Agustinus Mangunsong, Pengaruh Pemberian Pupuk P dan........... PENGARUH PEMBERIAN PUPUK P DAN JENIS BAHAN ORGANIK PADA TANAH ANDISOL TERHADAP P-TERSEDIA DAN SERAPAN- P SERTA HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS Agustinus Mangunsong1) ABSTRACT The purpose of the research was to study the effect of P fertilizer dosage and kinds of organic matter on available-P, P-uptake and yield of sweet corn. The research was carried out under seed shading plastic Jatinangor of Agriculture Faculty Padjadjaran University, in Bandung, from July until December 2000. Randomized Block Design (RBD) was used with factorial pattern and three replication. The first factor was P-fertilizer dosage (SP-36) consisted of five levels i.e. 0, 45, 90, 135, 180 kg P2O5 ha-1 .The second factor was five kinds of organic matter was consisted i.e. no organic matter, 4 ton ha-1 cow manure, 4 ton ha-1 chicken manure, 4 ton ha-1 sheep manure, and 4 ton ha-1 straw compost. The test plant used was “ BISI SWEET CORN “. The result of experiment showed that no interaction effect between P fertilizer dosage and the kind of organic matter on all variable measured. Individually P fertilizer and organic matter gave no significant effect on all variable measured (available-P, P-uptake and yield of sweet corn). Effect of P fertilizer dose level was not significantly different to the results of weight without klobot sweet corn cobs per plant so it does not obtain the optimum dose of fertilizer P that deliver maximum results without the weight of sweet corn cobs per plant klobot. Results of sweet corn is heavily influenced and directly proportional to the absorption-P plants, whereas plant-P uptake was strongly influenced and directly proportional to the availability of P in the soil. Keywords : P fertilizer , organic matter, available-P, P-uptake and yield of sweet corn, Andisol PENDAHULUAN Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia,khususnya peran tanah sebagai faktor produksi pertanian.Tingkat kesuburan tanah baik fisik,kimia dan biologi haruslah menjadi pokok perhatian. Andisol merupakan ordo tanah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian karena tersebar di beberapa wilayah Indonesia dengan luas sekitar 3,1 juta hektar yang umumnya memiliki sifat fisik dan kimia serta biologi yang cukup baik sehingga produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi. Selain itu Andisol sebagi salah satu ordo tanah banyak digunakan dan sesuai untuk berbagai jenis tanaman 1) Staf Pengajar Budidaya Tanaman Perkebunan126 Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh hortikultura, tanaman perkebunan seperti teh ,kina, dan kopi serta tanaman palawija seperti jagung dan lain-lain (Mahfud Arifin,1994). Meskipun demikian tanah dari ordo Andisol tersebut memiliki keterbatasan, yaitu mudah tererosi dan retensi atau fiksasi P yang tinggi oleh bahan alofan yang merupakan mineral dominan pada tanah tersebut sehingga P di dalam tanah menjadi sangat rendah atau terbatas. Biasanya untuk menghadapi permasalahan tersebut, para petani melakukan pemupukan fosfat dengan dosis tinggi (Wardoyo,1990). Dari beberapa hasil penelitian, ternyata penggunaan pupuk fosfat dan bahan organik dapat meningkatkan P-tersedia, serapan-P dan hasil jagung ( Sufardi, 1999). Salah satu tanaman indikator yang dapat digunakan pada tanah Andisols yang JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 13, No. 2, Juli 2014 mempunyai retensi P yang tinggi adalah tanaman jagung.Hal ini sesuai karena tanaman jagung sangat resposif terhadap pemberian pupuk P dan pemberian bahan organik (Purwowidodo,1992). Sebagai gambaran bahwa dosis umum pupuk yang digunakan petani pada tanaman jagung hibrida dengan hasil rata-rata biji kering pipilan sebesar 2,8 ton per hektar di daerah Lembang dan sekitarnya adalah : 50 kg ha1 TSP; 75 kg ha-1 KCl; 150 kg ha-1 Urea dan kotoran sapi 5 ton ha-1 (Sutapraja, 1995). ember; plastic; polybag; ayakan; mistar; ajir; spidol; karton; air dan pestisida beserta alat semprotnya; dan seperangkat alat-alat dan bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman. Pada penelitian ini rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Perlakuan terdiri dari dua (2) faktor yang masing-masing terdiri atas 5 taraf. Faktor I, yaitu dosis pupuk fosfat SP-36 (A), yaitu : A0 = 0 kg ha-1 P2O5 ( 0 g polybag-1 SP36 = 0 g P polybag-1 ) A1 = 45 kg ha-1 P2O5 ( 0,80 g polybag1 SP-36 = 5,32 g P polybag-1) A2 = 90 kg ha-1 P2O5 ( 1,60 g polybag1 SP-36 = 10,64 g P polybag-1) A3 = 135 kg ha-1 P2O5 ( 2,40 g polybag-1 SP-36 = 15,96 g P polybag-1 ) A4 = 180 kg ha-1 P2O5 ( 3,20 g polybag-1 SP-36 = 21,28 g P polybag-1 ) Secara spesifik, bagaimana pengaruh pupuk fosfat (SP-36) dengan berbagai dosis dan jenis bahan organik seperti pupuk kotoran ayam, sapi, domba, dan kompos dari jerami padi terhadap Ptersedia, serapan-P tanaman, dan hasil jagung manis pada tanah Andisol belum banyak diketahui sehingga diperlukan penelitian mengenai permasalahan tersebut. Faktor II, yaitu jenis pupuk organik (bahan organik = B)dengan dosis 4 ton ha1 (24 g polybag-1) , yaitu : B0 = tanpa pupuk organik B1 = kotoran sapi B2 = kotoran ayam B3 = kotoran domba B4 = kompos jerami padi BAHAN DAN METODA Penelitian dilaksanakan di rumah plastik Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat dengan ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut. Tanah yang digunakan pada penelitian adalah tergolong tanah ordo Andisols berdasarkan sistem klasifikasi USDA (1998) yang diambil pada kedalaman 0 – 30 cm dari permukaan tanah dari lokasi desa Cinangsi Pangalengan Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian sekitar 5 bulan, yaitu dari bulan Juli sampai Desember 2000. Total kombinasi perlakuan adalah 25 yang diulang 3 kali ( r ), sehingga jumlah plot percobaan seluruhnya adalah 75 plot. Penelitian ini dilakukan 2 seri, yaitu sampai fase vegetatif maksimum dan sampai fase panen sehingga jumlah plot yang disiapkan seluruhnya adalah 2 x 75 plot = 150 plot (masing-masing sebanyak 75 plot untuk destruksi tanaman dan 75 plot untuk hasil). Bahan dan alat yang dipergunakan pada penelitian ini, terdiri atas : contoh tanah ordo Andisols; benih jagung manis (Zea mays var.saccharata); pupuk SP-36; kotoran ayam, sapi,domba, dan kompos dari jerami padi; pupuk Urea; pupuk KCl; Model umum dari pola rancangan ini adalah sebagai berikut : Yijk = µ + α1 + βj + ( αβ )ij + ∑ijk i = 1,2,3,…………. A 127 Agustinus Mangunsong, Pengaruh Pemberian Pupuk P dan........... j = 1,2,3,…………..B k = 1,2,3,………….. r dimana Yijk = nilai pengamatan pada suatu percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-I dari faktor pupuk fosfat dan taraf ke-j dari faktor bahan organik). µ = nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya) α = pengaruh adiotif taraf ke-I dari factor pupuk fosfat βj = pengaruh aditif taraf ke-j dari factor bahan organik (αβ)ijk = pengaruh interaksi taraf ke-I factor pupuk fosfat dan taraf ke-j faktor bahan organik ∑ijk = pengaruh galat dari suatu percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan ij masing masing perlakuan. Banyak tanah dalam setiap polybag adalah 10 kg. Untuk menjaga agar tanah dalam polybag tetap lembab maka perlu disiram dua hari sekali sampai menjelang tanam. Penanaman benih jagung dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam 3 cm, dan setiap lubang tanam diisi dengan tiga butir benih per polybag dengan maksud untukmengantisipasi benih yang tidak tumbuh pada polybag yang bersangkutan atau sebagai bahan sulaman. Benih yang tidak tumbuh disulam pada saat 7 hari setelah tanam, sedangkan benih yang tumbuh dipertahankan hanya 2 tanaman per polybag yaitu dengan melakukan penjarangan pada umur tanaman 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk N sebagai pupuk dasar sesuai dengan dosis anjuran yaitu 435 kg ha-1 Urea (2,65 g polybag-1) dimana 1/3 bagian pada saat sehari menjelang tanam bersama dengan pupuk fosfat sesuai dengan dosis perlakuan, sedangkan pupuk K sebagai pupuk dasar (250 kg ha-1 atau 1,52 g polybag-1) diberikan seluruhnya bersamaan dengan waktu pemberian pupuk N, yaitu setelah tanaman berumur 30 hari. Cara pemberian pupuk pertama (pupuk N dan ,P) dicampur secara merata dengan tanah, lalu disiram air sampai kondisi kapasitas lapang. Cara pemberian pupuk kedua (pupuk N dan K) adalah dengan melarutkan pupuk tersebut dengan air kemudian disiraam secara merata ke dalam polyabag. Statistik pengujinya untuk menentukan bedanyata (signifikansi) adalah menggunakan uji F hitung, dengan uji lanjutannya adalah Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf nyata 5 % ( Gasperz, 1991). Paramater yang diamati adalah Ptersedia di dalam tanah Andisols, SerapanP pada tanaman jagung manis, dan hasil jagung manis (bobot tongkol dengan klobot, dan bobot tongkol tanpa klobot dalam satuan g tanaman-1. Pelaksanaan penelitian : Tanah ordo Andisols yang diambil dari lapangan (komposit) dibersihkan dari sisa-sisa akar dan gulma serta digemburkan, lalu dikering anginkan.Sebagian dari tanah tersebut sebanyak 2 kg diambil untuk dianalisa di laboratorium.Persiapan tanah untuk media tanam tersebut dilakukan 2 minggu sebelum tanam.Tanah yang telah disiapkan tersebut diberi pupuk organik masingmasing sebanyak 24 g polybag-1 sesuai Penyiangaan dan pembumbunan dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari dan pada saat berumur satu bulan atau dua bulan bilamana diperlukan.Untuk pertumbuhan tanaman, dijaga agar kondisi tanah tetap lembab dengan melakukan penyiraman serta hama penyakit yang muncul dikendalikan. 128 JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 13, No. 2, Juli 2014 Panen dilakukan pada saat tahap pengisian biji masih lunak, yaitu pada saat tanaman berumur 70 hari dengan ketentuan 80 % tanaman telah memenuhi criteria panen.Kriteria panen yang digunakan adalah : ujung daun bagian bawah mulai Nampak kering, rambut jagung berwarna coklat dan tongkolnya telah berisi penuhdengan biji yang masih lunak. HASIL DAN PEMBAHASAN P-tersedia Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh berbagai dosis pupuk fosfat (P) dan berbagai jenis bahan organik (pupuk kotoran hewan) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai P-tersedia di dalam tanah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Pengaruh mandiri pupuk P dan bahan organik terhadap P2O5 Bray I (P-tersedia) Pupuk P (A) P-tersedia (ppm) -1 A0 ( 0 kg ha P2O5) 4.85 a A1 (45 kg ha-1 P2O5) 5.16 a -1 A2 (90 kg ha P2O5) 5.68 a A3 (135 kg ha-1 P2O5) 4.08 a -1 A4 (180 kg ha P2O5) 4.09 a Bahan organik (B) B0 (tanpa bahan organik) 6.11 a -1 B1(4 ton ha pupuk kotoran sapi) 4.92 a B2(4 ton ha-1 pupuk kotoran ayam) 4.67 a -1 B3(4 ton ha pupuk kotoran domba) 4.15 a B4(4 ton ha-1 pupuk kompos jerami padi) 4.03 a Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Dari tabel 1 di atas, terlihat bahwa pemberian dosis pupuk P pada berbagai taraf tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap P-tersedia.Demikian pula bahan organik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P-tersedia. rendah, yaitu masing-masing 4,64 % dan 1,77 % daripada tanpa pupuk P.Retensi P yang tinggi pada tanah ordo Andisols umumnya karena ion-ion fosfat diadsorpsi oleh hidroksida Al amorf yang ada diantara lapisan silikat atau adanya mineral amorf seperti alofan sehingga P relatif sulit tersedia. Menurut Barrow (1974) penambahan pupuk fosfat (P) dalam takaran tinggi dapat menurunkan retensi-P. Hal ini terjadi karena fraksi fosfat yang larut yang berasal dari pupuk akan semakin banyak dan segera menempati komponen retensi fosfat dan menjenuhinya sehingga konsentrasi fosfat larutan semakin tinggi dan retensi fosfat semakin rendah. Pengaruh taraf dosis pupuk P yang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P-tersedia diduga karena taraf dosis pupuk P yang diberikan masih relatif rendah dan masih belum mencukupi untuk meningkatkan ketersediaan-P. Hal ini dibuktikan oleh Sufiadi (2000) dalam penelitiannya pada ordo tanah Andisols yang diberi pupuk P dengan takaran 395,28 kg ha-1P2O5 menunjukkan adanya penurunan retensi P yang relatif masih 129 Agustinus Mangunsong, Pengaruh Pemberian Pupuk P dan........... Tidak berbeda nyatanya pengaruh bahan organik terhadap P-tersedia, diduga karena tingkat dekomposisi bahan organik masih belum lanjut yang ditandai dengan nilai C/N ratio bahan organik yang relatif masih tinggi yaitu 20,3 (ayam); 28,84 (sapi), 21,7 (domba) dan 44,18 (kompos jerami padi) sehingga asam organik belum banyak dihasilkan untuk menurunkan retensi-P. Menurut Hue (1992) dekomposisi bahan organik akan menghasilkan humus dan asam organik seperti asam sitrat,oksalat, tartrat, malat, dan malonat. Asam organik yang berupa anion akan membentuk senyawa komplek dengan Al dan Fe oksida/hidroksida silikat tersebut dan melepaskan ion fosfat tersebut ke dalam larutan sehingga retensi fosfat (P) menjadi berkurang. Meskipun ada penambahan P yang terlarut dari penambahan pupuk P tetapi karena jumlahnya tidak mencukupi dan sebagian ada yang segera diserap tanaman untuk memacu pertumbuhan vegetatif sehingga P-tersedia masih tidak berbeda nyata akibat pemberian bahan organik. Serapan-P Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh berbagai dosis pupuk fosfat (P) dan berbagai jenis bahan organik (pupuk kotoran hewan) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap nilai serapan-P tanaman, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Pengaruh mandiri pupuk P dan bahan organik terhadap serapan-P tanaman Serapan-P tanaman (mg tanaman-1) 805.60 a 836.40 a 912.80 a 924.26 a 927.08 a Perlakuan A0 ( 0 kg ha-1 P2O5) A1 (45 kg ha-1 P2O5) A2 (90 kg ha-1 P2O5) A3 (135 kg ha-1 P2O5) A4 (180 kg ha-1 P2O5) Bahan organik (B) B0 (tanpa bahan organik) B1(4 ton ha-1 pupuk kotoran sapi) B2(4 ton ha-1 pupuk kotoran ayam) B3(4 ton ha-1 pupuk kotoran domba) B4(4 ton ha-1 pupuk kompos jerami padi) 778.47 a 809.88 a 1051.47 a 916.20 a 950.13 a Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pemberian pupuk P dengan berbagai taraf dosis serta jenis bahan organik masing-masing tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadapan serapan-P tanaman. Meskipun demikian ada kecenderungan kenaikan serapan-P tanaman sejalan dengan meningkatnya taraf dosis pupuk P yang diberikan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa tanaman jagung sangat respon terhadap P, tetapi belum mencukupi untuk terjadinya perbedaan dalam serapan-P. Hal ini berhubungan dengan ketersediaan P dalam memasok unsur hara P untuk pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Pemberian berbagai jenis bahan organik yang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap serapan-P tanaman diduga karena unsur P yang 130 JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 13, No. 2, Juli 2014 terkandung dalam pupuk kotoran hewan (bahan organik) masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman. Rendahnya unsur P yang terkandung dalam pupuk kotoran hewan diduga karena tingkat dekomposisinya masih belum lanjut sehingga proses mineralisasi bahan organik belum banyak menghasilkan unsur hara, termasuk unsur P .Hal ini dikuatkan oleh pendapat Purwowidodo (1992) yang menyatakan bahwa C/N ratio bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi lanjut berada dibawah nilai 20, sedangkan dari hasil analisa laboratorium nilai C/N ratio kotoran hewan yang digunakan dalam percobaan masih relatif tinggi di atas 20 seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Hasil Tanaman Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaruh berbagai dosis pupuk fosfat (P) dan berbagai jenis bahan organik (pupuk kotoran hewan) tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai hasil tanaman berupa bobot tongkol dengan klobot dan bobot tongkol tanpa klobot per tanaman, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Pengaruh mandiri pupuk P dan bahan organik terhadap bobot tongkol jagung manis tanpa dan dengan klobot per tanaman Pupuk P (A) A0 ( 0 kg ha-1 P2O5) A1 (45 kg ha-1 P2O5) A2 (90 kg ha-1 P2O5) A3 (135 kg ha-1 P2O5) A4 (180 kg ha-1 P2O5) Bahan organik (B) B0 (tanpa bahan organik) B1(4 ton ha-1 pupuk kotoran sapi) B2(4 ton ha-1 pupuk kotoran ayam) B3(4 ton ha-1 pupuk kotoran domba) B4(4 ton ha-1 pupuk kompos jerami padi) Bobot tongkol dengan Bobot tongkol tanpa klobot (g tanaman-1) klobot (g tanaman-1) 100.58 a 79.78 a 109.57 a 87.43 a 101.23 a 81.13 a 101.16 a 81.92 a 103.36 a 84.10 a 101.14 a 101.44 a 107.83 a 101.85 a 102.91 a 80.82 a 80.82 a 86.37 a 81.79 a 83.79 a Angka yang ditandai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% Pada tabel 3 di atas terlihat bahwa pengaruh mandiri dari taraf dosis pupuk P dan jenis bahan organic tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap bobot tongkol dengan dan tanpa klobot per tanaman. Hal ini diduga karena adanya hubungan antara hasil tanaman dengan serapan-P tanaman, sedangkan serapan-P tanaman berhubungan dengan P-tersedia. Apabila ketersediaan P di dalam tanah belum memadai maka serapan-P tanamaan juga akan terbatas. Menurut Gardner dkk.,(1991) berkurangnya serapan-P akan menghambat proses metabolism pada tanaman, diantaranya menghambat proses fotosintesis. Terhambatnya fotosintesis akan menurunkan pembentukan karbohidrat sehingga menyebabkan pertumbuhan akar dan hasil tanaman menurun. Menurut Purwowidodo (1992) P sangat diperlukan tanaman untuk pembelahan sel, pembentukan akar, 131 Agustinus Mangunsong, Pengaruh Pemberian Pupuk P dan........... memperkuat batang tanaman, membantu pembentukan bunga, buah dan biji, membantu metabolism karbohidrat, penyusun RNA dan DNA, dan berfungsi sebagai transfer energi.Oleh karena itu kekurangan P dapat menyebabkan pembelahan sel dan proses fotosintesis terganggu. Akibatnya tanaman tidak tumbuh secara optimal dan potensi hasil rendah. pupuk P dan bahan organik dengan interval yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Barrow,N.J., 1974. Effect Of Previous Addition Of Phosphate On Phosphate Adsorption by Soil. Soil Sci. 118 : 8289. Gardner,F.P.,R.B.Pearce, and R.L.Mitchel, 1991. Physiology Of Crop Plants.The Iowa State Univ.Press.Ames,I.A. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terjadi interaksi antara pupuk P dengan bahan organik terhadap semua parameter respon yang diuji. 2. Secara mandiri , baik pupuk P maupun bahan organik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap P-tersedia,Serapan-P, dan Hasil Tanaman. 3. Pengaruh taraf dosis pupuk P tidak berbeda nyata terhadap hasil bobot tongkol jagung manis tanpa klobot per tanaman sehingga tidak diperoleh dosis optimum pupuk P yang memberikan hasil maksimum bobot tongkol jagung manis tanpa klobot per tanaman. 4. Hasil jagung manis sangat dipengaruhi dan berbanding lurus dengan serapanP tanaman, sedangkan serapan-P tanaman sangat dipengaruhi dan berbanding lurus dengan ketersediaanP di dalam tanah. Gasperz,V., 1991. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Penerbit Tarsito Bandung. Hue,N.V., 1992. Correcting Soil Acidity Of A Highly Heathered Ultisol With Chichein Manure And Sewage Slude.Commun.Soil Sci.Plant Anal.23 : 241-264. Mahfud Arifin, 1994. Pedogenesis Andisol Berbatuan Induk Abu Volkan Andesit dan Basat Pada beberapa Zona Agroklimat di Daerah Perkebunan Teh Jawa Barat. Disertasi. Program Pascasarjana IPB.Bogor. Purwowidodo, 1992. Teknik Kesuburan Tanah. Penerbit Angkasa Bandung. Sufardi, 1999. Karakteristika Muatan,Sifat Fisika Kimia dan Adsorpsi Fosfat Tanah Serta Hasil Jagung Pada Ultisol dengan Bermuatan Berubah Akibat Pemberian Amelioran dan Pupuk Fosfat.Disertasi. Pascasarjana Unpad. Bandung. Sufiadi,E., 2000. Variasi Titik Muatan Nol,pH,Retensi Fosfat dan Kapasitas Tukar Kation Andisols Tanjungsari Serta Hasil Kentang Sebagaimana Dipengaruhi Oleh Bokashi dan Fosfat. Disertasi. Pascasarjana Unpad.Bandung. Saran Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal daan aplikatif, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan, dengan menambah parameter pengamatan (retensi-P, P total, pH,dll) serta dengan meningkatkan taraf dosis 132 JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 13, No. 2, Juli 2014 Sutapraja, 1995. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Baby Corn Var.CP 1. Buletin Penelitian Hortikultura. Vol.27 (2).Balai Penelitian Hortikultura Lembang,Jawa Barat. Wardoyo, 1990. Materi Pengarahan Menteri Pertanian pada Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk P. Pusat Penelitian Tanah dan agroklimat. Balitbangtan, Deptan, Bogor. 133