PROSPEKSI BATUBARA DAERAH AMPAH DAN SEKITARNYA KABUPATEN BARITO TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Wawang Sri Purnomo dan Fatimah Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lokasi Penyelidikan Prospeksi Batubara berada di daerah Ampah dan sekitarnya, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis berada pada koordinat 010 45’ 00” - 02º 00’ 00” LS dan 1150 00’ 00” – 1150 15’ 00” BT. Metode penyelidikan yang dilakukan adalah pemetaan geologi dan pengeboran prospeksi yang difokuskan pada Formasi Warukin sebagai formasi pembawa batubara. Pada Formasi tersebut di temukan enam lapisan batubara utama yang diberi notasi Lapisan A, lapisan B, lapisan C, lapisan D, lapisan E dan lapisan F dengan ketebalan yang bervariasi antara 0,15 – 13.00 m. Nilai kalori batubara sebesar 4847 – 5853 cal/gr adb. Total sumber daya batubara daerah Ampah dan sekitarnya adalah sebesar 116.217.561 Ton PENDAHULUAN Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, tim dari Pusat Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan Penyelidikan Prospeksi di daerah Ampah dan sekitarnya, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui potensi batubara bawah permukaan yang mencakup kuantitas dan kualitasnya dalam upaya mendelineasi wilayah prospek batubara di daerah Ampah dan sekitarnya. Daerah penyelidikan secara geografis terletak pada koordinat 010 45’ 00” - 02º 00’ 00” LS dan 1150 00’ 00” – 1150 15’ 00” BT (Gambar 1). Daerah ini dapat dicapai dari Bandung ke Banjarmasin dengan pesawat udara, dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Banjarmasin ke lokasi melalui Tamiyang Layang yang ditempuh sekitar 7 jam. Sedangkan untuk mobilisasi peralatan pemboran menggunakan jalan darat dari Bandung ke Surabaya, dilanjutkan dengan jalur laut dari Surabaya ke Banjarmasin, kemudian menggunakan jalur darat lagi sampai ke lokasi. GEOLOGI REGIONAL Daerah penyelidikan termasuk dalam Cekungan Barito. Stratigrafi daerah penyelidikan mengacu pada Peta Geologi Lembar Buntok (Soetrisno, dkk., 1994). Batuan dasar Cekungan Barito adalah batuan PraTersier yang termasuk dalam Satuan Batuan Volkanik Kasale yang dikorelasikan dengan Formasi Haruyan berumur Kapur Atas. Batuan Tersier tertua adalah Formasi Tanjung yang berumur Eosen, ditindih secara selaras oleh Formasi Berai dan Montalat yang menjemari berumur Oligosen. Secara tidak selaras, di atasnya kemudian diendapkan Formasi Warukin yang berumur Miosen Tengah – Miosen Atas. Formasi Dahor kemudian diendapkan pada Plio-Plistosen, menindih tidak selaras formasi-formasi batuan di bawahnya. Pada kala Holosen diendapkan alluvium yang terdiri dari lumpur, lempung bersisipan limonit dan gambut, pasir, kerikil, kerakal dan batuan yang lebih tua. Indikasi Endapan Batubara Berdasarkan penjelasan pada Peta Geologi Lembar Buntok (Soetrisno, dkk., 1994) maka yang diperkirakan sebagai formasi pembawa batubara adalah Formasi Warukin, Formasi Montalat, Formasi Tanjung dan Formasi Dahor. METODE PENYELIDIKAN Metode penyelidikan yang dilakukan adalah pemetaan geologi permukaan dan bawah permukaan. Pemetaan geologi permukaan dilakukan pada daerah penyelidikan dengan cara mencari singkapan batubara dan batuan lainnya. Pemetaan bawah permukaan dilakukan dengan kegiatan pengeboran. Data hasil pemetaan geologi permukaan digunakan sebagai acuan untuk penentuan lokasi pengeboran. Kegiatan pengeboran bertujuan untuk mengetahui urutan lapisan secara vertikal dan kesinambungan lapisan secara lateral melalui korelasi data antar lobang bor. Pengeboran ini juga dilakukan sebagai cara untuk mendapatkan conto batubara yang masih segar (fresh) di bawah permukaan. Peralatan bor yang digunakan terdiri atas 1 (satu) unit mesin bor jenis ‘Jacro TDZ 200’ HASIL PENYELIDIKAN Geomorfologi Daerah penyelidikan terbagi menjadi 2 satuan geomorfologi yaitu: 1. Satuan geomorfologi pedataran, terletak di sebelah barat dan selatan daerah penyelidikan, menempati area hampir 20 % daerah penyelidikan dan didominasi oleh Formasi Dahor. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran paralel dengan bentuk umumnya cenderung sejajar. 2. Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang di sebelah utara, menempati 80 % daerah penyelidikan. Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola aliran dendritik. Satuan ini ditempati oleh Formasi Warukin dan Formasi Montalat. Stratigrafi Stratigrafi daerah penyelidikan disajikan pada Gambar 2. Batuan paling tua yang terdapat di daerah penyelidikan adalah Formasi Montalat (Tomm) yang terdiri dari batupasir kuarsa putih dengan struktur silang siur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau / serpih, dan batubara. Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai. Formasi Berai (Tomb) tersusun oleh batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan batubara, sebagian tersilikakan dan mengandung limonit yang diendapkan di laut dangkal. Formasi Warukin (Tmw) tersusun oleh batupasir kasar–sedang sebagian konglomeratan, bersisipan batulanau / serpih dan batubara. Formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Berai dan Formasi Montalat, pada lingkungan transisi. Formasi Dahor (Tqd) tersusun oleh batupasir kurang padat sampai lepas, bersisipan lanau, serpih, lignit, terendapkan dilingkungan peralihan. Batuan paling muda yang terdapat di daerah penyelidikan adalah endapan permukaan (Qa) yang terdiri dari lumpur kelabu hitam, lempung bersisipan limonit dan gambut, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah batuan batuan lebih tua yang merupakan hasil endapan sungai dan dataran banjir. Struktur Geologi Daerah penyelidikan dipengaruhi struktur lipatan dan sesar. Struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin berarah relatif utara – selatan dengan kemiringan lapisan 10°-15°. Endapan Batubara Pada kegiatan pemetaan geologi permukaan dijumpai 19 singkapan batubara dan batuan lainnya. Secara megaskopis batubara berwarna hitam – hitam kecoklatan, kusam, berlapis, struktur kayu masih terlihat jelas, mengotori tangan dan setempat mengandung resin Ketebalan lapisan batubara dari singkapan bervariasi mulai dari 0,8 m sampai diperkirakan lebih dari 5 m. Arah lapisan relatif utara-selatan dengan kemiringan sekitar 5°-21° ke arah barat. Singkapan batubara dijumpai di sebelah selatan daerah penyelidikan sehingga kegiatan pengeboran difokuskan pada daerah selatan. Pengeboran dilakukan di 4 titik dengan kode BH.AMP 01, BH.AMP. 02, BH.AMP.03 dan BH.AMP.04. Jarak antar titik bor secara keseluruhan tidak sama tergantung dari kondisi lapangan sedangkan tabel lokasi titik bor dan batubara yang ditembus dapat di lihat di (Tabel 1). Hasil rekontruksi baik dari singkapan maupun hasil pengeboran, ditemukan enam lapisan batubara dengan ketebalan bervariasi yang kemudian diberi nama Lapisan A, Lapisan B, Lapisan C, Lapisan D, Lapisan E dan Lapisan F dengan ketebalan lapisan batubara antara 0,15 m – 13,00 m. Hasil Analisis Laboratorium Analisis laboratorium dilakukan terhadap conto inti bor dan sebagian conto singkapan. Secara umum analisa batubara daerah penyelidikan adalah sebagai berikut (Tabel 2): nilai free moisture 32.01 58.64 % ar, Total Moisture berkisar antara 38.49 - 62.65 % ar, Moisture 8,53 – 10.26 % adb, volatile matter 41.82 - 48.39 % adb, fixed carbon 36.32 - 40.99 % adb, Ash 1.85 - 9.21 % adb, total sulfur 0.13 - 1.01 % adb, SG / RD. 1.37 - 1.41 gr/cm3 dan calorific value 4847 - 5853 cal/gr adb. Kualitas batubara baik dari conto singkapan maupun conto hasil pemboran tidak memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan kecuali pada conto BH.AMP-02 dari kedalaman 19,20 – 19,90 m yang memperlihatkan nilai kalori lebih rendah (4847 cal/gr, adb). Rendahnya nilai kalori ini kemungkinan dipengaruhi oleh tingginya kandungan abu yaitu sebesar 18,12% adb. Hasil analisis petrografi organik (Tabel 3) menunjukkan bahwa komposisi maseral batubara daerah penyelidikan didominasi oleh vitrinit (86,8 – 97,2 %), dengan sedikit inertinit (0,5 – 3,1 %) dan liptinit (0,7 – 2,7 %). Selain itu terdapat juga kandungan material mineral berupa pirit (0,1 - 0,2 %), oksida besi (0,1 - 0,6 %) dan mineral lempung (0,6 - 4,6 %). Pengukuran nilai reflektansi vitrinit (Rvmax) menghasilkan nilai 0,34 % – 0,54 %. Nilai Rvmax ini menunjukkan bahwa batubara di daerah penyelidikan dapat diklasifikasikan menjadi lignit. Sumber Daya Batubara Interpretasi lapisan batubara yang didukung dengan hasil análisis laboratorium menyimpulkan bahwa batubara yang terdapat di daerah penyelidikan merupakan batubara dari Formasi Warukin. Sumberdaya batubara yang ada di daerah penyelidikan merupakan hasil perkalian antara volume batubara dengan berat jenis batubara (Tabel 4). Klasifikasi sumberdaya mengacu pada SNI 50152011 tentang Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Sumberdaya tereka batubara Formasi Warukin yang ada di daerah penyelidikan diperkirakan sebesar 81.516.498 ton. Prospek pemanfaatan & pengembangan Endapan batubara di daerah penyelidikan memiliki ketebalan, jumlah dan kontinuitas lapisan yang cukup baik, demikian juga kemiringan lapisan yang relatif landai akan memberikan nilai tambah terhadap stripping ratio dalam penambangan. Dengan nilai kalori batubara pada umumnya di atas 5500 kal/gr adb, batubara di daerah penyelidikan memiliki nilai keekonomisan cukup bagus. Ditinjau dari ketebalannya (0,2013,00 m), batubara di daerah penyelidikan juga cukup prospek untuk pengembangan gas metan batubara (Coalbed Methane / CBM). KESIMPULAN Formasi pembawa batubara di daerah penyelidikan yaitu Formasi Warukin Di daerah penyelidikan ditemukan enam lapisan batubara utama dengan ketebalan yang bervariasi antara 0,15 – 13.00 m. Batubara daerah penyelidikan termasuk peringkat low-medium rank coal. Sumberdaya tereka batubara di daerah penyelidikan sebesar 81.516.498 ton. Ucapan Terimakasih Tim penyelidikan batubara daerah Ampah dan sekitarnya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Kepala Badan Geologi 2. Kepala Pusat Sumber Daya Geologi 3. Bupati Kabupaten Barito Timur 4. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Barito Timur beserta staf 5. Pejabat Pembuat Komitmen / P2K beserta staf 6. Koordinator Kelompok Penyelidikan Batubara beserta staf 7. Sub Bidang Sarana Laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi DAFTAR PUSTAKA Hadiyanto dan Dahlan Ibrahim (1993) Penyelidikan Batubara di daerah Ampah dan sekitarnya. Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung. Soetrisno, S. Supriatna, E. Rustandi, P. Sanyoto dan K. Hasan, 1994. Peta Geologi Lembar Buntok, Kalimantan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sam Supriatna dkk (1981) Penyelidikan Batubara di daerah Ampah dan sekitarnya Gambar 1. Lokasi Daerah Prospeksi Batubara Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah Gambar 2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan (modifikasi dari Soetrisno, dkk., 1994) Singkapan Batubara JW.01 Desa Jaweten Kec. Dusun Timur Conto Core Batubara Dilokasi BH.AMP.01 dengan Ketebalan 4.50 m Conto Core Batubara Pada Lokasi Singkapan Batubara .JW.05 Pada BH.AMP.02 Formasi Warukin Gambar 3. Tampilan Megaskopis Batubara Dari Singkapan dan Inti Bor Gambar 4. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah Ampah dan Sekitarnya Tabel 1. Lokasi Titik Bor dan Kedalaman Batubara Yang Ditembus Batubara yang Koordinat Elevasi Kedalaman ditembus (m) No Bor (m) Bor ( m ) X Y Dari Sampai Tebal 47.60 52.10 4.50 BH294086 9780981 56.00 100.30 61.20 62.00 0.80 AMP.01 66.00 66.90 0.90 19.20 19.90 0.70 BH294604 9781929 60.00 55.00 AMP.02 22.80 30.80 8.00 6.20 6.60 0.40 8.50 8.70 0.20 291992 9781667 50.00 101.00 11.60 11.85 0.25 No Bor Koordinat X Y Elevasi Kedalaman (m) Bor ( m ) BHAMP.03 BHAMP.04 287556 9783113 34.00 91.00 Batubara yang ditembus (m) Dari Sampai Tebal 47.30 47.65 0.35 61.50 61.80 0.30 79.90 81.05 1.15 9.30 22.30 13.00 24.80 25.40 0.60 34.00 39.50 5.50 Tabel 2. Kualitas Batubara Daerah Penyelidikan Tabel 3. Hasil Analisis Petrografi Organik Batubara Reflektan Vitrinit Komposisi Maseral Material Mineral (%) (%) Mean Conto Reflek Oksi Kisaran ( Vitri Inerti Liptin Piri tan Clay da %) nit nit it t Vitrinit Besi (%) BH AMP.01. 47.500.38 0.36-0.43 90.9 2.8 2.4 3.2 0.5 0.2 50.00 BH AMP.01. 49.500.42 0.39-0.46 90.2 2.6 2.2 4.6 0.3 0.1 50.00 BH AMP.01.50.500.38 0.34-0.43 90.4 3.1 1.5 4.2 0.6 0.2 51.00 BH AMP.01. 61.20.4 0.34-0.47 95.6 1.7 1.6 0.6 0.4 0.1 62.00 BH AMP.01. 66.000.39 0.36-0.45 95.4 1.5 1.9 0.8 0.3 0.1 66.90 BH AMP.02.19.200.37 0.34-0.43 933 1.8 2.7 1.5 0.6 0.1 19.90 BH AMP.02. 23.000.4 0.34-0.44 94.3 2.7 1.8 0.9 0.2 0.1 24.00 BH AMP.02. 27.000.43 0.37-0.55 92.4 1.2 1.6 4.3 0.3 0.2 28.00 BH AMP.02. 29.000.41 0.35-0.45 92.2 2.2 1.7 3.6 0.2 0.1 30.00 BH AMP.03. 79.900.36 0.34-0.41 94.9 1.1 2 1.7 0.2 0.1 81.05 BH AMP.04.A 0.34 0.30-0.39 97.2 0.5 0.7 1.3 0.2 0.1 BH AMP.04.B 0.35 0.32-0.39 94.7 2.3 1.1 1.4 0.3 0.2 JW.03 0.54 0.51-0.60 86.8 2.1 3.8 0.7 0.1 6.5 Tabel 4. Perhitungan Sumber Daya Batubara Daerah Penyelidikan