evaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia

advertisement
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
EVALUASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
YANG MENGGUNAKAN INSULIN
Fahma Shufyani1, Fatma Sri Wahyuni2, Khairil Armal3
1
Program Studi Farmasi, STIKes Medistra Lubuk Pakam
2
Fakultas Farmasi, Universitas Andalas, Padang,
3
Rumah Sakit Stroke Bukittinggi, Sumatera Barat
Email : [email protected]
ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <60 mg/dL tanpa gejala
klinis atau kadar glukosa darah <80 mg/dL dengan gejala klinis. Insulin merupakan hormon
yang terdiri dari rangkaian asam amino yang dihasilkan oleh sel beta pankreas. Tujuan
penelitian mengevaluasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menggunakan insulin di bangsal rawat inap penyakit dalam
RSUP DR.M.Djamil Padang. Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Juni tahun 2015
dengan metode deksriptif analitik dan desain penelitian Cross Sectional, prospektif serta
wawancara. Data diperoleh dari rekam medik penderita diabetes melitus tipe 2 yang menerima
terapi insulin. Jumlah keseluruhan pasien dalam penelitian 109 pasien. 37 pasien (33,9%)
mengalami hipoglikemia, 72 pasien (66,1%) tidak mengalami hipoglikemia.
Kata Kunci : hipoglikemia, diabetes mellitus tipe 2, insulin
ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia associated
with abnormalities in the metabolism of carbohydrates, fats and proteins. Hypoglycemia is a
condition where blood glucose levels <60 mg / dL or <80 mg / dL with one of the symptoms.
Insulin is a hormone consisting of amino acid sequence produced by the beta cells of the
pancreas. The aim of research was to evaluate the factors that influence the incidence of
hypoglycemia in patients with type 2 diabetes who use insulin in inpatient wards DR.M.Djamil
Padang. The study was conducted from April to June 2015 with descriptive analytic methods to
the design of cross sectional and prospective studies and interviews. Data were obtained from
medical records of patients with type 2 diabetes mellitus receiving insulin therapy. The total
number of patients in the study were 109 patients. As results, 37 patients (33.9%) experienced
hypoglycemia, 72 patients (66.1%) did not experience hypoglycemia.
Keywords : hypoglycemia, diabetes mellitus type 2, insulin
PENDAHULUAN
Diabetes
mellitus
merupakan
gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan
abnormalitas
metabolisme
karbohidrat,
lemak
dan
protein
(Sukandar,2008).
ISSN : 2087-5045
Hipoglikemia
adalah
keadaan
dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL
tanpa gejala klinis atau kadar glukosa darah
< 80 mg/dL dengan gejala klinis (Sukandar,
2008). Hipoglikemia merupakan salah satu
faktor penghambat untuk mencapai kendali
glikemia yang optimal pada pasien diabetes
(Rani, 2008).
12
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
Insulin merupakan hormon yang
terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas.
Dalam keadaan normal, bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin disintesis
kemudian disekresikan ke dalam darah
sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah (Sudoyo, 2006).
Angka kejadian hipoglikemia pada kasus
diabetes mellitus tipe 2 mencapai 10%,
selama
pemberian
terapi
insulin.
Hipoglikemia pada diabetes disebabkan
oleh kelebihan insulin relatif atau absolut,
namun integritas mekanisme pengatur-balik
glukosa berperan penting dalam penurunan
gejala klinis (Bilous, 2015).
Angka kejadian untuk pasien
diabetes mellitus tipe 2, terapi insulin
berkisar dari 3 hingga 70 episode per 100
pasien per tahun. Angka kejadian
hipoglikemia pada kasus diabetes mellitus
tipe 2 mencapai 10% selama pemberian
terapi insulin (Bilous, 2015).
Pada pasien yang mendapatkan
terapi insulin dirumah sakit yang akan
diteliti, ditemukan bahwa pengukuran kadar
gula darah dilakukan pada waktu yang tidak
disesuaikan dengan profil farmakokinetik
dari insulin yang digunakan. Hal ini
menyebabkan
kejadian
hipoglikemia
menjadi tidak terdeteksi. Berdasarkan hal
tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
melihat. evaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menggunakan insulin dibangsal rawat inap
Penyakit Dalam RSUP DR. M.Djamil
Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara cross
sectional pada bulan April 20145 sampai
Juni 2015 di RSUP DR. M. Djamil Padang.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling dengan kriteria inklusi :
1. pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menerima terapi insulin
2. pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menderita hipoglikemia menerima
terapi insulin yang berupa sikap
dengan kategori 0% - 50% (lemah) dan
ISSN : 2087-5045
51% - 100% (kuat), kepercayaan
terkait insulin dengan kategori 0% 50% (lemah) dan 51% - 100% (kuat),
pengetahuan dengan kategori 0% 50% (tidak baik) dan 51% - 100%
(baik), efikasi diri (kepercayaan diri)
dengan kategori 0% - 50% (lemah) dan
51% - 100% (kuat),
3. bersedia untuk disertakan dalam
penelitian,
Mampu
untuk
diwawancarai. Seluruh pasien yang
berpartisipasi dalam penelitian ini
diminta untuk mengisi informed
consent.
Data sosiodemografi (usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan berat
badan) dikumpulkan dengan wawancara
kepada pasien dan dari rekam medis pasien.
Variabel independen yang berupa kadar
insulin glukosa darah sewaktu, puasa, dua
jam PP penderita hipoglikemia pada pasien
diabetes mellitus tipe 2. Variabel dependen
terdiri dari a) jenis kelamin yaitu
perempuan dan laki-laki, usia yaitu lansia
(60 – 74 tahun) dan dewasa (45 – 59 tahun),
b) berat badan yaitu 41 – 50 kg dan 51 – 60
kg, c) tingkat pendidikan yaitu SMP dan
SMA, d) pekerjaan yaitu ibu rumah tangga
dan wiraswasta, e) jenis insulin yaitu rapid
acting tunggal dan rapid acting kombinasi
long acting, dosis insulin yaitu rapid
acting tunggal dengan dosis 3x10 IU, 3x6
IU, 3x8 IU dan rapid acting 3x10 IU
kombinasi long acting 1x12 IU, rapid
acting 3x12 IU kombinasi long acting 1x10
IU, rapid acting 3x6 IU kombinasi long
acting 1x10 IU, rapid acting 3x6 IU
kombinasi long acting 1x12 IU, rapid
acting 3x8 IU kombinasi long acting 1x10
IU, rapid acting 3x8 IU kombinasi long
acting 1x12 IU, aspek sikap dengan
kategori 0 – 50% (lemah) dan 51% - 100%
(kuat), aspek kepercayaan terkait insulin
dengan kategori 0 – 50% (lemah) dan 51%
- 100% (kuat), aspek pengetahuan dengan
kategori 0 – 50% (tidak baik) dan 51% 100% (baik), aspek efikasi diri dengan
kategori 0 – 50% (lemah) dan 51% - 100%
(kuat).
Analisa statistik menggunakan
ujiChi
Square.
Data
dianalisis
menggunakan program SPSS for windows
versi 17.0. Metode analisis yang dilakukan
13
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
adalah uji crosstabs untuk memperoleh
nilai Odds Ratio (OR) untuk melihat
hubungan variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
Untuk
mencari
faktor-faktor
yang
berhubungan secara signifikan dengan
kejadian hipoglikemia digunakan uji regresi
logistik ganda menggunakan program SPSS
for windows versi 17.0.
Statistik deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik demografis
seperti : usia, jenis kelamin serta pekerjaan
dan karakteristik penyakit pasien seperti :
penyakit lain yang diderita oleh pasien.
Persentase dan frekuensi digunakan
variabel kategorikal (usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, jenis
insulin yang diberikan pada pasien diabetes
mellitus tipe 2,obat selain insulin yang
diberikan, kadar laboratorium gula darah
puasa, gula darah 2 jam PP, gula darah
sewaktu serta penyakit lain yang diderita).
Evaluasi gejala klinis yang terlihat
sebelum dan sesudah mendapatkan terapi
insulin yang ada di RSUP DR. M.Djamil
Padang.
Data
dianalisa
dengan
menggunakan observasi.
HASIL DAN DISKUSI
Jumlah keseluruhan pasien yang
diamati dalam penelitian ini adalah 109
pasien. Sebanyak 37 pasien (33,9%)
mengalami
hipoglikemia,
Penilaian
kejadian hipoglikemia pada penelitian ini
didasarkan kepada hasil pemeriksaan kadar
gula darah sewaktu dan gejala klinis
hipoglikemia. Dikatakan hipoglikemia bila
keadaan dimana kadar glukosa darah pasien
kurang dari 60 mg/dL tanpa gejala klinis
atau kadar glukosa darah kurang dari 80
mg/dL dengan gejala klinis (Rani, et al.,
2008).
Hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus diakibatkan karena menurunnya
kadar gula dalam darah yang biasanya
disebabkan oleh kelebihan pemakaian dosis
obat, faktor usia lanjut dan ketidak teraturan
penderita dalam hal mengkonsumsi
makanan
sehabis
memakai
obat
(Isselbacher, 2000).
ISSN : 2087-5045
Pada penelitian ini, kelompok
pasien berdasarkan jenis kelamin yang
mengalami hipoglikemia 31 pasien (83,7%)
berjenis kelamin perempuan, 6 pasien
(16,2%) berjenis kelamin laki-laki. Dari
hasil pengujian statistik menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipoglikemia,
Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
dilakukan oleh (Lin, et al., 2010)
menyimpulkan bahwa jenis kelamin
perempuan lebih banyak mengalami
kejadian hipoglikemia
karena pada
perempuan menopause akan terjadi
penurunan
jumlah
estrogen
dan
progesteron, seperti yang diketahui bahwa
hormon tersebut dibentuk dari steroid yang
diambil dari jaringan adipose. Penurunan
jumlah hormon estrogen dan progesteron
akan meningkatkan timbunan lemak dan
perubahan profil lipid darah dapat
menurunkan sensitifitas terhadap kerja
insulin pada otot dan hati (Taylor, 2008).
Kelompok pasien berdasarkan usia
yang mengalami hipoglikemia 30 pasien
(81,0%) berusia lansia (60 tahun – 74
tahun), 7 pasien (18,9%) berusia dewasa
(45 tahun – 59 tahun). Pada kelompok usia
yang lebih muda menunjukkan respon yang
lebih cepat terhadap gejala hipoglikemia,
artinya kelompok usia yang lebih muda
memiliki kemampuan mengenal dan
merespon gejala hipoglikemia lebih baik
dari pada kelompok usia yang lebih tua
(Rohaidah, 2012). Usia lansia dicirikan
dengan
seringnya
mengeluhkan
kesehatannya karena penurunan fungsi
tubuh. Semakin muda usia pasien, maka
semakin meningkat kemampuan melakukan
penatalaksanaan hipoglikemia (Rohaidah,
2012).
Kelompok pasien berdasarkan berat
badan yang mengalami hipoglikemia
ditemukan sebanyak 33 pasien (89,1%)
dengan berat badan 30 – 40 kg dan pasien
dengan berat badan 41 – 50 kg ditemukan
sebanyak 4 pasien (10,8%). Pada pasien
yang kelebihan berat badan terdapat
kelebihan kalori akibat makan yang
berlebih,
sehingga
menimbulkan
penimbunan lemak dijaringan kulit.
Resistensi insulin akan timbul pada daerah
yang mengalami penimbunan lemak,
14
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
sehingga akan menghambat kerja insulin
dijaringan tubuh dan otot (Ernawati, 2002).
Kelompok pasien berdasarkan
tingkat pendidikan yang mengalami
hipoglikemia 31 pasien (83,7%) tingkat
pendidikan SMP dan 6 pasien (16,2%)
tingkat
pendidikan
SMA.
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor
yang
mempengaruhi
pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh pasien. Status
pendidikan
berpengaruh
terhadap
pemanfaatan pelayanan kesehatan, karena
status pendidikan akan mempengaruhi
kesadaran dan pengetahuan tentang
kesehatan (Sartunus, et al., 2015).
Pada kelompok pasien berdasarkan
pekerjaan yang mengalami hipoglikemia
30 pasien (81,0%) berkerja sebagai ibu
rumah tangga, 7 pasien (18,9%) bekerja
sebagai wiraswasta. Pekerjaan dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan pasien
dengan cara meningkatkan resiko terjadinya
penyakit
dan
mempengaruhi
cara
bagaimana pasien masuk kedalam sistem
pelayanan kesehatan, sehingga seseorang
yang beekrja memiliki kepercayaan diri
yang lebih tinggi untuk mengatasi
masalahnya (Soohyun, 2009).
Jenis insulin yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 jenis insulin yaitu rapid
acting tunggal dan rapid acting kombinasi
long acting. Kelompok pasien yang
mengalami hipoglikemia 27 pasien (72,9%)
jenis insulin rapid acting tunggal, 10 pasien
(27,0%) jenis insulin rapid acting
kombinasi long acting. Jenis insulin rapid
acting tunggal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Novorapid. Novorapid
menurunkan kadar gula darah setelah
injeksi, sangat aman dan identik dengan
insulin manusia. Novorapid adalah cairan
injeksi yang mengandung insulin aspart.
Dibandingkan dengan insulin manusia
terlarut, Novorapid lebih cepat diabsorbsi.,
lebih banyak dan tinggi kurva konsentrasi
pada waktu yang singkat (Soemadji, 2006).
Kombinasi dari 2 jenis insulin
yaitui insulin kerja cepat dengan insulin
kerja panjang memberikan hasil penurunan
kadar glukosa darah lebih baik, karena
dapat memenuhi kebutuhan insulin basal
dan insulin prandial. Pemberian 2 jenis
insulin tersebut menghasilkan kontrol
ISSN : 2087-5045
glikemik yang lebih baik, fluktuasi glukosa
darah,
kejadian
hipoglikemia
dan
peningkatan berat badan yang lebih rendah
(Rubin, et al. 2009).
Pada penelitian ini, kelompok
pasien yang mengalami hipoglikemia 16
pasien (43,2%) dosis insulin rapid acting
tunggal 3x10 IU, 2 pasien (5,4%) dosis
insulin rapid acting tunggal 3x6 IU, 9
pasien (24,3%) dosis insulin rapid acting
tunggal 3x8 IU, 2 pasien (5,4%) dosis
insulin rapid acting 3x10 IU kombinasi
long acting 1x12 IU, 4 pasien (10,8%)
dosis insulin rapid acting 3x12 IU
kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien
(2,7%) dosis insulin rapid acting 3x6 IU
kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien
(2,7%) dosis insulin rapid acting 3x6 IU
kombinasi long acting 1x12 IU, 1 pasien
(2,7%) dosis insulin rapid acting 3x8 IU
kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien
(2,7%) dosis insulin rapid acting 3x6 IU
kombinasi long acting 1x12 IU.
Setiap pasien mendapat dosis yang
berbeda-beda, dosis yang digunakan
tergantung pada kondisi fisiologis pasien.
Novorapid termasuk dalam rapid acting
insulin yaitu insulin dengan onset sangat
cepat sekitar 15 – 30 menit dengan puncak
kerja 30 – 60 menit dan lama kerja 3 – 5
jam tersedia dalam vial dan pen insulin
(Rubin, et al. 2009).
Pada penelitian yang dilakukan
oleh Wandira tahun 2005, bahwa kombinasi
yang paling banyak digunakan adalah
insulin aspart-detemir, dimana hasil yang
diperoleh
memperlihatkan
persentase
penurunan kadar gula darah puasa, semakin
besar pada pemberian insulin dengan dosis
berkisar 12 – 14 unit untuk insulin aspart
dan 10-30 unit untuk insulin detemir.
Pemberian insulin dengan dosis besar
dipertimbangkan berdasarkan kadar gula
darah puasa awal (Rubin, et al. 2009).
Dari 37 pasien yang mengalami
hipoglikemia, pasien dengan kategori sikap
lemah sebanyak 4 orang (10,8%) dan
dengan kategori sikap kuat sebanyak 33
orang (89,1%). Hal ini berarti bahwa pasien
yang memiliki sikap kuat lebih banyak
dibandingkan dengan pasien yang memiliki
sikap lemah, sikap tidak memiliki pengaruh
terhadap pencegahan hipoglikemia. Pada
15
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
umumnya tindakan seseorang terjadi
setelah ia mengetahui dan menyikapi
tentang hal yang baru diterimanya. Sikap
merupakan faktor yang ada dalam diri
manusia yang dapat mendorong atau
menimbulkan perilaku yang tertentu
(Farida, et al.,2014).
Berdasarkan tingkat kepercayaan
terkait insulin, dari 37 pasien yang
mengalami hipoglikemia, 5 pasien (13,5%)
berada pada kategori lemah dan 32 pasien
(86,4%) berada pada kategori kuat. Adanya
kepercayaan bahwa kurangnya keyakinan
diri terhadap keberhasilan penatalaksanaan
insulin dalam mengontrol glukosa darah
disamping kekhawatiran akan adanya
peningkatan
berat
badan
setelah
penggunaan insulin (Farida, et al.,2014).
Pemberian terapi
insulin
dirasakan
menyulitkan pasien, karena rasa tidak
percaya diri untuk memberikan insulin
secara mandiri. Rasa tidak percaya diri
muncul, karena kurangnya informasi dan
ketidaktahuan pasien, sehingga menjadi
hambatan dalam penggunaan insulin.
Terapi
insulin
juga
membuat
ketidaknyamanan bagi pasien, karena
pemberiannya harus memakai jarum suntik
(Rohaidah, et al.,2012).
Berdasarkan tingkat pengetahuan,
dari 37 pasien terdapat pada kelompok yang
mengalami hipoglikemia, 31 pasien
(83,7%) berada pada kategori tidak baik
dan 6 pasien (16,2%) berada pada kategori
baik. Dari hasil penelitian terlihat bahwa
pasien yang pengetahuan tidak baik lebih
banyak dibandingkan pengetahuan baik,
masih banyak pasien yang tidak mengetahui
penyebab hipoglikemia dan kurangnya
informasi pengetahuan secara holistik pada
hipoglikemia (Farida, et al.,2014).
Pengetahuan memiliki pengaruh
terhadap pencegahan hipoglikemia. Pada
pasien yang memiliki pengetahuan
ditemukan kejadian hipoglikemia yang
lebih rendah, karena dapat menghindari
penyebab dan mengontrol terjadinya
hipoglikemia, tidak dapat mengontrol
penyebab dari hipoglikemia, dikarenakan
pasien tidak mengikuti saran dari petugas
kesehatan (Farida, et al.,2014).
Berdasarkan tingkat efikasi diri
(kepercayaan diri), dari 37 pasien terdapat
pada kelompok pasien yang mengalami
hipoglikemia, 13 pasien (35,1%) berada
pada kategori lemah dan 24 pasien (64,8%)
berada pada kategori kuat. Sepanjang waktu
seiring dengan lamanya penyakit yang
dialami, pasien dapat belajar bagaimana
seharusnya
melakukan
pengelolaan
penyakitnya. Pengalaman langsung dari
pasien
merupakan
sumber
utama
terbentuknya efikasi diri. Semakin lama
seseorang terdiagnosa penyakit, maka
semakin banyak pengalaman yang dimiliki
efikasi diri yang jauh lebih baik (Briscoe,
2006).
Tabel I. Hasil analisis Chi-Square untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien dengan
kejadian hipoglikemia
Hasil Analisis/
Parameter
Jenis kelamin
Chi
Hitung
5,854
1
Chi
Tabel
3,841
Df
Nilai P
Kesimpulan
0,017
5,854 > 3,841 = Ho ditolak
0,017 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian hipoglikemia
5,041 > 3,841 = Ho ditolak
0,032 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara usia dengan kejadian
hipoglikemia
7,156 > 3,841 = Ho ditolak
Usia
5,041
1
3,841
0,032
Berat badan
7,156
1
3,841
0,11
ISSN : 2087-5045
16
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
Hasil Analisis /
Parameter
Tingkat pendidikan
Chi
Hitung
5,245
1
Chi
Tabel
3,841
Df
Nilai P
Kesimpulan
0,028
5,245 > 3,841 = Ho ditolak
0,028 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara tingkat
pendidikan
dengan
kejadian
hipoglikemia
5,041 > 3,841 = Ho ditolak
0,032 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pekerjaan
dengan kejadian hipoglikemia
0,993 > 3,841 = Ho diterima
0,440 < 0,05 = Ho diterima
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara sikap
dengan kejadian hipoglikemia
0,03 > 3,841 = Ho diterima
1,000 < 0,05 = Ho diterima
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara
kepercayaan terkait insulin dengan
kejadian hipoglikemia
5,854 > 3,841 = Ho ditolak
0,017 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara pengetahuan
tentang diabetes mellitus dan
insulin
dengan
kejadian
hipoglikemia
3,056 > 3,841 = Ho diterima
0,105 < 0,05 = Ho diterima
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara efikasi
diri (kepercayaan diri) dengan
kejadian hipoglikemia
0,011 < 0,05 = Ho ditolak
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara berat badan
dengan kejadian hipoglikemia
Pekerjaan
5,041
1
3,841
0,032
Dosis insulin
Sikap
7,509
0,993
8
1
15,507
3,841
0,440
terkait
0,03
1
3,841
1,000
Pengetahuan
tentang
diabetes mellitus dan
insulin
5,854
1
3,841
0,017
Efikasi
diri (kepercayaan diri)
3,056
1
3,841
0,105
Kepercayaan
insulin
Dari hasil pengujian diperoleh nilai
Chi Square sebesar 12.741 dengan nilai
Sig. sebesar 0,121. Dari hasil tersebut
terlihat bahwa nilai Sig. lebih besar dari
pada Alpha (0.05) yang berarti keputusan
yang diambil adalah menerima Ho yang
berarti tidak ada perbedaan antara
klasifikasi
yang
diprediksi
dengan
klasifikasi yang diamati, maka model
regresi logistic digunakan untuk analisis
selanjutnya. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
ISSN : 2087-5045
Tabel II. Hasil uji Hosmer and Lemeshow
Test
Step
1
Chi-square
12.741
Df
8
Sig.
.121
Untuk melihat hasil analisis regresi
menggunakan model persamaan kedua
yang memasukkan semua komponen dari
variabel independen. Dari tabel Variables
in the Equation terlihat bahwa nilai
konstanta adalah sebesar 13.642, koefisien
yang paling besar adalah aspek sikap yaitu
2.236 dan koefisien yang paling kecil
adalah dosis insulin yaitu 0,137. Data
17
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3
dibawah ini :
Tabel III. Hasil uji regresi logistic Variables in the Equation
Step 1
(a)
95.0% C.I.for
EXP(B)
B
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp (B)
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
Lower
Upper
1.579
.629
6.308
1
.012
4.850
1.414
16.629
jenis kelamin
-1.269
.631
4.045
1
.044
.281
.082
.968
tingkat
pendidikan
1.450
.636
5.206
1
.023
4.264
1.227
14.818
Pekerjaan
1.100
.600
3.357
1
.067
3.004
.926
9.741
dosis insulin
.137
.104
1.745
1
.187
1.147
.936
1.405
jenis insulin
.867
.595
2.121
1
.145
2.379
.741
7.636
aspek sikap
2.236
1.120
3.983
1
.046
9.357
1.041
84.103
aspek
kepercayaan
.244
.857
.081
1
.775
1.277
.238
6.843
aspek
pengetahuan
1.688
.660
6.532
1
.011
5.407
1.482
19.724
aspek efikasi diri
-.917
.536
2.924
1
.087
.400
.140
1.143
Berat badan
1.409
.684
4.248
1
.039
4.094
1.072
15.638
-13.642
4.790
8.110
1
.004
.000
Usia
Constant
KESIMPULAN
Dari penelitian dapat disimpulkan
bahwa jumlah kejadian hipoglikemia pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menggunakan insulin di bangsal rawat inap
penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang sebanyak 37 pasien dari 109 pasien
(33,9%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang menggunakan insulin
adalah jenis kelamin, usia, berat badan,
tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
dosis insulin dan jenis insulin. Sementara
ISSN : 2087-5045
itu sikap, kepercayaan terkait insulin,
efikasi diri (kepercayaan diri) tidak
berhubungan
dengan
kejadian
hipoglikemia.
Jenis-jenis tipe insulin yang
digunakan pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 di bangsal rawat inap penyakit dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu rapid
acting tunggal dan rapid acting kombinasi
long acting. Kejadian hipoglikemia terjadi
lebih banyak pada kelompok kombinasi
rapid acting-long acting.
18
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, R and Donelly, R. (2014). Buku
Pegangan Diabetes. Edisi ke-4.
Jakarta : Bumi Medika.
Briscoe
VJ,
Davis
SN.
(2006).
Hypoglycemia in type 1 and type 2
diabetes
:
Physiology,
pathophysiology and management.
Clin Diabetes. 24 : 115 – 21.
Ernawati. (2002). Kemampuan Melakukan
Penatalaksanaan
Hipoglikemia
Berdasarkan Karakteristik dan
Pengetahuan Pasien Diabetes
Melitus.
Jakarta
:
Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidatullah.
Farida.
(2014).
Hubungan
antara
pengetahuan sikap dan tindakan
pasien diabetes mellitus dengan
pencegahan
komplikasi
hipoglikemia di RSUD Labuang
Baji Makassar.
Isselbacher, J Kurt. (2000). Harrison
Prinsip-prinsip
Ilmu
Penyakit
Dalam. Edisi 13, Jakarta : EGC
Lin, Y.Y., et al. (2010). Risk factors for
recurrent
hypoglycemia
in
hospitalized
diabetic
patients
admitted for severe hypoglycemia.
Diperoleh
dari
http://www.eymj.org.
Rani, A., Sidartawan Soegondo, Anna
Uyainah Z. Nasir, (2008). Panduan
Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia. Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Rohaidah., Damayanti, N. (2011). Faktorfaktor yang berhubungan dengan
kemampuan
pasien
diabetes
mellitus dalam mendeteksi episode
hipoglikemia di RSUD Mattaher.
Rubin, R.R. (2000). Psychotheraphy and
Conselling in Diabetes Melitus.
Psychology in Diabetes Care (P
235-263). Chickester : Jhon Wiley
& Sons. Ltd
Sartunus, R., Hasneli, Y., Jumaini. (2015).
Hubungan Pengetahuan, Persepsi
dan Efektifitas Penggunaan Terapi
Insulin
Terhadap
Kepatuhan
ISSN : 2087-5045
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Dalam Pemberian Injeksi Insulin.
Pekanbaru : Ilmu Keperawatan,
Universitas Riau.
Soemadji, D.W, 2006. Hipoglikemia
Iatrogenik. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV.
Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam,
Fakultas
Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Shoohyun. (2009). Factors Associated With
Insulin Reluctance in Individuals
With Type 2 Diabetes. Diabetes
Care, 33 (8).
Sudoyo, W.A, Setiyohadi, B. (2006). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Ke-4 ,Jilid III, Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Sukandar, E.Y., Retnosari, A., (2008). Iso
Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI
Penerbitan.
Taylor, C. (2008). Gula Darah Menopause
Kenali Tanda Awal Ketidak
seimbangan Menopause. Diperoleh
dari : http://eziarticles.com
19
Download