analisis pengaruh pendapatan perkapita, tingkat

advertisement
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA,
TINGKAT SUKU BUNGA, JUMLAH UANG BEREDAR (M2)
DAN INFLASI TERHADAP JUMLAH TABUNGAN DI
INDONESIA
DisusunOleh:
MUHAMMAD SOFYAN
106081002461
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011
1
2
3
4
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Sofyan
Tempat/Tanggal lahir
: Tanjung Tiram, 22 Juni 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: PERUMKAR DKI Blok S1 No. 8 R.T./R.W.
017/002 Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta
Timur, 13450.
Agama
: Islam
Warga negara
: Indonesia
No. Telp
: 081281144847
Alamat E-mail
: [email protected]
Pendidikan :
1. SD 010162 Batubara-Sumatera Utara
Tahun 2000
2. MTs. Darul Arafah-Deli Serdang
Tahun 2003
3. MAN 9 Jakarta
Tahun 2006
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Manajemen FEB
Tahun 2011
6
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the influence of per capita
income, Interest Rates, Money Supply and Inflation to Total Savings in Indonesia.
This study uses a method Error Correction Model (ECM). The results of this study
indicate that the variable income per capita, Interest Rate and Inflation
significant effect on the amount of savings in Indonesia in the short term. While in
the long run only the variables that affect the Money Supply to Total Savings in
Indonesia
Keywords: Savings, per capita income, Interest Rates, Money Supply, Inflation
and Error Correction Model (ECM)
7
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh Pendapatan
Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi terhadap
Jumlah Tabungan Di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Error
Correction Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga dan Inflasi berpengaruh signifikan
terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia pada jangka pendek. Sedangkan pada
jangka panjang hanya variabel Jumlah Uang Beredar yang berpengaruh terhadap
Jumlah Tabungan Di Indonesia.
Kata Kunci: Tabungan, Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah
Uang Beredar, Inflasi dan Error Correction Model (ECM)
8
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat,
karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku
Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi Terhadap Jumlah Tabungan Di
Indonesia”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan
kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang
penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis
juga
menyadari
bahwa
sejak
awal
penyusunan
hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua Orang Tuaku yang tercinta yang selalu menguatkan diriku dengan do’a
dan memberi banyak bantuan baik moril maupun materil hingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran serta ketulusannya
untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
9
4. Bapak Herni Ali HT, SE,. MM, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
berkenaan meluangkan waktu, tenaga, pikiran, kesabaran serta ketulusannya
untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu-ilmu manajemen
kepada peneliti dan para staf-staf di fakultas ekonomi yang telah
mempermudah dalam segala urusan kemahasiswaan.
6. Segenap keluarga besar ku yang memberikan motivasi tiada henti-hentinya
dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman Manajemen FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan
2006 yang selalu ada dalam suka maupun duka serta memberikan motivasi
selama masa perkuliahan.
8. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca yang tertarik
dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap serta bagi penulis
sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 27 Juli 2011
Muhammad Sofyan
10
DAFTAR GAMBAR
Keterangan
Nomor
2.1
Kerangka Berfikir
Halaman
91
11
DAFTAR GRAFIK
Keterangan
Nomor
Halaman
4.1
Tingkat Tabungan
109
4.2
Pendapatan Perkapita
111
4.3
Tingkat Suku Bunga
113
4.4
Jumlah Uang Beredar
115
4.5
Inflasi
117
12
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
1.1
Pekembangan Jumlah Tabungan
8
4.1
Tingkat Tabungan
108
4.2
Pendapatan Perkapita
110
4.3
Tingkat Suku Bunga
112
4.4
Jumlah Uang Beredar
114
4.5
Inflasi
116
4.6
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level
118
4.7
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama
119
4.8
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua
120
4.9
Uji Kointegrasi
121
4.10
Hasil Analisis Model ECM (Jangka Pendek pada
122
Tabungan)
4.11
Hasil Analisis Model ECM (Jangka Panjang pada
124
Tabungan)
13
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembagan Keuangan ................................................................... 13
B. Perbankan ..................................................................................... 19
C. Tabungan ...................................................................................... 45
D. Pendapatan Perkapita ................................................................. 52
E. Suku Bunga ................................................................................... 55
F. Uang Beredar................................................................................ 62
G. Inflasi ............................................................................................. 64
H. Penelitian Terdahulu ................................................................... 78
I. Kerangka Berfikir ........................................................................ 88
J. Hipotesis ....................................................................................... 92
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 94
B. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 94
14
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 96
D. Metode Analisis ............................................................................ 97
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 102
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.............................. 105
B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................. 107
1. Analisis Deskriptif ................................................................. 107
2. Hasil Uji Akar-Akar Unit ..................................................... 117
3. Hasil Uji Kointegrasi ............................................................ 120
4. Hasil Pengujian ECM dan Interpretasi ............................... 121
5. Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 125
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 133
B. Implikasi ....................................................................................... 133
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 136
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 145
15
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama mahasiswa
: Muhammad Sofyan
NIM
: 106081002461
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan
harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian surat ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 27 Juli 2011
(Muhammad Sofyan)
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh
masyarakat dan negara kita adalah mencapai keadilan dan kemakmuran
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mencapai
tujuan
ini
masyarakat
dan
pemerintah
membuat
perencanaan
dan
melaksanakannya melalui pembangunan yang berkesinambungan, sehingga
kemakmuran masyarakat lambat laun makin meningkat meskipun tingkat
keadilannya belum terpenuhi (Ade Komaludin, Apip Supriadi dan Dede,
2008: 2).
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945, kesinambungan
dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan
kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan
tersebut,
maka
memperhatikan
pelaksanaan
keserasian,
pembangunan
keselarasan,
ekonomi
keseimbangan
harus
lebih
unsur-unsur
pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilisasi nasional
(Poppy Marieska, 2009: 4).
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
total
dan
pendapatan
perkapita
dengan
memperhitungkan
adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam
17
struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi; pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indikator yang sering digunakan suatu negara dalam menilai keberhasilan
pembangunan
ekonominya.
Pembangunan
ekonomi
dengan
tujuan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk,
menjadi tolok ukur kemapanan suatu negara. Mempercepat pertumbuhan
ekonomi bagi negara-negara sedang berkembang merupakan upaya untuk
lebih mengejar ketertinggalan dengan negara lain serta dapat lebih
mensejajarkan diri dengan negara-negara yang lebih maju. Namun, sebagian
besar negara-negara sedang berkembang mengalami hambatan terutama
dalam hal dana untuk membiayai berbagai kegiatan pembangunan (Danu
Winoto, 2009: 6).
Salah satu masalah tipikal yang dihadapi negara sedang berkembang
adalah kurangnya modal untuk investasi. Sumber pembiayaan pembangunan
dapat berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Salah satu alternatif
penggalian dana adalah sumber penerimaan domestik bagi pembiayaan
pembangunan. Sumber pembiayaan dalam negeri dapat bersumber dari
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, penerimaan pajak dan investasi
swasta. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan
pembangunan sangat diperlukan (Indra Darmawan, 2007: 2).
18
Rimsky K. Judisseno (2005: 25) menjelaskan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengelolaan sumbersumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian
harus dapat bekerja sama dan bahu-membahu mengelola serta menggerakkan
semua potensi ekonomi agar berhasil secara optimal. Lembaga keuangan
memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan dan pertumbuhan
kondisi ekonomi suatu negara.
Lembaga
keuangan
yang
terlibat
dalam
suatu
pembiayaan
pembangunan ekonomi dibagi dua yaitu Lembaga Keuangan Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank. Bank dibedakan menjadi dua jenis yaitu
bank umum dan bank perkreditan rakyat. Perbankan juga memiliki peranan
yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan
pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi,
penyelenggaraan transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan
moneter (Rihlah, 2010: 8).
Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan
dan menyeimbangkan masing-masing unsur dari Trilogi Pembangunan adalah
perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi
utama bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan
demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam
rangka
meningkatkan
pemerataan
pembangunan
dan
hasil-hasilnya,
19
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup
rakyat banyak. (Kasmir, 2010: 260)
Di negara-negara seperti Indonesia, peranan bank cenderung lebih
penting dalam pembangunan karena bukan hanya sebagai pembiayaan untuk
kredit investasi kecil, menengah, dan besar. Tetapi juga mampu
mempengaruhi siklus usaha dalam perekonomian secara keseluruhan
(Alamsyah dalam Azhary Husni, 2009: 13).
Dalam kebijakan moneter bank memiliki posisi yang sangat penting
mengingat
perbankan
dalam
perekonomian
Indonesia
mendominasi
keseluruhan sektor keuangan baik dilihat dari segi kepemilikan aset,
pengumpulan dana maupun penyaluran dana tersebut di dalam perekonomian
(Aulia Pohan, 2008: 85).
Seperti negara-negara berkembang lainnya, sektor perbankan masih
mempunyai orientasi utama pada pembiayaan kegiatan perdagangan dan jasa,
terutama melayani daerah perkotaan dan memberikan kredit yang umumnya
bersifat jangka pendek. Peranan system financial yang didominasi oleh
perbankan terlihat dari dana yang dihimpun dan digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan. Khususnya di sektor swasta sebagian besar masih
berasal dari sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan sektor yang
sangat penting peranannya di dalam pembangunan nasional baik sebagai
perantara sektor yang defisit dengan sektor yang surplus maupun sebagai
agen pembangunan (Poppy Marieskha, 2009: 2).
20
Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan
ekonomi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian
suatu negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula
dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu
negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara
tersebut.
Artinya
keberadaan
dunia
perbankan
semakin
dibutuhkan
pemerintah dan masyarakatnya. Dalam dunia modern sekarang ini peranan
perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar.
Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan
selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan dimasa yang
akan datang kita tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan. Jika hendak
menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik
sosial maupun perusahaan (Kasmir, 2010: 1).
Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa
bank merupakan “nyawa” untuk menggerakkan roda perekonomian suatu
negara. Anggapan ini tentunya tidak salah, karena fungsi bank sebagai
lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal penciptaan uang,
mengedarkan uang, menyediakan uang untuk menunjang kegiatan usaha,
tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi dan jasa keuangan
lainnya (Kasmir, 2010: 2).
Masalah pokok yang sering dihadapi oleh bank atau yang bergerak
dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan akan dana
(modal) untuk membiayai usahanya. Kebutuhan akan dana ini diperlukan
21
baik untuk modal investasi maupun modal kerja. Dalam hal ini, bank sebagai
lembaga keuangan mempunyai kegiatan utama yaitu membiayai permodalan
suatu bidang usaha disamping usaha lain seperti menampung uang yang
sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya. Jadi fungsi utama bank
merupakan perantara antara masyarakat yang membutuhkan dana dengan
masyarakat yang kelebihan dana. Oleh karena fungsi bank sebagai perantara
antara masyarakat kelebihan dana dengan masyarakat kekurangan dana, maka
usaha pokok yang dilaksanakan bank adalah kegiatan-kegiatan pada sektor
perkreditan atau penyaluran dana (Lisya Widyastuti dalam Nresna, 2010: 5).
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan,
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank di Indonesia menggunakan
dual system banking, yakni sistem konvensional dan sistem syariah (Azhary
Husni, 2009: 1).
Dalam kegiatannya terdapat tiga pemain dalam dunia perbankan yaitu
Bank, Deposan, dan Peminjam. Deposan menyimpan uangnya di bank
dengan harapan memperoleh return berupa bunga atas uang yang
dipinjamkannya kepada bank. Selanjutnya bank akan menawarkan uang
tersebut kepada peminjam dalam bentuk kredit, dalam rangka memperoleh
pendapatannya bank juga mengenakan bunga kepada peminjam. Tingkat suku
bunga yang ditetapkan bank kepada peminjam akan lebih tinggi dari pada
22
tingkat suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan. Suku bunga yang
dikenakan bank atas uang yang ditawarkan disebut suku bunga kredit.
Sedangkan suku bunga yang ditetapkan bank kepada deposan disebut suku
bunga deposito (Nresna, 2010: 1).
Telah disebutkan bahwa salah satu fungsi bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana
terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Sumber dana tersebut bisa
mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh
bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam
bentuk giro, deposito, dan tabungan. Untuk menarik dana masyarakat ini,
Bank-bank sekarang memasang strategi dengan maksud meningkatkan minat
masyarakat untuk menabung antara lain berupa pemberian cendera mata,
hadiah, pelayanan dan balas jasa lainnya (Riki Ardiansyah, 2009: 1).
Penghimpunan dana pihak ketiga berupa tabungan dalam jumlah besar
merupakan hal yang amat berarti bagi bank, mengingat relatif lebih murahnya
biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank dibandingkan dengan biaya bunga
deposito. Pasalnya, semakin besar porsi dana murah semakin rendah pula
biaya bunga yang harus dikeluarkan bank dan pada akhirnya akan berujung
pada
makin
tingginya
keuntungan
bank.
Oleh
karena
itu,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan perolehan tabungan bank makin kreatif
dalam menciptakan produk dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan
nasabah tabungannya. Beragam produk tabungan diluncurkan antara lain
23
tabungan berhadiah, tabungan bisnis atau tabungan pendidikan (Dinie
Suryani, 2009: 23).
Perkembangan jumlah tabungan dari tahun 1980 sampai tahun 2010
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kecuali pada tahun 2005 jumlah
tabungan turun dengan nilai sebesar Rp. 284.485 miliar dibandingkan pada
tahun sebelumnya yaitu tahun 2004 dengan nilai tabungan sebesar Rp
298.898 miliar. Namun, kembali naik pada tahun 2006 dengan nilai tabungan
sebesar Rp 336.135 miliar. Untuk lebih jelas dalam melihat perkembangan
jumlah tabungan dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1
Tabel Perkembangan Jumlah Tabungan
Tahun
Tabungan (miliar Rp)
Tahun
Tabungan (miliar Rp)
1980
313,7
1996
61566
1981
419,5
1997
67990
1982
489
1998
69308
1983
583,9
1999
122981
1984
753,7
2000
154328
1985
1020,3
2001
172611
1986
1386,8
2002
193468
1987
1627,4
2003
244962
1988
2173,7
2004
298898
1989
3684,7
2005
284485
1990
9661
2006
336135
1991
15553
2007
443272
1992
25469
2008
503082
1993
35608
2009
603320
1994
40319
2010
713730
1995
47224
(sumber: Bank Indonesia)
Perkembangan tabungan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Keynes yang menyatakan
24
bahwa fungsi konsumsi didasari oleh perilaku yaitu apabila terjadi
peningkatan pada pendapatan, peningkatan tersebut tidak digunakan
seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi tetapi dari sisa pendapatan tersebut
juga digunakan untuk menabung. Orang-orang dengan pendapatan tinggi
cenderung untuk menabung dengan proporsi yang lebih besar dari
pendapatannya dibandingkan dengan orang-orang yang berpendapatan
rendah. Lebih dari itu orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung
mempunyai tabungan yang negatif karena pendapatannya tidak mencukupi
kebutuhan konsumsi minimum (Riki Ardiansyah, 2009: 4).
Tingkat inflasi juga ikut memiliki peran terhadap jumlah dana yang
disimpan masyarakat di bank. Di negara sedang berkembang seperti
Indonesia, inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan
melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan
menurunkan tingkat tabungan. Inflasi akan mendorong orang untuk
mengganti aset nominal menjadi aset riil (Indra Darmawan, 2007: 4).
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus. Secara umum tingkat inflasi yang
tinggi akan berdampak tidak baik bagi kegiatan perekonomian dalam jangka
panjang (Dahlan Siamat, 2005:75). Sedangkan Sadono Sukirno (2004; 85)
berpendapat bahwa, inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku
dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan
tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun
tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
25
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus dana yang masuk
adalah tigkat suku bunga. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana
serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut. Teori
NeoKlasik menyebutkan bahwa tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan
menentukan tinggi rendahnya tingkat tabungan. Tabungan yang besar penting
bagi pembentukan modal dan tabungan bergantung pada besarnya
pendapatan, dalam arti makin besar pendapatan makin besar pula tabungan.
Kemampuan untuk menabung dalam hal ini dipengaruhi oleh tingkat suku
bunga tabungan, dalam arti makin tinggi tingkat suku bunga tabungan maka
makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung (Sunlip Wibisono,
2004: 316).
Seluruh kegiatan ekonomi dan keuangan kita lakukan dengan uang.
Fungsi uang yang tidak lagi digunakan sebagai alat pembayaran, tetapi juga
sebagai media penyimpanan kekayaan dan bahkan untuk berspekulasi bagi
sebagian masyarakat (Perry Warjiyo, 2003: 43).
Dengan berbagai dasar dan latar belakang di atas, serta mengingat
betapa pentingnya fungsi bank saat ini sebagai agen untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian melalui skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan
26
Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi
Terhadap Jumlah Tabungan Di Indonesia”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana dikemukakan dalam latar
belakang penelitian diatas, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah
uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam
jangka pendek?
2. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah
uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia dalam
jangka panjang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga,
jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia
dalam jangka pendek?
2. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga,
jumlah uang beredar dan inflasi dalam menentukan tabungan di Indonesia
dalam jangka panjang?
27
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda,
yakni manfaat akademis maupun praktis.
1. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat
untuk:
a) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
b) Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan
pemikiran dan bahan kajian penelitian.
2. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat:
a) Bagi
manajemen
perusahaan
perbankan
itu
sendiri,
sehingga
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat
bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi.
b) Bagi pemerintah dan Bank Indonesia tentu saja sangat berpengaruh
dalam membuat kebijakan-kebijakan yang ingin mereka buat dalam hal
perbankan.
c) Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat
yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya dalam dunia
perbankan.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembaga Keuangan
1.
Pengertian Lembaga Keuangan
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 109) lembaga
keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan
menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan. Porsi terbesar
asetnya merupakan finansial. Fungsi utama lembaga keuangan adalah sebagai
perantara pihak-pihak yang membutuhkan uang-modal (pemakai dana)
dengan pihak-pihak yang memilikinya (pemilik dana). Jika uang dapat
dianalogikan sebagai darah yang dibutuhkan untuk kehidupan ekonomi, maka
lembaga keuangan adalah jantungnya. Sebab melalui lembaga keuanganlah
uang yang ada dalam perekonomian dihimpun dan dialirkan ke sektor-sektor
kegiatan yang membutuhkan. Tanpa adanya lembaga keuangan, tidak
mungkin mengharapkan alokasi sumber daya keuangan yang efisien karena
pasar uang-modal tidak dapat bekerja efisien. Dari penjelasan di atas,
lembaga keuangan
mempunyai
fungsi
dan
peranan
penting untuk
meningkatkan efisien pasar uang-modal. Lewat upaya lembaga-lembaga
keuangan, kekuatan penawaran dan permintaan uang dipertemukan.
Umar Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa lembaga keuangan
memaikan peranan yang amat penting dalam proses transfer dana yang
diperlukan oleh unit-unit produksi dalam sektor ekonomi. Dalam memainkan
29
peranan sebagai perantara, lembaga-lembaga keuangan menerbitkan berbagai
ragam instrumen finansial untuk dijual kepada mereka yang mempunyai dana
surplus dan membeli aneka ragam instrumen finansial dari para investor
berdasarkan pertimbangan portofolio.
Muchdarsyah Sinungan (1987: 111) lembaga keuangan terbagi atas dua
yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank, pada
dasarnya lembaga keuangan adalah sebagai perantara dari pihak yang
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana sehingga peranan dari
lembaga keuangan sebenarnya adalah sebagai perantara keuangan masyarakat
(financial intermediary).
Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank,
mempunyai peran yang penting bagi akivitas perekonomian. Peran strategis
bank dan lembaga keuangan bukan bank tersebut sebagai wahana yang
mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan
efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Bank dan lembaga keuangan
bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan sebagai prasarana
pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian
(Susilo, 2000: 7).
Dahlan Siamat (2005: 5) lembaga keuangan adalah badan usaha yang
kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan (claims)
dibandingkan aset non finansial atau aset riil. Sedangkan Kasmir (2005: 9)
menyatakan bahwa lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya apakah hanya
30
menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya
menghimpun dan menyalurkan dana.
Ahmad Rodoni (2007: 1) Lembaga keuangan (financial institution)
merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama
dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial
asset atau asset riil. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 14/1967 yang
kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 7/1992 tentang perbankan di
Indonesia bahwa lembaga keuangan merupakan badan atau lembaga yang
kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat.
Dalam keputusan SK Menkeu RI No. 792 Tahun 1990 dinyatakan
bahwa lembaga keuangan adalah semua badan usaha yang kegiatannya di
bidang keuangan melakukan penghimpunan dana, penyaluran dana kepada
masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan (Ade Arthesa,
2006: 7).
David C. Colander. (2006: 299) a financial institusion ia a business
whose primary activity is buying, selling or holding financial assets. For
example, some financial institusions (depository institusions and investment
intermediaries) sell promises to pay in the future. These promises can be their
own promises or someone else’e promises. When you open a savings account
at a bank, the bank is selling you its own promise that you can withdraw your
money, plus interest, at some unspecified time in the future.
31
Menurutnya lembaga keuangan adalah bisnis yang kegiatan utamanya
adalah membeli, menjual atau memiliki aset keuangan. Sebagai contoh,
beberapa lembaga-lembaga keuangan (lembaga penyimpanan dan perantara
investasi) jual janji untuk membayar di masa depan. Janji-janji ini bisa janjijanji mereka sendiri atau janji orang lain. Bila Anda membuka rekening
tabungan di bank, bank menjual janji anda sendiri bahwa anda dapat menarik
uang anda, ditambah bunga, pada beberapa waktu tidak tertentu di masa
depan.
Dari pengertian di atas, maka yang bisa dikatakan sebagai lembaga
keuangan adalah suatu badan usaha atau institusi yang memiliki kekayaan
utama dalam bentuk asset-asset baik financial maupun non-fiancial yang
aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat terutama dalam membiayai investasi pembangunan.
Ahmad Rodoni (2007: 1) lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a.
Lembaga Keuangan Depositori
Lembaga keuangan depositori (bank) mendapatkan dana yang bersumber
langsung dari masyarakat (unit surplus) dalam bentuk simpanan yaitu
tabungan, giro, deposito berjangka dan sertifikat deposito. Unit surplus dapat
berupa perusahaan, pemerintah, rumah tangga dan orang asing yang memiliki
kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga
keuangan depositori (bank) merupakan komponen penting dari penawaran
uang (money supply). Yang termasuk depositori antara lain: Commercial
32
Bank, Saving and Loan Associations (S&Ls), Mutual Saving Banks dan
Credit Unions.
b.
Lembaga Keuangan Non-Depositori
Lembaga keuangan non-depositori (bukan bank) ini dikelompokkan
menjadi tiga bagian. Pertama, bersifat kontraktual (contractual institutions)
yaitu menarik dana dari masyarakat dengan menawarkan dana untuk
memproteksi penabung terhadap risiko ketidakpastian, misalnya perusahaan
asuransi dan dana pensiun. Kedua, lembaga keuangan investasi (investment
institutions) yaitu lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi
di pasar uang dan pasar modal, misalnya perusahaan efek dan reksadana. Dan
yang ketiga adalah tidak termasuk dalam kelompok kontraktual dan investasi
yaitu perusahaan modal ventura (venture capital) dan perusahaan pembiayaan
(finance company) yang menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha
(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer
company) dan kartu kredit (credit card).
Dahlan Siamat (2005: 5) lembaga keuangan (atau sering juga disebut
lembaga
intermediasi)
dapat
dikelompokkan
dalam
berbagai
cara.
Pengelompokkan yang paling umum dan mudah dimengerti adalah
mengelompokkan
lembaga
keuangan
berdasarkan
kemampuannya
menghimpun dana dari masyarakat secara langsung. Atas dasar tersebut
lembaga keuangan dapat dibedakan menjadi lembaga keuangan depositori
dan lembaga keuangan non depositori.
33
1.
Lembaga keuangan depositori merupakan lembaga keuangan ini
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk
simpanan misalnya giro, tabungan atau deposito berjangka yang diterima
dari penabung atau unit surplus. Unit surplus dapat berupa perusahaan,
pemerintah dan rumah tangga yang memiliki kelebihan pendapatan
setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi. Lembaga keuangan yang
menawarkan jasa-jasa seperti ini adalah bank-bank.
2.
Lembaga keuangan non depositori merupakan lembaga keuangan bukan
bank, lembaga keuangan yang masuk dalam kelompok ini adalah
lembaga keuangan yang kegiatan usahanya bersifat kontraktual
(contractual institutions) yaitu menarik dana dari masyarakat dengan
menawarkan kontrak untuk memproteksi penabung terhadap risiko
ketidakpastian misalnya polis asuransi dan program pensiunan. Lembaga
keuangan dalam kelompok investasi (investment institutions) yaitu
lembaga keuangan yang kegiatannya melakukan investasi di pasar uang
dan pasar modal misalnya perusahaan efek, reksa dana. Lembaga
keuangan bukan bank lainnya yang kegiatan usahanya tidak termasuk
dalam kelompok lembaga keuangan kontraktual dan investasi yaitu
perusahaan
modal
ventura
dan
perusahaan
pembiayaan
yang
menawarkan jasa pembiayaan sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan kartu kredit.
34
Umar Basalim (2000: 18) menyatakan bahwa selain menjalankan fungsi
moneter dengan mengambil bagian dalam sistem pembayaran, lembaga
keuangan juga menjalankan fungsi-fungsi berikut:
1.
Fungsi mobilisasi: lembaga finansial mengumpulkan dana-dana kecil
yang tersebar dan menyalurkannya ke dalam investasi yang lebih besar.
2.
Fungsi likuiditas: lembaga finansial mempunyai kemampuan untuk
memelihara likuiditas alat-alat finansial dan menjamin supaya alat-alat
tersebut dapat dicairkan menjadi uang tunai. Pencairan dana dapat
dilakukan dengan segera tanpa menuggu alat-alat tersebut jatuh tempo.
3.
Fungsi penyertaan maturity: bank-bank dan lembaga keuangan bukan
bank (LKBB) mampu menyediakan dana setiap saat, tanpa terikat pada
jatuh temponya portofolio alat-alat finansial.
B. Perbankan
1.
Pengertian Bank
Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam
bentuk pinjaman serta memberikan jasa perbankan lainnya.
Kata bank dapat kita telusuri dari kata banque dalam bahasa Prancis
dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang mana dapat berarti peti/lemari
atau bangku. Konotasi kedua kata ini menjelaskan dua fungsi dasar yang
ditunjukkan oleh bank komersial. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi
35
sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti
berlian, peti uang, dan sebagainya. Pada abad ke-12 kata banco di Italia
merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money
changer). Sebab pada waktu itu para penukar uang melakukan pekerjaan di
pelabuhan-pelabuhan tempat para kelasi kapal datang dan pergi, para
pengembara, dan wiraswastawan yang turun naik kapal. Pelaku money
changer itu meletakkan uang penukaran diatas sebuah meja (banco)
dihadapan mereka. Aktivitas penukaran uang diatas banco inilah yang
menyebabkan para ahli ekonomi dalam menelusuri sejarah perbankan,
mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak dalam
bidang ini dengan nama bank. Bank disini berfungsi sebagai lembaga penukar
uang antar bangsa yang berbeda-beda dengan mata uang mereka (Enday
Triayana dalam Rihlah, 2010: 5).
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara maju.
Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank
dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam melakukan
berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang sering
dilakukan masyarakat di negara maju antara lain aktivitas penyimpanan dana,
investasi, pengiriman uang dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu
daerah ke daerah lain dengan cepat dan aman serta aktivitas keuangan
lainnya. Bank juga merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran
sangat penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara,
36
bahkan pertumbuhan bank di suatu negara dipakai sebagai ukuran
pertumbuhan perekonomian negara tersebut (Ismail, 2010: 1).
Faisal Afiff (1996: 4) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga
yang bergerak di bidang uang, yang kegiatan usahanya membeli uang dan
menjual dalam bentuk produk jasa dan pemberian pinjaman (kredit).
Junaiddin Zakaria (2009: 82) menyatakan bahwa bank adalah salah satu
lembaga keuangan yang sangat penting dalam kehidupan ekonomi
masyarakat. Bank merupakan satu-satunya lembaga keuangan yang dapat
menciptakan uang melalui bank sentral.
M. Sinungan (1993: 87) menyatakan bahwa bank adalah pelayanan
masyarakat dan wadah perantara keuangan masyarakat. Karena itu bank harus
selalu berada di tengah masyarakat agar arus uang dari masyarakat yang
kelebihan dana dapat ditampung dan disalurkan pada masyarakat yang
kekurangan.
Rimsky K. Judisseno (2005: 94) menyatakan bahwa bahwa bank adalah
suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of
development. Sebagai agent of trust adalah suatu lembaga perantara yang
dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk
masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu
lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui
fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam
proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
37
Ade Arthesa (2006: 7) menyatakan bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak
terlepas dari masalah keuangan.
Ktut Silvanita (2009: 14) menyatakan bahwa bank adalah anggota
lembaga keuangan yang paling dominan, mampu memobilisasi danamengumpulkan dan mengalokasikan dana-dalam jumlah besar dibandingkan
anggota lembaga keuangan lainnya.
Taswan (2010: 6) menyatakan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau
perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito,
tabungan dan simpanan lain dari pihak yang kelebihan dana kemudian
menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana
melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak.
Ferry N. Idroes (2008: 15) menyatakan bahwa bank merupakan satusatunya lembaga keuangan depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori,
bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk simpanan yaitu berupa giro, deposito dan tabungan. Dana yang
diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk
pemberian pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh
bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga keuangan lain. Di
samping kekhususan dalam menghimpun dana masyarakat atau dana pihak
38
ketiga tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama
dengan lembaga keuangan lain.
Iskandar Putong (2000: 160) menyatakan bahwa bank adalah suatu
perusahaan yang mengelola dana masyarakat (lembaga yang dipercaya oleh
masyarakat untuk mengamankan uangnya) dengan memberikan imbalan
berupa bagi hasil ataupun bunga untuk setiap periode yang ditentukan. Akan
tetapi, pada kenyataan di zaman modern seperti sekarang ini, bank tidak
hanya mengelola dana masyarakat, melainkan juga melakukan aktivitas
bisnis, seperti sebagai lembaga transfer dana, pembuat uang giral, jasa
penitipan barang penting/uang dan sebagainya. Menurut pengertian yang
lebih mendalam, bank adalah lembaga pengelola kepercayaan artinya bank
hanya bisa bertahan dan sukses bila bisa dipercaya oleh masyarakat.
Ahmad Rodoni (2007: 21) menyatakan bahwa bank dapat didefinisikan
sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial
intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaaan kredit pada
waktu yang ditentukan.
Sedangkan menurut Prianto Pandin (2005: 10) bank merupakan suatu
badan usaha yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Pemberian kredit dilakukan dengan modal
sendiri atau dengan dana pihak ketiga yang dimpan di bank maupun dengan
mengedarkan alat-alat pembayaran berupa uang giral.
Bank atau perbankan adalah salah satu lembaga keuangan di Indonesia.
Lembaga keuangan menurut SK Menkeu RI No. 792/1990 “Lembaga
39
keuangan adalah semua badan yang memiliki kegiatan di bidang keuangan
berupa penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama
untuk membiayai investasi perusahaan” (Ade Arthesa, 2006: 7).
Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 adalah:
a.
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak.
b.
Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
c.
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Banks are financial institusions that borrow from people (take in
deposits) and use the money they borrow to make loans to other individuals.
Banks make a profit by charging a higher interest on the money they lend out
than they pay for the money they borrow. Individuals keep their money in
banks, accepting lower interest rates, because doing so is safer and more
convenient than the alternatives David C. Colander (2006: 282).
Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan lembaga keuangan depositori yang aktivitasnya menghimpun
40
dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lain dari pihak yang
kelebihan dana kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana melalui penjualan jasa-jasa keuangan yang pada
gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.
2.
Fungsi dan tujuan bank
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa
fungsi perbankan Indonesia adalah menghimpun dana dan kemudian
menyalurkan dana tersebut ke masyarakat. Adapun tujuan bank adalah
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Zainul Arifin (2006: 2) fungsi dasar bank adalah:
a.
Menyediakan tempat untuk menitipkan uang dengan aman (safe keeping
function)
b.
Menyediakan alat pembayaran untuk membeli barang dan jasa
(transaction function).
Ahmad Rodoni (2007: 21-22) dan Dahlan Siamat (2001: 88) fungsi
bank umum adalah sebagai berikut:
a.
Menyediakan mekanisme alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b.
Mencipta uang.
c.
Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
d.
Menawarkan jasa-jasa keuangan.
41
Ade Arthesa (2006: 11-12) fungsi bank meliputi: dalam pasal 3 UU No.
10/1998 tentang perbankan menjelaskan bahwa fungsi perbankan Indonesia
adalah menghimpun dana dan kemudian menyalurkana dana itu ke
masyarakat. Fungsi tersebut dikenal sebagai intermediasi keuangan (financial
intermediasry). Maksud dari fungsi intermediasi (perantara) adalah bahwa
perbankan memberikan kemudahan untuk mengalirkan dana dari nasabah
yang memiliki kelebihan dana kepada nasabah yang memerlukan dana untuk
berbagai kepentingan. Posisi bank adalah sebagai perantara untuk menerima
dan memindahkan/menyalurkan dana antara kedua belah pihak itu tanpa
mereka saling mengenal satu sama lainnya. Fungsi perbankan lebih spesifik
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Fungsi Pembangunan (Development)
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat menunjang
pertumbuhan perekonomian negara. Jika sistem dan kelembagaan industri
perbankan baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan
Indonesia. Pemerintah dan masyarakat membutuhkan dana yang disediakan
bank sebagai perantara untuk menggerakkan sektor riil. Pembangunan negara
akan berjalan baik apabila perbankan turut telibat dalam bentuk pembiayaan
yang diperlukan. Dengan demikian, proses penyaluran pembiayaan perbankan
harus dilakukan secara aktif, berhati-hati, dan didasarkan pada pengetahuan
atau informasi yang tepat mengenai sektor industri usaha tertentu yang
produktif.
42
b.
Fungsi Pelayanan (Services)
Pelayanan ini dasarnya adalah memberikan semua kegiatan keuangan
yang dibutuhkan dan diingkan oleh nasabah, sehingga nasabah memperoleh
kemudahan dalam melakukan kegiatan transaksi.
c.
Fungsi Transmisi
Fungsi transmisi merupakan kegiatan perbankan yang berkaitan dengan
lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen
keuangan yang disebut dengan uang giral.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 9) menyatakan bahwa
secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau
sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi
sebagai agent of trust, agent of developmentand agent of services.
a.
Agent of trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang
telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank.
Pihak bank sendiri akan mampu menempatkan atau menyalurkan
dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi dengan kepercayaan
pula. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan
43
pinjamannya, debitur akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitur
akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo dan
debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta
kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.
b.
Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor riil
tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan saling
mempengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan
investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa,
mengingat
bahwa
kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi
tidak
dapat
dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasidistribusi-konsumsi
ini
tidak
lain
adalah
kegiatan
pembangunan
perekonomian suatu masyarakat.
c.
Agent of services
Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,
bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa
44
pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank dan
penyelesaian tagihan.
3.
Jenis-Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis
perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Di dalam UndangUndang Perbankan nomor 10 tahun 1998 yang menggantikan UndangUndang nomor 14 tahun 1967, terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan
yang dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan, status dan dari segi cara
menentukan harga Kasmir (2010: 34).
a.
Dilihat dari segi fungsinya
Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari: Bank umum, Bank pembangunan,
Bank tabungan, Bank pasar, Bank desa, Lumbung desa, Bank pegawai, dan
bank jenis lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud
dengan bank umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek. Bank-bank umum terdiri dari
bank-bank umum pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum
asing dan bank umum koperasi (Suyatno Thomas, 1999: 7).
Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud
dengan bank pembangunan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan/atau mengeluarkan
45
kertas berharga jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.
Bank-bank pembangunan terdiri dari atas bank pembangunan pemerintah,
bank-bank pembangunan daerah dan bank pembangunan swasta (Suyatno
Thomas, 1999: 10-11).
Berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun 1967 yang dimaksud
dengan bank tabungan ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama
memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Bank-bank tabungan
terdiri atas bank tabungan negara dan bank-bank tabungan swasta (Suyatno
Thomas, 1999:11).
Namun setelah keluar Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun
1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI nomor 10
tahun 1998, jenis perbankan menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat
(BPR). Bank pembangunan dan bank tabungan berubah fungsi menjadi bank
umum, sedangkan bank desa, bank pasar, lumbung desa dan bank pegawai
menjadi bank perkreditan rakyat (BPR).
b.
Dilihat dari segi kepemilikannya
Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham
yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dapat dilihat dari segi
kepemilikannya adalah sebagai berikut:
46
1) Bank Milik Pemerintah
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh pemerintah, yang termasuk dalam bank pemerintah adalah
bank BUMN dan bank-bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia,
yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Warga Negara
Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
3) Bank Milik Asing
Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar
Indonesia, yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta dan
membuka kantor cabang pembantu di beberapa ibukota provinsi selain
Jakarta.
4) Bank Milik Campuran
Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan
pihak swasta nasional dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas
dipegang oleh Warga Negara Indonesia. Istilah bank campuran sejak
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 sudah ditiadakan karena pada
prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki oleh pihak asing,
sehingga penggunaan istilah bank campuran sudah tidak relevan lagi.
Penghapusan istilah tersebut sekaligus menghilangkan perlakuaan
diskriminatif yang dilakukan otoritas moneter antara pihak bank nasional
dan bank campuran selama ini.
47
c.
Dilihat dari segi statusnya
Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan
kedudukan atau status yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya.
1.
Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan,
misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negri, travelers cheque
dan transaksi luar negeri lainnya.
2.
Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa, jadi transaksi yang dilakukan masih dalam
batas-batas suatu negara
d.
Dilihat dari segi cara menentukan harga
Ditinjau dari segi cara menentukan harganya, bank dapat dibedakan
menjadi:
1.
Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensionel. Hal ini tidak terlepas
dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia
dibawa oleh kolonial belanda.
48
Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para
nasabahnya, bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan
dua metode yakni menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk
simpanan seperti giro, deposito maupun tabungan. Demikian pula harga
untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat
suku bunga tertentu. Sedangkan untuk jasa-jasa bank lainnya pihak barat
menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
persentase tertentu. Sisitem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah
fee based.
2.
Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
produknya
sangat
berbeda
dengan
bank
berdasarkan
prinsip
konvensional. Bank prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan
hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau
pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. Sedangkan
penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan
prinsip syariah juga menentukan biaya sesuai syariah islam. Sumber
penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank prinsip syariah dasar
hukumnya adalah alquran dan sunnah rasul. Bank berdasarkan prisip
syariah mengharamkan penggunaan harga produknya dengan
bunga
tertentu. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah bunga adalah riba.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 93) membagi jenis bank
menurut target pasar. Sebagian bank memfokuskan pelayanan dan
49
transaksinya pada jenis-jenis nasabah tertentu. Dengan pemfokusan ini
diharapkan
bank-bank
tersebut
dapat
lebih
menguasai
karakteristik
nasabahnya sehingga kegiatan usahanya dapat dilaksanakan dengan lebih
efisien dan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi.
Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan
menjadi tiga.
a.
Retail Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-
nasabah retail. Pengertian ritail disini adalah nasabah-nasabah individual,
perusahaan dan lembaga lain yang skala nya kecil. Meskipun pengertian dari
kata “kecil atau ritail” adalah relatif, namun biasanya apabila ditinjau dari
jasa kredit yang diberikan. Nasabah debitur yang dilayani adalah yang
memerlukan fasilitas kredit tidak lebih besar daripada Rp 20 miliar. Angka
tersebut bukan merupakan angka standar atau baku tapi setidaknya dapat
memberikan gambaran tentang kelompok nasabah yang dilayani oleh bank
jenis ini.
b.
Corporate Bank
Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-
nasabah yang berskala besar. Mengingat nasabah yang berskala besar ini
biasanya berbentuk suatu koperasi, maka bank kelompok ini disebut
corporate bank. Meskipun namanya bank korporat tidak berarti seluruh
nasabahnya berbentuk suatu perusahaan.
50
Pelayanan dan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering
kali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga
kepada karyawan, direksi dan komisaris dari perusahaan tersebut secara
individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan disini diarahkan
untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasbah-nasabah korporasi.
c.
Retail-Corporate Bank
Disamping kedua jenis bank di atas, terdapat juga bank yang tidak
memfokuskan pada kedua pilihan jenis nasabah tersebut. Bank jenis ini
memberikan pelayanannya tidak hanya kepada nasabah ritail tetapi juga
kepada nasabah korporasi. Penyebab munculnya bank jenis ini tidaklah
seragam. Ada bank yang sejak awal sudah menentukan untuk menjadi bank
yang melayani baik nasabah ritail maupun korporasi. Bank jenis ini
memandang bahwa potensi baik pasar ritail dan korporasi harus dimanfaatkan
untuk
mengoptimalkan
keuntungan
maksimal,
meskipun
terdapat
kemungkinan penurunan efisiensi.
Ada juga bank yang semula memfokuskan pada nasabah korporasi, tapi
kemudian juga memberikan pelayanan keoada nasabah ritail atau sebaliknya
karena berbagai alasan. Hal tersebut bisa terjadi karena manajemen
memandang telah terjadi perubahan kondisi pasar atau karena terjadi
pergantian manajemen sehingga terjadi perubahan strategi pemasaran. Hal
tersebut bisa juga terjadi karena adanya program pemerintah yang
menghendaki agar bank-bank tertentu melaksanakan program pemerintah
tertentu.
51
4.
Sumber Dana Bank
Pada umumnya motivasi utama orang menitipkan dana pada bank
adalah untuk keamanan dana mereka dan memperoleh keleluasan untuk
menarik kembali dananya sewaktu-waktu. Sebagai lembaga keuangan dana
merupakan persoalan utama bank, tanpa dana bank tidak dapat berbuat apaapa artinya tidak berfungsi sama sekali. Aktifitas perbankan yang pertama
adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di
dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana
maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli
dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh
bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau
menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat
dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito dan
deposito berjangka (Kasmir, 2005: 24).
Faisal afiff (1996: 153) menyatakan bahwa dana bank adalah uang tunai
yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank dan setiap
waktu dapat diuangkan. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 65) Sumber dana
bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Untuk
membiayai operasinya, dana dapat diperoleh dari modal sendiri yaitu dengan
mengeluarkan atau menjual saham. Kebutuhan dana untuk kegiatan utama
bank diperoleh dalam berbagai simpanan, sedangkan jika kebutuhan dana
digunakan untuk investasi baru atau perluasan usaha maka diperoleh dari
modal sendiri.
52
Secara garis besar sumber dana diperoleh dari:
a.
Dana Pihak Pertama (dari bank itu sendiri)
Dana pihak pertama adalah dana yang diperoleh bank dari internal bank
itu sendiri (struktur modal bank). Biasanya berasal dari para pemegang saham
(Dahlan Siamat, 2005: 11).
Lukman Dendawijaya (2003: 54) menyatakan bahwa sumber dana pihak
pertama bank terdiri dari: Modal inti (core capital) adalah dana modal
sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni
pemilik bank.
Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :
1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari
perusahaan adalah saham. Sumber dana ini hanya akan timbul apabila
pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham dan
untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan
mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.
2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi yang disisihkan
untuk menutup timbulnya risiko kerugian dikemudian hari.
3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para
pemegang saham, tetapi para pemegang saham sendiri (melalui Rapat
Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanamkan kembali dalam
bank.
53
b.
Dana Pihak Kedua (dari pihak luar)
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan
dalam pencarian sumber dana pertama. Pencarian dari sumber dana ini
relative lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu.
Dahlan Siamat (2005: 116) menyatakan bahwa sumber dana pihak kedua
adalah dana bank yang diperoleh dari pinjaman eksternal pihak bank atau
pinjaman bank. Sedangkan menurut Kasmir (2008: 68) bahwa perolehan dana
dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:
1) Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan
likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan
sektor-sektor usaha tertentu.
2) Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan
kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga
kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini
bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
3) Pinjaman dari bank-bank luar negri. Merupakan pinjaman yang diperoleh
bank oleh perbankan dari pihak luar negri.
4) Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang
berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU
54
diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga
masyarakat tertarik untuk membelinya.
c.
Dana Pihak Ketiga (dari masyarakat luas)
Sumber dana ini merupakan sunber dana terpenting bagi kegiatan operasi
bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai
operasi dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling
mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya dan pencarian dana dari
sumber ini paling dominan asal dapat memberikan bunga dan fasilitas
menarik lainnya maka menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit.
Ade Arthesa (2006: 63) sumber dana bank yang diperoleh dari
masyarakat yang umumnya berupa giro deposito dan tabungan. Selain itu
terdapat pula sumber dana lain yang sifatnya tidak langsung atau berupa
pengendapan dana bank yang didapatkan melalui pemberian jasa bank berupa
setoran jaminan dan dana transfer.
Dana pihak ketiga adalah dana yang memiliki bank secara tidak
permanen. Dana tersebut sewaktu-waktu dapat ditarik kembali berdasarkan
data empiris selama ini, dana yang berasal dari pemilik bank itu sendiri
ditambah dengan cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan
yang ditanamkan kembali pada bank baru mencapai 7 % dari total aktiva 8%
(Zainul Arifin, 2006: 50).
Sri Susilo (2000: 61) menyatakan bahwa pada dasarnya dana pihak
ketiga adalah dana yang diperoleh bank dari masyarakat. Dana tersebut dapat
55
berupa giro, tabungan ataupun deposito yang berasal dari nasabah perorangan
atau badan hukum.
Sedangkan menurut Slamet Riyadi (2006: 79) mendefinisikan sumber
dana pihak ketiga sebagai dana yang berasal dari masyarakat biasa. Bentukbentuk dana pihak ketiga antara lain:
1) Simpanan Giro
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan giro adalah
simpanan
yang
penarikannya
dapat
dilakukan
setiap
saat
dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau
dengan cara pemindah bukuan.
Pengertian dapat ditarik setiap saat, maksudnya bahwa uang yang sudah
disimpan di rekening giro tersebut dapat ditarik berkali-kali dalam sehari,
dengan catatan dana yang tersedia masih mencukupi. Kemudian juga harus
memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh bank yang bersangkutan.
Richard G. Lipsey (1993: 186) yang dimaksud dengan giro (demand
deposit) adalah jenis deposito yang bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah
(misalnya, tanpa pemberitahuan apa pun untuk menariknya). Jenis giro ini
bisa ditransfer dengan cek. Cek ini menginstruksikan kepada bank untuk
segera membayar sejumlah uang kepada seseorang yang namanya tertulis
didalamnya. Meskipun bank sekarang ini memberikan bunga atas deposito
giro, tetapi di Amerika hal ini sebenarnya dilarang sampai dengan
pertengahan tahun 1980-an.
56
Sedangkan pengertian penarikannya adalah diambil uang dari rekening
giro sehingga menyebabkan giro tersebut berkurang yang ditarik secara tunai
maupun ditarik secara non tunai (pemindah bukuan). Penarikan secara tunai
adalah dengan menggunakan cek dan penarikan non tunai adalah dengan
menggunakan bilyet giro (Kasmir, 2010: 70).
Taswan (2010: 177) menyatakan bahwa giro merupakan simpanan
masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro atau surat
pemindahbukuan yang lain. Giro dapat ditarik setiap saat sehingga giro
dikelompokkan sebagai sumber dana jangka pendek. Bank cenderung
memberikan jasa giro relatif lebih rendah dibandingkan dengan sumber dana
lainnya seperti tabungan dan deposito. Hal ini dapat dipahami karena semakin
berjangka waktu pendek dan semakin mudah ditarik sewaktu-waktu maka
semakin tidak produktif dana itu sehingga bank memberikan harga yang
relatif rendah. Penetapan bunga atau jasa giro merupakan otoritas bank-bank
yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Ismail (2010: 24) simpanan giro disebut juga dengan
demand deposit, current account, checking account, merupakan simpanan
yang dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan sarana penarikan berupa
cek dan bilyet giro serta sarana penarikan lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
Sri Susilo (2000: 61) menyatakan bahwa rekening giro atau checking
account adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
57
dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk
pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat
digunakan sebagai alat pembayaran. Untuk itu, pemegang rekening giro
memperoleh buku cek dan bilyet giro.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 97) menyatakan bahwa
rekenig giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menerbitkan cek untuk penarikan tunai atau bilyet giro untuk
pemindahbukuan, sedangkan cek atau bilyet giro ini oleh pemiliknya dapat
digunakan sebagai alat pembayaran. Karena sifat penarikannya yang dapat
dilakukan setiap saat tersebut, maka sumber dana dari rekening giro ini
merupakan sumber dana jangka pendek yang jumlahnya relatif lebih dinamis
atau berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Bagi nasabah pemegang rekenig giro, sifat penarikan tersebut sangat
membantu dalam membiayai kegiatan nasabah secar lebih efisien. Nasabah
dapat
melakukan
pembayaran
sewaktu-waktu
tanpa
harus
beresiko
mengunakan uang tunai dalam jumlah besar, tanpa harus datang langsung ke
bank dan tanpa harus menunggu suatu tanggal jatuh tempo tertentu.
Rimsky K. Judisseno (2005: 151) menyatakan bahwa salah satu dana
masyarakat-perorangan maupun badan-yang disimpan dan merupakan sumber
dana eksternal bank adalah giro. Simpanan jenis ini penarikan dananya dapat
dilakukan pada jam dan hari kerja dengan menggunakan cek, bilyat giro dan
sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan.
58
Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) giro
adalah simpanan pada bank umum (saat ini BPR belum dapat menghimpun
dana dalam bentuk giro) dalam rupiah milik pihak ketiga bukan bank, yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat
perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2) Simpanan Tabungan
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan
atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Syarat-syarat penarikan tertentu maksudnya adalah sesuai dengan
perjanjian yang telah dibuat antara bank dengan si penabung. Sebagai contoh
dalam hal frekuensi penarikan, apakah 2 kali seminggu atau setiap hari atau
mungkin setiap saat. Yang jelas haruslah sesuai dengan perjanjian
sebelumnya. Kemudian adalah hal sarana atau alat penarikan tergantung
dengan perjanjian antara keduanya yaitu bank dan penabung (Kasmir, 2010:
84).
3) Simpanan Deposito
Menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 simpanan deposito adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Simpanan deposito merupakan simpanan jenis ketiga yang dikeluarkan
oleh bank. Berbeda dengan dua jenis simpanan sebelumnya di mana
59
simpanan deposito memiliki jangka waktu yang relatif lebih panjang dan
frekuensi penarikan yang juga jarang, Penarikan hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu (Kasmir, 2010: 85).
Slamet Riyadi (2006: 80) menyatakan bahwa salah satu sumber dana
pihak ketiga adalah Deposito. Deposito adalah simpanan yang penarikannya
dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan dengan bank. Dengan demikian pada hakekatnya jenis
simpanan ini tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo.
Sedangkan menurut Taswan (2010: 181) deposito merupakan simpanan
masyarakat atau pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan bank yang bersangkutan.
Jangka waktu deposito umumnya terdiri dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan, 18 bulan dan 24 bulan. Deposito berjangka tidak bisa diperdagangkan
namun bisa digunakan sebagai jaminan kredit.
Ismail (2010: 26) menyatakan bahwa deposito merupakan jenis simpanan
yang penarikannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan
antara bank dan nasabah. Jenis simpanan ini merupakan simpanan yang
terdapat jangka waktu dalam penarikannya, sehingga dapat dikatakan sebagai
dana semi stabil.
Simpanan deposito akan mengendap di bank selama jangka waktu
tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank dan pemilik deposito. Pemilik
deposito hanya dapat menarik dananya apabila depositonya telah jatuh tempo.
60
C. Tabungan
1.
Pengertian
Seperti yang telah dijelaskan diatas simpanan tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan
atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
Pengertian penarikan hanya dapat dapat dilakukan menurut syaratsyarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk menarik uang yang
disimpan direkening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda,
tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian
yang telah dibuat antara bank dengan nasabah, apabila nasabah menyimpan
uang di bank maka nasabah tersebut secara otomatis menyetujui perjanjian
tersebut.
Berbeda dengan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau
para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk
maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu
bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam
komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana
tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari
giro (Intan, 2006: 30).
Simurangkir (2004: 11) menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan
pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah.
61
Sedangkan menurut Kunarjo (2003: 320) tabungan adalah jumlah yang
disisihkan seorang individu dari pendapatannya untuk tujuan investasi. Atau
menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya,
semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu negara,
semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya.
Sadono Sukirno (2004: 103) menyatakan bahwa tabungan merupakan
pendapatan rumah tangga yang disimpan dilembaga keuangan dan tidak
digunakan untuk membeli barang.
Sedangkan menurut Taswan (2010: 178) tabungan merupakan
simpanan masyarakat atau pihak lain yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak
bisa ditarik dengan menggunakan cek, bilyet giro atau yang dipersamakan
dengan itu. Syarat-syarat tertentu misalnya harus ditarik secara tunai,
penarikan hanya dalam kelipatan nominal tertentu, jumlah penarikan tidak
boleh melebihi saldo nonimal tertentu.
Ismail (2010: 25) menyatakan bahwa tabungan merupakan simpanan
dana pihak ketiga yang dapat ditarik sesuai perjanjian antara bank dan
nasabah pemegang rekening tabungan. Tabungan meskipun merupakan dana
simpanan yang dapat ditarik setiap saat, akan tetapi pengendapannya relatif
lebih satbil dibanding dana yang berasal dari giro.
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau
bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan
62
rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan
debt card (Sri Susilo, 2000: 64).
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006: 98) menambahkan
tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang relatif lebih
fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah
fleksibel
apabila
dibandingkan
dengan
rekening
giro.
Sebagai
konsekuensinya, besarnya bunga yang diberikan atas saldo tabungan ini pun
berada di tengah-tengah antara giro dan deposito. Ditinjau dari sisi bank,
penghimpunan dana melalui tabungan termasuk lebih murah daripada depsito
tapi lebih mahal dibandingkan giro.
Jeffrey Edmund Curry (2001: 60) mendefinisikan bahwa tabungan
adalah porsi pendapatan yang tidak dihabiskan untuk konsumsi. Tabungan
juga merupakan suatu cara untuk memperoleh, menahan dan memperluas
aset.
In general, the saving of an economic unit-whether a household, a
business, a university, or a nation-may be defined as its current income minus
its spending on current needs. For exemple, if cinsuelo earns $300 per week,
spends $280 weekly on living expenses such as rent, food, clothes and
entertainment, and deposits the remaining $20 in the bank, her saving is $20
per week. The saving rate of any economy unit is its saving divided by its
income. Since consuelo saves $20 of her weekly income of $300, her saving
rate is $20/$300, or 6.7 percent (Robert H. Frank dan Ben S. Bernanke,
2004: 232).
63
Menurutnya Secara umum, tabungan bagian unit ekonomi-apakah
rumah tangga, bisnis, universitas, atau negara-dapat didefinisikan sebagai
pendapatan saat ini dikurangi pengeluaran pada kebutuhan saat ini. Misalnya,
jika cinsuelo mendapatkan $300 per minggu, menghabiskan $280 mingguan
pada biaya hidup seperti sewa, makanan, pakaian dan hiburan, dan sisa
depositonya $20 di bank, tabungan nya adalah $20 per minggu. Tingkat
tabungan dari setiap unit ekonomi adalah tabungan dibagi dengan
pendapatan. Sejak consuelo menabung $20 dari pendapatan mingguan sebesar
$300, tingkat tabungannya adalah $20/$ 300, atau 6,7 persen.
Sedangkan menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011)
tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik
pihak ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang
dapat dipersamakan dengan itu.
Wikipedia bahasa Indonesia menyatakan bahwa tabungan adalah
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan /atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2.
Penentu tabungan
a.
Teori Klasik
Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari suku bunga, bahwa
semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat
untuk menabung. Artinya pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat
64
akan lebih terdorong untuk mengorbankan konsumsi guna menambah
tabungan. Investasi juga tergantung atau merupakan fungsi dari tingkat
bunga, semakin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi
juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah
pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi
lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar. Semakin rendah tingkat
bunga, pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab
biaya pengguna dana (cost of capital) juga semakin kecil (Sekti Wibowo
Listyoadi, 2005).
b.
Teori Keynes
Dalam teori keynesian berpendapat bahwa tingkat bunga tidaklah
ditentukan oleh interaksi tabungan dan oleh investasi di pasar modal, akan
tetapi tingkat bunga merupakan fenomena moneter, artinya tingkat bunga
ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang di pasar uang. Uang akan
mempengaruhi kegiatan ekonomi (pendapatan domestik) sepanjang uang itu
mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan
mempengaruhi keinginan untuk berinvestasi sektor perusahaan karena
investasi sendiri sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Tabungan sendiri
menurut mereka tidaklah ditentukan oleh tingkat bunga, namun lebih
ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan akan
semakin tinggi pula tabungan yang dilakukan sektor rumah tangga (Vanieris
dalam Sekti Wibowo Listyoadi, 2005).
65
3.
Penentu-penentu lainnya
Sadono sukirno (2004: 119-121) menjelaskan ada faktor-faktor lain
yang menentukan tabungan selain dari pandangan Keynes dan Klasik diatas
diantaranya:
a.
Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan atau tabungan yang banyak
sebagai akibat usaha dimasa lalu, maka seseorang berhasil mempunyai
kekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak
terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari
pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi dimasa sekarang.
Sebaliknya, untuk orang yang tidak memperoleh warisan atau kekayaan;
mereka akan lebih bertekad untuk menabung. Untuk memperoleh kekayaan
yang lebih banyak dimasa yang akan datang atau untuk memenuhi kebutuhan
masa depan keluarganya seperti membeli rumah, membiayai pendidikan anak
atau membuat tabungan untuk persiapan di hari tua.
b.
Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda dalam menabung
dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja berlebih-lebihan
dan lebih mementingkan tabungan. Dalam masyarakat seperti itu APC dan
MPCnya adalah lebih rendah. Tetapi ada pula masyarakat yang mempunyai
kecendrungan menkonsumsi yang tinggi yang berarti APC dan MPCnya
adalah tinggi.
66
c.
Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak
pengangguran, masyarakat berkecendrungan melakukan pengeluaran yang
lebih aktif. Mereka mempunyai kecendrungan berbelanja lebih banyak pada
masa kini dan kurang menabung. Tetapi dalam keadaan kegiatan
perekonomian
yang lambat perkembangannya, tingkat pengangguran
menunjukkan tendensi meningkat dan sikap masyarakat dalam menggunakan
uang dan pendapatannya menjadi makin berhati-hati.
d.
Distribusi pendapatan
Dalam masyarakat yang distribusi pendapatannya tidak merata, lebih
banyak tabungan akan dapat diperoleh. Dalam masyarakat yang demikian (i)
sebagian besar pendapatan nasional dinikmati oleh segolongan kecil
penduduk yang sangat kaya dan (ii) golongan masyarakat ini mempunyai
kecendrungan menabung yang tinggi, maka mereka dapat menciptakan
tabungan yang banyak.
Segolongan besar penduduk mempunyai pendapatan yang hanya cukup
membiayai konsumsinya dan tabungannya adalah kecil. Dalam masyarakat
yang distribusi pendapatannya lebih seimbang, tingkat tabungannya relatif
sedikit karena mereka mempunyai kecondongan menkonsumsi yang tinggi.
e.
Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi
Program dana pensiun dijalankan di berbagai negara, ada negara yang
memberikan pensiun yang cukup tinggi kepada golongan penduduknya yang
telah tua. Apabila pendapatan dari pensiun besar jumlahnya, para pekerja
67
tidak terdorong untuk melakukan tabungan yang banyak pada masa bekerja
dan ini menaikkan tingkat konsumsi.
Sebaliknya, apabila pendapatan pensiun sebagai jaminan hidup di hari
tua sangat tidak mencukupi, masyarakat cenderung akan menabung lebih
banyak ketika mereka bekerja.
D. Pendapatan Perkapita
Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu
negara adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana
kebijaksanaan tersebut bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat,
dalam
istilah
ilmu
ekonomi
disebut
sebagai
pendapatan
nasional.
Kesejahteraan masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi
pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini
disebut sebagai pendapatan perkapita atau pendapatan tiap orang. Semakin
tinggi pendapatan perkapita sebuah negara tertentu semakin tinggi pula
kesejahteraan masyarakatnya dan sebaliknya (Amra Ausri, 2007: 41).
Sadono Sukirno (2004: 28) menyatakan bahwa pendapatan nasional
adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara
dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah
pendapatan negara yang dihitung menurut harga-harga pada tahun yang
produksi nasionalnya dihitung.
Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk
suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.
68
Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan
jasa rata-rata yang tersedia bagi penduduk suatu negara pada suatu periode
tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun
tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut
(Sadono Sukirno, 2004: 423).
Pendapatan nasional riil atau menurut harga tetap adalah pendapatan
nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang
berbeda dengan tahun dimana produksi nasionalnya dihitung. Pendapatan
nasional potensial adalah pendapatan nasional yang diciptakan apabila
perekonomian mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Manakala
pendapatan nasional sebenarnya adalah nilai produk nasional yang
sebenarnya diwujudkan oleh kegiatan ekonomi pada suatu tahun tertentu.
Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang
menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan
sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep yang lebih spesifik
pengertian produk nasional atau pendapatan nasional dibedakan kepada dua
pengertian: Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto
(PDB). Produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara sesuatu negara dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan
Produk Domestik Bruto adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktorfaktor produksi di dalam negeri (milik warga negara dan orang asing).
Purbayu Budi Santoso dan Muliawan Hamdani (2007: 68) menyatakan
bahwa ukuran kesejahteraan penduduk suatu negara biasanya juga didasarkan
69
atas besarnya jumlah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita merupakan
bentuk rata-rata yang diperoleh dari pembagian jumlah produk nasional bruto
oleh jumlah keseluruhan penduduk. Semakin besar nilai pendapatan
perkapita, diasumsikan bahwa anggota masyarakat suatu negara makin
sejahtera dan pembangunan perekonomian dinilai makin berhasil.
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di
suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian
pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut.
pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
tingkat pembangunan sebuah negara, semakin besar pendapatan perkapitanya
semakin makmur negara tersebut (Wikipedia).
Sadono Sukirno (2004: 424) menyatakan bahwa salah satu komponen
dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah
pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk sesuatu negara
pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan membagi nilai Produk
Domestik Bruto atau Produk Nasional
Nasional Bruto suatu tahun tahun tertentu
dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Dengan demikian pendapatan
perkapita dapat dihitung dengan menggunakan salah satu formula berikut:
70
E. Suku Bunga
1.
Pengertian
Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua
kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal
(terutama dari sektor bisnis). Bunga pada dasarnya berperan sebagai
pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan
ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tunggi tingkat
bunga akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Dan
sebaliknya, tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi
rendahnya suku bunga tabungan masyarakat.
Salah satu alasan mengapa nasabah menyimpan dana yang dimilikinya
adalah dengan harapan mendapatkan bunga. Sedangkan bagi bank, bunga
merupakan hal yang penting dalam penarikan tabungan dan penyaluran
kreditnya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya yang harus dibayar kepada
penabung, tetapi dilain pihak bunga dapat juga merupakan pendapatan bank
yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan oleh bank (Poppy
Marieskha, 2009).
Kasmir (2010: 131) menyatakan bahwa suku bunga dapat diartikan
sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip
konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga
juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang
memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank
(nasabah yang memperoleh pinjaman).
71
Sedangkan menurut Frank J. Fabozzi (1999: 204) suku bunga adalah
harga
yang
dibayar
“peminjam
(debitur)”
kepada
“pihak
yang
meminjamkannya (kreditur)” untuk pemakaiaan sumber daya selama interval
waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut prinsipal dan harga
yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari prinsipal per unit
waktu (umumnya setahun).
Suku bunga merupakan sejumlah rupiah yang harus dibayarkan akibat
telah
mempergunakan dana sebagai balas jasa. Perubahan suku bunga
merupakan
perubahan
dalam
permintaan
uang/kredit
(Ni
Nyoman
Aryaningsih, 2008).
Kunarjo (2003: 143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang
harus dibayar dari setiap dolar yang dipinjam per tahun: dinyatakan baik
dalam perbandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6
persen).
Sedangkan menurut Sunariyah (2004: 80) suku bunga adalah harga dari
pinjaman. Suku bunga dapat dinyatakan sebagai persentase uang pokok per
unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur.
Sadono Sukirno (2004: 103) menyatakan bahwa suku bunga adalah
persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang
yang disisihkannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus
dibayar oleh para peminjam dana.
72
Suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang
disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Modal dialokasikan
diantara para peminjam dengan tingkat bunga: perusahaan dengan peluang
investasi yang paling menguntungkan akan bersedia dan mampu untuk
membayar sebagian besar modal, sehingga perusahaan tersebut cenderung
menariknya dari perusahaan-perusahaan yang tidak efisien atau dari
perusahaan yang produknya sedang tidak dibutuhkan (Brigham dan Houston,
2006: 168).
Sedangkan menurut (Karl, 2001: 506) pada tingkat suku bunga yang
tinggi, makin tinggi pula biaya untuk menahan uang. Hal ini bisa diartikan
ketika suku bunga meningkat, masyarakat akan mengambil keuntungan yang
lebih tinggi dari yang ditanamkannya.
Eugene A. Duilio (1993: 42) menyatakan bahwa suku bunga adalah
harga yang dibebankan oleh unit ekonomi yang mengalami surplus (unit
surplus) pada unit ekonomi yang mengalami defisit (unit defisit) atas
pinjaman yang diberikan dari tabungannya.
Samuelson (2001: 190) menyatakan bahwa bunga adalah pembayaran
yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah jumlah bunga
yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah
yang dipinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan
untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar per
tahun per dolar yang dipinjem adalah suku bunga.
73
Price is the mechanism that equilibrates supply and demand in the real
sector. Interest rates are the mechanism that equilibrates supply and demand
in the financial sector. The channeling of savings into financial assets and the
willingness of individuals to incur financial liabilities is strongly influenced
by the interestrate on those financial assets and liabilities. In simple terms,
the interest rate is the price paid for the use of a financial assets. When you
deposit cash into a deposit account, the bank pays you interest for the use of
your financial asset. When the interest rate rises, people are less likely to
borrow-sell a financial asset-and more likely to save-buy a financial asset.
Thus, when interest rates fall, you often see more borrowing. The funds
acquired from the sale of a financial asset reenter the spending stream as
consumption and invesment (David C. Colander, 1998: 209).
Menurutnya
harga
adalah
mekanisme
yang
menyeimbangkan
penawaran dan permintaan di sektor riil. Tingkat bunga adalah mekanisme
yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan di sektor keuangan.
Penyaluran tabungan dalam aset keuangan dan kesediaan individu untuk
menanggung kewajiban keuangan sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga atas
aset keuangan dan liabilitis. Secara sederhana, tingkat suku bunga adalah
harga yang dibayarkan untuk penggunaan aset keuangan. Bila anda setoran
tunai ke rekening deposito, bank membayar anda bunga penggunaan aset
keuangan anda. Ketika tingkat bunga naik, orang cenderung untuk
meminjam-menjual aset finansial-dan lebih mungkin untuk menyelamatkanmembeli aset keuangan. Jadi, ketika suku bunga turun, Anda sering melihat
74
pinjaman lebih. Dana yang diperoleh dari penjualan aset keuangan masuk
kembali aliran pengeluaran konsumsi dan investasi.
The interest rate is the borrower’s cost on loan and the lender’s reward
on the invesment. Interest rates affect individuals’ decisions about whether to
spend more or save to buy a house or for retirement. They also affect
bussinesspeople’s decisions about whether to expand operations by building
factories and purchasing new equipment or buy treasury bonds. Savers must
evaluate the interest they will earn, and the rate of return on their investment,
to select the financial instrument that offers them the best deal (R. Glenn
Hubbard, 2005: 60).
Menurutnya tingkat bunga adalah biaya peminjam pada pinjaman dan
hadiah kreditur pada investasi. Suku bunga mempengaruhi keputusan
individu mengenai apakah untuk menghabiskan lebih banyak atau
menyimpan untuk membeli rumah atau untuk pensiun. Mereka juga
mempengaruhi keputusan binsis masyarakat tentang apakah akan memperluas
operasi dengan membangun pabrik dan membeli peralatan baru atau membeli
obligasi.
Penabung
harus
mengevaluasi
bunga
yang
mereka
akan
memperoleh, dan tingkat pengembalian investasi mereka, untuk memilih
instrumen keuangan yang menawarkan mereka kesepakatan terbaik.
2.
Teori Suku Bunga
Berikut adalah beberapa teori yang berkaitan dengan tingkat bunga,
yaitu:
75
a.
Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga
Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga
dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi
jumlah tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat menabung sangat
tergantung pada tingkat bunga.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk
menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya
guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum Klasik
adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang
diterima seseorang karena menunda konsumsinya.
b.
Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga
Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga adalah tingkat balas jasa yang
diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas
jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity
preferencenya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar
keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar
tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang
tersebut kepada orang lain.
Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran Klasik, dimana
tingkat suku bunga menurut Klasik adalah premi yang diterima karena
menunda konsumsinya pada masa yang akan datang.
Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku
bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga
76
ini dapat diterangkan oleh Keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat
mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal (natural rate).
Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat
ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang.
Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga
naik (harga obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan
mengalami kerugian (capital loss).
Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan
menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas dan uang
kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang
disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan
melakukan spekulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.
Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos
(harga) memegang uang kas karena makin tinggi tingkat bunga makin besar
ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh
karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas). Hal ini akan
menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan menurun. Bila tingkat
bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah
sehingga permintaan uang kas naik.
c.
Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil
Dalam teori Klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku
bunga yang terjadi karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul
permintaan investasi dan tabungan full employment, maka suku bunga
77
keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada
produktivitas investasi dan kebiasaan menabung masyarakat.
Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan
bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan
perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar.
F. Uang Beredar
Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang
yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya
ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki
definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang
didefinisikan
1) M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk
rekening koran
2) M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka pada bank-bank umum
3) M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga
tabungan non bank
M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas
sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu
rupiah), sedangkan M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya
lebih rendah. Untuk menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3,6
atau 12 bulan) dan jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan
78
maka akan terkena denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil
karena denda (Nopirin, 1994).
M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang
dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran
sehari-hari (Boediono, 2000).
M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi.
Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah serta
rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat
disebabkan oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan
pertumbuhan M2 bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya
penciptaan uang akibat belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan,
berkembangnya alternatif penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana
yang menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih baik dan menurunnya
kapitalisasi bunga seiring dengan terus menurunnya tingkat suku bunga
sedangkan komponen yang memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah
peningkatan M1 dan peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama
disumbang oleh naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata
uang rupiah maupun valas (Reny Maharani, 2005).
Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral adalah
jual beli surat berharga sehingga tinkat bunga akan turun. Pada saat tingkat
bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan
menurun pula (Monetary Portofolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik
dana akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan karena
79
penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga
pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan
berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan
meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa
peningkatan saham (Reny Maharani, 2005).
Jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit dapat
mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini disebabkan dengan
terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat menyebabkan kenaikan
inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan sehingga kondisi moneter
terganggu, semakin stabilnya jumlah uang yang beredar maka semakin baik
pula kondisi stabilitas moneter (Faizal Hanaris Rivai, 2009).
G. Inflasi
1.
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya hargaharga secara umum dan terus-menerus. Dengan kata lain, inflasi merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus. Inflasi adalah
proses dari suatu pristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi
dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus
dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga (Wikipedia).
80
Umar Basalim (2000: 17) menyatakan bahwa apabila inflasi diukur dari
indeks harga konsumsi (IHK) 200 jenis barang dan jasa, maka tinggi
rendahnya tingkat inflasi sangat tergantung pada tinggi rendanhya tingkat
harga 200 barang dan jasa itu pada suatu waktu tertentu. Perubahan harga
umum sangat tergantung pada permintaan dan penawaran agregat. Apabila
pada suatu tingkat harga tertentu permintaan agregat meningkat, maka tingkat
harga umum akan meningkat.
Muchdarsyah Sinungan (1987: 49) menyatakan bahwa inflasi adalah
kecendrungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus. Kenaikan
dari satu atau dua jenis barang saja dan tidak menyartakan harga barang lain
tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya
menjelang lebaran, natal dan tahun baru atau terjadi sekali saja, serta tidak
punya pengaruh lanjutan tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga semacam
ini tidak dianggap sebagai suatu penyakit ekonomi yang memerlukan
penanganan khusus untuk menanggulanginya.
Adiwarman Karim (2007: 135) menyatakan bahwa secara umum inflasi
berarti kenaikan harga secara umum dari barang/komoditi dan jasa selama
suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena karna
terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu
komoditis. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan
moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya jika terjadi
81
adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barangbarang/komoditas dan jasa didefinisikan deflsi (deflation).
Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan
kecendrungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti
terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utamanya dan satu-satunya yang
memungkinkan gejala ini muncul adalah akibat terjadinya kelebihan uang
yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di masyarakat (Poppy
Marieskha, 2009).
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 155) mendefinisikan
bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus
dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
1.
Kenaikan harga, harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih
tinggi daripada harga periode sebelumnya.
2.
Bersifat umum, kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan
inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara
umum naik.
3.
Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga
belum tentu akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.
Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga
bersifat umum dan terus menerus.
82
Sadono Sukirno (2004: 27) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan
harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu
periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi
kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun
sebelumnya.
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami
kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
pengeluaran perusahaan-perusahaan (Sadono Sukirno, 2004: 336).
Sedangkan menururt Khalwaty (2001: 5) inflasi adalah suatu keadaan
yang mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan
semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara.
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga secara terus
menerus. Inflasi merupakan gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk
diperhatikan karena setiap kali ada gejolak sosial, politik, atau ekonomi
didalam maupun diluar negeri, masyarakat selalu mengaitkannya dengan
masalah inflasi. Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian
suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan
diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan
permintaan terhadap permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena
adanya kelebihan jumlah uang yang beredar (Ahmad Rodoni, 2008: 17).
83
Junaiddin Zakaria (2009: 61) menyatakan bahwa inflasi merupakan
suatu keadaan perekonomian dimana tingkat harga dan biaya-biaya umum
naik; misalnya naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah
tenaga kerja, sewa barang-barang modal.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga. Tetapi tidak berarti saat secara
keseluruhan harga-harga meningkat, seluruh barang dan jasa mengalami
kenaikan harga, malah sebaliknya harga-harga dari beberapa barang dan jasa
ada yang mengalami penurunan. Seperti pada tahun 1970 dan 1980an dimana
pada saat itu Amerika Serikat sedang mengalami inflasi, pada saat itu harga
barang-barang elektronik mengalami penurunan (Stephen L. Slavin, 1999:
197).
Sedangkan menurut Iskandar Putong (2000: 181) inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Kebalikan dari inflasi
adalah deflasi yaitu penurunan harga secara terus menerus. Akibat deflasi
adalah daya beli masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awal
barang-barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah
barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat.
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat
karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi misalnya
inflasiinflasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%
sedangkan pendapatan tetap, itu berarti bahwa secara riil, pendapatan
mengalami penurunan sebesar 5% yang relatif akan menurunkan daya beli
5% juga.
84
Adiwarman A. Karim (2008: 135) menyatakan bahwa inflasi adalah
kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu
periode waktu tertentu. Inflasi dianggap sebagai fenomena moneter karena
terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu
komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang
menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan
moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang
terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barangbarang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflasion).
Sedangkan menurut Nopirin (1989: 25) inflasi adalah suatu proses
kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus yang disebabkan oleh
suatu kelebihan atas permintaan diatas kapasitas penawaran dan merupakan
suatu masalah yang sering dialami oleh berbagai negara.
Kunarjo (2003: 139) menyatakan bahwa inflasi adalah kemerosotan
nilai uang karena antara lain banyaknya uang yang beredar menyebabkan
naiknya harga umum secara terus menerus.
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara keseluruhan yang
diakibatkan oleh naiknya harga-harga secara serempak. Inflasi dapat diukur
dengan melihat sejumlah besar barang dan jasa dan menghitung kenaikan
harga rata-rata selama beberapa periode waktu. Inflasi berkepanjangan adalah
kenaikan harga secara keseluruhan yang berlangsung terus selama satu
periode yang lama (Case dan Fair, 2004: 58).
85
Inflation is a countinuous rise in the price level, all economists agree
on that. They also agree (1) that high inflation rates are inevitably
accompanied by a roughly proportional increase in the money supply and (2)
that high inflation rates are associated with expectations of inflation of
approximately those rates. Thus, most economists accept that when inflation
is really high, say 40 percent, that money supply will be increasing by about
40 percent and people will be expecting approximately 40 percent inflation
(David C. Colander, 1998: 359).
Menurutnya inflasi adalah peningkatan terus menerus dalam tingkat
harga, semua ekonom setuju akan hal itu. Mereka juga setuju (1) bahwa
tingkat inflasi yang tinggi pasti disertai dengan peningkatan sekitar
proporsional dalam jumlah uang beredar dan (2) bahwa tingkat inflasi yang
tinggi terkait dengan ekspektasi inflasi sekitar tarif tersebut. Dengan
demikian, sebagian besar ekonom menerima bahwa ketika inflasi sangat
tinggi, katakanlah 40 persen, bahwa jumlah uang beredar akan meningkat
sekitar 40 persen dan orang akan mengharapkan inflasi sekitar 40 persen.
Inflation is a rising general level of prices. This does not mean that all
price are rising. Even during priods of rapid inflation, some prices may be
relatively constant and others falling. For exemple, although the united states
experienced high rates of inflation in the 1970s and early 1980s, the prices of
video recorders, digital watches and personal computers declined. As we will
see, one of the troubelesomeaspects of inflation is that prices rise unevenly.
86
Some streak upward: others ascend leisurely: others do not rise (Campbell R.
McConell dan Stanley L. Brue, 1996: 154).
Menurutnya inflasi merupakan menaiknya tingkat harga-harga secara
umum. Ini tidak berarti bahwa semua harga naik. Bahkan selama priode
inflasi yang cepat, beberapa harga mungkin relatif konstan dan lainnya jatuh.
Sebagai contoh, meskipun negara-negara AS mengalami tingkat inflasi yang
tinggi di tahun 1970 dan awal 1980-an, harga perekam video, jam tangan
digital dan komputer pribadi menurun. Sebagaimana akan kita lihat, salah
satu troubelesomeaspects inflasi adalah bahwa harga naik tidak merata.
Beberapa streak ke atas: yang lain naik santai: yang lain tidak bangkit.
Another important economic statistic is rate of inflation, which is the
rate at which prices in general are increasing over time. Inflation imposes a
variety of costs on the economy. And when the inflation rate is high, people
on fixed incomes, such as pensioners who recieve a fixed dollar payment each
month, can’t keep up with the rising cost of living (Robert H. Frank dan Ben
S. Bernanke, 2004: 98).
Menurutnya tingkat inflasi merupakan statistik ekonomi yang penting,
dimana tingkat pada harga-harga secara umum meningkat dari waktu ke
waktu. Inflasi membebankan berbagai biaya terhadap perekonomian. Dan
ketika tingkat inflasi tinggi, orang yang berpenghasilan tetap, seperti
pensiunan yang menerima pembayaran dolar tetap setiap bulan, tidak bisa
bersaing dengan meningkatnya biaya hidup.
87
2.
Teori Inflasi
a.
Teori Kuantitas
Toeri kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi, dalam
teori ini membahas proses inflasi terutama dari jumlah uang beredar dan
harapan masyarakat terhadap harga barang dan jasa. Menurut teori ini hanya
bisa terjadi kalau ada tambahan volume uang yang beredar (kartal maupun
giral) tanpa diiringi oleh pasokan (suplai) barang-barang yang tersedia. Inflasi
juga dapat terjadi oleh harapan ekspektasi psikologi masyarakat mengenai
kenaikan harga dimasa datang.
b.
Teori Keynes
Dalam teori ini, Keynes menyatakan faktor inflasi melalui pendekatan
teori ekonomi makro. Menurut Keynes, inflasi akan terjadi karena masyrakat
ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi
melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk
merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan
kelompok lain. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan
efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang
lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang
tersedia.
Hal ini dapat menimbulkan inflationary gap, yang timbul akibat
golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional
secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan
demikian akan menimbulkan kenaikan harga-harga. Kenaikan harga ini
88
menyebabkan bertambahnya permintaan uang untuk transaksi dengan
demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini mencegah pertambahan
permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
c.
Teori Struktural
Teori ini lebih menekankan penyebab inflasi berasal dari struktur
perekonomian yang tidak mampu mengantisipasi secara cepat dan fleksibel
atas perkembangan perekonomian yang ada terutama terjadi di negara-negara
berkembang. Negara berkembang biasanya hanya menghasilkan hasil alam
dan pertanian yang daya tukarnya tidak berkembang secepat produk industri
yang diimpor di negara maju. Negara berkembang juga menghadapi
permasalahan kependudukan.
d.
Teori Klasik
Teori Klasik berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh
jumlah uang yang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara
nilai dan jumlah uang serta nilai uang dengan harga. Bila jumlah uang
bertambah lebih cepat dari pertambahan barang, maka nilai uang akan
merosot dan ini sama dengan kenaikan harga.
Jadi menurut teori Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang yang
beredar atau terlalu banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi
maka solusinya adalah membatasi jumlah uang beredar dan kredit.
e.
Teori monetarisme
Teori moneterisme mengemukakan bahwa inflasi timbul disebabkan oleh
kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar
89
di masyarakat akan menyeabkan terjadinya kelebihan permintaan barang dan
jasa di sektor riil.
Inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan
kelebihan permintaan melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang bersifat
kontraktif
atau
melebihi
kontrol
terhadap
peningkatan
upah
serta
penghapusan terhadap subsidi atas dasar nilai tukar valuta asing.
f.
Teori Ekspektasi
Menurut teori ini dikatakan bahwa pelaku ekonomi membentuk
ekspektasi laju inflasi berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional.
Ekspektasi rasional adalah ramalan optimal mengenai masa depan dengan
menggunakan semua informasi yang ada. Pengertian rasional adalah suatu
tindakan yang logis untuk mencapai tujuan berdasarkan informasi yang ada.
3.
Jenis-jenis Inflasi
Sadono Sukirno (2004) menyatakan bahwa berdasarkan derajatnya,
inflasi dibedakan menjadi sebagai berikut:
a.
Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10%
setahun.
b.
Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-30%
setahun.
c.
Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-100%
setahun.
d.
Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas 100%
setahun.
90
4.
Indikator Inflasi
Pratama Rahardja dan Mandala Manurung (2004: 164) menyatakan
bahwa ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan
dibahas dalam uraian berikut ini:
a.
Indeks Harga Konsumen
Indeks harga konsumen (IHK) adalah rangka indeks yang menunjukkan
tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan
jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan
tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi
bobot paling besar.
Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan
sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan
yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan
regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar,
terutama ibukota provinsi-provinsi di Indonesia,
Inflasi =
b.
( IHK − IHK −1 )
x100%
IHK −1
Indeks Harga Perdagangan Besar (WholesalePrice Index)
Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan
Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering
juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB
91
menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat
produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama
dengan cara berdasarkan IHK:
Inflasi =
c.
( IHPB − IHPB −1 )
x100%
IHPB −1
Indeks Harga Implisist (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua
indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya
dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI
dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi =
5.
( IHI − IHI −1 )
x100%
IHI −1
Efek Buruk Inflasi
Sadono Sukirno (2004: 338) menyatakan bahwa efek-efek buruk dari
inflasi yaitu sebagai berikut:
a.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menghambat perkembangan
ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif
sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka
menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan
berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya
lebih banyak pengangguran akan terwujud.
92
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula ke atas
perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak
dapat bersaing di pasaran internasional, selanjutnya ekspor akan menurun.
Sebaliknya, harga-harga produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai
akibat inflasi menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti oleh impor
yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan dalam aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca pembayaran akan memburuk.
b.
Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara
inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.
c.
Inflasi
akan
menurunkan
pendapatan
riil
orang-orang
yang
berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga.
Maka
inflasi
akan
menurunkan
upah
riil
individu-individu
yang
berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.
d.
Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan
di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi
berlaku.
93
e.
Memperburuk pembagian kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi
kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan pemilik kekayaan bersifat
keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan
demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/
pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
H. Penelitian Terdahulu
Sunlip Wibisono (2004) melakukan penelitian mengenai Pengaruh
Tingkat Bunga dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tabungan
Pada Bank Umum Di Kabupaten Jember Tahun 1994-2003 dengan
menggunakan Regresi linier berganda. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa variabel tingkat bunga tabungan dan PDRB perkapita berpengaruh
terhadap jumlah tabungan masyarakat, serta berpengaruh secara bersamasama terhadap jumlah tabungan masyarakat.
Sri Isnowati (2005) meneliti tentang “Faktor-Faktor Penentu Tabungan
Di Indonesia” dengan menggunakan error correction model (ECM). Dari
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel suku bunga dalam jangka
pendek berpengaruh tetapi tidak signifikan sedangkan pada jangka panjang
berpengaruh dan signifikan terhadap tabungan. Varaiabel inflasi pada jangka
panjang berpengaruh dan siginfikan terhadap tabungan tetapi pada jangka
94
pendek tidak signifikan. Variabel pendapatan perkapita memberikan
pengaruh dan signifikan pada jangka pendek dan panjang terhadap tabungan.
Variabel tingkat kekayaaan dalam jangka pendek berpengaruh terhadap
tabungan namun secara statisik tidak signifikan. Sedangkan dalam jangka
panjang variabel ini bertanda negatif.
Sekti Wibowo Listyoadi (2005) meneliti tentang “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tabungan Perbankan Di Indonesia (Pendekatan
Error correction model)”. Variabel suku bunga nominal, agriculture share,
financial depth yang berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek,
sedangkan pendapatan perkapita tidak berpengaruh. Dalam jangka panjang
variabel yang berpengaruh secara signifikan yaitu suku bunga nominal,
agriculture share dan pendapatan perkapita.
Penelitian tentang “Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah Di
Indonesia” yang dilakukan Indra Darmawan (2007) dengan menggunakan
regresi. Diperoleh hasil bahwa variabel tingkat pendapatan masyarakat
berdampak positif terhadap tingkat tabungan di seluruh wilayah di Indonesia.
Variabel tingkat suku bunga deposito riil tahunan ditemukan mempunyai
dampak positif terhadap tabungan masyarakat antar daerah di Indonesia.
Variabel faktor demografi yang diwakili oleh beban tanggungan memberikan
pengaruh negatif terhadap tabungan hanya pada beban tanggungan usia muda.
Sedangkan faktor ketidakpastian yang diproksi dengan laju inflasi ternyata
mempunyai dampak positif di beberapa daerah.
95
Ade Komaludin, Apip Supriadi dan Dede (2008) meneliti tentang
“Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi dan Tingkat Suku Bunga
Terhadap Tabungan Di Indonesia Selama Periode 1985-2007” dengan
menggunakan analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan hasil pengolahan dan
analisis data mengenai pengaruh inflasi, suku bunga deposito dan Produk
Domestik Bruto (PDB) terhadap tabungan di Indonesia periode tahun 19852007, masing-masing adalah sebesar 1,529 untuk PDB, tingkat bunga dan
negatif untuk inflasi. Karena secara psycologis jika inflasi naik masyarakat
cenderung
lebih
menarik
uangnya
dan
menggunakannya
dengan
membelanjakan naik lagi. Dengan harapan barang yang dibeli lebih berharga.
Poppy Marieskha (2009) meneliti tentang “Analisis Pengaruh PDRB,
Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Simpanan Masyarakat Pada BankBank Umum Di Sumatera Utara” dengan menggunakan analisis Regresi
dengan Ordinary Least Square (OLS). Dari hasil penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa variabel produk domestik regional bruto (PDRB),
variabel tingkat suku bunga dan variabel tingkat inflasi berpengaruh positif
terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank-bank umum di Sumatera
Utara.
Rejeningsih, Try Wahyu dan Banatul Hayati (2004) melakukan
penelitian mengenai “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan
Daerah Di Kota Semarang”, dengan menggunakan model error correction
model. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa berdasarkan pendekatan
kointegrasi ternyata pengaruh variabel produk domestik regional bruto,
96
tingkat bunga dan penerimaan ekspor netto terhadap tabungan daerah secara
agregat maupun tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat
daerah secara parsial hasilnya menunjukkan tingkat variasi yang berbeda.
Hasil estimasi ECM, dalam jangka pendek variabel PDRB hanya mampu
mempengaruhi variabel tabungan pemerintah daerah secara parsial. Dalam
jangka panjang variabel PDRB tidak mampu mempengaruhivariasi tabungan
daerah dan tabungan pemerintah daerah dan masyarakat daerah yang
ditunjukkan dengan tidak signifikannya variabel tersebut dalam model.
Variabel tingkat bunga (RD) mampu mempengaruhi variasi tabungan
daerah, tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah dalam
jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang hanya tabungan pemerintah
daerah saja yang dapat dipengaruhi variasinya. Untuk variabel penerimaan
ekspor netto (XN) tidak mampu mempengaruhi variasi tabungan daerah,
tabungan pemerintah daerah dan tabungan masyarakat daerah baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang, kecuali pada tabungan masyarakat
daerah yang ditunjukkan dengan signifikannya XN dalam jangka panjang.
Syafri (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum”,
dengan menggunakan error correction model. Dari penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa dengan menggunakan data kuartalan 2000:2-2008:3
dan model kointegrasi dan model koreksi kesalahan diperoleh hasil tabungan
riil masyarakat di perbankan dipengaruhi oleh pendapatan riil, tingkat bunga
riil, nilai tukar riil dan jumlah kantor cabang bank umum. Semua variabel
97
penjelas berpengaruh signifikan terhadap tabungan riil masyarakat di
perbankan. Tingkat bunga riil, nilai tukar riil dan jumlah kantor cabang bank
umum berpengaruh positif terhadap tabungan masyarakat di perbankan baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pendapatan riil berpengaruh
positif dalam jangka panjang dan berpengaruh negatif dalam jangka panjang
terhadap tabungan masyarakat.
Tochukwu. E. Nwachukwu dan Festus. O. Egwaikhide (2007) meneliti
tentang “An Error-Correction Model of the Determinants of Private Saving in
Nigeria”, dengan menggunakan error correction model. Hasil estimasi
tingkat pendapatan perkapita, tingkat tabungan masyarakat, rasio layanan
utang eksternal, tingkat inflasi dan TOT memiliki pengaruh positif pada
statistik tabungan domestik. Sedangkan tingkat bunga riil dan tingkat
pertumbuhan pendapatan tampaknya memiliki dampak negatif pada tingkat
tabungan.
Claudio Paiva dan Sarwat Jahan (2003) meneliti tentang “An Empirical
Study of Private Saving in Brazil”. Variable log PDB perkapita, rasio
tabungan masyarakat terhadap pdb, inflasi, log TOT, ratio M2 terhadap PDB,
dan tingkat urbanisasi tenaga kerja sebgai variabel independen dan variabel
dependen tabungan swasta terhadap pdb, menggunakan Ordinary Least
Square. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dalam jangka panjang
log PDB dan log TOT signifikan dan positif. Tingkat urbanisai tenaga kerja
memiliki dampak negatif, inflasi signifikan dan positif meskipun kecil. Rasio
M2 terhadap PDB ditemukan memiliki koefisien yang positif, yang
98
menyiratkan bahwa financial deepening memberikan kontribusi untuk
menaikkan tingkat tabungan jangka panjang. Sedangkan rasio tabungan
masyarakat terhadap pdb memiliki dampak negatif terhadap tabungan swasta.
Imran Sharif Chaudhry, Muhammad Zahir Faridi, Muhammad Abbas
dan Furrukh Bashir (2010) meneliti tentang “Short Run and Long Run Saving
Behavior in Pakistan: An Empirical Investigation”, dalam penelitian ini
menyelidiki berbagai faktor penentu tabungan nasional di Pakistan dan telah
membentuk hubungan mereka dalam jangka panjang serta dalam jangka
pendek. Dalam jangka panjang, studi ini menyimpulkan bahwa Indeks Harga
Konsumen, Ekspor sebagai persentase dari PDB, pengiriman uang pekerja
sebagai persentase dari PDB, pinjaman publik sebagai persentase dari PDB,
Pengeluaran Pemerintah sebagai persentase dari PDB dan perubahan tingkat
bunga menjadi faktor yang sangat signifikan dalam menentukan tabungan
Nasional. Indeks Harga Konsumen, Pekerja pengiriman uang, tingkat bunga,
ekspor dan konsumsi pemerintah berdampak positif sedangkan pinjaman
publik pengaruh negatif tabungan nasional Pakistan dalam jangka panjang.
DR. Patrick Kendall (2000) meneliti tentang “Interest Rates, Savings
and Growth In Guyana” dengan menggunakan two stage least squares
(2SLS). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tabungan dan
pertumbuhan, Sedangkan variabel terikatnya adalah suku bunga deposito riil
yang diharapkan, pertumbuhan dalam persediaan tenaga kerja, rasio expor
barang dan jasa terhadap GDP, rasio tabungan luar negeri terhadap GDP,
rasio tabungan domestik bruto terhadap GDP, Rasio tabungan pemerintah
99
pusat terhadap GDP, rasio layanan hutang luar negeri, pertumbuhan riil dalam
konsumsi, Tingkat depresi nilai tukar, pertumbuhan GDP.
Hasil penelitian ini memberikan dukungan empiris hipotesis-McKinnon
dan Shaw menggarisbawahi ketidaktepatan kebijakan represi keuangan.
Indikasi liberalisasi suku bunga yang jauh lebih awal pada periode bisa
menyebabkan peningkatan tabungan, investasi dan pertumbuhan. Pada
tingkat yang lebih umum, studi ini juga menunjukkan rendahnya efisiensi
modal, sebuah isu yang perlu ditangani jika peningkatan tabungan pada
liberalisasi sektor keuangan adalah untuk memiliki dampak maksimal
terhadap kegiatan ekonomi secara umum. Dalam konteks ini, jelas ada
kebutuhan inisiatif untuk meningkatkan efisiensi dalam pembangunan,
operasi dan pemeliharaan infrastruktur ekonomi. Selain itu, kebijakan untuk
merangsang impor dan difusi teknologi baru seharusnya prioritas utama.
Shahbaz Nasir dan Mahmood Khalid (2004) meneliti tentang “SavingInvestment Behaviour in Pakistan: An Empirical Investigation” penelitian ini
menggunakan regresi dengan metode ordinary least square (OLS). Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pertumbuhan tabungan nasional dan
tingkat pertumbuhan investasi nasional. Sedangkan variabel terikatnya adalah
defisit
anggaran,
tingkat
pertumbuhan
GDP,
jangka
waktu
index
perdagangan, pengeluaran pemerintah, investasi pemerintah, suku bunga riil,
pertumbuhan pembayaran, pengembalian obligasi jatuh tempo 1 tahun tetapi
< 2 tahun, tingkat pertumbuhan tabungan asing, laju pertumbuhan kredit
100
umum, log suku bunga, log perbedaan seluruh index harga jual, tingkat
pertumbuhan tabungan domestik.
Dari penelitian in didapat hasil bahwa defisit anggaran dan investasi
pemerintah tidak signifikan dalam menentukan tabungan di Pakistan. Dengan
peningkatan pengeluaran pemerintah lebih banyak bersumber dari transfer
kepada masyarakat dalam bentuk upah meningkat, dan kliring lebih
diwajibankan pada pihak pemerintah dan badan terkait lainnya sehingga
meningkatkan tabungan mereka juga.
Pendapatan
tinggi
menyebabkan
tabungan
tinggi,
sehingga
mengkonfirmasi efek McKinnon. Menunjukkan bahwa jika ada dorongan
besar dalam pertumbuhan PDB untuk beberapa periode itu akan
menyebabkan tabungan lebih tinggi, yang akan positif mempengaruhi
investasi, dan meningkatkan investasi, akan meningkatkan PDB, yang akan
kembali meningkatkan Tabungan.
Perilaku tabungan tidak sensitif terhadap tingkat bunga. Kebanyakan
orang menyimpan untuk menutupi pengeluaran masa depan, yaitu
Pendidikan, Nikah dll Jadi ada kebutuhan restrukturisasi pasar keuangan
untuk memancing lebih hemat. Pembayaran mempengaruhi tabungan positif
dan signifikan.
Efek
Harberger-Lawrson-Meltzer
tidak
dapat
ditemukan
untuk
tabungan nasional pakistan, yaitu meningkatnya TOT tidak mempengaruhi
tabungan secara signifikan. Investasi umum dan asing membatalkan pengaruh
negatif dari tingkat bunga pada investasi swasta.
101
Imbal hasil investasi merupakan faktor penentu investasi. Ekspektasi
memainkan peran utama dalam pengambilan keputusan Investasi dalam kasus
Pakistan. Setiap jenis ketidakpastian tercermin melalui kenaikan harga
(misalnya baku bahan, biaya energi dll) akan menyebabkan penurunan
investasi. Tabungan domestik merupakan sumber utama dari Investasi, di sisi
lain tabungan asing tidak efektif untuk Investasi di Pakistan.
Paresh Narayan dan Saud AL Siyabi (2005) “An Empirical
Investigation of the Determinants of Oman's National Savings” dengan
menggunakan pendekatan kointegrasi menggunakan model ARDL. Variabel
bebas yang digunakan adalah tingkat tabungan nasional Sedangkan variabel
terikatnya adalah, pendapatan perkapita, tingkat urbanisasi, jumlah uang
beredar, kredit domestik.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penentu
tingkat tabungan nasional Oman. Kami menguji hubungan antara tabungan
nasional dan faktor-faktor penentu tersebut, yaitu pendapatan per kapita,
tingkat urbanisasi, jumlah uang beredar dan kredit domestik menggunakan
data tahunan untuk periode 1977-2003. Kami menerapkan batas pengujian
pendekatan kointegrasi dan menemukan bahwa nasional tabungan dan yang
diusulkan penentu yang cointegrated. Kami menggunakan model lag
autoregresif didistribusikan kepada memperkirakan dampak jangka panjang
pendapatan per kapita, tingkat urbanisasi, uang beredar dan kredit domestik di
tabungan nasional dan menemukan bahwa saat ini, tingkat urbanisasi dan
102
jumlah uang beredar secara signifikan berdampak pada tabungan nasional
Oman.
Charles
Yuji
Horioka
dan
Akiko
Terada-Hagiwara
(2010)
“Determinants and Long-term Projections of Saving Rates in Developing
Asia” menggunakan analisis ekonometrik dengan Fixed effects model dan
random effects model dengan kesalahan standar kuat. Variabel bebas yang
digunakan adalah tingkat tabungan domestik riil sedangkan variabel
terikatnya adalah rasio ketergantungan usia (usia 65 atau dari usia 15-64),
rasio ketergantungan pemuda (usia 14 tahun ke bawah), log GDP riil
perkapita, ratio kredit pribadi, tingkat pertumbuhan pdb riil perkapita, tingkat
inflasi, suku bunga nominal, keseimbangan fiskal, pendapatan kotor nasional,
tingkat bunga riil.
Dalam penelitian ini, kami melakukan analisis ekonometrik faktor
penentu tingkat tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama
1960-2007 dan menemukan bahwa faktor penentu utama dari tingkat
tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama periode ini
tampaknya struktur umur penduduk (terutama rasio ketergantungan usia),
tingkat pendapatan, dan tingkat perkembangan keuangan. Arah pengaruh
faktor masing-masing lebih atau kurang sebagai diharapkan
Kami kemudian memproyeksikan tren masa depan pada tingkat
tabungan domestik di negara berkembang di Asia selama Periode 2011-2030
dan menemukan bahwa umur penduduk akan menjadi penentu utama tren
masa depan di tingkat tabungan domestik. Namun, kami menemukan bahwa
103
akan ada substansial variasi dari satu negara ke negara, dengan cepatnya
penuaan negara-negara menunjukkan penurunan tajam tarif tabungan
domestik mereka pada 2030 dan negara-negara yang kurang cepat
penuaannya hanya menunjukkan penurunan moderat atau tidak ada
penurunan pada 2030. Jadi, tentu akan ada penurunan tajam di tingkat
tabungan di negara berkembang di Asia secara keseluruhan, setidaknya
selama 2 dekade berikutnya, yang berarti, untuk lebih baik atau lebih buruk,
bahwa ketidakseimbangan global tidak mungkin dieliminasi dalam waktu
dekat.
I.
Kerangka berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh
data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data
yang telah diolah.
Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang
telah ada sebelumnya. Variabel yang diteliti adalah Tabungan, Pendapatan
Perkapita, Tingkat Suku Bunga, Rasio Kesejahteraan dan Inflasi. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah tabungan, sedangkan
pendapatan, tingkat suku bunga, Rasio Kesejahteraan dan inflasi adalah
variabel dependen. Data variabel-variabel tersebut berupa data time series
yang kemudian diolah kembali dengan menggunakan program MS Excel dan
Eviews.
104
Pengambilan data-data variabel tersebut melalui situs resmi seperti
Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik maupun dari situs-situs resmi lainnya
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran datanya. Setelah memperoleh
data-data dari setiap variabel, peneliti mulai melakukan analisis. Langkah
selanjutnya menguji dengan Error correction model.
Sebelum diujikan dengan Error correction model variabel-variabel
penelitian data tersebut harus diyakini terlebih dahulu bersifat stasioner.
Untuk itu dilakukan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi dengan
menggunakan uji Augmented Dickkey Fuller Test.
Nachrowi (2006) data yang stasioner pada dasarnya tidak memiliki
variasi yang terlalu besar selama periode observasi dan memiliki
kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya juga data dapat dikatakan
stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari data time series yang digunakan
tidak mengalami perubahan secara sistematik seoanjang waktu.
Jika semua variabel lolos dari uji akar unit, maka selanjutnya akan
dilakukan uji kointegrasi untuk mengetahui kemungkinan terjadinya
keseimbangan atau kestabilan jangka panjang diantara variabel-variabel yang
diamati.
Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengestimasi model
penelitian adalah metode error correction model (model koreksi keasalahan),
untuk menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Metode
error correction model digunakan untuk melihat pengaruh jangka pendek dan
jangka panjangnya.
105
Pendekatan atau model koreksi kesalahan (Error correction model –
ECM) telah diterapkan secara luas dalam analisis ekonometrika untuk data
runtun waktu (time series) sejak tahun 1960an. Hal ini disebabkan karena
kemampuan yang dimiliki oleh error correction model dalam meliput lebih
banyak variabel untuk menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan
jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori
ekonomika, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan
variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stationarity) dan regresi
lancung (spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation)
dalam analisis ekonometrika (Insukindro, Muhamad Riza Pradana Pradapa
(2010)).
Selanjutnya
peneliti
melakukan
interpretasi
untuk
mengetahui
hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lainnya dengan
berlandaskan teori.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti
bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.
106
107
J.
Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang
akan dibuktikan kebenaranya setelah data empiris diperoleh. Berdasarkan
tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang dikembangkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0: = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam
hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan perkapita,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
terhadap variabel tabungan.
H1: ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam
hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan perkapita,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
terhadap variabel tabungan.
H0: = 0
tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam
hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
terhadap variabel tabungan.
H1: ≠ 0
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dalam
hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan perkapita,
tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
terhadap variabel tabungan.
H0: 1234 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan
108
perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat
inflasi terhadap variabel tabungan.
H1: 1234 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
dalam hubungan jangka pendek antara variabel pendapatan
perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat
inflasi terhadap variabel tabungan.
H0: 1234 = 0 tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamasama
dalam
hubungan
jangka
panjang
antara
variabel
pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar
dan tingkat inflasi terhadap variabel tabungan.
H1: 1234 ≠ 0 terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
dalam hubungan jangka panjang antara variabel pendapatan
perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar dan tingkat
inflasi terhadap variabel tabungan.
109
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dari variabel
pendapatan perkapita, suku bunga, rasio kesejahteraan dan inflasi terhadap
penentuan tabungan di Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini
merupakan data primer runtun waktu (time series) yang diambil dari data
yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik dan laporan Bank Indonesia serta
data-data dari pihak-pihak yang dapat dipercaya.
Adapun data yang dibutuhkan adalah:
1.
Data pendapatan perkapita
2.
Data tingkat suku bunga
3.
Data jumlah uang beredar
4.
dan Data inflasi
Variabel-variabel
tersebut
merupakan
variabel-variabel
bebas
(independen) yang dapat menentukan jumlah tabungan sebagai variabel
terikat (dependen).
B. Metode Penentuan sample
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh suatu populasi, sehingga sampel harus dapat mewakili populasi. Sampel
110
yang diteliti harus dapat memberikan gambaran yang tepat dari seluruh
populasi yang diteliti.
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling
dalam menentukan sampel. Metode judgement sampling adalah pengumpulan
data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata.
Penggunaan
metode
ini
adalah
untuk
mendapatkan
sampel
yang
representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Ahmad Rodoni
dkk, 2010: 17)..
Muhammad Teguh (2005: 156) menyatakan bahwa pada metode
judgement sampling atau purposive sampling ini peneliti menghubungi dan
melakukan pengumpulan datanya atas dasar strategi kecakapan atau
pertimbangan semata. Pada dasarnya jika pihak interviewer menganggap jika
calon responden yang dihubungi termasuk ke dalam obyek penelitian, tanpa
memperhatikan
segi
hubungannya
dengan
interviewer
maka
pihak
interviewer dapat langsung memilih calon responden tersebut sebagai bagian
unit sampel.
Penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dari tahun
1980-2010. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data
pendapatan perkapita, suku bunga, jumlah uang beredar (M2) dan inflasi.
Dengan data tersebut di atas, peneliti ingin menganalisa signifikansi pengaruh
pendapatan perkapita, suku bunga, rasio kesejahteraan dan inflasi.
Pengujian yang dilakukan pada data yang diperoleh yaitu:
111
1.
Uji Stasioneritas tingkat level dengan menggunakan metode Dickey
Fuller Test pada data pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah
uang beredar dan tingkat inflasi.
2.
Bila data belum stasioner maka dilakukan pengujian Derajat Integrasi
tingkat satu maupun dua hingga data menjadi stasioner.
3.
Setelah semua data stasioner maka dilakukan uji Kointegrasi antar
variabel dependen dengan variabel-variabel independen.
4.
Pengujian Kointegrasi
5.
Mengestimasi model koreksi kesalahan (Error correction model).
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang
berasal
dari
literatur-literatur/sumber-sumber
yang
mendukung
penelitian ini, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.
Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia)
dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut berupa data jumlah
tabungan di Indonesia, jumlah produk domestik bruto menurut harga berlaku,
jumlah penduduk indonesia, tingkat suku bunga nominal, jumlah uang
berdedar dan tingkat inflasi tahun 1980 hingga tahun 2010 yang
dipublikasikan di Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik.
112
2.
Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan
membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini
dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti
melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang
berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis
1.
Uji Stasioneritas
Langkah pertama pembentukan model error correction model (ECM)
adalah melakukan uji stasioneritas data. Suatu data runtun waktu dikatakan
stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance, dan autocovariance pada setiap
lag adalah tetap sama pada setiap waktu. Jika data time series tidak memenuhi
kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner Dengan kata lain data
time series dikatakan tidak stasioner jika rata-ratanya maupun variancenya
tidak konstan, berubah-ubah sepanjang waktu (time-varying mean and
variance) (Agus Widarjono, 2007: 315).
Stasioneritas dari suatu data runtun waktu menjadi penting karena
pengaruhnya pada hasil estimasi regresi. Regresi antara variabel-varaibel
yang tidak stasioner akan menghasilkan fenomena regresi palsu (spurious
regression).
113
Metode dalam melakukan uji stasioneritas terhadap suatu data time
series, atau juga sering disebut dengan unit root test, diantaranya adalah
metode Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Pengujian ini dilakukan
dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis
Mackinnon untuk mengetahui derajat integritas stasioneritas suatu variabel.
Suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai statistik ADF adalah lebih besar
dari nilai kritis Mackinnon.
2.
Uji Kointegrasi
Jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses
diferensi data, maka kita harus menguji apakah data tersebut mempunyai
hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji
kointegritasi. Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau
ekuilibrium antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain
walaupun secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun
kombinasi linier antara varibel tersebut dapat menjadi stasioner.
Engle dan Granger dalam Sri Isnowati (2005: 103) menyatakan bahwa
uji kontegrasi merupakan kelanjutan uji akar-akar unit dan uji derajat
integrasi. Uji kointegrasi dimaksudkan untuk menguji apakah residual regresi
yang dihasilkan stasioner atau tidak. Untuk melakukan uji kointegrasi,
pertama-tama peneliti perlu mengamati perilaku data ekonomi runtun waktu
yang akan digunakan. Ini berarti pengamat harus yakin terlebih dahulu
apakah data yang akan digunakan stasioner atau tidak. Yang antara lain dapat
dilakukan dengan uji akar-akar unit dan uji derajat integrasi.
114
Wing Wahyu Winarno (2007: 10) dari variabel yang tidak stasioner
sebelum didiferensiasi namun stasioner pada tingkat diferensi pertama, besar
kemungkinan akan terjadinya kointegrasi, yang berarti terdapat hubungan
jangka panjang diantara keduanya. Untuk mengetahui apakah memang benar
kedua variabel berkointegrasi.
Dalam penelitian ini, pengujian hubungan kointegritas menggunakan
metode Johansen Cointegration Test. Untuk menjelaskan uji dari Johansen
maka digunakan model autoregresif dengan order p sebagai berikut :
Yt = A1Yt-1+…+ApYt-p+BXt+εt
Dimana Yt adalah vector k dari variabel I(1) non-stasioner, Xt adalah
vector d dari variabel deterministik dan et merupakan vector inovasi. Ada
tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likehood ratio (LR). Jika nilai hitung
LR lebih besar dari nilai kritis LR maka kita menerima adanya kointegrasi
sejumlah varibel dan sebaliknya, jika nilai hitung LR lebih kecil dari nilai
kirtisnya maka tidak ada kointegrasi.
3.
Error correction model (ECM)
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
berganda dengan metode Ordinary Least Squares, adapun metode analisis
perhitungan yang digunakan untuk mengestimasi model penelitian adalah
Error correction model (ECM) yang diperkenalkan oleh Sargan dan
dipopulerkan oleh Engle dan Granger. (Nachrowi, 2006).
Gujarati (2003: 806-807) secara umum Error correction model
dipandang sebagai salah satu model dinamis yang sangat terkenal dan banyak
115
diterapkan dalam studi empirik dan dapat dikatakan lebih unggul
dibandingkan
dengan
pendekatan
model
dinamis
lainnya
karena
kemampuannya yang lebih baik dalam menganalsis fenomena jangka pendek
dan jangka pajang, mampu mengkaji konsisten tidaknya model empirik
dengan toeri ekonomi serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap
variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stasionery) dan regresi palsu
(spurious regression) dalam analisis ekonometri.
Berdasarkan hal tersebut, spesifikasi model yang akan dijadikan sebagai
model penelitian yang dirumuskan dalam bentuk Error correction model
(ECM), yang formulasi persamaan jangka panjangnya adalah sebagai berikut:
Tabungant = β0 + β1 GDPk + β2 Suku Bunga + β3 M2 + β4 Inflasi.
Dimana :
β0,β1,β2,β3,β4 = koefisien jangka panjang
Sementara hubungan jangka pendek dapat dinyatakan dengan
persamaan sebagai berikut :
D Tabungant
=
α1D(GDPk) + α2D(Suku Bunga) + α3D(M2) +
α4D(Inflasi) + ECT
Dimana :
α1,α2,α3,α4
α7
= Parameter jangka pendek
= Parameter penyesuaian
116
Pengujian Hipotesis.
a.
Uji-t (parsial)
Uji-t bertujuan melihat signifikansi pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara individual. Parameter suatu variabel
dikatakan mempunyai pengaruh yang signifikan jika nilai t hitung > t
tabel, dan sebaliknya.
Apabila t hitung > t tabel dengan tingkat signifikan 5% berarti Ho
ditolak dan H1 diterima.
Apabila t hitung < t tabel dengan tingkat signifikan 5% berarti Ho
diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian, secara umum hipotesisnya
dituliskan sebagai berikut :
H0 : β1....... βi = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel
Xi terhadap variabel Y secara parsial.
H1 : β1....... βi ≠ 0
terdapat pengaruh signifikan antara variabel
Xi terhadap variabel Y secara parsial.
b.
Uji-F (simultan)
Selanjutnya dilakukan Uji-f untuk melihat apakah variabel independen
secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
dependen. Jika nilai f hitung ≥ f tabel, berarti bahwa secara bersama-sama
(keseluruhan) variabel-variabel yang terdapat dalam model berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependennya. Adapun uji hipotesis dalam ujif ini adalah :
117
H0 : β1, β2, β3, β4 = 0 Tidak terdapat pengaruh signifikan antara
variabel independen Pendapatan Perkapita, Suku Bunga, jumlah uang
beredar dan inflasi (X) terhadap variabel dependen Tabungan (Y) secara
simultan.
H1 : β1, β2, β3, β4 ≠ 0 Terdapat pengaruh signifikan antara variabel
independen Pendapatan Perkapita, Suku Bunga, jumlah uang beredar dan
inflasi (X) terhadap variabel dependen Tabungan (Y) secara simultan.
c.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (goodness of fit), yang dinotasikan dengan R²
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi.
Nilai koefisien determinasi (R²) ini mencerminkan seberapa besar
variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X.
Besar nilai koefisien determinasi sama dengan nol (R² = 0), artinya variasi
dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali.
Sementara jika koefisien determinasi sama dengan satu (R² = 1),
artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X.
Dengan demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan
oleh R²-nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu.
E. Operasional Variabel Penelitian
1.
Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah :
118
a.
Variabel Tabungan
Tingkat tabungan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tingkat
tabungan yang diperoleh dari data tabungan nasional dibagi dengan
pendapatan nominal (PDB manurut harga berlaku) dari tahun 1980 sampai
tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan
Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan
Statistik Perbankan Indonesia.
2.
Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel-variabel yang mempengaruhi
variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel-variabel independen adalah
variabel-variabel yang diindikasikan menentukan Tabungan. Variabelvariabel Independen dalam penelitian ini adalah:
a.
Variabel Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita diperoleh dengan membagi PDB tahunan dengan
data populasi tahunan dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI,
Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia.
b.
Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga yang dipakai adalah tingkat suku bunga nominal
yaitu BI rate dan SBI dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI,
Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia.
119
c.
Jumlah uang beredar
Jumlah uang beredar yang dipakai adalah jumlah uang beredar (M1)
ditambah uang kuasi dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut
diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI,
Statistik Indonesia, Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia.
d.
Variabel Inflasi
Tingkat Inflasi di Indonesia diukur dengan menggunakan Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang merupakan gabungan dari 43 kota di Indonesia dari
tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tersebut diperoleh dari Statistik
Ekonomi Keuangan Indonesia, Laporan Tahunan BI, Statistik Indonesia,
Indikator Ekonomi dan Statistik Perbankan Indonesia.
120
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding.
Pengertian
menghimpun
dana maksudnya
adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat
adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka
(Kasmir, 2005: 24).
Telah disebutkan bahwa salah satu fungsi bank adalah menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana
terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Sumber dana tersebut bisa
mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh
bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam
bentuk giro, deposito, dan tabungan. Untuk menarik dana masyarakat ini,
Bank-bank sekarang memasang strategi dengan maksud meningkatkan minat
masyarakat untuk menabung antara lain berupa pemberian cendera mata,
hadiah, pelayanan dan balas jasa lainnya (Riki Ardiansyah, 2009: 2).
121
Penghimpunan dana pihak ketiga berupa tabungan dalam jumlah besar
merupakan hal yang amat berarti bagi bank, mengingat relatif lebih murahnya
biaya bunga yang dikeluarkan oleh bank dibandingkan dengan biaya bunga
deposito. Pasalnya, semakin besar porsi dana murah semakin rendah pula
biaya bunga yang harus dikeluarkan bank dan pada akhirnya akan berujung
pada
makin
tingginya
keuntungan
bank.
Oleh
karena
itu,
untuk
mempertahankan dan meningkatkan perolehan tabungan bank makin kreatif
dalam menciptakan produk dalam upaya memenuhi keinginan dan kebutuhan
nasabah tabungannya. Beragam produk tabungan diluncurkan antara lain
tabungan berhadiah, tabungan bisnis atau tabungan pendidikan (Dinie
Suryani, 2009: 8).
Perkembangan tabungan ini dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat. Hal ini sesuai pendapat Keynes yang menyatakan
bahwa fungsi konsumsi didasari oleh perilaku yaitu apabila terjadi
peningkatan pada pendapatan, peningkatan tersebut tidak digunakan
seluruhnya untuk meningkatkan konsumsi tetapi dari sisa pendapatan tersebut
juga digunakan untuk menabung. Orang-orang dengan pendapatan tinggi
cenderung untuk menabung dengan proporsi yang lebih besar dari
pendapatannya dibandingkan dengan orang-orang yang berpendapatan
rendah. Lebih dari itu orang-orang dengan pendapatan rendah cenderung
mempunyai tabungan yang negatif karena pendapatannya tidak mencukupi
kebutuhan konsumsi minimum (Riki Ardiansyah, 2009: 3).
122
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus dana yang masuk
adalah tigkat suku bunga. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perekonomian, karena suku bunga merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi perekonomian secara makro. Suku bunga
mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana
serta pendapatan yang diperoleh karena meminjam dana tersebut (Sunlip
Wibisono, 2004: 316).
B. Hasil Analisa dan Pembahasan
1.
Analisi Deskriptif
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan
microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 7 untuk mempercepat perolehan
hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian, yaitu jumlah tabungan nasional sebagai variabel terikat
(Dependen). Variabel pendapatan perkapita, PDB nominal, tingkat suku
bunga, jumlah uang yang beredar (M2) dan tingkat inflasi sebagai variabel
bebas (Independen). Penjelasan lebih lengkap masing-masing variabel adalah:
a.
Variabel Terikat (Dependen)
Tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari
pendapatannya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi,
pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi dan semakin makmur suatu negara, semakin tinggi pula tingkat
tabungan masyarakatnya (Kunarjo, 2003: 320)
123
Tabungan menjadi varibel dependen dalam penelitian ini, variabel
tabungan yang dipakai adalah tingkat tabungan yang diperoleh dari data
tabungan nominal dibagi dengan pendapatan nominal (PDB).
Tabel 4.1
Tingkat Tabungan
Tahun Tabungan (miliar Rp) PDB nominal (miliar Rp)
1980
313,7
45445,7
1981
419,5
54027
1982
489
59632,6
1983
583,9
73697,6
1984
753,7
87535,5
1985
1020,3
94720,8
1986
1386,8
95823,1
1987
1627,4
114518,5
1988
2173,7
142020,3
1989
3684,7
166329,5
1990
9661
195597,2
1991
15553
227502,3
1992
25469
260786,3
1993
35608
302017,8
1994
40319
382219,7
1995
47224
454514,1
1996
61566
532568
1997
67990
627695,4
1998
69308
955753,5
1999
122981
1099732
2000
154328
1389800
2001
172611
1646300
2002
193468
1821800
2003
244962
2013700
2004
298898
2295800
2005
284485
2774300
2006
336135
3339200
2007
443272
3950900
2008
503082
4951400
2009
603320
5613400
2010
713730
3068600
(sumber: data diolah)
Tingkat tabungan
0,006902745
0,007764661
0,008200217
0,007922915
0,008610232
0,010771660
0,014472503
0,014210808
0,015305555
0,022153010
0,049392330
0,068364150
0,097662339
0,117900340
0,105486463
0,103899958
0,115602130
0,108316870
0,072516610
0,111828196
0,111043315
0,104847820
0,106196067
0,121647711
0,130193385
0,102542622
0,100663065
0,112195188
0,101603982
0,107478384
0,232591385
124
Tabel 4.1 menunjukkan data tabungan nominal dan PDB nominal dari
tahun 1980 sampai tahun 2010. Data tabungan nominal dan PDB nominal
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali data tabungan pada
tahun 2005 dan data PDB nominal pada tahun 2010 yang mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Nilai tingkat
tabungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 dengan nilai 0,232591385.
Grafik 4.1
Grafik Tingkat Tabungan
Berdasarkan pada grafik 4.1 dapat diketahui bahwa nilai tingkat tabungan
berfluktuasi dari tahun 1980 sampai tahun 2010. Nilai tertinggi tingkat
tabungan terjadi pada tahun 2010 dengan nilai 0,2326 dan sedangkan nilai
yang terendah tingkat tabungan terjadi pada tahun 1980 dengan nilai
0,006902745. Tingkat tabungan juga mendapat dampak dari krisis ekonomi
125
yang terjadi pada tahun 1998, yang mengalami penurunan tingkat tabungan
dengan nilai 0,072516610.
b.
Variabel-variabel bebas (Independen)
1) Pendapatan perkapita
Salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan
perhitungannya adalah pendapatan perkapita yaitu pendapatan rata-rata
penduduk sesuatu negara pada suatu masa tertentu. Nilainya diperoleh dengan
membagi nilai Produk Domestik Bruto atau Produk Nasional Bruto suatu
tahun tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada tahun tersebut. Sadono
Sukirno (2004: 424). Variabel pendapatan perkapita diperoleh dengan
membagi data PDB tahunan dengan data populasi tahunan.
Tabel 4.2
Tabel Pendapatan Perkapita
Tahun
Pendapatan perkapita
Tahun
Pendapatan perkapita
1980
310502
1996
2752423
1981
360957
1997
3197022
1982
389786
1998
4797326
1983
412631
1999
5439972
1984
466734
2000
6900842
1985
595000
2001
8052654
1986
617000
2002
8778314
1987
734000
2003
9554806
1988
817000
2004
10735075
1989
939000
2005
12779233
1990
1103476
2006
15152144
1991
1264861
2007
17660705
1992
1428888
2008
21803204
1993
1630808
2009
24349980
1994
2033948
2010
13112733
1995
2383586
(sumber: data diolah)
126
Tabel 4.2 menununjukkan bahwa pendapatan perkapita dari tahun 1980
sampai tahun 2009 mengalami kenaikan, tapi pada tahun 2010 pendapatan
perkapita mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 13112733 Bandingkan
dengan tahun 2009, pendapatan perkapita mencapai Rp. 24349980.
Penurunan pada tahun 2010 disebabkan oleh penurunan
penurunan PDB di tahun
tersebut.
Grafik 4.2
Grafik Pendapatan Perkapita
Seperti yang diterangkan sebelumnya,
sebelumnya, bahwa pendapatan perkapita
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 1980 sampai tahun 2009. Kita
bisa lihat pada grafik 4.2 bahwa grafik pendapatan
pendapatan perkapita naik dari tahun
ke tahun dan turun pada tahun 2010. Penurunan ini karena PDB Indonesia
mengalami penurunan dan populasi Indonesia naik, Sehingga menyebabkan
turunnya pendapatan perkapita.
127
2) Tingkat suku bunga
Kunarjo (2003: 143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang
harus dibayar dari setiap dolar yang dipinjam per tahun: dinyatakan baik
dalam perbandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6
persen). Sunariyah (2004: 80) berpendapat bahwa suku bunga adalah harga
dari pinjaman. Suku bunga dapat dinyatakan sebagai persentase uang pokok
per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang
digunakan oleh debitur dan harus dibayarkan kepada kreditur.
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004: 103) suku bunga adalah
persentasi pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang
yang disisihkannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus
dibayar oleh para peminjam dana. Data tingkat suku bunga yang dipakai
adalah tingkat suku bunga nominal yaitu BI rate. Sejak awal Juli tahun 2005,
Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate, sedangkan tahun 1984
sampai awal Juli tahun 2005 mereka menggunakan SBI jangka waktu 1
bulan. Dan pada tahun sebelum 1984 mereka menggunakan suku bunga
kredit investasi.
Tahun
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
Suku bunga
11,44
11,73
11,74
11,4
17,35
14,7
14,3
Tabel 4.3
Tabel Tingkat Suku Bunga
Tahun
Suku bunga
Tahun
1991
22,49
2002
1992
18,86
2003
1993
13,46
2004
1994
12,44
2005
1995
13,99
2006
1996
12,8
2007
1997
20
2008
Suku bunga
12,93
8,31
7,43
12,75
9,75
8
9,25
128
16,99
1987
17,76
1988
18,83
1989
18,47
1990
(sumber: Bank Indonesia)
1998
1999
2000
2001
35,52
11,93
14,53
17,62
2009
2010
6,5
6,5
Grafik 4.3
Grafik Tingkat Suku Bunga
Tabel 4.3 menununjukkan bahwa tingkat suku bunga dari tahun 1980
sampai tahun 2009 mengalami fluktasi, tingkat suku bunga tertinggi terdapat
di tahun 1998. Pada saat krisis ekonomi di tahun 1998 tingkat suku bunga
35,52%. Sedangkan tingkat suku bunga terendah
terendah terdapat pada tahun 2009
dan 2010.
Dari grafik 4.3 di atas kita bisa lihat bahwa, fluktuasi tingkat suku bunga
jelas terlihat. Grafik tersebut menunjukkan tingkat suku bunga naik turun dari
tahun ke tahun. Pada tahun 1998 menjadi titik tertinggi pada suku bunga
karena pada tahun tersebut Indonesia mendapat dampak dari krisis ekonomi.
Pada tahun 2009 sampai tahun 2010 menjadi titik terendah dan relatif stabil
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
129
3) Jumlah uang beredar (M2)
Rasio kesejahteraan terhadap pendapatan diwakili oleh jumlah uang
beredar (M2). Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di
perekonomian, yaitu adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah
dengan uang giral dalam bank-bank umum (Sadono Sukirno, 2004: 207).
Sedangkan menurut Iskandar putong (2000: 401) uang beredar adalah
keseluruhan jumlah uang yang dikeluarkan secara resmi baik oleh bank
sentral berupa uang kartal, maupun uang giral dan uang kuasi (tabungan,
valas, deposito).
Money supply is expressed as three numbers refferenced as M1, M2, and
M3. These three expressions have different presumed transaction velocities.
M1 is cash in circulation plus primary bank deposits called demand deposits.
M2 takes savings deposits into consideration. Following the U.S saving and
loan crisis, many analysts discounted M2 as a relic because banking
structurally changed to give savings deposits more flexibility. (Philip
Gotthelf, 2003: 17).
Tahun
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
Tabel 4.4
Tabel Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang beredar (miliar Rp)
Tahun
Uang beredar (miliar Rp)
7707
1996
288632
9705
1997
355643
11074
1998
577381
14669
1999
646205
17937
2000
747028
23178
2001
844053
27615
2002
883908
33275
2003
955692
42073
2004
1033877
58526
2005
1202762
130
84630
1990
1991
99029
1992
119029
1993
145599
1994
174319
1995
222638
(sumber: Bank Indonesia)
2006
2007
2008
2009
2010
1382493
1649662
1895839
2141384
2469399
Grafik 4.4
Grafik Jumlah Uang Beredar (M2)
Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 menununjukkan bahwa jumlah uang beredar
dari tahun 1980 sampai tahun
tahun 2010 mengalami peningkatan. Jumlah uang
beredar di masyarakat mulai mengalami kenaikan dari tahun ke tahun
dikarenakan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai.
terdapat pada tahun 2010 dengan jumlah Rp.
Jumlah uang beredar tertinggi terdapat
2469399 miliar. Sedangkan jumlah uang beredar terendah terdapat pada tahun
1980 dengan jumlah Rp. 7707 miliar.
4) Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi peningkatan harga secara terus
menerus. Inflasi merupakan gejolak ekonomi yang sangat menarik untuk
131
diperhatikan karena setiap kali ada gejolak sosial, politik, atau ekonomi
didalam maupun diluar negeri, masyarakat selalu mengaitkannya dengan
masalah inflasi. Inflasi juga bisa menunjukkan kerentanan perekonomian
suatu negara sehingga hal ini sangat berpengaruh terhadap kepercayaan
penanaman modal, terutama modal asing akan prospek pendapatan yang akan
diperolehnya dinegara tersebut. Inflasi bisa terjadi karena adanya kelebihan
permintaan terhadap permintaan barang dan jasa di sektor riil atau karena
adanya kelebihan jumlah uang yang beredar (Ahmad Rodoni, 2008: 17). Data
inflasi diperoleh dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun
1980 sampai dengan tahun 2010.
Tahun
Inflasi
1980
15,97
1981
7,09
1982
9,69
1983
11,46
1984
8,76
1985
4,31
1986
8,83
1987
8,9
1988
5,47
1989
5,97
1990
9,53
1991
9,52
1992
4,94
1993
9,77
1994
9,24
1995
8,64
(sumber: Badan Pusat Satistik)
Tabel 4.5
Tabel Inflasi
Tahun
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Inflasi
6,47
11,05
77,63
2,01
9,35
12,55
10,03
5,06
6,4
8
6,6
6,59
11,06
2,78
7
Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa inflasi dari tahun 1980 sampai dengan
tahun 2010 mengalami naik turun. Nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun
132
1998 saat krisis ekonomi melanda Indonesia, inflasi mencapai angka 77,6%.
Sedangkan nilai inflasi terendah terjadi
terjadi pada tahun 1999 dengan nilai 2%.
Grafik 4.5
Grafik Inflasi
Grafik 4.5 menunjukkan pergerakan inflasi mengalami fluktuasi dari
tahun 1980 sampai dengan tahun 2010. Inflasi mengalami naik-turun,
pergerakan yang tajam terjadi pada tahun 1998 dan 1999. Pada tahun
1998 inflasi mengalami bergerak naik dari nilai 11% menjadi 77,6%.
Sedangkan penurunan tajam terjadi pada tahun 1999, setelah mengalami
peningkatan tajam dari tahun 1998. Inflasi mengalami penurunan tajam
hinga nilai inflasi menjadi sebesar 2,01%
2,01% di tahun tersebut.
2.
Hasil Uji Akar-akar Unit
Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam
analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi keshahihan analisis
Error correction model (ECM) ini berarti bahwa data yang dipergunakan
harus bersifat stasioner, atau dengan kata lain perilaku data yang stasioner
133
memiliki varians yang tidak terlalu besar dan mempunyai kecenderungan
untuk mendekati nilai rata-ratanya.
Pengujian stasioneritas data dilakukan secara bertahap pada seluruh
variabel dalam model penelitian yang didasarkan pada Augmented Dickeyy
Fuller test yang kemudian perhitungannya dilakukan dengan menggunakan
program aplikasi Eviews 7.
Pengujian stasioneritas dilakukan pada semua data yang berkaitan
dengan jumlah tabungan sebagai variabel dependen. Adapun hasil pengujian
stasioneritas untuk variabel-variabel yang digunakan dalam melihat pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel 4.6.
Pada tabel tersebut diketahui bahwa hanya variabel suku bunga, uang beredar
dan inflasi yang memenuhi syarat-syarat kestasioneran. Sedangkan data
variabel tabungan dan pendapatan perkapita belum stasioner pada uji
stasioneritas data pada tingkat level. Untuk itu, karena variabel tabungan dan
pendapatan perkapita nilai ADF hitungnya kurang dari nilai kritis ADF tabel,
maka pada uji stasioneritas data pada tingkat level data variabel tabungan dan
pendapatan perkapita tersebut memiliki persoalan akar unit. Hasil uji
stasioneritas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 4.6
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level
ADF McKinnon
Variabel
ADF test
critical value (5%)
Keterangan
Tabungan
-2.572650
-2.963972
Tidak stasioner
Pendapatan Perkapita
0.231577
-2.971853
Tidak stasioner
Suku Bunga
-3.778119
-2.963972
Stasioner
Uang Beredar (M2)
10.81216
-2.963972
Stasioner
Inflasi
-4.881146
-2.963972
Stasioner
Sumber: Hasil data diolah
134
Selanjutnya terhadap data tabungan dan pendapatan perkapita yang
belum menunjukan stasioneritas pada tingkat level, maka data tersebut
dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat diferensi pertama dengan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama
ADF McKinnon
Variabel
ADF test
critical value (5%)
Keterangan
Tabungan
-6.018619
-2.971853
Stasioner
Pendapatan Perkapita
-4.024637
-2.971853
Stasioner
Suku Bunga
-5.168862
-2.981038
Stasioner
Uang Beredar (M2)
0.637547
-2.971853
Tidak stasioner
Inflasi
-5.970722
-2.971853
Stasioner
Sumber: Hasil data diolah
Tabel 4.7 merupakan hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat
diferensi pertama. Dimana hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat
diferensi pertama tersebut telah menunjukan bahwa variabel uang beredar
(M2) belum stasioner pada uji stasioneritas data tingkat diferensi pertama.
Sedangkan variabel tabungan, pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi
stasioner di tingkat tersebut. Dimana data dapat dikatakan stasioner jika nilai
dari ADF hitungnya lebih besar dari nilai ADF tabelnya pada derajat
kepercayaan 5%. Belum stasionernya data tabungan dan uang beredar pada
uji stasioneritas data di tingkat diferensi pertama, maka data tersebut
dilakukan uji stasioneritas data pada tingkat diferensi kedua dengan hasil
sebagai berikut:
135
Tabel 4.8
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua
ADF McKinnon critical
Variabel
ADF test
value (5%)
Keterangan
Tabungan
-3.015931
-3.004861
Stasioner
Pendapatan Perkapita
-4.098572
-3.004861
Stasioner
Suku Bunga
-5.289099
-2.998064
Stasioner
Uang Beredar (M2)
-8.089886
-2.971853
Stasioner
Inflasi
-5.783859
-2.981038
Stasioner
Sumber: Hasil data diolah
Tabel 4.8 merupakan hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat
diferensi kedua. Dimana hasil dari uji stasioneritas data pada tingkat diferensi
kedua tersebut telah menunjukan bahwa variabel tabungan, pendapatan
perkapita, suku bunga, uang beredar (M2) dan inflasi telah stasioner, dimana
data dapat dikatakan stasioner jika nilai dari ADF hitungnya lebih besar dari
nilai ADF tabelnya pada derajat kepercayaan 5%.
Dengan stasionernya
seluruh variabel yang diestimasi maka dapat dilanjutkan dengan melakukan
pengujian kointegrasi.
3.
Hasil Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan uji stasioneritas data pada seluruh variabel dan
diyakini bahwa seluruh variabel tersebut sudah stasioner dan memiliki derajat
yang sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi untuk
melihat hubungan jangka panjang dari model tersebut.
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang atau ekuilibrium
antara variabel-variabel yang tidak stasioner, dengan kata lain walaupun
secara individual variabel-variabel tersebut tidak stasioner, namun kombinasi
linier antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Dalam pengujian
136
kointegrasi ini juga masih menggunakan metode ADF (Augmented Dickeyy
Fuller test) sedangkan persamaan jangka panjangnya akan diturunkan dari
persamaan Error correction model (ECM).
Pada perhitungan dalam tabel 4.9 memperlihatkan bahwa nilai ADF
hitung untuk residual persamaan kointegrasi lebih besar dari nilai kritis ADF
tabel yaitu sebesar -3.724681. Kondisi tersebut menunjukan bahwa variabelvariabel yang diamati dalam penelitian ini telah berkointegrasi pada derajat
yang sama. Hal ini juga menunjukan terjadinya keseimbangan jangka panjang
antar seluruh variabel pendapatan perkapita, suku bunga, uang beredar dan
inflasi memiliki keterkaitan dan berkointegrasi dengan tabungan.
Tabel 4.9
Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.724681
-3.670170
-2.963972
-2.621007
0.0088
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4.
Hasil Pengujian ECM dan Interpretasi
Untuk mendapatkan ilustrasi mengenai pengaruh dinamika jangka
pendek dari masing-masing variabel penentu kurs terhadap nilai tukar Rupiah
maka dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan pendekatan Error
correction model (ECM). Dalam membentuk persamaan model ECM,
residual (error term) yang diperoleh dari hasil persamaan kointegrasi jangka
137
panjang akan digunakan sebagai koefisien error correction bersamaan dengan
determinan jangka pendek dari persamaan nilai tukar. (Aisjah, 2005).
Dari hasil analisis ECM pada tabel 4.23 menunjukan bahwa nilai ECT
atau signifikansi residualnya pada uji variabel-variabel tabungan nilai t
statistiknya diatas dua dan nilai prob<0,05, hal ini menunjukan bahwa model
koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan sudah valid. (Wing Wahyudi
Winarno, 2007).
Dari
hasil
pengujian
ECT,
menunjukkan
bahwa
proporsi
ketidakseimbangan perubahan pada nilai tabungan dalam suatu periode telah
dikoreksi pada periode berikutnya oleh equilibrium term, sehingga arah
pengaruh dari variabel bebas dalam jangka pendek diharapkan dapat
konsisten dengan arah pengaruh bebas jangka panjang. Dengan kata lain,
model ECM dalam penelitian ini dapat dipakai untuk menganalisis pengaruh
variabel bebas Pendapatan perkapita, suku bunga, M2 dan Inflasi terhadap
variabel terikat yaitu Tabungan.
Tabel 4.10
Hasil Analisis Model ECM (Jangka Pendek pada Tabungan)
Dependent Variabel: D(SAV)
Method: Least Squares
Date: 06/28/11 Time: 21:51
Sample (adjusted): 1981 2010
Included observations: 30 after adjustments
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
D(GDPK)
D(R)
D(M2)
D(I)
RESID01
0.004842
-1.02E-08
-0.004437
5.30E-08
-0.001379
0.613941
0.010714
3.29E-09
0.002106
8.65E-08
0.000582
0.177889
0.451913
-3.118009
-2.106446
0.613468
-2.368403
3.451255
0.6554
0.0047
0.0458
0.5453
0.0263
0.0021
R-squared
Adjusted R-squared
0.530651
0.432870
Mean dependent var
S.D. dependent var
0.007523
0.056305
138
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.042402
0.043151
55.59566
5.426933
0.001770
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
-3.306378
-3.026138
-3.216727
2.222485
Sumber: Hasil data diolah
Estimasi Jangka Pendek Model Koreksi Kesalahan Engle-Granger:
D Kurs Dollar = 0.004842 - 1.02E-08*D(GDPk) - 0.004437*D(R) +
5.30E-08*D(M2)
–
0.001379*D(I)
+
0.613941*RESID01
R² = 0.530651
DW Stat = 2.222485
F Stat = 5.426933
Interpretasi dari hasil estimasi jangka pendek metode Error correction
model (ECM) yaitu variabel independen yang signifikan mempengaruhi nilai
tabungan hanyalah variabel Pendapatan perkapita, Suku bunga dan Inflasi
yang ditunjukan dari nilai nilai probabilitas hitung masing-masing variabel
yaitu sebesar 0.0047, 0.0458 dan 0.0263 yang signifikan pada α = 5% dimana
hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa pada jangka pendek variabel Pendapatan Perkapita, Suku Bunga dan
Inflasi berpengaruh terhadap tabungan dengan nilai koefisien masing-masing
variabel adalah sebesar -1.02E-08, - 0.004437 dan - 0.001379.
Nilai ECT yang ditunjukan pada hasil analisis ECM diatas yaitu sebesar
0.613941 menunjukkan bahwa biaya keseimbangan dan perkembangan kurs
pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah
0.614% dengan tingkat signifikansi 0.0021 dengan α = 5%.
139
Koefisien regresi jangka pendek dari regresi ECM tabungan
ditunjukkan oleh besarnya koefisien pada variabel-variabel jangka pendeknya
sedangkan koefisien regresi jangka panjang diperoleh dengan melakukan
perhitungan.
Hasil analisis model Error correction model (jangka panjang pada
tabungan) dapat dilihat pada tabel 4.24 pada halaman selanjutnya.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Model ECM (Jangka Panjang pada Tabungan)
Dependent Variabel: SAV
Method: Least Squares
Date: 06/28/11 Time: 21:53
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variabel
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
GDPK
R
M2
I
C
-7.59E-09
-0.000868
1.15E-07
-0.000464
0.076887
3.96E-09
0.003069
3.91E-08
0.000761
0.050190
-1.917487
-0.283002
2.932098
-0.610133
1.531933
0.0662
0.7794
0.0069
0.5471
0.1376
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.424962
0.336494
0.047781
0.059358
53.01430
4.803597
0.004905
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.083771
0.058658
-3.097697
-2.866408
-3.022302
1.228981
Sumber: Hasil data diolah
Estimasi Jangka Panjang Model Koreksi Kesalahan Engle-Granger:
D Kurs Dollar = 0.0076887 - 7.5937922*D(GDPk) - 0.000868*D(R) +
1.15E-07*D(M2) – 0.000464*D(I)
R² = 0.424962
DW Stat = 1.228981
F Stat = 4.803597
Untuk mengamati pengaruh jangka panjang antara variabel-variabel
yang diamati dapat dilihat dari persamaan regresinya. Jika nilai probabilitas
140
dari variabel-variabel yang diamati <0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini berarti variabel-variabel yang diamati berpengaruh pada tabungan.
Berdasarkan pada tabel 4.11 maka dalam jangka panjang dapat
dikemukakan bahwa tabungan hanya dipengaruhi oleh Uang Beredar (M2)
dengan nilai probabilitasnya sebesar 0,0069 yang signifikan pada α = 5%
sedangkan untuk koefisien jangka panjang masing-masing variabel tersebut
1.15E-07.
5.
Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya
memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlibat didalamnya telah
memenuhi kualifikasi persyaratan, kemudian penelitian dilanjutkan dengan
melakukan pengujian signifikansi model untuk melihat pengaruh variabelvariabel independen Pendapatan perkapita, Suku bunga, M2 dan Inflasi
terhadap variabel dependen tabungan secara simultan dan parsial dengan
menggunakan atau melihat nilai statistik Uji-t dan Uji F.
a.
Uji F(F-Test)
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel independen secara
bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Jika nilai probabilitas F statistiknya <0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, berarti bahwa secara bersama-sama variabel-variabel independen
yang terdapat dalam model berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependennya. Dari hasil regresi yang mengestimasi hubungan faktor-faktor
141
yang mempengaruhi tabungan pada jangka pendek diketahui bahwa nilai
probabilitas F statistiknya adalah 0.001770 dan signifikan pada α = 5%, maka
H0 ditolak dan H1 diterima, sedangkan untuk hasil regresi jangka panjangnya
diketahui bahwa nilai probabilitas F statistiknya adalah 0.004905 dan
signifikan pada α = 5%, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang secara bersama-sama variabelvariabel independen yang terdapat dalam model berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependennya.
b.
Uji Validitas Pengaruh (t-test)
Uji t statisitik digunakan untuk melihat besarnya pengaruh dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai
probabilitas dari variabel independen <0,05 maka H0 ditolak dan H1
diterima, dimana berarti variabel independen yang signifikan berpengaruh
terhadap variabel dependen.
1) Variabel Pendapatan Perkapita
Syafri (2009: 60) berdasarkan teori loanable funds ada beberapa
faktor yang mempengaruhi tabungan. Faktor pertama adalah pendapatan,
semakin besar pendapatan seseorang. Semakin besar kemampuan orang
tersebut untuk menabung. Faktor yang kedua adalah tingkat bunga,
tingkat bunga merupakan balas jasa terhadap tabungan. Semakin besar
tingkat bunga, semakin besar pula keinginan masyarakat ingin
menabung.
142
Mengacu pada model solow, suatu negara akan memiliki tingkat
pendapatan yang tinggi jika negara tersebut menyisihkan sebagian besar
pendapatannya ke tabungan dan investasi. sebaliknya jika suatu negara
mengalokasikan tabungan dan investasi dalam jumlah yang kecil maka
pendapatannya akan rendah (Putu Oktavia, 2005: 14)
Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel
pendapatan perkapita dengan nilai probabilitas sebesar 0.0047 yang
signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti
variabel GDP berpengaruh secara signifikan. Hasil ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Sri Isnowati (2005), Mahmoud A. Touny
(2008), syafri (2009) serta Paresh Narayan dan Saud Al Siyabi (2005)
bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh pada jangka pendek.
Pengaruh pendapatan perkapita terhadap jumlah tabungan juga
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Said Hallaq (2003),
Sunlip Wibisono (2004) Tochukwu E. Nwachukwu dan Festus O.
Egwaikhide (2007), bahwa pendapatan perkapita berpengaruh terhadap
tabungan. Ditambahkan oleh Shahbaz Nasir dan Mahmood Khalid
(2004), pendapatan yang tinggi menyebabkan tabungan tinggi, sehingga
mengkonfirmasi efek McKinnon. Menunjukkan bahwa jika ada dorongan
besar dalam pertumbuhan PDB untuk beberapa periode itu akan
menyebabkan tabungan lebih tinggi, yang akan positif mempengaruhi
investasi dan meningkatkan investasi sehingga meningkatkan PDB dan
akan kembali meningkatkan tabungan.
143
Sedangkan dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan pada
variabel pendapatan perkapita bahwa pendapatan perkapita tidak
berpengaruh secara parsial dengan tabungan, walaupun nilai probabilitas
signifikan sebesar 0.0662 pada α = 0,10 maka H0 diterima dan H1
ditolak berarti variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Ipumbu W. Shiimi and Gerson
Kadhikwa (1999).
2) Variabel Suku Bunga
Dijelaskan dalam teori loanable funds faktor kedua yang
mempengaruhi tabungan adalah tingkat bunga, tingkat bunga merupakan
balas jasa terhadap tabungan. Semakin besar tingkat bunga, semakin
besar pula keinginan masyarakat ingin menabung.
Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel suku
bunga dengan nilai probabilitas sebesar 0.0458 yang signifikan pada α =
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa variabel suku bunga
berpengaruh secara signifikan. Dari hasil regresi jangka panjang untuk
tabungan pada variabel suku bunga dengan nilai probabilitas 0.7794 tidak
signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10) (0,025) dan (0,01),
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel suku bunga tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tabungan.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ipumbu W.
Shiimi and Gerson Kadhikwa (1999), bahwa suku bunga berpengaruh
dalam hubungan jangka pendek dan tidak berpengaruh dalam jangka
144
panjang. Hasil ini juga diperjelas oleh Tri Wahyu Rejekiningsih dan
Banatul Hayati (2004) yang menyatakan bahwa suku bunga memiliki
pengaruh dalam hubungan jangka pendek terhadap tabungan tabungan
swasta, tabungan daerah dan tabungan pemerinath sedangkan pada
jangka panjang tidak berpengaruh.
Pengaruh suku bunga terhadap tabungan juga pernah diteliti oleh
Poppy Marieskha (2009), Syafri (2009), Ade Komaluddin, Apip Supriadi
dan Dede (2008) yang mendapatkan hasil bahwa variabel suku bunga
berpengaruh terhadap tabungan.
3) Variabel Uang Beredar
Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel
jumlah uang yang beredar (M2) dengan nilai probabilitas 0,5453 tidak
signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10) (0,025) dan (0,01),
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel Jumlah uang
beredar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
tabungan. Sedangkan dari hasil regresi jangka panjang untuk tabungan
pada variabel uang beredar (M2) dengan nilai probabilitas sebesar 0.0069
yang signifikan pada α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti
bahwa variabel uang beredar berpengaruh secara signifikan. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahmoud A. Touny (2008)
yang menyatakan bahwa uang beredar berpengaruh terhadap tabungan
pada jangka panjang dan tidak berpengaruh di jangka pendek. Ipumbu
W. Shiimi and Gerson Kadhikwa (1999) serta Claudio Paiva dan Sarwat
145
Johan (2003) menyatakan bahwa pada jangka panjang uang beredar
berpengaruh terhadap tabungan.
Dampak dari inflasi yang semakin tinggi untuk waktu yang lama
akan membuat jumlah uang beredar semakin banyak sehingga akan
berdampak terhadap tabungan. karena masyarakat lebih banyak
menggunakan uangnya untuk berbelanja sehingga berdampak pada
turunnya tingkat tabungan (Burkhard Heraa dan Bernd Sussmuthc, 2006:
3). Dan di tambahkan oleh Faizal Hanaris Rivai (2009: 34) yang
menyatakan bahwa jumlah uang beredar yang terlalu banyak ataupun
terlalu sedikit dapat mengakibatkan gangguan stabilitas moneter, hal ini
disebabkan dengan terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar dapat
menyebabkan kenaikan inflasi karena terjadinya kenaikan permintaan
sehingga kondisi moneter terganggu. semakin stabilnya jumlah uang
yang beredar maka smakin baik pula kondisi stabilisasi moneter.
Pengaruh uang beredar terhadap tabungan ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Said Hallaq (2003) menemukan bahwa jumlah
uang beredar M1+M2 berpengaruh terhadap tabungan di jordania.
4) Variabel Inflasi
Inflasi dapat menekan tingkat tabungan karena adanya dorongan
melakukan pengeluaran untuk barang-barang tahan lama sehingga akan
menurunkan tingkat tabungan. inflasi akan mendorong orang untuk
mengganti aset nominal ke aset riil.
146
Dari hasil regresi jangka pendek untuk tabungan pada variabel
Inflasi dengan nilai probabilitas sebesar 0.0263 yang signifikan pada α =
0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti bahwa variabel Inflasi
berpengaruh secara signifikan. Sedangkan dari hasil regresi jangka
panjang untuk tabungan pada variabel suku bunga dengan nilai
probabilitas 0.5471 tidak signifikan pada semua tingkat α (0,05) (0,10)
(0,025) dan (0,01), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak berarti variabel
suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
tabungan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Ipumbu W. Shiimi dan Gerson Kadhikwa (1999), Burkhard Heera dan
Bernd Sussmuthc, yang mendapatkan hasil bahwa inflasi berpengaruh
terhadap tabungan pada jangka pendek dan tidak berpengaruh pada saat
jangka panjang.
Pengaruh inflasi terhadap tabungan ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan Tochukwu E. Nwachukwu dan Festus O. Egwaikhide
(2007) dan Poppy Marieskha (2009). Dalam penelitian tersebut,
didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh inflasi terhadap tabungan.
c.
Koefisien Determinasi (R2)
Pada hasil analisis Error correction model (ECM) untuk jangka pendek
nilai koefisien determinasinya (R2) = 0.530651 ini menunjukkan bahwa
berarti besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen
sebesar
53,0651%,
sedang
sisanya
sebesar
46,9349%
147
menggambarkan pengaruh-pengaruh dari variabel di luar model. Dan untuk
hasil analisis Error correction model (ECM) dalam jangka panjang nilai
koefisien determinasinya (R2) = 0.424962 ini menunjukkan bahwa berarti
besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen
sebesar
42,4962%,
sedang
sisanya
sebesar
57,5038%
menggambarkan pengaruh-pengaruh dari variabel di luar model.
148
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil regresi model Error correction model (ECM)
mengenai pengaruh dari variabel-variabel independen Pendapatan Perkapita,
suku bunga, M2 dan Inflasi terhadap variabel dependen Tabungan, maka
dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:
1. Variabel-variabel independen Pendapatan Perkapita, suku bunga, M2 dan
Inflasi secara bersama-sama (simultan) dalam jangka pendek dan jangka
panjang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen Tabungan.
2. Secara parsial dalam jangka pendek yang mempunyai pengaruh hanya
variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi terhadap variabel
tabungan. Sedangkan jangka panjang hanya variabel uang beredar saja
yang berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen tabungan.
3. Besar pengaruh dari variabel-variabel independen makro ekonomi
terhadap variabel dependen tabungan dalam jangka pendek adalah sebesar
53,0651%, dan untuk jangka panjang sebesar 42,4962% dan sisanya
menggambarkan pengaruh dari variabel di luar model.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
pengaruh variabel Pendapatan perkapita, Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang
149
Beredar dan Inflasi terhadap variabel Jumlah Tabungan di Indonesia pada
tahun 1980 sampai tahun 2010. Agar dapat memperoleh gambaran yang lebih
mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Bedasarkan hasil uji regresi Error correction model (ECM) untuk jangka
pendek variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen tabungan, oleh karena itu
pemerintah dalam melakukan usaha menjaga nilai tabungan.
2. Bedasarkan hasil uji regresi Error correction model (ECM) untuk jangka
pendek variabel pendapatan perkapita, suku bunga dan inflasi berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen tabungan, oleh karena itu
pemerintah dalam melakukan usaha menjaga nilai tabungan.
3. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam peningkatan pendapatan
perkapita, diharapkan pemerintah dapat memberikan kebijakan-kebijakan
yang meringankan pelaku usaha agar kenaikan PDB lebih tinggi daripada
kenaikan jumlah populasi, karena pendapatan perkapita itu timbul karena
pembagian antara PDB dengan jumlah populasi.
4. Dalam suku bunga, bank sentral harus berperan sebagai stabilisator
naiknya suku bunga, karena jika suku bunga yang terlalu tinggi menaikan
tabungan namun akan berdampak negatif terhadap penyaluran kredit.
karena beban bunga yang dibebankan lebih besar dari bunga dalam
menabung.
150
5. Inflasi dan jumlah uang beredar tidak dapat dipisahkan, maka pemerintah
dan BI harus menjaga agar inflasi stabil sehingga berdampak pada
sedikitnya uang beredar di masyarakat yang mengakibatkan kenaikkan
pada tabungan.
6. Dalam penelitian seperti ini yang mungkin untuk dilakukan selanjutnya
yaitu menambah variabel ekonomi lainnya dengan menggunkan beberapa
metode yang berbeda atau dengan metode yang sama dan variabel
penelitian yang sama namun pada periode yang berbeda seperti pada
periode tahun 1980 kebawah, saat negara Indonesia pernah mengalami
krisis di tahun 1960an.
151
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Faisal. “Strategi dan Operasional Bank”, PT Eresco, Bnadung, 1996.
Ardiansyah, Riki. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Tabungan Masyarakat Pada Bank Umum Di Kota Binjai”, Skripsi S1
Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2009.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet.
Jakarta. 2006.
Aryaningsih, Ni Nyoman. ”Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah
Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT. BPD Cabang Pembantu
Kediri”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 2008.
Arthesa, Ade, “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”, PT. INDEKS,
Jakarta, 2006.
Bank Indonesia. “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”, Direktorat
Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, Jakarta.
Basalim, Umar. “Perekonomian Indonesia Krisis Dan Strategi Alternatif”,
Pustaka Cidesindo, Jakarta, 2000.
Brigham, Eugene F. dan Joel, F. Houston. “Fundamental of Financial
Management”, Harcourt Brace, Florida, 2006.
Boediono. “Ekonomi International seri synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi”, Edisi
keempat, BPFE, Yogyakarta, 2004.
Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”,
Salemba, Jakarta, 2006.
152
Case, Karl E. dan Fair, Ray C. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro”. Edisi Bahasa
Indonesia, Penerbit Gramedia, Jakarta, 2004.
Colander, David C. “Macroeconomics”, McGraw-Hill Irwin, New york, 1998.
,“Macroeconomics”, McGraw-Hill Irwin, New york, 2006.
Darmawan, Indra. “Perilaku Tabungan Masyarakat Antar Daerah Di Indonesia”,
artikel diakses tanggal 22 juni 2010, http://indradarmawanusd.wordpress.
com
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2003.
Duilio, Eugene A. “Uang dan Bank”, Erlangga, Jakarta, 1993.
Fabozzi, Frank J. “Pasar dan Lembaga Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta,
1999.
Frank, Robert H. dan Ben S. Bernanke. “principles of macro economics”,
McGraw-Hill Irwin, New york, 2004.
Gotthelf, Philip. “Currency Trading”, Wiley & Sons, Inc., New Jersey, 2003.
Gujarati. “ The Model And Basic Econometrics”, International Edision, McGrawHill, Singapore, 2003.
Hallaq, said. “Determinants of Private Savings: The Case of Jourdan (19762000)”, Jurnal King Suad University, Volume 15, Riyadh, 2003.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta,
2007.
Hubbard, R. Glenn “Money, the Financial System, and the Economy’, Pearson
Addison-Wesley, Boston, 2005.
153
Husni, Azhary. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak
Ketiga Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Periode: Januari 2006Desember 2007”, Dikta Ekonomi, Vol. 6 No. 1, April 2009.
Idroes, Ferry N. “Manajemen Resiko Perbankan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Ismail. “Manajemen Perbankan”, Kencana, Jakarta, 2010.
Isnowati, Sri. “Faktor-Faktor Penentu Tabungan Di Indonesia”, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi, Vol. 12 No. 1, Maret 2005.
Iqlima, Nresna. “Analisis Pengaruh Inflasi, DPK Dan Suku Bunga Kredit Modal
Kerja Terhadap Posisi Kredit Modal Kerja (Studi Kasus Pada Bank
Persero)” Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
Judisseno, Rimsky K. “Sistem Moneter dan Perbankan Di Indonesia”, Gramedia,
Jakarta, 2005.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Rajawali Pers, Jakarta, 2010.
. “Pemasaran Bank”, Kencana, Jakarta, 2005.
. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, edisi revisi, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Kendall, Patrick. “Interest Rates, Savings and Growth In Guyana”, Economics
and Programming Department, Agustus 2000.
Khalwaty, T. “Inflasi Dan Solusinya”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.2001.
154
Komaludin, Ade. “Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga dan
Inflasi Terhadap Tabungan Di Indonesia Periode Tahun 1985-2007”,
Fakultas Ekonomi, Universitas Siliwangi, 2008.
Kunarjo. “Glosarium Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan”, Universitas
Indonesia Press, Jakarta, 2003.
Lipsey, Richard. “Pengantar Makroekonomi”, Edisi 8th, Erlangga, Jakarta, 1993.
Listyoadi, Sekti Wibowo. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tabungan Perbankan Di Indonesia (Pendekatan Error correction model)”,
Tesis S2, Universitas Diponogoro, Semarang, 2005.
Mankiw, Gregory. “Principles of Economics (Pengantar Ekonomi Mikro)”, edisi
3th, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Manurunng, Mandala. “ Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.” FEUI.
Jakarta. 2004
Marieskha, Poppy. “Analisis Pengaruh PDRB, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi
Terhadap Simpanan Masyarakat Pada Bank-Bank Umum Di Sumatera
Utara”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, 2009.
McConell, Campbell R. and Brue, Stanley L. “Macroeconomics Principles,
Problems, and Policies”, McGraw-Hill, New york, 1996.
Mishkin, Frederic. C. 2008. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan” :
Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat.
Modigliani, Franco. “Fundations of Financial Markets and Institutions”, Prentice
Hall Inc, Second Edition, 2000.
155
Nachrowi D. Nachrowi dan Usman, Hardius. “Pendekatan Ekonometrika untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta, 2006.
Nopirin. “Ekonomi Moneter”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1989.
. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”, Edisi pertama, BPFE,
Yogyakarta,1994.
Nwachukwu, Tochukwu. E. dan Festus. O. Egwaikhide, “An Error-Correction
Model of the Determinants of Private Saving in Nigeria”, African Economic
Society (AES) Conference, Cape Town, South Africa, July 2007.
Paiva, Claudio dan Sarwat Jahan, “An Empirical Study of Private Saving in
Brazil”, Brazilian Journal of Political Economy, vol. 23, no.1, JanuaryMarch/2003.
Pandin, Prianto. “Lembaga Keuangan”, Rineka Cipta, jakarta, 2005.
Pohan, Aulia. “Kerangka Kebijakan Moneter dan Implimintasinya Di Indonesia”,
PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Putong, Iskandar. “Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2000.
, “Memahami Ekonomi Internasional: Memahami Dinamika Pasar
Global”, PPM, Jakarta, 2001.
Reny, Maharani. “Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga
Saham Syariah di JII”, LIPI Tesis S2, Universitas Indonesia, 2004.
Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Makro” edisi 2,
FEUI, Jakarta, 2004.
156
Rejeningsih, Try Wahyu dan Banatul Hayati, “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tabungan Daerah Di Kota Semarang”, Dinamika
Pembangunan, Volume 1 Nomor 1, Juli 2004.
Rihlah. “Analisis Pengaruh Pertimbuhan Earnings Assets dan Pertumbuhan dana
Pihak Ketiga terhadap Kinerja operasional (Rasio BOPO) pada Bank
Umum Swasrta Nasional Devisa” Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
Riyadi, Slamet. “Banking Assets and Liability Management”, Fakultas Ekonomi
UI, Jakarta, 2006.
Riza, muhammad. “Penentuan Nilai Tukar Rupiah Dengan Menerapkan Konsep
Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity Dalam Jangka Pendek
dan Jangka Panjang”, Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
Robert, H. Frank and Bernanke, Ben S. “Principles of Macro Economics”, The
McGraw-Hill Companies, NY, 2004.
Rodoni, Ahmad dan Indoyama N. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”,
Center for Sosial Economics Studies, Jakarta, 2007.
. “Modul Istitusi Depositori dan Pasar Modal”, FEB UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Samuelson, Paul dan Nordhaus, William D. “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media
Global Edukasi, Jakarta, 2001.
. “Ilmu Makroekonomi”, PT. Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.
157
Santoso, Purbayu Budi dan Muliawan Hamdani, “Statistik Deskriptif Dalam
Bidang Ekonomi dan Niaga” Erlangga, Jakarta, 2007.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, FEUI, Jakarta. 2005.
Shiimi, Ipumbu W. and Kadhikwa, Gerson. “Savings and Investment in Namibia”,
Bon O Ccasional paper, Nomor 2, April 1999.
Silvanita, Ktut. “Bank dan lembaga keuangan lain”, Erlangga, Jakarta, 2009.
Simorangkir, O. P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank”, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2004.
. “Pengantar lembaga Keuangan Bank dan Non Bank”, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2004.
Sinungan, Muchdarsyah. “Manajemen Dana Bank”, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
1993.
. “Uang dan Bank”, Bina Aksara, Jakarta, 1987.
Stephen, L, Slavin. “Macro Economics” Edition 5th, Mcgraw Hill Inc., New York,
1999.
Stockon, Jhon R. “Business And Economic Statistic”, South-Western Publishing
Company, Ohio, 1966.
Solimano, Andres dan Gutierrez, Mario. “Savings, Invesment and Growth In The
Global Age: Analytical and Policy Issues”, Macroeconomia del desarrollo,
Nacional Unidas, Chile, Agustus 2006.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004.
158
. “makro Ekonomi Modern Perkembangan Pemikiran Dari Klasik Hingga
Keynesian Baru”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000.
Susilo, Sri. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Syafri. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tabungan Masyarakat Pada
Bank Umum”, Kajian, Vol. 14 No. 1, Maret 2009.
Teguh, Muhammad. “Metodologi Penelitian Ekonomi”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.
Taswan. “Manajemen Perbankan”, Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN,
Yogyakarta, 2010.
Thomas, Suyatno. “Kelembagaan Perbankan”, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1999.
Triandaru, Sigit dan Santoso, Totok Budi. “Bank dan Lembaga Keuangan lain”.
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Triyono. “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dolar Amerika”, Vol. 9 No.
2, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 2008.
Touny, Mahmoud A. “Determinants of Domestic Saving Performance in Egypt:
An Empirical Study”, Journal of Commercial Studies and Researches,
Faculty of Commerce, Benha University, Nomor 1, 2008.
Wibisono, Sunlip. “Pengaruh Tingkat Bunga dan PDRB Terhadap Tabungan
Pada Bank Umum Di KBI Jember Tahun (1994) I- (2003) IV”, Manajemen,
Akuntansi dan Bisnis, Vol. 4 No. 2, Agustus 2006.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi” Edisi kedua, Ekonisia
Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 2007.
159
. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi” Edisi Ketiga, Ekonisia
Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 2009.
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”,
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta, 2007.
Wijaya, Faried. “Lembaga-Lembaga Keuangan dan Bank”, BPFE, Yogyakarta,
2001.
www.wikipedia.com
Zakaria, Junaiddin. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Gaung Persada Pers,
Jakarta, 2009.
160
LAMPIRAN 1
1.
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Level
a. Uji Stasioneritas Data Tabungan
Null Hypothesis: SAV has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.572650
-3.670170
-2.963972
-2.621007
0.1096
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita
Null Hypothesis: GDPK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
0.231577
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.9698
t-Statistic
Prob.*
-3.778119
-3.670170
-2.963972
-2.621007
0.0077
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga
Null Hypothesis: R has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
161
d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2)
Null Hypothesis: M2 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
10.81216
-3.670170
-2.963972
-2.621007
1.0000
t-Statistic
Prob.*
-4.881146
-3.670170
-2.963972
-2.621007
0.0005
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
e. Uji Stasioneritas Data Inflasi
Null Hypothesis: I has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2.
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Pertama
a. Uji Stasioneritas Data Tabungan
Null Hypothesis: D(SAV) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.018619
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
162
b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita
Null Hypothesis: D(GDPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.024637
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0045
t-Statistic
Prob.*
-5.168862
-3.711457
-2.981038
-2.629906
0.0003
t-Statistic
Prob.*
0.637547
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.9883
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga
Null Hypothesis: D(R) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 3 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2)
Null Hypothesis: D(M2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
163
e. Uji Stasioneritas Data Inflasi
Null Hypothesis: D(I) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.970722
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
3.
Uji Stasioneritas Data Pada Tingkat Diferensi Kedua
a. Uji Stasioneritas Data Tabungan
Null Hypothesis: D(SAV,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.015931
-3.769597
-3.004861
-2.642242
0.0489
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
b. Uji Stasioneritas Data Pendapatan Perkapita
Null Hypothesis: D(GDPK,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 6 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.098572
-3.769597
-3.004861
-2.642242
0.0048
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
164
c. Uji Stasioneritas Data Suku Bunga
Null Hypothesis: D(R,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.289099
-3.752946
-2.998064
-2.638752
0.0003
t-Statistic
Prob.*
-8.089886
-3.689194
-2.971853
-2.625121
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-5.783859
-3.711457
-2.981038
-2.629906
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
d. Uji Stasioneritas Data Uang beredar (M2)
Null Hypothesis: D(M2,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
e. Uji Stasioneritas Data Inflasi
Null Hypothesis: D(I,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
165
LAMPIRAN 2
Uji Kointegrasi
Null Hypothesis: RESID01 has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.724681
-3.670170
-2.963972
-2.621007
0.0088
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RESID01)
Method: Least Squares
Date: 06/28/11 Time: 14:04
Sample (adjusted): 1981 2010
Included observations: 30 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RESID01(-1)
C
-0.643637
0.001408
0.172803
0.007531
-3.724681
0.186931
0.0009
0.8531
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.331315
0.307434
0.041244
0.047630
54.11406
13.87325
0.000875
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.000969
0.049560
-3.474271
-3.380858
-3.444387
2.233140
166
LAMPIRAN 3
Hasil Analisis Model ECM jangka panjang
Dependent Variable: D(SAV)
Method: Least Squares
Date: 06/28/11 Time: 21:51
Sample (adjusted): 1981 2010
Included observations: 30 after adjustments
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
D(GDPK)
D(R)
D(M2)
D(I)
RESID01
0.004842
-1.02E-08
-0.004437
5.30E-08
-0.001379
0.613941
0.010714
3.29E-09
0.002106
8.65E-08
0.000582
0.177889
0.451913
-3.118009
-2.106446
0.613468
-2.368403
3.451255
0.6554
0.0047
0.0458
0.5453
0.0263
0.0021
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.530651
0.432870
0.042402
0.043151
55.59566
5.426933
0.001770
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.007523
0.056305
-3.306378
-3.026138
-3.216727
2.222485
Hasil Analisis Model ECM jangka panjang
Dependent Variable: SAV
Method: Least Squares
Date: 06/28/11 Time: 21:53
Sample: 1980 2010
Included observations: 31
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
GDPK
R
M2
I
C
-7.59E-09
-0.000868
1.15E-07
-0.000464
0.076887
3.96E-09
0.003069
3.91E-08
0.000761
0.050190
-1.917487
-0.283002
2.932098
-0.610133
1.531933
0.0662
0.7794
0.0069
0.5471
0.1376
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.424962
0.336494
0.047781
0.059358
53.01430
4.803597
0.004905
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
0.083771
0.058658
-3.097697
-2.866408
-3.022302
1.228981
167
Download