TUGAS MATA KULIAH Pengendalian Hama Dan Penyakit Terpadu

advertisement
TUGAS MATA KULIAH
Pengendalian Hama Dan Penyakit Terpadu
Kelompok 2:
Hajar Puteri Utami Syauri
14/362374/KT/07737
Fauziah Azka M
14/366493/KT/07792
Ferdaus Hardiyantono
14/366549/KT/07802
Yusuf Ardian S
14/366550/KT/07803
Marsha Ulfah Putri C
14/367812/KT/07811
Ismu Nilam Devi
14/367867/KT/07843
Muh. Ilham Rachmad
14/369158/KT/07882
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
JURNAL
EFEK EKSTRAK Melia Azedarach L. TERHADAP HAMA Hyblaea puera Cramer
(Lepidoptera : Hyblaeidae)
Oleh:
Sengottayan Senthil Nathan dan Kim Sehoon
1. Pendahuluan
a. Jati (Tectona grandis)
Kayu Jati (Tectona grandis) telah sejak lama dikenal sebagai jenis kayu terbaik
di dunia karena kekuatannya, daya tahan, ketahanan dari hama dan penyakit, daya tarik
yang dimiliki, serta mudah untuk diolah. Walaupun demikian, pertumbuhan tanaman
Jati menemui permasalahan, salah satunya adalah serangan hama Hyblaea purea (H.
puera) Cramer (Lepidoptera: Hyblaeidae), dimana hama ini biasa menyerang tanaman
Jati (common defoliator teak). Hama Hyblaea purea bersifat polifagus yakni memiliki
lebih dari satu jenis inang.
b. Mindi (Melia azedarach)
Chinaberry atau pohon lilac Persia, adalah pohon yang menggugurkan daunnya,
berasal dari barat laut India, dan telah lama diakui untuk sifat insektisida, tetapi belum
menjadi sepenuhnya dianalisa. Ekstrak buah tanaman pohon Mindi (Melia azedarach)
mendatangkan berbagai efek pada serangga, seperti retardasi pertumbuhan,
mengurangi kesuburan, gangguan molting, morphogenetic cacat, dan perubahan
perilaku. Efek yang ditimbulkan dari ekstraksi buah pohon Mindi dikenal untuk dapat
mengendalikan berbagai macam jenis serangga. Baru-baru ini, promosi tumbuhan
sebagai lingkungan pestisida ramah, semprotan mikroba, dan serangga pengatur
tumbuh telah menjadi perhatian utama dalam kehadiran tindakan pengendalian lainnya
seperti menguntungkan serangga, yang semuanya memerlukan integrasi kontrol
diawasi.
2. Material dan Metode yang Digunakan
Material dan Metode
Budidaya H. puera secara
massal di Laboratorium
Ekstraksi Methanolic dari
daun dan biji M. azedarach
Persiapan Larutan Stok
Bioassay dan perawatan
langkah efisiensi
pemanfaatan makanan
kuantitatif
Antifeedant pencegahan
bioassay
analisis statistik
a.
Budidaya H. puera secara massal di Laboratorium
Larva serangga H. puera diperoleh dari pepohonan tanaman Jati yang berada
pada hutan alam berlokasi di bukit Siruvani, Ghats Barat, kabupaten Coimbatore, Tamil
Nadu, India. Koloni serangga disimpan di laboratorium degan suhu 27 ± 2 1C;
10:14LD; 85% RH. Budidaya diawali dengan sebagian larva tumbuh di lapangan,
sedangkan sisa larva H. puera yang dipelihara dalam kandang serangga dan ad libitum
makan pada daun T. grandis. Ngengat diberi makan dengan 10% sukrosa solusi
diperkaya dengan beberapa tetes campuran vitamin (Multidecsdrops, Ashok Farmasi,
Chennai 600.024, India) untuk meningkatkan produksi telur. setelah dua hari daun
tanaman jati dikeluarkan dari oviposisi kandang. Bagian daun yang berisi telur yang
dipotong dan ditempatkan pada kertas filter lembab di petri yang hidangan. Telur ini
digunakan untuk mempertahankan budidaya (persediaan cadangan).
b. Ekstraksi Methanolic dari daun dan biji M. azedarach
Daun-daun dan biji-bijian dari M. azedarach diperoleh dari lima pohon yang
berada pada hutan alam berlokasi di bukit Siruvani, Ghats Barat, kabupaten
Coimbatore, Tamil Nadu, India. Proses ekstraksi Methanol diperoleh melalui
beberapa tahap. Pertama, daun-daun dan biji tanaman dihancurkan menjadi ukuran
partikel dan dikeringkan dengan tingkat suhu ruangan. Dalam tabung berukuran
1000 ml, 100 material M. azedarach yang sudah diproses sebelumnya diaduk
selama 3 jam dalam 1000 ml larutan Methanol. Setelah diaduk, campuran larutan
tersebut dibiarkan selama semalam hingga residu akan terendap di bagian bawah
tabung, dimana kemudian akan disaring dengan menggunakan kertas saringan
Whatman No. 40. Residu yang tesisa diekstraksi lagi dengan metode yang sama,
kemudian hasil penyaringan kedua larutan hasil ekstraksi sebelumnya
dicampurkan. Pelarut yang digunakan dihilangkan dengan evaporasi vacuum pada
evaporator berputar (rotary evaporator). Residu minyak berwarna merah tua
merupakan residu dari biji, dan residu berwarna hijau tua merupakan hasil ekstraksi
dari dedaunan M. azedarach. Hasil ekstraksi ini akan digunakan ke dalam tahap
selanjutnya.
c.
Persiapan Larutan Stok
Larutan ekstraksi yang diperoleh dari tahap sebelumnya (100 mg / ml) ekstrak
kasar disaring dan diencerkan untuk memperoleh konsentrasi yang diinginkan.
Larutan stokkonsentrasi 100 mg / ml serial diencerkan kemempersiapkan uji solusi
dari 0,25%, 0,50%, 1,0%, 2,0%, dan 4,0%. Satu tetes emulsifier (0,005%) (Tween
20,Sigma Chemical Company) ditambahkan dengan ekstrak biji dan daun untuk
memastikan kelarutan lengkap dari bahan dalam air.
3. Hasil Dan Pembahasan
Jati merupakan salah satu tanaman tropis yang banyak dimanfaatkan karena
kualitasnya yang baik terutama pada bagian batang. Permudaan alam yang juga banyak
ditemukan mendukung ketersediaan regenerasi dari spesies tersbut. Agar tetap lestari,
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan tindakan pencegahan
spesies dari serangan hama dan penyakit tanaman, dalam penelitian ini berupa hama
ulat Jati yaitu Hyblaea puera.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan menggunakan exstrak
daun dan ekstrak biji Melia azedarach, keduanya menghasilkan pengaruh yang
berbeda. Fase larva dan pupa Hyblaea puera bertambah lebih lama saat diberikan
ekstrak daun dan biji. Saat fase dewasa, justru lebih singkat ketika diberi perlakuan
menggunakan ekstrak daun dan biji. Kedua perlakuan tersebut juga menyebabkan
penurunan kesuburan pada Hyblaea puera.
Hyblaea puera menunjukkan pengaruh ketika pakan yang berupa daun jati
diberi perlakuan ekstrak dari Melia azedarach, terutama dalam pertumbuhan dan
mencari makan. Pertumbuhan Hyblaea puera pada fase instar kelima mengalami
penurunan saat diberi ekstrak Melia azedarach.
Ekstrak bijinya juga dapat menurunkan pola makan dari Hyblaea puera. Secara
signifikan, ekstrak daun dan biji Melia azedarach dengan konsentrasi masing-masing
2% dan 4% dapat mencegah ulat betina bertelur.
Kesimpulannya adalah ekstrak daun dan biji Melia azedarach dapat
mempengaruhi pertumbuhan hama tanaman dan berpotensi menjadi upaya alternatif
dalam mengatasi hama ulat Jati menggunakan insektisida sintetis. Pemanfaatan ekstrak
tanaman maupun pestisida dari tanaman dapat menjadi salah satu upaya mewujudkan
pengelolaan hama penyakit terpadu di masa mendatang.
4. Diskusi Kelompok
Mekanisme ketahanan tanaman dikategorikan menjadi : (Nelson, 1980)
1. non prefence, suatu mekanisme yang dimiliki tanaman (fisik atau kimia)
yang yang bertindak sebagai penarik ataupun penolak suatu hama atau
patogen tertentu.
2. antibiosis, andanya kandungan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi
perkembangan ataupun ketahanan hidup serangga.
3. toleransi, Kemampuan varietas tanaman untuk toleran terhadap serangan
serangga hama atau patogen penyebab penyakit.
Mekanisme resistensi dapat berinteraksi satu dengan yang lain dan dua kategori
atau lebih dapat terlibat mempengaruhi varietas resisten yang sudah dihasilkan (Van
Der Plank, 1984). Dari awal, suatu mekanisme resistensi sendiri sudah ada pada
tanaman (turunan gen) yang dikendalikan oleh tanaman sendiri dan merupakan hal yang
sangat menguntungkan.
Para ahli pemuliaan berusaha mampu memindahkan sifat keturunan yang
resisten kepada varietas tanaman yang lebih memadai kualitasnya. Penguasaan dalam
hal perilaku resistensi akan sangat membantu upaya-upaya mengembangkan varietas
tanaman yang resisten.
Variabel resistensi menunjukkan ketahanan tanaman yang berubah saat menjadi
inang dan lingkungan yang melibatkan: 1. besar kecilnya penyakit tanaman, 2.
perubahan kerentanan organ tanaman saat ontogeny dan pertumbuhan, 3. perbedaan
resistensi pada sel individu tanaman, 4. secara relatif perubahan resistansi dalam waktu
singkat.
Heretabilitas
Nilai heretabilitas menunjukkan bagian dari variasi dalam populasi untuk membedakan
individu secara genetik. Menurut Zobel dan Talbert (1984), korelasi genetik antara
sifat-sifat yang berguna dan ketertarikan improvers pohon karena mereka mengindikasi
tingkat yang mana sifat-sifat akan berubah sebagai hasil dari perubahan sifat lain.
Berdasarkan Nei's diversity index dan
Shanon's diversity index, statistik
keragaman genetik Falcataria moluccana dari sebelas sumber benih di Wamena paling
rendah, sedangkan keragaman genetik paling tinggi berada di Jasinga.
Perkembangan keparahan gall rust disease (penyakit karat puru) terjadi pada
17, 27, 37 dan 47 hari setelah diinokulasi.
Kegiatan yang mendatang perlu dilakukan:

Untuk membangun konservasi genetik insitu dan eksitu asli dari Irian
Jaya, khususnya Wamena diperlukan upaya untuk mencegah hilangnya
alel frekuensi rendah yang gen dapat memberi proteksi terhadap karat
puru jamur secara genetik.

Untuk membangun international-network
dalam rangka untuk
mengumpulkan sumber benih F. dari dalam dan di luar distribusi alami
mereka

Untuk pembiakan
jangka panjang, resistensi relatif mungkin jarang
berguna, tapi populasi pemuliaan keturunan yang
baik biasanya
memerlukan ukuran populasi yang sangat terbatas. Penyediaan untuk
seleksi dalam pemuliaan populasi produksi sangat diperlukan.
Download