PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETUGAS KESEHATAN

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Susu Ibu (ASI)
ASI merupakan bahan makanan ideal untuk bayi, bahan yang tiada duanya
merupakan bahan makanan yang terbaik bagi bayi yang dilahirkan, bahkan tidak
satu jenis susu buatan yang mendekati atau bahkan semutu dengan air susu iibu
(Rachmawati, 2006).
ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi untuk memenuhi
kebutuhan gizi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Untuk bayi hingga usia enam bulan, ASI sudah mencukupi kebutuhan
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan antibodi yang tidak dimiliki susu
formula merk apapun. (Rusmawaty, 2008).
2.1.1. Pengertian ASI dan ASI Eksklusif
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi dalam
masa enam bulan pertama kehidupannya, karena dapat memenuhi seluruh
kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat dan
cerdas (Indah, 2003).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI Eksklusif ini (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO (2001), bahwa ASI Eksklusif selama enam bulan pertama
hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa
ASI Eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi,
karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh
bayi. Karena ada lebih dari 100 jenis zat gizi dalam ASI antara lain AA, DHA,
taurin dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Beberapa produsen
susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, tetapi hasilnya tetap tidak
bias menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI (Indah, 2003).
Menurut Roesli (2000), pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk
jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan
padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun atau bahkan lebih
dari 2 tahun.
Kaitannya dengan ASI dalam mencegah datangnya berbagai penyakit, ASI
memiliki antibodi yang berguna untuk membentengi bayi dari berbagai penyakit,
contohnya diare akut, diare kronik, Necroting enterocolitic (NEC), infeksi
saluran nafas, dan alergi di masa mendatang seperti asma dan dermatitis. Oleh
karenanya bayi yang mengkonsumsi ASI lebih bagus ketahanan tubuhnya
dibanding bayi yang menggunakan susu formula. Bayi yang mendapat susu
Universitas Sumatera Utara
formula
sudah
dikenalkan
dengan
protein
asing
sehingga
jika
terjadi
ketidakcocokan akan menimbulkan alergi. Selain itu cara penyajian susu formula
yang tidak benar juga mengandung resiko masuknya kuman yang berakibat pada
sakinya si bayi (Rusmawaty, 2008).
Menurut Roesli (2000), komposisi ASI dari hari kehari berdasarkan
stadium laktasi dibagi atas 3 bagian yaitu :
a. Kolostrum/susu jolong
b. Air susu transisi/peralihan
c. Air susu matur/matang
Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi
dan berprotein tinggi. Kolostrum warnanya lebih kuning dan lebih kental dari
pada air susu ibu yang diproduksi kemudian. Kelebihan dari kolostrum yaitu
lebih banyak mengandung zat anti bodi terhadap beberapa penyakit sehingga
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan pertama. Lebih
banyak
mengandung
protein
dibandingkan
dengan
ASI
yang
matang.
Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan dengan ASI
matang Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan dengan ASI matang,
total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matang. Volume
kolostrum berkisar 150-300 ml/24 jam, kolostrum harus diberikan pada bayi.
ASI masa transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini dimulai keluar pada hari ke
4/ke 7 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, pada masa ini kadar protein semakin
merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meningkat.
Universitas Sumatera Utara
Air susu mature adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke 14 dan
seterusnya komposisinya relatif konstan, merupakan cairan berwarna putih
kekuning-kuningan, tidak menggumpal bila dipanaskan serta terdapat anti
mikrobial faktor antara lain terdapat antibodi terhadap bakteri dan virus (Roesli,
2000).
2.1.2. Volume ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI
mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak
bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus
bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia
minggu ke dua.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi
sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada
beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana
seseorang bayi mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua
anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama. Konsumsi ASI selama satu
kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran
payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi,
meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang
ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah
kecil ASI (Siregar, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam
sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan
kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya
mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang di
konsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam
tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan
sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi
bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat
meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi
seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan yang akibat fatal
bagi bayi yang masih sangat muda. (Siregar, A, 2004).
2.1.3. Produksi ASI
ASI diproduksi atas hasil kerja gabngan antara hormone dan refleks.
Selama
kehamilan
terjadilah
perubahan
pada
hormone
yang
berfungsi
mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah
melahirkan, bahkan kadang-kadang mulai pada usia 6 bulan akan terjadi
perubahan pada hormone yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI.
ASI dihasilkan oleh kelenjar susu yang sangat banyak jumlahnya di dalam
payudara, kemudian oleh saluran-saluran menuju puting susu. Kemampuan
jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang kadarnya
meningkat setelah ibu melahirkan. Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh faktor
emosi, kondisi kesehatan dan kecukupan gizi ibu. Selain itu rangsangan pada
puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga akan meningkatkan hormon
Universitas Sumatera Utara
oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air susu melalui puting susu.
Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan sehat, perlu adanya
kerjasama antara ibu dan bayi (Roesli, 2000).
2.2. Inisiasi Menyusu Dini
Menyusui adalah proses unik yang memberikan keuntungan tidak saja
pada bayi dan ibu, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat. Keuntungan ini
termasuk kesehatan, perkembangan, psikologis, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Menurut Dr.Utami Roesli, (2008), inisiasi dilakukan ketika bayi lahir, tali
pusat dipotong, lalu di lap kering dan langsung diberikan pada ibu. Harus ada
sentuhan antara kulit ibu dengan kulit bayi, dimana tidak boleh dipisahkan dulu
dari ibu. Yang perlu dijaga adalah suhu ruangan, dan sebaiknya bayi memakai
topi bayi karena disitu banyak keluar panas. Suhu yang tepat adalah 28-29ºC.
Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu
sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini
dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Biarkan bayi di
dada ibu minimal 30 menit sampai bayi mencari sendiri puting susu ibunya dan
langsung diminum. Masa ini bisa sampai 2 jam dan hal ini tidak menjadi
masalah. Bila bayi kedinginan dada sang ibu akan meningkat hangat sampai 2
derajat, jika bayi kepanasan otomatis suhu dada ibu menurun sampai 1 derajat.
Universitas Sumatera Utara
Dengan inisiasi menyusu dini memberikan motivasi yang sangat besar untuk ibu
menyusui bayinya (Roesli, 2008).
Menyusui dibedakan menjadi tiga, yaitu menyusui secara penuh (full
breastfeeding), menyusui secara sebagian atau parsial (partial breastfeeding) dan
diberi susu formula (formula feed/token). Menyusui secara penuh dapat
dibedakan menjadi : menyusui secara eksklusif (exclusive breastfeeding) dan
menyusui hampir eksklusif (almost exclusive breastfeeding); menyusui secara
parsial dibedakan menjadi menyusui parsial tinggi (high partial breastfeeding),
sedang (medium partial breastfeeding) dan rendah (low partial breastfeeding)
(Laurance, 2007).
2.2.1. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang
dianjurkan (Roesli, 2008) :
a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering
b.
Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya kecuali kedua
tangannya
c. Tali pusat dipotong, lalu diikat
d. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
e. Tanpa dibedong bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika
perlu bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli (2008), langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk
mensukseskan terjadinya inisiasi menyusu dini
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan
2.
Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat
persalinan.
Dapat
diganti
dengan
cara
non-kimiawi,
misalnya
pijat,
aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing
3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya
melahirkan normal, di dalam air atau dengan jongkok.
4.
Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua
tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya
dibiarkan.
5.
Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat
dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum
satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu
gunakan topi bayi.
6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksa bayi ke puting susu.
7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku
bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu
jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu
Universitas Sumatera Utara
jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam,
biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil
menyusu pertama.
8. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam
atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin
K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
10. Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibubayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian
minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
2.2.3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi dini adalah sebagai berikut :
1. Anak yang dapat menyusui dini dapat mudah sekali menyusu kemudian,
sehingga kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat
kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan
menurunkan kematian.
2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga
mengandung
penyerap.
Susu
formula
tidak
diberi
enzim
sehingga
penyerapannya tergantung enzim di usus anak. Sehingga ASI tidak merebut
enzim anak.
3. Yang sering dikeluhkan ibu-ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI
diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak akan diberikan banyak,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk
mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.
2.2.4. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini
kulit ibu dengan kulit bayi.
1. Bayi kedinginan-tidak benar
Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang
ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5º C dalam dua menit jika bayi
diletakkan di dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bergman
(2005), ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1ºC lebih
panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan suhu dada ibu akan turun 1ºC. Jika bayi
kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2ºC untuk menghangatkan bayi.
2.
Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya-tidak
benar.
Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah
melahirkan. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kkulit serta saat byi
menyusu dini memabntu menenangkan ibu.
3. Tenaga kesehatan kurang tersedia-tidak masalah
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi
dapat menemukan sendiri payudara ibu, libatkan ayah atau keluarga terdekat
untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.
Universitas Sumatera Utara
4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk-tidak masalah
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar
perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai
payudara dan menyusu dini.
5. Ibu harus dijahit-tidak masalah
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang dijahit
adalah bagian bawah tubuh ibu.
6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore
(gonorrhea) harus segera diberikan saat lahir-tidak benar
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy
Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda
setidaknya
selama
satu
jam
sampai
bayi
menyusu
sendiri
tanpa
membahayakan bayi.
7. Bayi harus segera dibersihkan, di mandikan, ditimbang dan diukur-tidak
benar
Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan
bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit
bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan
dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.
8. Bayi kurang siaga-tidak benar
Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah
itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang
Universitas Sumatera Utara
diasup ibu, kontak kulit akan lebih panting lagi karena bayi memerlukan
bantuan lebih untuk bonding.
9. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga
diperlukan cairan yang diberikan sebelum ASI keluar (cairan pre-laktal)tidak benar
Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan
dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu juga.
10. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi-tidak benar
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang ayi. Selain sebagai
imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum
melindungi dan mematngkan dinding usus yang masih muda (Roesli, 2008).
2.2.5. Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu
ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat/sifat sebagai berikut :
1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,
mudah dicerna, untuk memilih komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Dalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat
untuk :
- Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen
- Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin
- Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat
Universitas Sumatera Utara
-
Memudahkan
penyerapan
berbagai
jenis
mineral,
seperti
calsium,
magnesium
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama
5-6 bulan pertama, seperti : Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C 3 dan C 4 ,
Antistapiloccocus, laktobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4.
ASI mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada
bayi.
5.
Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan
bayi (Roesli, 2008).
Seperti yang ditulis Puspita Theresia (1995), yang di kutip Siregar (2004),
selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu yaitu :
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa dapat memberikan “kehidupan”
kepada bayi
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang
erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak
c. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan
zat besi sebanyak ketika mengalami menstruasi.
d. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya.
e. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
f. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui
empat bulan
2.3. Komposisi ASI
A. Protein dalam ASI
ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi mempunyai
nilai nutrisi yang tinggi dan lebih mudah dicerna. Keistimewaan protein dalam
ASI adalah (Roesli, 2008) :
1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis
2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin
3. Memudahkan absorbsi dari mineral misalnya, kalsium, fosfor dan magnesium.
B. Karbohidrat dalam ASI
ASI mengandung karbohidrat lebih dari 6,6-7%. Kadar laktosa yang tinggi
sangat menguntungkan bayi untuk memberikan suasana asam di dalam usus bayi
dengan keuntungan :
1. Menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis
2. Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan
mensintesis vitamin
3. Memudahkan absorbsi dari mineral misalnya, kalsium, fosfor dan magnesium.
Universitas Sumatera Utara
C. Lemak dalam ASI
Lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi.
Keistimewaan lemak dalam ASI adalah :
1. Kadar asam lemak tak jenuh lebih tinggi 7-8 kali, bila dibandingkan dengan
susu sapi. Berguna untuk memacu absorbsi lemak dan kalsium, dengan
adanya garam kalsium ini akan memacu perkembangan otak bayi dan
mencegah terjadinya hipokalsemia.
2. Kolesterol diperlukan untuk melinisasi susunan saraf pusat.
D. Mineral dalam ASI
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah
tapi cukup sampai bayi umur 6 bulan. Zat besi dan kalsium pada ASI paling
stabil tidak dipengaruhi oleh diit ibu dan garam-garam organik yang terdapat
dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, natrium dan phospat merupakan
pembentuk tulang.
E. Air dalam ASI
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan
zat-zat yang tidak berguna di dalam tubuh. Air yang tinggi di dalam ASI ini akan
meredakan rangsangan haus bagi bayi.
F. Kalori dalam ASI
Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77 kal/100 ml ASI, 90% berasal
dari Karbohidrat dan 10% berasal dari protein. Untuk mempertahankan laktasi
ada 2 refleks maternal yang terlibat yaitu refleks pengeluaran ASI serta
melibatkan hormon antara lain hormon prolaktin dan oksitosin, ini sangat
Universitas Sumatera Utara
responsive terhadap kekuatan yang mengatur laktasi yaitu isapan. Isapan dari
bayi memegang peranan untuk keluarnya prolaktin dan hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu (Soetjiningsih, 1994).
2.4. Program Laktasi
Program
melibatkan
laktasi
bagian
yang
adalah
terkait,
suatu
agar
program
dihasilkan
multidepartemental
suatu
pelayanan
yang
yang
komprehensif dan terpadu terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya, bahkan
seluruh keluarga yang mencakup masa prenatal. Segera sesudah melahirkan dan
sesudah ibu dan bayinya dipulangkan dari Rumah Sakit atau Klinik Bersalin.
Program laktasi ini memiliki anggota program yang disebut sebagai Team
Manajemen Laktasi (TML) yang terdiri dari seorang profesor dokter anak,
perawat spesialis anak, bidan ahli gizi, pekerja sosial dan seorang sekretaris yang
terdidik dan diketahui oleh dokter anak (Roesli, 2001).
Melalui suatu pelayanan yang berkesinambungan, program laktasi tersebut
meliputi sebagai berikut :
1. Bimbingan Pranatal
Komponen pertama dari program laktasi ini
merupakan dasar
dari
keberhasilan menyusui. Kegiatan disini akan meliputi, pemeriksaan dan
perawatan payudara yang dilengkapi dengan, media cetak sebagai sarana
pendidikan untuk ibu-ibu serta diberikan pula penyuluhan gizi.
Universitas Sumatera Utara
2. Pelayanan Pascanatal yang Terarah
Terlepas dari kualitas pelayanan perinatal lainnya, maka proses laktasi tidak
akan berhasil bila pascanatal ini tidak dikelola dengan baik. Untuk itu
diperlukan petugas kesehatan terutama petugas pelayanan perinatal yang
terlatih dan mengerti akan seluk-beluk proses menyusui. Oleh karena itu
petugas kesehatan perlu mendapat tambahan pendidikan berkala yang
berorientasi klinis sehingga dapat membina ibu-ibu ke arah fisiologi
menyusui yang normal.
3. Konsultasi per telepon -24 jam
Walaupun sudah dipersiapkan dengan baik serta ditambah dengan pelayanan
segera pascanatal yang sesuai, sering masih timbul masalah menyusui yang
perlu segera ditanggulangi agar laktasi dapat dipertahankan. Anggota team
managemen laktasi akan menjawab serta memecahkan masalah melalui
telepon yang bila perlu akan dilanjutkan dengan kunjungan rumah. Sering
jaringan informasi ini dipergunakan oleh petugas kesehatan lainnya.
4. Klinik Laktasi
Klinik laktasi merupakan sarana pendidikan yang utama, dari klinik ini
petugas kesehatan, mahasiswa, dilatih dan dapat melihat sendiri segala aspek
proses menyusui. Mereka dapat bertemu dengan pasangan ibu dan anak,
memeriksa bayi secara menyeluruh, memeriksa payudara ibu dan melakukan
pengamatan dengan seksama cara ibu menyusui bayinya. Dengan demikian
akan dapat diketahui segala masalah pasangan ibu dan bayinya sehingga
dapat diberikan penanggulangan yang sesuai, termasuk perbaikan gizi ibu
Universitas Sumatera Utara
guna keberhasilan laktasi. Kalau perlu dilakukan kunjungan rumah oleh
petugas sosial diikuti pertelepon. Klinik laktasi menerima rujukan untuk
kasus yang sulit. Pasangan ibu dan bayinya diperiksa di Klinik Laktasi tujuh
hari setelah dipulangkan dari RS atau kapan saja bila timbul masalah.
5. Konsultasi untuk NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Adanya pelayanan NICU membuktikan betapa komprehensifnya program
laktasi ini. Bila seorang neonatus sakit, maka jelas betapa ASI dengan
keunggulannya sangat dibutuhkan. Oleh karena itu petugas pelayanan
perinatal dihimbau untuk secara sungguh-sungguh mengusahakan agar ASI
tersedia dan mengatasi segala hambatan yang datang.
6. Pendidikan Petugas Kesehatan
Dampak dari program laktasi ini bukan saja terhadap ibu menyusui, tetapi
juga terhadap petugas kesehatan lainnya. Petugas kesehatan makin sadar akan
pentingnya menyusui dan merasakan perlunya pengetahuan dasar mengenai
fisiologi laktasi dan informasi terbaru tentang cara mengelola ibu menyusui
dengan berhasil.
2.4.1. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2002) :
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
Universitas Sumatera Utara
- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.
-
Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu,
apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil.
-
Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
-
Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester
kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat sebelum hamil.
-
Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa setelah persalinan (prenatal)
-
Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menyusui yang baik dan benar, yakni : tentang posisi dan cara melekatkan
bayi pada payudara ibu
-
Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari
agar menyusui dilakukan tanpa jadwal
-
Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S) dalam waktu
dua minggu setelah melahirkan
Universitas Sumatera Utara
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
-
Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selam 4 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya
-
Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih
banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
-
Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
-
Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui
-
Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.
-
Menghubungi
kelompok
pendukung
ASI
terdekat
untuk
meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui
-
Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan
MP-ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
2.4.2. Promosi ASI dan Kesiapan Petugas Kesehatan
Sebelum mulai mendidik ibu-ibu, para petugas kesehatan harus yakin
bahwa nasihatnya adalah berdasarkan pengetahuan yang cukup. Karena itu perlu
diketahui seberapa jauh pengetahuan petugas. Petugas Kesehatan haruslah
merasa bertanggung jawab akan masalah ibu menyusui dan bayinya. Dalam
kaitan ini diharapkan bahwa petugas kesehatan pengetahuan sudah siap untuk
membina dan mengelola ibu-ibu menyusui berdasarkan pengetahuan yang
Universitas Sumatera Utara
didapat selama pendidikan dan bekerja, jika disetiap instansi kesehatan tersedia
tenaga yang terampil dan terlatih mengenai aplikasi klinis dari seluk beluk proses
menyusui. Serta didukung oleh program laktasi, maka dapatlah diharapkan
bahwa gabungan kedua komponen ini menjadi kunci keberhasilan proses laktasi
(Roesli, 2000).
2.5. Pengertian Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri seperti berjalan, berbicara,
bereaksi dan lain-lain, bahkan kegiatan internal sendiri seperti berpikir, persepsi
dan emosi. Dapat juga dikatakan bahwa perilaku itu adalah aktivitas organisme,
baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, seperti perilaku
petugas kesehatan dalam memberikan gambaran atau pandangan tentang
pentingnya inisiasi menyusu dini. Perilaku manusia dipengaruhi oleh faktor
genetik atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku, sedangkan lingkungan merupakan kondisi-kondisi atau
lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 1996).
2.5.1. Bentuk Perilaku
Bentuk perilaku ini dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun
demikian tidak berarti bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan
tindakan saja, perilaku juga dapat bersifat potensial, yakni dalam bentuk
pegetahuan, motivasi dan persepsi. Secara lebih operasional perilaku dapat
Universitas Sumatera Utara
diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus)
dari luar subjek. Respon ini dibedakan menjadi 2 (dua) (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati
secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau
unobservable behavior, misal seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa
kehamilan, ibu yang sedang menyusui tahu pentingnya ASI bagi bayinya,
dan sebagainya.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behavior, tindakan
nyata atau praktek (practice) misal, seorang ibu memeriksa kehamilannya
atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi dan sebagainya.
2.5.2. Pembagian Perilaku
Menurut Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993),
membagi perilaku dalam tiga kawasan yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan Psikomotor (tingkah laku).
Universitas Sumatera Utara
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui Panca indra yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(Overt Behaivour),
(Notoatmodjo, 2003).
Didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan
berlangsung lama, suatu contoh ibu-ibu diperintahkan oleh petugas kesehatan
untuk melakukan penggunaan ASI Eksklusif dan pentingnya melakukan inisiasi
menyusu secara dini, mereka akan segera melakukan perintah tersebut.
2. Sikap (Attitude)
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
berespons (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi
tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci,
sedih dsb), disamping itu komponen kognitif (pengetahuan tentang obyek itu)
serta aspek konatif (kecenderungan bertindak). Dalam hal ini pengertian sikap
adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya kasus pemberian ASI,
apabila seorang ibu telah mendengar dan mendapat penjelasan dari petugas
kesehatan
pentingnya pemberian ASI secara dini dengan benar dan coba
Universitas Sumatera Utara
menerapkannya kepada bayinya, maka ibu berpikir dan berusaha untuk
memberikan anaknya/bayinya ASI Eksklusif sampai berusia 6 bulan atau bahkan
sampai 2 tahun, akan tetapi karena lingkungan belum ada yang menerapkannya,
maka ibu tersebut menjadi asing di masyarakat dan tidak mungkin ia menjadi
kembali dengan pemberian ASI yang salah (Notoatmodjo, 1993).
3. Tindakan atau Praktek (Pratice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior).
Untuk mewujudkannya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkat-tingkat tindakan/praktek, yaitu :
1. Persepsi (perseption)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respons Terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat
melakukan
sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
Universitas Sumatera Utara
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
Artinya tindakan tersebut sudah dimodifikasinya sendiri tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.5.3. Pengetahuan ASI
Menurut Depkes RI (2004), ada beberapa hal yang harus diketahui oleh
ibu untuk meningkatkan cakupan ASI, yaitu :
1. Pengertian ASI Eksklusif dan kolostrum, makanan, minuman pralakteal
dan laktasi.
2. Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat pemberian ASI dan
manfaatmenyusui
3. Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya, berapa lam dan sampai
umur berapa
4. Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan bayi menyusui,
menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan produksi ASI,
menyimpan ASI dan cara menyapih yang baik
5. Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara lain : puting susu datar
dan terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak, saluran ASI tersumbat,
radang payudara, payudara abses, produksi ASI kurang dan bingung
puting.
2.5.4. Perilaku Dalam Pemberian ASI
Perilaku seorang ibu juga mempengaruhi dalam pemberian ASI terhadap
bayinya.
Menurut
penilitian
Suraatmaja
(1994),
faktor-faktor
yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI adalah : faktor sosial budaya, faktor
psikologis, dan faktor fisik ibu.
Sedangkan menurut Boedihardjo (1993), ketidakmampuan menyusui erat
hubungannya dengan situasi ibu-ibu yang kurang atau tidak mendapatkan
informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan menyusui, kurangnya
pengalaman dan pengetahuan tentang mekanisme laktasi, kurang percaya diri
atau tidak yakin akan kemampuannya untuk menyusui. Jadi keberhasilan
pemberian ASI tergantung pada perilaku dari ibu yang memberikan ASI secara
dini.
Perilaku
seseorang
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
antara
lain
(Notoatmodjo, 2003) :
1.
Niat adalah minat seseorang sehubungan dengan kepentingan pribadinya
(behavior intention)
2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
3.
Adanya atau tidaknya informasi yang ia terima agar ia dapat bertindak
(accessibility of information)
4.
Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy)
5. Situasi yang kemungkinan untuk bertindak atau tidak (action situation).
Universitas Sumatera Utara
Pola pemberian ASI pada bayi disesuaikan dengan dua faktor yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan keadaan ibu
Keadaan
yang
sering
dihadapi
ibu
adalah
bendungan ASI
yang
menyebabkan ibu merasa sakit sewaktu bayi menyusui. Keadaan ini dapat
diatasi dengan cara mengurut payudara perlahan-lahan. Adanya penyakit
kronis yang diderita ibu seperti TBC, malaria merupakan alasan untuk
tidak menyusui bayinya. Demikian juga ibu yang gizinya tidak baik, akan
menghasilkan ASI dalam jumlah lebih sedikit dibanding dengan ibu
dengan gizi yang lebih baik.
2. Faktor yang berhubungan dengan keadaan bayi
Anak yang lahir dengan prematur atau lahir dengan berat badan lahir
rendah masih terlalu lemah untuk menghisap ASI dari payudara ibunya.
Pada waktu anak sakit juga akan menimbulkan kesulitan karena si anak
menolak untuk menyusui (Roesli, 2005).
2.6. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional
Peningkatan Pemberian ASI mengatakan bahwa Peningkatan pemberian ASI yang
meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya
berusia 2 tahun, sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya
dalam peningkatan sumber daya manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu
menyusui telah memberikan bayinya ASI Eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai hal tersebut Departemen Kesehatan RI (2002), telah
menyusun Strategi Nasional yang salah satu sasarannya adalah petugas kesehatan
dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan
pemerintah tentang ASI di Puskesmas adalah meningkatkan pemberian ASI
Eksklusif dan meneruskan pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan
pemberian secara baik dan benar. Tujuan khususnya salah satunya adalah
meningkatkan petugas kesehatan di tingkat puskemas dalam melaksanakan
manajemen laktasi dengan sasaran ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas. Kegiatan
yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak), 2).
Melengkapi
sarana
dan
prasarana,
3).
Melakukan
pembinaan
dan
4).
Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui (pemberian
ASI yang benar). Adapun 10 (sepuluh) langkah tersebut adalah :
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan tentang menyusui
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan memberi
penyuluhan tentang manfaat ASI dan rawat gabung, perawatan payudara,
makanan ibu hamil, KB, senam hamil dan senam payudara.
4.
Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit setelah
melahirkan
5.
Memperagakan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankan, melalui penyuluhan
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir usianya 4 atau 6 bulan
Universitas Sumatera Utara
7. Melaksanakan rawat gabung yang merupakan tanggung jawab bersama antara
dokter, bidan, perawat dan ibu
8. Memberikan ASI pada bayi tanpa dijadwal
9. Tidak memberikan dot atau kompeng
10. Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu
menyusui, seperti adanya pokja laktasi yang memantau kesehatan ibu nifas
dan bayi, melanjutkan penyuluhan agar ibu tetap menyusui sampai anak
berusia 2 tahun dan mendemonstrasikan perawatan bayi, perawatan payudara
dan lain-lain (Depkes RI, 2002).
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep
Faktor Dalam :
Karakteristik
Petugas
- Umur
- Pendidikan
Pengetahuan
Petugas
Sikap
Petugas
Tindakan
Petugas
Faktor Luar :
- Kebijakan Pemerintah/
IBI
- Paparan Media
Universitas Sumatera Utara
Download