Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah - BLH Jatim

advertisement
Ringkasan Eksekutif
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
PROVINSI JAWA TIMUR
IKPLHD Jawa Timur
I 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR
SURATPERNYATAAN
PERUMUSAN ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka Pemerintah mempunyai
kewajiban menjaga tata lingkungan pada tataran fungsional untuk tetap menjamin
agar fungsi lingkungan hidup selalu lestari. Keterlibatan peran serta masyarakat di
bidang tata kelola lingkungan (good environmental governance) akhirnya menjadi
esensial bagi pengembangan pemerintahan modem.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini saya menyatakan bahwa
perumusan isu prioritas lingkungan hidup daerah Provinsi Jawa Timur telah
dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholder dan
masyarakat, sehingga isu-isu prioritas lingkungan hidup daerah Provinsi Jawa
Timur ditetapkan sebagai berikut:
1. Penurunan Kualitas Air
2. Alih Fungsi Lahan yang Memicu Bencana Alam
3. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
4. Pengelolaan Wilayah Pesisir
5. Perubahan Iklim
Demikian Surat Pemyataan Perumusan Isu Prioritas Lingkungan Hidup
Daerah ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
-
IKPLHD Jawa Timur
I 2016
GUBERNUR JAWA TIMUR
KATAPENGANTAR
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (lKPLHD) yang sebelumnya berjudul
Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), merupakan
laporan mengenai kondisi lingkungan hidup Provinsi
Jawa Timur yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan
Hidup setiap tahunnya. Pelaporan IKPLHD ini dilandasi
oleh amanat Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang
..
mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menyampaikan informasi tentang kondisi lingkungan
kepada masyarakat luas. Selain sebagai sarana
penyampalan informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup, IKPLHD juga
diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah adalah
dokumen yang memuat mengenai kondisi aktual lingkungan (state), tekanan
terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya yang dilakukan guna
meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response). Pelaporan Dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah sebagai sarana
penyediaan data dan informasi pengelolaan lingkungan hidup dapat menjadi alat
yang berguna dalam membuat kebijakan dan peraturan, terutama yang terkait
dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Jawa Timur.
Pengarusutamaan lingkungan hidup dalam pengambilan keputusan merupakan hal
yang sangat penting . dan mendesak untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan.
Melalui penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah ini diharapkan masyarakat akan memperoleh haknya terhadap akses
informasi lingkungan hidup yang akan dapat meningkatkan peran serta
masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penyusunan
11
IKPLHD Jawa Timur
I 2016
informasi kinerja pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi dan wajib dipublikasikan kepada masyarakat. Salah satu prasarana
primer untuk mendukung terwujudnya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah ketersediaan data dan informasi lingkungan hidup yang dikemas
dalam suatu sistem informasi yang memadai, handal dan terkini.
Dalam penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah sebagai bagian dari sistem informasi lingkungan hidup tentunya
diperlukan dukungan dari berbagai pihak baik dalam penyediaan data dan
informasi maupun saran masukan untuk penyempurnaannya. Untuk itu
disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya
kepada berbagai pihak yang telah berperan serta secara aktif hingga tersusunnya
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016 ini.
Akhirnya kami berharap semoga buku ini bermanfaat untuk meningkatkan
kualitas dalam perencanaan pembangunan di Provinsi Jawa Timur yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
III
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)
INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016
I
PENDAHULUAN
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa
terletak antara 111⁰ 0’ hingga 114⁰ 4’ Bujur Timur dan 7⁰ 12’ hingga 8⁰ 48’
Lintang Selatan dan memiliki luas wilayah 48.682,81 km2. Secara administratif
Provinsi Jawa Timur terbagi menjadi 38 kabupaten/kota, terdiri atas 29 kabupaten
dan 9 kota. Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar,
yaitu Jawa Timur daratan sebesar 90% dan wilayah Kepulauan Madura sekitar
10%. Kondisi fisik dan geografis Jawa Timur dikelompokkan menjadi: (1) Bagian
Utara dan Madura merupakan daerah yang relatif kurang subur yang berupa
pantai, dataran rendah dan pegunungan; (2) Bagian Tengah merupakan daerah
yang relatif subur; (3) Bagian Selatan-Barat merupakan pegunungan yang
memiliki potensi tambang cukup besar; (4) Bagian Timur pegunungan dan
perbukitan yang memiliki potensi perkebunan, hutan dan tambang.
Secara umum pembangunan di Jawa Timur pada tahun 2016 mengalami
peningkatan. Indikator Kinerja Utama sebagai ukuran kinerja pembangunan
menunjukkan angka sebagai berikut: (1) Pertumbuhan Ekonomi meningkat dari
5,44% (2015) menjadi 5,55%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang
tumbuh 5,02%; (2) Persentase Kemiskinan menurun dari 12,28% (2015) menjadi
11,85%; (3) Tingkat Pengangguran Terbuka menurun dari 4,47% (2015) menjadi
4,21%; (4) Indeks Pembangunan Manusia meningkat dari 68,95 (2015) menjadi
69,75; dan (5) Disparitas Wilayah yang ditunjukkan dengan Gini rasio mencapai
0,40 atau masuk dalam kategori sedang.
Namun demikian, keberhasilan pembangunan tersebut belum disertai
dengan kinerja pengelolaan lingkungan yang memuaskan. Hasil perhitungan
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Jawa Timur yang merupakan
indikator keberhasilan dan untuk mengevaluasi efektifitas program pengelolaan
lingkungan, menunjukkan nilai 66,81 atau kategori “cukup” pada tahun 2016, dan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan IKLH Nasional sebesar 62,96.
Pada dasarnya Jawa Timur telah menetapkan tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development). Hal ini termuat dalam salah satu poin
kebijakan pembangunan kewilayahan dalam RPJMD Jawa Timur 2014-2019 yaitu
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
peningkatan
fungsi
kawasan
lindung,
kelestarian
sumber
daya
alam
dan
optimasi
fungsi
kawasan
budidaya
sebagai upaya perlin
dungan
lingkungan
sumber daya alam
/buatan
dan
ekosistemnya dalam
rangka
pengemba
Gambar. Peta Ekoregion Jawa timur
ngan pembangunan berwawasan lingkungan.
Untuk membantu perumusan kebijakan terutama yang terkait dengan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Jawa Timur, diperlukan suatu
sarana penyediaan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD)
Provinsi Jawa Timur tahun 2016 disusun untuk menjelaskan kondisi aktual
lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan upaya-upaya
yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup (response). Proses
penyusunan dokumen IKPLHD dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang
meliputi pembentukan tim penyusun, pembagian tugas, penentuan isu prioritas
dengan melibatkan masyarakat melalui FGD, pengumpulan data, pengolahan dan
analisis data dengan pendekatan Pressure-State-Response (PSR).
II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP
Penentuan isu prioritas lingkungan hidup didasari pada permasalahan
terkait lingkungan hidup yang telah, sedang dan/atau akan dialami. Pada
umumnya permasalahan lingkungan hidup menyangkut dimensi yang luas, yaitu
lintas ruang/wilayah, lintas pelaku/sektor, dan lintas generasi. Penentuan isu
prioritas Laporan IKPLHD Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan pertimbangan:
a. Mendapat perhatian publik yang luas
dan aktual
b. Perlu ditangani segera
c. Sesuai kebutuhan masyarakat
d. Dampak
yang
terhadap publik
ditimbulkannya
Gambar. Pembahasan isu prioritas di DLH Jatim
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
e. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi
f. Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda.
Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif melalui Focus
Group Discussion (FGD) yang melibatkan pemangku kepentingan dan
masyarakat. Pelaksanaan FGD dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2017, 20
Maret 2017, dan 17-19 April 2017 dengan melibatkan beberapa Organisasi
Perangkat Daerah (OPD), perguruan tinggi dan LSM lingkungan hidup di
Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil FGD dan proses penentuan prioritas isu
lingkungan hidup yang menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP),
diperoleh urutan isu prioritas:
1. Penurunan Kualitas Air
2. Alih Fungsi Lahan yang Memicu Bencana
Alam
3. Pengelolaan Sampah dan Limbah B3
4. Pengelolaan Wilayah Pesisir
5. Perubahan Iklim.
Gambar. Permasalahan lingkungan di Jawa Timur
III ANALISIS PRESSURE, STATE, DAN RESPONSE ISU
LINGKUNGAN HIDUP
Kondisi lingkungan Jawa Timur di tahun 2016 berdasarkan nilai Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) mencapai 66,81 merupakan gambaran
kondisi tutupan lahan, kualitas air dan kualitas udara. Berdasarkan kondisi
lingkungan yang ada dapat dijelaskan sebagai berikut:
III.1 Tata Guna Lahan dan Laut
Indeks Tutupan Lahan (ITL) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 61,40
mengalami penurunan dari 64,01 pada tahun 2015. Penurunan tersebut
dipengaruhi kegiatan penggunaan lahan di daratan dan pengukuran luasan lahan
dengan interpretasi citra satelit untuk penggunaan lahan dengan skala yang detail.
State
Luas lahan di Jawa Timur sebesar 4.868.281 ha, termasuk wilayah pesisir
dan laut sejauh 12 mil dari pantai.
Penggunaan
lahan
yang
mengalami penurunan adalah
lahan kering sebesar 0,64% (4.231
ha), namun kualitas tanah kering
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
di beberapa daerah masih belum memenuhi baku mutu kerusakan tanah berada di
Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Malang. Kawasan hutan di Jawa Timur
mencapai sekitar 28.38% dari luas daratan, yaitu sekitar 1.361.310 ha, difungsikan
sebagai hutan produksi 782.772 ha (22,37%), kawasan hutan lindung 344.742 Ha
(9,85%) dan kawasan hutan konservasi 233.796,60 ha (6,68%).
Wilayah perairan Provinsi Jawa Timur sepanjang 208.138 km dengan
panjang garis pantai 1.600 km, memiliki 446 pulau, dan penduduk wilayah pesisir
sebesar 60% berada di wilayah Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo
dan Lamongan (Gerbangkertasusilo) sebagaimana ditetapkan dalam PP No.26
tahun 2008 tentang Rancana Tata Ruang Wilayah Wilayah Nasional sebagai Pusat
Pelayanan Nasional. Hal ini berdampak pada trend kualitas dan kuantitas sumber
daya alam pesisir.
Ekosistem mangrove di Jawa
Timur mempunyai kerapatan 1.280
pohon/ha dengan presentase tutupan
mangrove
63,18%.
Luasan
mangrove meningkat 8% pada tahun
2016 dari 91.890,561 ha menjadi
99.935,14 ha. Peningkatan luasan
berada di Kabupaten Pacitan,
Trenggalek, Tulungagung, Malang, Lumajang, Jember, Sidoarjo, Bangkalan,
Sampang, Pamekasan, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan dan Kota Surabaya.
Ekosistem terumbu karang yang tergolong kondisi sangat baik mencapai
20%, kondisi baik 35%, kondisi sedang 22% dan kondisi rusak 39%. Kondisi
sangat baik sebesar 56,32% berada di Kabupaten Tulungagung, kondisi baik
sebesar 99,95% di Kabupaten Pasuruan, kondisi sedang sebesar 39,53% di
Kabupaten Blitar sedangkan terumbu karang rusak 90,37% berada di Kabupaten
Gresik.
Ekosistem padang lamun mengalami penurunan 24% dari luasan 2.535 ha
menjadi 503,63 ha dengan laju kerusakan hingga 47% dengan kerusakan terbesar
berada di Kabupaten Gresik.
Pressure
Luas lahan kritis mengalami peningkatan 1,5% dari 294.613,24 ha menjadi
299.019 ha pada tahun 2016, dengan rincian 65,32% atau 195.540 ha berupa lahan
kritis dan 34,68% atau berupa lahan sangat kritis 202.730,59 ha. Aktivitas lainnya
yang memengaruhi perubahan lahan karena kebutuhan pemukiman naik 2,96%
atau 5.895 ha, perkebunan sebesar 3,62% atau 874.180 ha, pertambangan 29,64%
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
atau sebesar 755.592 ha. Penata gunaan
lahan menurut BPN di Jawa Timur belum
seluruhnya didukung dengan peta dasar
sebesar 96,57% hal ini juga berdampak
terhadap penguasaan lahan di luar hak milik
yang mencapai 5,6%.
Gambar. Alih fungsi lahan pertanian menjadi
perumahan di Kab. Mojokerto
Tekanan pada wilayah pesisir akibat pengembangan wilayah, industri,
pelabuhan, perubahan pemanfaatan lahan di daratan, dan perubahan garis pantai
mengakibatkan meningkatnya sedimentasi dan pencemaran air laut, sebagai
contoh di Pelabuhan Pasuruan, Kranji dan Probolinggo beberapa titik pantau
menunjukan TSS danTotal Coliform belum memenuhi baku mutu air laut.
Response
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam rangka meningkatkan Indeks
Tutupan Lahan (ITL) telah menetapkan target capaian ITL dalam dokumen revisi
RPJMD tahun 2014-2019. Peningkatan tutupan lahan dilakukan melalui reboisasi
seluas 7.010,75 Ha (8.607.551 pohon), penghijauan seluas 80.056,66 ha
(57.233.685 pohon) dan penghijauan hutan kota seluas 269,07 ha. Untuk menekan
laju lahan kritis, BLH dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur telah
merehabilitasi luasan lahan kritis dikawasan hutan ±10.326 ha. Kebijakan lainnya
melalui inventarisasi penyusunan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RPPLH), dan pendelegasian wewenang Gubernur kepada
Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan validasi terhadap dokumen
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten/Kota khususnya terkait
RTRW/RDTR di Kabupaten/Kota, perhitungan status daya dukung lingkungan di
beberapa wilayah dan pemetaan Ekoregion Jawa Timur.
Pemberdayaan masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui
pengembangan hutan rakyat seluas seluas 44.097 Ha terbesar di Kab. Malang
sebesar 93.092,64 Ha. Upaya lainnya dilakukan melalui model desa konservasi
sebanyak 4 lokasi untuk pengembangan pertanian, ternak, penangkaran satwa dan
produksi madu di sekitar kawasan konservasi. Pengelolaan hutan bersama
masyarakat dilakukan melalaui PHBM dengan LMDH sebanyak 399 kelompok.
Dinas Kehutanan juga menganggarkan program perlindungan dan konservasi
sumber
daya
hutan
sebesar
Rp.8.411.940.560
Kebijakan
pengendalian
pesisir
dan
laut
dilakukan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur
melalui Pergub No.131 tahun 2016
Gambar. Transplatasi terumbu karang oleh TNI di Situbondo
RINGKASAN EKSEKUTIF
5
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
tentang Rencana Aksi Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Timur tahun 2016-2019 dan sedang melakukan proses revisi penyusunan
penetapan zonasi RTRW sebagai pengganti Perda No.6 tahun 2012 tentang
Pengelolaan dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil tahun
2012-2032. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur melalui program
pengembangan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil juga telah menganggarkan
sebesar Rp.36.823.204.856 naik dari tahun 2015 sebelumnya Rp.23.548.703.580.
Agar terkelolanya sumber daya pesisir dan peningkatan kesejahteraan
nelayan, dilaksanakan program peningkatan pengolahan dan pemasaran hasil
perikanan, yang menghasilkan realisasi penurunan tingkat kerusakan mangrove
sebesar 0,02% dan terumbu karang sebesar 0,001% serta telah diterbitkannya
Perda No.3 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan.
Pemberdayaan masyarakat melalui konservasi mangrove salah satunya dilakukan
oleh PT. Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore (PHE-WMO) di
Kabupaten Bangkalan, Tuban, Lamongan dan Kota Surabaya. Konservasi pesisir
dan sumber daya laut untuk pemasaran pariwisata dilakukan Kabupaten
Banyuwangi melalui berbagai festival dengan melibatkan kelompok Masyarakat
Pengawas (Pokmaswas) salah satunya di Bangsring Underwater, yang merupakan
kawasan konservasi perairan, transplantasi terumbu karang dan habitat ikan hias.
III.2 Kualitas Air
Provinsi Jawa Timur memiliki 7 wilayah sungai antara lain Wilayah
Sungai (WS) Brantas, Solo, Bondoyudo-Bedadung, Madura, Pekalen-Sampean,
Baru-Bajulmati, dan Welang-Rejoso. Wilayah DAS Brantas mempunyai sungai
dengan catchment area terluas (13.880 km2) dan mengalir pada 17 kabupaten/kota
di Jawa Timur yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Total penduduk di
DAS Brantas hampir 50% dari total penduduk di Jawa Timur (18.995.043 jiwa
dari total 38.847.561).
State
Indeks Kualitas Air (IKA) di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 50,75
mengalami penurunan dari 52,51 pada tahun 2015 atau masih berada pada status
“sangat kurang”. Adapun Indeks Kualitas Air (IKA) di wilayah sungai strategis
Nasional hasil perhitungan KLHK, yaitu Wilayah Sungai Brantas pada tahun
2016 sebesar 47,68 menurun dibandingkan tahun sebelumnya 49,17. Demikian
juga kualitas air di Wilayah Sungai Bengawan Solo yang menunjukkan angka
48,75. Kedua sungai strategis Nasional ini berada dalam kondisi “waspada”. Pada
tahun 2016 jumlah pemantauan pada sumber pencemar lebih banyak.
RINGKASAN EKSEKUTIF
6
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
Kondisi eksisiting konsentrasi beberapa parameter kunci hasil pemantauan
kualitas air yang dilakukan oleh BLH Provinsi Jawa Timur, Perum Jasa Tirta I,
dan Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur maupun BLH kabupaten/kota
menunjukkan bahwa untuk beberapa parameter kunci di DAS Brantas melebihi
baku mutu kualitas air sungai kelas II. Berdasarkan dianalisis pada 7 WS di Jawa
Timur, maka sebaran persentase pemenuhan terhadap baku mutu kualitas air
sungai kelas II untuk parameter urutan terbesar BOD (87%), TSS (65%), Fecal
Coli (56%) , Total Coli (49%) dan COD (7%).
Pressure
Penyebab menurunnya kualitas air adalah air limbah, dimana sumber
pencemar utama adalah air limbah domestik dan air limbah industri. Potensi air
limbah domestik dipengaruhi oleh jumlah penduduk di suatu wilayah. Dengan
proyeksi jumlah penduduk Jawa Timur tahun 2016 sebesar 39.952.083 jiwa, maka
potensi air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik sebesar 4.794.250
m3/hari. Dari jumlah tersebut diperkirakan beban BOD dari air limbah domestik
sebesar 390,811 ton per tahun, terbesar di Kota Surabaya sebesar 124.767.950
m3/tahun. Sumber air limbah domestik juga dipengaruhi oleh perilaku buang air
sembarangan sebesar 16,43% atau sebanyak 1.829.515 rumah tangga dari
11.199.157 rumah tangga di Jawa Timur.
Beban BOD dari sektor industri
skala
menengah-besar
yang
berhasil diinventarisasi adalah
sebesar 11.177 ton/tahun. Namun,
secara umum dapat diperoleh
gambaran bahwa beban BOD dari
sektor domestik memang jauh
lebih tinggi jika dibandingkan dari
sektor industri karena sektor
Gambar . Kondisi sungai di pintu air
industri sudah memiliki infrastruktur pengolahan air limbah (IPAL), sedangkan
untuk sektor domestik belum dikembangkan secara terintegralistik.
Beban air limbah industri yang berhasil diinventarisir dari industri yang
mengikuti PROPER (85 industri) untuk parameter TSS sebesar 5.588 ton/tahun
dan COD sebesar 14.541 ton/tahun. COD dan TSS cenderung diatas baku mutu
air sungai kelas II. Beban pencemaran utama adalah air limbah domestik yang
berasal dari aktifitas mandi dan cuci (grey water) serta limbah tinja (black water).
Selain itu, terdapat aktifitas lain yang merupakan non-point sources (seperti
aktifitas pertanian, perkebunan, erosi tanah, dll).
RINGKASAN EKSEKUTIF
7
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
Response
Dalam rangka meningkatkan Indeks Kualitas Air, Pemerintah Provinsi
Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Air (IKA) dalam
dokumen perencanaan revisi RPJMD tahun 2014-2019. Upaya penanggulangan
pencemaran air dari sektor industri dilaksanakan dengan pemberlakukan Pergub
No.72 Tahun 2013 dan Pergub No.52 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Industri dan/atau Kegiatan Usaha Lainnya. Kebijakan anggaran sebesar
2,9% dari APBD Provinsi Jawa Timur atau sebesar Rp.721.182.711.296.
Pemantauan kualitas air telah dilaksanakan di lokasi sampel sebanyak 1.230
sampling. Peningkatan kapasitas pengelola lingkungan melalui pelatihan dan
bimbingan teknis PPLHD sebanyak 14 personil.
Kontrol terhadap pelaku usaha dilakukan dengan pembinaan dan
bimbingan teknis kepada penghasil air limbah. Pemberlakuan izin lingkungan dan
dan rekomendasi berupa
Perolehan PROPER 2009 - 2016
AMDAL, UKL-UPL &
Jawa Timur
138 143
SPPL sebanyak 78 rencana
127 127
Emas
110
usaha dan/atau kegiatan.
Hijau
Biru
Monitoring kualitas effluent
74
Merah
58
52
air
limbah
dilakukan
46
Hitam
36
31
29
26
24
melalui
pengawasan
21
21
18
16
15 12 15
13
12
6
6 4 9 0
3
1
1
0
terhadap 159 Industri,
Pengawasan
PROPER
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
sebanyak 188. Penegakan
hukum diberlakukan kepada industri yang belum memenuhi ketentuan dalam
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 diterapkan Sanksi Pidana sebanyak 7 industri
dan rekomendasi Sanksi Administrasi sebanyak 3 industri.
Pencemaran air dari sektor domestik (perumahan/permukiman penduduk
dan real esatate) dapat dilakukan dengan mendorong pembuatan IPLT dan IPAL
Komunal sudah terbangun di Kabupaten Lumajang. Upaya pengendalian
pencemaran air dengan pelibatan masyarakat melalui Patroli Air, dan pengelolaan
ekosistem sungai melalui suaka ikan berdasar Kepgub No.188/785/kpts/013/2013.
III.3 Kualitas Udara
Informasi mengenai kualitas udara yang disajikan berdasarkan hasil
pemantauan kualitas udara menggunakan pengamatan sesaat yang dilakukan di 38
Kabupaten/kota dan passive sampler di 15 kabupaten/kota yang dilakukan oleh
Kementerian LHK.
RINGKASAN EKSEKUTIF
8
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
State
Indeks Kualitas Udara (IKU) Jawa Timur tahun 2016 adalah 90,09 atau
berstatus “sangat baik”. Capaian IKU di Jawa Timur tahun 2016 sedikit menurun
dibandingkan tahun 2015 sebesar 91,09, hal ini lebih banyak disebabkan oleh
factor iklim. Konsentrasi CO, O3, partikulat (PM10) dan Pb dari udara ambien
perkotaan di seluruh wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur memenuhi baku
mutu. Nilai CO tertinggi ada pada area padat transportasi di Kabupaten Tuban
(1.4733,1 µg/Nm3) dan terendah di area Permukiman di Kabupaten Bondowoso
(68,75 µg/Nm3). Nilai O3 tertinggi berada pada area industri di Kabupaten
Bangkalan (125,2 µg/Nm3) dan terendah di area transportasi Kabupaten Blitar (4
µg/Nm3). Nilai rata rata O3 secara umum semakin tinggi dari area permukiman,
padat transportasi, dan industri berturut-turut sebesar 25,09 µg/Nm3; 27,93
µg/Nm3 dan 31,87 µg/Nm3. Kadar partikulat di beberapa kabupaten/kota
melampaui baku mutu yang ditetapkan, antara lain di area industri Kabupaten
Mojokerto, Jombang, Bojonegoro, dan area transportasi di Kabupaten
Tulungagung, Gresik, Probolinggo, dan Kota Surabaya. Nilai Pb tertinggi ada
pada area permukiman di Kabupaten Kediri (0,928 µg/Nm3) dan terendah di area
permukiman Kota Mojokerto (0,0232 µg/Nm3).
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
rata-rata kualitas air hujan di Jawa Timur tahun 2016 mempunyai kandungan
derajat keasaman (pH) sebesar 4,77 (kecenderungan bersifat asam).
Pressure
Penggunaan bahan bakar dari sector transportasi tahun 2016 didominasi
oleh bensin sebanyak 14,46 juta kilo liter dan solar sebanyak 6.723,01 kilo liter.
Penggunaan besin tersebut mengalami penurunan dimana pada tahun 2015
mencapai 15,08 juta kilo liter, sedangkan penggunaan solar mengalami
peningnkatan, dimana pada tahun 2015 mencapai 586,44 kilo liter. Berdasarkan
metode IPCC GL 2006, dari pemakaian bahan bakar minyak 2016 diperoleh emisi
gas rumah kaca sebesar 33.891,51 Gg CO2e. Sektor transportasi dipengaruhi oleh
jumlah kendaraan di Jawa Timur yang mencapai 15,67 juta unit dan meningkat
21% dibanding tahun 2014, terdiri dari 96% kendaraan berbahan bakar bensin dan
4% kendaraan berbahan bakar solar. Selain itu panjang ruas jalan di Jawa Timur
pun mengalami penambahan secara signifikan.
Total jumlah industri pada tahun 2016 adalah 813.140 industri meningkat
0,23% dari tahun 2015, yang terdiri dari 790.991 industri kecil (97,3%), 19.146
industri menengah (2,5%) dan 1.136 industri besar (0,1%). Keberadaan industri
kecil dan menengah dengan jumlah besar berkontribusi besar terhadap
RINGKASAN EKSEKUTIF
9
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
pencemaran udara. Keberadaan teknologi pengendali pencemaran udara yang
murah belum banyak berkembang dan digunakan oleh pelaku usaha skala kecil
dan menengah. Industri skala besar pada umumnya telah diawasi sedemikian rupa
oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait sehingga sebagian besar telah memiliki
infrastruktur pengendali pencemaran udara yang baik.
Jawa Timur memiliki beberapa industri pembangkit (PLTU) untuk
menyuplai energi listrik di Pulau Jawa, Madura dan Bali. Bahan bakar utama
industri pembangkit adalah batu bara. Pembakaran bahan bakar fosil (batu bara)
dengan jumlah pemakaian sebesar 15.875.006 ton pada tahun 2015, memiliki
potensi tinggi dalam pencemaran udara yang menghasilkan gas SO2 dan NO2.
Emisi GRK dari pembakaran batu bara oleh industri penghasil energi pada tahun
2015 adalah 28.979,43 Gg CO2e.
Timbulan sampah di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 17.394.879,20
kg/hari atau 6.349.130.908 ton/tahun, terbesar di Kota Surabaya (1.709,15
ton/hari) dan terkecil di Kota Mojokerto (62,85 ton/hari). Sebagian besar
pengelolaan sampah di TPA masih menggunakan pengolahan secara controlled
landfill dan open dumping, dalam hal ini emisi CH4 di TPA akan di-release ke
udara. Dari timbulan sampah tahun 2016 tersebut diperoleh emisi CH4 sebesar
0,037 Gg atau setara dengan 0,777 Gg CO2e.
Kebakaran hutan dan aktifitas pembakaran lain berpotensi menghasilkan
Emisi gas berupa CO2, CO, PM10, PM2.5, NOx, CH4, senyawa organik volatil,
HC, dll. Kebakaran hutan di luar kawasan pada tahun 2016 tercatat sebanyak
239,5 ha berasal dari wilayah Kabupaten Situbondo, Probolinggo, dan Nganjuk.
Sedangkan untuk didalam kawasan sebesar 1.013,9 ha. Aktifitas pembakaran lain
seperti pembakaran sampah pertanian dan pembakaran untuk aktifitas domestik
juga berkontribusi menambah beban pencemaran.
Response
Dalam upaya meningkatkan Indeks Kualitas Udara (IKU), Pemerintah
Provinsi Jawa Timur telah menetapkan target capaian Indeks Kualitas Udara
dalam revisi RPJMD tahun 2014-2019. Kebijakan pengendalian pencemaran
udara dilakukan melalui penerapan baku mutu udara emisi dan ambien melalui
Peraturan Gubernur Jawa Timur No.10 Tahun 2009. Upaya lain juga melalui
Penerapan Peraturan Gubernur Jawa Timur No.67 Tahun 2012 tentang Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dikontrol oleh SKPD
terkait di level provinsi dengan dana APBD Provinsi Jawa Timur. Pemantauan
kualitas udara ambien secara rutin pada lokasi pemukiman, lalu lintas padat dan
sekitar industri di 38 kabupaten/kota. Penerapan ecco office melalui surat edaran
Gubernur Jawa Timur.
RINGKASAN EKSEKUTIF
10
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
Tindakan persuasif dilakukan melalui program pembinaan dan penilaian
kinerja lingkungan Instansi pemerintah, swasta maupun masyarakat umum yang
berdampak pada perbaikan mutu udara seperti pembinaan pengelolaan lingkungan
bagi industri dan kegiatan usaha lainnya, penghargaan PROPER dan industri hijau
untuk industri oleh K/L terkait, penghargaan Kalpataru, Adiwiyata, Program
Desa/Kelurahan Bersih Sehat Lestari (Berseri), Perindangan dan Hutan Kota.,
Program Kampung Iklim untuk skala dusun, car free day, penghijauan dan
reboisasi. Tindakan represif berupa pelaksanaan pengawasan dan penegakan
hukum lingkungan.
III.4 Resiko Bencana
State
Kerugian akibat banjir
tahun
2016
mencapai
Rp.125.874.531.500 atau lebih
tinggi dari tahun 2015 sebesar
Rp.40.325.622.900.
Kejadian
tertinggi terjadi di Kabupaten
Pasuruan.
Kerugian
akibat
kekeringan yang terjadi pada
tahun
2016
hanya
Rp.5.735.333.000 dan sangat Gambar. Banjir Porong, 2016
menurun drastis dibanding tahun 2015 yang mencapai Rp.146.800.000.000.
Kejadian kebakaran hutan di tahun 2016 menurun dari tahun 2015. Kerugian
akibat kebakaran hutan mencapai Rp.3.241.716.775 atau menurun dari tahun 2015
yang mencapai Rp.25.223.200.000. Kejadian longsor tahun 2016 meningkat
dibanding tahun 2015 dengan kerugian meningkat tiga kali lipat mencapai
Rp.44.541.755.000.
Pressure
Intensitas bencana pada 2016 meningkat jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Dari 2.384 bencana selama 2016, sekitar 92% adalah bencana
hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting beliung. Hal ini
dikarenakan pada 2016 terjadi musim kemarau basah yang meningkatkan potensi
terjadinya bencana hidrometeorologi. Curah hujan rata-rata Jawa Timur tahun
2014 sampai dengan 2016 terus menunjukkan peningkatan dari 106,3 mm ditahun
2014 dan menjadi 217,64 di tahun 2016 kondisi tersebut meningkatkan resiko
bencana khususnya banjir dan tanah longsor yang besar, sedangkan potensi
bencana kekeringan menurun drastis, karena tahun 2016 hampir setiap bulan
RINGKASAN EKSEKUTIF
11
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
terjadi
hujan
yang
berdampak
pada
tercukupinya
persediaan
air. Kondisi ini berdampak
sebaran titik panas (hot
spot) di Jawa Timur juga
mengalami
penurunan
hingga 86% dari 358 titik
menjadi 50 titik. Adapun daerah yang rentan bencana tanah longsor di Jawa
Timur adalah Kabupaten Trenggalek, Probolinggo dan Ponorogo yang memiliki
potensi longsor tinggi. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kondisi
geografisnya.
Response
Pengendalian bencana di Jawa Timur
dilakukan dengan pemetaan wilayah rawan
bencana, penyusunan rencana terintegrasi
(rencana kontigensi) yang dilakukan oleh
pemerintah
provinsi,
kabupaten/kota,
masyarakat serta lembaga usaha dalam
menghadapi ancaman bencana. Guna
mengantisipasi terjadinya longsor akibat
Gambar. Pemasangan EWS
curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun
2016 ini, BPBD Jatim mengoptimalkan ekstensometer. Alat untuk mendeteksi
dini gerakan tanah atau longsor itu menjadi upaya mitigasi mengurangi resiko
jatuhnya korban dan pemasangan sistem peringatan dini Early Warning Systems
(EWS) yang dipasang berfungsi untuk pengendali bencana tsunami, banjir, tanah
longsor dan gunung api sebanyak 74 titik. Kegiatan lainnya adalah pembangunan
embung untuk pengendalian kekeringan.
Dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana dilakukan edukasi
penanggulangan bencana (pena sekolah), simulasi/gladi posko bencana banjir,
tsunami dan gunung api; inisiasi KKN tematik bencana, serta pembentukan desa
tangguh bencana yang sudah terbentuk sebanyak 137 sampai dengan tahun 2016.
III.5 Perkotaan
State
Jumlah penduduk Jawa Timur sebanyak 38.847.561 jiwa dengan 12,93%
merupakan penduduk miskin. Penduduk berkontribusi terhadap besarnya timbulan
RINGKASAN EKSEKUTIF
12
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
sampah 17.394.879,2 kg/hari atau 6.349.130.908 ton/tahun dengan asumsi
komposisi sampah organik 60% dan sampah plastik 14%. Sedangkan timbulan
sampah padat sektor industri dari 85 perusahaan (PROPER) mencapai 24,75
m3/hari, dengan asumsi sampah yang dihasilkan adalah 0,5 liter/karyawan/hari
(SNI 3242:2008). Timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber bergerak
(terminal, bandara, stasiun dan pelabuhan) sebesar 63.230 m3/hari, sedangkan
timbulan sampah yang dihasilkan dari sumber tidak bergerak (pariwisata) sebesar
16.42 m3/hari.
Tak hanya sampah rumah tangga maupun
sampah sejenis rumah tangga, jenis
sampah spesifik yang mengandung
limbah bahan berbahaya dan beracun
(limbah B3) juga memiliki potensi besar
dihasilkan dari sektor industri. Jumlah
Gambar. TPA Pakusari Kab. Jember
kasus pengaduan lingkungan yang
dilaporkan tahun 2016 kebanyakan terkait limbah B3, antara lain kasus dumping
limbah B3 tanpa izin. Dumping limbah B3 ke media lingkungan tanpa izin
membawa dampak negatif bagi lingkungan. Tak hanya itu, dampak sosial seperti
timbulnya keresahan dan kekhawatiran pada masyarakat juga perlu mendapatkan
perhatian. Jumlah kasus pengaduan lingkungan di Jawa Timur mengalami
peningkatan dari 28% pada tahun 2015 menjadi 40% dari total pengaduan
lingkungan yang diterima sebanyak 47 kasus pada tahun 2016. Sebanyak 73%
dari total pengaduan yang disampaikan terkait dengan kegiatan dumping limbah
B3 tanpa izin. Timbulan limbah B3 meningkat sebesar 0,0053% dari
18.335.247,25 menjadi 18.336.211,97 ton/tahun (PROPER tahun 2016). Tingkat
kesehatan masyarakat Jawa Timur tertinggi menderita ISPA dan diare. Sanitasi
masyarakat menggunakan sumber air minum ledeng dan sumur sebanyak 9 juta
KK dengan rincian 20,75% menggunakan air ledeng dan 25,39% menggunakan
air sumur.
Pressure
Pengelolaan sampah selama ini masih menggunakan metode controlled
landfill dan open dumping, sehingga belum sesuai dengan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Permasalahan sampah mulai
muncul pada saat jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas akibat dari
tingginya angka pertumbuhan penduduk dan semakin beragamnya aktifitas seiring
dengan pesatnya kegiatan pembangunan. Selain itu, aspek pembiayaan sering
menjadi kendala suatu daerah dalam mengatasi masalah sampah, karena APBD
yang terbatas untuk penanganan dan pengelolaan sampah. Begitu juga, partisipasi
RINGKASAN EKSEKUTIF
13
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan pengurangan jumlah sampah yang
dihasilkan masih minim. Pengelolaan sampah di Jawa Timur dilakukan dengan
berbagai cara, yaitu diangkut, ditimbun, dibakar, dibuang ke kali atau tempat
lainnya. Pengelolaan dengan cara diangkut khususnya untuk pemukiman yang
terlayani angkutan truk sampah untuk selanjutnya dikelola di TPA, sedangkan
bagi yang tidak terlayani angkutan truk sampah pada umumnya sampah ditimbun
atau dibakar di pekarangan rumah, bahkan ada sebagian penduduk yang masih
membuang sampah ke sungai terutama yang pemukimannya di bantaran sungai.
Pengolahan limbah B3 oleh beberapa hotel dan rumah sakit di Provinsi
Jawa Timur masih belum optimal. Jenis limbah B3 yang umumnya dihasilkan
hotel adalah lampu bekas, oli bekas dan aki bekas. Sedangkan untuk rumah sakit,
yaitu limbah laboratorium dan sisa operasi juga termasuk dalam limbah B3. Hal
inilah yang menyebabkan biaya pengolahan limbah B3 menjadi mahal.
Dikarenakan biayanya yang mahal, beberapa hotel dan rumah sakit kurang
memperhatikan pengolahan limbah B3 dan melakukan tindakan pembuangan
limbah B3 ke media lingkungan secara illegal. Padahal, jenis limbah ini termasuk
jenis yang berbahaya bagi lingkungan.
Response
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, kebijakan
pengelolaan sampah diwujudkan melalui Perda No.4 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan Sampah Regional. Provinsi Jawa Timur telah memulai pembebasan
lahan untuk pembangunan Pusat Pengelolaan Limbah Industri (PPLI) yang akan
dibangun di Kabupaten Mojokerto sebagai solusi pengelolaan limbah B3.
Peningkatan peran serta masyarakat dilakukan melalui program
Adiwiyata, Desa/Kelurahan Berseri, Program Kampung Iklim (Proklim) dan
Adipura. Pelayanan masyarakat t melalui penanganan kasus pengaduan sebanyak
47 kasus. Disisi lain para pihak yang terkait juga mengembangkan rumah kompos,
bank sampah, kreatifitas pengelolaan sampah untuk kesejahteraan keluarga dan
pengembangan ekonomi masyarakat sebesar Rp 14.588.226.743 yang dilakukan
Bapemas Provinsi Jawa Timur.
Upaya pemerintah lainnya melalui persetujuan proyek kerjasama SPAM
Umbulan, pengembangan akses sanitasi sebesar 84% dan desa/kelurahan bebas
BABS (ODF) sebesar 2,4%. Tentunya hal ini mendorong capaian peningkatan
produk domestik bruto (PDRB) atas harga yang berlaku dengan peningkatan
perkapita 9,75% dari tahun 2015.
RINGKASAN EKSEKUTIF
14
IKPLHD Jawa Timur │ 2016
IV INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
Pengelolaan lingkungan hidup sebagai unsur terpenting dalam
pembangunan di Jawa Timur, hal tersebut telah dilakukan sinergi/sinkronisasi
RPJMN dan RPJMD, dengan merevisi RPJMD 2014-2019. Indikator Kepala
Daerah yang sebelumnya hanya fokus pada Biological Oxygen Demand (BOD)
dan Chemical Oxygen Demand (COD), kini telah diubah menjadi Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup (IKLH) dengan target hingga akhir 2019 sebesar 68,50. Selain
itu sudah 19 Kabupaten/Kota yang telah menetapkan IKLH dalam target kinerja
daerah yang tertuang dalam RPJMD.
Anggaran pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Jawa Timur tahun
2016 sebesar Rp.721.182.711.296 atau sekitar 2,91% dari total belanja daerah.
Secara khusus anggaran BLH Provinis Jawa Timur naik dari Rp.24.848.114.500
pada tahun 2015 menjadi Rp.42.885.309.000 pada tahun 2016. Penggunaan
anggaran di tahun 2016 difokuskan pada rencana pembangunan pusat pengelolaan
limbah industri B3 dan Sampah, sebagai infrastruktur yang disiapkan oleh
pemerintah yang dapat mengurangi biaya operasional pengelolaan limbah B3 bagi
pelaku usaha di Jawa Timur.
Peningkatan peran serta masyarakat dilaksanakan melalui beberapa
program unggulan tingkat nasional dan daerah. Penghargaan tingkat nasional yang
diperoleh pada tahun 2016, antara lain: Kalpataru (an. Dr. Gamal Albinsaid),
Adipura
(20
Kabupaten/Kota), Adiwiyata
(Tingkat
Mandiri
21
sekolah, Tingkat Nasional
94 sekolah), Desa Proklim
(Kab.
Malang),
dan
Peringkat pertama nasional
Penghargaan
Nirwasita
Tantra
Award
2016,
Gambar. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
Penghargaan
efisiensi
energy nasional 2016, Penanaman pohon yang berkesinambungan. Sedangkan
untuk beberapa program yang dikembangkan di Jawa Timur antara lain: Program
BERSERI (Bersih Indah dan Lestari), PERMATA (Perlindungan Mata Air),
sejuta biopori, pengembangan bank sampah, pengembangan energi alternatif
(energi terbarukan), sistem EWS bencana, embung geomembran, pembangunan
sanitasi untuk limbah domestik pada kawasan kumuh dan bantaran sungai serta
pengembangan energy terbarukan (biogas, PLTS, PLTMH).
RINGKASAN EKSEKUTIF
15
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS LINGKUNGAN HIDUP
Jl. Wisata Menanggal 38, Surabaya
Telp. 031-8543852-53 Fax. 031-8543851
RINGKASAN EKSEKUTIF
1
Download