Trikonomika Volume 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 31–39 ISSN 1411-514X Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham Ellen Rusliati Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung Jl. Taman Sari No. 6-8 Bandung 40116 E-Mail: [email protected] Galih Prasetyo Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung Jl. Taman Sari No. 6-8 Bandung 40116 E-Mail: [email protected] ABSTRACT This researchs puposes are to know the Financial Leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS), stock price, and the level of influence Financial Leverage, Earnings per Share (EPS) and Dividend per Share (DPS) partially or simultaneously to the stock price. Research methods used are descriptive and verificative. Methods of analysis used are multiple linear regression, correlation, and coefficient of determination. Simultaneous hypothese is tested through F test and partial hypotheses are tested through t test. Annual data are obtained from the Indonesian Stock Exchange.Financial leverage trend is decreasing, while EPS, DPS, and stock price trends are increasing. Financial Leverage, Earnings per Share (EPS) and Dividend per Share (DPS) simultaneously have influence on stock price in manufacturing companies listed on the Indonesian Stock Exchange amounted to 75.17% in 2006-2008. Financial Leverage partially did not affect stock prices significantly, while Earnings per Share (EPS) has positive effect and significant with determination coefficient of 54.4%, and Dividend per Share (DPS) 20.7%. Keywords: financial leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS), stock prices, manufacturing company. Prestasi yang baik dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Sahamsaham yang disukai investor, yaitu saham-saham dengan fundamental perusahaan yang baik, banyak diperdagangkan, dan harganya naik. Dampak krisis keuangan global pada akhir tahun 2008 ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negara masing- PENDAHULUAN Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh investor, karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dibandingkan obligasi. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara memaksimalkan nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan mencerminkan harga saham tersebut. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan prestasi baik, mengakibatkan sahamnya banyak diminati investor. 31 masing sehingga IHSG anjlok, dan uang rupiah hasil penjualannya dibelikan dollar yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Harga saham pada berbagai jenis perusahaan mengalami penurunan. Ketidakstabilan harga saham menyulitkan investor dalam melakukan investasi, terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi, diantaranya kondisi perusahaan yang tercermin melalui kinerja termasuk juga kondisi industri sejenis, fluktuasi, kurs, volume transaksi, kondisi bursa, ekonomi, sosial, politik, dan stabilitas nasional suatu negara. Berdasarkan informasi tersebut, salah satu hal paling mendasar sebelum investor meginvestasikan modalnya adalah menilai kinerja perusahaan melalui laporan keuangan. Kinerja keuangan selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam penentuan harga saham perusahaan, karena merupakan faktor paling objektif dan cukup jelas. Harga saham juga tergantung pada arus kas yang dibayarkan pada pemegang saham, waktu, dan tingkat risikonya. Besarnya risiko arus kas dipengaruhi oleh lingkungan keuangan dan juga keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen yang dibuat manajer keuangan. Nilai suatu perusahaan merupakan suatu prestasi dilihat dari kinerja keuangannya. Financial leverage menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya (Weston dan Brigham, 2001). Nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, krisis ekonomi, nilai tukar dan IHSG (Suteja & Manihuruk, 2009). Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan dapat menghasilkan keuntungan juga kerugian yang merupakan risiko penggunaan hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar, di lain pihak hutang merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kemampuan menghasilkan laba, selain itu beban bunga dapat digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan (Miller, M., and M. Scholes, 1978). Peningkatan utang adalah sinyal yang baik untuk prospek perusahaan dimasa mendatang (Titman and Wessels, 1988). Sumber dana dari luar dalam bentuk hutang apabila terlalu besar akan menjadi beban, sehingga perlu dicari struktur modal terbaik, yaitu dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham. Struktur modal perusahaan merupakan bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen, dan saham 32 Trikonomika Vol. 10, No. 1, Juni 2011 biasa. Weston dan Brigham (2001:78) menyatakan ukuran yang dapat menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap digunakan dalam struktur modal perusahaan dinamakan financial leverage (leverage keuangan). Weston dan Brigham (2001:79) menyatakan semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap (hutang) maka financial leverage juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan sehingga dapat beroperasi, berinvestasi, dan mengembangkan usahanya. J.Fred Weston dan Thomas (2002:19) menyatakan financial leverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total aktiva. Beberapa ahli keuangan mengungkapkan bahwa struktur modal dengan ditandai adanya perubahan utang yang akan memberikan informasi mengenai perubahan pada nilai perusahaan (Masulis, 1982). Gibson (2009:425) menyatakan financial leverage adalah proses pendanaan untuk mengembangkan usaha dengan biaya bunga tertentu, dan dapat dikatakan sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan lebih besar dari beban bunga pinjaman. Pembelanjaan dengan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan sebagaimana dikemukakan Hamada (1972) dan Sharpe (1964) dalam Irfan dan Nishat (2010) bahwa perusahaan dengan risiko tinggi (menggunakan hutang) harus menghasilkan return yang tinggi sesuai dengan harapan investor. Hal ini berarti perusahaan dengan jumlah hutang lebih tinggi harus memberikan perubahan harga saham yang lebih besar. EPS merupakan rasio pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih atas setiap lembar saham. EPS meningkat menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan mendorongnya untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan mendorong harga saham naik, dan hal ini sejalan dengan pendapat Samuels (1991) bahwa ketika laba meningkat maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham juga ikut menurun (Mulyono, 2000). EPS merupakan faktor penting untuk memutuskan kesehatan suatu perusahaan dan mempengaruhi kecenderungan di pasar yang mengakibatkan harga saham meningkat (Malhotra, 2007). Ellen Rusliati Galih Prasetyo Investor akan menekankan pada kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi operasinya atau profitabilitas (Miliasih, 2000). EPS menurut Larson, et. al. (2001:579) adalah jumlah pendapatan yang didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa. Besley dan Brigham (2000:83) mengemukakan EPS menyimpulkan semua bagian-bagian dari laporan keuangan, menunjukkan kemampuan memperoleh laba dan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. EPS juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham. Perusahaan yang ingin meningkatkan ke­ sejahteraan para pemegang sahamnya, harus me­ musat­kan perhatian pada Earning per share (EPS), sehingga jika tidak memenuhi harapan para pemegang sahamnya, akan berdampak pada harga saham yang rendah. Cates (2004:94) menyebutkan bahwa laporan keuangan seperti laba harus dipakai sebagai sumber informasi utama bila hendak melakukan analisis yang akurat terhadap harga saham. Sawidji Widioatmojo (2004:97) mengemukakan EPS diperoleh dengan membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar. Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang penting untuk berinvestasi dalam saham (Bambang Riyanto, 2001:331). Perusahaan yang mampu menghasilkan laba lebih besar dari perusahaan sejenis akan diminati oleh investor. EPS menunjukkan kemampuan memperoleh laba dan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. EPS juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham perusahaan. Investor yang akan menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan hendaknya melakukan analisis kinerja keuangan terlebih dahulu agar tidak salah dalam memilih dan terjebak dengan saham yang kondisi keuangannya buruk. Informasi penting untuk menilai prospek perusahaan yaitu laba dan dividen. Perusahaan dengan dividen lebih besar dan stabil lebih diminati, sehingga permintaan saham meningkat, dan menaikkan harga saham. Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investornya, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Pengertian dividen menurut Watson dan Head (2004:178) adalah pembayaran tunai yang dilakukan setiap tiga bulan atau setengah tahun sekali kepada para pemegang saham yang merupakan distribusi dari keuntungan sesudah pajak. Dividen per saham merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, seperti yang dikemukakan oleh Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:391), jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen akan menjadi rendah atau tidak ada. Dividen merupakan indikator kondisi perusahaan yang akan datang. Penurunan dividen akan menurunkan nilai pasar saham dan kondisi yang sebaliknya kenaikan dividen akan meningkatkan nilai pasar saham. Dividen dapat diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperoleh. Keputusan besarnya dividen diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Horne dan Wachowichz (2005:317) mengemukakan sasaran perusahaan harus meningkatkan nilai kekayaan para pemegang sahamnya. Nilai tersebut dapat terlihat melalui harga pasar saham perusahaan, yang merupakan fungsi pembelanjaan investasi dan keputusan dividen. H.M Jogiyanto (2000:8) mengemukakan harga saham ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu permintaan dan penawaran saham di pasar modal dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga saham merupakan hasil dari interaksi performance perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Perusahaan penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan tinggi, dapat menyisihkan sebagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pembagian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibat­kan permintaan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Investor juga perlu melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, agar tidak salah dalam memilih saham atau tidak terjebak dengan saham yang kondisi emitennya buruk, dengan demikian keuntungan yang diharapkan dapat tercapai dan risiko kerugian dapat diperkecil. Investor merupakan makhluk rasional sehingga dalam melakukan investasi, selalu mempelajari hubungan kondisi kinerja keuangan emiten. DPS dapat dijadikan sebagai indikator di dalam menilai kinerja perusahaan. Dividen yang baik terdapat pada kinerja perusahaan yang baik pula. Posisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang nantinya dapat terlihat melalui harga saham yang tinggi. Sasaran perusahaan harus meningkatkan nilai kekayaan para pemegang sahamnya. Nilai tersebut dapat terlihat melalui harga pasar saham perusahaan, yang merupakan fungsi pembelanjaan investasi dan keputusan dividen. Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham 33 Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut Madichah (2005) adalah financial leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS). Irfan dan Nishat (2002) mengemukakan empat faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, yaitu payout ratio, size, leverage, dan earning volatility. Wilson (2007) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu dividend effect, bonus share issues, dan warrant exercise. Malhotra (2007) mengemukakan factor yang mempengaruh harga saham yaitu demand and supply, news, market capitalization, EPS, dan Price Earning Ratio. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi yang baik yang dicapai perusahan dapat dilihat di dalam laporan ke­uangan yang dipublikasikan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini, terdapat pengaruh financial leverage, Earnings per Share (EPS), dan Dividend per Share (DPS) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006–2008, baik secara parsial maupun simultan. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui financial leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS), dan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006–2008. Metode verifikatif digunakan untuk mengetahui pengaruh atau bentuk hubungan kausal financial leverage, Earning per Share (EPS), Dividend per Share, terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006–2008. Operasionalisasi masing-masing variabel penelitian disajikan pada Tabel 1. Populasi adalah perusahaan manufaktur yang termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut tahun 2006-2008, yaitu 193 perusahaan, dan metode pengambilan sampel yang digunakan purposive sampling, dengan kriteria memiliki kelengkapan data serta konsisten mengeluarkan dividen secara periodik, yaitu sebanyak 20 perusahaan. Daftar perusahaan manufaktur dari tahun 2006–2008 tidak mengalami perubahan, hanya saja pada tahun 2008 terdapat 2 perusahaan yang mengganti nama yaitu PT. GT Kabel Indonesia Tbk. (formerly Kabelmetal Indonesia) menjadi KMI Wire and Cable, dan perusahaan PT. TD Resources Tbk. (formerly Okansa Persada) menjadi Ancoram Indonesia. Tabel 1. Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Total Hutang Total Asset (J. Fred Weston dan Thomas, 2002:19) % Rasio Laba bersih setelah pajak Jumlah saham yang beredar (Sawidji Widioatmojo, 2004:97) Rp Rasio Financial Leverage (X1) Total hutang dibagi total asset. (J. Fred Weston dan Thomas, 2002:19) FL = Earnings per Share (X2) Laba bersih sesudah pajak dibagi jumlah saham yang beredar. (Sawidji Widiatmojo, 2004:97) EPS = Dividend per Share (X3) Besarnya dividend payout ratio dikalikan earning per share dari setiap periode laporan keuangan. (Tjiptono dan Hendy, 2001:130) DPS = DPR × EPS (Tjiptono dan Hendy, 2001:130) Rp Rasio Harga Saham (Y) Harga saham adalah nilai pasar yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu. (Jogiyanto, 2008: 8) Ditunjukkan pada harga saham penutupan (closing price), (ICMD dan Indonesia Stock Ex change). Rp Rasio 34 Trikonomika Vol. 10, No. 1, Juni 2011 Ellen Rusliati Galih Prasetyo Perusahaan dengan financial leverage terendah tahun 2006–2008 adalah PT. Merck Tbk., masingmasing sebesar 0,1667; 0,1535, dan 0,1273 dan tahun 2009 adalah PT. Sumi Indo Kabel Tbk., sebesar 0,0938. Kondisi ini menunjukkan rendahnya rasio perbandingan hutang dengan seluruh aktiva perusahaan tersebut. Investor akan lebih menyukai membeli perusahaan-perusahaan yang memiliki financial leverage rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi (Madichah 2005), karena rendahnya risiko berlaku bagi investor yang menghindar risiko. Pada tahun 2006 EPS tertinggi diperoleh PT. Merck Tbk., sebesar Rp 3.864, tahun 2007 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., sebesar Rp 4.008, tahun 2008 PT. Sepatu Bata Tbk., sebesar Rp 12.120, tahun 2009 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., sebesar Rp 15.432. Nilai ini berarti perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada para pemegang saham. Perusahaan yang mengalami EPS terkecil dari tahun 2006–2008 diperoleh PT. Trias Sentosa, sebesar Rp 9, kemudian turun menjadi Rp 6 pada tahun 2007, tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi Rp –3 (kondisi ini menunjukkan perusahaan me­ ngalami kerugian), tahun 2009 diperoleh PT. Metrodata Electronics Tbk., sebesar Rp 5. Nilai ini berarti perusahaan kurang mampu meningkatkan ke­sejatera­an yang lebih baik kepada para pemegang saham. Perusahaan yang membayarkan DPS terbesar tahun 2006 adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., sebesar Rp 2.640, tahun 2007 adalah PT. Sepatu Bata Tbk., sebesar Rp 6.361, kemudian pada tahun 2008–2009 PT. Muti Bintang Indonesia Tbk. sebesar Rp 15.000. Perusahaan yang membayarkan DPS terendah tahun 2006–2009 adalah PT. Metrodata Electronics, sebesar Rp 3 untuk tahun 2006–2007, dan untuk tahun 2008–2009 sebesar Rp 1. Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi berganda, regresi, dan koefisien determinasi. Hipotesis secara simultan digunakan uji F untuk mengukur pengaruh financial leverage, EPS, DPS bersamasama terhadap harga saham dan secara parsial menggunakan uji t. Model penelitian didasarkan pada konsep penelitian yang digambarkan pada Gambar 1. berikut. Madichah (2005:82) Financial Leverage Gibson (2006:425) Irfan dan Nishat (2002) Laba per Lembar Saham Mulyono (2000:155) Harga Saham Malhotra (2007) Ridwan S. dan Inge (2003:391) Wilson (2007) Dividen per Saham Gambar 1. Kerangka Pemikiran HASIL Perusahaan dengan financial leverage tertinggi pada tahun 2006 adalah PT. Astra Graphia Tbk., sebesar 0,9761, tahun 2007 adalah PT. Tunas Ridean Tbk., sebesar 0,7440, tahun 2008 PT. Lautan Luas Tbk., sebesar 0,7269, dan tahun 2009 PT. Multi Bintang Indonesia, sebesar 0,6758. Kondisi ini menunjukkan tingginya rasio perbandingan seluruh hutang dengan seluruh aktiva perusahaan dan diperkirakan menjadi penghambat bagi para investor dalam membeli saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia, karena tingginya risiko yang dihadapi namun memberikan kemungkinan memperoleh return yang lebih besar. Tabel 2. Persamaan Regresi Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) 1731.573 4045.443 FL –208.140 7778.65 EPS 5.884 .861 DPS 2.589 .897 Standardized Coefficients Beta Correlations T Collinearity Statistics Zero-order Partial .979 –.048 –.003 –.002 .969 1.032 .000 .851 .617 .390 .372 2.686 .005 .771 .314 .165 .375 2.669 Sig. .428 .670 –.002 –.027 .640 6.835 .269 2.887 Part Tolerance VIF a. Dependent Variable: Harga Saham Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham 35 Perusahaan yang mempunyai harga saham terbesar adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. berturut-turut dari tahun 2006–2009, yaitu sebesar Rp 55.000 untuk tahun 2006 dan 2007, Rp 49.500 untuk tahun 2008, dan Rp 177.000 untuk tahun 2009. Perusahaan yang mempunyai harga saham terendah adalah PT Metrodata Electronics Tbk. 2006, sebesar Rp 80, tahun 2007 PT. Trias Sentosa, Tbk. Sebesar Rp 174, dan tahun 2008-2009, adalah PT. Metrodata Electronics masing-masing Rp 71 dan Rp 87. Hasil regresi dari model penelitian ini disajikan pada Tabel 2. dan Tabel 3. Berdasarkan hasil regresi tersebut dapat dituliskan persamaan hasil regresi sebagai berikut. Y = 1.731–208,149 X1 + 5,884 X2 + 2,589 X3 Dimana X1 = Financial Leverage, X2 = Earning per Share, dan X3 = Dividend per Share. Tabel 3. Korelasi Ganda Model R R Square Adjusted R Square ,867a ,752 ,742 Koefisien determinasi diperoleh sebesar 75,17% yang menunjukkan besarnya pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap harga saham. Besarnya pengaruh secara parsial yang memberikan kontribusi terbesar terhadap harga saham yaitu Earnings per Share 54,4%, selanjutnya secara berturut-turut Dividend per Share sebesar 20,7%, dan Financial Leverage 0,01%. Uji F didasarkan pada hasil regresi seperti ter­lihat pada Tabel 4. yang menunjukkan bahwa Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa Earnings per Share dan Dividend per Share terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan financial leverage tidak berpengaruh signifikan. PEMBAHASAN a. Predictors: (Constant), FL, Earnings per share, Dividend per Share b. Dependent Variable: Harga Saham Pengujian analisis korelasi ganda diperoleh koefisien sebesar 0,867, berarti terdapat hubungan positif dan sangat kuat antara Financial Leverage, Earnings per Share, Dividend per Share dengan Harga Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006–2009. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan (penurunan) financial leverage, earnings per share dan dividend per share maka akan diikuti oleh kenaikan (penurunan) Harga Saham. Rata-rata financial leverage tahun 2006–2008 mengalami kenaikan, kemudian tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan. Financial leverage yang tinggi mengakibatkan para investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, karena tingginya rasio hutang terhadap aktiva, sebaliknya financial leverage yang rendah akan lebih disukai investor penghindar risiko. Financial leverage menunjukkan trend yang menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008 financial leverage sempat meningkat. Pada tahun 2009 financial leverage mengalami penurunan, berarti banyak perusahaan mengurangi pembelanjaan menggunakan utang. Tabel 4. Hasil Pengujian Statistik Uji F ANOVAb Model 36 Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression 35297325126.837 3 1.177E10 76.904 .000a Residual 11627426584.713 76 152992455.062 Total 46924751711.550 79 Trikonomika Vol. 10, No. 1, Juni 2011 Ellen Rusliati Galih Prasetyo 0,4854 0,4861 0,489 0,4312 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Dividend per Share mengalami peningkatan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009 konstan. Nilai Dividend per Share yang besar akan menarik para calon investor karena menggambarkan prospek kekayaan yang akan diterima pemegang saham, sebaliknya Dividend per Share yang kecil kurang menarik bagi calon investor karena prospek kekayaan yang akan diterima kecil. 18.703 Perkembangan Financial Leverage Perusahaan Manufaktur Gambar 2. Perkembangan Rata-rata Financial Leverage Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Rata-rata Earnings per Share mengalami pe­ ningkatan, menunjukkan perusahaan mampu mem­ peroleh laba bagi para pemegang saham. Hal ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan mendorong harga saham naik. 1.631 610 2006 1.759 788 2007 2008 2009 Perkembangan Earnings per Share Perusahaan Manufaktur Gambar 3. Perkembangan Rata-rata Earnings per Share Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 1143 1143 675 299 2006 2007 2008 2009 Perkembangan Dividend per Share Perusahaan Manufaktur Gambar 4. Perkembangan Rata-rata Dividend per Share Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI 9.335 7.598 2006 7.249 2007 2008 2009 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Manufaktur Gambar 5. Perkembangan Rata-rata Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Rata-rata harga saham 2006 ke 2007 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009 mengalami peningkatan. Harga saham menunjukkan trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan dan pada tahun 2009 harga saham mengalami peningkatan drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat. Harga saham yang terus meningkat merupakan peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi investor. Pengaruh EPS sangat besar terhadap harga saham, menunjukkan para investor cenderung lebih mempercayai pertumbuhan EPS dibandingkan dengan DPS dan financial leverage, sebab mereka meyakini bahwa EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan. Kepercayaan para investor terhadap saham yang ditawarkan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan tersebut dan dapat mendorong naiknya harga saham. Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham 37 EPS merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham, maka EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat dan demikian pula sebaliknya. Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham menunjukkan bahwa investor cenderung tidak terlalu memperhatikan financial leverage dalam melakukan investasi. Hal ini dapat dilihat dari trend financial leverage yang menurun. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Madichah (2005), tetapi bertentangan dengan Irfan dan Nishat (2002) di Karachi Stock Exchange jika menggunakan data selama 20 tahun. Penelitian dengan periode yang lebih pendek (10 tahun) menunjukkan bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini mendukung teori Modigliani Miller (1958) dalam Van Horne and Wachowicz dialih-bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2007:239) bahwa pada pasar modal yang bersaing, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal. Earnings per Share berpengaruh terhadap harga saham. EPS merupakan hasil bagi antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah rata–rata saham yang beredar. Laba per lembar saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk tiap lembar sahamnya. EPS merupakan salah satu alat ukur tingkat profitabilitas. Husnan (2001: 317) menyatakan tingkat profitabilitas akan mempengaruhi tingkat harga saham. Hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya, maka investor menganggap bahwa perusahaan mampu memberikan dividen per lembar saham yang besar pula. Hal ini akan menambah tingkat kepercayaan investor terhadap emiten. Kepercayaan investor terhadap emiten akan selalu dibarengi dengan permintaan akan saham emiten. Permintaan saham emiten yang meningkat, mengakibatkan harga saham juga akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammad Abdul Azis (2005). Dividend per Share berpengaruh terhadap harga saham. Pasar memberikan reaksi positif pada informasi dividen sehari setelah tangga pengumuman dividen. Pembayaran dividen memiliki kandungan informasi sehingga pasar akan bereaksi dengan 38 Trikonomika Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ditandai adanya perubahan harga saham. Kenaikan dividen diikuti dengan adanya peningkatan harga saham karena prospek kekayaan yang akan diterima investor semakin besar. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh R. Andi Sularso (2003). KESIMPULAN Financial leverage menunjukkan trend yang menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008 meningkat. Pada tahun 2009 mengalami penurunan, berarti kinerja penggunaan hutang membaik dan menurunkan risiko. Earnings per share menunjukkan trend meningkat, berarti laba bersih setelah pajak untuk setiap lembar saham meningkat, menunjukkan kinerja kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan kesejahteraan pemegang saham meningkat. Dividend per Share, besarnya pendapatan yang diterima pemegang saham menunjukkan trend meningkat. DPS yang tinggi akan lebih diminati oleh para investor, karena akan memperoleh kepastian dari modal yang ditanamkan, yaitu hasil berupa dividen. Harga saham menunjukkan trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan, namun pada tahun 2009 mengalami peningkatan drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat. Harga saham yang terus meningkat merupakan peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi investor. Financial leverage tidak berpengaruh signifikan secara parsial, sedangkan Earnings per Share dan Dividend per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. EPS mempunyai pengaruh terbesar. Secara simultan berpengaruh signifikan, dan besarnya kontribusi Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham adalah 72,6%. DAFTAR PUSTAKA Besley, Scott and Brigham, Eugene F. 2000. Essential of Managerial Finance, 14th Edition, Cengage Learning. Brigham, Eugene F. and Gapenski L. C. 2001. Intermediate Financial Management, 5th Edition, The Dryden Press. New York. Ellen Rusliati Galih Prasetyo Cates, D. C. 2004. Turning Share Holder Value Into Stock Price, ABA Banking Journal. Gibson, Charles H. 2009. Financial Reporting And Analysis (11th edition). USA: Natorp Boulevard. Husnan, Suad. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang (Edisi ke-4). Yogyakarta: BPFE. Irfan, Mohammad Chaudhary and Nishat, Mohammad. 2002. Key Fundamental Factors ang Long-run Price Changes in An Emerging Market. A Case Study of Karachi Stock Exchange. http://www. pide.org.pk. Larson, Ken. 2001. Hart’s E&P (74th edition). Michigan: Hart Publications. Madichah. 2005. Pengaruh Earning per Share (EPS), Dividend per Share (DPS), Financial Leverage Terhadap Harga Saham. Semarang: UNS. Malhotra, Amit. 2007. Factors Affecting Share Price. http://ezinearticles.com. Masulis, Ronald W. 1983. The Impact of Firm Value of Capital Structure Change, Some Estimates. Journal of Finance, 38(1): 107-126. Miller, M., and M. Scholes. 1978. Dividend and Taxes. Journal of Financial Economics, (Desember): 333-364. Mohammad Abdul Azis. 2005. Pengaruh Earnings per Share (EPS), dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham. Semarang: UNS. Mulyono, Sugeng. 2000. Pengaruh Earnings per Share (EPS) dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 1. Smith, C. W., Jr. and Watts, R. L.1992. The Investment Opportunity Set and Corporate Financing, Dividend, and Compensation Policies. Journal of Financial Economics, 32: 263-92. Suteja, J. dan Manihuruk, W. 2009. Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan, dan Faktor Eksternal pada Penentuan Nilai Perusahaan. Jurnal Trikonomika, 8(2): 78-89. Titman, Sheridan, and Roberto Wessels. 1988. The Determinants of Capital Structure Choice. Journal of Finance, 43: 1-19. Van Horne, James C. and Wachowicz, John Jr. 2005. Fundamentals of Financial Management (12th edition). England: Prentice Hall. Watson, Denzil and Head, Antony. 2004. Coorporate Finance Principles and Practice (3rd edition). England: Prentice Hall. Weston, J. F and Brigham, Eugene F. 2001. Basics of Finance Management (8th edition). Michigan: American Finance Association. Weston, J. F. and Copeland, Thomas E. 2002. Managerial Finance (9th edition). Pennsylvania State University. Wilson, Alex. 2007. 3 Factors Affecting Share Prices. http://www.savingsguide.com.au.www.idx.co.id Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham 39