Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan
digunakan untuk menganalisis data yang terdapat pada bab selanjutnya.
2.1 Morfologi
O‟Grady (1996:132) mendefinisikan “Morphology is the system of
categories and rules involved in word formation and interpretation”, yang berarti
bahwa morfologi adalah sistem kategori dan aturan yang digunakan dalam
pembentukan kata serta interpretasi kata tersebut.
Hampir sama dengan pendapat di atas, Alwasilah (1993:110) menyatakan
bahwa morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari
morfem, selain itu morfologis mempelajari struktur, bentuk, dan klasifikasi katakata. Pendapat Alwasilah di atas didukung oleh Aronoff (2005:1) yang
menjelaskan, “Morphology is the study of form or forms. In linguistics
morphology refers to the mental system involved in word formation or to the
branch of linguistics that deals with words, their internal structure, and how they
are formed”.
Dari definisi morfologi di atas dapat disimpulkan bahwa morfologi
merupakan studi pembentukkan kata, sistem kategori dan aturan dalam
pembentukkan kata atau merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari
struktur internal kata serta bagaimana kata-kata tersebut terbentuk.
8
9
2.1.1 Morfem
Morfem adalah satuan morfologis yang tidak dapat dibagi lagi menjadi
satuan yang lebih kecil, dalam arti kata yang ada dalam rangkaian kata–kata
mempunyai fungsi formal yang sama dan tidak dapat dibagi lagi.
Bentuk satuan terkecil dalam linguistik di atas diartikan sebagai gabungan
atau kombinasi fonem yang mengandung makna. Dengan demikian, dapat
diartikan pula bahwa morfem merupakan suatu gramatikal terkecil yang
mempunyai arti sesuai dengan apa yang dikemukakan Aronoff (2005:2)
“Morphemes often defined as the smallest linguistic pieces with a grammatical
function”. Sehingga morfem sering didefinisikan sebagai bagian terkecil dalam
linguistik yang mempunyai fungsi gramatikal. Berdasarkan distribusinya, morfem
dibagi menjadi 2 macam, yaitu morfem bebas (free morpheme) dan morfem
terikat (bound morpheme).
2.1.1.1 Morfem Bebas
Mish (1991:490) berpendapat “A free morfem is a grammatical unit that
can occur by itself. However, other morfem such as affixes can be attached to it”.
Mish menjelaskan bahwa sebuah morfem bebas adalah sebuah unit gramatikal
yang dapat berdiri sendiri. Namun, morfem-morfem lain, seperti afiks, dapat
dilekatkan.
Sama dengan pendapat di atas, Yule (1985:60) menyatakan bahwa morfem
bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu kata. Begitu juga
dengan Verhaar (1988:97) yang menjelaskan bahwa morfem bebas adalah bentuk
yang dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain
10
yang digabung. Sedangkan Chaer (2007:152) mengatakan bahwa morfem bebas
adalah morfem yang tanpa adanya morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Adapun morfem bebas yang mempunyai arti sendiri dan tidak mendapat
tambahan morfem terikat disebut root atau akar kata. Dengan kata lain, root
merupakan satuan yang paling terkecil dan menjadi bentuk asal dari suatu kata
yang kompleks.
Sebuah kata dapat terbentuk dari suatu morfem bebas atau gabungan dari
beberapa morfem. Satu morfem bebas dengan beberapa morfem atau satu morfem
terikat dikelompokkan sebagai polymorpheme seperti unhappiness, disagreements
dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bila sebuah kata juga
merupakan sebuah morfem bebas (monomorpheme) seperti “Kill” dan “buy” atau
berupa morfem bebas yang ditambah dengan morfem terikat “-ing” seperti
“Killing” dan “buying”
Jadi secara umum pengertian dari morfem bebas adalah sebuah unit
gramatikal yang dapat berdiri sendiri dan dapat ditambahkan beberapa morfem
terikat tertentu baik awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) atau awalan
dan akhiran (konfiks atau simulfiks).
Menurut Yule (1985:60), terdapat 2 macam kategori dalam morfem bebas,
yaitu morfem leksikal dan morfem fungsional. Kata-kata seperti, book, mother,
cat, high, read tergolong ke dalam morfem leksikal sedangkan kata-kata
penghubung (conjuction), preposisi (prepositions), artikel (articles) dan kata ganti
(pronoun) seperti and, on, the, serta he merupakan morfem yang tergolong
morfem fungsional.
11
2.1.1.1.1 Morfem Leksikal
Morfem leksikal (content /referential morpheme) merupakan morfem
bebas yang memiliki makna (semantic content) dan biasanya mengacu pada
sebuah benda, kualitas, keadaan atau tindakan. Di dalam Bahasa Inggris morfemmorfem ini umumnya berbentuk kata benda (noun), verba (verbs), adjektiva
(adjective), adverbia (adverb) seperti kata-kata dog, Peter, house, build, stay,
happy, intelligent, quickly, always.
Dalam Bahasa Inggris morfem-morfem di atas dapat membentuk kelas
kata yang terbuka (open class of word) karena morfem bebas tersebut dapat
ditambahkan dengan morfem terikat baik prefix maupun sufiks lainnya. Misalnya
kata Un- + happy (adj.) menjadi Unhappy atau kata Happy (adj.) + - ness menjadi
Happiness.
Berikut adalah deskripsi tipe morfem bebas leksikal yang dikategorikan ke
dalam nomina, adjektiva, verba, dan adverbia.
a.
Nomina
Kata benda ialah kata yang berfungsi sebagai subjek, objek atau pelengkap
pada pusat kalimat.
Contoh: Tya is a beatiful girl.
Jadi kata girl pada contoh di atas berfungsi sebagai noun karena kata a
beautiful girl adalah noun phrase.
b. Adjektiva
Adjektiva ialah kata menerangkan atau menambahkan makna terhadap
nomina (noun).
Contoh: The big room.
12
Jadi kata big pada contoh di atas berfungsi sebagai adjective karena
menerangkan room yang artinya ruangan besar.
c.
Verba
Kata kerja ialah kata yang menyatakan tindakan atau pernyataan yang
dilakukan subjek suatu kalimat.
Contoh: I‟m going to Seattle that Saturday.
Jadi kata going pada contoh diatas berfungsi sebagai progressive verb
yang menerangkan subjek I‟m yang artinya saya pergi.
d. Adverbia
Adverbia ialah kata yang menerangkan atau menambahkan makna
terhadap verba, ajektiva, dan adverbia.
Contoh: He runs fast.
Jadi kata fast pada contoh di atas berfungsi sebagai adverb karena
menerangkan kata kerja runs yang berarti berlari dengan cepat.
2.1.1.1.2 Morfem Fungsional
Tipe lain dari morfem bebas adalah morfem fungsinal atau gramatikal.
Yule (2010: 69) menjelaskan “Other types of free morphemes are called
functional morphemes. Examples are and, but, when, because, on, near, above, in,
the, that, it, them. This set consists largely of the functional words in the language
such as articles, demonstratives, pronouns, conjunctions and prepositions.”
Dari penjelasan Yule di atas dapat diketahui bahwa Jenis lain dari morfem
bebas
adalah morfem fungsional yang tergolong ke dalam morfem ini di
antaranya adalah artikel, demonstratif, kata ganti, kata penghubung dan preposisi.
13
Contohnya the, a, an, that, this, she, they, it, and, but, when, because, on, near,
above, in.
a. Artikel
Dalam tata bahasa, artikel adalah jenis penentu yang mendahului kata
benda. Pada dasarnya, ada dua jenis artikel dalam bahasa Inggris: artikel pasti
(definite article) contoh the dan artikel tidak pasti seperti a dan an. Artikel yang
pasti menentukan individu tertentu; artikel tak terbatas menunjukkan bahwa benda
tersebut adalah anggota dari sebuah kelas kata.
Contoh: The penalty for laughing in a courtroom is six months in jail; if it
were not for this penalty, the jury would never hear the evidence.
Jadi the pada contoh di atas adalah jenis penentu sebelum kata benda. Kata
penalty, jury, dan evidence menggunakan the karena kata-kata tersebut merupakan
artikel pasti.
b. Demonstratif
Sebuah penentu yang menunjuk ke suatu benda tertentu atau kata benda
yang digantikannya. Ada empat demonstratif dalam bahasa Inggris: "dekat"
demonstratif this (tunggal) dan these (jamak), dan "jauh" demonstratif that
(tunggal) dan those (jamak).
Contoh: Those are my principles, and if you don't like them . . . well, I
have others.
Jadi kata those pada contoh di atas adalah kata demonstratif karena
menunjuk posisi my principles yang berada agak jauh dari pembicara.
14
c. Kata Ganti
Sebuah kata (salah satu bagian dari parts of speech) yang mengambil
tempat kata nomina, frase nomina, atau klausa nomina. Sebuah kata ganti dapat
berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap dalam sebuah kalimat.
Contoh: She got her looks from her father. He's a plastic surgeon.
Jadi kata she, her, dan he pada contoh di atas merupakan kata ganti karena
berfungsi sebagai subjek dan objek dalam suatu kalimat.
d. Kata Penghubung
Parts of speech (atau kelas kata) yang berfungsi untuk menghubungkan
kata-kata, frase, klausa, atau kalimat.
Contoh: There was a time when a fool and his money were soon
parted, but now it happens to everybody.
Jadi kata and dan but pada contoh di atas merupakan kata penghubung karena
berfungsi sebagai penghubung antara kalimat satu dan kalimat lainnya.
e. Preposisi
Sebuah kata (salah satu parts of speech dan anggota dari kelas kata
tertutup) yang menunjukkan hubungan antara kata benda atau kata ganti dan katakata lain dalam kalimat.
Contoh: For the first few days of his life, Wilbur was allowed to live in a
box near the stove in the kitchen.
15
Jadi kata for, of, in, dan near pada contoh di atas merupakan preposisi
karena berfungsi sebagai penghubung antara kata benda atau kata ganti dan katakata lainnya dalam kalimat.
2.1.1.2 Morfem Terikat
Menurut Payne (2011: 83) “A bound morpheme is a morpheme that must
be attached to some other morpheme in order to be used naturally in discourse.”
Dengan demikian, sebuah morfem terikat adalah morfem yang harus melekat pada
beberapa morfem lain untuk digunakan secara alami dalam wacana.
Sejalan dengan Payne, Caroll (2008: 106) “Bound morphemes are those
that are attached to free morphemes to create new words.” Kalimat di atas dapat
diartikan bahwa morfem terikat adalah morfem yang melekat pada morfem bebas
untuk membuat kata-kata baru. Jadi morfem terikat tidak bisa berdiri sendiri,
berbeda dengan morfem bebas.
Morfem terikat (bound morpheme) adalah morfem yang tanpa digabung
dulu dengan morfem lain tidak muncul dalam pertuturan Chaer (1994:152).
Sedangkan Yule (1985:76) berpendapat bahwa terdapat dua kategori morfem
terikat, yaitu derivational morpheme dan inflectional morpheme.
2.1.1.2.1 Morfem Derivasi (derivational morpheme)
Menurut Kinsella (2009: 26) “The derivation begins with the selection of
lexical items. These lexical items are then combined, or merged, together
repeatedly to from an utterance.” Maksud dari penjelasan di atas adalah bahwa
16
derivasi dimulai dengan pemilihan jenis leksikal. Jenis-jenis leksikal kemudian
digabungkan, atau digabung, bersama-sama berulang kali dari sebuah ucapan.
Sedangkan Caroll (2008: 106) berpendapat “derivational morphemes are
involved when bound morphemes, added to free morphemes, create new words.”
Berbeda dengan Kinsella, Caroll berpendapat sebaliknya dikatakan bahwa
morfem derivatif adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem bebas, lalu
membentuk kata-kata baru dan memiliki kelas kata yang berbeda dengan kelas
kata dasarnya (base). Misalnya, morfem derivatif -er digunakan untuk mengubah
kata kerja „bake‟ ke kata benda „baker‟. Morfem -ly mengubah kata sifat „quick‟
menjadi kata adverbial „quickly‟. Kata sifat „happy‟ dapat diubah menjadi kata
benda dengan menambahkan akhiran -ness „happiness‟. Akhiran umum lainnya
termasuk morfem derivatif diantaranya -ism, -tion, -able, -ment dan -al.
2.1.1.2.2 Morfem Infleksi (Inflectional Morpheme)
Menurut Booij (2005: 115) menyatakan bahwa “Derivation creates new
lexeme, and inflection serves to create different forms of the same lexeme.”
Maksud dari penjelasan di atas adalah bahwa derivasi menciptakan leksem baru,
sedangkan infleksi berfungsi untuk menciptakan bentuk-bentuk yang berbeda
dari leksem yang sama.
Berkaitan dengan morfem infleksi, Manser (1991: 165) berpendapat,
“Inflection is the term used for the change in form that words undergo in order to
denote distinctions of number, tense, gender, case etc. It is also used to describe
the grammatical relation of a word to its root.” Maksudnya infleksi adalah istilah
yang digunakan untuk perubahan dalam bentuk kata-kata untuk menunjukkan
17
perbedaan jumlah, waktu, jenis kelamin, kasus dan lain-lain. Hal ini juga
digunakan untuk menggambarkan hubungan gramatikal kata ke akarnya. Morfem
infleksional berfungsi sebagai penanda gramatikal yang menunjukkan waktu,
nomor, kepemilikan, atau perbandingan. Morfem infleksional dalam bahasa
Inggris termasuk akhiran -s (atau -es), -'s (atau s'), -ed, -en, er, -est dan -ing.
Setiap kali ada akhiran derivatif dan akhiran infleksional yang melekat pada kata
yang sama, akhiran tersebut selalu muncul secara berurutan. Misalnya, sufiks
derivatif -er dilekatkan pada kata „teach‟ menjadi teacher, kemudian kata tersebut
ditambahkan sufiks infleksional -s maka akan dihasilkan kata „teachers‟ , sebuah
kata polimorfem hasil dari proses afiksasi sufiks derivasi dan infleksi.
2.1.2 Afiks
Afiks (imbuhan) adalah suatu suku kata (yang bukan merupakan suatu
“kata”). Afiks dapat ditambahkan pada kata untuk menghasilkan kata yang
lainnya. Menurut Arnoff (1988:234), “Affix is a bound morphem that attaches to
a root or a stem to form a new lexeme (derived form) or an inflected form or stem
of an existing lexeme”. Afiks merupakan bagian dari bound morpheme yang
melekat pada akar kata untuk membentuk leksim baru dan tidak dapat berdiri
sendiri seperti “kata” pada umumnya. Selanjutnya Jackson (2002: 8)
mendefinisikan afiks sebagai “the general term for morphemes that cannot be
used by themselves as simple word; they only occur “bound” to another
morpheme”. Dengan kata lain, imbuhan adalah istilah yang umum untuk morfem
yang tidak bisa digunakan dengan sendiri sebagai kata sederhana; afiks-afiks
tersebut hanya menjadi "pengikat" ke morfem lain.
Menurut Quirk dalam
18
bukunya A comprehensive Grammar of The English Language (1985:1520)
afiksasi terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Prefixation; putting a prefix in front of the base;
e.g.: a- (prefix) + sleep (verb)
a- (prefix) + stride (verb)
= asleep (adjective)
= astride (adverb)
a- (prefix) + loud (adjective) = aloud (adverb)
be- (prefix) + witch (noun)
= bewitch (verb)
2. Suffixation; putting a suffix after the base;
e.g.: friend (noun) + -less (suffix) = friendless (adjective)
differ (verb) + -ence (suffix) = difference (adjective)
apology (noun)+ -ize (suffix) = apologize (adjective)
explain (verb) + -ation (suffix)= explanation (adjective)
2.1.2.1 Prefiks
Prefiks adalah sebuah kata atau kelompok huruf yang melekat pada awal
kata untuk menunjukkan makna yang berbeda. Calder (2000: 33) berpendapat
bahwa “Prefix is a part of the word that comes at the beginning to change the
word‟s meaning.” Maksudnya awalan adalah bagian dari kata yang berada di awal
untuk mengubah makna kata itu sendiri.
Sejalan dengan Katamba (1993: 44) “A prefix is an affix attached after a
root or stem or base.” Maksudnya sebuah awalan adalah afiks yang melekat
setelah akar atau kata dasar.
Contoh: re-make, re-read, un-kind, un-tidy, in-decent, in-accurate.
19
Jadi pada contoh diatas, prefiks re-, un-, dan in- yang melekat pada kata tertentu
berfungsi mengubah makna kata tersebut.
2.1.2.2 Sufiks
Sufiks adalah afiks yang ditambahkan di akhir sebuah kata. Menurut
Jackson (2002:12) adalah “Suffixes are numerous and usually change the word
class of the item they are added to”. Sufiks adalah imbuhan yang dilekatkan pada
akhiran kata dari suatu morfem bebas yang biasanya merubah kelas kata dari
morfem yang dilekatkannya itu. Menurut Arnoff (1988:242), “Suffix is an affix
that is attached to the end of its base”. Dengan demikian, sufiks adalah imbuhan
(afiks) yang dilekatkan di akhir kata dasarnya.
Berikut adalah beberapa definisi sufiks dari berbagai sumber, diantaranya:
1.
“A word part that is added to the end of a root word (ie, dark+ness)”,
yaitu bagian kata yang ditambahkan pada akhir kata dasar (contoh,
dark+ness). (The American Heritage Dictionary of the English Language)
2. “An affix attached to the end of a base, root or stem that changes the meaning
or grammatical function of the word”, yaitu imbuhan yang dibubuhkan
diakhir kata dasar, akar atau sitem yang dapat mengubah arti atau fungsi
gramatikal dari sebuah kata. (Collins Essential English Dictionary).
3.
“A group of letters added to the end of word to form a new word. For
example: when ful is added to the word help, a new word is formed: helpful”,
yaitu kumpulan kata yang ditambahkan di akhir kata untuk membentuk kata
baru. Contohnya: ketika “ful” ditambahkan pada kata “help” maka sebuah
kata terbentuk “helpful”. (www.wordnet.com).
20
Beberapa contoh sufiks (derivasi atau infleksi) dalam bahasa Inggris, antara lain:
1. Girl + (sufiks “-s”)
<
Girls
2. Drive + (sufiks “-er”)
<
Driver
3. Explain + (sufiks “-ation”)
<
Explanation
4. Comfort + (sufiks “-able”)
<
Comfortable
5. Play + (sufiks “-ful”)
<
Playful
6. Danger + (sufiks “-ous”)
<
Dangerous
7. Use + (sufiks “-less”)
<
Useless
8. Dirt + (sufiks “-y”)
<
Dirty
Penelitian ini secara khusus meneliti tentang sufiks yang tergolong infleksi dalam
bahasa Inggris. Lebih jauh akan dijelaskan di sub-bab berikut ini:
2.1.2.2.1 Sufiks Infleksi
Infleksional sufiks adalah perubahan arti suatu kata yang telah dilekati
sufiks hanya secara gramatikal saja, tanpa mengubah arti dari kata dasarnya
ataupun merubah kelas katanya (part of speech). Menurut Bauer (1988:15), sifat
yang berhubungan dengan perubahan makna dapat dikatakan bersifat infleksional.
Selain itu, kelas katanya tidak mengalami perubahan, dan hanya mengalami
perubahan makna yang bersifat gramatikal.
Contoh: This house is big enough, but I think I need a bigger house than it.
Kata “big” yang berarti besar, setelah ditambah sufiks –er menjadi
“bigger”, memiliki arti “lebih besar” (comparative). Walaupun “bigger” sekilas
terlihat memiliki arti yang berbeda dari “big” namun pada dasarnya kedua kata
tersebut masih memiliki arti “besar” dan kelas katanya pun tidak berubah yakni
21
sebagai kata sifat atau adjektif. Dengan kata lain, sufiks –er tidak mengubah baik
makna maupun kelas kata (part of speech) dari kata “big” tersebut. Kata “big”
merupakan kata sifat (adjective) dan setelah dilekati sufiks –er menjadi kata
“bigger”, kata “bigger” tidak mengalami perubahan kelas kata dan masih tetap
sebagai kata sifat (adjective).
2.1.2.2.1 Jenis-Jenis Sufiks Infleksi dalam Bahasa Inggris
Berkaitan dengan sufiks infleksional, Katamba (1993:51) membagi sufiks
infleksi ke dalam 8 jenis, yaitu -s (third person), -s (plural), -„s (possessive), -ed
(past tense), -ing (progressive), -en (past participle), -er (comparative degree), est (superlative degree). Berikut penjelasan masing-masing jenis di atas:
a. –s, -es (third person / PRES)
Sufiks –(e)s third person merupakan kata verb yang ditandai sufiks –(e)s
pada waktu sekarang (present tense). Muthmann (2002:230) menjelaskan bahwa
“The suffix –s forms the plural of nouns are as well as the third person singular of
the present tense of verbs.” Maksudnya adalah akhiran -s selain membentuk kata
benda jamak juga penanda orang ketiga tunggal apabila ditambahkan pada kata
kerja dalam kala sekarang (present tense).
Kemudian Dalton-Puffer (2000:235) menambahkan “In this paper we
shall argue that the third person morpheme –(e)s ought to be seen as part of a
wider morphophonemic picture that includes both verbal and nominal
inflections.” Maksud dari penjelasan di atas adalah bahwa dalam tulisan ini kita
akan menyatakan bahwa orang ketiga morfem -(e)s harus dilihat sebagai bagian
22
dari gambaran yang lebih luas morfofonemik yang meliputi verbal dan infleksi
nominal.
Contoh: He makes, dimana sufiks –s pada kata kerja make karena adanya
orang ketiga (the third person singular present tense) tunggal He sebagai subjek
kalimat tersebut.
b. –s , -es (plural / PLU)
Bache (2000: 190) menyatakan, “Number is a morphological category
with the singular as the unmarked zero form and the plural as the
morphologically marked –s form: car/cars, girl/girls, book/books etc.”
Maksudnya kalimat di atas adalah bahwa jumlah merupakan kategori morfologis
dengan kata tunggal sebagai bentuk kosong tanpa tanda dan jamak sebagai bentuk
morfologis yang ditandai –s: car/cars, girl/girls, book/books etc.
Menurut Spectrum (2007: 144) “A plural noun names more than one
person, place, or thing. Most nouns are made plural by adding an s to the end of
the word.” Maksudnya adalah sebuah kata benda jamak ditandai lebih dari satu
orang, satu tempat, atau satu hal. Kebanyakan kata benda jamak dibuat dengan
menambahkan s ke akhir kata.
Contoh:
Pants,
trousers,
breeches,
scissors,
shears,
bellows,
spectacles, and glasses adalah contoh plural atau jamak dimana sufiks –s melekat
pada asal kata (base) tersebut.
23
c. –‘s (possessive / POSS)
Penjelasan menurut Murray (1932: 40) bahwa “The possessive are those
which denote possession or property.” Maksudnya posesif adalah mereka yang
menunjukkan kepemilikan atau yang memiliki properti.
Sejalan dengan Murray, Brown (1845: 413) menyatakan bahwa “The
possessive case is that form or state of a noun, or pronoun, which denotes the
relation of property.” Maksudnya posesif adalah bentuk atau keadaan kata benda,
atau kata ganti, yang menunjukkan hubungan properti. Jadi tanda huruf -„s
menandakan kepemilikan atas kata benda atau kata ganti.
Contoh: My car is old, Mary’s is new.
Pada contoh di atas Mary‟s berarti “Mary‟s car” dan berfungsi sebagai
subjek dari klausa yang ditandai sufiks –„s sebagai possessive.
d. –ed (past tense / PAST)
“This suffix derives adjectives with the general meaning „having X, being
provided with X‟, as in broad-minded, pig-headed, wooded. The majority of
derivatives are based on compounds or phrases (empty-headed, pig-headed, airminded, fair-minded)” (Plag, 2002:120). Dari pernyataan Plag di atas dapat
disimpulkan bahwa sufiks ini berasal dari kata sifat yang umumnya bermakna
“memiliki X, disediakan oleh X‟ contohnya seperti broad-minded, pig-headed,
wooded. Sebagian besar derivatives dihasilkan dari penggabungan kata atau frasa
(empty-headed, pig-headed, air-minded, fair-minded).
Contoh: learn-learned, wash-washed.
Pada contoh di atas menjelaskan bahwa penambahan –ed pada base form
regular verb mengubah bentuknya jadi simple past.
24
e. –ing (present participle / PRES PART)
“This verbal inflectional suffix primarily forms present participles, which
can in general also be used as adjectives in attributive positions (and as nouns,
see above)” (Plag, 2002:121). Maksud dari pernyataan tersebut adalah
Infleksional Sufiks utamanya membentuk present participles yang mana
umumnya dapat digunakan dalam kata sifat (dan juga sebagai kata benda, lihat di
sebelumnya). Status gramatikal dari kata kerja yang diakhiri oleh –ing pada
predicative position masih belum jelas. Dalam frasa The changing water, bentuk –
ing ini dapat dikategorikan sebagai kata sifat. Tetapi pada frasa the water is
changing dikategorikan sebagai kata kerja (sebagaimana umumnya, dalam bentuk
progressive). Contoh lainnya, pada frasa the film was boring, dapat dikategorikan
sebagai kata sifat karena hubungan kejadian yang ditandai oleh kata kerja tersebut
lebih dikenal luar daripada kasus changing pada contoh sebelumnya.
Contoh: study-studying, swim-swimming.
Pada contoh di atas menjelaskan bahwa penambahan sufiks –ing pada verb
mengubahnya menjadi bentuk progressive/continuous.
f. –en (past participle / PAST PART)
“The Germanic suffix -en attaches to monosyllables that end in a plosive,
fricative or affricate. Most bases are adjectives (e.g. blacken, broaden, quicken,
ripen), but a few nouns can also be found (e.g. strengthen, lengthen)” (Plag,
2002:117). Maksud dari pernyataan tersebut adalah Sufiks serapan dari Jerman –
en diletakkan pada kata yang memiliki satu silabel yang biasanya diakhiri dengan
aplosive, fricative or affricate. Kebanyakan kata dasarnya adalah kata sifat
25
(contoh: blacken, broaden, quicken, ripen), namun ternyata sufiks –en juga dapat
ditemukan pada kata benda walaupun jumlahnya tidak banyak (contoh:
strengthen, lengthen).
Contoh: The chocolate which is being eaten by him is very delicious.
Jadi pada contoh di atas, kata „eaten‟ merupakan past participle karena
kata eat + sufiks –en yang menjadikannya „eaten‟.
g. Comparative Degree / COMP
Williams (2008: 182) “The comparative degree is used when comparing
two persons, places, things, concepts, qualities, or activities. In most cases, add er
to an adjective to form the comparative.” Maksudnya dari penjelasan di atas
adalah tingkat komparatif digunakan ketika membandingkan dua orang, tempat,
hal, konsep, kualitas, atau kegiatan. Dalam kebanyakan kasus, menambahkan –er
ke kata sifat untuk membentuk perbandingan.
Tingkat komparatif digunakan untuk membandingkan kualitas dua orang
atau hal.Tingkat komparatif menunjukkan adanya tingkat yang lebih tinggi
kualitas daripada positif. Hal ini digunakan ketika dua hal dibandingkan.
Contoh:

My brother is more patient than I am.

I find running harder than swimming.
26
h. Superlative / SUP
Williams (2008: 182) “The superlative degree is used when comparing
three persons, places, things, concepts, qualities, or activities. In most cases, add
est to an adjective to form the superlative. If the adjective ends in e, add just r for
the comparative and st for the superlative.” Maksudnya adalah tingkat superlative
digunakan ketika membandingkan tiga orang, tempat, hal, konsep, kualitas, atau
kegiatan. Dalam kebanyakan kasus, menambahkan –est ke kata sifat untuk
membentuk superlatif. Jika kata sifat berakhiran e, tambahkan saja -r untuk
komparatif dan –st untuk superlatif.
Contoh:

He is the most dilligent student in my class.

My brother is the fattest in our family.
Download