Ringkasan Khotbah

advertisement
Ringkasan Khotbah - 07 Juli 2013
Pengharapan dalam Penderitaan
1Ptr. 1:3-12
Pdt. Andi Halim, M.Th.
Orang Kristen bukan orang yang bebas dari masalah hidup. Banyak gereja yang tidak setia
pada Tuhan dalam menyampaikan Firman-Nya. Banyak yang mengatakan bahwa mengikut
Kristus tidak ada penderitaan dan masalah, hanya ada kebahagiaan. Itu semua adalah berita
bohong. Namun fenomenanya gereja seperti itu banyak dicari sementara gereja yang
menawarkan salib Kristus jarang diikuti. Mereka berpikir hidup ini sudah susah, tidak perlu
ditambah susah lagi dengan memikul salib Kristus. Banyak orang yang mencari gereja yang
cocok dengan dirinya. Kita harus sadar diri kita itu siapa: penuh hawa nafsu, kedagingan, ego,
kemuliaan diri. Tentu saja salah kalau kita hanya mencari gereja yang cocok dengan diri.
Gereja yang setia memberitakan kebenaran tidak cocok dengan kedagingan manusia. Manusia
selalu berorientasi pada diri sendiri. Tuhan harus menuruti kemauan diri. Orientasi utama
manusia adalah urusan pribadi maka jika berdoa pada Tuhan pun adalah untuk kepentingan
pribadinya saja. Padahal kitalah yang seharusnya menuruti kemauan Tuhan dan bukan
sebaliknya.
Kita menjalani hidup bukan karena misi kerajaan masing-masing pribadi melainkan karena
menjalankan misi Kerajaan Allah. Inilah perbedaan orang percaya dan tidak percaya. Ada
orang-orang yang begitu tegar tengkuk seperti bangsa Israel waktu diberikan nabi sejati tetapi
tetap keras kepala. Namun ada pula orang-orang yang taat seperti murid-murid Tuhan Yesus
dan rasul-rasul yang menjadi teladan hingga mati sebagai martir. Orang-orang yang belum
dicelikkan mata rohaninya akan selalu mengejar kepetingan diri. Namun kita harus sadar kalau
hidup ini datang dari misi Allah. Jadi bukan manusia yang menentukan tujuan hidupnya
melainkan Allah.
Manusia lahir tidak membawa apa-apa. Manusia penuh dengan ketidakmengertian karena
manusia tidak punya pra-eksistansi (keberadaan sebelum ada). Manusia dari yang tidak ada
diciptakan menjadi ada maka dia tidak tahu untuk apa ia dilahirkan. Satu-satunya yang tahu
lahir untuk apa dari diri sendiri hanyalah Tuhan Yesus. Sejak lahir Tuhan Yesus sudah
mengetahui tujuan Ia dilahirkan. Ia berkata kepada murid-murid-Nya kalau Ia datang ke dunia
untuk melakukan kehendak Bapa. Tuhan Yesus lahir mempunyai misi yang jelas. Oleh karena
itu satu-satunya sumber untuk mengetahui untuk apa kita ada di dunia ini adalah dengan
bertanya kepada Sang Pencipta. Kita hadir bukan karena keinginan sendiri tetapi karena
diciptakan. Tujuan hidup bukan terletak pada diri kita sendiri melainkan pada Allah yang
menciptakan kita. Kita diciptakan untuk melaksanakan maksud dari Sang Pencipta. Namun
manusia sering lupa hal ini kemudian membuat tujuan, kesibukan, urusan, dan kerajaan sendiri
1/3
Ringkasan Khotbah - 07 Juli 2013
tanpa mempedulikan Sang Pencipta.
Jika hidup hanya untuk mempertahankan hidup, makan, mempunyai keturunan, memenuhi
kedagingan-kedagingan maka kita tidak ada bedanya dengan binatang karena binatang tidak
mengerti untuk apa dia diciptakan. Binatang salah satu contoh ciptaan yang tidak mempunyai
relasi dengan Tuhan. Jadi manusia yang tidak berakal budi adalah seperti binatang.
Kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dengan maksud untuk menaati perintah-Nya.
Orang-orang yang mengikut Kristus dan menaati perintah-Nya pasti mengalami pergumulan,
masalah dan penderitaan hidup. Orang Kristen tidak lepas dari penderitaan. Namun tidak
semua orang mau disadarkan akan hal ini karena bukan kebenaran yang mereka cari tetapi
kepuasan diri.
Meskipun ada penderitaan namun ada beberapa prinsip firman Tuhan yang dapat menjadi
pengharapan kita sebagai orang Kristen:
Pertama, sehebat apapun penderitaan itu tetap bukanlah hal yang besar bila dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan kita terima. Kemuliaan yang akan kita terima lebih besar daripada
penderitaan yang sekarang kita alami. Ada perkara yang lebih besar dari penderitaan. (Lih. Rm.
8:18). Konteks penderitaan di sini bukanlah hal pribadi tetapi berkaitan dengan bagaimana
Tuhan melibatkan kita dalam menjalankan misi kerajaan-Nya. Jadi penderitaan karena urusan
kerajaan Allah besarnya tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan kita dapat.
Kedua, penderitaan sekarang ini singkat. Penderitaan bertubi-tubi dan bermacam-macam.
Alkitab mengatakan bahwa meskipun penderitaan begitu panjang, tetap itu adalah penderitaan
yang singkat dan terbatas (2Kor. 4:17-18). Kita diajar untuk tidak berpacu pada yang sementara
dan terlihat tetapi pada yang tidak terlihat yaitu kekekalan. Ini adalah lompatan iman yang
berharap pada kekekalan. Apapun yang terjadi sekarang kita harus tetap memandang yang
kekal. Memang manusia masih dalam kesementaraan tetapi mata rohani kita dilatih untuk
memandang yang kekal.
Ada sebuah gambaran seekor burung rajawali diterpa badai tetapi dia terbang lebih tinggi
melampui badai itu. Di atas awan, sehebat apapun badai yang terjadi dibawahnya ia tetap
dapat terbang dengan tenang. Mata rohani kita diajar untuk menembus yang kekal tanpa
2/3
Ringkasan Khotbah - 07 Juli 2013
terpengaruh oleh sekeliling kita. Kita dilatih untuk menjadi anak Tuhan yang berkualitas.
Orientasi iman orang sakit kalau melihat tubuhnya yang memprihantikan maka akan kecewa
kenapa ia tidak sembuh. Namun kalau seseorang memandang ke atas biarpun tubuhnya makin
rusak tetapi imannya tetap kuat karena berharap pada Kristus yang sudah mati dan bangkit.
Kita semua akan dilatih menuju hal itu. Ini terjadi pada orang yang dilahirbarukan.
Ketiga, penderitaan bukan hal yang baru. Penderitaan sudah terjadi sejak manusia jatuh dalam
dosa. Manusia yang di dalam dan di luar Kristus juga mengalami penderitaan tetapi penderitaan
orang yang di dalam kristus membawa kepada yang kekal. Manusia di luar Kristus nilainya
menuju kebinasaan. Manusia di luar Kristus dapat ditipu oleh setan dan akhirnya dapat menuju
pada kematian yang penuh kekecewaan. Kristus dan pengikut-pengikut-Nya sudah memberi
teladan bagi kita semua. Mereka sudah menjadi pendahulu dalam mengalami penderitaan.
Orang yang betul-betul dalam kebenaran pasti menghayati nilai penderitaan karena ia belajar
menyalibkan kedagingan dan ego pribadinya.
Guru kita yang agung sudah memberi teladan bagi kita. Begitu pula pengikut-Nya para rasul,
martir, bapa-bapa gereja. Hidup kita adalah hidup untuk dipanggil dalam kerajaan Allah. Dalam
menjalankan misi kerajaan Allah kita dipanggil untuk bersama-sama menderita. Guru agung
kita menderita supaya kita mengikuti jejak-Nya dan bukan supaya kita tidak menderita. Kristus
menderita supaya kita berbahagia karena sudah menerima keselamatan anugerah yang luar
biasa. Kalau tidak ingin mengalami penderitaan maka kita bukan murid Kristus.
Terakhir, penderitaan memurnikan orang percaya. Melalui penderitaan kita digembeleng dan
dilatih untuk dimurnikan sehingga semakin berkualitas dan dewasa. Seorang prajurit dilatih dan
dibuat menderita sampai akhirnya tahan menderita. Inilah contoh alasan Tuhan mendidik
anak-Nya dengan cara yang keras (1Ptr. 1:6-7). Untuk membuktikan imanmu yang jauh lebih
tinggi nilainya dari pada emas murni. Kita boleh percaya bahwa penderitaan saat ini adalah
untuk mempersiapkan kita dalam mengambil bagian yang kekal. Rumusnya bukan karena
Tuhan menyertai maka kita tidak menderita. Justru dalam penderitaan dan musibah apapun
Tuhan tetap menyertai kita. Tuhan menyertai tidak menjamin semua enak. Di dalam segala
penderitaan, Tuhan bukan hanya menyertai tetapi juga memelihara kita. Di dalam penderitaan
Allah menyediakan yang terbaik bagi orang-orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). (Transkrip
ini belum diperiksa oleh pengkhotbah, AF).
3/3
Download