Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share

advertisement
Trikonomika
Volume 10, No. 1, Juni 2011, Hal. 31–39
ISSN 1411-514X
Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
Ellen Rusliati
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Taman Sari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: [email protected]
Galih Prasetyo
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Taman Sari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: [email protected]
ABSTRACT
This researchs puposes are to know the Financial Leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share
(DPS), stock price, and the level of influence Financial Leverage, Earnings per Share (EPS) and Dividend
per Share (DPS) partially or simultaneously to the stock price. Research methods used are descriptive and
verificative. Methods of analysis used are multiple linear regression, correlation, and coefficient of determination.
Simultaneous hypothese is tested through F test and partial hypotheses are tested through t test. Annual data
are obtained from the Indonesian Stock Exchange.Financial leverage trend is decreasing, while EPS, DPS,
and stock price trends are increasing. Financial Leverage, Earnings per Share (EPS) and Dividend per Share
(DPS) simultaneously have influence on stock price in manufacturing companies listed on the Indonesian
Stock Exchange amounted to 75.17% in 2006-2008. Financial Leverage partially did not affect stock prices
significantly, while Earnings per Share (EPS) has positive effect and significant with determination coefficient
of 54.4%, and Dividend per Share (DPS) 20.7%.
Keywords: financial leverage, Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS), stock prices, manufacturing
company.
Prestasi yang baik dapat dilihat dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan perusahaan (emiten).
Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan
keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan
ini sangat berguna bagi investor untuk membantu
dalam pengambilan keputusan investasi, seperti
menjual, membeli, atau menanam saham. Sahamsaham yang disukai investor, yaitu saham-saham
dengan fundamental perusahaan yang baik, banyak
diperdagangkan, dan harganya naik.
Dampak krisis keuangan global pada akhir
tahun 2008 ialah dijualnya saham-saham di Bursa
Efek Indonesia oleh para investor asing karena
mereka membutuhkan uangnya di negara masing-
PENDAHULUAN
Saham menjadi salah satu alternatif investasi
di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh
investor, karena keuntungan yang diperoleh lebih
besar dibandingkan obligasi. Tujuan perusahaan pada
umumnya adalah memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham dengan cara memaksimalkan
nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan
mencerminkan harga saham tersebut.
Harga saham mencerminkan juga nilai dari
suatu perusahaan. Perusahaan dengan prestasi baik,
mengakibatkan sahamnya banyak diminati investor.
31
masing sehingga IHSG anjlok, dan uang rupiah hasil
penjualannya dibelikan dollar yang mengakibatkan
nilai rupiah semakin turun. Harga saham pada
berbagai jenis perusahaan mengalami penurunan.
Ketidakstabilan harga saham menyulitkan
investor dalam melakukan investasi, terlebih dahulu
mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi,
diantaranya kondisi perusahaan yang tercermin
melalui kinerja termasuk juga kondisi industri sejenis,
fluktuasi, kurs, volume transaksi, kondisi bursa,
ekonomi, sosial, politik, dan stabilitas nasional suatu
negara. Berdasarkan informasi tersebut, salah satu hal
paling mendasar sebelum investor meginvestasikan
modalnya adalah menilai kinerja perusahaan melalui
laporan keuangan.
Kinerja keuangan selama ini dianggap sebagai
faktor terpenting dalam penentuan harga saham
perusahaan, karena merupakan faktor paling objektif
dan cukup jelas. Harga saham juga tergantung pada
arus kas yang dibayarkan pada pemegang saham,
waktu, dan tingkat risikonya. Besarnya risiko arus
kas dipengaruhi oleh lingkungan keuangan dan
juga keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan
dividen yang dibuat manajer keuangan.
Nilai suatu perusahaan merupakan suatu prestasi
dilihat dari kinerja keuangannya. Financial leverage
menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai
aktivitasnya (Weston dan Brigham, 2001). Nilai
perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
krisis ekonomi, nilai tukar dan IHSG (Suteja &
Manihuruk, 2009).
Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan
dana perusahaan dapat menghasilkan keuntungan
juga kerugian yang merupakan risiko penggunaan
hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat
tetap yaitu bunga dan pokok pinjaman yang harus
dibayar, di lain pihak hutang merupakan sumber
dana yang dapat digunakan untuk mendanai
aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan menghasilkan laba, selain itu beban
bunga dapat digunakan sebagai elemen pengurang
pajak penghasilan (Miller, M., and M. Scholes, 1978).
Peningkatan utang adalah sinyal yang baik untuk
prospek perusahaan dimasa mendatang (Titman and
Wessels, 1988).
Sumber dana dari luar dalam bentuk hutang
apabila terlalu besar akan menjadi beban, sehingga
perlu dicari struktur modal terbaik, yaitu dapat
memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham.
Struktur modal perusahaan merupakan bauran atau
perpaduan dari hutang, saham preferen, dan saham
32
Trikonomika
Vol. 10, No. 1, Juni 2011
biasa. Weston dan Brigham (2001:78) menyatakan
ukuran yang dapat menunjukkan sampai sejauh mana
sekuritas berpenghasilan tetap digunakan dalam
struktur modal perusahaan dinamakan financial
leverage (leverage keuangan).
Weston dan Brigham (2001:79) menyatakan
semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan
tetap (hutang) maka financial leverage juga semakin
tinggi, begitu juga sebaliknya. Hutang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan sehingga
dapat beroperasi, berinvestasi, dan mengembangkan
usahanya. J.Fred Weston dan Thomas (2002:19)
menyatakan financial leverage adalah cara
bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya.
Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai
buku seluruh hutang terhadap total aktiva. Beberapa
ahli keuangan mengungkapkan bahwa struktur modal
dengan ditandai adanya perubahan utang yang akan
memberikan informasi mengenai perubahan pada
nilai perusahaan (Masulis, 1982).
Gibson (2009:425) menyatakan financial leverage
adalah proses pendanaan untuk mengembangkan
usaha dengan biaya bunga tertentu, dan dapat
dikatakan sukses jika perusahaan memperoleh
pendapatan lebih besar dari beban bunga pinjaman.
Pembelanjaan dengan hutang berpengaruh terhadap
nilai perusahaan sebagaimana dikemukakan Hamada
(1972) dan Sharpe (1964) dalam Irfan dan Nishat
(2010) bahwa perusahaan dengan risiko tinggi
(menggunakan hutang) harus menghasilkan return
yang tinggi sesuai dengan harapan investor. Hal ini
berarti perusahaan dengan jumlah hutang lebih tinggi
harus memberikan perubahan harga saham yang lebih
besar.
EPS merupakan rasio pendapatan setelah
pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih atas setiap
lembar saham. EPS meningkat menandakan bahwa
perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran
investor dan mendorongnya untuk menambah
jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah
permintaan terhadap saham perusahaan mendorong
harga saham naik, dan hal ini sejalan dengan pendapat
Samuels (1991) bahwa ketika laba meningkat maka
harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba
menurun, maka harga saham juga ikut menurun
(Mulyono, 2000). EPS merupakan faktor penting
untuk memutuskan kesehatan suatu perusahaan
dan mempengaruhi kecenderungan di pasar yang
mengakibatkan harga saham meningkat (Malhotra,
2007).
Ellen Rusliati
Galih Prasetyo
Investor akan menekankan pada kemampuan
menghasilkan laba dan efisiensi operasinya atau
profitabilitas (Miliasih, 2000). EPS menurut Larson,
et. al. (2001:579) adalah jumlah pendapatan yang
didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa. Besley
dan Brigham (2000:83) mengemukakan EPS
menyimpulkan semua bagian-bagian dari laporan
keuangan, menunjukkan kemampuan memperoleh
laba dan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat
nilai perusahaan. EPS juga merupakan salah satu
cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai
keuntungan bagi para pemilik saham.
Perusahaan yang ingin meningkatkan ke­
sejahteraan para pemegang sahamnya, harus me­
musat­kan perhatian pada Earning per share (EPS),
sehingga jika tidak memenuhi harapan para pemegang
sahamnya, akan berdampak pada harga saham yang
rendah. Cates (2004:94) menyebutkan bahwa laporan
keuangan seperti laba harus dipakai sebagai sumber
informasi utama bila hendak melakukan analisis yang
akurat terhadap harga saham. Sawidji Widioatmojo
(2004:97) mengemukakan EPS diperoleh dengan
membagi laba bersih setelah pajak dengan jumlah
lembar saham yang beredar.
Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan
faktor yang penting untuk berinvestasi dalam
saham (Bambang Riyanto, 2001:331). Perusahaan
yang mampu menghasilkan laba lebih besar dari
perusahaan sejenis akan diminati oleh investor. EPS
menunjukkan kemampuan memperoleh laba dan dapat
dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan.
EPS juga merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para
pemilik saham perusahaan. Investor yang akan menginvestasikan dananya
pada suatu perusahaan hendaknya melakukan analisis
kinerja keuangan terlebih dahulu agar tidak salah
dalam memilih dan terjebak dengan saham yang
kondisi keuangannya buruk. Informasi penting untuk
menilai prospek perusahaan yaitu laba dan dividen.
Perusahaan dengan dividen lebih besar dan stabil lebih
diminati, sehingga permintaan saham meningkat, dan
menaikkan harga saham.
Investasi dalam bentuk saham akan memberikan
dua jenis keuntungan kepada investornya, yaitu
keuntungan berupa dividen dan capital gain.
Pengertian dividen menurut Watson dan Head
(2004:178) adalah pembayaran tunai yang dilakukan
setiap tiga bulan atau setengah tahun sekali kepada
para pemegang saham yang merupakan distribusi dari
keuntungan sesudah pajak.
Dividen per saham merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi harga saham, seperti yang
dikemukakan oleh Ridwan S. Sundjaja dan Inge
Barlian (2003:391), jika pendapatan perusahaan
turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka
dividen akan menjadi rendah atau tidak ada. Dividen
merupakan indikator kondisi perusahaan yang akan
datang. Penurunan dividen akan menurunkan nilai
pasar saham dan kondisi yang sebaliknya kenaikan
dividen akan meningkatkan nilai pasar saham.
Dividen dapat diartikan sebagai pembayaran
kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan
atas keuntungan yang diperoleh. Keputusan
besarnya dividen diputuskan pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Horne dan Wachowichz
(2005:317) mengemukakan sasaran perusahaan
harus meningkatkan nilai kekayaan para pemegang
sahamnya. Nilai tersebut dapat terlihat melalui harga
pasar saham perusahaan, yang merupakan fungsi
pembelanjaan investasi dan keputusan dividen.
H.M Jogiyanto (2000:8) mengemukakan
harga saham ditentukan oleh pelaku pasar, yaitu
permintaan dan penawaran saham di pasar modal
dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga
saham merupakan hasil dari interaksi performance
perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Perusahaan
penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan
tinggi, dapat menyisihkan sebagian keuntungan
sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula.
Pembagian dividen yang tinggi akan menarik minat
investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini
mengakibat­kan permintaan meningkat, yang pada
akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham.
Investor juga perlu melihat kinerja keuangan suatu
perusahaan, agar tidak salah dalam memilih saham atau
tidak terjebak dengan saham yang kondisi emitennya
buruk, dengan demikian keuntungan yang diharapkan
dapat tercapai dan risiko kerugian dapat diperkecil.
Investor merupakan makhluk rasional sehingga dalam
melakukan investasi, selalu mempelajari hubungan
kondisi kinerja keuangan emiten.
DPS dapat dijadikan sebagai indikator di dalam
menilai kinerja perusahaan. Dividen yang baik
terdapat pada kinerja perusahaan yang baik pula.
Posisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang
nantinya dapat terlihat melalui harga saham yang
tinggi. Sasaran perusahaan harus meningkatkan nilai
kekayaan para pemegang sahamnya. Nilai tersebut
dapat terlihat melalui harga pasar saham perusahaan,
yang merupakan fungsi pembelanjaan investasi dan
keputusan dividen.
Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
33
Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham
menurut Madichah (2005) adalah financial leverage,
Earnings per Share (EPS), Dividend per Share (DPS).
Irfan dan Nishat (2002) mengemukakan empat faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham, yaitu
payout ratio, size, leverage, dan earning volatility.
Wilson (2007) mengemukakan tiga faktor yang
mempengaruhi harga saham, yaitu dividend effect,
bonus share issues, dan warrant exercise. Malhotra
(2007) mengemukakan factor yang mempengaruh
harga saham yaitu demand and supply, news, market
capitalization, EPS, dan Price Earning Ratio.
Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu
perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik,
maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati
oleh para investor. Prestasi yang baik yang dicapai
perusahan dapat dilihat di dalam laporan ke­uangan yang
dipublikasikan pada periode tertentu. Laporan keuangan
ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam
pengambilan keputusan investasi, seperti menjual,
membeli, atau menanam saham.
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini,
terdapat pengaruh financial leverage, Earnings per
Share (EPS), dan Dividend per Share (DPS) terhadap
harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tahun 2006–2008, baik secara
parsial maupun simultan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk
mengetahui financial leverage, Earnings per Share
(EPS), Dividend per Share (DPS), dan harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2006–2008. Metode verifikatif
digunakan untuk mengetahui pengaruh atau bentuk
hubungan kausal financial leverage, Earning per Share
(EPS), Dividend per Share, terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2006–2008. Operasionalisasi masing-masing
variabel penelitian disajikan pada Tabel 1.
Populasi adalah perusahaan manufaktur yang
termasuk di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut
tahun 2006-2008, yaitu 193 perusahaan, dan metode
pengambilan sampel yang digunakan purposive
sampling, dengan kriteria memiliki kelengkapan data
serta konsisten mengeluarkan dividen secara periodik,
yaitu sebanyak 20 perusahaan. Daftar perusahaan
manufaktur dari tahun 2006–2008 tidak mengalami
perubahan, hanya saja pada tahun 2008 terdapat 2
perusahaan yang mengganti nama yaitu PT. GT Kabel
Indonesia Tbk. (formerly Kabelmetal Indonesia)
menjadi KMI Wire and Cable, dan perusahaan PT. TD
Resources Tbk. (formerly Okansa Persada) menjadi
Ancoram Indonesia.
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Ukuran
Skala
Total Hutang
Total Asset
(J. Fred Weston dan Thomas, 2002:19)
%
Rasio
Laba bersih setelah pajak
Jumlah saham yang beredar
(Sawidji Widioatmojo, 2004:97)
Rp
Rasio
Financial Leverage (X1)
Total hutang dibagi total asset.
(J. Fred Weston dan Thomas,
2002:19)
FL =
Earnings per Share (X2)
Laba bersih sesudah pajak dibagi
jumlah saham yang beredar.
(Sawidji Widiatmojo, 2004:97)
EPS =
Dividend per Share (X3)
Besarnya dividend payout ratio
dikalikan earning per share dari
setiap periode laporan keuangan.
(Tjiptono dan Hendy, 2001:130)
DPS = DPR × EPS
(Tjiptono dan Hendy, 2001:130)
Rp
Rasio
Harga Saham (Y)
Harga saham adalah nilai pasar
yang merupakan harga dari saham
di pasar bursa pada saat tertentu.
(Jogiyanto, 2008: 8)
Ditunjukkan pada harga saham
penutupan (closing price), (ICMD dan
Indonesia Stock Ex change).
Rp
Rasio
34
Trikonomika
Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Ellen Rusliati
Galih Prasetyo
Perusahaan dengan financial leverage terendah
tahun 2006–2008 adalah PT. Merck Tbk., masingmasing sebesar 0,1667; 0,1535, dan 0,1273 dan
tahun 2009 adalah PT. Sumi Indo Kabel Tbk.,
sebesar 0,0938. Kondisi ini menunjukkan rendahnya
rasio perbandingan hutang dengan seluruh aktiva
perusahaan tersebut. Investor akan lebih menyukai
membeli perusahaan-perusahaan yang memiliki
financial leverage rendah dibandingkan perusahaan
yang memiliki financial leverage tinggi (Madichah
2005), karena rendahnya risiko berlaku bagi investor
yang menghindar risiko.
Pada tahun 2006 EPS tertinggi diperoleh PT.
Merck Tbk., sebesar Rp 3.864, tahun 2007 PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk., sebesar Rp 4.008, tahun 2008
PT. Sepatu Bata Tbk., sebesar Rp 12.120, tahun 2009
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk., sebesar Rp 15.432.
Nilai ini berarti perusahaan mampu memberikan
tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada para
pemegang saham.
Perusahaan yang mengalami EPS terkecil dari
tahun 2006–2008 diperoleh PT. Trias Sentosa, sebesar
Rp 9, kemudian turun menjadi Rp 6 pada tahun 2007,
tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi
Rp –3 (kondisi ini menunjukkan perusahaan me­
ngalami kerugian), tahun 2009 diperoleh PT. Metrodata
Electronics Tbk., sebesar Rp 5. Nilai ini berarti
perusahaan kurang mampu meningkatkan ke­sejatera­an
yang lebih baik kepada para pemegang saham.
Perusahaan yang membayarkan DPS terbesar
tahun 2006 adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.,
sebesar Rp 2.640, tahun 2007 adalah PT. Sepatu
Bata Tbk., sebesar Rp 6.361, kemudian pada tahun
2008–2009 PT. Muti Bintang Indonesia Tbk. sebesar
Rp 15.000. Perusahaan yang membayarkan DPS
terendah tahun 2006–2009 adalah PT. Metrodata
Electronics, sebesar Rp 3 untuk tahun 2006–2007,
dan untuk tahun 2008–2009 sebesar Rp 1.
Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi
berganda, regresi, dan koefisien determinasi. Hipotesis
secara simultan digunakan uji F untuk mengukur
pengaruh financial leverage, EPS, DPS bersamasama terhadap harga saham dan secara parsial
menggunakan uji t. Model penelitian didasarkan pada
konsep penelitian yang digambarkan pada Gambar 1.
berikut.
Madichah (2005:82)
Financial
Leverage
Gibson (2006:425)
Irfan dan Nishat (2002)
Laba per
Lembar Saham
Mulyono (2000:155)
Harga
Saham
Malhotra (2007)
Ridwan S. dan Inge (2003:391)
Wilson (2007)
Dividen per
Saham
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
HASIL
Perusahaan dengan financial leverage tertinggi
pada tahun 2006 adalah PT. Astra Graphia Tbk.,
sebesar 0,9761, tahun 2007 adalah PT. Tunas Ridean
Tbk., sebesar 0,7440, tahun 2008 PT. Lautan Luas Tbk.,
sebesar 0,7269, dan tahun 2009 PT. Multi Bintang
Indonesia, sebesar 0,6758. Kondisi ini menunjukkan
tingginya rasio perbandingan seluruh hutang dengan
seluruh aktiva perusahaan dan diperkirakan menjadi
penghambat bagi para investor dalam membeli saham
perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia, karena
tingginya risiko yang dihadapi namun memberikan
kemungkinan memperoleh return yang lebih besar.
Tabel 2. Persamaan Regresi Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
1731.573
4045.443
FL
–208.140
7778.65
EPS
5.884
.861
DPS
2.589
.897
Standardized
Coefficients
Beta
Correlations
T
Collinearity
Statistics
Zero-order
Partial
.979
–.048
–.003
–.002
.969
1.032
.000
.851
.617
.390
.372
2.686
.005
.771
.314
.165
.375
2.669
Sig.
.428
.670
–.002
–.027
.640
6.835
.269
2.887
Part
Tolerance
VIF
a. Dependent Variable: Harga Saham
Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
35
Perusahaan yang mempunyai harga saham
terbesar adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
berturut-turut dari tahun 2006–2009, yaitu sebesar
Rp 55.000 untuk tahun 2006 dan 2007, Rp 49.500
untuk tahun 2008, dan Rp 177.000 untuk tahun 2009.
Perusahaan yang mempunyai harga saham terendah
adalah PT Metrodata Electronics Tbk. 2006, sebesar
Rp 80, tahun 2007 PT. Trias Sentosa, Tbk. Sebesar
Rp 174, dan tahun 2008-2009, adalah PT. Metrodata
Electronics masing-masing Rp 71 dan Rp 87.
Hasil regresi dari model penelitian ini disajikan
pada Tabel 2. dan Tabel 3. Berdasarkan hasil regresi
tersebut dapat dituliskan persamaan hasil regresi
sebagai berikut.
Y = 1.731–208,149 X1 + 5,884 X2 + 2,589 X3
Dimana X1 = Financial Leverage, X2 = Earning per
Share, dan X3 = Dividend per Share.
Tabel 3. Korelasi Ganda
Model
R
R Square
Adjusted R Square
,867a
,752
,742
Koefisien determinasi diperoleh sebesar 75,17%
yang menunjukkan besarnya pengaruh Financial
Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per
Share terhadap harga saham. Besarnya pengaruh
secara parsial yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap harga saham yaitu Earnings per Share
54,4%, selanjutnya secara berturut-turut Dividend
per Share sebesar 20,7%, dan Financial Leverage
0,01%.
Uji F didasarkan pada hasil regresi seperti ter­lihat
pada Tabel 4. yang menunjukkan bahwa Financial
Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per
Share secara simultan berpengaruh terhadap harga
saham. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa
Earnings per Share dan Dividend per Share terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham,
sedangkan financial leverage tidak berpengaruh
signifikan.
PEMBAHASAN
a. Predictors: (Constant), FL, Earnings per share,
Dividend per Share
b. Dependent Variable: Harga Saham
Pengujian analisis korelasi ganda diperoleh
koefisien sebesar 0,867, berarti terdapat hubungan
positif dan sangat kuat antara Financial Leverage,
Earnings per Share, Dividend per Share dengan Harga
Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006–2009. Hal
ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan (penurunan)
financial leverage, earnings per share dan dividend
per share maka akan diikuti oleh kenaikan (penurunan)
Harga Saham.
Rata-rata financial leverage tahun 2006–2008
mengalami kenaikan, kemudian tahun 2008 ke tahun
2009 mengalami penurunan. Financial leverage yang
tinggi mengakibatkan para investor enggan membeli
saham perusahaan tersebut, karena tingginya rasio
hutang terhadap aktiva, sebaliknya financial leverage
yang rendah akan lebih disukai investor penghindar
risiko. Financial leverage menunjukkan trend yang
menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008
financial leverage sempat meningkat. Pada tahun
2009 financial leverage mengalami penurunan,
berarti banyak perusahaan mengurangi pembelanjaan
menggunakan utang.
Tabel 4. Hasil Pengujian Statistik Uji F
ANOVAb
Model
36
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
35297325126.837
3
1.177E10
76.904
.000a
Residual
11627426584.713
76
152992455.062
Total
46924751711.550
79
Trikonomika
Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Ellen Rusliati
Galih Prasetyo
0,4854
0,4861
0,489
0,4312
2006
2007
2008
2009
Rata-rata Dividend per Share mengalami
peningkatan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009
konstan. Nilai Dividend per Share yang besar akan
menarik para calon investor karena menggambarkan
prospek kekayaan yang akan diterima pemegang
saham, sebaliknya Dividend per Share yang kecil
kurang menarik bagi calon investor karena prospek
kekayaan yang akan diterima kecil.
18.703
Perkembangan Financial Leverage
Perusahaan Manufaktur
Gambar 2. Perkembangan Rata-rata Financial Leverage
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Rata-rata Earnings per Share mengalami pe­
ningkatan, menunjukkan perusahaan mampu mem­
peroleh laba bagi para pemegang saham. Hal ini
mendorong investor untuk menambah jumlah modal
yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan
terhadap saham perusahaan mendorong harga saham
naik.
1.631
610
2006
1.759
788
2007
2008
2009
Perkembangan Earnings per Share
Perusahaan Manufaktur
Gambar 3. Perkembangan Rata-rata Earnings per Share
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
1143
1143
675
299
2006
2007
2008
2009
Perkembangan Dividend per Share
Perusahaan Manufaktur
Gambar 4. Perkembangan Rata-rata Dividend per Share
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
9.335
7.598
2006
7.249
2007
2008
2009
Perkembangan Harga Saham
Perusahaan Manufaktur
Gambar 5. Perkembangan Rata-rata Harga Saham
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Rata-rata harga saham 2006 ke 2007 mengalami
peningkatan. Pada tahun 2007 ke 2008 mengalami
penurunan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009
mengalami peningkatan. Harga saham menunjukkan
trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008
sempat mengalami penurunan dan pada tahun 2009
harga saham mengalami peningkatan drastis. Hal ini
terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai
membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat.
Harga saham yang terus meningkat merupakan
peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga
perkembangan harga saham tersebut menjadi objek
menarik bagi investor.
Pengaruh EPS sangat besar terhadap harga
saham, menunjukkan para investor cenderung lebih
mempercayai pertumbuhan EPS dibandingkan
dengan DPS dan financial leverage, sebab mereka
meyakini bahwa EPS yang tinggi menandakan bahwa
perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat
kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang
saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan
bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat
sebagaimana diharapkan.
Kepercayaan para investor terhadap saham yang
ditawarkan menyebabkan terjadinya peningkatan
jumlah permintaan terhadap saham perusahaan
tersebut dan dapat mendorong naiknya harga saham.
Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
37
EPS merupakan rasio antara pendapatan setelah
pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS
juga merupakan gambaran mengenai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih
dalam setiap lembar saham, maka EPS mempunyai
pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS
meningkat maka harga saham juga ikut meningkat
dan demikian pula sebaliknya.
Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap
harga saham menunjukkan bahwa investor cenderung
tidak terlalu memperhatikan financial leverage dalam
melakukan investasi. Hal ini dapat dilihat dari trend
financial leverage yang menurun. Hasil ini konsisten
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Madichah (2005), tetapi bertentangan dengan Irfan
dan Nishat (2002) di Karachi Stock Exchange jika
menggunakan data selama 20 tahun. Penelitian dengan
periode yang lebih pendek (10 tahun) menunjukkan
bahwa financial leverage tidak berpengaruh terhadap
harga saham. Hal ini mendukung teori Modigliani
Miller (1958) dalam Van Horne and Wachowicz
dialih-bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny
Arnos Kwary (2007:239) bahwa pada pasar modal
yang bersaing, nilai perusahaan tidak dipengaruhi
oleh struktur modal.
Earnings per Share berpengaruh terhadap harga
saham. EPS merupakan hasil bagi antara laba yang
tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah
rata–rata saham yang beredar. Laba per lembar
saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan laba untuk tiap lembar sahamnya. EPS
merupakan salah satu alat ukur tingkat profitabilitas.
Husnan (2001: 317) menyatakan tingkat profitabilitas
akan mempengaruhi tingkat harga saham. Hal
tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu
meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya,
maka investor menganggap bahwa perusahaan
mampu memberikan dividen per lembar saham
yang besar pula. Hal ini akan menambah tingkat
kepercayaan investor terhadap emiten. Kepercayaan
investor terhadap emiten akan selalu dibarengi
dengan permintaan akan saham emiten. Permintaan
saham emiten yang meningkat, mengakibatkan harga
saham juga akan meningkat. Hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammad
Abdul Azis (2005).
Dividend per Share berpengaruh terhadap
harga saham. Pasar memberikan reaksi positif pada
informasi dividen sehari setelah tangga pengumuman
dividen. Pembayaran dividen memiliki kandungan
informasi sehingga pasar akan bereaksi dengan
38
Trikonomika
Vol. 10, No. 1, Juni 2011
ditandai adanya perubahan harga saham. Kenaikan
dividen diikuti dengan adanya peningkatan harga
saham karena prospek kekayaan yang akan diterima
investor semakin besar. Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh R. Andi Sularso
(2003).
KESIMPULAN
Financial leverage menunjukkan trend yang
menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008
meningkat. Pada tahun 2009 mengalami penurunan,
berarti kinerja penggunaan hutang membaik dan
menurunkan risiko. Earnings per share menunjukkan
trend meningkat, berarti laba bersih setelah pajak
untuk setiap lembar saham meningkat, menunjukkan
kinerja kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dan kesejahteraan pemegang saham meningkat.
Dividend per Share, besarnya pendapatan yang
diterima pemegang saham menunjukkan trend
meningkat. DPS yang tinggi akan lebih diminati oleh
para investor, karena akan memperoleh kepastian dari
modal yang ditanamkan, yaitu hasil berupa dividen.
Harga saham menunjukkan trend yang meningkat,
walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami
penurunan, namun pada tahun 2009 mengalami
peningkatan drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun
2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga
kepercayaan investor meningkat. Harga saham
yang terus meningkat merupakan peluang untuk
menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan
harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi
investor.
Financial leverage tidak berpengaruh signifikan
secara parsial, sedangkan Earnings per Share dan
Dividend per Share berpengaruh signifikan terhadap
harga saham. EPS mempunyai pengaruh terbesar.
Secara simultan berpengaruh signifikan, dan besarnya
kontribusi Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
adalah 72,6%.
DAFTAR PUSTAKA
Besley, Scott and Brigham, Eugene F. 2000. Essential
of Managerial Finance, 14th Edition, Cengage
Learning.
Brigham, Eugene F. and Gapenski L. C. 2001.
Intermediate Financial Management, 5th Edition,
The Dryden Press. New York.
Ellen Rusliati
Galih Prasetyo
Cates, D. C. 2004. Turning Share Holder Value Into
Stock Price, ABA Banking Journal.
Gibson, Charles H. 2009. Financial Reporting And
Analysis (11th edition). USA: Natorp Boulevard.
Husnan, Suad. 2001. Manajemen Keuangan Teori
dan Penerapan Keputusan Jangka Panjang (Edisi
ke-4). Yogyakarta: BPFE.
Irfan, Mohammad Chaudhary and Nishat, Mohammad.
2002. Key Fundamental Factors ang Long-run
Price Changes in An Emerging Market. A Case
Study of Karachi Stock Exchange. http://www.
pide.org.pk.
Larson, Ken. 2001. Hart’s E&P (74th edition).
Michigan: Hart Publications.
Madichah. 2005. Pengaruh Earning per Share (EPS),
Dividend per Share (DPS), Financial Leverage
Terhadap Harga Saham. Semarang: UNS.
Malhotra, Amit. 2007. Factors Affecting Share Price.
http://ezinearticles.com.
Masulis, Ronald W. 1983. The Impact of Firm Value
of Capital Structure Change, Some Estimates.
Journal of Finance, 38(1): 107-126.
Miller, M., and M. Scholes. 1978. Dividend and Taxes.
Journal of Financial Economics, (Desember):
333-364.
Mohammad Abdul Azis. 2005. Pengaruh Earnings
per Share (EPS), dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Harga Saham. Semarang: UNS.
Mulyono, Sugeng. 2000. Pengaruh Earnings per
Share (EPS) dan Tingkat Bunga Terhadap Harga
Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 1.
Smith, C. W., Jr. and Watts, R. L.1992. The Investment
Opportunity Set and Corporate Financing,
Dividend, and Compensation Policies. Journal of
Financial Economics, 32: 263-92.
Suteja, J. dan Manihuruk, W. 2009. Pengaruh Struktur
Modal, Kepemilikan, dan Faktor Eksternal pada
Penentuan Nilai Perusahaan. Jurnal Trikonomika,
8(2): 78-89.
Titman, Sheridan, and Roberto Wessels. 1988. The
Determinants of Capital Structure Choice. Journal
of Finance, 43: 1-19.
Van Horne, James C. and Wachowicz, John Jr. 2005.
Fundamentals of Financial Management (12th
edition). England: Prentice Hall.
Watson, Denzil and Head, Antony. 2004. Coorporate
Finance Principles and Practice (3rd edition).
England: Prentice Hall.
Weston, J. F and Brigham, Eugene F. 2001. Basics
of Finance Management (8th edition). Michigan:
American Finance Association.
Weston, J. F. and Copeland, Thomas E. 2002.
Managerial Finance (9th edition). Pennsylvania
State University.
Wilson, Alex. 2007. 3 Factors Affecting Share Prices.
http://www.savingsguide.com.au.www.idx.co.id
Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share,
dan Dividend per Share terhadap Harga Saham
39
Download