BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Susu Ibu (ASI) ASI merupakan bahan makanan ideal untuk bayi, bahan yang tiada duanya merupakan bahan makanan yang terbaik bagi bayi yang dilahirkan, bahkan tidak satu jenis susu buatan yang mendekati atau bahkan semutu dengan air susu iibu (Rachmawati, 2006). ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Untuk bayi hingga usia enam bulan, ASI sudah mencukupi kebutuhan karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan antibodi yang tidak dimiliki susu formula merk apapun. (Rusmawaty, 2008). 2.1.1. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam masa enam bulan pertama kehidupannya, karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Indah, 2003). ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI Eksklusif ini (Depkes RI, 2004). Universitas Sumatera Utara Menurut WHO (2001), bahwa ASI Eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI Eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi. ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Karena ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA, taurin dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Beberapa produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak bias menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI (Indah, 2003). Menurut Roesli (2000), pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Kaitannya dengan ASI dalam mencegah datangnya berbagai penyakit, ASI memiliki antibodi yang berguna untuk membentengi bayi dari berbagai penyakit, contohnya diare akut, diare kronik, Necroting enterocolitic (NEC), infeksi saluran nafas, dan alergi di masa mendatang seperti asma dan dermatitis. Oleh karenanya bayi yang mengkonsumsi ASI lebih bagus ketahanan tubuhnya dibanding bayi yang menggunakan susu formula. Bayi yang mendapat susu Universitas Sumatera Utara formula sudah dikenalkan dengan protein asing sehingga jika terjadi ketidakcocokan akan menimbulkan alergi. Selain itu cara penyajian susu formula yang tidak benar juga mengandung resiko masuknya kuman yang berakibat pada sakinya si bayi (Rusmawaty, 2008). Menurut Roesli (2000), komposisi ASI dari hari kehari berdasarkan stadium laktasi dibagi atas 3 bagian yaitu : a. Kolostrum/susu jolong b. Air susu transisi/peralihan c. Air susu matur/matang Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada air susu ibu yang diproduksi kemudian. Kelebihan dari kolostrum yaitu lebih banyak mengandung zat anti bodi terhadap beberapa penyakit sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan pertama. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang. Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI matang Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang, total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang. Volume kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam, kolostrum harus diberikan pada bayi. ASI masa transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini dimulai keluar pada hari ke 4/ke 7 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, pada masa ini kadar protein semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meningkat. Universitas Sumatera Utara Air susu mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan seterusnya komposisinya relatif konstan, merupakan cairan berwarna putih kekuning-kuningan, tidak menggumpal bila dipanaskan serta terdapat anti mikrobial faktor antara lain terdapat antibodi terhadap bakteri dan virus (Roesli, 2000). 2.1.2. Volume ASI Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu ke dua. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (Siregar, 2004). Universitas Sumatera Utara Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang di konsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan yang akibat fatal bagi bayi yang masih sangat muda. (Siregar, A, 2004). 2.1.3. Produksi ASI ASI diproduksi atas hasil kerja gabngan antara hormone dan refleks. Selama kehamilan terjadilah perubahan pada hormone yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan kadang-kadang mulai pada usia 6 bulan akan terjadi perubahan pada hormone yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. ASI dihasilkan oleh kelenjar susu yang sangat banyak jumlahnya di dalam payudara, kemudian oleh saluran-saluran menuju puting susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan. Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh faktor emosi, kondisi kesehatan dan kecukupan gizi ibu. Selain itu rangsangan pada puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga akan meningkatkan hormon Universitas Sumatera Utara oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan sehat, perlu adanya kerjasama antara ibu dan bayi (Roesli, 2000). 2.2. Inisiasi Menyusu Dini Menyusui adalah proses unik yang memberikan keuntungan tidak saja pada bayi dan ibu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Keuntungan ini termasuk kesehatan, perkembangan, psikologis, sosial, ekonomi dan lingkungan. Menurut Dr.Utami Roesli, (2008), inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali pusat dipotong, lalu di lap kering dan langsung diberikan pada ibu. Harus ada sentuhan antara kulit ibu dengan kulit bayi, dimana tidak boleh dipisahkan dulu dari ibu. Yang perlu dijaga adalah suhu ruangan, dan sebaiknya bayi memakai topi bayi karena disitu banyak keluar panas. Suhu yang tepat adalah 28-29ºC. Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Biarkan bayi di dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan langsung diminum. Masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi masalah. Bila bayi kedinginan dada sang ibu akan meningkat hangat sampai 2 derajat, jika bayi kepanasan otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat. Universitas Sumatera Utara Dengan inisiasi menyusu dini memberikan motivasi yang sangat besar untuk ibu menyusui bayinya (Roesli, 2008). Menyusui dibedakan menjadi tiga, yaitu menyusui secara penuh (full breastfeeding), menyusui secara sebagian atau parsial (partial breastfeeding) dan diberi susu formula (formula feed/token). Menyusui secara penuh dapat dibedakan menjadi : menyusui secara eksklusif (exclusive breastfeeding) dan menyusui hampir eksklusif (almost exclusive breastfeeding); menyusui secara parsial dibedakan menjadi menyusui parsial tinggi (high partial breastfeeding), sedang (medium partial breastfeeding) dan rendah (low partial breastfeeding) (Laurance, 2007). 2.2.1. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan (Roesli, 2008) : a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua tangannya c. Tali pusat dipotong, lalu diikat d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Universitas Sumatera Utara 2.2.2. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli (2008), langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk mensukseskan terjadinya inisiasi menyusu dini 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan 2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing 3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok. 4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan. 5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi. 6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu. 7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu Universitas Sumatera Utara jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. 8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar. 9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. 10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibubayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan. 2.2.3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi dini adalah sebagai berikut : 1. Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan kematian. 2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung penyerap. Susu formula tidak diberi enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak. Sehingga ASI tidak merebut enzim anak. 3. Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak akan diberikan banyak, Universitas Sumatera Utara sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya. 2.2.4. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi. 1. Bayi kedinginan-tidak benar Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5º C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman (2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1ºC lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan suhu dada ibu akan turun 1ºC. Jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi. 2. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak benar. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah melahirkan. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kkulit serta saat byi menyusu dini memabntu menenangkan ibu. 3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu, libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. Universitas Sumatera Utara 4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini. 5. Ibu harus dijahit-tidak masalah Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. 6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan saat lahir-tidak benar Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi. 7. Bayi harus segera dibersihkan, di mandikan, ditimbang dan diukur-tidak benar Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. 8. Bayi kurang siaga-tidak benar Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang Universitas Sumatera Utara diasup ibu, kontak kulit akan lebih panting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding. 9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan yang diberikan sebelum ASI keluar (cairan pre-laktal)tidak benar Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu juga. 10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi-tidak benar Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang ayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematngkan dinding usus yang masih muda (Roesli, 2008). 2.2.5. Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat/sifat sebagai berikut : 1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna, untuk memilih komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi. 2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk : - Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen - Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin - Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat Universitas Sumatera Utara - Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium 3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti : Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C 3 dan C 4 , Antistapiloccocus, laktobacillus, Bifidus, Lactoferrin. 4. ASI mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. 5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi (Roesli, 2008). Seperti yang ditulis Puspita Theresia (1995), yang di kutip Siregar (2004), selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu yaitu : a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa dapat memberikan “kehidupan” kepada bayi b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak c. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi. d. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya. e. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara f. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui empat bulan 2.3. Komposisi ASI A. Protein dalam ASI ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan lebih mudah dicerna. Keistimewaan protein dalam ASI adalah (Roesli, 2008) : 1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis 2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin 3. Memudahkan absorbsi dari mineral misalnya, kalsium, fosfor dan magnesium. B. Karbohidrat dalam ASI ASI mengandung karbohidrat lebih dari 6,6-7%. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan bayi untuk memberikan suasana asam di dalam usus bayi dengan keuntungan : 1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis 2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin 3. Memudahkan absorbsi dari mineral misalnya, kalsium, fosfor dan magnesium. Universitas Sumatera Utara C. Lemak dalam ASI Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi. Keistimewaan lemak dalam ASI adalah : 1. Kadar asam lemak tak jenuh lebih tinggi 7-8 kali, bila dibandingkan dengan susu sapi. Berguna untuk memacu absorbsi lemak dan kalsium, dengan adanya garam kalsium ini akan memacu perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia. 2. Kolesterol diperlukan untuk melinisasi susunan saraf pusat. D. Mineral dalam ASI ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah tapi cukup sampai bayi umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium pada ASI paling stabil tidak dipengaruhi oleh diit ibu dan garam-garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, natrium dan phospat merupakan pembentuk tulang. E. Air dalam ASI Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang tidak berguna di dalam tubuh. Air yang tinggi di dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus bagi bayi. F. Kalori dalam ASI Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77 kal/100 ml ASI, 90% berasal dari Karbohidrat dan 10% berasal dari protein. Untuk mempertahankan laktasi ada 2 refleks maternal yang terlibat yaitu refleks pengeluaran ASI serta melibatkan hormon antara lain hormon prolaktin dan oksitosin, ini sangat Universitas Sumatera Utara responsive terhadap kekuatan yang mengatur laktasi yaitu isapan. Isapan dari bayi memegang peranan untuk keluarnya prolaktin dan hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu (Soetjiningsih, 1994). 2.4. Program Laktasi Program melibatkan laktasi bagian yang adalah terkait, suatu agar program dihasilkan multidepartemental suatu pelayanan yang yang komprehensif dan terpadu terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, bahkan seluruh keluarga yang mencakup masa prenatal. Segera sesudah melahirkan dan sesudah ibu dan bayinya dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik Bersalin. Program laktasi ini memiliki anggota program yang disebut sebagai Team Manajemen Laktasi (TML) yang terdiri dari seorang profesor dokter anak, perawat spesialis anak, bidan ahli gizi, pekerja sosial dan seorang sekretaris yang terdidik dan diketahui oleh dokter anak (Roesli, 2001). Melalui suatu pelayanan yang berkesinambungan, program laktasi tersebut meliputi sebagai berikut : 1. Bimbingan Pranatal Komponen pertama dari program laktasi ini merupakan dasar dari keberhasilan menyusui. Kegiatan disini akan meliputi, pemeriksaan dan perawatan payudara yang dilengkapi dengan, media cetak sebagai sarana pendidikan untuk ibu-ibu serta diberikan pula penyuluhan gizi. Universitas Sumatera Utara 2. Pelayanan Pascanatal yang Terarah Terlepas dari kualitas pelayanan perinatal lainnya, maka proses laktasi tidak akan berhasil bila pascanatal ini tidak dikelola dengan baik. Untuk itu diperlukan petugas kesehatan terutama petugas pelayanan perinatal yang terlatih dan mengerti akan seluk-beluk proses menyusui. Oleh karena itu petugas kesehatan perlu mendapat tambahan pendidikan berkala yang berorientasi klinis sehingga dapat membina ibu-ibu ke arah fisiologi menyusui yang normal. 3. Konsultasi per telepon -24 jam Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik serta ditambah dengan pelayanan segera pascanatal yang sesuai, sering masih timbul masalah menyusui yang perlu segera ditanggulangi agar laktasi dapat dipertahankan. Anggota team managemen laktasi akan menjawab serta memecahkan masalah melalui telepon yang bila perlu akan dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Sering jaringan informasi ini dipergunakan oleh petugas kesehatan lainnya. 4. Klinik Laktasi Klinik laktasi merupakan sarana pendidikan yang utama, dari klinik ini petugas kesehatan, mahasiswa, dilatih dan dapat melihat sendiri segala aspek proses menyusui. Mereka dapat bertemu dengan pasangan ibu dan anak, memeriksa bayi secara menyeluruh, memeriksa payudara ibu dan melakukan pengamatan dengan seksama cara ibu menyusui bayinya. Dengan demikian akan dapat diketahui segala masalah pasangan ibu dan bayinya sehingga dapat diberikan penanggulangan yang sesuai, termasuk perbaikan gizi ibu Universitas Sumatera Utara guna keberhasilan laktasi. Kalau perlu dilakukan kunjungan rumah oleh petugas sosial diikuti pertelepon. Klinik laktasi menerima rujukan untuk kasus yang sulit. Pasangan ibu dan bayinya diperiksa di Klinik Laktasi tujuh hari setelah dipulangkan dari RS atau kapan saja bila timbul masalah. 5. Konsultasi untuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit) Adanya pelayanan NICU membuktikan betapa komprehensifnya program laktasi ini. Bila seorang neonatus sakit, maka jelas betapa ASI dengan keunggulannya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu petugas pelayanan perinatal dihimbau untuk secara sungguh-sungguh mengusahakan agar ASI tersedia dan mengatasi segala hambatan yang datang. 6. Pendidikan Petugas Kesehatan Dampak dari program laktasi ini bukan saja terhadap ibu menyusui, tetapi juga terhadap petugas kesehatan lainnya. Petugas kesehatan makin sadar akan pentingnya menyusui dan merasakan perlunya pengetahuan dasar mengenai fisiologi laktasi dan informasi terbaru tentang cara mengelola ibu menyusui dengan berhasil. 2.4.1. Manajemen Laktasi Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2002) : a. Pada masa Kehamilan (antenatal) Universitas Sumatera Utara - Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. - Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. - Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. - Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil. - Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya. b. Pada masa setelah persalinan (prenatal) - Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada payudara ibu - Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dilakukan tanpa jadwal - Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan Universitas Sumatera Utara c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal) - Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selam 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya - Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. - Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. - Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui - Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam. - Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui - Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP-ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas. 2.4.2. Promosi ASI dan Kesiapan Petugas Kesehatan Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu diketahui seberapa jauh pengetahuan petugas. Petugas Kesehatan haruslah merasa bertanggung jawab akan masalah ibu menyusui dan bayinya. Dalam kaitan ini diharapkan bahwa petugas kesehatan pengetahuan sudah siap untuk membina dan mengelola ibu-ibu menyusui berdasarkan pengetahuan yang Universitas Sumatera Utara didapat selama pendidikan dan bekerja, jika disetiap instansi kesehatan tersedia tenaga yang terampil dan terlatih mengenai aplikasi klinis dari seluk beluk proses menyusui. Serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi (Roesli, 2000). 2.5. Pengertian Perilaku Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara, bereaksi dan lain-lain, bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir, persepsi dan emosi. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, seperti perilaku petugas kesehatan dalam memberikan gambaran atau pandangan tentang pentingnya inisiasi menyusu dini. Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku, sedangkan lingkungan merupakan kondisi-kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 1996). 2.5.1. Bentuk Perilaku Bentuk perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja, perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk pegetahuan, motivasi dan persepsi. Secara lebih operasional perilaku dapat Universitas Sumatera Utara diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) (Notoatmodjo, 2003) : 1. Perilaku tertutup (covert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misal seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, ibu yang sedang menyusui tahu pentingnya ASI bagi bayinya, dan sebagainya. 2. Perilaku terbuka (overt behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi dan sebagainya. 2.5.2. Pembagian Perilaku Menurut Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), membagi perilaku dalam tiga kawasan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan Psikomotor (tingkah laku). Universitas Sumatera Utara 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui Panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behaivour), (Notoatmodjo, 2003). Didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan berlangsung lama, suatu contoh ibu-ibu diperintahkan oleh petugas kesehatan untuk melakukan penggunaan ASI Eksklusif dan pentingnya melakukan inisiasi menyusu secara dini, mereka akan segera melakukan perintah tersebut. 2. Sikap (Attitude) Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu) serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya kasus pemberian ASI, apabila seorang ibu telah mendengar dan mendapat penjelasan dari petugas kesehatan pentingnya pemberian ASI secara dini dengan benar dan coba Universitas Sumatera Utara menerapkannya kepada bayinya, maka ibu berpikir dan berusaha untuk memberikan anaknya/bayinya ASI Eksklusif sampai berusia 6 bulan atau bahkan sampai 2 tahun, akan tetapi karena lingkungan belum ada yang menerapkannya, maka ibu tersebut menjadi asing di masyarakat dan tidak mungkin ia menjadi kembali dengan pemberian ASI yang salah (Notoatmodjo, 1993). 3. Tindakan atau Praktek (Pratice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu : 1. Persepsi (perseption) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respons Terpimpin (guided respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Universitas Sumatera Utara 4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.5.3. Pengetahuan ASI Menurut Depkes RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui oleh ibu untuk meningkatkan cakupan ASI, yaitu : 1. Pengertian ASI Eksklusif dan kolostrum, makanan, minuman pralakteal dan laktasi. 2. Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI dan manfaatmenyusui 3. Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lam dan sampai umur berapa 4. Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui, menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI, menyimpan ASI dan cara menyapih yang baik 5. Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain : puting susu datar dan terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat, radang payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung puting. 2.5.4. Perilaku Dalam Pemberian ASI Perilaku seorang ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI terhadap bayinya. Menurut penilitian Suraatmaja (1994), faktor-faktor yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI adalah : faktor sosial budaya, faktor psikologis, dan faktor fisik ibu. Sedangkan menurut Boedihardjo (1993), ketidakmampuan menyusui erat hubungannya dengan situasi ibu-ibu yang kurang atau tidak mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan menyusui, kurangnya pengalaman dan pengetahuan tentang mekanisme laktasi, kurang percaya diri atau tidak yakin akan kemampuannya untuk menyusui. Jadi keberhasilan pemberian ASI tergantung pada perilaku dari ibu yang memberikan ASI secara dini. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Notoatmodjo, 2003) : 1. Niat adalah minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya (behavior intention) 2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support) 3. Adanya atau tidaknya informasi yang ia terima agar ia dapat bertindak (accessibility of information) 4. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy) 5. Situasi yang kemungkinan untuk bertindak atau tidak (action situation). Universitas Sumatera Utara Pola pemberian ASI pada bayi disesuaikan dengan dua faktor yaitu: 1. Faktor yang berhubungan dengan keadaan ibu Keadaan yang sering dihadapi ibu adalah bendungan ASI yang menyebabkan ibu merasa sakit sewaktu bayi menyusui. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengurut payudara perlahan-lahan. Adanya penyakit kronis yang diderita ibu seperti TBC, malaria merupakan alasan untuk tidak menyusui bayinya. Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik, akan menghasilkan ASI dalam jumlah lebih sedikit dibanding dengan ibu dengan gizi yang lebih baik. 2. Faktor yang berhubungan dengan keadaan bayi Anak yang lahir dengan prematur atau lahir dengan berat badan lahir rendah masih terlalu lemah untuk menghisap ASI dari payudara ibunya. Pada waktu anak sakit juga akan menimbulkan kesulitan karena si anak menolak untuk menyusui (Roesli, 2005). 2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI mengatakan bahwa Peningkatan pemberian ASI yang meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya berusia 2 tahun, sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya dalam peningkatan sumber daya manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu menyusui telah memberikan bayinya ASI Eksklusif. Universitas Sumatera Utara Untuk mencapai hal tersebut Departemen Kesehatan RI (2002), telah menyusun Strategi Nasional yang salah satu sasarannya adalah petugas kesehatan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan pemerintah tentang ASI di Puskesmas adalah meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan meneruskan pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara baik dan benar. Tujuan khususnya salah satunya adalah meningkatkan petugas kesehatan di tingkat puskemas dalam melaksanakan manajemen laktasi dengan sasaran ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3). Melakukan pembinaan dan 4). Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui (pemberian ASI yang benar). Adapun 10 (sepuluh) langkah tersebut adalah : 1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui 2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang menyusui 3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan memberi penyuluhan tentang manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara, makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara. 4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah melahirkan 5. Memperagakan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara mempertahankan, melalui penyuluhan 6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir usianya 4 atau 6 bulan Universitas Sumatera Utara 7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama antara dokter, bidan, perawat dan ibu 8. Memberikan ASI pada bayi tanpa dijadwal 9. Tidak memberikan dot atau kompeng 10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu menyusui, seperti adanya pokja laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak berusia 2 tahun dan mendemonstrasikan perawatan bayi, perawatan payudara dan lain-lain (Depkes RI, 2002). Universitas Sumatera Utara 2.7. Kerangka Konsep Faktor Dalam : Karakteristik Petugas - Umur - Pendidikan Pengetahuan Petugas Sikap Petugas Tindakan Petugas Faktor Luar : - Kebijakan Pemerintah/ IBI - Paparan Media Universitas Sumatera Utara