Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2

advertisement
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
PENGARUH KEGIATAN SHALAT TAHAJJUD BERJAMAAH TERHADAP
EMOSIONAL SANTRI DI PESANTREN MAHASISWA
Al-MANAR UNMUH PONOROGO TAHUN 2016
Nurul Abidin
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
[email protected]
ABSTRAK
Shalat Tahajjud adalah shalat sunnah (tathowwu‟) yang paling utama setelah
shalat fardhu. Rasulullah saw, para sahabat, dan orang-orang shaleh terdahulu sangat
menjaga shalat sunnah ini. Sehingga mereka mendapatkan kedudukan yang mulia disisi
Allah swt. Shalat tahajjud yang dikerjakan tidak hanya membuahkan pahala yang cukup
besar, tetapi lebih dari itu dapat membentuk kepribadian seseorang.Tidak hanya dapat
mempererat hubungan vertikal dengan Allah swt, tetapi juga dapat mengasah kemampuan
dalam hubungan horizontal sesama manusia dalam bersosial. Khususnya pada masa
sekarang kecerdasan emosional ini sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri
yang diharapkan dapat memperbaiki dekadensi akhlak yang terjadi di masyarakat
modern.
Pesantren mahasiswa Al-Manar adalah wadah pendidikan sebagai pusat
pembinaan ke-Islaman bagi seluruh mahasiswa/wi baru di universitas Muhammadiyah
Ponororgo. Salah satu kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh santri adalah
melaksanakan shalat tahajjud secara berjamaah di masjid pada setiap akhir malam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh shalat tahajjud
berjamaah terhadap emosional santri di pesantren mahasiswa Al-Manar Universitas
Muhammadiyah Ponorogo tahun 2016.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif lapangan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode kuesioner, wawancara, dan observasi.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu peneliti langsung terjun ke
lapangan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dengan cara menyebarkan angket
yang sudah disiapkan kepada para responden.
Kata kunci: Shalat Tahajjud, emosional, santri pesantren
A. Pendahuluan
Kita sering mendengar dan mungkin telah merasakan kedahsyatan shalat
tahajjud. Kita juga sering dianjurkan untuk melakukan shalat tahajjud jika ingin keluar
dari masalah, memohon untuk keperluan yang sangat khusus, atau hal-hal mendesak
lainnya.
Allah berfirman: “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk
shalat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya). Yaitu seperdua atau kurangilah dari
seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur‟an itu dengan
perlahan-lahan”. (QS. Al Muzammil: 1-4).
Pada ayat diatas allah swt menitipkan pesan agar seluruh umat Rasululah saw
bangun pada malam hari untuk shalat. Kata „bangunlah (untuk shalat)‟ menurut tafsir
Ibnu Katsir adalah bangun dari tidur pada malam hari. Karenanya shalat tahajjud baru
dapat dikatakan sah apabila seorang muslim telah tidur malam telebih dahulu walau
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
hanya sedikit. Tanpa melakukan tidur, shalat yang didirikan tidak dapat dinamakan shalat
tahajjud.1
Dengan turunnya perintah shalat malam, Rasulullah saw kemudian bersabda
bahwa Allah swt berfirman, “Aku adalah Raja, Aku adalah Raja, siapa yang memohon
kepada-Ku maka akan Aku kabulkan permohonannya, siapa yang meminta sesuatu
kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, siapa yang memohon ampun kepada-Ku
maka akan Aku ampuni dosanya”. (HR. Muslim).
Sabda berdasarkan firman Allah swt diatas, kemudian disambut para sahabat
dengan begitu bersemangat. Mereka percaya bahwa sabda Rasulullah saw terhadap
firman Allah tersebut artinya adalah shalat setelah bangun tidur pada malam hari yang
merupakan saat terbaik untuk memohon apa saja.2
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah, dalam artian barang siapa yang
mengerjakannya mendapat pahala dan yang meninggalkannya tidak berdosa. Untuk
menjalankan hal-hal yang sunnah membutuhkan kesadaran dan dorongan yang kuat dari
dalam diri seseorang. Shalat tahajjud ini dapat berjalan dengan baik di pesantren
mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah ponorogo pada tiap malamnya secara
berjamaah.
B. Kajian tentang shalat Tahajjud dan Emosional
a. Pengertian Shalat Tahajjud
Shalat tahajjud adalah shalat sunnah pada waktu malam, lebih baik jika
dikerjakan sesudah larut malam, dan sesudah tidur. Bilangan rakaatnya tidak dibatasi,
boleh sejuatnya. Sabda Rasulullah saw:
“Dari Abu Hurairah, “Tatkala NAbi saw ditanya orang „Apakah shalat yang lebih utama
selain dari shalat fardhu yang lima?‟ Jawab beliau, shalat pada waktu tengah malam.”
(HR. Muslim).
Firman Allah swt:
“Dan sebagian malam hari tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu,
mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”. (QS. Al Isra: 79).3
b. Waktu shalat tahajjud
Menurut imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya‟ Ulumuddin4, pada malam hari
terdapat enam alternatif waktu yang dapat dipilih untuk mendirikan shalat tahajjud.
Berikut waktu tersebut:
1. Seluruh waktu malam
Mendirikan shalat tahajjut sepanjang malam sudah dicontohkan oleh orang-orang
sholeh terdahulu, seperti Said bin Musayyab, Fudhail bin Iyadh, Abu Abdillah Al
Khawwas, Thawus, dan lain-lain.
2. Separuh malam
Jika diinterpretasikan dengan waktu Indonesia, waktu separuh malam adalah pukul
00.00 wib5.
“(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit.” (QS. Al
Muzammil; 3).
3. Sepertiga malam
Yaitu antara jam 22.00 wib sampai jam 23.00 wib.
Sesungguhnya dia (Amr bin Aus) mendengan Abdullah bin Amr bin Al Ash
mengabarkan dari Nabi saw, beliau bersabda, ”Shalat yang paling dicintai oleh
1
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adzim.
Sayyid Alit Ibrahim, Shalat Tahajjud Witir Subuh Rasulullah, 2013, h. 104-105.
3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung, 2014, h. 148.
4
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Dar Al Manar, 585-588/1.
5
Dr. Moh. Soleh, Terapi Salat Tahajud, Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Jakarta, Hikmah,
2006, h. 113.
2
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
4.
5.
6.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6
Allah swt adalah shalatnya Nabi Dawud as, ia tidur di pertengahan malam dan
bangun pada sepertiga malam, dan ia tidur lagi pada seperenam malam. Dan puasa
yang paling dicintai oleh Allah swt adalah puasa Nabi Dawud, ia sehari puasa dan
sehari berbuka.” (HR. Ibnu Khuzaimah).
Dua pertiga malam
Sekitar pukul 02.00 wib sampai 03.00 wib.
Seperenam malam
Muhammad ibnu Ahmad dan Abdurrahman bin Abu Bakar berkata, bahwasanya
Nabi Dawud as bangun pada seperdua malam dan tidur pada sepertiga malam dan
tidur pada sepertiga malam, kemudian bangun lagi pada seperenam malam6.
Dua kali dalam satu malam
Sebagaimana yang digambarkan oleh Aisyah ra dalam sebuah hadist:
“Rasulullah saw shalat kemudian beliau tidur selama waktu beliau shalat, kemudian
beliau shalat lagi, selama waktu beliau tidur sebelumnya. Kemudian beliau tidur
hingga datang waktu subuh.” (HR. At Tirmidzi).
Mukjizat Shalat Tahajjud7
Tiket masuk surga
Abdullah ibnu Muslim berkata, “Kalimat yang pertama kali kudengar dari
Rasulullah saw saat itu adalah, “Hai sekalian manusia! Sebarkanlah salam,
bagikanlah makanan, sambunglah silaturrahmi, tegakkanlah shalat malam saat
manusia lainnya tidur, nscaya kalian masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu
Majah).
Amal yang menolong di akhirat
Allah swt berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam
taman-taman surga dan di mata air-mata air, seraya mengambil apa yang Allah
berikan kepada mereka. Sesungguhnya mereka adalah telah berbuat baik sebelumnya
(di dunia), mereka adalah orang-orang yang sedikit tidurnya di waktu malam dan di
akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Az Zariyat; 15-18).
Pembersih penyakit hati dan jasmani
Salman Al Farisi berkata, Rasulullah saw bersabda, “Dirikanlah shalat malam,
karena sesungguhnya shalat malam itu adalah kebiasaan orang-orang shaleh
sebelum kamu, (shalat malam dapat) mendekatkan kamu kepada Tuhanmu, (shalat
malam adalah) sebagai penebus perbuatan buruk, mencegah dari perbuatan dosa,
dan menghindarkan dari penyakit yang menyerang tubuh.” (HR. Ahmad).
Sarana meraih kemuliaan
Rasulullah saw bersabda, “Jibril mendatangiku dan berkata, “Wahai Muhammad,
hiduplah sesukamu karena engkau akan mati, cintailah orang yang engkau suka,
karena engkau akan berpisah dengannya, lakukanlah apa keinginanmu, engkau akan
mendapatkan balasannya, ketahuilah bahwa sesungguhnya kemuliaan seorang
mukmin adalah shalat waktu malam dan ketidak butuhannya dimuliakan orang lain.”
(HR. Al Baihaqi).
Jalan mendapatkan rahmat Allah
Abu Hurairah bersabda bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah
merahmati laki-laki yang bangun malam, lalu melaksanakan shalat dan
membangunkan istrinya. Jika sang istri menolak, ia memercikkan air di wajahnya.
Juga merahmati perempuan yang bangun waktu malam, lalu shalat dan
membangunkan suaminya. Jika sang suami menolak, ia memercikkan air di
wajahnya.” (HR. Abu Dawud).
Muhammad ibnu Ahmad dan Abdurrahman bin Abu Bakr, Tafsir Jalalain, Kairo, Dar Al Hadist, h.
599/1.
7
Sayyid Alit Ibrahim, Shalat Tahajjud witir & Subuh Rasulullah saw, 2013, h. 119.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
6. Sarana pengabul permohonan
Dari Jabir berkata, bahwa Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya di malam hari, ada satu
saat yang ketika seorang muslim meminta kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah
memberinya. Itu berlangsung pada setiap malam.”(HR. Muslim).
7. Penghapus dosa dan kesalahan
Dari Abu Umamah Al Bahili berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Lakukan
qiyamul lail. Karena itu kebiasaan orang soleh sebelum kalian, bentuk taqarrub,
penghapus dosa, dan penghalang berbuat salah.” (HR. At Tirmidzi).
8. Jalan mendapat tempat yang terpuji
Allah swt berfirman, “Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke
tempat yang terpuji.” (QS. Al ISra‟: 79).
9. Pelepas ikatan syetan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setan akan
mengikat kepala seseorang yang sedang tidur dengan ikatan, menyebabkan kamu
tidur dengan cukup lama. Apabila seseorang diantara kamu itu bangkit seraya
menyebut nama Allah, maka terlepaslah ikatan pertama, ketika ia berwudlu maka
akan terbukalah ikatan kedua, apabila ia shalat akan terbuka ikatan semuanya. Dia
juga akan merasa bersemangat dan ketenangan jiwa, jika tidak dia akan merasa
malas dan kekusutan jiwa.”
10. Waktu utama untuk berdo‟a
Amru bin Abasyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Ya Rasulullah!
Malam apakah yang paling didengar?, Rasulullah saw menjawab, “Tengah malam
terakhir, maka shalatlah sebanyak yang engkau inginkan, sesungguhnya shalat pada
waktu tersebut adalah maktubah masyhudah (waktu yang apabila bermunajat maka
Allah menyaksikannya dan apabila berdo‟a maka didengarkan do‟anya).” (HR. Abu
Dawud).
d. Pengertian emosi
Menurut Daniel Goleman (2004: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatau keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
Menurut Ary Ginanjar (2001: 199) bahwasannya kecerdasan emosional adalah
sebuah akhlak di dalam agama Islam. Dengan akhlakul karimah inilah para santri dapat
berbuat baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.
C. Pesantren Mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Pesantren mahasiswa Al Manar adalah pesantren yang dimiliki oleh Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Pesantren ini resmi digunakan mulai bulan Nopember 2015
sampai sekarang. Dengan usia yang masih relatif muda, tetapi pesantren ini sedikit
banyak sudah dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa/wi universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Dalam setiap angkatan pesantren ini membina maksimal 150 santri pada tiap
bulannya. Jadi sampai angkatan ke VII ini alumni pesantren ini mencapai kurang lebih
900 santri.
a. Visi
Menjadi pusat pembinaan Al Islam untuk mahasiswa baru Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, sehingga terbentuk mahasiswa muslim yang berilmu dan
berakhlakul karimah sesuai Al-Qur‟an dan As-Sunnah dalam rangka mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
b. Misi
1. Memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt.
2. Menyelenggarakan praktek pendisiplinan peribadatan sehari-hari dan amal sholih
secara ritual maupun sosial.
3. Membina kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-Qur‟an secara lancar dan
benar.
4. Membina kemampuan mahasiswa dalam Ibadah Praktis secara lancar dan benar.
5. Mengembangkan pola perilaku yang berbasis pada pembiasaan hidup Islami dan
berakhlakul karimah.
c. Tujuan
1. Menanamkan kepada pribadi mahasiswa aqidah yang lurus, ibadah yang benar,
dan akhlak yang mulia.
2. Membina mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Qur‟an, dan meningkatkan
kemampuan tahsin tilawah Al-Qur‟an.
3. Membina mahasiswa untuk membiasakan beribadah praktis sesuai tuntunan
syariat.
4. Membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam
di dalam maupun di luar kampus.
5. Meneguhkan semangat dan mengarahkan orientasi belajar mahasiswa baru di
universitas Muhammadiyah Ponorogo.
d. Target
1. Mahasiswa mempunyai pemahaman aqidah Islam yang benar sesuai pemahaman
salafus sholih.
2. Mahasiswa dapat mempraktekkan sikap sadar dan rela menjalani pendisiplinan
ibadah seperti shalat wajib, shalat sunnah, wirid, doa dsb.
3. Mahasiswa mampu membuat komitmen berakhlaqul karimah selama belajar di
perguruan tinggi.
4. Mahasiswa mempunyai semangat berinteraksi dengan Al-Qur‟an, dan mampu
membaca Al-Qur‟an dengan benar.
5. Mahasiswa mampu menerapkan ibadah praktis dengan benar.
6. Mahasiswa mau dan mampu mempraktekkan nilai-nilai ajaran Islam dalam
berkehidupan.
e. Materi
A. Materi pokok
Materi-materi pokok yang diajarkan dalam Pesantren Mahasiswa “Al Manar” ini
meliputi beberapa hal sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
5
Materi pokok
Aqidah Akhlaq
Ibadah Praktis
Baca Qur‟an
Tadabbur Ayat
Kepemimpinan
Durasi
10 x pertemuan
20 x pertemuan
14 x pertemuan
4 x pertemuan
4 x pertemuan
Adapun tema-tema materi pokok adalah sebagai berikut:
1. Materi Aqidah - Akhlaq:
a. Pemahaman muslim terhadap tuhannya.
b. Pemahaman muslim terhadap agamanya.
Waktu
Bakda Isyak
Bakda Isyak/Subuh
Bakda Subuh
Bakda Subuh
Jum‟at Bakda Maghrib
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Pemahaman muslim terhadap nabinya.
Akhlak dalam menuntut ilmu.
Akhlak dalam pergaulan.
Akhlak dalam berbusana.
Akhlak terhadap kedua orang tua.
Menjadi pribadi yang sholih.
Menjadi pribadi yang bermanfaat.
Menjadi pribadi yang berdisiplin.
2. Baca Tulis Al-Qur‟an:
a. Belajar membaca Al-Qur‟an metode Tsaqifa.
b. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (makhroj huruf).
c. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (bacaan mad).
d. Belajar membaca Al-Qur‟an tahsin (bacaan ghunnah).
3. Ibadah praktis:
a. Wudhu.
b. Tayamum.
c. Sholat.
d. Sholat berjamaah.
e. Sholat jama‟ dan qasar.
f. Merawat jenazah.
4. Tadabbur Ayat:
a. Berlomba-lomba dalam kebaikan (Al-Baqarah:148, Al-Imran:133)
b. Taubat (An-Nur:31, Hud:3, At-Tahrim:8)
c. Kebersamaan Allah (Al-Hadid:4, Al-Imran:5)
d. Jujur (At-Taubah:119, Al-Ahzab:35)
5. Kepemimpinan
B. Materi penunjang
Selain menyelenggarakan pembinaan materi pokok di pesantren mahasiswa “Al
Manar” Universitas Muhammadiyah Ponorogo ini juga menyelenggarakan materi
penunjang sebagai berikut:
No.
1
2
3
4
5
Jenis Kegiatan
Dzikir petang/tilawah
Kultum
Sholat Tahajjud
Sholat Dhuha
Puasa sunnah
Durasi
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
Setiap hari
8x dalam sebulan
6
7
8
9
10
Muhadhoroh
Pengajian Ahad pagi
Olah raga
Kerja bakti
Muhasabah
4x dalam sebulan
4x dalam sebulan
4x dalam sebulan
4x dalam sebulan
2x dalam sebulan
11
12
13
Outbond
Khotmul Qur‟an
Lomba tahfidz dan tilawah
1x dalam sebulan
1x dalam sebulan
1x dalam sebulan
Waktu/Hari
Sebelum Maghrib
Bakda Maghrib
Setiap malam
Setiap dhuha
Setiap Senin dan
Kamis
Setiap Ahad malam
Setiap Ahad pagi
Setiap Ahad pagi
Setiap Ahad pagi
Senin
malam,
minggu kedua dan
keempat
Ahad, minggu kedua
Ahad, minggu ketiga
Ahad, minggu
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
14
f.
Wisata ruhani
1x dalam sebulan
keempat
Hari terakhir
Sistem Evaluasi
Sistem evaluasi yang dipakai untuk menentukan kelulusan mahasiswa di pesantren
mahasiswa Baitul Arqam ini menggunakan sistem portopolio dan kinerja mahasiswa.
Adapun bentuknya sebagai berikut:
1. Portopolio:
a. Resume materi
b. Presensi
c. Lembar evaluasi ibadah harian
2. Kinerja mahasiswa:
a. Partisipasi
b. Shalat Wajib dan Tahajjud
c. Shalat Dhuha
d. Tilawah Al-Qur‟an
e. Puasa sunnah
f. Kultum
g. Karakter yang dikembangkan di pesantren Baitul Arqam
Selama berada di pesantren mahasiswa “Baitul Arqam”, mahasiswa diarahkan untuk
memiliki karakter yang terinternalisasi dalam dirinya:
1. Keikhlasan:
1. Keikhlasan mengikuti semua tata tertib dan rangkaian kegiatan dari awal
sampai akhir
2. Ikhlas dengan niat semata-mata mencari ridlo allah swt.
2. Kesederhanaan:
1. Sederhana dalam hal makan
2. Sederhana dalam tempat tidur
3. Sederhana dalam berhias (tidak boleh membawa / memakai perhiasan)
3. Kebersamaan:
1. Makan bersama dengan menu yang sama
2. Tidur bersama dengan fasilitas yang sama
3. Sama-sama saling mengingatkan dalam hal kebaikan
4. Kejujuran:
1. Berkata berdasarkan fakta dan data
2. Tidak boleh berbohong dan mencuri
5. Keberanian:
1. Berani menyatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah
2. Berani mengeluarkan pendapat, gagasan dan ide sesuai akhlak Islam
3. Berani berbuat dan berani bertanggung jawab
6. Kedisiplinan:
1. Disiplin menepati waktu shalat berjamaah
2. Disiplin menepati waktu kuliah/materi
3. Disiplin dalam antri mandi
7. Kesabaran:
1. Sabar menjalankan tata tertib dan rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir
2. Sabar menjalankan ibadah
3. Sabar menahan amarah
8. Kerapian:
1. Rapi dalam berpakaian sesusai dengan syariat dan tidak memakai celana
berbahan jeans
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2.
Rapi dalam berpenampilan (rambut pendek bagi laki-laki dan tidak memakai
aksesoris)
9. Bertanggungjawab
1. Bertanggungjawab terhadap segala tindakan dengan kesiapan menerima
reward and phunisment.
2. Bertanggungjawab terhadap kebersihan dan kerapian lingkungan
h. Peserta
Peserta pesantren mahasiswa “Al Manar” adalah mahasiswa baru di Universitas
Ponorogo tahun akademik 2015/2016 yang akan dilaksanakan secara bergelombang,
pada tiap gelombangnya diikuti 150 orang mahasiswa yang diwajibkan tinggal
selama satu bulan di pesantren mahasiswa rusunawa Universitas Muhammadiyah
Ponorogo selama 8 gelombang.
i.
Bekal yang harus dibawa peserta:
1. Jas almamater.
2. Pakaian mahasiswi:
1. Busana muslimah (pakaian longgar non presbody, memakai rok panjang, dan
berjilbab)
2. Mukena (rukuh) dan sajadah
3. Sandal
4. Pakaian dan sepatu olah raga
5. Pakaian istirahat
6. Slimut
3. Pakaian mahasiswa:
1. Baju koko / baju berkerah dan celana panjang bukan dari bahan jeans
2. Sarung, songkok, dan sajadah
3. Sandal
4. Pakaian dan sepatu olah raga
5. Pakaian istirahat
6. Slimut
4. Peralatan mandi:
1. Handuk
2. Sabun mandi
3. Sikat dan pasta gigi
5. Alat kuliah:
1. Buku tulis, pulpen
2. Al Qur‟an yang ada terjemahnya
6. Identitas diri:
1. Kartu tanda mahasiswa (KTM)
j.
Tata tertib peserta
I. Ketentuan Umum
1. Peserta pesantren mahasiswa “Al Manar” adalah mahasiswa baru di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
2. Selama kegiatan peserta disediakan penginapan di rusunawa pesantren
mahasiswa “Al Manar” Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
II. Kewajiban Peserta
1. Melakukan registrasi untuk mengikuti kegiatan pesantren sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2. Bertempat tinggal di pesantren mahasiswa “Al Manar” Rusunawa Universitas
Muhammadiyah Ponorogo (jln. Pramuka Ponorogo) selama kegiatan
berlangsung.
3. Mengikuti seluruh kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan
hadir 10 menit sebelum setiap kegiatan dimulai.
4. Menjaga ketertiban, ketenangan dan kebersihan lingkungan.
5. Menjaga keamanan barang milik sendiri.
6. Membawa jas almamater, pakaian formal (pakaian berkerah, bawahan non
jeans), perangkat untuk shalat (sarung, songkok, mukenah, sajadah), AlQur‟an terjemah, pakaian dan sepatu olah raga, pakaian istirahat, dan sandal.
7. Berbusana muslimah bagi peserta putri (pakaian longgar non presbody,
memakai rok panjang, dan berjilbab).
8. Menjaga nama baik pesantren.
III. Larangan Peserta
1. Merokok dan minum minuman keras.
2. Bersikap mubadzir (berlebih-lebihan) dalam berpakaian, berhias, makanminum, mandi dan wudlu.
3. Memakai barang milik orang lain tanpa ijin pemiliknya.
4. Berpacaran dan begadang.
5. Bersenda gurau melebihi batas kewajaran.
6. Berpindah kamar/menempati kamar tidak sesuai dengan yang sudah
ditentukan.
7. Berambut gondrong, mengecat rambut, dan memakai celana terlalu ketat.
8. Memakai aksesoris yang kurang sopan.
9. Melakukan tindakan-tindakan kriminal, asusila, perkelaihan, serta
penggunaan narkoba.
10. Merusak dan/atau menghilangkan fasilitas dan alat kelengkapan pesantren.
11. Meninggalkan pesantren, kecuali atas izin Musyrif dan Mudir.
k. Sanksi :
1. Bagi mahasiswa/wi yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib akan
dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran.
2. Tingkatan sanksi adalah:
a. Teguran.
b. Penugasan meresume materi atau sejenisnya.
c. Penanda tanganan surat pernyataan dan pembuatan makalah.
d. Dinyatakan TIDAK LULUS.
3. Bagi yang TIDAK LULUS tidak berhak mendapatkan sertifikat sebagai
prasyaratan mengikuti KKN bagi prodi S-1 dan wisuda bagi prodi Diploma.
4. Bagi yang merusak atau menghilangkan barang atau fasilitas apapun milik
pesantren wajib menggantinya.
l.
Sarana dan Prasarana
Untuk mendukung keberlangsungan dan keefektifan program-program yang
dilaksanakan di pesantren mahasiswa diperlukan sarana dan prasarana pendukung
diantaranya adalah:
1. Ruang pembelajaran
: (10 ruang)
2. Masjid
: (1 masjid)
3. Kamar mahasiswa
: (30 kamar, @kamar 5 orang)
4. Kantor
: (1 ruang)
5. Kamar pengurus
: (4 ruang)
6. Kamar Musyrif & Mudabbir
: (5 kamar)
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
7.
8.
9.
10.
Ruang Tamu
Ruang kesehatan
Kamar pegawai
Lapangan
m. Jadwal kegiatan
A. Jadwal harian
HARI
WAKTU
Senin-Sabtu
17.00 – 17.30
17.30 – 18.00
18.00 – 18.30
18.50 – 19.30
19.30 – 21.00
21.00 – 21.30
21.30 – 02.30
02.30 – 03.00
03.00 – 04.30
04.30 – 06.00
06.00 – 07.00
B. Jadwal hari Ahad
HARI
WAKTU
AHAD
I
06.00- 09.00
II
06.00- 09.00
III
06.00- 09.00
IV
06.00- 09.00
: (1 kamar)
: (1 kamar)
: (1 kamar)
: (1 halaman lapang)
ACARA
Tilawah/dzikir petang
- Sholat Maghrib berjamaah
- Ceramah umum/kultum
- Materi Leadership
Makan malam
Sholat Isya‟ berjamaah
- Materi Aqidah Akhlak/
- Ibadah Praktis
Belajar malam
Istirahat
Persiapan qiyamul lail
- Qiyamul lail
- Muhasabah
- Sholat Subuh berjamaah
- Pembelajaran Tsaqifa/
- Tadabbur Ayat/
- Ibadah Praktis
Bersih diri dan persiapan
PJ/PEMATERI
Musyrif
Musyrif
ACARA
PJ/PEMATERI
- Kerja bakti
- Olah raga/Outbond
- Pengajian Ahad pagi
- Lomba tahfizd dan tilawah
- Kerja bakti
- Olah raga
- Khotmul Qur’an
- Pengajian Ahad pagi
- Rihlah ruhani
Musyrif
Munfarid
Musyrif
Musyrif
Munfarid
Munfarid
Musyrif
Musyrif
Musyrif
Munfarid
Musyrif
Musyrif
Musyrif
D. Kegiatan Shalat Tahajjud berjamaah di pesantren mahasiswa Al Manar
a. Strategi pelaksanaan shalat tahajjud di pesantren mahasiswa Al Manar
Berdasarkan keterangan dari Bapak H. Wawan Kusnawan, M.Pd.I selaku
Mudir/Direktur Pesantren Mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo
menerangkan bahwa Pesantren Mahasiswa Al Manar ini merupakan sinkronisasi antara
kampus dan pesantren. Dalam perkuliahan di kampus semua mahasiswa mendapatkan
mata kuliah ke-Islaman yang meliputi aqidah, akhlak, muamalah, dan Islamisasi ilmu
pengetahuan. Sedangkan di pesantren mahasiswa lebih diarahkan kepada pengamalan
dari materi-materi yang mereka dapatkan di bangku kuliah. Model pembelajaran yang
diterapkan di pesantren adalah praktek pembiasaaan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan
santri sehari-hari dengan system pendisiplinan terkontrol. Artinya dalam setiap kegiatan
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
yang mereka lakukan tidak lepas dari pantauan musyrifnya masing-masing. Dan para
musyrif ini bertanggung jawab atas kedisiplinan santri dalam melaksanakan ibadah,
berakhlakul karimah, dan beraqidah shahihah.
Demikian dalam pelaksanaan shalat tahajjud semua santri diwajibkan untuk
mengikuti shalat tahajjud secara berjamaah. Motto yang senantiasa terngiang dalam
benak pengurus dan santri adalah „dipaksa, terpaksa, biasa, terbiasa, luar biasa‟. Dalam
hal kebaikan kadang model pendidikan perlu adanya aturan yang wajib dilakukan oleh
seluruh santri, dengan kata lain santri harus dipaksa untuk melakukannya. Karena bisa
jadi mereka takut atau bimbang sebelum melakukan. Maka ketika dipaksa untuk
melakukan akhirnya mereka punya pengalaman dan selanjutnya bisa menilai. Dan tidak
sedikit dari mereka yang awalnya berat untuk melakukan tetapi pada akhirnya menikmati
perbuatan baik tersebut.
Menurut penjelasan Bapak H. Wawan Kusnawan, M.Pd.I dalam menerapkan
shalat tahajjud berjamaah pada tiap malam di masjid, pengelola pesantren menerapkan
strategi pembinaan sebagai berikut:
a. Mudabbir melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu sebelum membangunkan
semua santri. Mudabbir dalam pesantren mempunyai tugas sebagai penegak disiplin
dari setiap kegiatan yang diagendakan pesantren. Salah satu tugas itu adalah
pendisiplinan dalam pelaksanaan shalat tahajjud. Mereka bertanggung jawab dalam
membangunkan santri-santri agar shalat tahajjud berjamaah sesuai dengan waktu
yang sudah ditentukan. Pembangunan santri dimulai pada pukul 02.30 wib, dan shalat
tahajjud berjamaah dilaksanakan pada pukul 03.00 wib. Sebelum membangunkan
semua santri, para mudabbir sudah melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu. Jadi
pukul 02.00 mereka sudah bangun dan langsung melaksanakan shalat tahjjud secara
berjamaah. Motivasi yang terbangun dalam lingkungan pesantren bahwa pengurus
adalah teladan bagi santri. Dengan itu semua pengurus baik mudir, musyrif, maupun
mudabbir memahami bahwa mereka harus siap menjadi contoh yang baik bagi para
santri. Demikian juga mudabbir yang mendapat tugas membangunkan santri, mereka
bangun lebih dahulu kemudian melakukan shalat tahajjud terlebih dahulu. Dengan
demikian para santri secara psikologis lebih mudah untuk dibangunkan walaupun
kebanyakan dari mereka baru melakukan shalat tahajjud secara teratur di pesantren
ini, karena teladan yang ditunjukkan oleh para pengurus pesantren.
b. Mudabbir membangunkan semua santri yang ada di kamar masing-masing. Aktifitas
membangunkan santri untuk persiapan shalat tahajjud dilakukan pada pukul 02.30
wib. Dalam proses pembangunan ini para mudabbir mempunyai strategi agar proses
pembangunan ini mudah dan tidak mendapat perlawanan dari para santri. Mereka
membagi tugas dari jumlah mudabbir yang ada menjadi dua kelompok. Misalnya
jumlah mudabbir ada 6 orang, maka kelompok yang pertama terdiri dari 3 orang
mempunyai tugas membangunkan para santri yang tinggal di lantai dua. Sedangkan
kelompok kedua yang berjumlah 3 orang mempunyai tugas membangunkan para
santri yang tinggal di lantai tiga. Dalam teknis pembangungan mereka buat 3 putaran
pada tiap kelompok; putaran yang pertama dengan mengetuk pintu secara perlahan
serta menyalakan lampu di setiap kamar santri yang dilaluinya. Putaran yang kedua
dengan memasuki kamar santri satu persatu dan menepuk-nepuk pundak mereka satu
persatu, atau sampai membantu mereka sampai benar-benar duduk, serta meyakinkan
mereka tidak tidur kembali ketika kamar tersebut ditinggalkan untuk membangunkan
kamar berikutnya. Putaran ketiga dengan memercikkan sedikit air ke wajah santri
yang benar-benar sulit dibangunkan. Namun demikian dalam prakteknya para
mudabbir menemukan berbagai macam reaksi yang ditunjukkan oleh para santri
terutama pada hari-hari pertama di pesantren. Diantara mereka ada yang mudah
dibangunkan, bahkan mereka membantu mudabbir dengan membangunkan temantemannya yang lain. Ada juga diantara mereka yang agak susah dibangunkan, ketika
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
mudabbir masuk ke kamar mereka, mereka bangun dan duduk seakan-akan sudah
siap ke kamar mandi, namun ketika mudabbir keluar dari kamar tersebut dia tidur
lagi. Ada juga diantara mereka yang benar-benar susah dibangunkan, ketika
dibangunkan malah sembunyi di belakang pintu, ada juga yang langsung berdiri dan
pergi ke kamar mandi tetapi lama sekali di dalam kamar mandi tidak keluar-keluar.
Demikianlah reaksi para santri dalam proses pembangunan yang mengharuskan para
mudabbir memiliki kesabaran yang berlipat ganda.
c. Musyrif menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati. Jumlah musyrif dalam setiap gelombang berjumlah 10 orang. Dan
setiap musyrif ini mendapat tugas menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian
pada tiap malamnya. Jadi setiap musyrif selama satu bulan mendapatkan tugas
mengimami shalat tahajjud sebanyak dua kali. Sedangkan musyrif yang tidak
mendapatkan jadwal menjadi imam tetap ikut melaksanakan shalat tahajjud
berjamaah sebagai makmum. Dengan demikian contoh yang ditunjukkan para
musyrif dan dilihat para santri menimbulkan rasa senang sehingga ringan dalam
melaksanakan shalat tahajjud di setiap malam dalam kehidupan pesantren. Walaupun
dalam prakteknya ditemukan beberapa musyrif yang awalnya keberatan untuk
menjadi imam tahajjud karena belum ada pengalaman. Tetapi dengan rasa
kebersamaan dan saling menguatkan justru ini menjadi sebuah tantangan dan
pengalaman baru bagi para musyrif. Yang awalnya beberapa orang diantara mereka
belum pede menjadi imam, lama kelamaan menjadi biasa dan terbiasa.
d. Musyrif beserta Mudir melaksanakan shalat tahajjud berjamaah bersama para santri.
Begitu pula mudir dan pengurus yang lainnya tidak kalah semangatnya untuk samasama melaksanakan shalat tahajjud secara berjamaah bersama santri.
b. Pelaksanaan dan Pengaruh kegiatan shalat tahajjud berjamaah terhadap
emosional santri
Peserta Pesantren mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo
pada gelombang VII ini berjumlah 130 santri. Terdiri dari satu fakultas dan tiga program
studi yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan, dengan program studi D3 Keperawatan, S1
Keperawatan dan D3 Kebidanan. Dalam penelitian ini peneliti tidak melibatkan seluruh
peserta tetapi mengambil sample 15% dari jumlah peserta, yaitu sebanyak 20 santri. Dari
total santri 130 tersebut dalam pembelajarannya dibagi menjadi 10 kelas, sehingga tiap
kelasnya berjumlah 13 santri. Untuk memperoleh data dalam pengambilan sample pada
penelitian ini di setiap kelasnya diambil 2 santri.
Jumlah angket yang dikeluarkan oleh peneliti terdiri dari 11 buah pertanyaan
yang tertulis diatas kertas. Pertanyaan tersebut terdiri dari 6 pertanyaan mengenai
pelaksanaan shalat tahajjud di pesantren, dan 5 pertanyaan mengenai pengaruh kegiatan
tahajjud berjamaah terhadap emosional santri. Dari 20 angket yang sudah diedarkan,
peneliti menganalisis sebagai berikut:
1. Pertanyaan tentang pelaksanaan shalat tahajjud santri di rumah sebelum ke pesantren.
Dari hasil angket yang disebar menunjukkan 10% mereka sudah terbiasa
melaksanakan shalat tahajjud di rumah, sedangkan di pesantren tinggal meneruskan
kebiasaan tersebut. 5% dari mereka tidak terbiasa shalat tahajjud. Sedangkan 16%
dari mereka jarang melaksanakan shalat tahajjud di rumah. Dan 5% diantara mereka
yang sama sekali tidak pernah melaksanakan shalat tahajjud. Dengan ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mereka merasakan melaksanakan shalat tahajjud
secara disiplin setiap malamnya ketika mereka di pesantren.
2. Perasaan berat dalam melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal masuk di
pesantren.
Hasil dari pertanyaan pertama diatas menunjukkan mereka belum terbiasa
melaksanakan shalat tahajjud. Sedangkan hasil dari pertanyaan yang kedua ini
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
3.
4.
5.
6.
7.
menguatkan kembali hasil pertanyaan pertama. 75% dari responden merasakan berat
melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal masuk di pesantren. Sedangkan 25%
mereka merasakan tidak berat, dikarenakan sebagian kecil ini sudah terbiasa
melaksanakannya di rumah.
Perasaan ringan dalam melaksanakan shalat tahajjud pada hari-hari terakhir di
pesantren.
70% responden merasakan ringan melaksanakan shalat tahajjud setelah beberapa hari
mereka laksanakan pada tiap malamnya. 25% masih merasakan berat. Sedangkan 5%
kadang merasakan berat dan kadang merasakan ringan tergantung kondisi diri pada
waktu itu. Hasil ini menunjukkan setelah beberapa hari mereka melaksananakan
pendisiplinan shalat tahajjud yang pada awalnya mereka berat melakukan, pada
akhirnya mereka tidak merasakan berat lagi karena pembiasaan tersebut. Sedangkan
sebagian yang lain masih berat melakukan dikarenakan proses adaptasi dan kesadaran
setiap santri yang berbeda-beda.
Proses pembangunan untuk shalat tahajjud pada awal-awal masuk di pesantren.
Dari angket yang disebar menunjukkan 40% mereka mengakui susah dibangunkan.
Sedangkan 50% mengakui tidak susah dibangunkan walaupun merekapun belum
terbiasa bangun malam. Dan 10% mengakui kadang mudah dibangunkan dan kadang
susah dibangunkan. Dari data diatas dapat kita pahami adanya perbedaan yang tidak
terlalu besar antara santri yang mudah dibangunkan dengan santri yang susah
dibangunkan pada awal-awal mereka di pesantren. Ini menunjukkan adanya efek
positif dari peraturan yang diberlakukan di pesantren bahwa setiap santri tanpa
terkecuali diharuskan untuk mengikuti kegiatan shalat tahajjud secara berjamaah di
masjid.
Proses pembangunan santri untuk shalat tahajjud pada hari-hari akhir di pesantren.
75% merasakan mudah dibangunkan setelah berjalan beberapa hari di pesantren. 15%
merasakan masih berat bangun untuk shalat tahajjud walaupun sudah beberapa hari
melaksanakannya. Dan 10% mengatakan terkadang masih susah dan terkadang
mudah dibangunkan. Dari data tersebut menunjukkan setelah ada proses pelaksanaan
shalat tahajjud beberapa hari dengan model pendisiplinan adanya pertumbuhan
tingkat kesadaran para santri. Ketika di hari-hari pertama setengah dari mereka
bangun karena terikat peraturan, setelah hari-hari berikutnya sebagian besar mereka
bangun atas dasar kesadaran.
Pelaksanaan shalat tahajjud dengan berjamaah.
55% dari responden menyatakan mereka lebih semangat apabila shalat tahajjud
dilaksanakan dengan cara berjamaah. 30% mereka lebih merasa nyaman ketika
dilakukan dengan cara sendirian. Sedangkan 15% merasakan rasa yang berbeda ada
saatnya nyaman dikerjakan dengan sendiri, dan suatu saat tertentu lebih semangat
ketika dikerjakan dengan cara berjamaah. Dari data diatas dapat kita simpulkan
bahwa sebagian besar santri lebih semangat apabila shalat tahajjud dilakukan dengan
cara berjamaah. Jika saja diprogramkan secara mandiri besar kemungkinan tidak
dikerjakan karena sebagian besar mereka belum terbiasa dan istiqamah dalam
menjalankan shalat tahajjud. Sedangkan sebagian kecil mereka lebih merasa nyaman
jika dikerjakan dengan mandiri atau sendiri, hal ini disebabkan karena mereka ini
sudah terbiasa, atau paling tidak sudah sering mengerjakan shalat tahajjud di rumah
sebelum mereka mengikuti program pesantren.
Tumbuhnya rasa semangat dalam diri setelah melaksanakan shalat tahajjud.
Dari angket yang disebarkan menunjukkan 65% dari responden merasakan
tumbuhnya rasa semangat dalam diri mereka setelah melaksanakan shalat tahajjud.
Sedangkan 10% merasakan tidak ada perubahan dalam semangat mereka. Dan 25%
nya merasakan tidak pasti, kadang merasakan semangat dan kadang tidak merasakan
perubahan. Data diatas menunjukkan sebagian besar santri merasakan adanya
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
pertumbuhan rasa semangat dalam diri mereka setelah melaksanakan shalat tahajjud,
sedangkan sebagian kecil dari mereka tidak merasakan adanya perubahan. Ini
menunjukkan adanya pengaruh emosional dalam diri santri setelah mengikuti
pendisiplinan shalat tahajjud di pesantren.
8. Merasakan malas beraktifitas setelah melaksanakan shalat tahajjud.
10% mengatakan merasa malas beraktifitas disebabkan malamnya harus bangun
tengah malam untuk shalat tahajjud. 65% mengatakan tidak merasakan hal itu justru
malah membuat mereka semangat. Sedangkan 20% mengatakan kadang-kadang. Dan
5% mengatakan tidak mungkin lagi ada malas. Data ini menguatkan data sebelumnya
adanya pengaruh positif setelah shalat tahajjud, sekaligus memberi penguatan bahwa
shalat tahajjud tidak menyebabkan datangnya rasa malas dalam beraktifitas.
Sedangkan sebagian kecil dari mereka yang merasakan malas setelah shalat tahajjud
disebabkan karena kurang tepat dalam mengatur waktu istirahat.
9. Tumbuhnya ketenangan jiwa setelah melaksanakan shalat tahajjud.
Dari total responden 85% menyatakan mereka merasakan ketenangan jiwa yang luar
biasa setelah mengerjakan shalat tahajjud. Dan 15% menyatakan kadang merasakan
dan kadang tidak. Namun tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak
merasakan sama sekali ketenangan. Ini menunjukkan kesepakatan mereka bahwa
shalat tahajjud memberikan rasa tenang dalam jiwa mereka.
10. Rasa galau dan gundah setelah melaksanakan shalat tahajjud.
75% dari responden mengatakan tidak ada rasa galau dan gundah. 15% mengatakan
kadang iya kadang tidak. Dan 10% mengatakan sangat tidak mungkin ada rasa itu.
Data ini menguatkan data sebelumnya bahwa shalat tahajjud yang dikerjakan tidak
menyebabkan tumbuhnya rasa galau dan gundah. Bahkan dapat menjadi obat untuk
menghilangkan rasa itu, dan justru dapat mendatangkan ketenangan jiwa yang tidak
bisa dipungkiri.
11. Merasakan nyaman dengan teman-teman baru.
Dari angket yang dibagikan menyatakan 95% mereka merasakan nyaman dengan
teman-teman baru di pesantren. Sedangkan sisanya 5% mengatakan kadang iya
kadang tidak. Ini menunjukkan shalat tahajjud yang dilaksanakan di pesantren
berdampak pada akhlak social santri. Mereka nyaman dengan teman-teman di
pesantren dan tidak ada pertengkaran atau percecokan diantara mereka.
Menurut Ustdzah Kholifatun Niswatur Rosidah dan Ustadzah Ana Wahyu
Wulandari selaku musyrifah di pesantren mahasiswa Al Manar gelombang VII, dan
termasuk yang terlibat dalam shalat tahajjud baik sebagai imam atau makmum
mengatakan, shalat tahajjud mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang, yaitu: kedisiplinan, tanggung jawab, sabar, rajin, dan mampu
memanfaatkan waktu dengan baik.
Selain itu shalat tahajjud yang dikerjakan dengan baik dapat menumbuhkan
akhlak social yang baik dikarenakan:
1. Orang yang rutin melakukan shalat tahajjud akan memiliki sifat rendah hati dan
ramah. Ketika bertegur sapa dengan orang sekitarnya tetap baik, meskipun masih
sering dicaci oleh orang-orang jahil.
2. Orang yang terbiasa bangun pada waktu subuh dan bermunajat kepada-Nya, akan
memiliki hubungan yang kuat dengan Allah subhanahu wata‟ala. Selama
hubungan dengan Allah subhanahu wata‟ala dijaga, maka sifat social akan
senantiasa tumbuh.
3. Orang yang biasa bangun pagi memiliki perencanaan yang baik. Dia dapat
mengawali aktifitas sementara yang orang lain masih dalam peristirahatannya.
Lebih dari itu shalat tahajjud dapat membentuk akhlakul karimah dalam diri
seseorang. Ketika seseorang memiliki kepribadian maka akhlakul karimah yang terbentuk
akan berurutan. Seseorang yang disiplin dalam mengatur hidupnya, akan selalu memiliki
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
tanggung jawab terhadap dirinya maupun orang lain. Dan yang lebih utamanya dapat
mencapai sifat taqwa secara totalitas kepada Allah. Ketika cinta yang totalitas kepada
Allah maka akan terbentuk cinta dan akhlak yang baik kepada makhluk-Nya.
E. Kesimpulan
Pembelajaran di Pesantren mahasiswa Al Manar Universitas Muhammadiyah
Ponorogo diarahkan kepada pengamalan nilai-nilai ke-Islaman. Diantara kegiatan yang
cukup dirasakan oleh santri-santri pesantren adalah shalat tahajjud berjamaah di masjid
pesantren pada tiap akhir malam.
Strategi pembinaan yang diterapkan oleh pengurus pesantren dalam pelaksanaan
shalat tahajjud adalah sebagai berikut:
a. Mudabbir melaksanakan shalat tahajjud terlebih dahulu sebelum membangunkan
semua santri.
b. Mudabbir membangunkan semua santri yang ada di kamar masing-masing.
c. Musyrifah menjadi imam shalat tahajjud secara bergantian sesuai dengan jadwal yang
sudah disepakati.
d. Musyrif beserta Mudir melaksanakan shalat tahajjud berjamaah bersama para santri.
Sedangkan dari segi pelaksanaan dan pengaruhnya shalat tahajjud terhadap
emosional santri dapat diketahui sebagai berikut:
1. Sebagian besar santri (80%) belum terbiasa shalat tahajjud di rumah masingmasing sebelum mengikuti program pesantren.
2. Sebagian besar santri (75%) merasakan berat melaksanakan shalat tahajjud
berjamaah di awal-awal bulan karena mereka belum terbiasa melaksanakan shalat
ini sebelumnya.
3. Sebagian besar santri (70%) merasakan ringan mengerjakan shalat tahajjud
setelah beberapa hari melakukannya dengan berjamaah.
4. Setengah dari total responden (50%) menyatakan susah dibangunkan untuk
melaksanakan shalat tahajjud pada awal-awal bulan di pesantren.
5. Sebagian besar santri (75%) sudah mudah dibangunkan untuk melaksanakan
shalat tahajjud setelah beberapa hari melaksanakannya dengan berjamaah.
6. Sebagian besar santri (55%) menyatakan lebih semanagat ketika shalat tahajjud
dikerjakan dengar cara berjamaah dari pada sendiri-sendiri.
7. Sebagian besar santri (65%) merasakan semangat dalam diri mereka setelah
melaksanakan shalat tahajjud.
8. Sebagian kecil santri (10%) merasakan malas beraktifitas setelah melaksanakan
shalat tahajjud.
9. Sebagian besar santri (85%) menyatakan merasakan ketenangan jiwa setelah
melaksanakan shalat tahajjud.
10. Tidak ada seorang santripun (0%) yang menyatakan setelah shalat tahajjud jiwa
menjadi galau dan gundah.
11. Hampir semua santri (95%) sepakat mereka merasakan nyaman dan enjoy dengan
teman-teman baru mereka di pesantren.
Shalat tahajjud mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian
seseorang, yaitu: kedisiplinan, tanggung jawab, sabar, rajin, dan mampu memanfaatkan
waktu dengan baik. Selain itu shalat tahajjud dapat menumbuhkan akhlakul karimah dan
akhlak social seseorang, karena dengan shalat tahajjud itu dapat melahirkan sifat rendah
diri dan ramah terhadap orang lain, dapat mendekatkan diri kepada Allah beserta
makhluk-Nya, serta dapat merencanakan aktifitasnya lebih awal.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2
2016
“Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif
di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
DAFTAR PUSTAKA
Al Mahally wa As Suyuty. Tafsir Al Jalalaini.
Al Qur‟an dan terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia.
Ali, Abdul, Halim, Mahmud. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.
Sulaiman, Rasjid. 2014. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sayyid, Sabiq. 2009. Fiqhu As Sunnah. Al Kohira: Dar AL Fath.
Sayyid, Alit, Ibrahim. 2013. Shalat Tahajjud Witir Subuh Rasulullah. Alita Aksara
Media.
Ismail, bin, Umar, bin, Katsir. Tafsir Al Qur‟an Al Adzim.
Download