Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” PENGARUH KEGIATAN SHALAT TAHAJJUD BERJAMAAH TERHADAP EMOSIONAL SANTRI DI PESANTREN MAHASISWA Al-MANAR UNMUH PONOROGO TAHUN 2016 Nurul Abidin Universitas Muhammadiyah Ponorogo [email protected] ABSTRAK Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah (tathowwu‟) yang paling utama setelah shalat fardhu. Rasulullah saw, para sahabat, dan orang-orang shaleh terdahulu sangat menjaga shalat sunnah ini. Sehingga mereka mendapatkan kedudukan yang mulia disisi Allah swt. Shalat tahajjud yang dikerjakan tidak hanya membuahkan pahala yang cukup besar, tetapi lebih dari itu dapat membentuk kepribadian seseorang.Tidak hanya dapat mempererat hubungan vertikal dengan Allah swt, tetapi juga dapat mengasah kemampuan dalam hubungan horizontal sesama manusia dalam bersosial. Khususnya pada masa sekarang kecerdasan emosional ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri yang diharapkan dapat memperbaiki dekadensi akhlak yang terjadi di masyarakat modern. Pesantren mahasiswa Al-Manar adalah wadah pendidikan sebagai pusat pembinaan ke-Islaman bagi seluruh mahasiswa/wi baru di universitas Muhammadiyah Ponororgo. Salah satu kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh santri adalah melaksanakan shalat tahajjud secara berjamaah di masjid pada setiap akhir malam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh shalat tahajjud berjamaah terhadap emosional santri di pesantren mahasiswa Al-Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif lapangan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kuesioner, wawancara, dan observasi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan cara menyebarkan angket yang sudah disiapkan kepada para responden. Kata kunci: Shalat Tahajjud, emosional, santri pesantren A. Pendahuluan Kita sering mendengar dan mungkin telah merasakan kedahsyatan shalat tahajjud. Kita juga sering dianjurkan untuk melakukan shalat tahajjud jika ingin keluar dari masalah, memohon untuk keperluan yang sangat khusus, atau hal-hal mendesak lainnya. Allah berfirman: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). Yaitu seperdua atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur‟an itu dengan perlahan-lahan”. (QS. Al Muzammil: 1-4). Pada ayat diatas allah swt menitipkan pesan agar seluruh umat Rasululah saw bangun pada malam hari untuk shalat. Kata „bangunlah (untuk shalat)‟ menurut tafsir Ibnu Katsir adalah bangun dari tidur pada malam hari. Karenanya shalat tahajjud baru dapat dikatakan sah apabila seorang muslim telah tidur malam telebih dahulu walau Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” hanya sedikit. Tanpa melakukan tidur, shalat yang didirikan tidak dapat dinamakan shalat tahajjud.1 Dengan turunnya perintah shalat malam, Rasulullah saw kemudian bersabda bahwa Allah swt berfirman, “Aku adalah Raja, Aku adalah Raja, siapa yang memohon kepada-Ku maka akan Aku kabulkan permohonannya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni dosanya”. (HR. Muslim). Sabda berdasarkan firman Allah swt diatas, kemudian disambut para sahabat dengan begitu bersemangat. Mereka percaya bahwa sabda Rasulullah saw terhadap firman Allah tersebut artinya adalah shalat setelah bangun tidur pada malam hari yang merupakan saat terbaik untuk memohon apa saja.2 Shalat tahajjud adalah shalat sunnah, dalam artian barang siapa yang mengerjakannya mendapat pahala dan yang meninggalkannya tidak berdosa. Untuk menjalankan hal-hal yang sunnah membutuhkan kesadaran dan dorongan yang kuat dari dalam diri seseorang. Shalat tahajjud ini dapat berjalan dengan baik di pesantren mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah ponorogo pada tiap malamnya secara berjamaah. B. Kajian tentang shalat Tahajjud dan Emosional a. Pengertian Shalat Tahajjud Shalat tahajjud adalah shalat sunnah pada waktu malam, lebih baik jika dikerjakan sesudah larut malam, dan sesudah tidur. Bilangan rakaatnya tidak dibatasi, boleh sejuatnya. Sabda Rasulullah saw: “Dari Abu Hurairah, “Tatkala NAbi saw ditanya orang „Apakah shalat yang lebih utama selain dari shalat fardhu yang lima?‟ Jawab beliau, shalat pada waktu tengah malam.” (HR. Muslim). Firman Allah swt: “Dan sebagian malam hari tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Isra: 79).3 b. Waktu shalat tahajjud Menurut imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin4, pada malam hari terdapat enam alternatif waktu yang dapat dipilih untuk mendirikan shalat tahajjud. Berikut waktu tersebut: 1. Seluruh waktu malam Mendirikan shalat tahajjut sepanjang malam sudah dicontohkan oleh orang-orang sholeh terdahulu, seperti Said bin Musayyab, Fudhail bin Iyadh, Abu Abdillah Al Khawwas, Thawus, dan lain-lain. 2. Separuh malam Jika diinterpretasikan dengan waktu Indonesia, waktu separuh malam adalah pukul 00.00 wib5. “(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS. Al Muzammil; 3). 3. Sepertiga malam Yaitu antara jam 22.00 wib sampai jam 23.00 wib. Sesungguhnya dia (Amr bin Aus) mendengan Abdullah bin Amr bin Al Ash mengabarkan dari Nabi saw, beliau bersabda, ”Shalat yang paling dicintai oleh 1 Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adzim. Sayyid Alit Ibrahim, Shalat Tahajjud Witir Subuh Rasulullah, 2013, h. 104-105. 3 H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung, 2014, h. 148. 4 Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Dar Al Manar, 585-588/1. 5 Dr. Moh. Soleh, Terapi Salat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Jakarta, Hikmah, 2006, h. 113. 2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 4. 5. 6. c. 1. 2. 3. 4. 5. 6 Allah swt adalah shalatnya Nabi Dawud as, ia tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam, dan ia tidur lagi pada seperenam malam. Dan puasa yang paling dicintai oleh Allah swt adalah puasa Nabi Dawud, ia sehari puasa dan sehari berbuka.” (HR. Ibnu Khuzaimah). Dua pertiga malam Sekitar pukul 02.00 wib sampai 03.00 wib. Seperenam malam Muhammad ibnu Ahmad dan Abdurrahman bin Abu Bakar berkata, bahwasanya Nabi Dawud as bangun pada seperdua malam dan tidur pada sepertiga malam dan tidur pada sepertiga malam, kemudian bangun lagi pada seperenam malam6. Dua kali dalam satu malam Sebagaimana yang digambarkan oleh Aisyah ra dalam sebuah hadist: “Rasulullah saw shalat kemudian beliau tidur selama waktu beliau shalat, kemudian beliau shalat lagi, selama waktu beliau tidur sebelumnya. Kemudian beliau tidur hingga datang waktu subuh.” (HR. At Tirmidzi). Mukjizat Shalat Tahajjud7 Tiket masuk surga Abdullah ibnu Muslim berkata, “Kalimat yang pertama kali kudengar dari Rasulullah saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, bagikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, tegakkanlah shalat malam saat manusia lainnya tidur, nscaya kalian masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah). Amal yang menolong di akhirat Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah berikan kepada mereka. Sesungguhnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya (di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Az Zariyat; 15-18). Pembersih penyakit hati dan jasmani Salman Al Farisi berkata, Rasulullah saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam, karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada Tuhanmu, (shalat malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah dari perbuatan dosa, dan menghindarkan dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad). Sarana meraih kemuliaan Rasulullah saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka, karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin adalah shalat waktu malam dan ketidak butuhannya dimuliakan orang lain.” (HR. Al Baihaqi). Jalan mendapatkan rahmat Allah Abu Hurairah bersabda bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya. Juga merahmati perempuan yang bangun waktu malam, lalu shalat dan membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di wajahnya.” (HR. Abu Dawud). Muhammad ibnu Ahmad dan Abdurrahman bin Abu Bakr, Tafsir Jalalain, Kairo, Dar Al Hadist, h. 599/1. 7 Sayyid Alit Ibrahim, Shalat Tahajjud witir & Subuh Rasulullah saw, 2013, h. 119. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 6. Sarana pengabul permohonan Dari Jabir berkata, bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari, ada satu saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah memberinya. Itu berlangsung pada setiap malam.”(HR. Muslim). 7. Penghapus dosa dan kesalahan Dari Abu Umamah Al Bahili berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Lakukan qiyamul lail. Karena itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, bentuk taqarrub, penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At Tirmidzi). 8. Jalan mendapat tempat yang terpuji Allah swt berfirman, “Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al ISra‟: 79). 9. Pelepas ikatan syetan Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setan akan mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang diantara kamu itu bangkit seraya menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, ketika ia berwudlu maka akan terbukalah ikatan kedua, apabila ia shalat akan terbuka ikatan semuanya. Dia juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak dia akan merasa malas dan kekusutan jiwa.” 10. Waktu utama untuk berdo‟a Amru bin Abasyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah! Malam apakah yang paling didengar?, Rasulullah saw menjawab, “Tengah malam terakhir, maka shalatlah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat pada waktu tersebut adalah maktubah masyhudah (waktu yang apabila bermunajat maka Allah menyaksikannya dan apabila berdo‟a maka didengarkan do‟anya).” (HR. Abu Dawud). d. Pengertian emosi Menurut Daniel Goleman (2004: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatau keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Menurut Ary Ginanjar (2001: 199) bahwasannya kecerdasan emosional adalah sebuah akhlak di dalam agama Islam. Dengan akhlakul karimah inilah para santri dapat berbuat baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya. C. Pesantren Mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo Pesantren mahasiswa Al Manar adalah pesantren yang dimiliki oleh Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pesantren ini resmi digunakan mulai bulan Nopember 2015 sampai sekarang. Dengan usia yang masih relatif muda, tetapi pesantren ini sedikit banyak sudah dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa/wi universitas Muhammadiyah Ponorogo. Dalam setiap angkatan pesantren ini membina maksimal 150 santri pada tiap bulannya. Jadi sampai angkatan ke VII ini alumni pesantren ini mencapai kurang lebih 900 santri. a. Visi Menjadi pusat pembinaan Al Islam untuk mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Ponorogo, sehingga terbentuk mahasiswa muslim yang berilmu dan berakhlakul karimah sesuai Al-Qur‟an dan As-Sunnah dalam rangka mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” b. Misi 1. Memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. 2. Menyelenggarakan praktek pendisiplinan peribadatan sehari-hari dan amal sholih secara ritual maupun sosial. 3. Membina kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Qur‟an secara lancar dan benar. 4. Membina kemampuan mahasiswa dalam Ibadah Praktis secara lancar dan benar. 5. Mengembangkan pola perilaku yang berbasis pada pembiasaan hidup Islami dan berakhlakul karimah. c. Tujuan 1. Menanamkan kepada pribadi mahasiswa aqidah yang lurus, ibadah yang benar, dan akhlak yang mulia. 2. Membina mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Qur‟an, dan meningkatkan kemampuan tahsin tilawah Al-Qur‟an. 3. Membina mahasiswa untuk membiasakan beribadah praktis sesuai tuntunan syariat. 4. Membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam di dalam maupun di luar kampus. 5. Meneguhkan semangat dan mengarahkan orientasi belajar mahasiswa baru di universitas Muhammadiyah Ponorogo. d. Target 1. Mahasiswa mempunyai pemahaman aqidah Islam yang benar sesuai pemahaman salafus sholih. 2. Mahasiswa dapat mempraktekkan sikap sadar dan rela menjalani pendisiplinan ibadah seperti shalat wajib, shalat sunnah, wirid, doa dsb. 3. Mahasiswa mampu membuat komitmen berakhlaqul karimah selama belajar di perguruan tinggi. 4. Mahasiswa mempunyai semangat berinteraksi dengan Al-Qur‟an, dan mampu membaca Al-Qur‟an dengan benar. 5. Mahasiswa mampu menerapkan ibadah praktis dengan benar. 6. Mahasiswa mau dan mampu mempraktekkan nilai-nilai ajaran Islam dalam berkehidupan. e. Materi A. Materi pokok Materi-materi pokok yang diajarkan dalam Pesantren Mahasiswa “Al Manar” ini meliputi beberapa hal sebagai berikut: No. 1 2 3 4 5 Materi pokok Aqidah Akhlaq Ibadah Praktis Baca Qur‟an Tadabbur Ayat Kepemimpinan Durasi 10 x pertemuan 20 x pertemuan 14 x pertemuan 4 x pertemuan 4 x pertemuan Adapun tema-tema materi pokok adalah sebagai berikut: 1. Materi Aqidah - Akhlaq: a. Pemahaman muslim terhadap tuhannya. b. Pemahaman muslim terhadap agamanya. Waktu Bakda Isyak Bakda Isyak/Subuh Bakda Subuh Bakda Subuh Jum‟at Bakda Maghrib Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” c. d. e. f. g. h. i. j. Pemahaman muslim terhadap nabinya. Akhlak dalam menuntut ilmu. Akhlak dalam pergaulan. Akhlak dalam berbusana. Akhlak terhadap kedua orang tua. Menjadi pribadi yang sholih. Menjadi pribadi yang bermanfaat. Menjadi pribadi yang berdisiplin. 2. Baca Tulis Al-Qur‟an: a. Belajar membaca Al-Qur‟an metode Tsaqifa. b. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (makhroj huruf). c. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (bacaan mad). d. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (bacaan ghunnah). 3. Ibadah praktis: a. Wudhu. b. Tayamum. c. Sholat. d. Sholat berjamaah. e. Sholat jama‟ dan qasar. f. Merawat jenazah. 4. Tadabbur Ayat: a. Berlomba-lomba dalam kebaikan (Al-Baqarah:148, Al-Imran:133) b. Taubat (An-Nur:31, Hud:3, At-Tahrim:8) c. Kebersamaan Allah (Al-Hadid:4, Al-Imran:5) d. Jujur (At-Taubah:119, Al-Ahzab:35) 5. Kepemimpinan B. Materi penunjang Selain menyelenggarakan pembinaan materi pokok di pesantren mahasiswa “Al Manar” Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini juga menyelenggarakan materi penunjang sebagai berikut: No. 1 2 3 4 5 Jenis Kegiatan Dzikir petang/tilawah Kultum Sholat Tahajjud Sholat Dhuha Puasa sunnah Durasi Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari 8x dalam sebulan 6 7 8 9 10 Muhadhoroh Pengajian Ahad pagi Olah raga Kerja bakti Muhasabah 4x dalam sebulan 4x dalam sebulan 4x dalam sebulan 4x dalam sebulan 2x dalam sebulan 11 12 13 Outbond Khotmul Qur‟an Lomba tahfidz dan tilawah 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan 1x dalam sebulan Waktu/Hari Sebelum Maghrib Bakda Maghrib Setiap malam Setiap dhuha Setiap Senin dan Kamis Setiap Ahad malam Setiap Ahad pagi Setiap Ahad pagi Setiap Ahad pagi Senin malam, minggu kedua dan keempat Ahad, minggu kedua Ahad, minggu ketiga Ahad, minggu Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 14 f. Wisata ruhani 1x dalam sebulan keempat Hari terakhir Sistem Evaluasi Sistem evaluasi yang dipakai untuk menentukan kelulusan mahasiswa di pesantren mahasiswa Baitul Arqam ini menggunakan sistem portopolio dan kinerja mahasiswa. Adapun bentuknya sebagai berikut: 1. Portopolio: a. Resume materi b. Presensi c. Lembar evaluasi ibadah harian 2. Kinerja mahasiswa: a. Partisipasi b. Shalat Wajib dan Tahajjud c. Shalat Dhuha d. Tilawah Al-Qur‟an e. Puasa sunnah f. Kultum g. Karakter yang dikembangkan di pesantren Baitul Arqam Selama berada di pesantren mahasiswa “Baitul Arqam”, mahasiswa diarahkan untuk memiliki karakter yang terinternalisasi dalam dirinya: 1. Keikhlasan: 1. Keikhlasan mengikuti semua tata tertib dan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir 2. Ikhlas dengan niat semata-mata mencari ridlo allah swt. 2. Kesederhanaan: 1. Sederhana dalam hal makan 2. Sederhana dalam tempat tidur 3. Sederhana dalam berhias (tidak boleh membawa / memakai perhiasan) 3. Kebersamaan: 1. Makan bersama dengan menu yang sama 2. Tidur bersama dengan fasilitas yang sama 3. Sama-sama saling mengingatkan dalam hal kebaikan 4. Kejujuran: 1. Berkata berdasarkan fakta dan data 2. Tidak boleh berbohong dan mencuri 5. Keberanian: 1. Berani menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah 2. Berani mengeluarkan pendapat, gagasan dan ide sesuai akhlak Islam 3. Berani berbuat dan berani bertanggung jawab 6. Kedisiplinan: 1. Disiplin menepati waktu shalat berjamaah 2. Disiplin menepati waktu kuliah/materi 3. Disiplin dalam antri mandi 7. Kesabaran: 1. Sabar menjalankan tata tertib dan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir 2. Sabar menjalankan ibadah 3. Sabar menahan amarah 8. Kerapian: 1. Rapi dalam berpakaian sesusai dengan syariat dan tidak memakai celana berbahan jeans Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2. Rapi dalam berpenampilan (rambut pendek bagi laki-laki dan tidak memakai aksesoris) 9. Bertanggungjawab 1. Bertanggungjawab terhadap segala tindakan dengan kesiapan menerima reward and phunisment. 2. Bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kerapian lingkungan h. Peserta Peserta pesantren mahasiswa “Al Manar” adalah mahasiswa baru di Universitas Ponorogo tahun akademik 2015/2016 yang akan dilaksanakan secara bergelombang, pada tiap gelombangnya diikuti 150 orang mahasiswa yang diwajibkan tinggal selama satu bulan di pesantren mahasiswa rusunawa Universitas Muhammadiyah Ponorogo selama 8 gelombang. i. Bekal yang harus dibawa peserta: 1. Jas almamater. 2. Pakaian mahasiswi: 1. Busana muslimah (pakaian longgar non presbody, memakai rok panjang, dan berjilbab) 2. Mukena (rukuh) dan sajadah 3. Sandal 4. Pakaian dan sepatu olah raga 5. Pakaian istirahat 6. Slimut 3. Pakaian mahasiswa: 1. Baju koko / baju berkerah dan celana panjang bukan dari bahan jeans 2. Sarung, songkok, dan sajadah 3. Sandal 4. Pakaian dan sepatu olah raga 5. Pakaian istirahat 6. Slimut 4. Peralatan mandi: 1. Handuk 2. Sabun mandi 3. Sikat dan pasta gigi 5. Alat kuliah: 1. Buku tulis, pulpen 2. Al Qur‟an yang ada terjemahnya 6. Identitas diri: 1. Kartu tanda mahasiswa (KTM) j. Tata tertib peserta I. Ketentuan Umum 1. Peserta pesantren mahasiswa “Al Manar” adalah mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 2. Selama kegiatan peserta disediakan penginapan di rusunawa pesantren mahasiswa “Al Manar” Universitas Muhammadiyah Ponorogo. II. Kewajiban Peserta 1. Melakukan registrasi untuk mengikuti kegiatan pesantren sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 2. Bertempat tinggal di pesantren mahasiswa “Al Manar” Rusunawa Universitas Muhammadiyah Ponorogo (jln. Pramuka Ponorogo) selama kegiatan berlangsung. 3. Mengikuti seluruh kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan hadir 10 menit sebelum setiap kegiatan dimulai. 4. Menjaga ketertiban, ketenangan dan kebersihan lingkungan. 5. Menjaga keamanan barang milik sendiri. 6. Membawa jas almamater, pakaian formal (pakaian berkerah, bawahan non jeans), perangkat untuk shalat (sarung, songkok, mukenah, sajadah), AlQur‟an terjemah, pakaian dan sepatu olah raga, pakaian istirahat, dan sandal. 7. Berbusana muslimah bagi peserta putri (pakaian longgar non presbody, memakai rok panjang, dan berjilbab). 8. Menjaga nama baik pesantren. III. Larangan Peserta 1. Merokok dan minum minuman keras. 2. Bersikap mubadzir (berlebih-lebihan) dalam berpakaian, berhias, makanminum, mandi dan wudlu. 3. Memakai barang milik orang lain tanpa ijin pemiliknya. 4. Berpacaran dan begadang. 5. Bersenda gurau melebihi batas kewajaran. 6. Berpindah kamar/menempati kamar tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan. 7. Berambut gondrong, mengecat rambut, dan memakai celana terlalu ketat. 8. Memakai aksesoris yang kurang sopan. 9. Melakukan tindakan-tindakan kriminal, asusila, perkelaihan, serta penggunaan narkoba. 10. Merusak dan/atau menghilangkan fasilitas dan alat kelengkapan pesantren. 11. Meninggalkan pesantren, kecuali atas izin Musyrif dan Mudir. k. Sanksi : 1. Bagi mahasiswa/wi yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran. 2. Tingkatan sanksi adalah: a. Teguran. b. Penugasan meresume materi atau sejenisnya. c. Penanda tanganan surat pernyataan dan pembuatan makalah. d. Dinyatakan TIDAK LULUS. 3. Bagi yang TIDAK LULUS tidak berhak mendapatkan sertifikat sebagai prasyaratan mengikuti KKN bagi prodi S-1 dan wisuda bagi prodi Diploma. 4. Bagi yang merusak atau menghilangkan barang atau fasilitas apapun milik pesantren wajib menggantinya. l. Sarana dan Prasarana Untuk mendukung keberlangsungan dan keefektifan program-program yang dilaksanakan di pesantren mahasiswa diperlukan sarana dan prasarana pendukung diantaranya adalah: 1. Ruang pembelajaran : (10 ruang) 2. Masjid : (1 masjid) 3. Kamar mahasiswa : (30 kamar, @kamar 5 orang) 4. Kantor : (1 ruang) 5. Kamar pengurus : (4 ruang) 6. Kamar Musyrif & Mudabbir : (5 kamar) Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 7. 8. 9. 10. Ruang Tamu Ruang kesehatan Kamar pegawai Lapangan m. Jadwal kegiatan A. Jadwal harian HARI WAKTU Senin-Sabtu 17.00 – 17.30 17.30 – 18.00 18.00 – 18.30 18.50 – 19.30 19.30 – 21.00 21.00 – 21.30 21.30 – 02.30 02.30 – 03.00 03.00 – 04.30 04.30 – 06.00 06.00 – 07.00 B. Jadwal hari Ahad HARI WAKTU AHAD I 06.00- 09.00 II 06.00- 09.00 III 06.00- 09.00 IV 06.00- 09.00 : (1 kamar) : (1 kamar) : (1 kamar) : (1 halaman lapang) ACARA Tilawah/dzikir petang - Sholat Maghrib berjamaah - Ceramah umum/kultum - Materi Leadership Makan malam Sholat Isya‟ berjamaah - Materi Aqidah Akhlak/ - Ibadah Praktis Belajar malam Istirahat Persiapan qiyamul lail - Qiyamul lail - Muhasabah - Sholat Subuh berjamaah - Pembelajaran Tsaqifa/ - Tadabbur Ayat/ - Ibadah Praktis Bersih diri dan persiapan PJ/PEMATERI Musyrif Musyrif ACARA PJ/PEMATERI - Kerja bakti - Olah raga/Outbond - Pengajian Ahad pagi - Lomba tahfizd dan tilawah - Kerja bakti - Olah raga - Khotmul Qur’an - Pengajian Ahad pagi - Rihlah ruhani Musyrif Munfarid Musyrif Musyrif Munfarid Munfarid Musyrif Musyrif Musyrif Munfarid Musyrif Musyrif Musyrif D. Kegiatan Shalat Tahajjud berjamaah di pesantren mahasiswa Al Manar a. Strategi pelaksanaan shalat tahajjud di pesantren mahasiswa Al Manar Berdasarkan keterangan dari Bapak H. Wawan Kusnawan, M.Pd.I selaku Mudir/Direktur Pesantren Mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo menerangkan bahwa Pesantren Mahasiswa Al Manar ini merupakan sinkronisasi antara kampus dan pesantren. Dalam perkuliahan di kampus semua mahasiswa mendapatkan mata kuliah ke-Islaman yang meliputi aqidah, akhlak, muamalah, dan Islamisasi ilmu pengetahuan. Sedangkan di pesantren mahasiswa lebih diarahkan kepada pengamalan dari materi-materi yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Model pembelajaran yang diterapkan di pesantren adalah praktek pembiasaaan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan santri sehari-hari dengan system pendisiplinan terkontrol. Artinya dalam setiap kegiatan Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” yang mereka lakukan tidak lepas dari pantauan musyrifnya masing-masing. Dan para musyrif ini bertanggung jawab atas kedisiplinan santri dalam melaksanakan ibadah, berakhlakul karimah, dan beraqidah shahihah. Demikian dalam pelaksanaan shalat tahajjud semua santri diwajibkan untuk mengikuti shalat tahajjud secara berjamaah. Motto yang senantiasa terngiang dalam benak pengurus dan santri adalah „dipaksa, terpaksa, biasa, terbiasa, luar biasa‟. Dalam hal kebaikan kadang model pendidikan perlu adanya aturan yang wajib dilakukan oleh seluruh santri, dengan kata lain santri harus dipaksa untuk melakukannya. Karena bisa jadi mereka takut atau bimbang sebelum melakukan. Maka ketika dipaksa untuk melakukan akhirnya mereka punya pengalaman dan selanjutnya bisa menilai. Dan tidak sedikit dari mereka yang awalnya berat untuk melakukan tetapi pada akhirnya menikmati perbuatan baik tersebut. Menurut penjelasan Bapak H. Wawan Kusnawan, M.Pd.I dalam menerapkan shalat tahajjud berjamaah pada tiap malam di masjid, pengelola pesantren menerapkan strategi pembinaan sebagai berikut: a. Mudabbir melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu sebelum membangunkan semua santri. Mudabbir dalam pesantren mempunyai tugas sebagai penegak disiplin dari setiap kegiatan yang diagendakan pesantren. Salah satu tugas itu adalah pendisiplinan dalam pelaksanaan shalat tahajjud. Mereka bertanggung jawab dalam membangunkan santri-santri agar shalat tahajjud berjamaah sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Pembangunan santri dimulai pada pukul 02.30 wib, dan shalat tahajjud berjamaah dilaksanakan pada pukul 03.00 wib. Sebelum membangunkan semua santri, para mudabbir sudah melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu. Jadi pukul 02.00 mereka sudah bangun dan langsung melaksanakan shalat tahjjud secara berjamaah. Motivasi yang terbangun dalam lingkungan pesantren bahwa pengurus adalah teladan bagi santri. Dengan itu semua pengurus baik mudir, musyrif, maupun mudabbir memahami bahwa mereka harus siap menjadi contoh yang baik bagi para santri. Demikian juga mudabbir yang mendapat tugas membangunkan santri, mereka bangun lebih dahulu kemudian melakukan shalat tahajjud terlebih dahulu. Dengan demikian para santri secara psikologis lebih mudah untuk dibangunkan walaupun kebanyakan dari mereka baru melakukan shalat tahajjud secara teratur di pesantren ini, karena teladan yang ditunjukkan oleh para pengurus pesantren. b. Mudabbir membangunkan semua santri yang ada di kamar masing-masing. Aktifitas membangunkan santri untuk persiapan shalat tahajjud dilakukan pada pukul 02.30 wib. Dalam proses pembangunan ini para mudabbir mempunyai strategi agar proses pembangunan ini mudah dan tidak mendapat perlawanan dari para santri. Mereka membagi tugas dari jumlah mudabbir yang ada menjadi dua kelompok. Misalnya jumlah mudabbir ada 6 orang, maka kelompok yang pertama terdiri dari 3 orang mempunyai tugas membangunkan para santri yang tinggal di lantai dua. Sedangkan kelompok kedua yang berjumlah 3 orang mempunyai tugas membangunkan para santri yang tinggal di lantai tiga. Dalam teknis pembangungan mereka buat 3 putaran pada tiap kelompok; putaran yang pertama dengan mengetuk pintu secara perlahan serta menyalakan lampu di setiap kamar santri yang dilaluinya. Putaran yang kedua dengan memasuki kamar santri satu persatu dan menepuk-nepuk pundak mereka satu persatu, atau sampai membantu mereka sampai benar-benar duduk, serta meyakinkan mereka tidak tidur kembali ketika kamar tersebut ditinggalkan untuk membangunkan kamar berikutnya. Putaran ketiga dengan memercikkan sedikit air ke wajah santri yang benar-benar sulit dibangunkan. Namun demikian dalam prakteknya para mudabbir menemukan berbagai macam reaksi yang ditunjukkan oleh para santri terutama pada hari-hari pertama di pesantren. Diantara mereka ada yang mudah dibangunkan, bahkan mereka membantu mudabbir dengan membangunkan temantemannya yang lain. Ada juga diantara mereka yang agak susah dibangunkan, ketika Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” mudabbir masuk ke kamar mereka, mereka bangun dan duduk seakan-akan sudah siap ke kamar mandi, namun ketika mudabbir keluar dari kamar tersebut dia tidur lagi. Ada juga diantara mereka yang benar-benar susah dibangunkan, ketika dibangunkan malah sembunyi di belakang pintu, ada juga yang langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi tetapi lama sekali di dalam kamar mandi tidak keluar-keluar. Demikianlah reaksi para santri dalam proses pembangunan yang mengharuskan para mudabbir memiliki kesabaran yang berlipat ganda. c. Musyrif menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. Jumlah musyrif dalam setiap gelombang berjumlah 10 orang. Dan setiap musyrif ini mendapat tugas menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian pada tiap malamnya. Jadi setiap musyrif selama satu bulan mendapatkan tugas mengimami shalat tahajjud sebanyak dua kali. Sedangkan musyrif yang tidak mendapatkan jadwal menjadi imam tetap ikut melaksanakan shalat tahajjud berjamaah sebagai makmum. Dengan demikian contoh yang ditunjukkan para musyrif dan dilihat para santri menimbulkan rasa senang sehingga ringan dalam melaksanakan shalat tahajjud di setiap malam dalam kehidupan pesantren. Walaupun dalam prakteknya ditemukan beberapa musyrif yang awalnya keberatan untuk menjadi imam tahajjud karena belum ada pengalaman. Tetapi dengan rasa kebersamaan dan saling menguatkan justru ini menjadi sebuah tantangan dan pengalaman baru bagi para musyrif. Yang awalnya beberapa orang diantara mereka belum pede menjadi imam, lama kelamaan menjadi biasa dan terbiasa. d. Musyrif beserta Mudir melaksanakan shalat tahajjud berjamaah bersama para santri. Begitu pula mudir dan pengurus yang lainnya tidak kalah semangatnya untuk samasama melaksanakan shalat tahajjud secara berjamaah bersama santri. b. Pelaksanaan dan Pengaruh kegiatan shalat tahajjud berjamaah terhadap emosional santri Peserta Pesantren mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada gelombang VII ini berjumlah 130 santri. Terdiri dari satu fakultas dan tiga program studi yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan, dengan program studi D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan D3 Kebidanan. Dalam penelitian ini peneliti tidak melibatkan seluruh peserta tetapi mengambil sample 15% dari jumlah peserta, yaitu sebanyak 20 santri. Dari total santri 130 tersebut dalam pembelajarannya dibagi menjadi 10 kelas, sehingga tiap kelasnya berjumlah 13 santri. Untuk memperoleh data dalam pengambilan sample pada penelitian ini di setiap kelasnya diambil 2 santri. Jumlah angket yang dikeluarkan oleh peneliti terdiri dari 11 buah pertanyaan yang tertulis diatas kertas. Pertanyaan tersebut terdiri dari 6 pertanyaan mengenai pelaksanaan shalat tahajjud di pesantren, dan 5 pertanyaan mengenai pengaruh kegiatan tahajjud berjamaah terhadap emosional santri. Dari 20 angket yang sudah diedarkan, peneliti menganalisis sebagai berikut: 1. Pertanyaan tentang pelaksanaan shalat tahajjud santri di rumah sebelum ke pesantren. Dari hasil angket yang disebar menunjukkan 10% mereka sudah terbiasa melaksanakan shalat tahajjud di rumah, sedangkan di pesantren tinggal meneruskan kebiasaan tersebut. 5% dari mereka tidak terbiasa shalat tahajjud. Sedangkan 16% dari mereka jarang melaksanakan shalat tahajjud di rumah. Dan 5% diantara mereka yang sama sekali tidak pernah melaksanakan shalat tahajjud. Dengan ini menunjukkan bahwa sebagian besar mereka merasakan melaksanakan shalat tahajjud secara disiplin setiap malamnya ketika mereka di pesantren. 2. Perasaan berat dalam melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal masuk di pesantren. Hasil dari pertanyaan pertama diatas menunjukkan mereka belum terbiasa melaksanakan shalat tahajjud. Sedangkan hasil dari pertanyaan yang kedua ini Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” 3. 4. 5. 6. 7. menguatkan kembali hasil pertanyaan pertama. 75% dari responden merasakan berat melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal masuk di pesantren. Sedangkan 25% mereka merasakan tidak berat, dikarenakan sebagian kecil ini sudah terbiasa melaksanakannya di rumah. Perasaan ringan dalam melaksanakan shalat tahajjud pada hari-hari terakhir di pesantren. 70% responden merasakan ringan melaksanakan shalat tahajjud setelah beberapa hari mereka laksanakan pada tiap malamnya. 25% masih merasakan berat. Sedangkan 5% kadang merasakan berat dan kadang merasakan ringan tergantung kondisi diri pada waktu itu. Hasil ini menunjukkan setelah beberapa hari mereka melaksananakan pendisiplinan shalat tahajjud yang pada awalnya mereka berat melakukan, pada akhirnya mereka tidak merasakan berat lagi karena pembiasaan tersebut. Sedangkan sebagian yang lain masih berat melakukan dikarenakan proses adaptasi dan kesadaran setiap santri yang berbeda-beda. Proses pembangunan untuk shalat tahajjud pada awal-awal masuk di pesantren. Dari angket yang disebar menunjukkan 40% mereka mengakui susah dibangunkan. Sedangkan 50% mengakui tidak susah dibangunkan walaupun merekapun belum terbiasa bangun malam. Dan 10% mengakui kadang mudah dibangunkan dan kadang susah dibangunkan. Dari data diatas dapat kita pahami adanya perbedaan yang tidak terlalu besar antara santri yang mudah dibangunkan dengan santri yang susah dibangunkan pada awal-awal mereka di pesantren. Ini menunjukkan adanya efek positif dari peraturan yang diberlakukan di pesantren bahwa setiap santri tanpa terkecuali diharuskan untuk mengikuti kegiatan shalat tahajjud secara berjamaah di masjid. Proses pembangunan santri untuk shalat tahajjud pada hari-hari akhir di pesantren. 75% merasakan mudah dibangunkan setelah berjalan beberapa hari di pesantren. 15% merasakan masih berat bangun untuk shalat tahajjud walaupun sudah beberapa hari melaksanakannya. Dan 10% mengatakan terkadang masih susah dan terkadang mudah dibangunkan. Dari data tersebut menunjukkan setelah ada proses pelaksanaan shalat tahajjud beberapa hari dengan model pendisiplinan adanya pertumbuhan tingkat kesadaran para santri. Ketika di hari-hari pertama setengah dari mereka bangun karena terikat peraturan, setelah hari-hari berikutnya sebagian besar mereka bangun atas dasar kesadaran. Pelaksanaan shalat tahajjud dengan berjamaah. 55% dari responden menyatakan mereka lebih semangat apabila shalat tahajjud dilaksanakan dengan cara berjamaah. 30% mereka lebih merasa nyaman ketika dilakukan dengan cara sendirian. Sedangkan 15% merasakan rasa yang berbeda ada saatnya nyaman dikerjakan dengan sendiri, dan suatu saat tertentu lebih semangat ketika dikerjakan dengan cara berjamaah. Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa sebagian besar santri lebih semangat apabila shalat tahajjud dilakukan dengan cara berjamaah. Jika saja diprogramkan secara mandiri besar kemungkinan tidak dikerjakan karena sebagian besar mereka belum terbiasa dan istiqamah dalam menjalankan shalat tahajjud. Sedangkan sebagian kecil mereka lebih merasa nyaman jika dikerjakan dengan mandiri atau sendiri, hal ini disebabkan karena mereka ini sudah terbiasa, atau paling tidak sudah sering mengerjakan shalat tahajjud di rumah sebelum mereka mengikuti program pesantren. Tumbuhnya rasa semangat dalam diri setelah melaksanakan shalat tahajjud. Dari angket yang disebarkan menunjukkan 65% dari responden merasakan tumbuhnya rasa semangat dalam diri mereka setelah melaksanakan shalat tahajjud. Sedangkan 10% merasakan tidak ada perubahan dalam semangat mereka. Dan 25% nya merasakan tidak pasti, kadang merasakan semangat dan kadang tidak merasakan perubahan. Data diatas menunjukkan sebagian besar santri merasakan adanya Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” pertumbuhan rasa semangat dalam diri mereka setelah melaksanakan shalat tahajjud, sedangkan sebagian kecil dari mereka tidak merasakan adanya perubahan. Ini menunjukkan adanya pengaruh emosional dalam diri santri setelah mengikuti pendisiplinan shalat tahajjud di pesantren. 8. Merasakan malas beraktifitas setelah melaksanakan shalat tahajjud. 10% mengatakan merasa malas beraktifitas disebabkan malamnya harus bangun tengah malam untuk shalat tahajjud. 65% mengatakan tidak merasakan hal itu justru malah membuat mereka semangat. Sedangkan 20% mengatakan kadang-kadang. Dan 5% mengatakan tidak mungkin lagi ada malas. Data ini menguatkan data sebelumnya adanya pengaruh positif setelah shalat tahajjud, sekaligus memberi penguatan bahwa shalat tahajjud tidak menyebabkan datangnya rasa malas dalam beraktifitas. Sedangkan sebagian kecil dari mereka yang merasakan malas setelah shalat tahajjud disebabkan karena kurang tepat dalam mengatur waktu istirahat. 9. Tumbuhnya ketenangan jiwa setelah melaksanakan shalat tahajjud. Dari total responden 85% menyatakan mereka merasakan ketenangan jiwa yang luar biasa setelah mengerjakan shalat tahajjud. Dan 15% menyatakan kadang merasakan dan kadang tidak. Namun tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak merasakan sama sekali ketenangan. Ini menunjukkan kesepakatan mereka bahwa shalat tahajjud memberikan rasa tenang dalam jiwa mereka. 10. Rasa galau dan gundah setelah melaksanakan shalat tahajjud. 75% dari responden mengatakan tidak ada rasa galau dan gundah. 15% mengatakan kadang iya kadang tidak. Dan 10% mengatakan sangat tidak mungkin ada rasa itu. Data ini menguatkan data sebelumnya bahwa shalat tahajjud yang dikerjakan tidak menyebabkan tumbuhnya rasa galau dan gundah. Bahkan dapat menjadi obat untuk menghilangkan rasa itu, dan justru dapat mendatangkan ketenangan jiwa yang tidak bisa dipungkiri. 11. Merasakan nyaman dengan teman-teman baru. Dari angket yang dibagikan menyatakan 95% mereka merasakan nyaman dengan teman-teman baru di pesantren. Sedangkan sisanya 5% mengatakan kadang iya kadang tidak. Ini menunjukkan shalat tahajjud yang dilaksanakan di pesantren berdampak pada akhlak social santri. Mereka nyaman dengan teman-teman di pesantren dan tidak ada pertengkaran atau percecokan diantara mereka. Menurut Ustdzah Kholifatun Niswatur Rosidah dan Ustadzah Ana Wahyu Wulandari selaku musyrifah di pesantren mahasiswa Al Manar gelombang VII, dan termasuk yang terlibat dalam shalat tahajjud baik sebagai imam atau makmum mengatakan, shalat tahajjud mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang, yaitu: kedisiplinan, tanggung jawab, sabar, rajin, dan mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Selain itu shalat tahajjud yang dikerjakan dengan baik dapat menumbuhkan akhlak social yang baik dikarenakan: 1. Orang yang rutin melakukan shalat tahajjud akan memiliki sifat rendah hati dan ramah. Ketika bertegur sapa dengan orang sekitarnya tetap baik, meskipun masih sering dicaci oleh orang-orang jahil. 2. Orang yang terbiasa bangun pada waktu subuh dan bermunajat kepada-Nya, akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah subhanahu wata‟ala. Selama hubungan dengan Allah subhanahu wata‟ala dijaga, maka sifat social akan senantiasa tumbuh. 3. Orang yang biasa bangun pagi memiliki perencanaan yang baik. Dia dapat mengawali aktifitas sementara yang orang lain masih dalam peristirahatannya. Lebih dari itu shalat tahajjud dapat membentuk akhlakul karimah dalam diri seseorang. Ketika seseorang memiliki kepribadian maka akhlakul karimah yang terbentuk akan berurutan. Seseorang yang disiplin dalam mengatur hidupnya, akan selalu memiliki Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” tanggung jawab terhadap dirinya maupun orang lain. Dan yang lebih utamanya dapat mencapai sifat taqwa secara totalitas kepada Allah. Ketika cinta yang totalitas kepada Allah maka akan terbentuk cinta dan akhlak yang baik kepada makhluk-Nya. E. Kesimpulan Pembelajaran di Pesantren mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo diarahkan kepada pengamalan nilai-nilai ke-Islaman. Diantara kegiatan yang cukup dirasakan oleh santri-santri pesantren adalah shalat tahajjud berjamaah di masjid pesantren pada tiap akhir malam. Strategi pembinaan yang diterapkan oleh pengurus pesantren dalam pelaksanaan shalat tahajjud adalah sebagai berikut: a. Mudabbir melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu sebelum membangunkan semua santri. b. Mudabbir membangunkan semua santri yang ada di kamar masing-masing. c. Musyrifah menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati. d. Musyrif beserta Mudir melaksanakan shalat tahajjud berjamaah bersama para santri. Sedangkan dari segi pelaksanaan dan pengaruhnya shalat tahajjud terhadap emosional santri dapat diketahui sebagai berikut: 1. Sebagian besar santri (80%) belum terbiasa shalat tahajjud di rumah masingmasing sebelum mengikuti program pesantren. 2. Sebagian besar santri (75%) merasakan berat melaksanakan shalat tahajjud berjamaah di awal-awal bulan karena mereka belum terbiasa melaksanakan shalat ini sebelumnya. 3. Sebagian besar santri (70%) merasakan ringan mengerjakan shalat tahajjud setelah beberapa hari melakukannya dengan berjamaah. 4. Setengah dari total responden (50%) menyatakan susah dibangunkan untuk melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal bulan di pesantren. 5. Sebagian besar santri (75%) sudah mudah dibangunkan untuk melaksanakan shalat tahajjud setelah beberapa hari melaksanakannya dengan berjamaah. 6. Sebagian besar santri (55%) menyatakan lebih semanagat ketika shalat tahajjud dikerjakan dengar cara berjamaah dari pada sendiri-sendiri. 7. Sebagian besar santri (65%) merasakan semangat dalam diri mereka setelah melaksanakan shalat tahajjud. 8. Sebagian kecil santri (10%) merasakan malas beraktifitas setelah melaksanakan shalat tahajjud. 9. Sebagian besar santri (85%) menyatakan merasakan ketenangan jiwa setelah melaksanakan shalat tahajjud. 10. Tidak ada seorang santripun (0%) yang menyatakan setelah shalat tahajjud jiwa menjadi galau dan gundah. 11. Hampir semua santri (95%) sepakat mereka merasakan nyaman dan enjoy dengan teman-teman baru mereka di pesantren. Shalat tahajjud mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang, yaitu: kedisiplinan, tanggung jawab, sabar, rajin, dan mampu memanfaatkan waktu dengan baik. Selain itu shalat tahajjud dapat menumbuhkan akhlakul karimah dan akhlak social seseorang, karena dengan shalat tahajjud itu dapat melahirkan sifat rendah diri dan ramah terhadap orang lain, dapat mendekatkan diri kepada Allah beserta makhluk-Nya, serta dapat merencanakan aktifitasnya lebih awal. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 2016 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN” DAFTAR PUSTAKA Al Mahally wa As Suyuty. Tafsir Al Jalalaini. Al Qur‟an dan terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia. Ali, Abdul, Halim, Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani. Sulaiman, Rasjid. 2014. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sayyid, Sabiq. 2009. Fiqhu As Sunnah. Al Kohira: Dar AL Fath. Sayyid, Alit, Ibrahim. 2013. Shalat Tahajjud Witir Subuh Rasulullah. Alita Aksara Media. Ismail, bin, Umar, bin, Katsir. Tafsir Al Qur‟an Al Adzim.