ANALISIS PENGARUH SIZE, PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PENGUNGKAPAN CSR PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Jayanti Purnasiwi Drs. Sudarno, Msi. Akt, Ph.D Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro ABSTRACT This study aims to determine and analyze the influence of company size, profitability and leverage of social responsibility disclosures of listed companies in Indonesia Stock Exchange (BEI). Measurement of corporate social responsibility is based on thecategory of the Global Reporting Index (GRI) version 3.0 is seen in the company's annual financial report. population in this study is a company registered in the Indonesia Stock Exchange in 2009. Of the 402 companies listed,only 123 companies that meet the criteria of the study sample has been determined. The data analysis technique with classical assumption test. Testing of hypotheses using multiple linear regression analysis with SPSS 16.0 for windows. The results showed that variable size, profitability and leverage simultaneously significant influence on the disclosure of social responsibility companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2009. Partially, size and leverage significant positiveeffect on CSR disclosure, while profitability does not significantly affect the company's CSR disclosure. Key words: Size, profitability, leverage, GRI index, Corporate Social Responsibility (CSR) PENDAHULUAN Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme modern, dimana uang memegang peranan yang sangat penting. Revolusi memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, sosial, dan lingkungan. Selain peningkatan mutu dan kualitas hidup masyarakat, industri juga melahirkan kaum buruh dan kerusakan lingkungan seperti polusi udara, limbah pabrik dan eksploitasi hasil alam yang berlebihan. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya. Kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial pun semakin meningkat. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas sosialnya untuk memastikan bahwa hak-hak mereka telah terpenuhi. Pusat perhatian pada akuntansi konvensional adalah stakeholders dan bondholders, sedangkan pihak lain diabaikan. Akuntansi konvensional pun menuai berbagai kritikan, karena dianggap belum mampu mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga pada akhirnya menghadirkan konsep akuntansi yang dikenal sebagai Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Anggraini, 2006). Tanggung jawab sosial perusahaan dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan yang berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985). Dalam konteks global, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) mulai digunakan sejak tahun 1970an. Elkington (1998) mengemas CSR dalam tiga fokus (3P) yaitu profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi (profit), tetapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Pertanggungjawaban sosial perusahaan merupakan konsep yang penting untuk dilaksanakan perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan timbal balik yang saling sinergis antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pertanggungjawaban sosial perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan oleh investor (warta ekonomi, 2006). Lebih jauh lagi, terjadinya skandal bisnis seperti kasus Enron dan WoldCom pada tahun 2001 serta beberapa kerusakan yang terjadi seperti polusi, deplesi sumber daya, pencemaran lingkungan, hak dan status karyawan membuat pertanggungjawaban sosial perusahaan akan semakin disoroti. Alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti. Diantaranya adalah untuk mentaati peraturan yang ada. Pemerintah melalui Undang-Undang No. 40 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, alasan pengungkapan CSR oleh perusahaan adalah untuk memperoleh keunggulan kompetitif, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investasor (Deegan dan Blomquist, 2001; Hasnas, 1998; Ullman, 1985; Patten, 1992; dalam Sayekti dan Wondabio, 2007). CSR dipandang dapat membantu perusahaan memperbaiki kinerja keuangan dan akses pada modal, meningkatkan brand image dan penjualan, memelihara kualitas kekuatan kerja, memperbaiki pembuatan keputusan pada isu-isu kritis, menangani resiko secara lebih efisien dan mengurangi cost jangka panjang. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial di Indonesia memunculkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Belkaovi dan Karpik (1989) menunjukkan hasil bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sembiring (2003) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda. Variabel leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasibuan (2001) menunjukkan hasil bahwa variabel size berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian Gray et al (2001) dan Sembiring (2003) menunjukkan bahwa size berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Robert (1992) dan Davey (1982) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda dimana size tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hubungan profit terhadap pengungkapan CSR. Gray et al (2001) menyatakan bahwa profit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Bertentangan dengan itu, Patten (1991), Hackston and Milne (1996), Sembiring (2003) menyatakan bahwa profit tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dari fenomena-fenomena yang terjadi dan dari hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap pengungkapan CSR masih menunjukkan hasil yang berbeda, bahkan bertentangan dengan antara hasil penelitian yang satu dengan yang lainnnya. Hal inilah yang akan menjadi research gap dalam penelitian ini, sehingga sangat menarik dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan research gap tersebut. TELAAH TEORI A. Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Rhenald Kasali sebagaimana dikutip oleh Wibisono (dalam Kirana, 2009), menyatakan bahwa yang dimaksud stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, karyawan, kelompok politik, asosiasi perdagangan dan lainnya. Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Ullman 1982, dalam Ghozali dan Chariri, 2007). B. Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana didefinisikan sebagai penyampaian informasi (the release of information). Tujuan pengungkapan menurut Securities Exchange Commision (SEC) dikategorikan menjadi dua, yaitu: 1) protective disclosure, dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor, dan 2) informative disclosure, bertujuan untuk memberikan informasi layak kepada pengguna laporan (Utomo, 2000). Banyaknya informasi yang harus diungkapakan tidak hanya bergantung pada pembaca, tetapi juga sesuai dengan standar yang ada (Hendriksen, 2002). Konsep yang paling umum digunakan adalah konsep pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor (Ghozali dan Chariri, 2007). Laporan keuangan menjadi suatu mekanisme yang penting karena merupakan alat komunikasi bagi manajer dengan pihak lain di luar perusahaan di luar perusahaan seperti investor, kreditur dan pengguna informasi lainnya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tujuan laporan keuangan yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu) (Nurlela dan Islahudin, 2008). Oleh karena itu, perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh perusahaan yang dikelola oleh manajer yang memiliki pandangan filosofi manajerial yang berbeda dan keluasan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat. C. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting (Mathews, 1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996) merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987). Definisi mengenai Corporate Social Responsibility sekarang ini sangatlah beragam. World bank (bank dunia) mendefinisikan CSR sebagai: CSR is commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their representatives, the local community and society at large to improve quality of live, in ways that are both good for business and good for development. Maksud dari definisi di atas adalah CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan suatu komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang dapat bekerja sama dengan karyawan dan perwakilan mereka, masyarakat sekitar dan masyarakat yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara yang baik bagi bisnis maupun pengembangan. Sedangkan menurut sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Effendi (2009) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang mendorong perusahaan menerapkan CSR, yaitu faktor yang berasal dari luar perusahaan (external drivers) dan dari dalam perusahaan (internal drivers). Yang termasuk ke dalam faktor pendorong dari luar perusahaan adalah adanya regulasi, hukum dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dari operasi persahaan. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam perusahaan antara lain nilai, kebijakan manajemen, strategei dan tujuan perusahaan. Laporan pertanggungjawaban sosial disajikan dalam sebuah laporan yang berkelanjutan (sustainability reporting) yang dapat diterbitkan secara terpisah ataupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report). Laporan keberlanjutan adalah praktek pengukuran, pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan kepada para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal. Sebuah laporan keberlanjutan harus menyediakan gambaran yang berimbang dan masuk akal dari kinerja keberlanjutan sebuah organisasi, termasuk kontribusi yang positif maupun negatif. Darwin, (2004) mengatakan bahwa kategori dalam corporate sustainability reporting terbagi menjadi tiga kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja social. Penelitian ini mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan laporan pertanggungjawaban sosial dengan GRI (Global Report Initiative) versi 3.0. Global Reporting Initiative (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terus-menerus melakukan perbaikan dan penerapan di seluruh dunia (www.globalreporting.org). Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial menurut GRI terdiri dari tiga indikator, yaitu indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Aspek kinerja ekonomi meliputi aspek kinerja ekonomi, aspek kehadiran pasar dan aspek dampak tidak langsung. Dalam indikator kinerja lingkungan, terdapat aspek material, energi, air, biodiversitas, emisi, efluen dan limbah, aspek produk dan jasa, aspek kepatuhan, aspek transportasi dan aspek keseluruhan. Indikator sosial berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Dalam hal ketenagakerjaan, aspek yang dinilai yaitu pekerjaan, tenaga kerja/hubungan manajemen, kesehatan dan keselamatan jabatan, pelatihan dan pendidikan, keberagaman dan kesempatan setara. Aspek dalam hak asasi manusia meliputi aspek praktek investasi dan pengadaan, aspek nondiskriminasi, aspek kebebasan berserikat, berunding dan berkumpul bersama, aspek pekerja anak, aspek kerja paksa dan kerja wajib, aspek praktik/tndakan pengamanan dan aspek hak penduduk asli. Sedangkan masyarakat terdiri dari aspek komunitas, korupsi, kebijakan public, kelakuan tidak bersaing dan aspek kepatuhan. Dalam hal tanggung jawab produk, aspek yang dinilai yaitu aspek kesehatan dan keamanan pelanggan, aspek pemasangan label bagi produk dan jasa, aspek komunikasi pemasaran, aspek keleluasaan pribadi pelanggan dan aspek kepatuhan. D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial 1. Ukuran Perusahaan (Size) Size perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan yang dibuat. Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis, yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Pengungkapan sosial yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis bagi perusahaan (Hasibuan, 2001). Dengan mengungkapkan kepedulian pada lingkungan melalui pelaporan keuangan, maka perusahaan dalam jangka waktu panjang bisa terhindar dari biaya yang sangat besar akibat dari tuntutan masyarakat. Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar (Cahyonowati, 2003). Pada penelitian ini size (ukuran perusahaan) perusahaan dinyatakan dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar jumlah tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan. CSR bukan sekedar kegiatan amal, di mana CSR mengharuskan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan, termasuk karyawan. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji", "penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering) dalam bekerja untuk masyarakat. 2. Profitabilitas Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Ang (1997) dalam Wahidahwati (2002) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan memperoleh power yang lebih besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar dividen (dividend payout) akan semakin menghemat biaya modal, di sisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi, profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya. 3 Leverage Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal sendiri. Tingkat leverage perusahaan, dengan demikian menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981 dalam Marwata, 2001 dan Meek, et al, 1995 dalam Fitriany, 2001). E. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial di Indonesia memunculkan hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Belkaovi dan Karpik (1989) menunjukkan hasil bahwa variabel leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Sembiring (2003) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda. Variabel leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasibuan (2001) menunjukkan hasil bahwa variabel size berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian Gray et al (2001) dan Sembiring (2003) menunjukkan bahwa size berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Robert (1992) dan Davey (1982) dalam penelitiannya menunjukkan hasil yang berbeda dimana size tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hubungan profit terhadap pengungkapan CSR. Gray et al (2001) menyatakan bahwa profit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Bertentangan dengan itu, Patten (1991), Hackston and Milne (1996), Sembiring (2003)menyatakan bahwa profit tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. F. KERANGKA PEMIKIRAN G. HIPOTESIS 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Ukuran perusahaan (size) perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005). Cowen et al., (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat akan memiliki pemegang saham yang mungkin memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dan laporan tahunan akan digunakan untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial tersebut. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan yang berukuran lebih kecil. Alasan lain adalah perusahaan besar dan memiliki biaya keagenan yang lebih besar tentu akan mengungkapkan informasi yang lebih luas hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Lebih banyak pemegang saham, berarti memerlukan lebih banyak juga pengungkapan, hal ini dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal (Gunawan, 2000). Cowen et.al (1987) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan dalam laporan tahunan, yang merupakan media untuk menyebarkan informasi tentang tanggung jawab sosial keuangan perusahan. Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain adalah penelitian Hasibuan (2001), Gray et al., (2001) dan Sembiring (2003). Akan tetapi tidak semua peneliti mendukung hubungan ukuran perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini ditemukan oleh Robert (1992) dan Davey (1982). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial 2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Heinze (1976) dalam Devina et al., (2004) menjelaskan bahwa profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas. Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Hal ini juga disinyalir oleh Donovan (2000) yang menyatakan bahwa pada saat perusahaan memperoleh laba yang tinggi maka perusahaan merasa tidak perlu untuk mengungkapkan pengungkapan sosial karena perusahaan sudah memperoleh kesuksesan finansial. Sedangkan pada saat perusahaan memperoleh laba yang rendah, maka terdapat persepsi bahwa pengguna laporan senang untuk membaca berita baik (good news) tentang kinerja perusahaan dalam bidang sosial seperti kinerja lingkungan. Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain adalah penelitian Gray et al., (2001). Akan tetapi tidak semua peneliti mendukung hubungan profitabilitas dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini ditemukan oleh Patten (1991), Sembiring (2003) serta Hackston & Milne (1996). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H2 : Terdapat pengaruh positif tidak signifikan profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial 3. Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur (Schipper, 1981 dalam Marwata, 2001 dan Meek, et al, 1995 dalam Fitriani, 2001). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Rasio leverage digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Oleh karena itu, perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya. Penelitian yang berhasil menunjukkan hubungan kedua variabel ini antara lain adalah penelitian Belkoui & Karpik (1989). Akan tetapi tidak semua peneliti mendukung hubungan leverage dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang tidak berhasil menunjukkaN hubungan kedua variabel ini ditemukan oleh Sembiring (2003). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut: H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab social METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009. Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling (BEI 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan tahun 2009 perusahaan sampel. Data ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dengan periode waktu tahun 2009. Dari jumlah tersebut, hanya 123 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan cara studi dokumentasi, yaitu merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data berupa laporan tahunan yang telah dipublikasikan oleh perusahaan sampel pada periode tahun 2009 di website BEI (www.idx.co.id). Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri laporan tahunan perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Sebagai panduan, digunakan instrumen penelitian berupa check list atau daftar pertanyaan-pertanyaan yang berisi itemitem pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel dependen dan tiga variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan variabel independennya adalah ukuran perusahaan (size), profitabilitas dan leverage. a) Variabel Ukuran Perusahaan (size) Size perusahaan bisa didasarkan pada jumlah aktiva (aktiva tetap, tidak berwujud dan lain-lain), jumlah tenaga kerja, volume penjualan dan kapitalisasi pasar (Nur Cahyonowati, 2003). Pada penelitian ini size perusahaan dinyatakan dengan jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2009. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui bahwa semakin besar jumlah tenaga kerja yang dimiliki maka akan semakin besar pula tanggung jawab sosial yang harus diungkapkan. b) Variabel Profitabilitas Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio. Profitabilitas dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan pendapatan per-lembar saham (earning per-share) c) Variabel Leverage Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai asset perusahaan. Skala pengukuran untuk leverage adalah rasio. Leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio hutang terhadap modal sendiri. d) Variabel Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan CSR pada Laporan Tahunan perusahaan. Kategori pengungkapan sosial yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Global Report Initiative (GRI) indeks versi 3.0 yang telah disesuaikan dengan pelaksanaan CSR di Indonesia. Indikator pengungkapan tanggung jawab ini antara lain mencakup indikator kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan indikator kinerja sosial. Aspek dalam kinerja ekonomi meliputi aspek ekonomi, aspek kehadiran pasar, dan aspek dampak tidak langsung. Aspek dalam kinerja lingkungan meliputi aspek material, energi, air, biodiversitas, emisi, efluen dan limbah, produk&jasa, kepatuhan, transportasi dan aspek keseluruhan. Kinerja social berhubungan dengan ketenagakerjaan, hak asasi manusia, masyarakat dan tanggung jawab produk. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. 2. Analisis Regresi Berganda Untuk menguji hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda yang dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Model persamaan regresi secara sistematis dapat dirumuskan sbb: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y = Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial a = Konstanta b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Leverage Nilai koefisien regresi disini sangat menentukan sebagai dasar analisis, engingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien b bernilai positif (+) maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel independen dengan variabel dependen, setiap kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen. Demikian pula sebaliknya, bila koefisien nilai b bernilai negatif (-), hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel independen akan mengakibatkan penurunan nilai variabel dependen. Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan nilai koefisien determinansi (R2). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Data Hasil Uji Statistik Tabel di atas menunjukkan jumlah pengamatan dalam penelitian ini sebanyak 111. Jumlah pengamatan semula berjumlah 123, akan tetapi setelah 12 outlier dihilangkan maka jumlah pengamatan menjadi 111 pengamatan. Data variabel ukuran perusahaan (TNGKER), nilai yang terkecil adalah 9 orang dan yang terbesar adalah 41.615 orang dengan nilai rata-rata sebesar 3507,5. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang dimiliki perusahaan paling kecil pada perusahaan Lippo Securitas sebanyak 9 orang dan yang terbesar adalah 41.615 orang pada perusahaan Bank Danamon Indonesia. Standar deviasi sebesar 7303,280 menunjukkan variasi yang terdapat dalam ukuran perusahaan. Pada variabel rasio profitabilitas perusahaan, dimana semakin tinggi profitabilitas menunjukkan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan besarnya aset yang dimiliki untuk menciptakan laba. Nilai yang terkecil adalah -22 rupiah yang dimiliki oleh perusahaan asuransi Bintang, dan nilai terbesar adalah 1188 rupiah pada perusahaan United Tractor. Nilai rata-ratanya sebesar 83,88 rupiah dengan nilai standar deviasi sebesar 146,683, menunjukkan variasi yang terdapat dalam rasio profitabilitas perusahaan. Pada variabel rasio leverage perusahaan, semakin besar variabel tersebut, berarti nilai perbandingan hutang terhadap ekuitas semakin besar. Nilai yang terkecil adalah 2,17x yang dimiliki oleh perusahaan Inter Delta, dan nilai terbesar adalah 17,19x pada perusahaan Mobile-8 Telecom. Nilai rata-ratanya sebesar 2,9664x dengan nilai standar deviasi sebesar 3,66849x, menunjukkan variasi yang terdapat dalam rasio leverage perusahaan. Pada variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), semakin besar nilai CSR artinya perusahaan lebih banyak melakukan pengungkapan item CSR. Nilai yang terkecil adalah 1,27 pada perusahaan Inter Delta dan nilai yang terbesar adalah sebesar 49,37 pada perusahaan Bank Negara Indonesia. Nilai rata-ratanya sebesar 15,6801 dengan nilai standar deviasi sebesar 10,08198, menunjukkan variasi yang terdapat dalam indeks CSR perusahaan. Besarnya indeks menunjukkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2 .Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Bahwa grafik histogram membentuk lonceng atau pola distribusi normal dan pada gambar penyebaran titik-titik berada di sekitar garis diagonal dan searah garis diagonal. Uji statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah uji Kolmogorov – Smirnov. Uji Kolmogorov – Smirnov dapat dilihat pada Tabel di bawah ini: Berdasarkan hasil pada tabel di atas, data pada penelitian ini sudah terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,256 dan signifikansi pada 0,085. Nilai signifikansi dari hasil tersebut menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05, hal ini berarti data residual terdistribusi secara normal. Berdasarkan analisis grafik dan statistik di atas dapat diketahui bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikoliniearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut-off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10 sehingga data yang tidak terkena multikoliniearitas nilai toleransinya harus lebih dari 0,10 atau VIF kurang dari 10. Hasil pengujian tolerance menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel independen dalam model regresi. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ditunjukkan dengan menggunakan grafik Scatter Plot antara variabel dependen (SRESID) dan variabel residualnya (ZPRED). Grafik ini menunjukkan pola penyebaran titik-titik. Jika titik-titik menyebar di atas dan di bawah 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang akan digunakan. Berdasarkan Gambar di atas, terlihat titik-titik yang tersebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Regresi yang bebas dari autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson jika memenuhi syarat du <d< 4– du. Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,787. Besarnya DW-tabel: dl (batas luar) = 1,613; du (batas dalam) = 1,736; 4 – du = 2,264; dan 4 – dl = 2,387. Hasil uji DW dapat dilihat pada Gambar di bawah ini: Hasil ini menunjukkan bahwa pada model regresi terletak pada daerah tidak ada autokorelasi. Selain menggunakan uji DW, dapat juga menggunakan uji yang lain yaitu Run Test. Uji autokorelasi dengan Run Test dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Berdasarkan Tabel diketahui probabilitas sebesar 0,153 yang menunjukkan tidak signifikan pada 0,05. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak mengalami problem autokorelasi. e. Hasil Uji Regresi Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji sejauh mana pengaruh dan arah pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasar output SPSS 16.0 nampak bahwa pengaruh secara bersama-sama ketiga variabel independen (TNGKER, EPS dan DER) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Dari analisis regresi diperoleh hasil sebagai berikut: Berdasarkan tabel, persamaan regresi yang dapat disusun adalah : Y = 10,915 + 0,001 TNGKER + 0,006 EPS + 0,853 DER + e Hasil Uji Koefisien Determinasi Dalam uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien determinasi (R2) secara keseluruhan. Hasil pengujian menunjukkan R2 sebesar 0,298 atau 29,8 %. Jadi dapat dikatakan bahwa 29,8% besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial disebabkan oleh ukuran perusahaan (TNGKER), profitabilitas (EPS) dan leverage (DER). Sedangkan 70,2% besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F) Berdasarkan hasil uji Anova atau uji F pada Tabel terlihat bahwa nilai Fhitung sebesar 16,566 dan nilai sig sebesar 0,000. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0,05 atau 5%, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan (TNGKER), profitabilitas (EPS) dan leverage (DER) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil Uji Regresi Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut manakah diantara ketiga varaibel independen yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan Tabel dari ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam model dengan signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan (TNGKER), dan leverage (DER) berpengaruh signifikan terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), sedangkan variabel profitabilitas (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pengujian dengan cara membandingkan antara t tabel dengan t hitung. Mencari t tabel dengan kriteria α = 5%, df = n – k (111 – 3 = 108). Dari tabel didapat nilai t tabel adalah 1,9822. Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Variabel ukuran perusahaan (TNGKER) pada Tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar 4,067 dan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < (0.05), ini berarti variabel ukuran perusahaan (TNGKER) signifikan pada level 5% dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan (TNGKER) secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. b. Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Variabel profitabilitas (EPS) pada Tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar 0,956 dan nilai sig sebesar 0,341. Nilai sig (0,341) > (0.05), ini berarti variabel profitabilitas (EPS) tidak signifikan pada level 5% dan H2 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas (EPS) secara statistik berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. c. Pengujian Hipotesis Tiga (H3) Variabel leverage (DER) pada Tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar 3,747 dan nilai sig sebesar 0,000. Nilai sig (0,000) < (0.05), ini berarti variabel leverage (DER) signifikan pada level 5% dan H3 diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel leverage (DER) secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pembahasan Hipotesis a. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan (TNGKER) secara statistik berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Adanya hubungan signifikan antara variabel ukuran perusahaan dan pengungkapan sosial mengandung arti bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka akan cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disorot, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan, sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja, dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja akan semakin besar. Program berkaitan dengan tenaga kerja yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh perusahaan. Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Penelitian yang mendukung tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2001), Gray et al., (2001) dan Sembiring (2003). b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa profitabilitas (EPS) secara statistik berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Tingkat profitabilitas perusahaan digambarkan dengan besarnya EPS, dengan demikian tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap besar pengungkapan CSR. Artinya bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial karena perusahaan lebih berorientasi pada laba semata. Ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. “Good news” ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam penelitian ini, kinerja ekonomi atau profitabilitas yang dinyatakan dalam EPS menunjukkan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,006 dengan nilai t = 0,956 dan signifikansi sebesar 0,341. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif yang tidak signifikan dari profitabilitas terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian Patten (1991), Sembiring (2003) sertaHackston & Milne (1996) yang menujukkan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. c. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage (DER) signifikan pada level 5% akan tetapi secara statistik berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada dengan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Menurut Belkaoui and Karpik (1989) dalam Anggraini (2006) mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba masa depan. Agar laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Dalam penelitian ini, leverage yang diproksi dengan rasio hutang terhadap modal sendiri menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat leverage perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam penelitian ini, leverage yang dinyatakan dalam DER menunjukkan pengaruh positif yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi sebesar 0,853 dengan nilai t = 3,747 dan signifikansi sebesar 0,000. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Besarnya pengaruh leverage yang ditunjukkan dengan besarnya nilai koefisien regresi tersebut menunjukkan bahwa leverage merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibandingkan kedua variabel lainnya. Hasil temuan ini mendukung hasil penelitian Belkoui & Karpik (1989) yang menujukkan hasil bahwa terdapat pengaruh signifikan antara leverage dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa: a. Secara simultan atau bersama-sama variabel ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. b. Secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. c. Secara parsial profitabilitas berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. d. Secara parsial leverage berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini terletak pada periode pengamatan yang hanya menggunakan satu tahun pengamatan, sehingga memungkinkan praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang diamati kurang menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Keterbatasan lainnya adalah tingkat R Square rendah sebesar 29,8%, yang menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. R. R. 2006. “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus 2006. Belkaoui, Ahmed Riahi, 2000, Teori Akuntansi, Terjemahan Marwata, Harjanti Widiastuti, Heni Kurniawan, Alie Ariesanti, Buku Satu, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Belkaoui, Ahmed and Philip G Karpik, 1989, “Determinants of the Corporate Decision to Disclose Sosial Information”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 2, No. 1: 36- 51. Cahyonowati, Nur, 2003, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Undip (Tidak dipublikasikan) Cowen, S.S., Ferreri, L.B. and Parker, L.D., 1987, “The Impact Of Corporate Characteristics On Social Responsibility Disclosure: A Typology and Frequency_Based Analysis”, Accounting, Organizations and Society, Vo. 12, No. 12. Daniati, Ninna dan Suhairi, 2006, “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar Di BEJ)”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Devina, Florence., Suryanto, L dan Zulaikha, 2004, “Pengaruh Karakteristik perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”, Jurnal Maksi, Vol.4. Agustus : 161-177. Donovan, Gary O, dan Gibson, Kathy, 2000, “Environmental Disclosures in The Corporate Annual Report: A Longitudinal Australian Study”, Paper for Presentation at The 6th Interdisiplinary Environmental Association Conference, Montreal, Canada. Effendi, M. A, 2009, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi, Jakarta: Salemba Empat. Elkingston, John, 1998, Caninibals with Forks, The Line of Twentieth Century Business, Capston, Oxpord. Fitriani, 2001, “Signifikansi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi, hal. 133-154 Ghozali, Imam dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang. Gray, R., Javad, M., Power, David M., and Sinclair C. Donald., 2001, “Social And Environmental Disclosure, And Corporate Characteristic: A Research Note And Extension”, Journal of Business Finance and Accounting, Vol. 28, No. 3, pp 327-356. _______, Owen, D. and Maunders, K., 1987, Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall, London. Gunawan, Yuniati, 2000, “Analisis Pengungkapan Informasi Laporan Tahunan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi III, hal. 78-98. Hackston, David and Milne, Marcus J., 1996, “ Some Determinants of Social and Environmental Disclosure In New Zaeland Companies”, Accounting, Auditing ang Accountability Journal, Vol. 9, No. 1, pp. 77-108. Hasibuan, Rizal, 2001, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Sosial”, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengungkapan Hendriksen, Eldon S, 2002, Teori Akuntansi (terjemahan), Jakarta: Erlangga. Henny dan Murtanto, 2001, “Analisis Pengungkapan Sosial Pada Laporan Tahunan”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, No.2. Jensen, M.C dan William H. Meckling, 1976, “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure”, Journal of financial Economics, Vol. 3, No. 4, pp. 305-360, www.ssrn.com Kirana, R. S, 2009, Studi Perbandingan Pengaturan Tentang Corporate Social Responsibility Di Beberapa Negara Dalam Upaya Perwujudan Prinsip Good Corporate Governance, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (tidak dipublikasikan). Marwata, 2001, “Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. 30-31 Agustus. Mathews, M.R., 1995, “Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of Ethical Concern”, Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp. 663-671. Nurlela dan Islahudin,2008, “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating”, Simposium Nasional Akuntansi XI. Patten, D.M., 1991, “Exposure, Legitimacy, and Social Disclosure”, Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 10, pp. 297-308. Roberts, R.W, 1992, “Determinants Of Corporate Social Responsibility Disclosure: An Application Of Stakeholder Theory”, Accounting, Organisations and Society, Vol. 17, No. 6, pp. 595-612. Sayekti, dan Wondabio, 2007, “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earnings Response Coefficient,Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar. Scott, W.R, 1997, Financial Accounting Theory, Prentice Hall. Inc. Sembiring, Eddy Rismanda, 2003, “Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan Pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003. Sudarmadji, Ardi Murdoko, 2007, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), Vol. 2. ________________________ dan Lana Sularto, 2007, "Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil), Vol. 2, Auditorium Kampus Gunadarma. Utomo, M. M., 2000, “Prektek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan-perusahaan High Profile dan Low Profile)”, Makalah disajikan pada SNA III. Wahidahwati, 2002, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 5, No 1, Januari. Warta Ekonomi, 2006, “Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi”, Warta Ekonomi, Desember 2006, h. 36-37. Zeghal, Daniel and Sadrudin A. Ahmed, 1990, “Comparison of Social Responsibility Information Disclosure Media Used by Canadian Firms”, Accounting, Auditing and Accountability Journal, Vol. 3, No. 1, p. 38-53