pengendalian penyakit rebah semai pada persemaian tanaman

advertisement
PENGENDALIAN PENYAKIT REBAH SEMAI PADA
PERSEMAIAN TANAMAN TEMBAKAU DELI
(Nicotiana tabacum L.) DENGAN MEMANFAATKAN
ZAT EKSTRAKTIF KULIT MINDI
(Melia azedarach Linn.)
HASIL PENELITIAN
HARTINI NASUTION
051203023/Teknologi Hasil Hutan
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Usulan
Nama
NIM
Departemen
Program Studi
: Pengendalian Penyakit Rebah Semai pada Persemaian
Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) dengan
Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia
azedarach Linn.)
: Hartini Nasution
: 051203023
: Kehutanan
: Teknologi Hasil Hutan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Ridwanti Batubara, S. Hut., MP.
Ketua
Iwan Risnasari, S. Hut., M. Si
Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
Ketua Departemen
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
ABSTRAK
HARTINI NASUTION. Pengendalian Penyakit Rebah Semai pada Persemaian
Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) dengan Memanfaatkan Zat
Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.). Dibimbing Oleh RIDWANTI
BATUBARA dan IWAN RISNASARI.
Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau dengan mutu yang
terbaik. Karena beberapa faktor, terjadi penurunan produksi tembakau yang salah
satunya adalah penyakit rebah semai yang disebabkan oleh fungi Phytium sp.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji zat ekstraktif kulit mindi (Melia azedarach
Linn.) sebagai bahan fungisida alami terhadap penyakit rebah semai pada
persemaian tembakau deli. Sebanyak 500 gram serbuk kulit mindi masing-masing
diekstrak dengan pelarut aseton, metanol dan aquades. Hasil ekstrak tersebut
dijadikan sebagai bahan fungisida alami dengan berbagai taraf konsentrasi dan
selanjutnya diujikan pada Phytium sp. Hasil penelitian menunjukkan kandungan
ekstrak kulit mindi pada pelarut aseton, metanol dan aquades adalah 3,24%;
5,16% dan 5,24%. Ekstrak kulit mindi menggunakan pelarut aseton dan metanol
memberikan penekanan pertumbuhan sangat berat terhadap pertumbuhan Phytium
sp. Sedangkan pelarut akuades memberikan penekanan pertumbuhan yang
bervariasi. Perbedaan jenis pelarut, tingkat konsentrasi ekstrak dan interaksi
keduanya memberikan pengaruh nyata terhadap penekanan pertumbuhan Phytium
sp. Perlakuan ekstrak dengan pelarut akuades 2% dan akuades 3% berbeda nyata
dengan semua perlakuan yang diujikan. Ekstraktif kulit kayu mindi dengan
menggunakan pelarut aseton dan metanol berpotensi sebagai fungisida alami
terhadap penyakit rebah semai.
Kata kunci : Ekstraktif kulit, mindi (Melia azedarach Linn.), rebah semai,
Phytium sp., fungisida alami.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
ABSTRACT
HARTINI NASUTION. Controlling of Disease Damping Off at Nursery
Tobacco Deli (Nicotiana tabacum L.) by Use Mindi Bark Extractive (Melia
azedarach Linn.). Under the supervision of RIDWANTI BATUBARA and
IWAN RISNASARI.
Indonesia is one of tobacco producer with the best quality. Because of
some factor, happened degradation of tobacco production by disease damping off
which caused by Phytium sp. The aims of this research is to essay extractive of
mindi’s bark (Melia azedarach Linn.) as natural fungicide of damping off disease
at seedbed of tobacco deli. As amount 500 gr of dust bark each extract by aceton,
methanol and aquadest. The result of it became as natural fungicide with various
concentrate and tested to Phytium sp. The result of this research shown extractive
content of mindi’s bark extract at aceton, methanol and aquadest are 3,24%;
5,16% and 5,24%. Mindi’s bark extract at aceton and metanol give very heavy
pressure of Phytium sp. growth. Nevertheless extract at akuades gives variious
pressure. Difference of type of solvent, extract’s concentration and interaction of
both are significant to pressure of Phytium sp. growth. Extract treatment at
aquadest 2% and 3% are significant with all of tested treatment. Extractive of
mindi’s bark at acetone and methanol have potency as natural fungicide of
damping off.
Key word : extractive of bark, mindi (Melia azedarach L.), Phytium sp., natural
fungicide.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 31 Juli 1987 dari ayah
Asmuddin Nasution dan ibu Sari Hartati. Penulis merupakan anak pertama dari
tiga bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 7, Medan dan pada tahun yang
sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memeilih program studi Teknologi Hasil
Hutan, Departemen Kehutanan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah melaksanakan praktek
pengelolaan dan pengenalan hutan (P3H) di hutan mangrove Kabupaten Asahan
dan hutan pegunungan Kabupaten Karo dari tanggal 5 Juni sampai 14 Juni 2007.
Penulis juga telah melaksanakan kerja lapang (PKL) di PT. Sumatera Riang
Lestari sektor Sei Kebaro Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Penulis
melaksanakan PKL dari tanggal 2 Febuari sampai 2 April 2009.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengendalian Penyakit Rebah Semai pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli
(Nicotiana tabacum L.) dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia
azedarach Linn.)”.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Ridwanti Batubara, S. Hut., MP dan Ibu Iwan Risnasari,
S.Hut., M.Si selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari
mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen
Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu
di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................
ABSTRAK .............................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
Hal.
i
ii
iii
iv
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Penelitian ........................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................
Hipotesis Penelitian .....................................................................
1
3
3
3
TINJAUAN PUSTAKA
Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) .......................................
Rebah Semai (Damping Off) ........................................................
Phytium sp. ..................................................................................
Ekstraktif Kulit Kayu ..................................................................
Mindi (Melia azedarach Linn.) ....................................................
4
6
7
8
9
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian ........................................................................
Persiapan Bahan Baku ...........................................................
Ekstraksi Kulit Kayu Mindi ...................................................
Penyediaan Biakan Fungi Phytium sp. ...................................
Pembuatan Konsentrasi Larutan untuk Aplikasi .....................
Perlakuan Fungi Phytium sp. dengan Ekstrak Kulit Mindi ......
Pengukuran Penekanan Pertumbuhan Fungi ...........................
Perhitungan Penekanan Pertumbuhan Fungi ..........................
Analisa Data ................................................................................
12
12
12
12
13
14
15
16
16
16
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Zat Ekstraktif Kulit Mindi .........................................
Penekanan Pertumbuhan Fungi Phytium sp. dengan Ekstraktif
Kulit Mindi .................................................................................
20
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................
Saran ...........................................................................................
28
28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
LAMPIRAN ..........................................................................................
29
31
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
DAFTAR TABEL
No.
Hal.
1. Kandungan zat ekstraktif kulit mindi ................................................... 20
2. Rata-rata luas pertumbuhan dan penekanan Phytium sp. pada hari ke-5
dengan perlakuan ekstrak kulit mindi pada berbagai pelarut dan
konsentrasi .......................................................................................... 22
3. Uji fitokimia ekstrak kulit mindi ......................................................... 25
4. Uji lanjut penekanan pertumbuhan fungi Phytium sp. dengan ekstraktif
kulit mindi .......................................................................................... 27
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
DAFTAR GAMBAR
No.
1. Oospora Phytium sp. .........................................................................
2. a. batang pohon mimba .....................................................................
b. batang pohon mindi .......................................................................
3. a. daun mimba-daun mindi ................................................................
b. daun mindi muda-daun mimba muda .............................................
4. Serbuk kulit mindi .............................................................................
5. Biakan murni Phytium sp. .................................................................
6. Bibit tembakau deli yang terserang penyakit rebah semai ..................
7. Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut aseton ......................................................
8. Pertumbuhan Phyitum sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut aseton ..............................................................
9. Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut metanol ...................................................
10. Pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut metanol ...........................................................
11. Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut akuades ...................................................
12. Pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut akuades ...........................................................
Hal.
7
11
11
11
11
13
15
21
23
23
24
24
26
26
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Hal.
1. Kadar air serbuk sebelum ekstraksi ................................................... 31
2. Ekstraktif kulit mindi dengan perlarut aseton pada berberapa
konsentrasi ........................................................................................ 31
3. Ekstraktif kulit mindi dengan perlarut metanol pada beberapa
konsentrasi ........................................................................................ 31
4. Ekstraktif kulit mindi dengan perlarut akuades pada beberapa
konsentrasi ........................................................................................ 31
5. Pertumbuhan miselium fungi (kontrol) pada hari ke-5 seluas 6362
mm2 .................................................................................................. 32
6. Rata-rata luas pertumbuhan dan penekanan pertumbuhan fungi
Phytium sp. pada hari ke-5 dengan pelakuan ekstrak kulit mindi pada
berberapa pelarut dan konsentrasi ...................................................... 32
7. Uji statistik persen penekanan pertumbuhan Phytium sp. setelah
aplikasi dengan ekstrak kulit mindi ................................................... 33
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu penghasil tembakau dengan mutu yang
terbaik. Salah satu tembakau yang terkenal di pasar global adalah tembakau deli
yang merupakan komoditas daerah Sumatera Utara. Mutu tembakau deli belum
tertandingi oleh tembakau-tembakau dari daerah lain, baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Karena beberapa faktor, terjadi penurunan produksi tembakau yang salah
satunya adalah hama dan penyakit yang tidak terkendali pada bibit tembakau.
Persemaian merupakan kunci dari produksi tembakau. Hal ini dikarenakan
persemaian merupakan awal dari kegiatan penanaman, sehingga bibit yang akan
ditanam haruslah bibit yang sehat dan bebas dari serangan penyakit. Salah satu
penyakit pada persemaian tembakau adalah penyakit rebah semai yang disebabkan
oleh fungi Phytium sp. (Erwin, 2000). Tanpa perhatian serius dari berbagai pihak,
keberadaan tembakau deli yang khas akan menurun reputasinya sehingga
Indonesia akan kehilangan salah satu produk kebanggannya.
Salah
satu
cara
untuk
mengantisipasinya
adalah
mengendalikan dan menjaganya dari serangan penyakit
dengan
cara
yang mungkin
menyerangnya. Pengendalian penyakit yang dapat dilakukan adalah dengan
menyemprotkan fungisida pada bibit tembakau.
Penggunaan fungisida kimia selain dapat meninggalkan residu yang
berbahaya bagi tanaman
yang diaplikasikan juga berbahaya bagi lingkungan
hidup. Untuk itu dalam pengendalian penyakit pada bibit tembakau diperlukan
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
alternatif fungisida kimia yaitu fungisida alami. Fungisida alami dapat dibuat dari
ekstraktif beberapa jenis tumbuhan, sebagaimana yang kita ketahui bahwa
beberapa bagian tumbuhan mengandung zat ekstraktif yang bersifat racun pada
faktor perusak kayu.
Mindi merupakan tumbuhan yang memiliki persebaran alami di India dan
Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis, di Indoanesia banyak
ditanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Daun dan biji
mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Daun mindi
berpotensi sebagai bahan alami pengendali nematoda sista kentang (Hardiansyah,
2006). Suatu glycopeptide yang disebut meliacin diisolasi dari daun dan akar
mindi berperan dalam menghambat perkembangan beberapa DNA dan RNA dari
beberapa virus misalnya virus polio (Qitanonq, 2006). Penelitian Febrina (2009)
melaporkan bahwa ekstrak kulit mindi bersifat racun terhadap ulat grayak. Kayu
mindi dapat digunakan sebagai bahan baku mebel sedangkan kulitnya tidak
dipergunakan sehingga perlu diteliti kegunaan kulit mindi.
Berdasarkan pemikiran diatas maka dirasa perlu untuk mencoba
memanfaatkan zat ekstraktif kulit mindi (Melia azedarach Linn.) untuk
mengendalikan penyakit rebah semai pada persemaian tanaman tembakau deli
(Nicotiana tabacum L.). Mengingat serangannya pada tanaman khas Sumatera
Utara (tembakau deli) sangat merugikan dan pengendalian penyakit ini sampai
saat ini masih ditekankan pada fungisida yang bukan berasal dari bahan alami.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Tujuan penelitian
Menguji zat ekstraktif kulit kayu mindi (M. azedarach Linn.) terhadap
penyakit rebah semai (Phytium sp.) pada persemaian tanaman tembakau deli (N.
tabacum L.) pada berbagai pelarut dan konsentrasi.
Kegunaan penelitian
Penelitian ini berguna untuk menyediakan data dan informasi tentang
pemanfaatan kulit kayu mindi sebagai bahan fungisida alami pada penyakit rebah
semai (Phytium sp.) pada persemaian tanaman tembakau deli (N. tabacum L.).
Hipotesis penelitian
Jenis pelarut dan konsentrasi zat ekstraktif kulit kayu mindi serta interaksi
antara keduanya berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan Phytium sp.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
TINJAUAN PUSTAKA
Tembakau Deli (N. tabacum L.)
Tembakau merupakan bahan pembalut cerutu atau rokok. Tembakau yang
paling terkenal di pasar dunia adalah tembakau deli. Tembakau ini disebut
tembakau deli sesuai dengan daerah pengembangannya yang berada di daerah
Deli Serdang, Sumatera Utara (Suwarso, 2007).
Tembakau deli dicirikan dengan keadaan tanaman yang kokoh dan besar
dengan ketinggian tanaman sedang; daunnya tipis dan elastis; bentuk daun bulat
lebar; kedudukannya pada batang tampak mendatar; bermahkota tipe silinder; dan
daun berwarna cerah. Daun tembakau deli yang telah mengalami pengolahan
berwarna cokelat agak kelabu yang merupakan ciri khas daun tembakau deli yang
siap untuk dijadikan pembalut cerutu. Daun yang demikian diperoleh dari daun
pasir dan sebagian daun kaki (Cahyono, 1998).
Tembakau ini merupakan penghasil bahan pembalut (wrapper, dekblad)
cerutu yang bermutu sangat tinggi. Daun tembakau deli berwarna coklat, lembut,
tipis, urat-urat daunnya sangat halus, dan elastis sehingga tidak mudah robek
waktu diproses dalam pembuatan cerutu (Suwarso, 2007).
Klasifikasi Botani
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Solanales
Suku
: Solanaceae
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Marga
: Nicotiana
Jenis
: N. tabacum L.
Tembakau mempunyai nama dagang tembakau dan beberapa nama daerah
seperti: Bakong (Aceh), Bako (Gayo), Timbako (Batak Kara), Timbaho (Batak
Toba), Bago (Nias), Tembakau (Melayu), Temakaw (Bengkulu), Tembakau
(Minangkabau), Tembaku (Lampung), Bako (Sunda), Bako (Jawa Tengah),
Debak (Madura), Bako (Bali), Tembako (Sasak), Modo (Roti), Tabako (Timor),
Tambako (Makasar), Tabaku (Seram), Tabaku (Ternate) (Departemen Kesehatan,
2006).
Deskripsi morfologi tembakau adalah sebagai berikut:
Habitus : Semak, semusim, tinggi ± 2 m.
Batang
: Berkayu, bulat, berbulu, diameter ± 2 cm, hijau.
Daun
: Tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal
tumpul, panjang 20-50 cm, lebar 5-30 cm, tangkai panjang 1-2 cm,
hijau keputih-putihan.
Bunga
: Majemuk, tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal
berlekatan. ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu, hijau. benang
sari lima, kepala sari abu-abu, putik panjang 3-3,5 cm, kepala putik
satu, putih, mahkota bentuk terompet, merah muda.
Buah
: Kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji
: Kecil, coklat.
Akar
: Tunggang, putih.
(Departemen Kesehatan, 2006).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Mutu tembakau deli belum dapat tertandingi oleh mutu tembakau yang
ditanam di daerah lain. Apabila tembakau deli ditanam di daerah lain di luar
Sumatera Utara maka mutu yang dihasilkannya pun berbeda, bisa jadi lebih
rendah.
Daun N. tabacum mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan
politenol (Departemen Kesehatan, 2006). Sedangkan menurut Wikipedia (2008),
tembakau mengandung zat alkaloid nikotin, sejenis neurotoxin yang sangat ampuh
jika digunakan pada serangga. Zat ini sering digunakan sebagai bahan utama
insektisida.
Rebah Semai (Damping Off)
Penyakit rebah semai (damping off) pada tembakau umumnya hanya
dijumpai di pembibitan dan jarang dijumpai di pertanaman. Bila menyerang di
pertanaman biasanya terjadi pada tanaman muda yang baru ditanam dan
menyebabkan penyakit busuk pada pangkal batang. Bibit yang terserang pangkal
batangnya membusuk sehingga layu dan terkulai. Infeksi terjadi pada akar atau
pangkal batang, kadang-kadang perakaran yang muda juga terserang sehingga
membusuk, bila menyerang daun muda maka daun menjadi busuk basah. Akar
tanaman yang terinfeksi berwarna cokelat muda dan berair (Erwin, 2000).
Penyakit tembakau yang disebabkan oleh Phytium meliputi rebah semai
pada bibit, akar dan batang pada tanaman yang masih muda dan juga terjadi
nekrosis pada tanaman. Penyakit ini terjadi di setiap tempat dimana tanaman
tembakau ditanam (Erwin, 2000). Gejala serangan Phytium mirip dengan gejala
serangan Phytophthora, sehingga tanpa pengamatan mikroskopis keduanya tidak
mungkin dibedakan (Semangun, 2000).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Phytium sp.
Penyebab penyakit rebah semai adalah fungi Phytium sp. Fungi ini adalah
organisme yang kecil, bersifat filamen yang kekurangan klorofil. Oleh karena itu
organisme ini mendapatkan makanannya dari tanaman ataupun binatang yang
mengandung bahan organik, apakah sebagai saprofit ataupun sebagai parasit dan
patogen (Erwin, 2000).
Phytium ini tergolong kedalam klas Phycomycetes dan penyakit ini
menyebabkan turunnya produksi sampai 20%, karena tidak baiknya bibit. Fungi
ini umumnya berkembang di daerah tropika. Penyakit yang disebabkan fungi ini
bersifat universal, untuk semaian tembakau yang dipelihara. Sumber penyakit
umumnya terdapat di dalam tanah yang dipergunakan, atau terikut oleh aliran air
hujan dan sebagainya (Erwin, 2000).
Klasifikasi Phytium sp.
Kelas
: Oomycetes
Bangsa
: Peronosporales
Suku
: Phytiaceae
Marga
: Phytium
Jenis
: Phytium sp.
(Erwin, 2000).
Gambar 1. Oospora Phytium sp.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Phytium sp. mempunyai miselium yang kasar, lebarnya kadang-kadang
sampai 7 µm. Selain membentuk sporangium yang biasa (berbentuk bulat atau
lonjong), juga membentuk sporangium yang bentuknya tidak teratur seperti
batang atau bercabang-cabang, yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering
disebut presporangium dan ukurannya dapat mencapai 800 x 20 µm, sedangkan
oospora memiliki dinding yang agak tebal dan halus, diameter 17-19 µm. Hifa
Phytium sp. adalah hyaline, tidak bersepta dan umumnya memiliki lebar 4-6 µm
(Erwin, 2000).
Ekstraktif Kulit Kayu
Komposisi kimia kulit kayu sangat kompleks, bervariasi diantara berbagai
spesies pohon dan juga tergantung pada unsur-unsur morfologi yang
bersangkutan. Banyak konsituen yang terdapat dalam kayu juga terdapat dalam
kulit, meskipun proporsinya berbeda. Kekhasan kulit adalah tingginya kandungan
konstituen-konstituen tertentu (ekstraktif) yang dapat larut seperti pektin dan
senyawa-senyawa fenol maupun suberin. Kandungan mineral dalam kulit juga
jauh lebih tinggi daripada dalam kayu (Sjöström, 1995).
Kandungan ekstraktif kulit tidak hanya tergantung pada spesies, tetapi juga
pada pelarut yang digunakan. Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstrak
biasanya membutuhkan serangkaian ekstraksi, yang hasilnya memberikan ciri
awal komposisi variasi (Fengel dan Wegener, 1995 dalam Batubara, 2005).
Zat ekstraktif beberapa jenis kayu memang telah terbukti mengandung
senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan organisme, misalnya
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
seperti ekstrak kulit Gmelina mempunyai sifat anti rayap (Azhabi 2006).
Ekstraktif kulit kayu medang bersifat racun pada jamur (Batubara, 2005).
Mindi (M. azedarach Linn.)
Tanaman mindi (M. azedarach Linn.) merupakan tanaman serbaguna
karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Seluruh bagian tanaman mulai
dari akar, batang yang berkayu, kulit batang, daun, buah dan bijinya dapat
dimanfaatkan. Kayu mindi dapat digunakan dalam bentuk kayu utuh misalnya
sebagi komponen rumah, komponen mebel dan barang kerajinan. Kayu mindi
dapat juga digunakan dalam bentuk panel misalnya sebagai kayu lapis indah dan
vinir lamina indah. Daun dan biji mindi digunakan sebagi pestisida alami dan
kulitnya digunakan sebagai obat (Martawijaya dkk, 1989).
Mindi merupakan pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m,
garis tengah batang dapat berukuran 60-120 cm. Kulit batang coklat keabuan,
bertekstur halus, berlentisel, semakin tua kulit akan pecah atau bersisik (Gambar
2b). Daun majemuk menyirip ganda dua namun terkadang melingkar atau
sebagian daun menyirip ganda tiga, berhadapan, berlentisel, berbentuk bulat telur
hingga jorong, pangkal daun berbentuk runcing hingga membulat, tepi daun rata
sampai bergerigi. Perbungaan muncul dari bagian aksiler daun-daun, daun
penumpu berbentuk benang; bunga-bunga berwarna keunguan, berbau harum.
Buah berupa buah batu, berbentuk jorong-bundar, berwarna kuning kecoklatan
ketika ranum, permukaannya halus, mengandung 5 biji. Biji berbentuk
memanjang, berukuran panjang 3,5 mm dan lebar 1,6 mm, berwarna coklat
(Wardiyono, 2008).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Kayu teras berwarna merah coklat muda semu-semu ungu, gubal berwarna
putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat
lurus atau agak berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Kayu mindi tergolong kelas
kuat III-II, setara dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas awet IV
(Qitanonq, 2006).
Mindi memiliki adaptasi tinggi dan toleran dengan berbagai kondisi
lingkungan yang beragam. Jenis ini tumbuh pada tempat-tempat dengan rata-rata
suhu maksimum dan minimum per tahun, berturut-turut 39°C dan -5°C.
Umumnya tumbuhan ini tumbuh dari ketinggian 0-1200 mdpl, dan di pegunungan
Himalaya tumbuh pada ketinggian 1800 sampai 2200 m. Curah hujan tahunan di
habitat alaminya berkisar antara 600-2000 mm. Di Afrika, jenis tumbuhan ini
ditanam sebagai pohon pelindung yang toleran terhadap kekeringan. Mindi
tersebar luas di daerah-daerah kering di bagian selatan dan barat daya Amerika
Serikat, yang memiliki curah hujan kurang dari 600 mm. Mindi dapat tumbuh
pada tanah-tanah berkadar garam, tanah dengan pH basa kuat, tapi tidak terlalu
asam. Jenis ini juga tumbuh pada tanah-tanah miskin, tanah marjinal, tanah
miring, dan tanah berbatu atau pada tebing curam berbatu (Wardiyono, 2008).
Kandungan bahan aktif mindi sama dengan mimba (Azadirachta indica)
yaitu azadirachtin, selanin dan meliantriol. Namun kandungan bahan aktifnya
lebih rendah dibandingkan dengan mimba sehingga efektivitasnya lebih rendah
pula. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk
mengendalikan hama termasuk belalang. Kulit mindi dipakai sebagai penghasil
obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit daun dan akar mindi telah digunakan
sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang. Hal ini dikarenakan kulit
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
mindi mengandung toosendanin (C3OH38O11), komponen yang larut (C3OH40O12),
alkaloid azaridine (margosina), kaempferol, resin, tanin, n- riacontane, βsitosterol, dan triterpene kulinone (Qitanonq, 2006).
Mindi sekilas terlihat hampir sama dengan mimba, tetapi ada beberapa
perbedaan diantara keduanya, antara lain : kulit batang pohon mindi bertekstur
lebih halus sedangkan kulit batang pohon mimba bertekstur lebih kasar (Gambar
2.). Jika daun mimba dicicipi, rasanya jauh lebih pahit daripada rasa daun mindi.
Selain itu pada daun mindi, masih terlihat bekas gigitan serangga, berbeda dengan
daun mimba, yang biasanya bersih dari bekas gigitan serangga (Gambar 3.)
(Kardinan dkk, 2003).
a
b
Gambar 2. a. batang pohon mimba; b. batang pohon mindi.
a
b
Gambar 3. a. daun mimba-daun mindi; b. daun mindi muda (kiri)-daun mimba
muda (kanan).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan dan untuk
pengujian terhadap fungi Phytium sp. dilakukan di Laboratorium Bioteknologi
Hutan Departemen Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
dilakukan mulai dari Bulan Juni sampai Bulan September 2009.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kulit mindi (M.
azedarach Linn.), fungi Phytium sp., pelarut aseton, metanol, akuades, kertas
saring, kentang, agar-agar, dekstrosa, kain katun yang tipis, kapas steril,
aluminium foil, tissue steril, chlorox 1%, buku acuan hama dan penyakit
tembakau deli.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: blender untuk
menghaluskan serbuk, saringan dengan ukuran 40-60 mesh, batang pengaduk
untuk mengaduk larutan, labu erlenmeyer, autoclave, labu separator, cawan petri,
rotary evaporator, timbangan, oven, camera, mikroskop, sprayer, kaca preparat
dan cover glass.
Metode Penelitian
Persiapan Bahan Baku
Diambil kulit batang mindi yang segar kemudian bahan dikeringkan
hingga mencapai kadar air kering udara, dan dihaluskan atau ditumbuk dengan
menggunakan tumbukan atau blender, kemudian bahan disaring dengan ukuran
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
40-60 mesh dan dimasukkan masing-masing bahan kedalam kantungan plastik
yang berukuran besar.
Gambar 4. Serbuk kulit mindi.
Ekstraksi Kulit Kayu Mindi
Serbuk kayu Mindi yang telah kering diambil sebanyak 500 gram, masingmasing diekstrak dengan pelarut aseton, metanol dan aquadest dengan metode
perendaman pada suhu ruangan selama 2 hari dengan perbandingan tinggi serbuk
dan pelarut 1:3 dalam stoplest, campuran ini diaduk dengan selang waktu 2 jam
dengan menggunakan spatula. Hasil ekstraksi tersebut disaring dengan
menggunakan kertas saring, hasil saringan tersebut di masukkan ke dalam botol
residunya direndam kembali selama 2 hari. Kegiatan perendaman dan
penyaringan ini diulang sebanyak 3 kali. Hasil masing-masing ekstraksi tersebut
kemudian dievaporasi sampai volumenya 100 mililiter. Dari ekstraksi kemudian
dievaporasi sampai kering setelah itu baru dioven untuk mengetahui kadar
ekstraknya.
Kadar ekstrak =
bobot ker ingekstrak
× 100%
bobot ker ingserbuksebelumekstraksi
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Penyediaan Biakan Fungi Phytium sp.
a. Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)
Kentang yang telah dikupas dan dipotong-potong dengan ukuran ± 1 x 1 x
1 cm sebanyak 200 gram direbus dalam 500 ml air suling sampai cukup empuk.
Hal ini dapat diketahui dengan menusuk kentang dengan garpu jika ditusuk terasa
mudah berarti kentang telah mengeluarkan sarinya. Kemudian 15 gram agar-agar
dimasak dengan menggunakan air steril sebanyak 500 ml sampai agar-agar larut,
selanjutnya dekstrosa (dapat diganti dengan gula pasir) sebanyak 15 gram
dimasukkan ke dalamnya. Air ekstrak kentang selanjutnya dituangkan ke dalam
larutan agar-agar. Larutan ini kemudian disaring dengan kain katun yang tipis.
Larutan ditambahkan air steril sampai volumenya menjadi 1000 ml.
Setelah dididihkan, larutan PDA dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
kemudian ditutup dengan kapas steril dan ditutup lagi dengan menggunakan
alumunium foil. Kemudian disterilkan di dalam autoclave selama lebih kurang 15
menit dengan suhu 121-124 oC pada tekanan 1,25 atm. Setelah itu, PDA
dikeluarkan dan dibiarkan hingga dingin (10-20 oC), kemudian dituangkan ke
dalam cawan petri.
b. Isolasi Fungi
Bagian batang yang terinfeksi Phytium sp. diambil, kemudian dibersihkan
dengan menggunakan air steril, dipotong persegi 0,5 x 0,5 x 0,2 cm lalu
disterilkan dengan chlorox 1 % selama 15 – 30 detik lalu potongan tersebut
diambil dengan menggunakan pinset dan dicuci dengan air dan dikeringkan di atas
kertas tissue steril. Selanjutnya bagian tersebut ditanam dalam media PDA,
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
dimana tiap cawan petri ditanam secara tiga ulangan dan dibiarkan sampai
miselium fungi tumbuh pada media biakan tersebut. Lalu diisolasi kembali sampai
didapat biakan murni dari tiap warna biakan untuk memperoleh biakan murni
fungi yang telah dibiakan. Hal ini dilakukan berkali-kali sampai diperoleh biakan
yang benar-benar murni.
Gambar 5. Biakan murni Phytium sp.
c. Identifikasi Fungi
Biakan murni fungi yang tumbuh pada media biakan diisolasi dan
diletakkan di atas kaca preparat yang telah steril lalu ditutup dengan cover glass
kemudian diamati di bawah mikroskop untuk diidentifikasi dengan menggunakan
buku acuan hama dan penyakit tembakau deli.
Pembuatan Konsentrasi Larutan untuk Aplikasi
Tahap selanjutnya setelah melakukan ekstraksi dan diperoleh padatan
ekstraktif yang dilakukan dengan pengeringan oven pada suhu 35oC adalah
pembuatan konsentrasi larutan zat ekstraktif dengan menggunakan pelarut aseton,
metanol dan akuades. Masing-masing ekstraktif terlarut (pada aseton, metanol,
dan aquadest) dibuat 5 taraf konsentrasi larutan ekstraktif, yaitu : 0, 1, 2, 3, 4%.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Penentuan konsentrasi larutan berdasarkan volume aplikasi (Lampiran 1., 2., dan
3.).
Perlakuan Fungi Phytium sp. dengan Ekstraktif Kulit Mindi
Media PDA yang berada di dalam cawan petri diteteskan 1 tetes ekstraktif
kulit mindi (± 0,5 ml) sesuai konsentrasinya dan digoyang-goyang supaya merata
pada seluruh media cawan petri tersebut kemudian diinokulasi dengan fungi yang
telah tumbuh aktif, dengan cara meletakan satu isolat seukuran ± 12 mm2.
Sedangkan kontrol ditetesi pelarut (aseton, metanol, akuades) untuk mengetahui
pengaruh murni dari fungisida terhadap pertumbuhan fungi. Masing-masing
perlakuan terdiri dari 3 cawan petri sebagai ulangan.
Pengukuran Penekanan Pertumbuhan Fungi
Pengamatan pertumbuhan fungi dilakukan setiap hari dengan mengukur
luasan pertumbuhan miselium fungi. Pengukuran dilakukan sampai dengan hari
ke-5.
Perhitungan Penekanan Pertumbuhan Fungi
Perhitungan penekanan pertumbuhan fungi didasarkan pada rumus :
Penekanan pertumbuhan =
MK − MP
× 100%
MK
MK = Luas pertumbuhan miselium fungi dari perlakuan kontrol (mm2)
MP = Luas pertumbuhan miselium fungi dari perlakuan fungisida (mm2)
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Tingkatan penekanan pertumbuhan fungi untuk mengetahui yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi ditentukan sebagai berikut :
a. Sehat, bila pertumbuhan fungi tidak tertekan sama sekali
b. Tertekan ringan, bila penekanan pertumbuhan fungi 0-25%
c. Tertekan sedang, bila penekanan pertumbuhan fungi 25-50%
d. Tertekan berat, bila penekanan pertumbuhan fungi 50-75%
e. Tertekan sangat berat, bila penekanan pertumbuhan fungi 75-99%
f. Mati, bila tidak ada tanda-tanda pertumbuhan fungi.
(Philip, 1994 dalam Batubara, 2005).
Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pelarut
ekstraktif kulit mindi dengan perbedaan perlakuan pelarut dan konsentrasi
digunakan statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
dengan
menggunakan 2 faktor yaitu :
Faktor 1 : jenis pelarut (P) yang digunakan terdiri dari :
P1 = aseton
P2 = metanol
P3 = aquadest
Faktor 2 : Konsentrasi (K) bahan pelarut yang dibuat menjadi 5 taraf terdiri dari :
K1 = 0%
K4 = 3%
K2 = 1%
K5 = 4%
K3 = 2%
Kombinasi perlakuan yang dibuat adalah sebagai berikut :
P1K1 P1K2 P1K3 P1K4 P1K5
P2K1 P2K2 P2K3 P2K4 P2K5
P3K1 P3K2 P3K3 P3K4 P3K5
Dengan ulangan sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 45 satuan percobaan.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Model analisa yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yijk
Yijk
= μ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk
= nilai pengamatan bahan pelarut ke-i, dengan konsentrasi ke-j, dan pada
ulangan ke-k
μ
= rata-rata umum
αi
= pengaruh jenis pelarut ke-i
βj
= pengaruh konsentrasi larutan ke-j
(αβ)ij
= pengaruh interaksi antara jenis pelarut ke-i dengan konsentrasi ke-j
Σijk
= pengaruh acak (galad) percobaan pelarut ke-i dan konsentrasi larutan
ke-j serta pada ulangan ke-k
Hipotesis yang digunakan adalah :
1. Pengaruh utama jenis pelarut
H0
: Jenis pelarut tidak berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan
Phytium sp.
H1
: Jenis pelarut berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan Phytium sp.
2. Pengaruh utama variasi konsentrasi
H0
: Variasi konsentrasi tidak berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan
Phytium sp.
H1
: Variasi konsentrasi berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan
Phytium sp.
3. Pengaruh interaksi jenis pelarut dan variasi konsentrasi
H0
: Interaksi jenis pelarut dan variasi konsentrasi tidak berpengaruh
terhadap penekanan pertumbuhan Phytium sp.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
H1
: Interaksi jenis pelarut dan variasi konsentrasi berpengaruh terhadap
penekanan pertumbuhan Phytium sp.
Untuk mengetahui pengaruh dari faktor perlakuan yang dicoba, dilakukan
analisis keragaman dengan kriteria uji jika F hitung ≤ F tabel maka H0 diterima
dan jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak. Untuk mengetahui taraf perlakuan
mana yang berpengaruh diantara faktor perlakuan maka pengujian dilanjutkan
dengan menggunakan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan Multi Range Test).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Zat Ekstraktif Kulit Mindi
Kandungan ekstraktif kulit kayu umumnya lebih besar daripada
kandungan ekstraktif kayu. Serbuk sebelum diekstraksi berada pada keadaan
kering udara dengan kadar air 11,11% (Lampiran 4). Menurut Browning (1967),
kadar ekstraktif yang diperoleh tergantung pada pengeringan dan pengkondisian
serbuk kayu sebelum diekstrak. Kadar air serbuk mempengaruhi proses ekstraksi.
Banyaknya zat ekstraktif yang dapat larut dalam pelarut polar biasanya lebih
sedikit, namun adanya pengeringan serbuk sebelum ekstraksi, jumlah bahan yang
akan terlarut lebih banyak. Kandungan zat ekstraktif kulit mindi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan zat ekstraktif kulit mindi
Jenis Pelarut
Berat Padatan Ekstrak
(Gram)
Aseton
16,2
Metanol
25,8
Akuades
26,2
Persentase Kandungan
Zat Ekstraktif (%)
3,24
5,16
5,24
Tabel 1. menunjukkan bahwa kandungan ekstraktif kulit mindi dengan
pelarut akuades paling besar yaitu 5,24%, sedangkan yang paling rendah adalah
dengan pelarut aseton yaitu sebesar 3,24%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
jenis pelarut yang digunakan sangat menentukan banyaknya kandungan ekstraktif
yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjöström (1995), yang
menyatakan bahwa penentuan ekstraktif secara kuantitatif dalam kayu dilakukan
dengan metode-metode yang distandarisasi setelah ekstraksi dengan pelarutpelarut organik, seperti heksana, diklorometana, dietil eter, aseton, atau etanol.
Kandungan ekstraktif biasanya kurang dari 10%.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah zat ekstraktif
antara lain yaitu : jenis kayu, bagian yang digunakan, umur pohon, tempat
tumbuh, genetika, jenis pelarut, proses ekstraksi dan ukuran serbuk yang
digunakan. Menurut Sjöström (1995), bagian-bagian yang berbeda dari pohon
yang sama, yaitu, batang, cabang, akar, dan kulit kayu, berbeda banyak jumlah
maupun komposisi ekstraktifnya. Dalam hal pinus, kayu teras secara khas
mengandung ekstraktif jauh lebih banyak daripada kayu gubal. Menurut Guenther
(1987) dalam Batubara (2006) menyatakan banyaknya zat ekstraktif yang dapat
larut tidak terlepas dari faktor pemilihan pelarutnya. Pelarut yang ideal digunakan
untuk proses ekstraksi harus memenuhi syarat-syarat yaitu : dapat melarutkan zat
ekstraktif, pelarut harus bersifat inert (tidak beraksi dengan zat yang akan
diekstraksi) dan mempunyai titik didih yang rendah agar pelarut mudah diuapkan
tanpa menggunakan suhu yang tinggi.
Penekanan Pertumbuhan Fungi Phytium sp. dengan Ekstraktif Kulit Mindi
Fungi Phytium sp. diperoleh dengan mengisolasi bagian pangkal batang
bibit tembakau deli yang terserang penyakit rebah semai (Gamabar 6.). Bibit
tembakau deli yang terserang diambil dari PTPN II kebun Bulu Cina.
Gambar 6. Bibit tembakau deli yang terserang penyakit rebah semai.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Pengamatan terhadap pertumbuhan Phytium sp. tanpa perlakuan (kontrol)
yang menggunakan media PDA menunjukkan bahwa pada hari ke-5 fungi telah
memenuhi cawan dengan luas pertumbuhan miselium fungi seluas 6362 mm2
(Lampiran 5.). Penekanan pertumbuhan fungi dengan menggunakan zat ekstraktif
kulit mindi dengan pelarut aseton, metanol dan akuades menunjukkan hasil yang
berbeda (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata luas pertumbuhan dan penekanan pertumbuhan Phytium sp.
pada hari ke-5 dengan perlakuan ekstrak kulit mindi pada berbagai
pelarut dan konsentrasi
Luas
pertumbuhan
%
Pelarut Konsentrasi
Keterangan
hari ke-5
Penekanan
2
(mm )
0
6362
0,00
Sehat
1
475
92,53
Tertekan sangat berat
Aseton
2
645
89,86
Tertekan sangat berat
3
760
88,05
Tertekan sangat berat
4
378
94,06
Tertekan sangat berat
0
6362
0,00
Sehat
1
139
97,81
Tertekan sangat berat
Metanol 2
69
98,92
Tertekan sangat berat
3
93
98,54
Tertekan sangat berat
4
83
98,69
Tertekan sangat berat
0
6362
0,00
Sehat
1
712
88,81
Tertekan sangat berat
Akuades 2
2453
61,44
Tertekan berat
3
4963
21,99
Tertekan ringan
4
6362
00,00
Sehat
Pertumbuhan fungi Phytium sp. mengalami keadaan tertekan sangat berat
bila diberi ekstrak kulit mindi dengan menggunakan pelarut aseton dan metanol
sedangkan bila diberi ekstrak kulit mindi dengan pelarut akuades mengalami
keadaan yang bervariasi dari sehat, tertekan ringan, tertekan berat dan tertekan
sangat berat. Pertumbuhan fungi dengan ekstraksi menggunakan aseton yang
paling rendah adalah konsentrasi 3% dengan persen penekanan 88,05% dan yang
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
paling tinggi adalah konsentrasi 4% dengan persen penekanan 94,06%. Hasil yang
paling baik adalah ekstrak yang mampu menghambat pertumbuhan fungi dengan
maksimal dengan konsentrasi paling tinggi tetapi pada Tabel 2. dapat dilihat
bahwa ekstrak kulit mindi menggunakan aseton tidak begitu berbeda dalam
menghambat pertumbuhan fungi pada berbagai konsentrasi. Hal ini berarti bahwa
ekstrak kulit mindi dengan pelarut aseton pada konsentrasi yang rendah sudah
efektif dalam menghambat pertumbuhan Phytium sp.
378
760
645
475
5
6362
261
438
471
340
4
Konsentrasi 4
5505
231
328
349
295
Hari Ke- 3
159
63
131464
2
81
37
54
47
27
1
0
Konsentrasi 2
3853
Konsentrasi 1
1203
2000
Konsentrasi 3
Konsentrasi 0
4000
6000
2
Pertum buhan Hari Ke-5 (m m )
Gambar 7.
Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut aseton.
P1K4 (Tertekan
sangat berat)
P1K2 (Tertekan
sangat berat)
P1K1 (Sehat)
P1K5 (Tertekan
sangat berat)
Gambar 8.
P1K3 (Tertekan
sangat berat)
Pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut aseton
Pertumbuhan fungi selama 5 hari pada kontrol dan dengan perlakuan
ekstrak aseton terlihat sangat berbeda nyata (Gambar 7). Pada kontrol, fungi
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
tumbuh hingga memenuhi cawan sedangkan pada perlakuan yang diberi ekstrak
aseton dapat menghambat pertumbuhan fungi (Gambar 8.). Hal ini disebabkan
karena adanya senyawa saponin dan alkoloida pada zat ekstraktif dari kulit mindi
yang bersifat racun terhadap jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjöström
(1995), ekstraktif yang berbeda perlu untuk mempertahankan fungsi biologi
pohon yang bermacam-macam. Sebagai contoh, senyawa-senyawa fenol
melindungi kayu terhadap kerusakan secara mikrobiologi atau serangan serangga.
5
83
66
69
139
4
62
66
45
77
Hari Ke- 3
61
66
45
69
2
60
66
45
58
57
50
42
41
27
1
0
6362
Konsentrasi 4
5505
Konsentrasi 2
3853
Konsentrasi 1
1203
2000
Konsentrasi 3
Konsentrasi 0
4000
6000
2
Pertum buhan Hari Ke-5 (m m )
Gambar 9.
Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut metanol.
P2K4 (Tertekan
sangat berat)
P2K2 (Tertekan
sangat berat)
P2K1 (Sehat)
P2K5 (Tertekan
sangat berat)
P2K3 (Tertekan
sangat berat)
Gambar 10. Pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut metanol.
Hasil yang terlihat pada Tabel 2. menunjukkan bahwa perbedaan
konsentrasi ekstrak metanol tidak berbeda nyata dalam menekan pertumbuhan
fungi. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa konsentrasi yang paling
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
mampu menekan pertumbuhan fungi yang paling besar adalah konsentrasi 2%
dengan persen penekanan 98,92% dan yang paling rendah adalah konsentrasi 1%
dengan persen penekanan 97,81%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak kulit
mindi dengan menggunakan pelarut metanol pada konsentrasi 2% sudah efektif
dalam menghambat pertumbuhan fungi.
Penekanan pertumbuhan fungi dengan perlakuan ekstrak metanol adalah
yang paling baik dari ketiga jenis pelarut yang digunakan (Gambar 10). Hal ini
juga dapat dilihat dari Gambar 9. yang menunjukkan bahwa dari keempat
konsentrasi (tidak termasuk kontrol) yang diujikan pada Phytium sp. sangat
menekan pertumbuhan fungi. Hal ini terjadi karena metanol berupa pelarut polar
jadi dapat melarutkan zat-zat ekstraktif yang sebagian besar bersifat polar. Yang
perlu diperhatikan adalah banyaknya ekstraktif yang dihasilkan bukan satusatunya
tolok ukur keefektifan ekstrak tersebut, tetapi yang paling utama yaitu zat toksik
yang terlarut (Tarmadi dkk, 2007). Menurut penelitian Febrina (2009), terdapat
zat alkoloid yang bersifat racun terhadap serangga dan organisme lainnya pada
ekstrak kulit mindi. Kandungan senyawa mindi yang mengandung alkoloida yang
terbanyak pada ekstrak mindi dengan metanol. Selain alkoloida senyawa aglikon
quersetin juga terdapat di dalam kulit kayu mindi.
Tabel 3. Uji fitokimia ekstrak kulit mindi
No. Pelarut
Zat Kimia
1.
Metanol
Alkoloida
2.
Aseton
Saponin
Alkoloida
3.
Aquades
Alkoloida
Sumber : Febrina (2009).
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Pertumbuhan fungi dengan perlakuan ekstrak akuades yang paling rendah
adalah konsentrasi 4% dengan persen penekanan 0,00% dan yang paling tinggi
adalah konsentrasi 1% dengan persen penekanan 88,81%. Tingkat penekanan
pertumbuhan fungi yang paling rendah adalah dengan menggunakan ekstrak kulit
mindi dengan akuades.
2453
5
2188
4
492
Hari Ke- 3
388
1464
1068
715
658
186504
2
223
157
232
134
27
1
0
6362
6362
2725
2618
6362
4963
712
5505
Konsentrasi 3
Konsentrasi 2
3853
Konsentrasi 1
1203
2000
Konsentrasi 4
Konsentrasi 0
4000
6000
2
Pertum buhan Hari Ke-5 (m m )
Gambar 11. Luas pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak
kulit mindi dengan pelarut akuades.
P3K4 (Tertekan
ringan)
P3K2 (Tertekan
sangat berat)
P3K1 (Sehat)
P3K5 (Sehat)
P3K3 (Tertekan
berat)
Gambar 12. Pertumbuhan Phytium sp. selama 5 hari pada pengujian ekstrak kulit
mindi dengan pelarut akuades.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, konsentrasi ekstrak kulit mindi
dengan pelarut akuades yang semakin tinggi menunjukkan pertumbuhan fungi
yang semakin luas bahkan ada yang sampai memenuhi cawan (Gambar 12.). Hal
ini membuktikan bahwa ekstrak kulit mindi menggunakan pelarut akuades kurang
efektif dalam menekan pertumbuhan Phytium sp. kecuali pada konsentrasi 1% dan
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
2% (Gambar 11.). Perbedaan tingkat penekanan pertumbuhan Phytium sp. dengan
ekstrak akuades disebabkan karena ekstraksi menggunakan akuades menghasilkan
tanin, getah, gula, bahan pewarna dan pati (Fengel dan Wegener 1995, Anonim
1996 dalam Wardhani dkk, 2004). Gula merupakan senyawa karbohidrat yang
menjadi sumber makanan pada Phytium sp. Hal ini berarti semakin tinggi
konsentrasi maka semakin luas pertumbuhan Phytium sp.
Tabel 4. Uji lanjut penekanan pertumbuhan fungi Phytium sp. dengan ekstraktif
kulit mindi
Konsentrasi
Pelarut
0
1
2
3
4
a
d
d
d
Aseton
0,00
92,53
89,86
88,05
94,06d
Metanol
0,00a 97,81d 98,92d 98,54d 98,69d
Akuades
0,00a 88,81d 61,64c 21,99b
0,00a
Catatan : Angka-angka yang diikuti dengan notasi yang sama tidak berbeda nyata.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan terhadap penekanan pertumbuhan
Phytium sp. menunjukkan bahwa pelarut aseton, metanol dan akuades
memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan pertumbuhan fungi, begitu
pula dengan konsentrasi yang digunakan (0%, 1%, 2%, 3%, 4%) serta interaksi
diantara keduanya. Perlakuan ekstrak dengan pelarut akuades 2% dan akuades 3%
berbeda nyata dengan semua perlakuan yang diujikan. Dari tabel 4. diketahui
bahwa ekstraktif kulit mindi pada pelarut aseton dan metanol efektif dalam
menekan pertumbuhan fungi Phytium sp.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Zat ekstraktif kulit kayu mindi dapat menghambat pertumbuhan Phytium
sp. yang menyebabkan penyakit rebah semai pada persemaian tembakau deli.
Ekstrak dengan pelarut metanol dan aseton efektif dalam menekan pertumbuhan
Phytium sp. dibandingkan dengan ekstrak menggunakan pelarut akuades dan
berpotensi sebagai fungisida alami terhadap penyakit rebah semai. Namun dari
nilai penekanan pertumbuhan yang paling menekan pertumbuhan Phytium sp
adalah metanol 2% dengan persen penekanan pertumbuhan sebesar 98,92%.
Saran
Agar lebih mengetahui efektifitas zat ekstraktif dalam mengendalikan
penyakit rebah semai maka sebaiknya dilakukan pengujian di lapangan. Perlu
diteliti lebih lanjut senyawa yang aktif dalam menekan pertumbuhan Phytium sp.
baik pada pelarut metanol maupun aseton.
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Azhabi, H. 2006. Zat ekstraktif Kulit Kayu Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) dan
Pengaruhnya Terhadap Rayap Tanah. Skripsi Jurusan Kehutanan. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan.
Batubara, R. 2005. Identifikasi Sifat Ekstrak Kulit Kayu Medang hitam
(Cinnamomum porrectum Roxb.) sebagai Bahan Pengawet Kayu. Tesis
Pasca
Sarjana.
Universitas
Mulawarman.
Samarinda.
Tidak
Dipublikasikan.
Cahyono, B. 1998. Tembakau: Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.
Departemen
Kesehatan.
2006.
Tembakau.
Diambil
dari
: http://72.14.235.132/search?q=cache:adApZ9LzOBcJ:ftp.ui.edu/bebas/v1
2/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1206.pdf+tembakau&hl=en&ct=clnk&cd=14&gl=id&client=firefox-a
[27/12/2008]
Erwin. 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli
PTP. Nusantara II (Persero). Medan.
Febrina, S. 2009. Pemanfaatan Zat Ekstraktif Kulit Kayu Mindi dalam
Pengendalian Ulat Grayak pada Tanaman Tembakau Deli. Skripsi Jurusan
Kehutanan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak
Dipublikasikan.
Hardiansyah, H. 2006. Pengujian Dosis Serbuk Daun Mindi Melia azedarach L.
dan Kirinyuh Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robinson Terhadap
Populasi Nematoda Sista Kentang Globodera rostochiensis (Woll.)
Behrens Pada Tanaman Kentang di Rumah Kaca. Diambil dari
:
http://hpt.unpad.ac.id/pengujian-dosis-serbuk-daun-mindi-meliaazedarach-l-dan-kirinyuh-chromolaena-odorata/ [27/12/2008]
Kardinan, A., Azmi Dhalimi, dan Balitro, 2003. Mimba (Azadirachta indica).
Diambil dari : http://bptsitubondo.wordpress.com/2008/06/05/mimbaazadirachta-indica-ajuss-bag-i/ [07/12/2009]
Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y. I. Mandang, S. A. Prawira dan K. Kadir.
1989. Atlas kayu Indonesia. Jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Bogor.
Qitanonq. 2006. Agromania: Mindi. Diambil dari : www.mailarchive.com/[email protected]/msg01923.html [27/12/2008]
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Suwarso. 2007. Peluang Penerapan Indikasi Geografis pada Tembakau di
Indonesia.
Diambil
dari
: http://www.dgip.go.id/ebhtml/hki/filecontent.php?fid=9907 [27/12/2008]
Tarmadi, D. dkk. 2007. Pengaruh Ekstrak Bintaro (Carbera odollam Gaertn) dan
Kecubung (Brugmansia candida Pers) terhadap Rayap Tanah Coptotermes
sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.5. No. 1. Hal 38-42.
Diambil
dari
:
http%3A%2F%2Fjurnalmapeki.biomateriallipi.org%2Fjurnal%2F02012004%2FJ.MapekiVol.2No.12004.pdf&ei=QY
oYS56vMouTkAWOiLnQAw&usg=AFQjCNEHgl0BmId09gg2sbWQkA
4XxLaVnQ [04/12/2009]
Wardhani, I. Y. dkk. 2004. Distribusi Kandungan Kimia Kayu Kelapa (Cocos
nucifera L). Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. Vol.2. No. 1. Hal 17.
Diambil
dari
:
http://74.125.153.132/search?q=cache:A6ulIdOqzSQJ:jurnalmapeki.bioma
teriallipi.org/jurnal/02012004/J.MapekiVol.2No.12004.pdf+senyawa+zat+ekstr
aktif+yang+larut+pada+pelarut+akuades&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id
[04/12/2009]
Wardiyono.
2008.
Melia
azedarach
Linn.
Diambil
dari
: http://www.kehati.or.id/florakita/browser.php?docsid=588 [27/12/2008]
Wikipedia.
2008.
Tembakau.
Diambil
: http://id.wikipedia.org/wiki/Tembakau [04/12/2009]
dari
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Lampiran 1. Ekstraktif kulit mindi dengan pelarut aseton pada beberapa
konsentrasi
Lampiran 2. Ekstraktif kulit mindi dengan pelarut metanol pada beberapa
konsentrasi
Lampiran 3. Ekstraktif kulit mindi dengan pelarut akuades pada beberapa
konsentrasi
E
Lampiran 4. Kadar air serbuk sebelum ekstraksi
Ulangan
1.
2.
3.
Berat
Cawan
(gr)
51,4
42,3
96,0
Berat Awal (gr)
BA
BA + Cwn
53,4
44,3
98,0
2
2
2
Rata-rata
Berat Kering Oven (gr)
BKO
BKO + Cwn
53,2
44,1
97,8
1,8
1,8
1,8
Kadar Air
(%)
11,1
11,1
11,1
11,1
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Lampiran 5. Pertumbuhan miselium fungi (kontrol) pada hari ke-5 seluas 6362
mm2
Lampiran 6. Rata-rata luas pertumbuhan dan penekanan pertumbuhan Phytium
sp. pada hari ke-5 dengan perlakuan ekstrak kulit mindi pada
berbagai pelarut dan konsentrasi
Pelarut
Konsentrasi
Ulangan
Aseton
0
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
4
Metanol
0
1
2
3
4
Akuades
0
Luas
pertumbuhan
hari ke-5
(mm2)
6362
6362
6362
49
57
1320
573
52
1309
683
840
757
266
471
397
6362
6362
6362
155
199
63
61
102
44
72
45
161
76
120
54
6362
6362
6362
%
Penekanan
0,00
0,00
0,00
99,23
99,10
79,25
90,99
99,18
79,42
89,26
86,60
88,10
95,82
92,60
93,76
0,00
0,00
0,00
97,56
96,87
99,01
99,04
98,40
99,31
98,87
99,29
97,47
98,81
98,11
99,15
0,00
0,00
0,00
Keterangan
Sehat
Sehat
Sehat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Sehat
Sehat
Sehat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Sehat
Sehat
Sehat
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Pelarut
Konsentrasi
Ulangan
Akuades
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
2
3
4
Luas
pertumbuhan
hari ke-5
(mm2)
908
830
398
2291
2290
2779
2165
6362
6362
6362
6362
6362
%
Penekanan
85,73
86,95
93,74
63,99
64,01
56,32
65,97
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Keterangan
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan sangat berat
Tertekan berat
Tertekan berat
Tertekan berat
Tertekan berat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
Lampiran 7. Uji Statistik persen penekanan pertumbuhan Phytium sp. setelah
aplikasi dengan ekstrak kulit mindi
SUMBER
Pelarut
Konsentrasi
Interaksi
Galat
Total
S = 10.73
Pelarut
1
2
3
DB
2
4
8
30
44
R-Sq = 95.83%
Mean
72.9007
78.7927
34.4460
Konsentrasi
0
1
2
3
4
JK
17400.5
47950.9
13960.2
3453.1
82764.7
KT
8700.3
11987.7
1745.0
115.1
F
75.59
104.15
15.16
P
0.000
0.000
0.000
F. Tabel
3.316*
2.690*
2.266*
R-Sq(adj) = 93.88%
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
-+---------+---------+---------+-------(---*--)
(---*--)
(---*---)
-+---------+---------+---------+-------30
45
60
75
Mean
0.0000
93.0467
83.4067
69.5289
64.2500
Individual 95% CIs For Mean Based on
Pooled StDev
--+---------+---------+---------+------(-*-)
(-*-)
(--*-)
(-*--)
(-*--)
--+---------+---------+---------+------0
30
60
90
Hartini Nasution : Pengendalian Penyakit Rebah Semai Pada Persemaian Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana
tabacum L.) Dengan Memanfaatkan Zat Ekstraktif Kulit Mindi (Melia azedarach Linn.), 2010.
Download