Pertemuan II Pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha Pada Kesenian Indonesia Universitas Gadjah Mada 1 II. Pengaruh Kebudayaan Hindu pada Kesenian Indonesia Seni bangun periode Indonesia Hindu sering disebut dengan candi. Menurut kronologinya bangunan candi di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu periode Jawa Tengah yang menghasilkan langgam Jawa Tengah, dan periode Jawa Timur yang menghasilkan langgam Jawa timur. Langgam Jawa Tengah meliputi masa sebelum tahun 1000 Masehi dan langgam Jawa Timur meliputi masa sesudah tahun 1000 Masehi. Dalam perkembangannya periode Indonesia Hindu tersebut sering disebut dengan masa Klasik Tua untuk menyebut langgam seni Jawa Tengah, dan masa Klasik Muda untuk menyebut langgam seni Jawa Timur. Menurut Quaritch wales pengaruh kebudayaan sampai sekitar tahun 900 Masehi India berlangsung sejak abad 2 dengan tampilnya gaya seni Amarawati, Kesenian Gupta, Kesenian Palawa dan kesenian Pala. Kesenian tersebut diyakini mewarnai langgam seni Jawa Tengah. Adapun langgam Jawa Timur yang tidak banyak menyerap unsur-unsur India, atau lebih banyak berkaitan dengan konsep kehidupan masyarakat setempat. Contohnya pada seni bangun, suatu bangunan dapat menggambarkan latar belakang keagamaan Hindu dan Buddha, demikain Pula cerita-cerita pada reliefnya. Meskipun unsur unsur gaya seni tersebut memengaruhi seni bangun di Jawa Tengah, tetapi tidak ada satu bangunan pun yang dapat disamakan dengan bangunan di negara asiinya yaitu India. Hal inilah yang kemudian memunculkan pendapat bahwa masyarakat Indonesia memiliki kemampuan meramu budaya India sehingga candi tersebut menjadi ciri khas bangunan Indonesia. Langgam Jawa Tengah baik pada bangunan candi ataupun seni arca dan relief menunjukkan kedekatannya dengan naskah-naskah India. Edy Sedyawati (1991) dalam desertasinya berpendapat, bahwa kedekatan (kemiripan) konsep keagamaan yang tampak pada seni bangun, seni arca, dan seni relief disebabkan intensitas pertemuan budaya antara India dengan Indonesia sangat dekat. Contoh kasus pada ukuran arca-arca di Candi Prambanan menunjukkan ukuran yang mendekati dengan ukuran ikonometri di India. Intensitas pertemuan yang semakin jauh ( periode Jawa Timur) maka variasi bentuk pun juga semakin beragam. Hal ini terjadi pada langgam seni bangun, seni arca, seni relief Jawa Timur. Lain lagi dengan pendapat Kusen (1990) bahwa ciri khas karya seni Jawa Timur berkaitan dengan keagamaan/kepercayaan yang berkembang pada saat itu. Anggapan ini diajukan karena adanya kenyataan bahwa contoh-contoh hasil seni rupa pada saat itu seperti arca dewa, relief candi serta karya seni rupa yang lain, nampak mempunyai nafas keagamaan. Nafas keagamaan dalam seni arca nampak pada atribut yang dikenakannya, Universitas Gadjah Mada 2 sedangkan dalam relief nampak pada terra reliefnya. Untuk seni arca dewa yang menarik adalah ekspresi yang menunjukkan ciri khas. Melihat kenyataan adanya perkembangan seni arca yang digambarkan jauh dari aturan ikonografi, Chlaire Holt (1967) berpendapat hal itu disebabkan oleh latar belakang konsep bahwa yang digambarkan adalah seorang raja yang telah meninggal. Namun hal itu belum dapat menjelaskan seluruh persoalan adanya perbedaan gaya seni rupa Jawa Timur. Mengenai perubahan gaya soni di Jawa Turnur dapat diikuti uraian Gudarjono (1981) yang menyebutkan bahwa di masa kerajaan Jawa timur purba, terjadi evolusi bentuk seni rupa secara menyeluruh dengan meninggalkan gaya Jawa Tengah untuk menemukan gaya khususnya sendiri. Apabila dilihat bentuk figur-figur relief candi-candi tampak konsep bentuk relisme makin dihapus dan menjelma dalam bentuk non realisme dengan unsur-unsur seni dekoratifnya. Gaya Realisme ditinggalkan menuju arah stelisasi lnier. Problem ruang dilaksanakan dengan dua di.mensi. Figur-figurnya menjadi bentuk deformasi yang bersifat gepeng dalam relief rendah. Wajah digambarkan pandangan, dada dan bahu pandang depan (frontal), sedangkan perut dan kaki digambar pandang samping (profil). Bentukbentuk figurnya lebih konkrit menuju gaya dekoratif. Universitas Gadjah Mada 3