabel independen
tidak berpengaruh terhadap tindakan penggelapan
yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi dan
pajak.
informasi perpajakan, serta diskriminasi dengan
Dari pemaparan hasil penelitian diatas, terlihat
metode
bahwa masih adanya perbedaan hasil antar variabel-
pengambilan
data
menggunakan
kuisioner.
variabel independen yang digunakan dalam penelitian
2. Sampel penelitian yang digunakan adalah wajib
ini sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan
pajak orang pribadi yang terdaftar pada KPP
penelitian
Pratama Jakarta Sunter.
kembali
dengan
tujuan
untuk
mengkonfirmasi ulang penelitian sebelumnya serta
D.
Perumusan Masalah
memberikan bukti empiris baru mengenai pengaruh
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan
dari ketepatan pengalokasian, teknologi dan informasi
diatas, maka penelitian ini merumuskan pertanyaan
perpajakan, dan diskriminasi terhadap penggelapan
sebagai berikut :
pajak.
1.
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan
diatas,
maka
penelitian
ini
mengambil
Apakah ketepatan pengalokasian berpengaruh
terhadap penggelapan pajak (tax evasion)?
judul
2.
“Pengaruh Ketepatan Pengalokasian, Teknologi
Apakah teknologi dan informasi perpajakan
berpengaruh terhadap penggelapan pajak (tax
Dan Informasi Perpajakan, dan Diskriminasi
evasion)?
Terhadap Penggelapan Pajak (Tax Evasion)”
3.
Apakah
diskriminasi
berpengaruh
terhadap
penggelapan pajak (tax evasion)?
B.
Identifikasi Masalah
BAB II
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat
KAJIAN TEORETIK
diidentifikasikan beberapa masalah pada penelitian
ini, antara lain:
1.
A.
Masyarakat dalam hal ini wajib pajak masih
merasa
bahwa
pengalokasian
Deskripsi Konseptual
1.
pengeluaran
Definisi pajak menurut pasal 1 angka 1 UU
pemerintah dari sektor pajak masih kurang tepat
KUP
pengalokasiannya.
2.
perpajakan
oleh
wajib
pajak
adalah
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
Wajib pajak masih merasakan adanya tindakan
digunakan untuk keperluan negara dan bagi
diskriminasi dalam bidang perpajakan.
4.
bahwa
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
pajak
khususnya wajib pajak orang pribadi.
3.
menyebutkan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang
Masih rendahnya penggunaan teknologi dan
informasi
Pajak
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Agoes dan
Penggelapan pajak di Indonesia sudah banyak
Trisnawati, 2013:6).
terjadi, hal ini terbukti dengan banyaknya
kasus-kasus penggelapan pajak seperti kasus
2.
Penggelapan Pajak
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
87
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan
2013). Namun, apabila wajib pajak masih
usaha meringankan beban pajak dengan cara yang
merasakan bahwa pemerintah mengalokasikan
melanggar undang-undang (Mardiasmo, 2011:9).
dana pajaknya dengan tidak tepat maka wajib
Menurut Hasanah dan Pahala (2015:8),
a.
melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan
Tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
benar sehingga hal ini akan memicu wajib pajak
atau menyampaikan SPT tidak tepat waktu.
untuk melakukan tindakan penggelapan pajak.
Tidak mengisi SPT dengan benar dan lengkap.
c.
Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau telah dipungut.
4.
Teknologi dan Informasi Perpajakan
Teknologi
d.
Membuat faktur pajak fiktif.
e.
Membuat
dan
informasi
perpajakan
merupakan penggunaan sarana dan prasarana
pembukuan
berganda
(double
perpajakan dengan memanfaatkan ilmu dan
bookkeeping).
perkembangan teknologi serta informasi dibidang
Tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak,
perpajakan
menyalahgunakan NPWP, dan sebagainya
pelayanan perpajakan terhadap wajib pajak yang
akan
3.
untuk
tindakan penggelapan pajak dapat berupa :
b.
f.
pajak tersebut akan semakin malas
Ketepatan Pengalokasian
Ketepatan
untuk
memenuhi
meningkatkan
kewajiban
kualitas
perpajakannya
(Silaen, 2015).
pengalokasian
pajak
adalah
Dengan
demikian,
modernisasi
layanan
pemanfaatan dana pajak yang tercermin dalam
perpajakan yang telah dilakukan oleh pemerintah
APBN dan mendistribusikannya kembali ke
diharapkan
masyarakat ke dalam bentuk fasilitas umum yang
pelayanan sehingga dapat meningkatkan pula
diberikan pemerintah
(Sari
dan Dwinuri, 2009
dapat
meningkatkan
kualitas
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
(Permatasari dan Laksito, 2013).
dalam Syahrina dan Pratomo, 2014).
Oleh karena itu seharusnya dengan adanya
pajak maka ketersediaan fasilitas umum akan
semakin banyak (Ayu dan Hastuti, 2009). Karena
pada dasarnya pajak yang telah dibayarkan oleh
wajib pajak kepada negara akan kembali juga ke
masyarakat seperti dalam bentuk fasilitas umum
Sehingga dengan semakin tinggi dan modern
teknologi
dan
informasi
perpajakan
yang
digunakan oleh pemerintah diharapkan akan
semakin rendah pula tindakan penggelapan pajak
yang dilakukan oleh wajib pajak (Permatasari dan
Laksito, 2013).
yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara
luas, seperti fasilitas transportasi yang lebih
nyaman dan juga murah, pembangunan jalan tol
yang dapat mengurangi kemacetan, fasilitas
pendidikan,
fasilitas
kesehatan,
dan
lain
demikian
masyarakat
sangat
menginginkan pemerintah untuk mengalokasikan
hasil penerimaan yang diterima dari sektor pajak
dengan
tepat
Diskriminasi adalah perbedaan perlakuan
yang terjadi pada perorangan atau kelompok yang
didasarkan pada perbedaan agama, ras, etnik,
budaya,
sebagainya.
Dengan
5. Diskriminasi
dan
sebesar-besarnya
untuk
kesejahteraan rakyat (Permatasari dan Laksito,
jenis
kelamin,
bahasa,
dan aspek
kehidupan yang lain (Silaen, 2015).
Saat ini wajib pajak masih merasakan adanya
tindakan diskriminasi dalam bidang perpajakan,
seperti dengan adanya peraturan yang dianggap
mendiskriminasi bagi suatu golongan.Salah satu
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
88
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
peraturan
yang
dinilai
bentuk
informasi perpajakan berpengaruh secara negatif
diskriminasi yaitu Peraturan Pemerintah Nomor
dan signifikan terhadap penggelapan pajak.Hasil
60 Tahun 2010 tentang zakat atau sumbangan
penelitian dari Ardyaksa dan Kiswanto (2014) juga
keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat
mengatakan
bahwa
dikurangkan dari penghasilan bruto. Adanya
perpajakan
berpengaruh
peraturan
penggelapan
pajak.
tersebut
sebagai
dianggap
hanya
teknologi
dan
informasi
negatif
terhadap
Namun
penelitian
yang
menguntungkan wajib pajak yang beragama
dilakukan oleh Ayu dan Hastuti (2009) dan juga
Islam
sebagai
Friskianti (2014) justru memiliki hasil penelitian
pengurang pajak.Selain itu Peraturan Pemerintah
yang berbeda. Hasil penelitian mereka mengatakan
Nomor 46 Tahun 2013 tentang pajak penghasilan
bahwa teknologi dan informasi perpajakan tidak
atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
berpengaruh
diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
evasion).
karena
zakat
diperbolehkan
bruto tertentu.Dimana pajak final dikenakan
terhadap
penggelapanpajak
(tax
Penelitian yang dilakukan oleh Ardi et al (2016)
sebesar 1% terhadap penghasilan bruto juga
mengatakan
dinilai sebagai bentuk diskriminasi karena banyak
positif terhadap tindakan penggelapan pajak. Dan
merugikan pengusaha kecil menengah yang
menurut Silaen (2015) juga mengatakan bahwa
belum mapan dalam usahanya (Indriyani et al,
diskriminasi
2016).
penggelapan
Oleh sebab itu dengan adanya peraturan
perpajakan
yang
dianggap
sebagai
bahwa
diskriminasi
berpengaruh
pajak.
Namun
berpengaruh
terhadap
etika
penelitian
yang
dilakukan oleh Handyani dan Cahyonowati (2014)
bentuk
dan Armina dan Tahar (2016) justru mengatakan
diskriminasi oleh wajib pajak maka wajib pajak
bahwa diskriminasi tidak berpengaruh terhadap
akan semakin termotivasi untuk melakukan
tindakan penggelapan pajak.
tindakan penggelapan pajak.
C.
B.
Hasil Penelitian yang Relevan
Kerangka Teoretik
Ketepatan
pengalokasian
memiliki
pengaruh
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Hastuti
terhadap penggelapan pajak. Hal ini didasarkan pada
(2009) mengatakan bahwa ketepatan pengalokasian
hasil bukti empiris dari penelitian yang dilakukan oleh
pengeluaran pemerintah yang bersumber dari pajak
Permatasari dan Laksito (2013) yang mengatakan
berpengaruh negatif terhadap penggelapan pajak.
bahwa
Kemudian menurut Permatasari dan Laksito (2013)
pemerintah
juga mengatakan bahwa ketepatan pengalokasian
terhadap
pengeluaran pemerintah berpengaruh negatif dan
pengeluaran pemerintah dianggap tidak tepat atau
bersifat signifikan terhadap penggelapan pajak.
tidak baik maka kecenderungan wajib pajak untuk
Namun
melakukan penggelapan pajak akan semakin tinggi.
penelitian
yang
dilakukan
oleh
ketepatan
pengalokasian
berpengaruh
penggelapan
negatif
pajak
dan
pengeluaran
signifikan
sehingga
ketika
Wahyuningsih (2015) mengatakan yang sebaliknya,
Pengaruh teknologi dan informasi perpajakan
ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah
terhadap penggelapan pajak yaitu dengan semakin
tidak
tinggi dan modernnya teknologi dan informasi
berpengaruh
secara
parsial
terhadap
penggelapan pajak.
perpajakan
yang
digunakan
oleh
pemerintah,
Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dan
diharapkan akan semakin rendah pula tindakan
Laksito (2013) mengatakan bahwa teknologi dan
penggelapan pajak yang akan dilakukan oleh wajib
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
89
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
pajak (Permatasari dan Laksito, 2013).
dari
Sementara itu pengaruh diskriminasi terhadap
masyarakat
yang
mengakibatkan
tindakan
penggelapan pajak (Ardi et al, 2016).
penggelapan pajak yaitu dengan masih adanya
Berdasarkan
kebijakan yang ditentukan hanya menguntungkan
penjelasan
diatas,
maka
dapat
disimpulkan dalam gambar sebagai berikut:
sebagian pihak saja, maka akan timbul penentangan
Ketepatan
Pengalokasian
(X1)
Penggelapan
Pajak (Tax
Evasion)
(Y)
Teknologi dan
Informasi Perpajakan
(X2)
Diskriminasi
(X3)
D.
Perumusan Hipotesis
3.
H1 :Ketepatan pengalokasian berpengaruh
Mengetahui pengaruh
diskriminasi terhadap
penggelapan pajak (tax evasion).
terhadap penggelapan pajak.
H2: Teknologi dan informasi perpajakan
berpengaruh terhadap penggelapan pajak.
H3
:Diskriminasi
berpengaruh
terhadap
penggelapan pajak
B.
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, objek yang diteliti yaitu
Wajib Pajak Orang Pribadi.Sedangkan ruang lingkup
penelitian
mengenai
pengaruh
teknologi
dan
informasi perpajakan, ketepatan pengalokasian, dan
BAB III
diskriminasi terhadap penggelapan pajak adalah
METODOLOGI PENELITIAN
Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta
A.
Tujuan Penelitian
Sunter.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah
dijelaskan pada Bab 1, maka tujuan dari penelitian
adalah:
1.
2.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Mengetahui pengaruh teknologi dan informasi
adalah metode kuantitatif dengan pendekatan regresi
perpajakan terhadap penggelapan pajak (tax
linier
evasion).
menggunakan
Mengetahui pengaruh ketepatan pengalokasian
dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada
terhadap penggelapan pajak (tax evasion).
Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP
berganda.Penelitian
data
primer.
dilakukan
dengan
Pengumpulan
data
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
90
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Pratama Jakarta Sunter sebagai responden dalam
Berdasarkan pengambilan sampel yang
penelitian ini.
dilakukan dengan metode convenience sampling
dengan menggunakan rumus slovin, dari jumlah
D. Populasi dan Sampel
populasi wajib pajak orang pribadi yang terdaftar
1. Populasi
di KPP Pratama Jakarta Sunter sebanyak 51.735
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
wajib pajak, maka hasil perhitungan sampelnya
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
adalah sebesar 99,98 dan dibulatkan menjadi 100
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
wajib pajak. Jadi, sampel yang diambil yaitu 100
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar pada
(Sugiyono,
KPP Pratama Jakarta Sunter.
2014:61).Adapun
populasi
dalam
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang
terdaftar di KPP Pratama Jakarta Sunter.
2.
C. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Sampel
Penelitian ini menggunakan empat variabel,
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
yang terdiri dari satu variabel dependen dan tiga
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,
variabel independen. Untuk memberikan pemahaman
2014:62).Metode pengambilan sampel dilakukan
yang lebih spesifik, maka variabel-variabel dalam
dengan
penelitian
menggunakan
metode
non
probability
ini didefinisikan secara operasional,
sampling dengan teknik convenience sampling.
sebagai berikut:
Convenience sampling yaitu penarikan sampel
1.
berdasarkan keinginan peneliti sesuai dengan tujuan
Variabel Dependen
Variabel dependen atau sering disebut juga
penelitian dan anggota populasi tersebut tidak
variabel
mempunyai peluang yang sama untuk terpilih
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
menjadi
2011:17).Teknik
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:4).Pada
pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan
penelitian ini yang menjadi variabel dependen
lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat
adalah penggelapan pajak (tax evasion).
sampel
(Supriyadi,
memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel
a.
terikat
merupakan
variabel
yang
Definisi Konseptual
yang akandigunakan dalam penelitian ini. Adapun
Penggelapan pajak (tax evasion) merupakan
sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu Wajib
usaha yang dilakukan wajib pajak (entah berhasil
Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada KPP
atau tidak) untuk mengurangi atau sama sekali
Pratama
sampel
menghapus utang pajak yang dilakukan dengan
dilakukan dengan metode convenience sampling
melanggar hukum yang ada dalam undang-udang
dengan penentuan jumlah sampelnya menggunakan
(Hasanah dan Pahala, 2015:8).
Jakarta
Sunter.
Pengambilan
rumus slovin sebagai berikut:
n=
b.
Definisi Operasional
Adapun
indikator
yang
digunakan
untuk
mengukur penggelapan pajak (tax evasion)
Dalam hal ini:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan (10%)
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Yossi Friskianti (2014), Nuramalia Hasanah dan
Indra Pahala (2015:8), dan Mohammad Zain
(2008:51) yaitu:
1. Tidak menyampaikan SPT,
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
91
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
2. Menyampaikan SPT dengan tidak benar,
3. Tidak
mendaftarkan
diri
Teknologi
dan
informasi
perpajakan
atau
didefinisikan sebagai fasilitas perpajakan
menyalahgunakan NPWP atau pengukuhan
berupa penerapan teknologi dan informasi
PKP,
perpajakan yang modern yang digunakan oleh
4. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipungut
pemerintah dan diperuntukkan kepada wajib
atau dipotong,
pajak dengan tujuan agar mempermudah
5. Berusaha menyuap fiskus.
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya (Permatasari dan Laksito,
2.
Variabel Independen
2013).
Variabel independen atau sering juga disebut
variabel
bebas
mempengaruhi
merupakan
yang
menjadi
yang
Definisi Operasional
Pada
variabel teknologi dan
informasi
sebab
perpajakan ini diukur dengan menggunakan
perubahannya atau timbulnya variabel dependen
skala likert yang menggunakan 5 poin
(Sugiyono, 2011:4). Pada penelitian ini terdapat 3
penilaian, yaitu: (1) tidak setuju, (2) kurang
(tiga) variabel independen, antara lain:
setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat setuju.
a.
atau
variabel
2)
Ketepatan Pengalokasian
Adapun indikator yang digunakan untuk
1) Definisi Konseptual
Ketepatan
mengukur
pengalokasian
teknologi
dan
informasi
adalah
perpajakan mengacu pada penelitian yang
pemanfaatan dana pajak yang tercermin
dilakukan oleh Auliya Ulfa (2015), Theo
dalam
Kusuma
APBN
dan
pajak
mendistribusikannya
Ardyaksa
(2014),
dan
Yossi
kembali ke masyarakat ke dalam bentuk
Friskianti (2014), yaitu:
fasilitas umum yang diberikan pemerintah
1. Ketersediaan teknologi yang berkaitan
(Sari dan Dwinuri, 2009 dalam Syahrina dan
dengan perpajakan
Pratomo, 2014).
2.
2) Definisi Operasional
Memadainya teknologi yang berkaitan
dengan perpajakan
Pada variabel ketepatan pengalokasian in i
3.
diukur dengan menggunakan skala likert yang
Akses
informasi
perpajakan
yang
mudah
menggunakan 5 poin penilaian, yaitu: (1)
4.
tidak setuju, (2) kurang setuju, (3) netral, (4)
Pemanfaatan
fasilitas
teknologi
informasi perpajakan
setuju, (5) sangat setuju. Adapun indikator
yang digunakan untuk mengukur ketepatan
pengalokasian mengacu pada penelitian yang
c.
Diskriminasi
1)
Definisi Konseptual
dilakukan oleh Theo Kusuma Ardyaksa
Berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun
(2014) dan Stephana Dyah Ayu (2009), yaitu:
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat
1. Prinsip manfaat dari penggunaan uang
(3), diskriminasi adalah setiap pembatasan,
yang bersumber dari pajak
2. Pendistribusian dana yang bersumber dari
pajak
b. Teknologi dan Informasi Perpajakan
1) Definisi Konseptual
pelecehan, atau pengucilan yang langsung
maupun tidak langsung didasarkan perbedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial, status
ekonomi,
jenis
kelamin,
bahasa,
dan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
92
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
keyakinan
politik
berakibat
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
atau
oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2011:135).
penghapusan pengakuan, pelaksaanaan atau
Menurut Ghozali, mengukur tingkat validitas
penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
pengangguran,
yang
penyimpangan
dasar dalam kehidupan, baik individual
maupun
kolektif
dalam
bidang
1)
politik,
pertanyaan dengan total skor konstruk
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek
kehidupan yang lain (Sariani et al, 2016).
2)
Melakukan korelasi antara skor butir
atau variabel.
2)
Menghitung
korelasi
antara
skor
Definisi Operasional
masing-masing butir pertanyaan dengan
Pada variabel diskriminasi ini diukur dengan
total skor.
menggunakan skala likert yang menggunakan
5 poin penilaian, yaitu: (1) tidak setuju, (2)
b. Uji Reliabilitas
kurang setuju, (3) netral, (4) setuju, (5) sangat
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu
setuju. Adapun indikator yang digunakan
kuisioner yang merupakan indikator dari variabel
untuk mengukur diskriminasi mengacu pada
atau konstruk.Suatu kuisioner dikatakan reliabel
penelitian yang dilakukan oleh Charles Silaen
atau handal jika jawaban seseorang terhadap
(2015), Devi Martha Ardi (2016) dan Eka
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
Nilam Armina (2016), yaitu:
waktu ke waktu (Ghozali, 2011:132).
1.
Pendiskriminasian atas agama, ras,
kebudayaan, dan keanggotaan kelaskelas sosial.
2.
Uji asumsi klasik digunakan dalam penelitian ini
Pendiskriminasian
yang
3. Uji Asumsi Klasik
disebabkan
terhadap
hal-hal
untuk menguji apakah data telah memenuhi asumsi
oleh
manfaat
klasik atau tidak.Pengujian asumsi klasik yang
dilakukan yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas,
perpajakan .
dan uji heteroskedastisitas.
3.
a. Uji Normalitas
Teknik Analisis Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik
deskriptif
digunakan
untuk
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
variance, maksimum, minimum, kurtosis dan
skewness
(kemencengan
data)
(Ghozali,
apakah dalam model regresi, variabel terikat, dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
normal ataukah tidak.Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau
mendekati normal.
Untuk
menguji apakah
distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan
2011:16).
dengan dua cara, yaitu dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi
2. Uji Kualitas Data
kumulatif
a. Uji Validitas Data
Uji validitas digunakan untuk mengukur
sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu
kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan
pada
kuisioner
mampu
dari
data
sesungguhnya
dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal, serta
dapat juga dilakukan dengan uji statistik. Test
statistik sederhana yang dapat dilakukan adalah
untuk
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
93
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
berdasarkan
nilai
kurtosis
atau
skewness
(Ghozali, 2011:74-76).
model yang digunakan untuk menganalisis atau
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
atau lebih, dan juga menunjukkan arah hubungan
b. Uji Multikolinieritas
antara variabel dependen dengan variabel independen.
Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk
Model ini digunakan untuk menguji apakah ada
menguji apakah model regresi ditemukan adanya
hubungan sebab akibat antara kedua variabel untuk
korelasi antar variabel bebas (independen).Model
meneliti seberapa besar pengaruh antara variabel
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
independen, yaitu teknologi dan informasi perpajakan,
diantara variabel bebas.Untuk mendeteksi ada
ketepatan
atau tidaknya multikolonieritas didalam model
berpengaruh terhadap
regresi dilihat dari besaran VIF (Variance
penggelapan pajak (tax evasion). Persamaan regresi
Inflation Factor) dan nilai Tolerance.Tolerance
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
mengukur variabilitas variabel bebas terpilih
Y= a+β1X1+β2X2+β3X3+e
pengalokasian,
dan
diskriminasi
variabel dependen,
yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Dimana:
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan
Y = Penggelapan pajak (tax evasion)
nilai VIF yang tinggi (karena VIF= 1/Tolerance)
a = Bilangan konstanta
dan menunjukkan adanya kolonieritas yang
β = Koefisien regresi
tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah
X1 = Teknologi dan informasi perpajakan
nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF
X2 = Ketepatan pengalokasian
diatas 10(Ghozali, 2011:57).
X3 = Diskriminasi
yaitu
e = error yang ditolerir
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan
variance
5. Uji Hipotesis
Secara statistik, model regresi dapat diukur
dari residual satu
melalui nilai koefisien determinasi (R²), nilai statistik
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
t dan nilai statistik F. Apabila nilai uji statistiknya
variance dari residual satu pengamatan ke
berada
pengamatan yang lain tetap, maka disebut
perhitungan tersebut signifikan. Sebaliknya bila nilai
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
uji statistiknya berada di daerah (Ha ditolak) maka
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
perhitungannya tidak signifikan.
di daerah
kritis
(Ha
diterima)
maka
adalah yang homoskedastisitas atau jika tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:69).
Untuk
mendeteksi
heteroskedastisitas
ada
dapat
atau
tidaknya
dilakukan
dengan
a. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa
jauh
pengaruh
satu
variabel
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel
penjelas/independen secara individual dalam
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
menerangkan variasi variabel dependen.
4. Analisis Regresi Linier Regresi Berganda
b. Uji Statistik F
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
adalah analisis regresi linier berganda, yaitu suatu
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
94
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
dalam
model mempunyai pengaruh
secara
10
pernyataan
yang
diuji
bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen.
pernyataan
Menurut Ghozali (2011:45)
valid/digugurkan.Selanjutnya
tidak
terdapat
yang
tidak
dari
hasil
uji
validitas terhadap pernyataan variabel teknologi
2
c. Uji Koefisien Determinasi(Adjusted R )
dan informasi perpajakan diketahui dari 12
Koefisien determinasi (R²) pada intinya
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
pernyataan yang diuji tidak terdapat pernyataan
jauh
yang tidak valid/digugurkan.Sementara itu dari
kemampuan model dalam menerangkan variasi
hasil uji validitas terhadap pernyataan variabel
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
diskriminasi diketahui dari 10 pernyataan yang
adalah diantara nol dan satu. Jika pada suatu
diuji terdapat 9 pernyataan yang valid dan 1
model nilai R² kecil, berarti kemampuan variabel-
pernyataan yang tidak valid.Dari 10 pernyataan
variabel independen dalam menjelaskan variasi
diketahui bahwa pernyataan 9 memiliki rhitung
variabel dependen amat terbatas.
lebih rendah dari rtabel dengan nilai 0,430.
(Ghozali,
2011:45).
Selanjutnya dari hasil uji validitas terhadap
pernyataan variabel penggelapan pajak (tax
BAB IV
evasion) diketahui dari 13 pernyataan yang diuji
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
terdapat 12 pernyataan yang valid dan 1
pernyataan yang tidak valid. Dari 13 pernyataan
A.
Pengujian Hipotesis
diketahui bahwa pernyataan 11 memiliki rhitung
1.
Uji Kualitas Data
lebih rendah dari rtabel dengan nilai 0,394.
a.
Uji Validitas
b.
Uji Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur
Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji
sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu
konsistensi data dalam jangka waktu tertentu,
kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
yaitu untuk mengetahui sejauh mana pengukuran
kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang
yang akan diukur oleh kuisioner tersebut
diandalkan.Karena suatu kuisioner dikatakan
(Ghozali, 2011:135).
reliabel atau handal jika jawaban seseorang
digunakan
dapat
dipercaya
atau
Jumlah responden yang menjadi subyek
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil
penelitian berkaitan dengan partisipasinya dalam
dari waktu ke waktu. Variabel-variabel tersebut
penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi
dikatakan reliabel apabila cronbach alpha nya
berjumlah 20 orang yang dilakukan penyebaran
memiliki nilai lebih besar 0,70 yang berarti
kuesioner di KPP Pratama Jakarta Kelapa
bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan
Gading pada bulan April 2017.
sebagai pengumpul data yang handal yaitu hasil
Dengan menggunakan uji dua sisi (twotailed) dengan taraf signifikasi 5% maka nilai
pengukuran relatif koefisien jika dilakukan
pengukuran ulang (Ghozali, 2011:132).
rtabel dalam penelitian ini adalah 0,444.Item
Tabel IV.11
pernyataan dinyatakan valid jika nilai rhitung> dari
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
rtabel.
Instrumen Penelitian
Dari hasil uji validitas terhadap pernyataan
variabel ketepatan pengalokasian diketahui dari
Cronbach
Variabel
Alpha
>/<
Keterangan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
95
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Ketepatan
0,871
>
Variabel teknologi dan informasi perpajakan
Reliabel
dengan menggunakan 12 item pernyataan dalam
Pengalokasian
Teknologi dan
0,946
>
kuesioner mempunyai kisaran 30 sampai 60 dengan
Reliabel
Informasi
nilai rata-rata sebesar 47,55 dan nilai standar deviasi
Perpajakan
yang menunjukkan adanya penyimpangan sebesar
Diskriminasi
0,745
>
Reliabel
6,007 dari nilai rata-rata jawaban responden atas
Penggelapan
0,873
>
Reliabel
pernyataan
teknologi
dan
informasi
perpajakan.
Pajak (Tax
Variabel diskriminasi dengan menggunakan 9
Evasion)
2.
tentang
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
item pernyataan dalam kuesioner mempunyai kisaran
Statistik Deskriptif
10 sampai 34 dengan nilai rata-rata sebesar 22,96 dan
Statistik
memberikan
deskriptif
informasi
untuk
nilai standar deviasi yang menunjukkan adanya
karakteristik
penyimpangan sebesar 4,997 dari nilai rata-rata
digunakan
mengenai
variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
jawaban
responden.Statistik
diskriminasi.
deskriptif
digunakan
untuk
dari rata-rata
variance,
(mean),
maksimum,
kurtosis
rata sebesar 23,41 dan nilai standar deviasi yang
Tabel IV.12
menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 6,173
Hasil Statistik Deskriptif
dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan
tentang penggelapan pajak.
Descriptive Statistics
N
Min
Max
Mean
Std.
Deviation
PENGALOKASIAN
100
20
43
31.07
3.
Uji Asumsi Klasik
5.567
a.
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2011:74-76) uji normalitas
TEKNOLOGI DAN
INFORMASI
tentang
mempunyai kisaran 12 sampai 37 dengan nilai rata-
dan
skewness (kemencengan data) (Ghozali, 2011:16).
KETEPATAN
pernyataan
menggunakan 12 item pernyataan dalam kuesioner
standar deviasi,
minimum,
atas
Variabel penggelapan pajak (tax evasion) dengan
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat
responden
100
30
60
47.55
6.007
DISKRIMINASI
100
10
34
22.96
4.997
TAX EVASION
100
12
37
23.41
6.173
Valid N (listwise)
100
PERPAJAKAN
variabel terikat dan variabel bebas
keduanya
mempunyai distribusi normal ataukah tidak.Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal
atau
mendekati
normal.Menentukan
normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
dengan
Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikan > 0,05
menggunakan 10 item pernyataan dalam kuesioner
maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi
mempunyai kisaran 20 sampai 43 dengan nilai rata-
normal dan jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat
rata sebesar 31,07 dan nilai standar deviasi yang
dikatakan bahwa data tidak berdistibusi normal.
Variabel
ketepatan
pengalokasian
menunjukkan adanya penyimpangan sebesar 5,567
Dari hasil uji normalitas data menggunakan uji
dari nilai rata-rata jawaban responden atas pernyataan
Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) pada tabel IV.13,
tentang ketepatan pengalokasian.
dapat dilihat bahwa nilai pada Asymp. Sig. (2-tailed)
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
96
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
adalah 0,586 yang mana jauh diatas 0,05. Maka dapat
Teknologi
ditarik kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.
dan
informasi
-.388
.092
-.378
-4.197
.000
.891
.400
.110
.324
3.625
.000
.904
1.12
2
perpajakan
Tabel IV.13
Diskriminasi
Uji Normalitas Data Menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov
a. Dependent Variable: TAX EVASION
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel hasil multikolonieritas di atas
Unstandard
menunjukkan
ized
Normal Parametersa,b
Differences
1. Variabel ketepatan pengalokasian mempunyai nilai
0E-7
tolerance 0,905 dan nilai VIF sebesar 1,104; variabel
Std.
5.13882553
Deviation
Most Extreme
variabel
nilai variance inflation factor (VIF) disekitar angka
100
Mean
masing-masing
mempunyai nilai tolerance mendekati angka 1 dan
Residual
N
bahwa
teknologi dan informasi perpajakan mempunyai nilai
Absolute
.077
tolerance 0,891 dan nilai VIF sebesar 1,122; variabel
Positive
.047
diskriminasi mempunyai nilai tolerance 0,904 dan
Negative
-.077
Kolmogorov-Smirnov Z
.774
Asymp. Sig. (2-tailed)
.586
a.
Test distribution is Normal.
b.
Uji Multikolonieritas
nilai VIF sebesar 1,106. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolonieritas
antar variabel independen dalam model regresi di
penelitian ini karena nilai tolerance di atas 0,10 dan
nilai VIF (variance inflation factor) di bawah 10.
Uji multikolonieritas ini bertujuan untuk menguji
c.
Uji Heteroskedastisitas
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
Untuk lebih memastikan bahwa tidak terdapat
antar variabel bebas (independen).Model regresi yang
gejala
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
penelitian ini dilakukan uji glejser. Uji glejser
variabel bebas.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
dilakukan dengan cara meregresi nilai absolut
multikolonieritas didalam model regresi dilihat dari
residual terhadap variabel independen.Hasil uji
besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai
glejser sebagai berikut:
heteroskedastisitas
Tolerance.
pada
Coefficients a
Uji Multikolonieritas
Model
Un standardize
Standard
d Coefficients
ized
a
Coefficients
Unstandardize
Standar
d Coefficients
T
Sig.
Sig.
nts
Collinearity
dized
Std.
Statistics
ents
Beta
Toler
Error
Beta
Error
Coeffici
Std.
T
Coefficie
B
B
regresi
Tabel IV.15
Tabel IV.14
Model
model
VIF
(Con stant)
2.623
3.877
.676
.500
Ketepatan pengaloka sian
1
Teknologi dan informasi perpajakan
-.006
.063
-.011
-.103
.918
.002
.059
.004
.036
.971
.062
.070
.094
.878
.382
bahwa
nilai
Diskriminasi
ance
a. Dependent Variable: RES2
(Constant)
1
32.239 6.104
5.282
.000
.144
.886
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
Ketepatan
pengalokasi
.014
.099
.013
an
.905
1.10
Tabel
4
signifikansi
diatas
variabel
menunjukan
ketepatan
pengalokasian,
teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
97
1.10
6
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
berada diatas tingkat kepercayaan 5% atau 0,05 yang
Coefficientsa
berarti tidak ada yang signifikan. Dalam uji glejser,
Model
jika
variabel
independen
tidak
Standardized
Coefficients
Coefficients
signifikan
B
mempengaruhi variabel dependen berarti tidak terjadi
(Constant)
gejala
Ketepatan
heteroskedastisitas.Dengan
Unstandardized
begitu,
dapat
disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian
6.104
.014
.099
-.388
.400
pengalokasian
Teknologi dan informasi
ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
4.
perpajakan
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi
linear
mengetahui
berganda
sejauh
mana
Diskriminasi
dilakukan
untuk
variabel
bebas
Std. Error
32.239
T
Beta
5.282
.000
.013
.144
.886
.092
-.378
-4.197
.000
.110
.324
3.625
.000
a. Dependent Variable: TAX EVASION
Tabel IV.17
mempengaruhi variabel terikat.Model ini digunakan
Hasil Uji Statistik t
untuk menguji apakah ada hubungan sebab akibat
antara kedua variabel untuk meneliti seberapa besar
pengaruh antara variabel independen, yaitu ketepatan
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan,
dan diskriminasi berpengaruh terhadap variabel
dependen, yaitu penggelapan pajak (tax evasion).
Y = 32,239 + 0,014 X1 – 0,388 X2 + 0,400 X3 + e
5.
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji
sebesar 0,886 (> 0,05) dan nilai thitung < ttabel (0,144 <
1,984). Dengan demikian, maka H1 yang menyatakan
Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen dengan
dependen
secara
parsial.
Untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan
dari
masing-masing
independen
yaitu
ketepatan
teknologi
dan
informasi
variabel
pengalokasian,
perpajakan,
dan
diskriminasi terhadap satu variabel dependen
yaitu penggelapan pajak (tax evasion) maka nilai
signifikansi
penggelapan pajak di tolak.Sehingga dapat dikatakan
bahwa ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh
Statistik t)
variabel
tabel IV.17 diatas, dapat dilihat bahwa variabel
bahwa ketepatan pengalokasian berpengaruh terhadap
Uji Hipotesis
a.
Berdasarkan hasil uji t yang disajikan pada
ketepatan pengalokasian memiliki nilai signifikansi
Adapun persamaan regresinya sebagai berikut:
dibandingkan
signifikansi sebesar 0,05.
dengan
taraf
signifikan terhadap penggelapan pajak.Oleh karena
itu dapat diambil kesimpulan bahwa ketepatan
pengalokasian bukan menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi wajib pajak untuk melakukan ataupun
menghindari penggelapan pajak.Hal ini dikarenakan,
walaupun menurut responden dalam penelitian ini
yaitu wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Jakarta Sunter rata-rata memiliki jawaban
bahwa mereka tidak setuju jika pemerintah sudah
mendistribusikan dana yang bersumber dari pajaknya
secara merata, adil, maupun transparan, namun
penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
tetaplah rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih
(2015)
yang
menyatakan
Sig.
bahwa
ketepatan
pengalokasian tidak berpengaruh secara parsial
terhadap penggelapan pajak.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
98
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Selain itu pada variabel teknologi dan informasi
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ard i et
perpajakan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000
al (2016) dan Silaen (2015) yang menyatakan bahwa
(< 0,05) dan nilai thitung >ttabel (-4,197>1,984). Dengan
diskriminasi berpengaruh positif terhadap tindakan
demikian,
penggelapan pajak.
maka
H2 yang
menyatakan bahwa
teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh
terhadap penggelapan pajak di terima.Nilai negatif
b.
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
dari thitung mengartikan bahwa variabel teknologi dan
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan
informasi perpajakan memiliki arah negatif, sehingga
apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
dapat disimpulkan bahwa teknologi dan informasi
model yaitu ketepatan pengalokasian, teknologi dan
perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan
informasi perpajakan, dan diskriminasi mempunyai
terhadap penggelapan pajak.Oleh karena itu dapat
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
diambil
terikat/dependen yaitu penggelapan pajak (Ghozali,
kesimpulan
bahwa
dengan
semakin
modernnya teknologi dan informasi perpajakan yang
telah
diterapkan
untuk
Dengan derajat kepercayaan 5%, df 1 (jumlah
mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan
variabel – 1) = 3, dan df 2 (n – k – 1) atau 100 – 3 – 1
kewajiban perpajakannya dapat mengurangi tindakan
= 96 (n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah
penggelapan pajak yang akan dilakukan oleh wajib
variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel
pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
sebesar 2,70. Hasil dari uji statistik F dapat dilihat
penelitian yang dilakukan oleh Ardyaksa (2014) dan
pada tabel di bawah ini:
Permatasari
(2013)
oleh
Ditjen
yang
Pajak
2011:45).
menyatakan
bahwa
Tabel IV.18
teknologi dan informasi perpajakan berpengaruh
Hasil Uji Statistik F
ANOVAa
negatif dan signifikan terhadap penggelapan pajak.
Dan pada variabel diskriminasi memiliki nilai
Model
Sum of
signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) dan nilai
thitung >ttabel (3,625>1,984). Dengan demikian, maka
Regress
H3 yang menyatakan bahwa diskriminasi berpengaruh
terhadap penggelapan pajak diterima.Sehingga dapat
Df
Squares
1157.845
3
385.948
Residual
2614.345
96
27.233
Total
3772.190
99
ion
1
Mean
F
Sig.
Square
14.172
.000
b
dikatakan bahwa diskriminasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap penggelapan pajak.Oleh
karena
itu
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
a. Dependent Variable: TAX EVASION
masyarakat atau wajib pajak yang menjadi responden
b. Predictors: (Constant), DISKRIMINASI, KETEPATAN
dalam penelitian ini berpendapat bahwa dalam hal
PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI
memenuhi
PERPAJAKAN
kewajibannya
untuk
melakukan
pembayaran pajak, mereka hampir tidak pernah
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
mengalami perilaku diskriminasi, baik dari segi
peraturan perpajakan maupun dari perilaku dan
Hasil dalam penelitian ini diperoleh signifikan
kinerja fiskusnya dalam memberikan pelayanan
F sebesar 0,000 (< 0,05). Selain itu, nilai F tabel< Fhitung
terhadap para wajib pajak sehingga hal tersebut dapat
(2,70< 14,172). Dengan demikian, Ha diterima dan
mengurangi tindakan penggelapan pajak yang akan
Ho ditolak, ini berarti menyatakan bahwa ketepatan
dilakukan oleh wajib pajak. Hasil penelitian ini sesuai
pengalokasian, teknologi dan informasi perpajakan,
dan
diskriminasi
mempunyai
pengaruh
secara
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
99
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
bersama-sama terhadap penggelapan pajak (tax
1.
evasion).
c.
Ketepatan pengalokasian (X1) tidak berpengaruh
signifikan terhadap penggelapan pajak (tax
2
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R )
evasion)
(Y).
Dengan
demikian
dapat
Koefisien determinasi pada intinya mengukur
disimpulkan bahwa ketepatan pengalokasian
seberapa jauh kemampuan model dapat menjelaskan
bukan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
variasi variabel dependen.Pada pengujian hipotesis
wajib
pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya
menghindari penggelapan pajak.
2
nilai (Adjusted R ) untuk mengetahui seberapa jauh
variabel
bebas
yaitu
ketepatan
2.
pajak
Teknologi
untuk
dan
melakukan
informasi
ataupun
perpajakan
(X2)
pengalokasian,
berpengaruh dan signifikan terhadap penggelapan
teknologi dan informasi perpajakan, dan diskriminasi
pajak (tax evasion) (Y). Terdapat pengaruh
serta pengaruhnya terhadap penggelapan pajak (tax
negatif dan signifikan antara teknologi dan
evasion). Hasil dari uji koefisien determinasi dapat
informasi
dilihat pada tabel di bawah ini:
pajak, artinya semakin baik dan modernnya
Tabel IV.19
teknologi
Hasil Uji Koefisien Determinasi
diterapkan
Model Summary
Model
informasi
oleh
mempermudah
WP
penggelapan
perpajakan
yang
Pajak
untuk
Ditjen
dalam
melaksanakan
Adjusted
Std. Error of
kewajiban perpajakannya maka hal ini dapat
Square
R Square
the Estimate
mengurangi tindakan penggelapan pajak yang
.307
.285
akan dilakukan oleh wajib pajak, begitupun
5.219
sebaliknya.
a. Predictors: (Constant), DISKRIMINASI,
3.
KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN
Diskriminasi
(X3)
berpengaruh
terhadap
penggelapan pajak (tax evasion) (Y). Terdapat
INFORMASI PERPAJAKAN
pengaruh
b. Dependent Variable: TAX EVASION
signifikan
antara
wajib pajak dalam hal perpajakan, maka semakin
bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,285. Dengan
bahwa
dan
semakin rendah tingkat diskriminasi menurut
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui
dapat diartikan
positif
diskriminasi terhadap penggelapan pajak, artinya
Sumber: Data primer yang diolah, 2017.
demikian,
dan
terhadap
R
R
.554a
1
b
perpajakan
28,5%
rendah pula tindakan penggelapan pajak yang
dari
akan dilakukan oleh wajib pajak, begitupun
penggelapan pajak dipengaruhi oleh variabel-variabel
sebaliknya.
independen dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya
(100% - 28,5% = 71,5%) dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
B.
Implikasi
Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat
implikasi penelitian yang dapat diambil, diantaranya:
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan
pengujian
menggunakan
Penerimaan dana yang berasal dari pajak jika
menurut wajib pajak tidak dialokasikan dengan
Kesimpulan
dan
1.
yang
model
telah
dilakukan
regresi
dengan
berganda,maka
kesimpulan yang dapat diambil diantaranya sebagai
berikut:
tepat oleh pemerintah dan wajib pajak tidak
merasakan adanya manfaat dari pajak yang telah
ia bayarkan selama ini, maka hal tersebut akan
menyebabkan tingkat perilaku penggelapan pajak
semakin meningkat.
Dengan
melihat
fakta
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
100
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
tersebut, maka pemerintah harus lebih baik dalam
pemerintah, dengan begitu dapat menurunkan
mengawasi serta mengalokasikan dana pajak
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
yang ada secara benar dan tepat serta transparan
penggelapan pajak.
kepada
masyarakat
sehingga
wajib
pajak
merasakan adanya manfaat yang bisa ia dapatkan
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, maka
diharapkan tingkat kecenderungan wajib pajak
saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai
untuk
berikut:
melakukan
penggelapan
pajak
bisa
1.
Penelitian selanjutnya
Dengan semakin baik dan modernnya teknologi
Diharapkan bisa menambahkan jumlah variabel
dan informasi perpajakan yang diterapkan oleh
independen
Ditjen Pajak dapat membuat wajib pajak merasa
penggelapan pajak, seperti self assessment
dipermudah dalam hal melakukan kewajiban
system, kecenderungan personal,
perpajakannya, sebab wajib pajak tidak perlu lagi
dan keadilan pajak.
melakukan segala kegiatan perpajakannya dengan
2.
yang
dapat
mempengaruhi
tax morale,
KPP Pratama Jakarta Sunter
mendatangi langsung KPP setempat sehingga
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang
wajib pajak dapat lebih menghemat waktu dan
diberikan sehingga dapat juga meningkatkan
juga
semakin
kesadaran
wajib
modernnya teknologi dan informasi perpajakan,
kewajiban
perpajakannya
wajib pajak semakin sulit untuk memanipulasi
sehingga wajib pajak tidak melakukan tindakan
data
tax evasion.
tenaga.
Selain
perpajakannya.
tersebut,
3.
Saran
dari pembayaran pajak tersebut. Dengan begitu
semakin menurun.
2.
C.
maka
itu
dengan
Dengan
Ditjen
Pajak
melihat
fakta
harus
terus
3.
pajak
untuk
secara
melakukan
sukarela
Pemerintah
melakukan modernisasi pelayanan perpajakannya
Diharapkan
pemerintah
dapat
melakukan
agar wajib pajak semakin merasa puas dalam
sosialisasi sedari dini tentang pentingnya sikap
melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga
wajib pajak untuk taat dan patuh dalam
diharapkan hal tersebut dapat menurunkan
melakukan kewajiban perpajakannya.Disamping
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
itu juga perlu disosialisasikan secara lebih luas
penggelapan pajak.
manfaat dari uang pajak yang telah disetorkan ke
Diskriminasi yang dirasakan oleh wajib pajak,
kas negara.Diharapkan dengan semakin tinggi
baik dalam hal peraturan perpajakan maupun
kesadaran masyarakat membayar pajak, maka
pelayanan perpajakan dapat membuat wajib pajak
kecenderungan untuk melakukan pelanggaran
merasa diperlakukan secara tidak adil oleh
dan tindakan tax evasion semakin menurun.
pemerintah sehingga kecenderungan wajib pajak
untuk melakukan penggelapan pajak semakin
DAFTAR PUSTAKA
tinggi. Dengan melihat fakta tersebut, maka
Agoes, Sukrisno dan Esterlita Trisnawati. 2013.
pemerintah dalam hal ini Ditjen Pajak harus lebih
“Akuntansi Perpajakan Edisi 3”
meminimalisir peraturan perpajakan yang dapat
Jakarta: Salemba Empat.
dianggap
mendiskriminasi
terhadap
suatu
golongan tertentu agar tidak ada wajib pajak yang
Ardi, Devi Marta. 2016. “Pengaruh Persepsi
merasa diperlakukan secara tidak adil oleh
Wajib Pajak Orang PribadiTerhadap Tindakan
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
101
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
Penggelapan Pajak Di Kota Surakarta”. Journal
TeknologiPerpajakan,
ofEconomic and Economic Education Vol.4 No.2
Kepada Pihak Fiskus Terhadap Tindakan Tax
(177 -191). Surakarta:Universitas Islam Batik
evasion”. Accounting Analysis Journal 3 (4) Hal
Surakarta.
543-552.
dan
Semarang:
Ketidakpercayaan
Universitas
Negeri
Semarang.
Ardyaksa, Theo Kusuma dan Kiswanto. 2014.
“Pengaruh
Keadilan,
Pengalokasian,
Tarif
Kecurangan,
Pajak,Ketepatan
Gelapkan Pajak, Asian Agri Dihukum Denda Rp.
Teknologi
2,5
dan
Triliun.
Informasi Perpajakan Terhadap Tax evasion”.
2012.http://www.mongabay.co.id/2012/12/28/gel
Accounting Analysis Journal 3 (4) Hal475-484.
apkan-pajak-asian-agri
Semarang: Universitas Negeri Semarang.
dihukum-denda-rp25-triliun/. Diakses pada 17
Februari 2017.
Armina, Eka Nilam dan Afrizal Tahar. 2016.
“Pengaruh Keadilan, Diskriminasi,Tarif Pajak,
Gelapkan Uang Klien, Konsultan Pajak Jadi
Ketepatan
Tersangka.
Pengalokasian,
Teknologi
dan
Informasi Perpajakan Terhadap Tindakan Tax
Evasion”.
Jurnal.
Yogyakarta:
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
2014.http://news.detik.com/berita/2461041/gelap
kan-uang-klien-konsultan
pajak-jadi-tersangka. Diakses pada 27 Maret
2017.
Ayu, S. D. dan R. Hastuti. 2009. “Persepsi Wajib
Pajak: Dampak PertentanganDiametral Pada Tax
Ghozali,
Evasion
Multivariate dengan Program SPSS”.Semarang:
Dalam
Aspek
Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan
Imam.
2001.
“Aplikasi
Analisis
UNDIP.
Pengalokasian, Teknologi SistemPerpajakan, dan
Kecenderungan Personal (Studi Wajib Pajak
Handyani, Annisa’ul dan Nur Cahyonowati.
OrangPribadi)”.Kajian Akuntansi, Vol. 1 No. 1.
2014.
Hal 1-12. Semarang: UNIKA Soegijapranata.
Mempengaruhi Persepsi Wajib Pajak Mengenai
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Penggelapan
Pajak”.Diponegoro
Bahasyim Assifie Jadi Nasabah Prioritas BNI.
Accounting
Vol.
2010.http://www.rmol.co/read/2010/10/09/6009/
Semarang:UNDIP.
Bahasyim-Assifie-Jadi
Hasanah, Nuramalia dan Indra Pahala. 2015.
-Nasabah-Prioritas-BNI-.
Diakses
pada
17
Februari 2017.
“Manajemen
3
No.
Pajak”.
3
Journal
Of
Hal
1-7.
Jakarta:Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNJ.
Fadillah. 2012. “Psikologi Perkembangan I”.
Indriyani, Mila. 2016. “Pengaruh Keadilan,
Pusat
Sistem
Belajar
dan
e-
learning.http://www.mercubuana.ac.id
Perpajakan,
DanKemungkinan
Terdeteksinya
Diskriminasi,
Kecurangan
Terhadap Persepsi Wajib PajakOrang Pribadi
Friskianti,
Assessment
Yossi.
2014.
System,
“
PengaruhSelf
Mengenai Perilaku Tax Evasion”. Seminar
Keadilan,
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
102
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
NasionalIENACO. Surakarta: Universitas Islam
Robbins, Stephan P. dan Timothy A. Judge. 2008.
Batik Surakarta.
Perilaku Organisasi. Jakarta:Salemba Empat
Izza, Ika Alfi Nur Dan Ardi Hamzah. 2009.
Sariani, Putu et al. 2016. “Pengaruh Keadilan,
“Etika Penggelapan Pajak PerspektifAgama:
Sistem
Sebuah Studi Interpretatif”.
Kepatuhan Terhadap
Perpajakan,
Diskriminasi,Dan
Biaya
Persepsi Wajib
Pajak
Mengenai EtikaPenggelapan Pajak (Tax Evasion)
Jatmiko, Agus Nugraha. 2006. “Pengaruh Sikap
Pada KPP Pratama Singaraja”. JurnalAkuntansi
Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
Program S1 Vol. 6 No. 3. Singaraja: Universitas
Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan
Pendidikan
TerhadapKepatuhan
Ganesha.
Wajib
Pajak”.
Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Silaen,
Charles.
2015.
“Pengaruh
Sistem
Mardiasmo. 2011. “Perpajakan Edisi Revisi”.
Perpajakan,
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Informasi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib
Diskriminasi,
TeknologiDan
Pajak Mengenai EtikaPenggelapan Pajak (Tax
Ngadiman. 2008. “Modernisasi dan Reformasi
Evasion)”. Jom FEKON Vol. 2 No. 2 Hal 1-15.
Pelayanan Perpajakan”. MIIPS Vol.7 No.2
Pekanbaru: Universitas Riau.
September 2008 Hal 165-175
Suandy,
Pandiangan, Liberti. 2007. “Modernisasi dan
Erly.
2001.
“Perencanaan
Pajak”.
Jakarta: Salemba Empat.
Reformasi Pelayanan Perpajakan”. Elex Media
Suandy, Erly. 2009. “Hukum Pajak”. Jakarta:
Komputindo.
Salemba Empat.
Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Ekonomi.
Sugiyono. 2011. “Statistika Untuk Penelitian”.
2012. FE: UNJ
Bandung: Penerbit ALFABETA
Permatasari, Inggrid. 2013. “Meminimalisasi Tax
Evasion Melalui Tarif Pajak,Teknologi dan
Syahrina, Pratomo dan Dudi Pratomo. 2014.
Informasi
“Pengaruh
Perpajakan,
Perpajakan,
Keadilan
danKetepatan
Sistem
Pengalokasian
Kecurangan,
KemungkinanTerdeteksinya
Keadilan
Ketepatan
Pengeluaran Pemerintah (Studi Empiris pada
PengalokasianPajak,
Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP
Perpajakan Terhadap Tax Evasion OlehWajib
Pratama Pekanbaru Senapelan).
Pajak”. SNEB. Bandung: Universitas Telkom.
Diponegoro
dan
Pajak,
Teknologi
Sistem
Journal Of Accounting Vol. 2 No. 2 Hal 1-10.
Semarang: UNDIP.
Tahun lalu jumlah kasus pajak meningkat 280
persen.2015.
Resmi, Siti. 2011. “Perpajakan: Teori dan
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2015012
Kasus”. Jakarta: Salemba Empat.
9071636-78-28176/tahun-lalu-jumlah-kasus-
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
103
E ISSN : 2302 -1810
DOI
: doi.org/1021009/wahana 012/1.6
pajak-meningkat-280-persen/. Diakses pada 21
Februari 2017
Yolanda, Dera et al. 2016. “Pengaruh Sistem
Perpajakan,
Diskriminasi,Kemungkinan
Terdeteksinya Kecurangan, dan Norma Terhadap
PersepsiWajib
Pajak
Mengenai Penggelapan
Pajak (Tax Evasion). Jurnal.Universitas Bung
Hatta.
Wahyuningsih, Dian Tri. 2015. “Minimalisasi
Tax Evasion Melalui Tarif Pajak,Teknologi Dan
Informasi
Perpajakan,
Perpajakan,Dan
Pengeluaran
Keadilan
Ketepatan
Pemerintah”.
Sistem
Pengalokasian
Jurnal.Semarang:
Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Zain, Mohammad. 2008. “Manajemen Perpajakan
Edisi 3”. Jakarta: SalembaEmpat.
Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi
Volume 12 No.01, Tahun 2017
104
Download