ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, TINGKAT SUKU BUNGA, JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN DI INDONESIA DisusunOleh: MUHAMMAD SOFYAN 106081002461 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 1 2 3 4 5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Muhammad Sofyan Tempat/Tanggal lahir : Tanjung Tiram, 22 Juni 1987 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : PERUMKAR DKI Blok S1 No. 8 R.T./R.W. 017/002 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, 13450. Agama : Islam Warga negara : Indonesia No. Telp : 081281144847 Alamat E-mail : [email protected] Pendidikan : 1. SD 010162 Batubara-Sumatera Utara Tahun 2000 2. MTs. Darul Arafah-Deli Serdang Tahun 2003 3. MAN 9 Jakarta Tahun 2006 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB Tahun 2011 6 ABSTRACT The purpose of this study was to analyze the influence of per capita income, Interest Rates, Money Supply and Inflation to Total Savings in Indonesia. This study uses a method Error Correction Model (ECM). The results of this study indicate that the variable income per capita, Interest Rate and Inflation significant effect on the amount of savings in Indonesia in the short term. While in the long run only the variables that affect the Money Supply to Total Savings in Indonesia Keywords: Savings, per capita income, Interest Rates, Money Supply, Inflation and Error Correction Model (ECM) 7 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga dan Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia pada jangka pendek. Sedangkan pada jangka panjang hanya variabel Jumlah Uang Beredar yang berpengaruh terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia. Kata Kunci: Tabungan, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Error Correction Model (ECM) 8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat, karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua Orang Tuaku yang tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a dan memberi banyak bantuan baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran serta ketulusannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 9 4. Bapak Herni Ali HT, SE,. MM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran serta ketulusannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu-ilmu manajemen kepada peneliti dan para staf-staf di fakultas ekonomi yang telah mempermudah dalam segala urusan kemahasiswaan. 6. Segenap keluarga besar ku yang memberikan motivasi tiada henti-hentinya dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Teman-teman Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. 8. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri. Jakarta, 27 Juli 2011 Muhammad Sofyan 10 DAFTAR GAMBAR Keterangan Nomor 2.1 Kerangka Berfikir Halaman 91 11 DAFTAR GRAFIK Keterangan Nomor Halaman 4.1 Tingkat Tabungan 109 4.2 Pendapatan Perkapita 111 4.3 Tingkat Suku Bunga 113 4.4 Jumlah Uang Beredar 115 4.5 Inflasi 117 12 DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 1.1 Pekembangan Jumlah Tabungan 8 4.1 Tingkat Tabungan 108 4.2 Pendapatan Perkapita 110 4.3 Tingkat Suku Bunga 112 4.4 Jumlah Uang Beredar 114 4.5 Inflasi 116 4.6 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level 118 4.7 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama 119 4.8 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua 120 4.9 Uji Kointegrasi 121 4.10 Hasil Analisis Model ECM (Jangka Pendek pada 122 Tabungan) 4.11 Hasil Analisis Model ECM (Jangka Panjang pada 124 Tabungan) 13 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv ABSTRACT ................................................................................................................ v KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembagan Keuangan ................................................................... 13 B. Perbankan ..................................................................................... 19 C. Tabungan ...................................................................................... 45 D. Pendapatan Perkapita ................................................................. 52 E. Suku Bunga ................................................................................... 55 F. Uang Beredar................................................................................ 62 G. Inflasi ............................................................................................. 64 H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 78 I. Kerangka Berfikir ........................................................................ 88 J. Hipotesis ....................................................................................... 92 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 94 B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 94 14 C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 96 D. Metode Analisis ............................................................................ 97 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 102 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................. 105 B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................. 107 1. Analisis Deskriptif ................................................................. 107 2. Hasil Uji Akar-Akar Unit ..................................................... 117 3. Hasil Uji Kointegrasi ............................................................ 120 4. Hasil Pengujian ECM dan Interpretasi ............................... 121 5. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 133 B. Implikasi ....................................................................................... 133 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 136 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 145 15 Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama mahasiswa : Muhammad Sofyan NIM : 106081002461 Jurusan : Manajemen Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian surat ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 27 Juli 2011 (Muhammad Sofyan) 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai tujuan ini masyarakat dan pemerintah membuat perencanaan dan melaksanakannya melalui pembangunan yang berkesinambungan, sehingga kemakmuran masyarakat lambat laun makin meningkat meskipun tingkat keadilannya belum terpenuhi (Ade Komaludin, Apip Supriadi dan Dede, 2008: 2). Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka memperhatikan pelaksanaan keserasian, pembangunan keselarasan, ekonomi keseimbangan harus lebih unsur-unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi nasional (Poppy Marieska, 2009: 4). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam 17 struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi; pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sering digunakan suatu negara dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonominya. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolok ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara sedang berkembang merupakan upaya untuk lebih mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta dapat lebih mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian besar negara-negara sedang berkembang mengalami hambatan terutama dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan (Danu Winoto, 2009: 6). Salah satu masalah tipikal yang dihadapi negara sedang berkembang adalah kurangnya modal untuk investasi. Sumber pembiayaan pembangunan dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Salah satu alternatif penggalian dana adalah sumber penerimaan domestik bagi pembiayaan pembangunan. Sumber pembiayaan dalam negeri dapat bersumber dari tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, penerimaan pajak dan investasi swasta. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan (Indra Darmawan, 2007: 2). 18 Rimsky K. Judisseno (2005: 25) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumbersumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian harus dapat bekerja sama dan bahu-membahu mengelola serta menggerakkan semua potensi ekonomi agar berhasil secara optimal. Lembaga keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan kondisi ekonomi suatu negara. Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi dua yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Bank dibedakan menjadi dua jenis yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Perbankan juga memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggaraan transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter (Rihlah, 2010: 8). Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan masing-masing unsur dari Trilogi Pembangunan adalah perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, 19 pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. (Kasmir, 2010: 260) Di negara-negara seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai pembiayaan untuk kredit investasi kecil, menengah, dan besar. Tetapi juga mampu mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan (Alamsyah dalam Azhary Husni, 2009: 13). Dalam kebijakan moneter bank memiliki posisi yang sangat penting mengingat perbankan dalam perekonomian Indonesia mendominasi keseluruhan sektor keuangan baik dilihat dari segi kepemilikan aset, pengumpulan dana maupun penyaluran dana tersebut di dalam perekonomian (Aulia Pohan, 2008: 85). Seperti negara-negara berkembang lainnya, sektor perbankan masih mempunyai orientasi utama pada pembiayaan kegiatan perdagangan dan jasa, terutama melayani daerah perkotaan dan memberikan kredit yang umumnya bersifat jangka pendek. Peranan system financial yang didominasi oleh perbankan terlihat dari dana yang dihimpun dan digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan. Khususnya di sektor swasta sebagian besar masih berasal dari sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat penting peranannya di dalam pembangunan nasional baik sebagai perantara sektor yang defisit dengan sektor yang surplus maupun sebagai agen pembangunan (Poppy Marieskha, 2009: 2). 20 Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. Dalam dunia modern sekarang ini peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan dimasa yang akan datang kita tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan. Jika hendak menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial maupun perusahaan (Kasmir, 2010: 1). Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang, mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya (Kasmir, 2010: 2). Masalah pokok yang sering dihadapi oleh bank atau yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana (modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan 21 baik untuk modal investasi maupun modal kerja. Dalam hal ini, bank sebagai lembaga keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Jadi fungsi utama bank merupakan perantara antara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana. Oleh karena fungsi bank sebagai perantara antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka usaha pokok yang dilaksanakan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor perkreditan atau penyaluran dana (Lisya Widyastuti dalam Nresna, 2010: 5). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank di Indonesia menggunakan dual system banking, yakni sistem konvensional dan sistem syariah (Azhary Husni, 2009: 1). Dalam kegiatannya terdapat tiga pemain dalam dunia perbankan yaitu Bank, Deposan, dan Peminjam. Deposan menyimpan uangnya di bank dengan harapan memperoleh return berupa bunga atas uang yang dipinjamkannya kepada bank. Selanjutnya bank akan menawarkan uang tersebut kepada peminjam dalam bentuk kredit, dalam rangka memperoleh pendapatannya bank juga mengenakan bunga kepada peminjam. Tingkat suku bunga yang ditetapkan bank kepada peminjam akan lebih tinggi dari pada 22 tingkat suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan. Suku bunga yang dikenakan bank atas uang yang ditawarkan disebut suku bunga kredit. Sedangkan suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan disebut suku bunga deposito (Nresna, 2010: 1). Telah disebutkan bahwa salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Sumber dana tersebut bisa mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Untuk menarik dana masyarakat ini, Bank-bank sekarang memasang strategi dengan maksud meningkatkan minat masyarakat untuk menabung antara lain berupa pemberian cendera mata, hadiah, pelayanan dan balas jasa lainnya (Riki Ardiansyah, 2009: 1). Penghimpunan dana pihak ketiga berupa tabungan dalam jumlah besar merupakan hal yang amat berarti bagi bank, mengingat relatif lebih murahnya biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank dibandingkan dengan biaya bunga deposito. Pasalnya, semakin besar porsi dana murah semakin rendah pula biaya bunga yang harus dikeluarkan bank dan pada akhirnya akan berujung pada makin tingginya keuntungan bank. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan perolehan tabungan bank makin kreatif dalam menciptakan produk dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah tabungannya. Beragam produk tabungan diluncurkan antara lain 23 tabungan berhadiah, tabungan bisnis atau tabungan pendidikan (Dinie Suryani, 2009: 23). Perkembangan jumlah tabungan dari tahun 1980 sampai tahun 2010 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kecuali pada tahun 2005 jumlah tabungan turun dengan nilai sebesar Rp. 284.485 miliar dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2004 dengan nilai tabungan sebesar Rp 298.898 miliar. Namun, kembali naik pada tahun 2006 dengan nilai tabungan sebesar Rp 336.135 miliar. Untuk lebih jelas dalam melihat perkembangan jumlah tabungan dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Tabel Perkembangan Jumlah Tabungan Tahun Tabungan (miliar Rp) Tahun Tabungan (miliar Rp) 1980 313,7 1996 61566 1981 419,5 1997 67990 1982 489 1998 69308 1983 583,9 1999 122981 1984 753,7 2000 154328 1985 1020,3 2001 172611 1986 1386,8 2002 193468 1987 1627,4 2003 244962 1988 2173,7 2004 298898 1989 3684,7 2005 284485 1990 9661 2006 336135 1991 15553 2007 443272 1992 25469 2008 503082 1993 35608 2009 603320 1994 40319 2010 713730 1995 47224 (sumber: Bank Indonesia) Perkembangan tabungan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Keynes yang menyatakan 24 bahwa fungsi konsumsi didasari oleh perilaku yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung. Orang-orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk menabung dengan proporsi yang lebih besar dari pendapatannya dibandingkan dengan orang-orang yang berpendapatan rendah. Lebih dari itu orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung mempunyai tabungan yang negatif karena pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan konsumsi minimum (Riki Ardiansyah, 2009: 4). Tingkat inflasi juga ikut memiliki peran terhadap jumlah dana yang disimpan masyarakat di bank. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan menurunkan tingkat tabungan. Inflasi akan mendorong orang untuk mengganti aset nominal menjadi aset riil (Indra Darmawan, 2007: 4). Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan terus-menerus. Secara umum tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak tidak baik bagi kegiatan perekonomian dalam jangka panjang (Dahlan Siamat, 2005:75). Sedangkan Sadono Sukirno (2004; 85) berpendapat bahwa, inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. 25 Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus dana yang masuk adalah tigkat suku bunga. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. Teori NeoKlasik menyebutkan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan menentukan tinggi rendahnya tingkat tabungan. Tabungan yang besar penting bagi pembentukan modal dan tabungan bergantung pada besarnya pendapatan, dalam arti makin besar pendapatan makin besar pula tabungan. Kemampuan untuk menabung dalam hal ini dipengaruhi oleh tingkat suku bunga tabungan, dalam arti makin tinggi tingkat suku bunga tabungan maka makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung (Sunlip Wibisono, 2004: 316). Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan kita lakukan dengan uang. Fungsi uang yang tidak lagi digunakan sebagai alat pembayaran, tetapi juga sebagai media penyimpanan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasi bagi sebagian masyarakat (Perry Warjiyo, 2003: 43). Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, serta mengingat betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai agen untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian melalui skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan 26 Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar belakang penelitian diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam jangka pendek? 2. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam jangka panjang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam jangka pendek? 2. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam jangka panjang? 27 D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis. 1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk: a) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. b) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian. 2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat: a) Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. b) Bagi pemerintah dan Bank Indonesia tentu saja sangat berpengaruh dalam membuat kebijakan-kebijakan yang ingin mereka buat dalam hal perbankan. c) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya dalam dunia perbankan. 28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Keuangan 1. Pengertian Lembaga Keuangan Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 109) lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Porsi terbesar asetnya merupakan finansial. Fungsi utama lembaga keuangan adalah sebagai perantara pihak-pihak yang membutuhkan uang-modal (pemakai dana) dengan pihak-pihak yang memilikinya (pemilik dana). Jika uang dapat dianalogikan sebagai darah yang dibutuhkan untuk kehidupan ekonomi, maka lembaga keuangan adalah jantungnya. Sebab melalui lembaga keuanganlah uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan dialirkan ke sektor-sektor kegiatan yang membutuhkan. Tanpa adanya lembaga keuangan, tidak mungkin mengharapkan alokasi sumber daya keuangan yang efisien karena pasar uang-modal tidak dapat bekerja efisien. Dari penjelasan di atas, lembaga keuangan mempunyai fungsi dan peranan penting untuk meningkatkan efisien pasar uang-modal. Lewat upaya lembaga-lembaga keuangan, kekuatan penawaran dan permintaan uang dipertemukan. Umar Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa lembaga keuangan memaikan peranan yang amat penting dalam proses transfer dana yang diperlukan oleh unit-unit produksi dalam sektor ekonomi. Dalam memainkan 29 peranan sebagai perantara, lembaga-lembaga keuangan menerbitkan berbagai ragam instrumen finansial untuk dijual kepada mereka yang mempunyai dana surplus dan membeli aneka ragam instrumen finansial dari para investor berdasarkan pertimbangan portofolio. Muchdarsyah Sinungan (1987: 111) lembaga keuangan terbagi atas dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank, pada dasarnya lembaga keuangan adalah sebagai perantara dari pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana sehingga peranan dari lembaga keuangan sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan masyarakat (financial intermediary). Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank, mempunyai peran yang penting bagi akivitas perekonomian. Peran strategis bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian (Susilo, 2000: 7). Dahlan Siamat (2005: 5) lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan (claims) dibandingkan aset non finansial atau aset riil. Sedangkan Kasmir (2005: 9) menyatakan bahwa lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya 30 menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan dana. Ahmad Rodoni (2007: 1) Lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau asset riil. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990 dinyatakan bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan (Ade Arthesa, 2006: 7). David C. Colander. (2006: 299) a financial institusion ia a business whose primary activity is buying, selling or holding financial assets. For example, some financial institusions (depository institusions and investment intermediaries) sell promises to pay in the future. These promises can be their own promises or someone else’e promises. When you open a savings account at a bank, the bank is selling you its own promise that you can withdraw your money, plus interest, at some unspecified time in the future. 31 Menurutnya lembaga keuangan adalah bisnis yang kegiatan utamanya adalah membeli, menjual atau memiliki aset keuangan. Sebagai contoh, beberapa lembaga-lembaga keuangan (lembaga penyimpanan dan perantara investasi) jual janji untuk membayar di masa depan. Janji-janji ini bisa janjijanji mereka sendiri atau janji orang lain. Bila Anda membuka rekening tabungan di bank, bank menjual janji anda sendiri bahwa anda dapat menarik uang anda, ditambah bunga, pada beberapa waktu tidak tertentu di masa depan. Dari pengertian di atas, maka yang bisa dikatakan sebagai lembaga keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-fiancial yang aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan. Ahmad Rodoni (2007: 1) lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Lembaga Keuangan Depositori Lembaga keuangan depositori (bank) mendapatkan dana yang bersumber langsung dari masyarakat (unit surplus) dalam bentuk simpanan yaitu tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Unit surplus dapat berupa perusahaan, pemerintah, rumah tangga dan orang asing yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan depositori (bank) merupakan komponen penting dari penawaran uang (money supply). Yang termasuk depositori antara lain: Commercial 32 Bank, Saving and Loan Associations (S&Ls), Mutual Saving Banks dan Credit Unions. b. Lembaga Keuangan Non-Depositori Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) ini dikelompokkan menjadi tiga bagian. Pertama, bersifat kontraktual (contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan dana untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya perusahaan asuransi dan dana pensiun. Kedua, lembaga keuangan investasi (investment institutions) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan yang ketiga adalah tidak termasuk dalam kelompok kontraktual dan investasi yaitu perusahaan modal ventura (venture capital) dan perusahaan pembiayaan (finance company) yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer company) dan kartu kredit (credit card). Dahlan Siamat (2005: 5) lembaga keuangan (atau sering juga disebut lembaga intermediasi) dapat dikelompokkan dalam berbagai cara. Pengelompokkan yang paling umum dan mudah dimengerti adalah mengelompokkan lembaga keuangan berdasarkan kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat secara langsung. Atas dasar tersebut lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori dan lembaga keuangan non depositori. 33 1. Lembaga keuangan depositori merupakan lembaga keuangan ini menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan misalnya giro, tabungan atau deposito berjangka yang diterima dari penabung atau unit surplus. Unit surplus dapat berupa perusahaan, pemerintah dan rumah tangga yang memiliki kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan yang menawarkan jasa-jasa seperti ini adalah bank-bank. 2. Lembaga keuangan non depositori merupakan lembaga keuangan bukan bank, lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok ini adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual (contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian misalnya polis asuransi dan program pensiunan. Lembaga keuangan dalam kelompok investasi (investment institutions) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang dan pasar modal misalnya perusahaan efek, reksa dana. Lembaga keuangan bukan bank lainnya yang kegiatan usahanya tidak termasuk dalam kelompok lembaga keuangan kontraktual dan investasi yaitu perusahaan modal ventura dan perusahaan pembiayaan yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit. 34 Umar Basalim (2000: 18) menyatakan bahwa selain menjalankan fungsi moneter dengan mengambil bagian dalam sistem pembayaran, lembaga keuangan juga menjalankan fungsi-fungsi berikut: 1. Fungsi mobilisasi: lembaga finansial mengumpulkan dana-dana kecil yang tersebar dan menyalurkannya ke dalam investasi yang lebih besar. 2. Fungsi likuiditas: lembaga finansial mempunyai kemampuan untuk memelihara likuiditas alat-alat finansial dan menjamin supaya alat-alat tersebut dapat dicairkan menjadi uang tunai. Pencairan dana dapat dilakukan dengan segera tanpa menuggu alat-alat tersebut jatuh tempo. 3. Fungsi penyertaan maturity: bank-bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) mampu menyediakan dana setiap saat, tanpa terikat pada jatuh temponya portofolio alat-alat finansial. B. Perbankan 1. Pengertian Bank Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk pinjaman serta memberikan jasa perbankan lainnya. Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang mana dapat berarti peti/lemari atau bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi 35 sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer). Sebab pada waktu itu para penukar uang melakukan pekerjaan di pelabuhan-pelabuhan tempat para kelasi kapal datang dan pergi, para pengembara, dan wiraswastawan yang turun naik kapal. Pelaku money changer itu meletakkan uang penukaran diatas sebuah meja (banco) dihadapan mereka. Aktivitas penukaran uang diatas banco inilah yang menyebabkan para ahli ekonomi dalam menelusuri sejarah perbankan, mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang ini dengan nama bank. Bank disini berfungsi sebagai lembaga penukar uang antar bangsa yang berbeda-beda dengan mata uang mereka (Enday Triayana dalam Rihlah, 2010: 5). Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana, investasi, pengiriman uang dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman serta aktivitas keuangan lainnya. Bank juga merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara, 36 bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai sebagai ukuran pertumbuhan perekonomian negara tersebut (Ismail, 2010: 1). Faisal Afiff (1996: 4) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga yang bergerak di bidang uang, yang kegiatan usahanya membeli uang dan menjual dalam bentuk produk jasa dan pemberian pinjaman (kredit). Junaiddin Zakaria (2009: 82) menyatakan bahwa bank adalah salah satu lembaga keuangan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang dapat menciptakan uang melalui bank sentral. M. Sinungan (1993: 87) menyatakan bahwa bank adalah pelayanan masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Karena itu bank harus selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan pada masyarakat yang kekurangan. Rimsky K. Judisseno (2005: 94) menyatakan bahwa bahwa bank adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development. Sebagai agent of trust adalah suatu lembaga perantara yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. 37 Ade Arthesa (2006: 7) menyatakan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Ktut Silvanita (2009: 14) menyatakan bahwa bank adalah anggota lembaga keuangan yang paling dominan, mampu memobilisasi danamengumpulkan dan mengalokasikan dana-dalam jumlah besar dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya. Taswan (2010: 6) menyatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. Ferry N. Idroes (2008: 15) menyatakan bahwa bank merupakan satusatunya lembaga keuangan depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro, deposito dan tabungan. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk pemberian pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga keuangan lain. Di samping kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak 38 ketiga tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga keuangan lain. Iskandar Putong (2000: 160) menyatakan bahwa bank adalah suatu perusahaan yang mengelola dana masyarakat (lembaga yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengamankan uangnya) dengan memberikan imbalan berupa bagi hasil ataupun bunga untuk setiap periode yang ditentukan. Akan tetapi, pada kenyataan di zaman modern seperti sekarang ini, bank tidak hanya mengelola dana masyarakat, melainkan juga melakukan aktivitas bisnis, seperti sebagai lembaga transfer dana, pembuat uang giral, jasa penitipan barang penting/uang dan sebagainya. Menurut pengertian yang lebih mendalam, bank adalah lembaga pengelola kepercayaan artinya bank hanya bisa bertahan dan sukses bila bisa dipercaya oleh masyarakat. Ahmad Rodoni (2007: 21) menyatakan bahwa bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaaan kredit pada waktu yang ditentukan. Sedangkan menurut Prianto Pandin (2005: 10) bank merupakan suatu badan usaha yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal sendiri atau dengan dana pihak ketiga yang dimpan di bank maupun dengan mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral. Bank atau perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia. Lembaga keuangan menurut SK Menkeu RI No. 792/1990 “Lembaga 39 keuangan adalah semua badan yang memiliki kegiatan di bidang keuangan berupa penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama untuk membiayai investasi perusahaan” (Ade Arthesa, 2006: 7). Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah: a. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. b. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. c. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Banks are financial institusions that borrow from people (take in deposits) and use the money they borrow to make loans to other individuals. Banks make a profit by charging a higher interest on the money they lend out than they pay for the money they borrow. Individuals keep their money in banks, accepting lower interest rates, because doing so is safer and more convenient than the alternatives David C. Colander (2006: 282). Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan depositori yang aktivitasnya menghimpun 40 dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana melalui penjualan jasa-jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak. 2. Fungsi dan tujuan bank Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan kemudian menyalurkan dana tersebut ke masyarakat. Adapun tujuan bank adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Zainul Arifin (2006: 2) fungsi dasar bank adalah: a. Menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping function) b. Menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa (transaction function). Ahmad Rodoni (2007: 21-22) dan Dahlan Siamat (2001: 88) fungsi bank umum adalah sebagai berikut: a. Menyediakan mekanisme alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Mencipta uang. c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. d. Menawarkan jasa-jasa keuangan. 41 Ade Arthesa (2006: 11-12) fungsi bank meliputi: dalam pasal 3 UU No. 10/1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan kemudian menyalurkana dana itu ke masyarakat. Fungsi tersebut dikenal sebagai intermediasi keuangan (financial intermediasry). Maksud dari fungsi intermediasi (perantara) adalah bahwa perbankan memberikan kemudahan untuk mengalirkan dana dari nasabah yang memiliki kelebihan dana kepada nasabah yang memerlukan dana untuk berbagai kepentingan. Posisi bank adalah sebagai perantara untuk menerima dan memindahkan/menyalurkan dana antara kedua belah pihak itu tanpa mereka saling mengenal satu sama lainnya. Fungsi perbankan lebih spesifik dijelaskan sebagai berikut: a. Fungsi Pembangunan (Development) Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang pertumbuhan perekonomian negara. Jika sistem dan kelembagaan industri perbankan baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia. Pemerintah dan masyarakat membutuhkan dana yang disediakan bank sebagai perantara untuk menggerakkan sektor riil. Pembangunan negara akan berjalan baik apabila perbankan turut telibat dalam bentuk pembiayaan yang diperlukan. Dengan demikian, proses penyaluran pembiayaan perbankan harus dilakukan secara aktif, berhati-hati, dan didasarkan pada pengetahuan atau informasi yang tepat mengenai sektor industri usaha tertentu yang produktif. 42 b. Fungsi Pelayanan (Services) Pelayanan ini dasarnya adalah memberikan semua kegiatan keuangan yang dibutuhkan dan diingkan oleh nasabah, sehingga nasabah memperoleh kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi. c. Fungsi Transmisi Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen keuangan yang disebut dengan uang giral. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 9) menyatakan bahwa secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of developmentand agent of services. a. Agent of trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mampu menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi dengan kepercayaan pula. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan 43 pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. b. Agent of development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasidistribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat. c. Agent of services Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa 44 pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan penyelesaian tagihan. 3. Jenis-Jenis Bank Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Di dalam UndangUndang Perbankan nomor 10 tahun 1998 yang menggantikan UndangUndang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status dan dari segi cara menentukan harga Kasmir (2010: 34). a. Dilihat dari segi fungsinya Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari: Bank umum, Bank pembangunan, Bank tabungan, Bank pasar, Bank desa, Lumbung desa, Bank pegawai, dan bank jenis lainnya. Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud dengan bank umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. Bank-bank umum terdiri dari bank-bank umum pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum koperasi (Suyatno Thomas, 1999: 7). Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud dengan bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan 45 kertas berharga jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. Bank-bank pembangunan terdiri dari atas bank pembangunan pemerintah, bank-bank pembangunan daerah dan bank pembangunan swasta (Suyatno Thomas, 1999: 10-11). Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud dengan bank tabungan ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Bank-bank tabungan terdiri atas bank tabungan negara dan bank-bank tabungan swasta (Suyatno Thomas, 1999:11). Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Bank pembangunan dan bank tabungan berubah fungsi menjadi bank umum, sedangkan bank desa, bank pasar, lumbung desa dan bank pegawai menjadi bank perkreditan rakyat (BPR). b. Dilihat dari segi kepemilikannya Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dapat dilihat dari segi kepemilikannya adalah sebagai berikut: 46 1) Bank Milik Pemerintah Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah, yang termasuk dalam bank pemerintah adalah bank BUMN dan bank-bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah. 2) Bank Milik Swasta Nasional Bank swasta nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia, yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia. 3) Bank Milik Asing Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar Indonesia, yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta dan membuka kantor cabang pembantu di beberapa ibukota provinsi selain Jakarta. 4) Bank Milik Campuran Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Istilah bank campuran sejak Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing, sehingga penggunaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi. Penghapusan istilah tersebut sekaligus menghilangkan perlakuaan diskriminatif yang dilakukan otoritas moneter antara pihak bank nasional dan bank campuran selama ini. 47 c. Dilihat dari segi statusnya Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan kedudukan atau status yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. 1. Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negri, travelers cheque dan transaksi luar negeri lainnya. 2. Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, jadi transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas suatu negara d. Dilihat dari segi cara menentukan harga Ditinjau dari segi cara menentukan harganya, bank dapat dibedakan menjadi: 1. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensionel. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial belanda. 48 Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode yakni menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, deposito maupun tabungan. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Sedangkan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sisitem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga produknya sangat berbeda dengan bank berdasarkan prinsip konvensional. Bank prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai syariah islam. Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar hukumnya adalah alquran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prisip syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 93) membagi jenis bank menurut target pasar. Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan 49 transaksinya pada jenis-jenis nasabah tertentu. Dengan pemfokusan ini diharapkan bank-bank tersebut dapat lebih menguasai karakteristik nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan dengan lebih efisien dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi. Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi tiga. a. Retail Bank Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah- nasabah retail. Pengertian ritail disini adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan dan lembaga lain yang skala nya kecil. Meskipun pengertian dari kata “kecil atau ritail” adalah relatif, namun biasanya apabila ditinjau dari jasa kredit yang diberikan. Nasabah debitur yang dilayani adalah yang memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar daripada Rp 20 miliar. Angka tersebut bukan merupakan angka standar atau baku tapi setidaknya dapat memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank jenis ini. b. Corporate Bank Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah- nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini biasanya berbentuk suatu koperasi, maka bank kelompok ini disebut corporate bank. Meskipun namanya bank korporat tidak berarti seluruh nasabahnya berbentuk suatu perusahaan. 50 Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan, direksi dan komisaris dari perusahaan tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan disini diarahkan untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasbah-nasabah korporasi. c. Retail-Corporate Bank Disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah tersebut. Bank jenis ini memberikan pelayanannya tidak hanya kepada nasabah ritail tetapi juga kepada nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini tidaklah seragam. Ada bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi bank yang melayani baik nasabah ritail maupun korporasi. Bank jenis ini memandang bahwa potensi baik pasar ritail dan korporasi harus dimanfaatkan untuk mengoptimalkan keuntungan maksimal, meskipun terdapat kemungkinan penurunan efisiensi. Ada juga bank yang semula memfokuskan pada nasabah korporasi, tapi kemudian juga memberikan pelayanan keoada nasabah ritail atau sebaliknya karena berbagai alasan. Hal tersebut bisa terjadi karena manajemen memandang telah terjadi perubahan kondisi pasar atau karena terjadi pergantian manajemen sehingga terjadi perubahan strategi pemasaran. Hal tersebut bisa juga terjadi karena adanya program pemerintah yang menghendaki agar bank-bank tertentu melaksanakan program pemerintah tertentu. 51 4. Sumber Dana Bank Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasan untuk menarik kembali dananya sewaktu-waktu. Sebagai lembaga keuangan dana merupakan persoalan utama bank, tanpa dana bank tidak dapat berbuat apaapa artinya tidak berfungsi sama sekali. Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka (Kasmir, 2005: 24). Faisal afiff (1996: 153) menyatakan bahwa dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 65) Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Untuk membiayai operasinya, dana dapat diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan mengeluarkan atau menjual saham. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari modal sendiri. 52 Secara garis besar sumber dana diperoleh dari: a. Dana Pihak Pertama (dari bank itu sendiri) Dana pihak pertama adalah dana yang diperoleh bank dari internal bank itu sendiri (struktur modal bank). Biasanya berasal dari para pemegang saham (Dahlan Siamat, 2005: 11). Lukman Dendawijaya (2003: 54) menyatakan bahwa sumber dana pihak pertama bank terdiri dari: Modal inti (core capital) adalah dana modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari : 1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru. 2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian dikemudian hari. 3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi para pemegang saham sendiri (melalui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanamkan kembali dalam bank. 53 b. Dana Pihak Kedua (dari pihak luar) Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama. Pencarian dari sumber dana ini relative lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu. Dahlan Siamat (2005: 116) menyatakan bahwa sumber dana pihak kedua adalah dana bank yang diperoleh dari pinjaman eksternal pihak bank atau pinjaman bank. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 68) bahwa perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari: 1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu. 2) Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya. 3) Pinjaman dari bank-bank luar negri. Merupakan pinjaman yang diperoleh bank oleh perbankan dari pihak luar negri. 4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU 54 diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya. c. Dana Pihak Ketiga (dari masyarakat luas) Sumber dana ini merupakan sunber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasi dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari sumber ini paling dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya maka menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Ade Arthesa (2006: 63) sumber dana bank yang diperoleh dari masyarakat yang umumnya berupa giro deposito dan tabungan. Selain itu terdapat pula sumber dana lain yang sifatnya tidak langsung atau berupa pengendapan dana bank yang didapatkan melalui pemberian jasa bank berupa setoran jaminan dan dana transfer. Dana pihak ketiga adalah dana yang memiliki bank secara tidak permanen. Dana tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari pemilik bank itu sendiri ditambah dengan cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanamkan kembali pada bank baru mencapai 7 % dari total aktiva 8% (Zainul Arifin, 2006: 50). Sri Susilo (2000: 61) menyatakan bahwa pada dasarnya dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh bank dari masyarakat. Dana tersebut dapat 55 berupa giro, tabungan ataupun deposito yang berasal dari nasabah perorangan atau badan hukum. Sedangkan menurut Slamet Riyadi (2006: 79) mendefinisikan sumber dana pihak ketiga sebagai dana yang berasal dari masyarakat biasa. Bentukbentuk dana pihak ketiga antara lain: 1) Simpanan Giro Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. Pengertian dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari, dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan. Richard G. Lipsey (1993: 186) yang dimaksud dengan giro (demand deposit) adalah jenis deposito yang bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah (misalnya, tanpa pemberitahuan apa pun untuk menariknya). Jenis giro ini bisa ditransfer dengan cek. Cek ini menginstruksikan kepada bank untuk segera membayar sejumlah uang kepada seseorang yang namanya tertulis didalamnya. Meskipun bank sekarang ini memberikan bunga atas deposito giro, tetapi di Amerika hal ini sebenarnya dilarang sampai dengan pertengahan tahun 1980-an. 56 Sedangkan pengertian penarikannya adalah diambil uang dari rekening giro sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang yang ditarik secara tunai maupun ditarik secara non tunai (pemindah bukuan). Penarikan secara tunai adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan menggunakan bilyet giro (Kasmir, 2010: 70). Taswan (2010: 177) menyatakan bahwa giro merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro atau surat pemindahbukuan yang lain. Giro dapat ditarik setiap saat sehingga giro dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek. Bank cenderung memberikan jasa giro relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber dana lainnya seperti tabungan dan deposito. Hal ini dapat dipahami karena semakin berjangka waktu pendek dan semakin mudah ditarik sewaktu-waktu maka semakin tidak produktif dana itu sehingga bank memberikan harga yang relatif rendah. Penetapan bunga atau jasa giro merupakan otoritas bank-bank yang bersangkutan. Sedangkan menurut Ismail (2010: 24) simpanan giro disebut juga dengan demand deposit, current account, checking account, merupakan simpanan yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan sarana penarikan berupa cek dan bilyet giro serta sarana penarikan lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sri Susilo (2000: 61) menyatakan bahwa rekening giro atau checking account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat 57 dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro memperoleh buku cek dan bilyet giro. Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 97) menyatakan bahwa rekenig giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Karena sifat penarikannya yang dapat dilakukan setiap saat tersebut, maka sumber dana dari rekening giro ini merupakan sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Bagi nasabah pemegang rekenig giro, sifat penarikan tersebut sangat membantu dalam membiayai kegiatan nasabah secar lebih efisien. Nasabah dapat melakukan pembayaran sewaktu-waktu tanpa harus beresiko mengunakan uang tunai dalam jumlah besar, tanpa harus datang langsung ke bank dan tanpa harus menunggu suatu tanggal jatuh tempo tertentu. Rimsky K. Judisseno (2005: 151) menyatakan bahwa salah satu dana masyarakat-perorangan maupun badan-yang disimpan dan merupakan sumber dana eksternal bank adalah giro. Simpanan jenis ini penarikan dananya dapat dilakukan pada jam dan hari kerja dengan menggunakan cek, bilyat giro dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. 58 Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) giro adalah simpanan pada bank umum (saat ini BPR belum dapat menghimpun dana dalam bentuk giro) dalam rupiah milik pihak ketiga bukan bank, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. 2) Simpanan Tabungan Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Kemudian adalah hal sarana atau alat penarikan tergantung dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung (Kasmir, 2010: 84). 3) Simpanan Deposito Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya di mana 59 simpanan deposito memiliki jangka waktu yang relatif lebih panjang dan frekuensi penarikan yang juga jarang, Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu (Kasmir, 2010: 85). Slamet Riyadi (2006: 80) menyatakan bahwa salah satu sumber dana pihak ketiga adalah Deposito. Deposito adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpanan dengan bank. Dengan demikian pada hakekatnya jenis simpanan ini tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. Sedangkan menurut Taswan (2010: 181) deposito merupakan simpanan masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan bank yang bersangkutan. Jangka waktu deposito umumnya terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, 18 bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka tidak bisa diperdagangkan namun bisa digunakan sebagai jaminan kredit. Ismail (2010: 26) menyatakan bahwa deposito merupakan jenis simpanan yang penarikannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan antara bank dan nasabah. Jenis simpanan ini merupakan simpanan yang terdapat jangka waktu dalam penarikannya, sehingga dapat dikatakan sebagai dana semi stabil. Simpanan deposito akan mengendap di bank selama jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank dan pemilik deposito. Pemilik deposito hanya dapat menarik dananya apabila depositonya telah jatuh tempo. 60 C. Tabungan 1. Pengertian Seperti yang telah dijelaskan diatas simpanan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Pengertian penarikan hanya dapat dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk menarik uang yang disimpan direkening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda, tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan nasabah, apabila nasabah menyimpan uang di bank maka nasabah tersebut secara otomatis menyetujui perjanjian tersebut. Berbeda dengan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro (Intan, 2006: 30). Simurangkir (2004: 11) menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah. 61 Sedangkan menurut Kunarjo (2003: 320) tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari pendapatannya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu negara, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya. Sadono Sukirno (2004: 103) menyatakan bahwa tabungan merupakan pendapatan rumah tangga yang disimpan dilembaga keuangan dan tidak digunakan untuk membeli barang. Sedangkan menurut Taswan (2010: 178) tabungan merupakan simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak bisa ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai, penarikan hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan tidak boleh melebihi saldo nonimal tertentu. Ismail (2010: 25) menyatakan bahwa tabungan merupakan simpanan dana pihak ketiga yang dapat ditarik sesuai perjanjian antara bank dan nasabah pemegang rekening tabungan. Tabungan meskipun merupakan dana simpanan yang dapat ditarik setiap saat, akan tetapi pengendapannya relatif lebih satbil dibanding dana yang berasal dari giro. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan 62 rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan debt card (Sri Susilo, 2000: 64). Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 98) menambahkan tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Sebagai konsekuensinya, besarnya bunga yang diberikan atas saldo tabungan ini pun berada di tengah-tengah antara giro dan deposito. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana melalui tabungan termasuk lebih murah daripada depsito tapi lebih mahal dibandingkan giro. Jeffrey Edmund Curry (2001: 60) mendefinisikan bahwa tabungan adalah porsi pendapatan yang tidak dihabiskan untuk konsumsi. Tabungan juga merupakan suatu cara untuk memperoleh, menahan dan memperluas aset. In general, the saving of an economic unit-whether a household, a business, a university, or a nation-may be defined as its current income minus its spending on current needs. For exemple, if cinsuelo earns $300 per week, spends $280 weekly on living expenses such as rent, food, clothes and entertainment, and deposits the remaining $20 in the bank, her saving is $20 per week. The saving rate of any economy unit is its saving divided by its income. Since consuelo saves $20 of her weekly income of $300, her saving rate is $20/$300, or 6.7 percent (Robert H. Frank dan Ben S. Bernanke, 2004: 232). 63 Menurutnya Secara umum, tabungan bagian unit ekonomi-apakah rumah tangga, bisnis, universitas, atau negara-dapat didefinisikan sebagai pendapatan saat ini dikurangi pengeluaran pada kebutuhan saat ini. Misalnya, jika cinsuelo mendapatkan $300 per minggu, menghabiskan $280 mingguan pada biaya hidup seperti sewa, makanan, pakaian dan hiburan, dan sisa depositonya $20 di bank, tabungan nya adalah $20 per minggu. Tingkat tabungan dari setiap unit ekonomi adalah tabungan dibagi dengan pendapatan. Sejak consuelo menabung $20 dari pendapatan mingguan sebesar $300, tingkat tabungannya adalah $20/$ 300, atau 6,7 persen. Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Wikipedia bahasa Indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Penentu tabungan a. Teori Klasik Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat 64 akan lebih terdorong untuk mengorbankan konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin rendah tingkat bunga, pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya pengguna dana (cost of capital) juga semakin kecil (Sekti Wibowo Listyoadi, 2005). b. Teori Keynes Dalam teori keynesian berpendapat bahwa tingkat bunga tidaklah ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan tetapi tingkat bunga merupakan fenomena moneter, artinya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (pendapatan domestik) sepanjang uang itu mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi sektor perusahaan karena investasi sendiri sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Tabungan sendiri menurut mereka tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun lebih ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan sektor rumah tangga (Vanieris dalam Sekti Wibowo Listyoadi, 2005). 65 3. Penentu-penentu lainnya Sadono sukirno (2004: 119-121) menjelaskan ada faktor-faktor lain yang menentukan tabungan selain dari pandangan Keynes dan Klasik diatas diantaranya: a. Kekayaan yang telah terkumpul Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil mempunyai kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang. Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan; mereka akan lebih bertekad untuk menabung. Untuk memperoleh kekayaan yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan masa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua. b. Sikap berhemat Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarakat yang mempunyai kecendrungan menkonsumsi yang tinggi yang berarti APC dan MPCnya adalah tinggi. 66 c. Keadaan perekonomian Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran, masyarakat berkecendrungan melakukan pengeluaran yang lebih aktif. Mereka mempunyai kecendrungan berbelanja lebih banyak pada masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan kegiatan perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran menunjukkan tendensi meningkat dan sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi makin berhati-hati. d. Distribusi pendapatan Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat yang demikian (i) sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil penduduk yang sangat kaya dan (ii) golongan masyarakat ini mempunyai kecendrungan menabung yang tinggi, maka mereka dapat menciptakan tabungan yang banyak. Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup membiayai konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya lebih seimbang, tingkat tabungannya relatif sedikit karena mereka mempunyai kecondongan menkonsumsi yang tinggi. e. Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi Program dana pensiun dijalankan di berbagai negara, ada negara yang memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya yang telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja 67 tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja dan ini menaikkan tingkat konsumsi. Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari tua sangat tidak mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih banyak ketika mereka bekerja. D. Pendapatan Perkapita Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu negara adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana kebijaksanaan tersebut bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam istilah ilmu ekonomi disebut sebagai pendapatan nasional. Kesejahteraan masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut sebagai pendapatan perkapita atau pendapatan tiap orang. Semakin tinggi pendapatan perkapita sebuah negara tertentu semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya dan sebaliknya (Amra Ausri, 2007: 41). Sadono Sukirno (2004: 28) menyatakan bahwa pendapatan nasional adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah pendapatan negara yang dihitung menurut harga-harga pada tahun yang produksi nasionalnya dihitung. Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. 68 Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut (Sadono Sukirno, 2004: 423). Pendapatan nasional riil atau menurut harga tetap adalah pendapatan nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang berbeda dengan tahun dimana produksi nasionalnya dihitung. Pendapatan nasional potensial adalah pendapatan nasional yang diciptakan apabila perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Manakala pendapatan nasional sebenarnya adalah nilai produk nasional yang sebenarnya diwujudkan oleh kegiatan ekonomi pada suatu tahun tertentu. Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep yang lebih spesifik pengertian produk nasional atau pendapatan nasional dibedakan kepada dua pengertian: Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara sesuatu negara dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktorfaktor produksi di dalam negeri (milik warga negara dan orang asing). Purbayu Budi Santoso dan Muliawan Hamdani (2007: 68) menyatakan bahwa ukuran kesejahteraan penduduk suatu negara biasanya juga didasarkan 69 atas besarnya jumlah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita merupakan bentuk rata-rata yang diperoleh dari pembagian jumlah produk nasional bruto oleh jumlah keseluruhan penduduk. Semakin besar nilai pendapatan perkapita, diasumsikan bahwa anggota masyarakat suatu negara makin sejahtera dan pembangunan perekonomian dinilai makin berhasil. Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapitanya semakin makmur negara tersebut (Wikipedia). Sadono Sukirno (2004: 424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk sesuatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Nasional Bruto suatu tahun tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu formula berikut: 70 E. Suku Bunga 1. Pengertian Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tunggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Dan sebaliknya, tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat. Salah satu alasan mengapa nasabah menyimpan dana yang dimilikinya adalah dengan harapan mendapatkan bunga. Sedangkan bagi bank, bunga merupakan hal yang penting dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan oleh bank (Poppy Marieskha, 2009). Kasmir (2010: 131) menyatakan bahwa suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). 71 Sedangkan menurut Frank J. Fabozzi (1999: 204) suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam (debitur)” kepada “pihak yang meminjamkannya (kreditur)” untuk pemakaiaan sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut prinsipal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari prinsipal per unit waktu (umumnya setahun). Suku bunga merupakan sejumlah rupiah yang harus dibayarkan akibat telah mempergunakan dana sebagai balas jasa. Perubahan suku bunga merupakan perubahan dalam permintaan uang/kredit (Ni Nyoman Aryaningsih, 2008). Kunarjo (2003: 143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang harus dibayar dari setiap dolar yang dipinjam per tahun: dinyatakan baik dalam perbandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6 persen). Sedangkan menurut Sunariyah (2004: 80) suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dapat dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur. Sadono Sukirno (2004: 103) menyatakan bahwa suku bunga adalah persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisihkannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana. 72 Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Modal dialokasikan diantara para peminjam dengan tingkat bunga: perusahaan dengan peluang investasi yang paling menguntungkan akan bersedia dan mampu untuk membayar sebagian besar modal, sehingga perusahaan tersebut cenderung menariknya dari perusahaan-perusahaan yang tidak efisien atau dari perusahaan yang produknya sedang tidak dibutuhkan (Brigham dan Houston, 2006: 168). Sedangkan menurut (Karl, 2001: 506) pada tingkat suku bunga yang tinggi, makin tinggi pula biaya untuk menahan uang. Hal ini bisa diartikan ketika suku bunga meningkat, masyarakat akan mengambil keuntungan yang lebih tinggi dari yang ditanamkannya. Eugene A. Duilio (1993: 42) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas pinjaman yang diberikan dari tabungannya. Samuelson (2001: 190) menyatakan bahwa bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per tahun per dolar yang dipinjem adalah suku bunga. 73 Price is the mechanism that equilibrates supply and demand in the real sector. Interest rates are the mechanism that equilibrates supply and demand in the financial sector. The channeling of savings into financial assets and the willingness of individuals to incur financial liabilities is strongly influenced by the interestrate on those financial assets and liabilities. In simple terms, the interest rate is the price paid for the use of a financial assets. When you deposit cash into a deposit account, the bank pays you interest for the use of your financial asset. When the interest rate rises, people are less likely to borrow-sell a financial asset-and more likely to save-buy a financial asset. Thus, when interest rates fall, you often see more borrowing. The funds acquired from the sale of a financial asset reenter the spending stream as consumption and invesment (David C. Colander, 1998: 209). Menurutnya harga adalah mekanisme yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan di sektor riil. Tingkat bunga adalah mekanisme yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan di sektor keuangan. Penyaluran tabungan dalam aset keuangan dan kesediaan individu untuk menanggung kewajiban keuangan sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga atas aset keuangan dan liabilitis. Secara sederhana, tingkat suku bunga adalah harga yang dibayarkan untuk penggunaan aset keuangan. Bila anda setoran tunai ke rekening deposito, bank membayar anda bunga penggunaan aset keuangan anda. Ketika tingkat bunga naik, orang cenderung untuk meminjam-menjual aset finansial-dan lebih mungkin untuk menyelamatkanmembeli aset keuangan. Jadi, ketika suku bunga turun, Anda sering melihat 74 pinjaman lebih. Dana yang diperoleh dari penjualan aset keuangan masuk kembali aliran pengeluaran konsumsi dan investasi. The interest rate is the borrower’s cost on loan and the lender’s reward on the invesment. Interest rates affect individuals’ decisions about whether to spend more or save to buy a house or for retirement. They also affect bussinesspeople’s decisions about whether to expand operations by building factories and purchasing new equipment or buy treasury bonds. Savers must evaluate the interest they will earn, and the rate of return on their investment, to select the financial instrument that offers them the best deal (R. Glenn Hubbard, 2005: 60). Menurutnya tingkat bunga adalah biaya peminjam pada pinjaman dan hadiah kreditur pada investasi. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu mengenai apakah untuk menghabiskan lebih banyak atau menyimpan untuk membeli rumah atau untuk pensiun. Mereka juga mempengaruhi keputusan binsis masyarakat tentang apakah akan memperluas operasi dengan membangun pabrik dan membeli peralatan baru atau membeli obligasi. Penabung harus mengevaluasi bunga yang mereka akan memperoleh, dan tingkat pengembalian investasi mereka, untuk memilih instrumen keuangan yang menawarkan mereka kesepakatan terbaik. 2. Teori Suku Bunga Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat bunga, yaitu: 75 a. Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum Klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya. b. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga adalah tingkat balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran Klasik, dimana tingkat suku bunga menurut Klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang. Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga 76 ini dapat diterangkan oleh Keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal (natural rate). Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan mengalami kerugian (capital loss). Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas dan uang kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang. Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas). Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik. c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil Dalam teori Klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga 77 keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat. Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar. F. Uang Beredar Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang didefinisikan 1) M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk rekening koran 2) M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka pada bank-bank umum 3) M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga tabungan non bank M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu rupiah), sedangkan M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3,6 atau 12 bulan) dan jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan 78 maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda (Nopirin, 1994). M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran sehari-hari (Boediono, 2000). M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun valas (Reny Maharani, 2005). Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral adalah jual beli surat berharga sehingga tinkat bunga akan turun. Pada saat tingkat bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan menurun pula (Monetary Portofolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan karena 79 penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa peningkatan saham (Reny Maharani, 2005). Jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi moneter terganggu, semakin stabilnya jumlah uang yang beredar maka semakin baik pula kondisi stabilitas moneter (Faizal Hanaris Rivai, 2009). G. Inflasi 1. Pengertian Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah proses dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga (Wikipedia). 80 Umar Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa apabila inflasi diukur dari indeks harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi rendahnya tingkat inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat harga 200 barang dan jasa itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga umum sangat tergantung pada permintaan dan penawaran agregat. Apabila pada suatu tingkat harga tertentu permintaan agregat meningkat, maka tingkat harga umum akan meningkat. Muchdarsyah Sinungan (1987: 49) menyatakan bahwa inflasi adalah kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis barang saja dan tidak menyartakan harga barang lain tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi sekali saja, serta tidak punya pengaruh lanjutan tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai suatu penyakit ekonomi yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya. Adiwarman Karim (2007: 135) menyatakan bahwa secara umum inflasi berarti kenaikan harga secara umum dari barang/komoditi dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena karna terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditis. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya jika terjadi 81 adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barangbarang/komoditas dan jasa didefinisikan deflsi (deflation). Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan kecendrungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utamanya dan satu-satunya yang memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat (Poppy Marieskha, 2009). Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 155) mendefinisikan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi: 1. Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. 2. Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. 3. Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus. 82 Sadono Sukirno (2004: 27) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan (Sadono Sukirno, 2004: 336). Sedangkan menururt Khalwaty (2001: 5) inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga secara terus menerus. Inflasi merupakan gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk diperhatikan karena setiap kali ada gejolak sosial, politik, atau ekonomi didalam maupun diluar negeri, masyarakat selalu mengaitkannya dengan masalah inflasi. Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan permintaan terhadap permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena adanya kelebihan jumlah uang yang beredar (Ahmad Rodoni, 2008: 17). 83 Junaiddin Zakaria (2009: 61) menyatakan bahwa inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik; misalnya naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, sewa barang-barang modal. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga. Tetapi tidak berarti saat secara keseluruhan harga-harga meningkat, seluruh barang dan jasa mengalami kenaikan harga, malah sebaliknya harga-harga dari beberapa barang dan jasa ada yang mengalami penurunan. Seperti pada tahun 1970 dan 1980an dimana pada saat itu Amerika Serikat sedang mengalami inflasi, pada saat itu harga barang-barang elektronik mengalami penurunan (Stephen L. Slavin, 1999: 197). Sedangkan menurut Iskandar Putong (2000: 181) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi yaitu penurunan harga secara terus menerus. Akibat deflasi adalah daya beli masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi misalnya inflasiinflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5% sedangkan pendapatan tetap, itu berarti bahwa secara riil, pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang relatif akan menurunkan daya beli 5% juga. 84 Adiwarman A. Karim (2008: 135) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barangbarang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflasion). Sedangkan menurut Nopirin (1989: 25) inflasi adalah suatu proses kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus yang disebabkan oleh suatu kelebihan atas permintaan diatas kapasitas penawaran dan merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh berbagai negara. Kunarjo (2003: 139) menyatakan bahwa inflasi adalah kemerosotan nilai uang karena antara lain banyaknya uang yang beredar menyebabkan naiknya harga umum secara terus menerus. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan yang diakibatkan oleh naiknya harga-harga secara serempak. Inflasi dapat diukur dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan harga rata-rata selama beberapa periode waktu. Inflasi berkepanjangan adalah kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus selama satu periode yang lama (Case dan Fair, 2004: 58). 85 Inflation is a countinuous rise in the price level, all economists agree on that. They also agree (1) that high inflation rates are inevitably accompanied by a roughly proportional increase in the money supply and (2) that high inflation rates are associated with expectations of inflation of approximately those rates. Thus, most economists accept that when inflation is really high, say 40 percent, that money supply will be increasing by about 40 percent and people will be expecting approximately 40 percent inflation (David C. Colander, 1998: 359). Menurutnya inflasi adalah peningkatan terus menerus dalam tingkat harga, semua ekonom setuju akan hal itu. Mereka juga setuju (1) bahwa tingkat inflasi yang tinggi pasti disertai dengan peningkatan sekitar proporsional dalam jumlah uang beredar dan (2) bahwa tingkat inflasi yang tinggi terkait dengan ekspektasi inflasi sekitar tarif tersebut. Dengan demikian, sebagian besar ekonom menerima bahwa ketika inflasi sangat tinggi, katakanlah 40 persen, bahwa jumlah uang beredar akan meningkat sekitar 40 persen dan orang akan mengharapkan inflasi sekitar 40 persen. Inflation is a rising general level of prices. This does not mean that all price are rising. Even during priods of rapid inflation, some prices may be relatively constant and others falling. For exemple, although the united states experienced high rates of inflation in the 1970s and early 1980s, the prices of video recorders, digital watches and personal computers declined. As we will see, one of the troubelesomeaspects of inflation is that prices rise unevenly. 86 Some streak upward: others ascend leisurely: others do not rise (Campbell R. McConell dan Stanley L. Brue, 1996: 154). Menurutnya inflasi merupakan menaiknya tingkat harga-harga secara umum. Ini tidak berarti bahwa semua harga naik. Bahkan selama priode inflasi yang cepat, beberapa harga mungkin relatif konstan dan lainnya jatuh. Sebagai contoh, meskipun negara-negara AS mengalami tingkat inflasi yang tinggi di tahun 1970 dan awal 1980-an, harga perekam video, jam tangan digital dan komputer pribadi menurun. Sebagaimana akan kita lihat, salah satu troubelesomeaspects inflasi adalah bahwa harga naik tidak merata. Beberapa streak ke atas: yang lain naik santai: yang lain tidak bangkit. Another important economic statistic is rate of inflation, which is the rate at which prices in general are increasing over time. Inflation imposes a variety of costs on the economy. And when the inflation rate is high, people on fixed incomes, such as pensioners who recieve a fixed dollar payment each month, can’t keep up with the rising cost of living (Robert H. Frank dan Ben S. Bernanke, 2004: 98). Menurutnya tingkat inflasi merupakan statistik ekonomi yang penting, dimana tingkat pada harga-harga secara umum meningkat dari waktu ke waktu. Inflasi membebankan berbagai biaya terhadap perekonomian. Dan ketika tingkat inflasi tinggi, orang yang berpenghasilan tetap, seperti pensiunan yang menerima pembayaran dolar tetap setiap bulan, tidak bisa bersaing dengan meningkatnya biaya hidup. 87 2. Teori Inflasi a. Teori Kuantitas Toeri kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, dalam teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Menurut teori ini hanya bisa terjadi kalau ada tambahan volume uang yang beredar (kartal maupun giral) tanpa diiringi oleh pasokan (suplai) barang-barang yang tersedia. Inflasi juga dapat terjadi oleh harapan ekspektasi psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga dimasa datang. b. Teori Keynes Dalam teori ini, Keynes menyatakan faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makro. Menurut Keynes, inflasi akan terjadi karena masyrakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini dapat menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menimbulkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini 88 menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi. c. Teori Struktural Teori ini lebih menekankan penyebab inflasi berasal dari struktur perekonomian yang tidak mampu mengantisipasi secara cepat dan fleksibel atas perkembangan perekonomian yang ada terutama terjadi di negara-negara berkembang. Negara berkembang biasanya hanya menghasilkan hasil alam dan pertanian yang daya tukarnya tidak berkembang secepat produk industri yang diimpor di negara maju. Negara berkembang juga menghadapi permasalahan kependudukan. d. Teori Klasik Teori Klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang yang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut teori Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang yang beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit. e. Teori monetarisme Teori moneterisme mengemukakan bahwa inflasi timbul disebabkan oleh kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar 89 di masyarakat akan menyeabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif atau melebihi kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing. f. Teori Ekspektasi Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada. 3. Jenis-jenis Inflasi Sadono Sukirno (2004) menyatakan bahwa berdasarkan derajatnya, inflasi dibedakan menjadi sebagai berikut: a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10% setahun. b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30% setahun. c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100% setahun. d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100% setahun. 90 4. Indikator Inflasi Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 164) menyatakan bahwa ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan dibahas dalam uraian berikut ini: a. Indeks Harga Konsumen Indeks harga konsumen (IHK) adalah rangka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota provinsi-provinsi di Indonesia, Inflasi = b. ( IHK − IHK −1 ) x100% IHK −1 Indeks Harga Perdagangan Besar (WholesalePrice Index) Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB 91 menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK: Inflasi = c. ( IHPB − IHPB −1 ) x100% IHPB −1 Indeks Harga Implisist (GDP Deflator) Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks. Inflasi = 5. ( IHI − IHI −1 ) x100% IHI −1 Efek Buruk Inflasi Sadono Sukirno (2004: 338) menyatakan bahwa efek-efek buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut: a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menghambat perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud. 92 Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk. b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat. c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku. 93 e. Memperburuk pembagian kekayaan Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/ pedagang akan menjadi semakin tidak merata. H. Penelitian Terdahulu Sunlip Wibisono (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Bunga dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tabungan Pada Bank Umum Di Kabupaten Jember Tahun 1994-2003 dengan menggunakan Regresi linier berganda. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel tingkat bunga tabungan dan PDRB perkapita berpengaruh terhadap jumlah tabungan masyarakat, serta berpengaruh secara bersamasama terhadap jumlah tabungan masyarakat. Sri Isnowati (2005) meneliti tentang “Faktor-Faktor Penentu Tabungan Di Indonesia” dengan menggunakan error correction model (ECM). Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel suku bunga dalam jangka pendek berpengaruh tetapi tidak signifikan sedangkan pada jangka panjang berpengaruh dan signifikan terhadap tabungan. Varaiabel inflasi pada jangka panjang berpengaruh dan siginfikan terhadap tabungan tetapi pada jangka 94 pendek tidak signifikan. Variabel pendapatan perkapita memberikan pengaruh dan signifikan pada jangka pendek dan panjang terhadap tabungan. Variabel tingkat kekayaaan dalam jangka pendek berpengaruh terhadap tabungan namun secara statisik tidak signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang variabel ini bertanda negatif. Sekti Wibowo Listyoadi (2005) meneliti tentang “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tabungan Perbankan Di Indonesia (Pendekatan Error correction model)”. Variabel suku bunga nominal, agriculture share, financial depth yang berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek, sedangkan pendapatan perkapita tidak berpengaruh. Dalam jangka panjang variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu suku bunga nominal, agriculture share dan pendapatan perkapita. Penelitian tentang “Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah Di Indonesia” yang dilakukan Indra Darmawan (2007) dengan menggunakan regresi. Diperoleh hasil bahwa variabel tingkat pendapatan masyarakat berdampak positif terhadap tingkat tabungan di seluruh wilayah di Indonesia. Variabel tingkat suku bunga deposito riil tahunan ditemukan mempunyai dampak positif terhadap tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia. Variabel faktor demografi yang diwakili oleh beban tanggungan memberikan pengaruh negatif terhadap tabungan hanya pada beban tanggungan usia muda. Sedangkan faktor ketidakpastian yang diproksi dengan laju inflasi ternyata mempunyai dampak positif di beberapa daerah. 95 Ade Komaludin, Apip Supriadi dan Dede (2008) meneliti tentang “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Tabungan Di Indonesia Selama Periode 1985-2007” dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data mengenai pengaruh inflasi, suku bunga deposito dan Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap tabungan di Indonesia periode tahun 19852007, masing-masing adalah sebesar 1,529 untuk PDB, tingkat bunga dan negatif untuk inflasi. Karena secara psycologis jika inflasi naik masyarakat cenderung lebih menarik uangnya dan menggunakannya dengan membelanjakan naik lagi. Dengan harapan barang yang dibeli lebih berharga. Poppy Marieskha (2009) meneliti tentang “Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada BankBank Umum Di Sumatera Utara” dengan menggunakan analisis Regresi dengan Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel produk domestik regional bruto (PDRB), variabel tingkat suku bunga dan variabel tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera Utara. Rejeningsih, Try Wahyu dan Banatul Hayati (2004) melakukan penelitian mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang”, dengan menggunakan model error correction model. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa berdasarkan pendekatan kointegrasi ternyata pengaruh variabel produk domestik regional bruto, 96 tingkat bunga dan penerimaan ekspor netto terhadap tabungan daerah secara agregat maupun tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah secara parsial hasilnya menunjukkan tingkat variasi yang berbeda. Hasil estimasi ECM, dalam jangka pendek variabel PDRB hanya mampu mempengaruhi variabel tabungan pemerintah daerah secara parsial. Dalam jangka panjang variabel PDRB tidak mampu mempengaruhivariasi tabungan daerah dan tabungan pemerintah daerah dan masyarakat daerah yang ditunjukkan dengan tidak signifikannya variabel tersebut dalam model. Variabel tingkat bunga (RD) mampu mempengaruhi variasi tabungan daerah, tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hanya tabungan pemerintah daerah saja yang dapat dipengaruhi variasinya. Untuk variabel penerimaan ekspor netto (XN) tidak mampu mempengaruhi variasi tabungan daerah, tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, kecuali pada tabungan masyarakat daerah yang ditunjukkan dengan signifikannya XN dalam jangka panjang. Syafri (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum”, dengan menggunakan error correction model. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan data kuartalan 2000:2-2008:3 dan model kointegrasi dan model koreksi kesalahan diperoleh hasil tabungan riil masyarakat di perbankan dipengaruhi oleh pendapatan riil, tingkat bunga riil, nilai tukar riil dan jumlah kantor cabang bank umum. Semua variabel 97 penjelas berpengaruh signifikan terhadap tabungan riil masyarakat di perbankan. Tingkat bunga riil, nilai tukar riil dan jumlah kantor cabang bank umum berpengaruh positif terhadap tabungan masyarakat di perbankan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan riil berpengaruh positif dalam jangka panjang dan berpengaruh negatif dalam jangka panjang terhadap tabungan masyarakat. Tochukwu. E. Nwachukwu dan Festus. O. Egwaikhide (2007) meneliti tentang “An Error-Correction Model of the Determinants of Private Saving in Nigeria”, dengan menggunakan error correction model. Hasil estimasi tingkat pendapatan perkapita, tingkat tabungan masyarakat, rasio layanan utang eksternal, tingkat inflasi dan TOT memiliki pengaruh positif pada statistik tabungan domestik. Sedangkan tingkat bunga riil dan tingkat pertumbuhan pendapatan tampaknya memiliki dampak negatif pada tingkat tabungan. Claudio Paiva dan Sarwat Jahan (2003) meneliti tentang “An Empirical Study of Private Saving in Brazil”. Variable log PDB perkapita, rasio tabungan masyarakat terhadap pdb, inflasi, log TOT, ratio M2 terhadap PDB, dan tingkat urbanisasi tenaga kerja sebgai variabel independen dan variabel dependen tabungan swasta terhadap pdb, menggunakan Ordinary Least Square. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dalam jangka panjang log PDB dan log TOT signifikan dan positif. Tingkat urbanisai tenaga kerja memiliki dampak negatif, inflasi signifikan dan positif meskipun kecil. Rasio M2 terhadap PDB ditemukan memiliki koefisien yang positif, yang 98 menyiratkan bahwa financial deepening memberikan kontribusi untuk menaikkan tingkat tabungan jangka panjang. Sedangkan rasio tabungan masyarakat terhadap pdb memiliki dampak negatif terhadap tabungan swasta. Imran Sharif Chaudhry, Muhammad Zahir Faridi, Muhammad Abbas dan Furrukh Bashir (2010) meneliti tentang “Short Run and Long Run Saving Behavior in Pakistan: An Empirical Investigation”, dalam penelitian ini menyelidiki berbagai faktor penentu tabungan nasional di Pakistan dan telah membentuk hubungan mereka dalam jangka panjang serta dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, studi ini menyimpulkan bahwa Indeks Harga Konsumen, Ekspor sebagai persentase dari PDB, pengiriman uang pekerja sebagai persentase dari PDB, pinjaman publik sebagai persentase dari PDB, Pengeluaran Pemerintah sebagai persentase dari PDB dan perubahan tingkat bunga menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan tabungan Nasional. Indeks Harga Konsumen, Pekerja pengiriman uang, tingkat bunga, ekspor dan konsumsi pemerintah berdampak positif sedangkan pinjaman publik pengaruh negatif tabungan nasional Pakistan dalam jangka panjang. DR. Patrick Kendall (2000) meneliti tentang “Interest Rates, Savings and Growth In Guyana” dengan menggunakan two stage least squares (2SLS). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tabungan dan pertumbuhan, Sedangkan variabel terikatnya adalah suku bunga deposito riil yang diharapkan, pertumbuhan dalam persediaan tenaga kerja, rasio expor barang dan jasa terhadap GDP, rasio tabungan luar negeri terhadap GDP, rasio tabungan domestik bruto terhadap GDP, Rasio tabungan pemerintah 99 pusat terhadap GDP, rasio layanan hutang luar negeri, pertumbuhan riil dalam konsumsi, Tingkat depresi nilai tukar, pertumbuhan GDP. Hasil penelitian ini memberikan dukungan empiris hipotesis-McKinnon dan Shaw menggarisbawahi ketidaktepatan kebijakan represi keuangan. Indikasi liberalisasi suku bunga yang jauh lebih awal pada periode bisa menyebabkan peningkatan tabungan, investasi dan pertumbuhan. Pada tingkat yang lebih umum, studi ini juga menunjukkan rendahnya efisiensi modal, sebuah isu yang perlu ditangani jika peningkatan tabungan pada liberalisasi sektor keuangan adalah untuk memiliki dampak maksimal terhadap kegiatan ekonomi secara umum. Dalam konteks ini, jelas ada kebutuhan inisiatif untuk meningkatkan efisiensi dalam pembangunan, operasi dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi. Selain itu, kebijakan untuk merangsang impor dan difusi teknologi baru seharusnya prioritas utama. Shahbaz Nasir dan Mahmood Khalid (2004) meneliti tentang “SavingInvestment Behaviour in Pakistan: An Empirical Investigation” penelitian ini menggunakan regresi dengan metode ordinary least square (OLS). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan tabungan nasional dan tingkat pertumbuhan investasi nasional. Sedangkan variabel terikatnya adalah defisit anggaran, tingkat pertumbuhan GDP, jangka waktu index perdagangan, pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah, suku bunga riil, pertumbuhan pembayaran, pengembalian obligasi jatuh tempo 1 tahun tetapi < 2 tahun, tingkat pertumbuhan tabungan asing, laju pertumbuhan kredit 100 umum, log suku bunga, log perbedaan seluruh index harga jual, tingkat pertumbuhan tabungan domestik. Dari penelitian in didapat hasil bahwa defisit anggaran dan investasi pemerintah tidak signifikan dalam menentukan tabungan di Pakistan. Dengan peningkatan pengeluaran pemerintah lebih banyak bersumber dari transfer kepada masyarakat dalam bentuk upah meningkat, dan kliring lebih diwajibankan pada pihak pemerintah dan badan terkait lainnya sehingga meningkatkan tabungan mereka juga. Pendapatan tinggi menyebabkan tabungan tinggi, sehingga mengkonfirmasi efek McKinnon. Menunjukkan bahwa jika ada dorongan besar dalam pertumbuhan PDB untuk beberapa periode itu akan menyebabkan tabungan lebih tinggi, yang akan positif mempengaruhi investasi, dan meningkatkan investasi, akan meningkatkan PDB, yang akan kembali meningkatkan Tabungan. Perilaku tabungan tidak sensitif terhadap tingkat bunga. Kebanyakan orang menyimpan untuk menutupi pengeluaran masa depan, yaitu Pendidikan, Nikah dll Jadi ada kebutuhan restrukturisasi pasar keuangan untuk memancing lebih hemat. Pembayaran mempengaruhi tabungan positif dan signifikan. Efek Harberger-Lawrson-Meltzer tidak dapat ditemukan untuk tabungan nasional pakistan, yaitu meningkatnya TOT tidak mempengaruhi tabungan secara signifikan. Investasi umum dan asing membatalkan pengaruh negatif dari tingkat bunga pada investasi swasta. 101 Imbal hasil investasi merupakan faktor penentu investasi. Ekspektasi memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan Investasi dalam kasus Pakistan. Setiap jenis ketidakpastian tercermin melalui kenaikan harga (misalnya baku bahan, biaya energi dll) akan menyebabkan penurunan investasi. Tabungan domestik merupakan sumber utama dari Investasi, di sisi lain tabungan asing tidak efektif untuk Investasi di Pakistan. Paresh Narayan dan Saud AL Siyabi (2005) “An Empirical Investigation of the Determinants of Oman's National Savings” dengan menggunakan pendekatan kointegrasi menggunakan model ARDL. Variabel bebas yang digunakan adalah tingkat tabungan nasional Sedangkan variabel terikatnya adalah, pendapatan perkapita, tingkat urbanisasi, jumlah uang beredar, kredit domestik. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penentu tingkat tabungan nasional Oman. Kami menguji hubungan antara tabungan nasional dan faktor-faktor penentu tersebut, yaitu pendapatan per kapita, tingkat urbanisasi, jumlah uang beredar dan kredit domestik menggunakan data tahunan untuk periode 1977-2003. Kami menerapkan batas pengujian pendekatan kointegrasi dan menemukan bahwa nasional tabungan dan yang diusulkan penentu yang cointegrated. Kami menggunakan model lag autoregresif didistribusikan kepada memperkirakan dampak jangka panjang pendapatan per kapita, tingkat urbanisasi, uang beredar dan kredit domestik di tabungan nasional dan menemukan bahwa saat ini, tingkat urbanisasi dan 102 jumlah uang beredar secara signifikan berdampak pada tabungan nasional Oman. Charles Yuji Horioka dan Akiko Terada-Hagiwara (2010) “Determinants and Long-term Projections of Saving Rates in Developing Asia” menggunakan analisis ekonometrik dengan Fixed effects model dan random effects model dengan kesalahan standar kuat. Variabel bebas yang digunakan adalah tingkat tabungan domestik riil sedangkan variabel terikatnya adalah rasio ketergantungan usia (usia 65 atau dari usia 15-64), rasio ketergantungan pemuda (usia 14 tahun ke bawah), log GDP riil perkapita, ratio kredit pribadi, tingkat pertumbuhan pdb riil perkapita, tingkat inflasi, suku bunga nominal, keseimbangan fiskal, pendapatan kotor nasional, tingkat bunga riil. Dalam penelitian ini, kami melakukan analisis ekonometrik faktor penentu tingkat tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama 1960-2007 dan menemukan bahwa faktor penentu utama dari tingkat tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama periode ini tampaknya struktur umur penduduk (terutama rasio ketergantungan usia), tingkat pendapatan, dan tingkat perkembangan keuangan. Arah pengaruh faktor masing-masing lebih atau kurang sebagai diharapkan Kami kemudian memproyeksikan tren masa depan pada tingkat tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama Periode 2011-2030 dan menemukan bahwa umur penduduk akan menjadi penentu utama tren masa depan di tingkat tabungan domestik. Namun, kami menemukan bahwa 103 akan ada substansial variasi dari satu negara ke negara, dengan cepatnya penuaan negara-negara menunjukkan penurunan tajam tarif tabungan domestik mereka pada 2030 dan negara-negara yang kurang cepat penuaannya hanya menunjukkan penurunan moderat atau tidak ada penurunan pada 2030. Jadi, tentu akan ada penurunan tajam di tingkat tabungan di negara berkembang di Asia secara keseluruhan, setidaknya selama 2 dekade berikutnya, yang berarti, untuk lebih baik atau lebih buruk, bahwa ketidakseimbangan global tidak mungkin dieliminasi dalam waktu dekat. I. Kerangka berpikir Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Variabel yang diteliti adalah Tabungan, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Rasio Kesejahteraan dan Inflasi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tabungan, sedangkan pendapatan, tingkat suku bunga, Rasio Kesejahteraan dan inflasi adalah variabel dependen. Data variabel-variabel tersebut berupa data time series yang kemudian diolah kembali dengan menggunakan program MS Excel dan Eviews. 104 Pengambilan data-data variabel tersebut melalui situs resmi seperti Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik maupun dari situs-situs resmi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran datanya. Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel, peneliti mulai melakukan analisis. Langkah selanjutnya menguji dengan Error correction model. Sebelum diujikan dengan Error correction model variabel-variabel penelitian data tersebut harus diyakini terlebih dahulu bersifat stasioner. Untuk itu dilakukan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi dengan menggunakan uji Augmented Dickkey Fuller Test. Nachrowi (2006) data yang stasioner pada dasarnya tidak memiliki variasi yang terlalu besar selama periode observasi dan memiliki kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya juga data dapat dikatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series yang digunakan tidak mengalami perubahan secara sistematik seoanjang waktu. Jika semua variabel lolos dari uji akar unit, maka selanjutnya akan dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-variabel yang diamati. Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi model penelitian adalah metode error correction model (model koreksi keasalahan), untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Metode error correction model digunakan untuk melihat pengaruh jangka pendek dan jangka panjangnya. 105 Pendekatan atau model koreksi kesalahan (Error correction model – ECM) telah diterapkan secara luas dalam analisis ekonometrika untuk data runtun waktu (time series) sejak tahun 1960an. Hal ini disebabkan karena kemampuan yang dimiliki oleh error correction model dalam meliput lebih banyak variabel untuk menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stationarity) dan regresi lancung (spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika (Insukindro, Muhamad Riza Pradana Pradapa (2010)). Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi untuk mengetahui hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lainnya dengan berlandaskan teori. Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini. 106 107 J. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang akan dibuktikan kebenaranya setelah data empiris diperoleh. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0: = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H1: ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H0: = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H1: ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H0: 1234 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan 108 perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H1: 1234 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H0: 1234 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama dalam hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. H1: 1234 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dalam hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan. 109 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari variabel pendapatan perkapita, suku bunga, rasio kesejahteraan dan inflasi terhadap penentuan tabungan di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data primer runtun waktu (time series) yang diambil dari data yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dan laporan Bank Indonesia serta data-data dari pihak-pihak yang dapat dipercaya. Adapun data yang dibutuhkan adalah: 1. Data pendapatan perkapita 2. Data tingkat suku bunga 3. Data jumlah uang beredar 4. dan Data inflasi Variabel-variabel tersebut merupakan variabel-variabel bebas (independen) yang dapat menentukan jumlah tabungan sebagai variabel terikat (dependen). B. Metode Penentuan sample Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, sehingga sampel harus dapat mewakili populasi. Sampel 110 yang diteliti harus dapat memberikan gambaran yang tepat dari seluruh populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling adalah pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Ahmad Rodoni dkk, 2010: 17).. Muhammad Teguh (2005: 156) menyatakan bahwa pada metode judgement sampling atau purposive sampling ini peneliti menghubungi dan melakukan pengumpulan datanya atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam obyek penelitian, tanpa memperhatikan segi hubungannya dengan interviewer maka pihak interviewer dapat langsung memilih calon responden tersebut sebagai bagian unit sampel. Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dari tahun 1980-2010. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data pendapatan perkapita, suku bunga, jumlah uang beredar (M2) dan inflasi. Dengan data tersebut di atas, peneliti ingin menganalisa signifikansi pengaruh pendapatan perkapita, suku bunga, rasio kesejahteraan dan inflasi. Pengujian yang dilakukan pada data yang diperoleh yaitu: 111 1. Uji Stasioneritas tingkat level dengan menggunakan metode Dickey Fuller Test pada data pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi. 2. Bila data belum stasioner maka dilakukan pengujian Derajat Integrasi tingkat satu maupun dua hingga data menjadi stasioner. 3. Setelah semua data stasioner maka dilakukan uji Kointegrasi antar variabel dependen dengan variabel-variabel independen. 4. Pengujian Kointegrasi 5. Mengestimasi model koreksi kesalahan (Error correction model). C. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari literatur-literatur/sumber-sumber yang mendukung penelitian ini, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut berupa data jumlah tabungan di Indonesia, jumlah produk domestik bruto menurut harga berlaku, jumlah penduduk indonesia, tingkat suku bunga nominal, jumlah uang berdedar dan tingkat inflasi tahun 1980 hingga tahun 2010 yang dipublikasikan di Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. 112 2. Library Research Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian. D. Metode Analisis 1. Uji Stasioneritas Langkah pertama pembentukan model error correction model (ECM) adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and variance) (Agus Widarjono, 2007: 315). Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variabel-varaibel yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (spurious regression). 113 Metode dalam melakukan uji stasioneritas terhadap suatu data time series, atau juga sering disebut dengan unit root test, diantaranya adalah metode Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis Mackinnon untuk mengetahui derajat integritas stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai statistik ADF adalah lebih besar dari nilai kritis Mackinnon. 2. Uji Kointegrasi Jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner. Engle dan Granger dalam Sri Isnowati (2005: 103) menyatakan bahwa uji kontegrasi merupakan kelanjutan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi. Uji kointegrasi dimaksudkan untuk menguji apakah residual regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak. Untuk melakukan uji kointegrasi, pertama-tama peneliti perlu mengamati perilaku data ekonomi runtun waktu yang akan digunakan. Ini berarti pengamat harus yakin terlebih dahulu apakah data yang akan digunakan stasioner atau tidak. Yang antara lain dapat dilakukan dengan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi. 114 Wing Wahyu Winarno (2007: 10) dari variabel yang tidak stasioner sebelum didiferensiasi namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, besar kemungkinan akan terjadinya kointegrasi, yang berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara keduanya. Untuk mengetahui apakah memang benar kedua variabel berkointegrasi. Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegritas menggunakan metode Johansen Cointegration Test. Untuk menjelaskan uji dari Johansen maka digunakan model autoregresif dengan order p sebagai berikut : Yt = A1Yt-1+…+ApYt-p+BXt+εt Dimana Yt adalah vector k dari variabel I(1) non-stasioner, Xt adalah vector d dari variabel deterministik dan et merupakan vector inovasi. Ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi sejumlah varibel dan sebaliknya, jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai kirtisnya maka tidak ada kointegrasi. 3. Error correction model (ECM) Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode Ordinary Least Squares, adapun metode analisis perhitungan yang digunakan untuk mengestimasi model penelitian adalah Error correction model (ECM) yang diperkenalkan oleh Sargan dan dipopulerkan oleh Engle dan Granger. (Nachrowi, 2006). Gujarati (2003: 806-807) secara umum Error correction model dipandang sebagai salah satu model dinamis yang sangat terkenal dan banyak 115 diterapkan dalam studi empirik dan dapat dikatakan lebih unggul dibandingkan dengan pendekatan model dinamis lainnya karena kemampuannya yang lebih baik dalam menganalsis fenomena jangka pendek dan jangka pajang, mampu mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan toeri ekonomi serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stasionery) dan regresi palsu (spurious regression) dalam analisis ekonometri. Berdasarkan hal tersebut, spesifikasi model yang akan dijadikan sebagai model penelitian yang dirumuskan dalam bentuk Error correction model (ECM), yang formulasi persamaan jangka panjangnya adalah sebagai berikut: Tabungant = β0 + β1 GDPk + β2 Suku Bunga + β3 M2 + β4 Inflasi. Dimana : β0,β1,β2,β3,β4 = koefisien jangka panjang Sementara hubungan jangka pendek dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : D Tabungant = α1D(GDPk) + α2D(Suku Bunga) + α3D(M2) + α4D(Inflasi) + ECT Dimana : α1,α2,α3,α4 α7 = Parameter jangka pendek = Parameter penyesuaian 116 Pengujian Hipotesis. a. Uji-t (parsial) Uji-t bertujuan melihat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Parameter suatu variabel dikatakan mempunyai pengaruh yang signifikan jika nilai t hitung > t tabel, dan sebaliknya. Apabila t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5% berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Apabila t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5% berarti Ho diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian, secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut : H0 : β1....... βi = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel Xi terhadap variabel Y secara parsial. H1 : β1....... βi ≠ 0 terdapat pengaruh signifikan antara variabel Xi terhadap variabel Y secara parsial. b. Uji-F (simultan) Selanjutnya dilakukan Uji-f untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai f hitung ≥ f tabel, berarti bahwa secara bersama-sama (keseluruhan) variabel-variabel yang terdapat dalam model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Adapun uji hipotesis dalam ujif ini adalah : 117 H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen Pendapatan Perkapita, Suku Bunga, jumlah uang beredar dan inflasi (X) terhadap variabel dependen Tabungan (Y) secara simultan. H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen Pendapatan Perkapita, Suku Bunga, jumlah uang beredar dan inflasi (X) terhadap variabel dependen Tabungan (Y) secara simultan. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan R² merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi (R²) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Besar nilai koefisien determinasi sama dengan nol (R² = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara jika koefisien determinasi sama dengan satu (R² = 1), artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R²-nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu. E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah : 118 a. Variabel Tabungan Tingkat tabungan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat tabungan yang diperoleh dari data tabungan nasional dibagi dengan pendapatan nominal (PDB manurut harga berlaku) dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia. 2. Variabel Independen Variabel Independen adalah variabel-variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel-variabel independen adalah variabel-variabel yang diindikasikan menentukan Tabungan. Variabelvariabel Independen dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Pendapatan perkapita Pendapatan perkapita diperoleh dengan membagi PDB tahunan dengan data populasi tahunan dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia. b. Tingkat suku bunga Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga nominal yaitu BI rate dan SBI dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia. 119 c. Jumlah uang beredar Jumlah uang beredar yang dipakai adalah jumlah uang beredar (M1) ditambah uang kuasi dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia. d. Variabel Inflasi Tingkat Inflasi di Indonesia diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang merupakan gabungan dari 43 kota di Indonesia dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia. 120 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka (Kasmir, 2005: 24). Telah disebutkan bahwa salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Sumber dana tersebut bisa mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Untuk menarik dana masyarakat ini, Bank-bank sekarang memasang strategi dengan maksud meningkatkan minat masyarakat untuk menabung antara lain berupa pemberian cendera mata, hadiah, pelayanan dan balas jasa lainnya (Riki Ardiansyah, 2009: 2). 121 Penghimpunan dana pihak ketiga berupa tabungan dalam jumlah besar merupakan hal yang amat berarti bagi bank, mengingat relatif lebih murahnya biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank dibandingkan dengan biaya bunga deposito. Pasalnya, semakin besar porsi dana murah semakin rendah pula biaya bunga yang harus dikeluarkan bank dan pada akhirnya akan berujung pada makin tingginya keuntungan bank. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan perolehan tabungan bank makin kreatif dalam menciptakan produk dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah tabungannya. Beragam produk tabungan diluncurkan antara lain tabungan berhadiah, tabungan bisnis atau tabungan pendidikan (Dinie Suryani, 2009: 8). Perkembangan tabungan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Keynes yang menyatakan bahwa fungsi konsumsi didasari oleh perilaku yaitu apabila terjadi peningkatan pada pendapatan, peningkatan tersebut tidak digunakan seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi tetapi dari sisa pendapatan tersebut juga digunakan untuk menabung. Orang-orang dengan pendapatan tinggi cenderung untuk menabung dengan proporsi yang lebih besar dari pendapatannya dibandingkan dengan orang-orang yang berpendapatan rendah. Lebih dari itu orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung mempunyai tabungan yang negatif karena pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan konsumsi minimum (Riki Ardiansyah, 2009: 3). 122 Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus dana yang masuk adalah tigkat suku bunga. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut (Sunlip Wibisono, 2004: 316). B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Analisi Deskriptif Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 7 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu jumlah tabungan nasional sebagai variabel terikat (Dependen). Variabel pendapatan perkapita, PDB nominal, tingkat suku bunga, jumlah uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi sebagai variabel bebas (Independen). Penjelasan lebih lengkap masing-masing variabel adalah: a. Variabel Terikat (Dependen) Tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari pendapatannya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu negara, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya (Kunarjo, 2003: 320) 123 Tabungan menjadi varibel dependen dalam penelitian ini, variabel tabungan yang dipakai adalah tingkat tabungan yang diperoleh dari data tabungan nominal dibagi dengan pendapatan nominal (PDB). Tabel 4.1 Tingkat Tabungan Tahun Tabungan (miliar Rp) PDB nominal (miliar Rp) 1980 313,7 45445,7 1981 419,5 54027 1982 489 59632,6 1983 583,9 73697,6 1984 753,7 87535,5 1985 1020,3 94720,8 1986 1386,8 95823,1 1987 1627,4 114518,5 1988 2173,7 142020,3 1989 3684,7 166329,5 1990 9661 195597,2 1991 15553 227502,3 1992 25469 260786,3 1993 35608 302017,8 1994 40319 382219,7 1995 47224 454514,1 1996 61566 532568 1997 67990 627695,4 1998 69308 955753,5 1999 122981 1099732 2000 154328 1389800 2001 172611 1646300 2002 193468 1821800 2003 244962 2013700 2004 298898 2295800 2005 284485 2774300 2006 336135 3339200 2007 443272 3950900 2008 503082 4951400 2009 603320 5613400 2010 713730 3068600 (sumber: data diolah) Tingkat tabungan 0,006902745 0,007764661 0,008200217 0,007922915 0,008610232 0,010771660 0,014472503 0,014210808 0,015305555 0,022153010 0,049392330 0,068364150 0,097662339 0,117900340 0,105486463 0,103899958 0,115602130 0,108316870 0,072516610 0,111828196 0,111043315 0,104847820 0,106196067 0,121647711 0,130193385 0,102542622 0,100663065 0,112195188 0,101603982 0,107478384 0,232591385 124 Tabel 4.1 menunjukkan data tabungan nominal dan PDB nominal dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tabungan nominal dan PDB nominal menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali data tabungan pada tahun 2005 dan data PDB nominal pada tahun 2010 yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Nilai tingkat tabungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 dengan nilai 0,232591385. Grafik 4.1 Grafik Tingkat Tabungan Berdasarkan pada grafik 4.1 dapat diketahui bahwa nilai tingkat tabungan berfluktuasi dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Nilai tertinggi tingkat tabungan terjadi pada tahun 2010 dengan nilai 0,2326 dan sedangkan nilai yang terendah tingkat tabungan terjadi pada tahun 1980 dengan nilai 0,006902745. Tingkat tabungan juga mendapat dampak dari krisis ekonomi 125 yang terjadi pada tahun 1998, yang mengalami penurunan tingkat tabungan dengan nilai 0,072516610. b. Variabel-variabel bebas (Independen) 1) Pendapatan perkapita Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk sesuatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto suatu tahun tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Sadono Sukirno (2004: 424). Variabel pendapatan perkapita diperoleh dengan membagi data PDB tahunan dengan data populasi tahunan. Tabel 4.2 Tabel Pendapatan Perkapita Tahun Pendapatan perkapita Tahun Pendapatan perkapita 1980 310502 1996 2752423 1981 360957 1997 3197022 1982 389786 1998 4797326 1983 412631 1999 5439972 1984 466734 2000 6900842 1985 595000 2001 8052654 1986 617000 2002 8778314 1987 734000 2003 9554806 1988 817000 2004 10735075 1989 939000 2005 12779233 1990 1103476 2006 15152144 1991 1264861 2007 17660705 1992 1428888 2008 21803204 1993 1630808 2009 24349980 1994 2033948 2010 13112733 1995 2383586 (sumber: data diolah) 126 Tabel 4.2 menununjukkan bahwa pendapatan perkapita dari tahun 1980 sampai tahun 2009 mengalami kenaikan, tapi pada tahun 2010 pendapatan perkapita mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 13112733 Bandingkan dengan tahun 2009, pendapatan perkapita mencapai Rp. 24349980. Penurunan pada tahun 2010 disebabkan oleh penurunan penurunan PDB di tahun tersebut. Grafik 4.2 Grafik Pendapatan Perkapita Seperti yang diterangkan sebelumnya, sebelumnya, bahwa pendapatan perkapita Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 1980 sampai tahun 2009. Kita bisa lihat pada grafik 4.2 bahwa grafik pendapatan pendapatan perkapita naik dari tahun ke tahun dan turun pada tahun 2010. Penurunan ini karena PDB Indonesia mengalami penurunan dan populasi Indonesia naik, Sehingga menyebabkan turunnya pendapatan perkapita. 127 2) Tingkat suku bunga Kunarjo (2003: 143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang harus dibayar dari setiap dolar yang dipinjam per tahun: dinyatakan baik dalam perbandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6 persen). Sunariyah (2004: 80) berpendapat bahwa suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dapat dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur. Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004: 103) suku bunga adalah persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisihkannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana. Data tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga nominal yaitu BI rate. Sejak awal Juli tahun 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate, sedangkan tahun 1984 sampai awal Juli tahun 2005 mereka menggunakan SBI jangka waktu 1 bulan. Dan pada tahun sebelum 1984 mereka menggunakan suku bunga kredit investasi. Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 Suku bunga 11,44 11,73 11,74 11,4 17,35 14,7 14,3 Tabel 4.3 Tabel Tingkat Suku Bunga Tahun Suku bunga Tahun 1991 22,49 2002 1992 18,86 2003 1993 13,46 2004 1994 12,44 2005 1995 13,99 2006 1996 12,8 2007 1997 20 2008 Suku bunga 12,93 8,31 7,43 12,75 9,75 8 9,25 128 16,99 1987 17,76 1988 18,83 1989 18,47 1990 (sumber: Bank Indonesia) 1998 1999 2000 2001 35,52 11,93 14,53 17,62 2009 2010 6,5 6,5 Grafik 4.3 Grafik Tingkat Suku Bunga Tabel 4.3 menununjukkan bahwa tingkat suku bunga dari tahun 1980 sampai tahun 2009 mengalami fluktasi, tingkat suku bunga tertinggi terdapat di tahun 1998. Pada saat krisis ekonomi di tahun 1998 tingkat suku bunga 35,52%. Sedangkan tingkat suku bunga terendah terendah terdapat pada tahun 2009 dan 2010. Dari grafik 4.3 di atas kita bisa lihat bahwa, fluktuasi tingkat suku bunga jelas terlihat. Grafik tersebut menunjukkan tingkat suku bunga naik turun dari tahun ke tahun. Pada tahun 1998 menjadi titik tertinggi pada suku bunga karena pada tahun tersebut Indonesia mendapat dampak dari krisis ekonomi. Pada tahun 2009 sampai tahun 2010 menjadi titik terendah dan relatif stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 129 3) Jumlah uang beredar (M2) Rasio kesejahteraan terhadap pendapatan diwakili oleh jumlah uang beredar (M2). Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian, yaitu adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum (Sadono Sukirno, 2004: 207). Sedangkan menurut Iskandar putong (2000: 401) uang beredar adalah keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan, valas, deposito). Money supply is expressed as three numbers refferenced as M1, M2, and M3. These three expressions have different presumed transaction velocities. M1 is cash in circulation plus primary bank deposits called demand deposits. M2 takes savings deposits into consideration. Following the U.S saving and loan crisis, many analysts discounted M2 as a relic because banking structurally changed to give savings deposits more flexibility. (Philip Gotthelf, 2003: 17). Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 Tabel 4.4 Tabel Jumlah Uang Beredar (M2) Uang beredar (miliar Rp) Tahun Uang beredar (miliar Rp) 7707 1996 288632 9705 1997 355643 11074 1998 577381 14669 1999 646205 17937 2000 747028 23178 2001 844053 27615 2002 883908 33275 2003 955692 42073 2004 1033877 58526 2005 1202762 130 84630 1990 1991 99029 1992 119029 1993 145599 1994 174319 1995 222638 (sumber: Bank Indonesia) 2006 2007 2008 2009 2010 1382493 1649662 1895839 2141384 2469399 Grafik 4.4 Grafik Jumlah Uang Beredar (M2) Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 menununjukkan bahwa jumlah uang beredar dari tahun 1980 sampai tahun tahun 2010 mengalami peningkatan. Jumlah uang beredar di masyarakat mulai mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai. terdapat pada tahun 2010 dengan jumlah Rp. Jumlah uang beredar tertinggi terdapat 2469399 miliar. Sedangkan jumlah uang beredar terendah terdapat pada tahun 1980 dengan jumlah Rp. 7707 miliar. 4) Inflasi Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga secara terus menerus. Inflasi merupakan gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk 131 diperhatikan karena setiap kali ada gejolak sosial, politik, atau ekonomi didalam maupun diluar negeri, masyarakat selalu mengaitkannya dengan masalah inflasi. Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan permintaan terhadap permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena adanya kelebihan jumlah uang yang beredar (Ahmad Rodoni, 2008: 17). Data inflasi diperoleh dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2010. Tahun Inflasi 1980 15,97 1981 7,09 1982 9,69 1983 11,46 1984 8,76 1985 4,31 1986 8,83 1987 8,9 1988 5,47 1989 5,97 1990 9,53 1991 9,52 1992 4,94 1993 9,77 1994 9,24 1995 8,64 (sumber: Badan Pusat Satistik) Tabel 4.5 Tabel Inflasi Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Inflasi 6,47 11,05 77,63 2,01 9,35 12,55 10,03 5,06 6,4 8 6,6 6,59 11,06 2,78 7 Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa inflasi dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2010 mengalami naik turun. Nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun 132 1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia, inflasi mencapai angka 77,6%. Sedangkan nilai inflasi terendah terjadi terjadi pada tahun 1999 dengan nilai 2%. Grafik 4.5 Grafik Inflasi Grafik 4.5 menunjukkan pergerakan inflasi mengalami fluktuasi dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2010. Inflasi mengalami naik-turun, pergerakan yang tajam terjadi pada tahun 1998 dan 1999. Pada tahun 1998 inflasi mengalami bergerak naik dari nilai 11% menjadi 77,6%. Sedangkan penurunan tajam terjadi pada tahun 1999, setelah mengalami peningkatan tajam dari tahun 1998. Inflasi mengalami penurunan tajam hinga nilai inflasi menjadi sebesar 2,01% 2,01% di tahun tersebut. 2. Hasil Uji Akar-akar Unit Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi keshahihan analisis Error correction model (ECM) ini berarti bahwa data yang dipergunakan harus bersifat stasioner, atau dengan kata lain perilaku data yang stasioner 133 memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Pengujian stasioneritas data dilakukan secara bertahap pada seluruh variabel dalam model penelitian yang didasarkan pada Augmented Dickeyy Fuller test yang kemudian perhitungannya dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Eviews 7. Pengujian stasioneritas dilakukan pada semua data yang berkaitan dengan jumlah tabungan sebagai variabel dependen. Adapun hasil pengujian stasioneritas untuk variabel-variabel yang digunakan dalam melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.6. Pada tabel tersebut diketahui bahwa hanya variabel suku bunga, uang beredar dan inflasi yang memenuhi syarat-syarat kestasioneran. Sedangkan data variabel tabungan dan pendapatan perkapita belum stasioner pada uji stasioneritas data pada tingkat level. Untuk itu, karena variabel tabungan dan pendapatan perkapita nilai ADF hitungnya kurang dari nilai kritis ADF tabel, maka pada uji stasioneritas data pada tingkat level data variabel tabungan dan pendapatan perkapita tersebut memiliki persoalan akar unit. Hasil uji stasioneritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Tabel 4.6 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level ADF McKinnon Variabel ADF test critical value (5%) Keterangan Tabungan -2.572650 -2.963972 Tidak stasioner Pendapatan Perkapita 0.231577 -2.971853 Tidak stasioner Suku Bunga -3.778119 -2.963972 Stasioner Uang Beredar (M2) 10.81216 -2.963972 Stasioner Inflasi -4.881146 -2.963972 Stasioner Sumber: Hasil data diolah 134 Selanjutnya terhadap data tabungan dan pendapatan perkapita yang belum menunjukan stasioneritas pada tingkat level, maka data tersebut dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama ADF McKinnon Variabel ADF test critical value (5%) Keterangan Tabungan -6.018619 -2.971853 Stasioner Pendapatan Perkapita -4.024637 -2.971853 Stasioner Suku Bunga -5.168862 -2.981038 Stasioner Uang Beredar (M2) 0.637547 -2.971853 Tidak stasioner Inflasi -5.970722 -2.971853 Stasioner Sumber: Hasil data diolah Tabel 4.7 merupakan hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama. Dimana hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama tersebut telah menunjukan bahwa variabel uang beredar (M2) belum stasioner pada uji stasioneritas data tingkat diferensi pertama. Sedangkan variabel tabungan, pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi stasioner di tingkat tersebut. Dimana data dapat dikatakan stasioner jika nilai dari ADF hitungnya lebih besar dari nilai ADF tabelnya pada derajat kepercayaan 5%. Belum stasionernya data tabungan dan uang beredar pada uji stasioneritas data di tingkat diferensi pertama, maka data tersebut dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat diferensi kedua dengan hasil sebagai berikut: 135 Tabel 4.8 Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua ADF McKinnon critical Variabel ADF test value (5%) Keterangan Tabungan -3.015931 -3.004861 Stasioner Pendapatan Perkapita -4.098572 -3.004861 Stasioner Suku Bunga -5.289099 -2.998064 Stasioner Uang Beredar (M2) -8.089886 -2.971853 Stasioner Inflasi -5.783859 -2.981038 Stasioner Sumber: Hasil data diolah Tabel 4.8 merupakan hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat diferensi kedua. Dimana hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat diferensi kedua tersebut telah menunjukan bahwa variabel tabungan, pendapatan perkapita, suku bunga, uang beredar (M2) dan inflasi telah stasioner, dimana data dapat dikatakan stasioner jika nilai dari ADF hitungnya lebih besar dari nilai ADF tabelnya pada derajat kepercayaan 5%. Dengan stasionernya seluruh variabel yang diestimasi maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pengujian kointegrasi. 3. Hasil Uji Kointegrasi Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner dan memiliki derajat yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Dalam pengujian 136 kointegrasi ini juga masih menggunakan metode ADF (Augmented Dickeyy Fuller test) sedangkan persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari persamaan Error correction model (ECM). Pada perhitungan dalam tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai ADF hitung untuk residual persamaan kointegrasi lebih besar dari nilai kritis ADF tabel yaitu sebesar -3.724681. Kondisi tersebut menunjukan bahwa variabelvariabel yang diamati dalam penelitian ini telah berkointegrasi pada derajat yang sama. Hal ini juga menunjukan terjadinya keseimbangan jangka panjang antar seluruh variabel pendapatan perkapita, suku bunga, uang beredar dan inflasi memiliki keterkaitan dan berkointegrasi dengan tabungan. Tabel 4.9 Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -3.724681 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0088 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 4. Hasil Pengujian ECM dan Interpretasi Untuk mendapatkan ilustrasi mengenai pengaruh dinamika jangka pendek dari masing-masing variabel penentu kurs terhadap nilai tukar Rupiah maka dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan pendekatan Error correction model (ECM). Dalam membentuk persamaan model ECM, residual (error term) yang diperoleh dari hasil persamaan kointegrasi jangka 137 panjang akan digunakan sebagai koefisien error correction bersamaan dengan determinan jangka pendek dari persamaan nilai tukar. (Aisjah, 2005). Dari hasil analisis ECM pada tabel 4.23 menunjukan bahwa nilai ECT atau signifikansi residualnya pada uji variabel-variabel tabungan nilai t statistiknya diatas dua dan nilai prob<0,05, hal ini menunjukan bahwa model koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan sudah valid. (Wing Wahyudi Winarno, 2007). Dari hasil pengujian ECT, menunjukkan bahwa proporsi ketidakseimbangan perubahan pada nilai tabungan dalam suatu periode telah dikoreksi pada periode berikutnya oleh equilibrium term, sehingga arah pengaruh dari variabel bebas dalam jangka pendek diharapkan dapat konsisten dengan arah pengaruh bebas jangka panjang. Dengan kata lain, model ECM dalam penelitian ini dapat dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel bebas Pendapatan perkapita, suku bunga, M2 dan Inflasi terhadap variabel terikat yaitu Tabungan. Tabel 4.10 Hasil Analisis Model ECM (Jangka Pendek pada Tabungan) Dependent Variabel: D(SAV) Method: Least Squares Date: 06/28/11 Time: 21:51 Sample (adjusted): 1981 2010 Included observations: 30 after adjustments Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C D(GDPK) D(R) D(M2) D(I) RESID01 0.004842 -1.02E-08 -0.004437 5.30E-08 -0.001379 0.613941 0.010714 3.29E-09 0.002106 8.65E-08 0.000582 0.177889 0.451913 -3.118009 -2.106446 0.613468 -2.368403 3.451255 0.6554 0.0047 0.0458 0.5453 0.0263 0.0021 R-squared Adjusted R-squared 0.530651 0.432870 Mean dependent var S.D. dependent var 0.007523 0.056305 138 S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.042402 0.043151 55.59566 5.426933 0.001770 Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat -3.306378 -3.026138 -3.216727 2.222485 Sumber: Hasil data diolah Estimasi Jangka Pendek Model Koreksi Kesalahan Engle-Granger: D Kurs Dollar = 0.004842 - 1.02E-08*D(GDPk) - 0.004437*D(R) + 5.30E-08*D(M2) – 0.001379*D(I) + 0.613941*RESID01 R² = 0.530651 DW Stat = 2.222485 F Stat = 5.426933 Interpretasi dari hasil estimasi jangka pendek metode Error correction model (ECM) yaitu variabel independen yang signifikan mempengaruhi nilai tabungan hanyalah variabel Pendapatan perkapita, Suku bunga dan Inflasi yang ditunjukan dari nilai nilai probabilitas hitung masing-masing variabel yaitu sebesar 0.0047, 0.0458 dan 0.0263 yang signifikan pada α = 5% dimana hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada jangka pendek variabel Pendapatan Perkapita, Suku Bunga dan Inflasi berpengaruh terhadap tabungan dengan nilai koefisien masing-masing variabel adalah sebesar -1.02E-08, - 0.004437 dan - 0.001379. Nilai ECT yang ditunjukan pada hasil analisis ECM diatas yaitu sebesar 0.613941 menunjukkan bahwa biaya keseimbangan dan perkembangan kurs pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah 0.614% dengan tingkat signifikansi 0.0021 dengan α = 5%. 139 Koefisien regresi jangka pendek dari regresi ECM tabungan ditunjukkan oleh besarnya koefisien pada variabel-variabel jangka pendeknya sedangkan koefisien regresi jangka panjang diperoleh dengan melakukan perhitungan. Hasil analisis model Error correction model (jangka panjang pada tabungan) dapat dilihat pada tabel 4.24 pada halaman selanjutnya. Tabel 4.11 Hasil Analisis Model ECM (Jangka Panjang pada Tabungan) Dependent Variabel: SAV Method: Least Squares Date: 06/28/11 Time: 21:53 Sample: 1980 2010 Included observations: 31 Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDPK R M2 I C -7.59E-09 -0.000868 1.15E-07 -0.000464 0.076887 3.96E-09 0.003069 3.91E-08 0.000761 0.050190 -1.917487 -0.283002 2.932098 -0.610133 1.531933 0.0662 0.7794 0.0069 0.5471 0.1376 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.424962 0.336494 0.047781 0.059358 53.01430 4.803597 0.004905 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.083771 0.058658 -3.097697 -2.866408 -3.022302 1.228981 Sumber: Hasil data diolah Estimasi Jangka Panjang Model Koreksi Kesalahan Engle-Granger: D Kurs Dollar = 0.0076887 - 7.5937922*D(GDPk) - 0.000868*D(R) + 1.15E-07*D(M2) – 0.000464*D(I) R² = 0.424962 DW Stat = 1.228981 F Stat = 4.803597 Untuk mengamati pengaruh jangka panjang antara variabel-variabel yang diamati dapat dilihat dari persamaan regresinya. Jika nilai probabilitas 140 dari variabel-variabel yang diamati <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti variabel-variabel yang diamati berpengaruh pada tabungan. Berdasarkan pada tabel 4.11 maka dalam jangka panjang dapat dikemukakan bahwa tabungan hanya dipengaruhi oleh Uang Beredar (M2) dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,0069 yang signifikan pada α = 5% sedangkan untuk koefisien jangka panjang masing-masing variabel tersebut 1.15E-07. 5. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian persyaratan analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlibat didalamnya telah memenuhi kualifikasi persyaratan, kemudian penelitian dilanjutkan dengan melakukan pengujian signifikansi model untuk melihat pengaruh variabelvariabel independen Pendapatan perkapita, Suku bunga, M2 dan Inflasi terhadap variabel dependen tabungan secara simultan dan parsial dengan menggunakan atau melihat nilai statistik Uji-t dan Uji F. a. Uji F(F-Test) Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas F statistiknya <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel independen yang terdapat dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Dari hasil regresi yang mengestimasi hubungan faktor-faktor 141 yang mempengaruhi tabungan pada jangka pendek diketahui bahwa nilai probabilitas F statistiknya adalah 0.001770 dan signifikan pada α = 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan untuk hasil regresi jangka panjangnya diketahui bahwa nilai probabilitas F statistiknya adalah 0.004905 dan signifikan pada α = 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang secara bersama-sama variabelvariabel independen yang terdapat dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. b. Uji Validitas Pengaruh (t-test) Uji t statisitik digunakan untuk melihat besarnya pengaruh dari masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas dari variabel independen <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, dimana berarti variabel independen yang signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. 1) Variabel Pendapatan Perkapita Syafri (2009: 60) berdasarkan teori loanable funds ada beberapa faktor yang mempengaruhi tabungan. Faktor pertama adalah pendapatan, semakin besar pendapatan seseorang. Semakin besar kemampuan orang tersebut untuk menabung. Faktor yang kedua adalah tingkat bunga, tingkat bunga merupakan balas jasa terhadap tabungan. Semakin besar tingkat bunga, semakin besar pula keinginan masyarakat ingin menabung. 142 Mengacu pada model solow, suatu negara akan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi jika negara tersebut menyisihkan sebagian besar pendapatannya ke tabungan dan investasi. sebaliknya jika suatu negara mengalokasikan tabungan dan investasi dalam jumlah yang kecil maka pendapatannya akan rendah (Putu Oktavia, 2005: 14) Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel pendapatan perkapita dengan nilai probabilitas sebesar 0.0047 yang signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel GDP berpengaruh secara signifikan. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sri Isnowati (2005), Mahmoud A. Touny (2008), syafri (2009) serta Paresh Narayan dan Saud Al Siyabi (2005) bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh pada jangka pendek. Pengaruh pendapatan perkapita terhadap jumlah tabungan juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Said Hallaq (2003), Sunlip Wibisono (2004) Tochukwu E. Nwachukwu dan Festus O. Egwaikhide (2007), bahwa pendapatan perkapita berpengaruh terhadap tabungan. Ditambahkan oleh Shahbaz Nasir dan Mahmood Khalid (2004), pendapatan yang tinggi menyebabkan tabungan tinggi, sehingga mengkonfirmasi efek McKinnon. Menunjukkan bahwa jika ada dorongan besar dalam pertumbuhan PDB untuk beberapa periode itu akan menyebabkan tabungan lebih tinggi, yang akan positif mempengaruhi investasi dan meningkatkan investasi sehingga meningkatkan PDB dan akan kembali meningkatkan tabungan. 143 Sedangkan dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan pada variabel pendapatan perkapita bahwa pendapatan perkapita tidak berpengaruh secara parsial dengan tabungan, walaupun nilai probabilitas signifikan sebesar 0.0662 pada α = 0,10 maka H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ipumbu W. Shiimi and Gerson Kadhikwa (1999). 2) Variabel Suku Bunga Dijelaskan dalam teori loanable funds faktor kedua yang mempengaruhi tabungan adalah tingkat bunga, tingkat bunga merupakan balas jasa terhadap tabungan. Semakin besar tingkat bunga, semakin besar pula keinginan masyarakat ingin menabung. Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel suku bunga dengan nilai probabilitas sebesar 0.0458 yang signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa variabel suku bunga berpengaruh secara signifikan. Dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan pada variabel suku bunga dengan nilai probabilitas 0.7794 tidak signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10) (0,025) dan (0,01), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tabungan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ipumbu W. Shiimi and Gerson Kadhikwa (1999), bahwa suku bunga berpengaruh dalam hubungan jangka pendek dan tidak berpengaruh dalam jangka 144 panjang. Hasil ini juga diperjelas oleh Tri Wahyu Rejekiningsih dan Banatul Hayati (2004) yang menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh dalam hubungan jangka pendek terhadap tabungan tabungan swasta, tabungan daerah dan tabungan pemerinath sedangkan pada jangka panjang tidak berpengaruh. Pengaruh suku bunga terhadap tabungan juga pernah diteliti oleh Poppy Marieskha (2009), Syafri (2009), Ade Komaluddin, Apip Supriadi dan Dede (2008) yang mendapatkan hasil bahwa variabel suku bunga berpengaruh terhadap tabungan. 3) Variabel Uang Beredar Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel jumlah uang yang beredar (M2) dengan nilai probabilitas 0,5453 tidak signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10) (0,025) dan (0,01), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel Jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tabungan. Sedangkan dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan pada variabel uang beredar (M2) dengan nilai probabilitas sebesar 0.0069 yang signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa variabel uang beredar berpengaruh secara signifikan. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoud A. Touny (2008) yang menyatakan bahwa uang beredar berpengaruh terhadap tabungan pada jangka panjang dan tidak berpengaruh di jangka pendek. Ipumbu W. Shiimi and Gerson Kadhikwa (1999) serta Claudio Paiva dan Sarwat 145 Johan (2003) menyatakan bahwa pada jangka panjang uang beredar berpengaruh terhadap tabungan. Dampak dari inflasi yang semakin tinggi untuk waktu yang lama akan membuat jumlah uang beredar semakin banyak sehingga akan berdampak terhadap tabungan. karena masyarakat lebih banyak menggunakan uangnya untuk berbelanja sehingga berdampak pada turunnya tingkat tabungan (Burkhard Heraa dan Bernd Sussmuthc, 2006: 3). Dan di tambahkan oleh Faizal Hanaris Rivai (2009: 34) yang menyatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi moneter terganggu. semakin stabilnya jumlah uang yang beredar maka smakin baik pula kondisi stabilisasi moneter. Pengaruh uang beredar terhadap tabungan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Said Hallaq (2003) menemukan bahwa jumlah uang beredar M1+M2 berpengaruh terhadap tabungan di jordania. 4) Variabel Inflasi Inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan menurunkan tingkat tabungan. inflasi akan mendorong orang untuk mengganti aset nominal ke aset riil. 146 Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel Inflasi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0263 yang signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan. Sedangkan dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan pada variabel suku bunga dengan nilai probabilitas 0.5471 tidak signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10) (0,025) dan (0,01), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tabungan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa (1999), Burkhard Heera dan Bernd Sussmuthc, yang mendapatkan hasil bahwa inflasi berpengaruh terhadap tabungan pada jangka pendek dan tidak berpengaruh pada saat jangka panjang. Pengaruh inflasi terhadap tabungan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Tochukwu E. Nwachukwu dan Festus O. Egwaikhide (2007) dan Poppy Marieskha (2009). Dalam penelitian tersebut, didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh inflasi terhadap tabungan. c. Koefisien Determinasi (R2) Pada hasil analisis Error correction model (ECM) untuk jangka pendek nilai koefisien determinasinya (R2) = 0.530651 ini menunjukkan bahwa berarti besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 53,0651%, sedang sisanya sebesar 46,9349% 147 menggambarkan pengaruh-pengaruh dari variabel di luar model. Dan untuk hasil analisis Error correction model (ECM) dalam jangka panjang nilai koefisien determinasinya (R2) = 0.424962 ini menunjukkan bahwa berarti besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 42,4962%, sedang sisanya sebesar 57,5038% menggambarkan pengaruh-pengaruh dari variabel di luar model. 148 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil regresi model Error correction model (ECM) mengenai pengaruh dari variabel-variabel independen Pendapatan Perkapita, suku bunga, M2 dan Inflasi terhadap variabel dependen Tabungan, maka dapat disimpulkan adalah sebagai berikut: 1. Variabel-variabel independen Pendapatan Perkapita, suku bunga, M2 dan Inflasi secara bersama-sama (simultan) dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen Tabungan. 2. Secara parsial dalam jangka pendek yang mempunyai pengaruh hanya variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi terhadap variabel tabungan. Sedangkan jangka panjang hanya variabel uang beredar saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen tabungan. 3. Besar pengaruh dari variabel-variabel independen makro ekonomi terhadap variabel dependen tabungan dalam jangka pendek adalah sebesar 53,0651%, dan untuk jangka panjang sebesar 42,4962% dan sisanya menggambarkan pengaruh dari variabel di luar model. B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis pengaruh variabel Pendapatan perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang 149 Beredar dan Inflasi terhadap variabel Jumlah Tabungan di Indonesia pada tahun 1980 sampai tahun 2010. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bedasarkan hasil uji regresi Error correction model (ECM) untuk jangka pendek variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen tabungan, oleh karena itu pemerintah dalam melakukan usaha menjaga nilai tabungan. 2. Bedasarkan hasil uji regresi Error correction model (ECM) untuk jangka pendek variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen tabungan, oleh karena itu pemerintah dalam melakukan usaha menjaga nilai tabungan. 3. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam peningkatan pendapatan perkapita, diharapkan pemerintah dapat memberikan kebijakan-kebijakan yang meringankan pelaku usaha agar kenaikan PDB lebih tinggi daripada kenaikan jumlah populasi, karena pendapatan perkapita itu timbul karena pembagian antara PDB dengan jumlah populasi. 4. Dalam suku bunga, bank sentral harus berperan sebagai stabilisator naiknya suku bunga, karena jika suku bunga yang terlalu tinggi menaikan tabungan namun akan berdampak negatif terhadap penyaluran kredit. karena beban bunga yang dibebankan lebih besar dari bunga dalam menabung. 150 5. Inflasi dan jumlah uang beredar tidak dapat dipisahkan, maka pemerintah dan BI harus menjaga agar inflasi stabil sehingga berdampak pada sedikitnya uang beredar di masyarakat yang mengakibatkan kenaikkan pada tabungan. 6. Dalam penelitian seperti ini yang mungkin untuk dilakukan selanjutnya yaitu menambah variabel ekonomi lainnya dengan menggunkan beberapa metode yang berbeda atau dengan metode yang sama dan variabel penelitian yang sama namun pada periode yang berbeda seperti pada periode tahun 1980 kebawah, saat negara Indonesia pernah mengalami krisis di tahun 1960an. 151 DAFTAR PUSTAKA Afif, Faisal. “Strategi dan Operasional Bank”, PT Eresco, Bnadung, 1996. Ardiansyah, Riki. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum Di Kota Binjai”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2009. Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet. Jakarta. 2006. Aryaningsih, Ni Nyoman. ”Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu Kediri”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 2008. Arthesa, Ade, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, PT. INDEKS, Jakarta, 2006. Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”, Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Jakarta. Basalim, Umar. “Perekonomian Indonesia Krisis Dan Strategi Alternatif”, Pustaka Cidesindo, Jakarta, 2000. Brigham, Eugene F. dan Joel, F. Houston. “Fundamental of Financial Management”, Harcourt Brace, Florida, 2006. Boediono. “Ekonomi International seri synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta, 2004. Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Salemba, Jakarta, 2006. 152 Case, Karl E. dan Fair, Ray C. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro”. Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2004. Colander, David C. “Macroeconomics”, McGraw-Hill Irwin, New york, 1998. ,“Macroeconomics”, McGraw-Hill Irwin, New york, 2006. Darmawan, Indra. “Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah Di Indonesia”, artikel diakses tanggal 22 juni 2010, http://indradarmawanusd.wordpress. com Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003. Duilio, Eugene A. “Uang dan Bank”, Erlangga, Jakarta, 1993. Fabozzi, Frank J. “Pasar dan Lembaga Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 1999. Frank, Robert H. dan Ben S. Bernanke. “principles of macro economics”, McGraw-Hill Irwin, New york, 2004. Gotthelf, Philip. “Currency Trading”, Wiley & Sons, Inc., New Jersey, 2003. Gujarati. “ The Model And Basic Econometrics”, International Edision, McGrawHill, Singapore, 2003. Hallaq, said. “Determinants of Private Savings: The Case of Jourdan (19762000)”, Jurnal King Suad University, Volume 15, Riyadh, 2003. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007. Hubbard, R. Glenn “Money, the Financial System, and the Economy’, Pearson Addison-Wesley, Boston, 2005. 153 Husni, Azhary. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode: Januari 2006Desember 2007”, Dikta Ekonomi, Vol. 6 No. 1, April 2009. Idroes, Ferry N. “Manajemen Resiko Perbankan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Ismail. “Manajemen Perbankan”, Kencana, Jakarta, 2010. Isnowati, Sri. “Faktor-Faktor Penentu Tabungan Di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 12 No. 1, Maret 2005. Iqlima, Nresna. “Analisis Pengaruh Inflasi, DPK Dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi Kasus Pada Bank Persero)” Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan Di Indonesia”, Gramedia, Jakarta, 2005. Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Rajawali Pers, Jakarta, 2010. . “Pemasaran Bank”, Kencana, Jakarta, 2005. . “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, edisi revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kendall, Patrick. “Interest Rates, Savings and Growth In Guyana”, Economics and Programming Department, Agustus 2000. Khalwaty, T. “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001. 154 Komaludin, Ade. “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Tabungan Di Indonesia Periode Tahun 1985-2007”, Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi, 2008. Kunarjo. “Glosarium Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan”, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2003. Lipsey, Richard. “Pengantar Makroekonomi”, Edisi 8th, Erlangga, Jakarta, 1993. Listyoadi, Sekti Wibowo. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Perbankan Di Indonesia (Pendekatan Error correction model)”, Tesis S2, Universitas Diponogoro, Semarang, 2005. Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, edisi 3th, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Manurunng, Mandala. “ Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.” FEUI. Jakarta. 2004 Marieskha, Poppy. “Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera Utara”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2009. McConell, Campbell R. and Brue, Stanley L. “Macroeconomics Principles, Problems, and Policies”, McGraw-Hill, New york, 1996. Mishkin, Frederic. C. 2008. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan” : Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat. Modigliani, Franco. “Fundations of Financial Markets and Institutions”, Prentice Hall Inc, Second Edition, 2000. 155 Nachrowi D. Nachrowi dan Usman, Hardius. “Pendekatan Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Nopirin. “Ekonomi Moneter”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1989. . “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta,1994. Nwachukwu, Tochukwu. E. dan Festus. O. Egwaikhide, “An Error-Correction Model of the Determinants of Private Saving in Nigeria”, African Economic Society (AES) Conference, Cape Town, South Africa, July 2007. Paiva, Claudio dan Sarwat Jahan, “An Empirical Study of Private Saving in Brazil”, Brazilian Journal of Political Economy, vol. 23, no.1, JanuaryMarch/2003. Pandin, Prianto. “Lembaga Keuangan”, Rineka Cipta, jakarta, 2005. Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implimintasinya Di Indonesia”, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Putong, Iskandar. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000. , “Memahami Ekonomi Internasional: Memahami Dinamika Pasar Global”, PPM, Jakarta, 2001. Reny, Maharani. “Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII”, LIPI Tesis S2, Universitas Indonesia, 2004. Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Makro” edisi 2, FEUI, Jakarta, 2004. 156 Rejeningsih, Try Wahyu dan Banatul Hayati, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang”, Dinamika Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Juli 2004. Rihlah. “Analisis Pengaruh Pertimbuhan Earnings Assets dan Pertumbuhan dana Pihak Ketiga terhadap Kinerja operasional (Rasio BOPO) pada Bank Umum Swasrta Nasional Devisa” Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. Riyadi, Slamet. “Banking Assets and Liability Management”, Fakultas Ekonomi UI, Jakarta, 2006. Riza, muhammad. “Penentuan Nilai Tukar Rupiah Dengan Menerapkan Konsep Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010. Robert, H. Frank and Bernanke, Ben S. “Principles of Macro Economics”, The McGraw-Hill Companies, NY, 2004. Rodoni, Ahmad dan Indoyama N. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007. . “Modul Istitusi Depositori dan Pasar Modal”, FEB UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Samuelson, Paul dan Nordhaus, William D. “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2001. . “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004. 157 Santoso, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani, “Statistik Deskriptif Dalam Bidang Ekonomi dan Niaga” Erlangga, Jakarta, 2007. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, FEUI, Jakarta. 2005. Shiimi, Ipumbu W. and Kadhikwa, Gerson. “Savings and Investment in Namibia”, Bon O Ccasional paper, Nomor 2, April 1999. Silvanita, Ktut. “Bank dan lembaga keuangan lain”, Erlangga, Jakarta, 2009. Simorangkir, O. P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004. . “Pengantar lembaga Keuangan Bank dan Non Bank”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004. Sinungan, Muchdarsyah. “Manajemen Dana Bank”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 1993. . “Uang dan Bank”, Bina Aksara, Jakarta, 1987. Stephen, L, Slavin. “Macro Economics” Edition 5th, Mcgraw Hill Inc., New York, 1999. Stockon, Jhon R. “Business And Economic Statistic”, South-Western Publishing Company, Ohio, 1966. Solimano, Andres dan Gutierrez, Mario. “Savings, Invesment and Growth In The Global Age: Analytical and Policy Issues”, Macroeconomia del desarrollo, Nacional Unidas, Chile, Agustus 2006. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004. 158 . “makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga Keynesian Baru”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000. Susilo, Sri. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Syafri. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum”, Kajian, Vol. 14 No. 1, Maret 2009. Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005. Taswan. “Manajemen Perbankan”, Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, Yogyakarta, 2010. Thomas, Suyatno. “Kelembagaan Perbankan”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. Triandaru, Sigit dan Santoso, Totok Budi. “Bank dan Lembaga Keuangan lain”. Salemba Empat, Jakarta, 2006. Triyono. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika”, Vol. 9 No. 2, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2008. Touny, Mahmoud A. “Determinants of Domestic Saving Performance in Egypt: An Empirical Study”, Journal of Commercial Studies and Researches, Faculty of Commerce, Benha University, Nomor 1, 2008. Wibisono, Sunlip. “Pengaruh Tingkat Bunga dan PDRB Terhadap Tabungan Pada Bank Umum Di KBI Jember Tahun (1994) I- (2003) IV”, Manajemen, Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 2, Agustus 2006. Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi” Edisi kedua, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 2007. 159 . “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi” Edisi Ketiga, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2009. Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta, 2007. Wijaya, Faried. “Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank”, BPFE, Yogyakarta, 2001. www.wikipedia.com Zakaria, Junaiddin. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Gaung Persada Pers, Jakarta, 2009. 160 LAMPIRAN 1 1. Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level a. Uji Stasioneritas Data Tabungan Null Hypothesis: SAV has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -2.572650 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.1096 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita Null Hypothesis: GDPK has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* 0.231577 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.9698 t-Statistic Prob.* -3.778119 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0077 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga Null Hypothesis: R has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 161 d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2) Null Hypothesis: M2 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* 10.81216 -3.670170 -2.963972 -2.621007 1.0000 t-Statistic Prob.* -4.881146 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0005 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. e. Uji Stasioneritas Data Inflasi Null Hypothesis: I has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 2. Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama a. Uji Stasioneritas Data Tabungan Null Hypothesis: D(SAV) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -6.018619 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 162 b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita Null Hypothesis: D(GDPK) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -4.024637 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0045 t-Statistic Prob.* -5.168862 -3.711457 -2.981038 -2.629906 0.0003 t-Statistic Prob.* 0.637547 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.9883 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga Null Hypothesis: D(R) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2) Null Hypothesis: D(M2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 163 e. Uji Stasioneritas Data Inflasi Null Hypothesis: D(I) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -5.970722 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0000 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 3. Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua a. Uji Stasioneritas Data Tabungan Null Hypothesis: D(SAV,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -3.015931 -3.769597 -3.004861 -2.642242 0.0489 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita Null Hypothesis: D(GDPK,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -4.098572 -3.769597 -3.004861 -2.642242 0.0048 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 164 c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga Null Hypothesis: D(R,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -5.289099 -3.752946 -2.998064 -2.638752 0.0003 t-Statistic Prob.* -8.089886 -3.689194 -2.971853 -2.625121 0.0000 t-Statistic Prob.* -5.783859 -3.711457 -2.981038 -2.629906 0.0001 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2) Null Hypothesis: D(M2,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. e. Uji Stasioneritas Data Inflasi Null Hypothesis: D(I,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. 165 LAMPIRAN 2 Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -3.724681 -3.670170 -2.963972 -2.621007 0.0088 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(RESID01) Method: Least Squares Date: 06/28/11 Time: 14:04 Sample (adjusted): 1981 2010 Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. RESID01(-1) C -0.643637 0.001408 0.172803 0.007531 -3.724681 0.186931 0.0009 0.8531 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.331315 0.307434 0.041244 0.047630 54.11406 13.87325 0.000875 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.000969 0.049560 -3.474271 -3.380858 -3.444387 2.233140 166 LAMPIRAN 3 Hasil Analisis Model ECM jangka panjang Dependent Variable: D(SAV) Method: Least Squares Date: 06/28/11 Time: 21:51 Sample (adjusted): 1981 2010 Included observations: 30 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C D(GDPK) D(R) D(M2) D(I) RESID01 0.004842 -1.02E-08 -0.004437 5.30E-08 -0.001379 0.613941 0.010714 3.29E-09 0.002106 8.65E-08 0.000582 0.177889 0.451913 -3.118009 -2.106446 0.613468 -2.368403 3.451255 0.6554 0.0047 0.0458 0.5453 0.0263 0.0021 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.530651 0.432870 0.042402 0.043151 55.59566 5.426933 0.001770 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.007523 0.056305 -3.306378 -3.026138 -3.216727 2.222485 Hasil Analisis Model ECM jangka panjang Dependent Variable: SAV Method: Least Squares Date: 06/28/11 Time: 21:53 Sample: 1980 2010 Included observations: 31 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GDPK R M2 I C -7.59E-09 -0.000868 1.15E-07 -0.000464 0.076887 3.96E-09 0.003069 3.91E-08 0.000761 0.050190 -1.917487 -0.283002 2.932098 -0.610133 1.531933 0.0662 0.7794 0.0069 0.5471 0.1376 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.424962 0.336494 0.047781 0.059358 53.01430 4.803597 0.004905 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.083771 0.058658 -3.097697 -2.866408 -3.022302 1.228981 167