HUBUNGAN MENSTRUASI DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PENDERITA ASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Rina Setyowati G0006145 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2010 PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma pada Penderita Asma Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Rina Setyowati, NIM / Semester : G0006145/VIII, Tahun : 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Kamis, Tanggal 25 Maret 2010 Pembimbing Utama Nama : Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P (K) NIP : 1950110419751110 (………………………….) Pembimbing Pendamping Nama : Pudjo Pramono, dr., Sp.F NIP : 194409191976111001 (………………………….) Penguji Utama Nama : Ana Rima S, dr., Sp.P NIP : 196205021989012001 (………………………….) Anggota Penguji Nama : Budiyanto, dr., Sp.F NIP : 194820071981011001 (………………………….) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan Fak. Kedokteran UNS Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK NIP : 19450824 197310 1 001 Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS. NIP : 19481107 197310 1 003 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, Maret 2010 Rina Setyowati NIM. G 0006145 ABSTRAK Rina Setyowati, G0006145, 2010. HUBUNGAN MENSTRUASI DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PENDERITA ASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Tujuan Penelitian : Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan berbagai macam sel inflamasi. Sehingga menyebabkan beberapa gejala serangan asma, seperti mengi dan sesak napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini semuanya pasien asma perempuan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling random denagn jumlah sampel adalah 56 orang yang terdiri 28 pasien asma yang sedang menstruasi dan 28 pasien asma yang tidak sedang menstruasi pada saat penelitian. Masing-masing sampel dilakukan pengukuran terhadap frekuensi serangan asmanya dengan Asthma Control Questioner (ACQ). Teknik analisis data yang digunakan adalah Chi Square dan Rasio Odds yang diolah menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Data yang telah diperoleh, di masukkan ke tabel dan dianalisis dengan uji Chi- Square dengan batas kemaknaan = 0,05. Hasil Penelitian : Dari perhitungan data statistik didapatkan nilai p = 0,015 (p < 0,05), dan diperoleh X2 hitung = 8,743, sedangkan X2 tabel = 3, 841. Karena X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dengan Rasio Odds 5,4. Simpulan Penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Kata kunci : Menstruasi, ACQ , Frekuensi serangan asma ABSTRACT Rina Setyowati, G0006145, 2010. THE RELATION BETWEEN MENSTRUATION AND FREQUENCY OF ASTHMA EXACERBATION ON ASTHMA VICTIMS IN REGIONAL COMMON HOSPITAL OF Dr. MOEWARDI SURAKARTA Objective : Asthma is a chronic inflamation respiratory disorders dealing various inflamation cell. It causes some symptoms of asthma exacerbation, such as wheezing and hard breath. This research aims to know if there is or no relationship between menstruation and frequency of asthma exacerbation on asthma victims in (RSUD) Regional Common Hospital of Dr.Moewardi Surakarta. Methods : This research uses observational analytic with cross sectional approach. The subject of the research are female asthma patients. The sample taking is performed with sampling random purposive technique with the sums of the sample is 56 persons which consist of 28 asthma patients who are having menstruation and 28 asthma patients who are not having menstruation when the research was held. The instrumentation of the research uses acceptance form, data from patient status, questioner and some instructions. Each sample was measured their frequency of asthma exacerbation by using Asthma Control Questioner (ACQ). The data analysis technique uses Chi Square test, and Odds Ratio on its counting uses Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Data which is gained, is presented in the form of table and analyzed with using Chi square test on significance level = 0,05. Results : Based on statistical count, p = 0,015 (p < 0,05), counting Chi Square = 8,743, while Chi Square table = 3,841. Since counting Chi Square > Chi Square table, it is stated that H0 is rejected and H1 is accepted, which means there is a relation between the menstruation and frequency of asthma exacerbation on asthma victims in Regional Common Hospital of Dr. Moewardi Surakarta, with Odds ratio 5,4. Conclusion: Based on this research, it can be concluded that there is a relation between the usage of inhaled corticosteroids with asthma control achievement Key words : Menstruation – ACQ – Frequency of asthma exacerbation PRAKATA Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul ” Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma pada Penderita Asma Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penyusunan skripsi ini, Penulis tidak lepas dari berbagai hambatan. Untuk itu pada Penulis ingin megucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A.A.Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS, yang telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi. 2. Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P (K), selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis. 3. Pudjo Pramono, dr., Sp.F, selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing penulis demi sempurnanya penulisan skripsi ini. 4. Ana Rima S, dr., Sp.P, selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan saran, nasehat, koreksi dan kritik bagi penulis. 5. Budiyanto, dr., Sp.F, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran, nasehat dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini. 6. Sri Wahjono, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi 7. Bu Enny, pak Nardi selaku sekretariat skripsi dan Mbak Yamti, mas Arif, mas Waluyo, mbak Dita selaku sekretariat SMF paru. 8. Bapak, Ibu, mas Iwan, mas Mego, mbah Kakung, mbah Putri dan mbah Kidul yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan yang terbaik kepada Penulis. 9. Teman-teman skripsi paru gelombang 30, PBL D1, Panum B2, LKMI, angkatan 2006 semua dan teman-teman kos saqinah, terima kasih atas doa, dukungan dan bantuannya selama ini. 10. Niaa, my best friend yang namanya pengen ditulis disini, thanks so much n buat seseorang yang sekarang sangat jauh dari aku, makasih banyak, karena telah menjadi penyemangatku untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat Penulis harapkan. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak. Surakarta, Maret 2010 Rina Setyowati DAFTAR ISI PRAKATA..................................................................................................... vi DAFTAR ISI................................................................................................. vii DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Perumusan Masalah.................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORI...................................................................... 4 A. Tinjauan Pustaka........................................................................ 4 1. Menstruasi................................................................................. 4 2. Asma………............................................................................. 8 3. Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma....... 15 B. Kerangka Pemikiran................................................................. 17 C. Hipotesis................................................................................... 18 BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 19 A. Jenis Penelitian.......................................................................... 19 B. Rancangan Penelitian................................................................ 22 C. Instrumentasi Penelitian............................................................ 23 D. Identifikasi Variabel.................................................................. 23 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................. 23 F. Cara Kerja................................................................................. 27 G. Teknik Analisis Data.................................................................. 28 H. Identifikasi Variabel.................................................................. 29 BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 30 BAB V PEMBAHASAN............................................................................. 37 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43 LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5. Distribusi Sampel berdasarkan derajat Berat Asma Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Serangan Asma Tabel 7. Penyajian Tabulasi Silang Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma Tabel 8. Perhitungan Data Statistik Uji Chi Square DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Penjelasan Lampiran 2. Surat Persetujuan Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Kuesioner Asthma Control Questioner (ACQ) Lampiran 5. Distribusi pasien asma kelompok sedang menstruasi, menurut umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, derajat berat asma, skor ACQ, dan kriteria frekuensi serangan asma Lampiran 6. Distribusi pasien asma kelompok tidak sedang menstruasi, menurut umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, derajat berat asma, skor ACQ, dan kriteria frekuensi serangan asma Lampiran 7. Perhitungan Data Statistik uji Chi Square Lampiran 8. Perhitungan Data Statistik Odds Ratio Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian di RS. Dr. Moewardi Surakarta Lampiran 10. Surat Pengantar Penelitian di RS. Dr. Moewardi Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit non infeksi dan degeneratif seperti asma sering dijumpai di masyarakat baik di unit rawat jalan maupun gawat darurat. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1986, 1992, 1995 menunjukkan asma masih menduduki peringkat ke- 3 penyebab kematian di Indonesia dan 10 penyebab utama kematian di Indonesia. (Mangunnegoro, 2001). Asma merupakan suatu penyakit saluran napas kronik yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas namun dapat menjadi berat serta mengganggu aktivitas harian. (Agustina, 2005). Penderita asma sering menggambarkan dada terasa seperti diikat. (Jonathan, 2005). Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor penjamu dan faktor lingkungan. Faktor penjamu berupa predisposisi genetik yang mempengaruhi berkembangnya asma yaitu genetik asma, alergi, jenis kelamin dan ras. (PDPI, 2004). Indonesia termasuk negara dengan prevalensi asma rendah, yaitu < 5%. Mangunnegoro menyatakan bahwa walaupun Indonesia dinyatakan sebagai low prevalence country untuk asma, kenyataan sulit dibantahkan bahwa asma terdapat dimana-mana. (Surjanto, 2008). Di Indonesia, prevalensi asma sekitar 5%. (Jonathan, 2005). Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak- kanak ditemukan prevalensi anak laki- laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1. (Sundaru, 2004). Sebaliknya, pada usia dewasa angka kejadian asma pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Wahyudi, 2008). Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma bervariasi tergantung usia dan perbedaan karakter biologi. Perempuan termasuk 75% manusia dewasa yang masuk Rumah Sakit karena asma. Pada usia 20 tahun kekerapan asma perempuan lebih tinggi. Kunjungan ke Rumah Sakit 3 kali lebih sering pada perempuan dibanding laki- laki. Hal ini dipengaruhi perubahan hormonal yang berhubungan dengan proses reproduksi termasuk siklus menstruasi. Perempuan lebih lama dirawat di rumah sakit karena asma dibanding laki- laki dan diperkirakan menjadi penyebab gangguan saluran napas pada usia reproduksi. (Amu, 2008). Berdasarkan latar belakang di atas penulis terdorong untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. B. Perumusan Masalah: Apakah ada hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma ? C. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. D. Manfaat Penelitian: 1. Manfaat Teoritik Menambah pemahaman tentang asma terutama dalam hubungannya dengan menstruasi pada penderita asma. Selain itu juga sebagai masukan bagi peneliti lain yang berminat khususnya dalam bidang yang sama dan sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang yang bersangkutan. 2. Manfaat Aplikatif Apabila hasil penelitian ternyata ada hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma, maka dapat diupayakan suatu langkah- langkah pendekatan terhadap wanita untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan menstruasi terhadap serangan asma. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menstruasi a. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Biasanya berlangsung selama 3- 5 hari. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari. (Prawirohardjo, 1994). Menstruasi merupakan suatu siklus discarge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, di bawah kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif (pubertas sampai menopause) pada wanita. (Dorland, 2005). b. Mekanisme Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon dari sistem reproduksi adalah hipothalamus. Dua hormon hipothalamus gonadotropicreleasing hormone (GnRH), yaitu follicle-stimulating hormone-releasing hormone (FSHRH) dan lutenizing hormone-releasing hormone (LHRH). Kedua hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini akan menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari ovarium. (Price, 2005). Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan perubahan- perubahan yang mencolok pada uterus. Hal ini mengakibatkan terjadinya siklus menstruasi. (Sherwood, 2001). 1) Siklus Ovarium a) Fase Folikuler Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel deGraaf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel granulosa menyintesis progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH dari hipothalamus. (Price, 2005). b) Fase Luteal Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat. (Price, 2005). 2) Siklus Endometrium a) Fase Proliferasi Fase proliferasi terjadi sebelum ovulasi dan berlangsung selama 11 hari. (Guyton, 1997). Pada fase ini kadar estrogen pada folikel yang sedang berkembang meningkat sehingga merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjarkelenjar menjadi hipertrofi dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Fase ini berakhir pada saat terjadinya ovulasi. (Price, 2005). b) Fase Sekresi Fase proliferasi terjadi setelah ovulasi. Pada fase ini kadar progesteron meningkat dan estrogen terus diproduksi oleh korpus luteum yang mengakibatkan endometrium menebal dan menjadi seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok- kelok, epitel kelenjar menjadi berlipat- lipat. Sehingga memberi gambaran seperti “gergaji”. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan eoitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah menjadi berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu 14 hari. (Price, 2005). c) Fase Menstruasi Pada fase menstruasi kadar estrogen dan progesteron berkurang secara tiba- tiba, terutama progesteron. Efek adalah penurunan terhadap rangsangan sel- sel endometrium yang diikuti dengan cepat oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira- kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok- kelok, yang mengarah ke lapisan mukasa endometrium, akan menjadi vasospastik yang mungkin disebabkan oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor, salah satu tipe vasokonstriktor dari prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada fase ini. (Guyton, 1997) Vasospasme dan hilangnya rangsangan rangsangan hormonal menyebabkan di mulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskuler dari endometrium. Perlahan- lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut. Efek kontraksi dari prostaglandin merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus sehingga terjadilah menstruasi. (Guyton, 1997). 2. Asma a. Definisi Asma adalah suatu inflamasi kronis gangguan saluran napas. Gambaran histopatologi termasuk denudasi epitel saluran napas, pengendapan kolagen membran di membran basal, edema saluran napas, aktivasi sel mast, dan infiltrasi dengan neutrofil, eosinofil, dan limfosit T. Hipertrofi otot polos bronkus dan hipertrofi kelenjar mukus dengan penyumbatan saluran pernapasan kecil dapat terjadi oleh mukus yang tebal. Inflamasi saluran napas ini menyebabkan reaksi hiperresponsif pada saluran pernapasan, keterbatasan aliran udara, gejala- gejala respirasi (termasuk episode berulang dari ”wheezing”, sesak napas, dada sesak dan batuk, khususnya selama malam hari dan dini hari), dan penyakit yang kronis. (Lawrence, 2002). Saat gejala asma muncul lebih buruk dari biasanya di sebut dengan serangan asma. Selama serangan asma akan diikuti obstruksi jalan napas melalui penebalan otot dan produksi mukus yang lebih banyak dari biasanya sehingga akan membuat seseorang menjadi sulit bernapas. (Mc fadden, 1998). b. Faktor Resiko 1) Faktor Predisposisi Faktor predisposisi terjadinya asma adalah atopi (produksi Ig E yang berlebihan dalam kontak dengan alergen lingkungan), jenis kelamin dan ras. (Surjanto, 2001). Dalam semua kelompok umur, terjadinya asma disertai dengan peningkatan level Ig E (Bierman et all, 1996). 2) Faktor Penyebab Alergen dalam ruangan / indoor allergen (tungau, debu rumah), alergen luar rumah/ outdoor allergen (tepung sari, biji- bijian, rumputrumputan, serta jamur), obat (aspirin, NSAID) dan zat adiktif makanan (salisilat, monosodium glutamat) merupakan faktor penyebab asma. (Surjanto, 2001). Terpapar alergen dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor pencetus serangan asma. (Bierman et all, 1996). 3) Faktor Kontribusi Faktor kontribusi merupakan faktor yang meningkatkan resiko terjadinya asma baik karena pajanan (faktor penyebab) maupun karena adanya kecenderungan (faktor predisposisi). Misalnya : infeksi virus, polusi udara, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), merokok dan diet. (Surjanto, 2001). 4) Faktor resiko penyebab eksaserbasi (pencentus) Alergen, polusi udara, infeksi saluran napas, exercise dan hiperventilasi, perubahan cuaca, sulfurdioksida, makanan adiktif, obatobatan, ekspresi emosional yang ekstrim, rhinitis, sinusitis, gastroesophageal reflux, menstruasi, premenstruasi dan kehamilan merupakan faktor pencetus terjadinya asma. (Surjanto, 2001). c. Patogenesis Karakteristik asma adalah adanya inflamasi saluran napas, hiperreaktivitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan dan obstruksi saluran napas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan. (Busse, 2001). Inflamasi saluran napas ini bersifat kronik dan ikut melibatkan berbagai sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. (PDPI, 2004). Inflamasi yang terus menerus akan mengakibatkan terjadinya perubahan struktur jalan napas seperti hipertrofi otot polos, pembentukan pembuluh darah baru, peningkatan sel- sel goblet epithelial, fibrosis subepithelial dan penebalan membran basalis. (Boushey, 2000). Eosinofil akan mempengaruhi hiperreaktvitas bronkus. Eosinofil ini akan melepaskan berbagai mediator seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien yang dapat menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, meningkatkan permeabelitas kapiler, dan hipersekresi kelenjar mukus. (Surjanto, 2005) d. Gambaran Klinis Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa di sertai sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadankadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk tanpa di sertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant asthma. (Sundaru, 2006) e. Klasifikasi 1) Klasifikasi berdasar etiologi : a) Asma Ekstrinsik (tipe atopi) Penyakit asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi genetik yang berhubungan langsung dengan Ig E, sel mast, dan respon eosinofil terhadap alergen yang umum. (Sundaru, 2006) b) Asma Intrinsik (tipe non atopi) Asma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan (Wiyono, 2002). Asam intrinsik lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih progresif dan respons terhadap terapi tidak begitu baik. (Davey, 2003) 2) Klasifikasi berdasar berat penyakit a) Intermitten (1) Gejala klinis < 1 kali/ minggu (2) Gejala malam < 1 kali/ minggu (3) Tanpa gejala di luar serangan (4) Eksaserbasi berlangsung singkat (5) Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik (6) Variabilitas APE < 20% b) Persisten Ringan (1) Gejala klinis > 1 kali/ minggu tetapi < 1 kali/ hari (2) Gejala malam > 2 kali/ bulan (3) Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur (4) VEP1 > 80% nilai prediksi atau APE > 80% nilai terbaik (5) Variabilitas APE 20% - 30% c) Persisten Sedang (1) Gejala klinis terjadi setiap hari (2) Gejala malam > 1 kali/ minggu (3) Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur (4) Membutuhkan bronkodilator setiap hari (5) VEP1 60% - 80% nilai prediksi atau APE 60% - 80% nilai terbaik (6) Variabilitas APE > 30% d) Persisten Berat (1) Gejala klinis terjadi terus menerus (2) Gejala malam sering (3) Sering kambuh (4) Aktivitas fisik terbatas (5) VEP1 < 60% nilai prediksi atau APE < 60% nilai terbaik (6) Variabilitas APE > 30% (GINA, 2006; PDPI, 2004) f. Diagnosis Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis asma, yaitu: 1) Mengi (wheezing) Pada asma ringan, mengi dapat terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Bila penyakit makin berat, mengi terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi biasa. 2) Memiliki riwayat : a) mengi berulang b) sesak nafas berulang c) rasa berat di dada berulang d) batuk yang memburuk pada malam dan atau dini hari 3) Penyempitan saluran nafas yang reversible dan variasi diurnal. Variasi diurnal diukur dengan peak flow meter. Arus Puncak Ekspirasi (APE) yang diukur pagi hari (sebelum inhalasi agonis β2) dan malam hari (setelah inhalasi agonis β2) menunjukkan perbedaan 20% atau lebih. 4) Gejala timbul/ memburuk pada berbagai faktor pencetus. 5) Gejala terjadi/ memburuk pada malam hari yang menyebabkan penderita terbangun. (Surjanto, 2001) g. Komplikasi 1) Pneumothorax 2) Pneumomediastinum dan emfisema subkutis 3) Atelektasis 4) Aspergilosis bronkopulmoner alergik 5) Gagal napas 6) Bronkitis 7) Fraktur iga (Mansjoer, 2000) 3. Hubungan menstruasi dengan frekuensi serangan asma a. Progesteron Progesteron merupakan suatu hormon yang dapat menyebabkan relaksasi otot. Kadar progesteron mencapai puncak 7 hari sebelum awal menstruasi dan penurunan menuju kadar tak terdeteksi pada hari pertama. Penurunan kadar dalam plasma ini menyebabkan bronkokonstriksi karena kemunduran efek relaksan pada otot bronkus. Progesteron mempengaruhi densiti reseptor alfa2 adrenergik dengan baik. Reseptor ini bila aktif akan menyebabkan relaksasi bronkus dan otot vaskuler. Reseptor ditemukan di saluran nasofaring dan paru, bereaksi pada sirkulasi hormon stimulan seperti epinefrin untuk dilatasi dan relaksasi saluran napas. (Amu, 2008). b. Estrogen Estrogen dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi asetilkolin, sekresi mukus dan produksi prostaglandin. Asetilkolin merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh sistem saraf parasimpatik untuk mengontrol pelebaran bronkus. Estrogen menyebabkan penyempitan saluran napas, sementara sekresi mukus dapat meningkatkan resistensi saluran napas. Prostaglandin biasanya bertindak sebagai messenger kimia ke sel tetangga yang diimplikasikan sebagai agen proses inflamasi dalam etiologi asma. Ketiga hal tersebut secara teori memberi efek pada bronkus dengan cara memberi efek bronkokonstriksi diikuti dengan eksaserbasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rubio dkk menemukan bahwa kadar estrogen plasma, progesteron atau kortisol lebih dari normal (80 %) dapat menyebabkan hiperreaktivitas saluran napas. (Amu, 2008). c. Respon Imun Sistem imun mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi normal dan mendukung respons negatif pada populasi perempuan penderita asma. Respon negatif ini menyebabkan penurunan aktivitas sel natural killer (NK cell), aktivitas fagositosis dan respons antigen imun spesifik. Perubahan ini dapat menurunkan aktivitas untuk menolak infeksi dan penyakit termasuk eksaserbasi asma. Ig E merupakan suatu antibodi yang juga turut serta pada respons imun. Suatu studi menunjukkan bahwa tingkat Ig E akan turun karena usia yang disebabkan penurunan pertahanan imun terutama selama masa pubertas pada perempuan. Perempuan selalu menunjukkan Ig E yang lebih rendah secara bermakna pada fase periovulasi siklus menstruasi. (Amu, 2008). Kerangka Pemikiran Menstruasi Penurunan kadar Hormon progesteron Penurunan asetilkolin Penurunan kadar Hormon estrogen Fluktuasi respon imun Peningkatan sekresi mukus Peningkatan prostaglandin Penurunan aktivitas NK cell Penurunan aktivitas fagositosis Bronkokonstriksi Penurunan respon Ag imun spesifik Penurunan aktivitas untuk menolak infeksi dan penyakit Serangan asma Alergen, obat, merokok, polusi udara, cuaca, zat adiktif makanan, infeksi saluran napas Hipotesis Terdapat hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN . A. Jenis penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. C. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien asma persisten ringan dan persisten sedang yang sedang berobat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. D. Sampel Penelitian 1. Kriteria sampel Kriteria inklusi Wanita WNI keturunan Indonesia asli Sampel kelompok yang akan diteliti adalah pasien asma yang sudah mendapatkan menstruasi dan berusia 14- 50 tahun Bersedia mengisi surat persetujuan (informed Consent), diwawancarai dan mengisi kuesioner Kriteria eksklusi 1) Pasien asma juga menderita penyakit gagal jantung, bronkitis kronik, emfisema paru dan emboli paru 2) Mempunyai gangguan menstruasi 3) Merokok dan bekerja di lingkungan yang berpolusi 4) Pasien asma yang sedang hamil 2. Besar sampel 2 N = Zα .p.q d2 Keterangan : N = jumlah sampel Zα2 = statistic normal standar pada tingkat kemaknaan α. p = perkiraan proporsi/ prevalensi penyakit asma ( 3,75% ) q = 1-p d = presisi absolut yang diinginkan N 2 = (1,96) x0,0375x 0,9625 (0,05)2 = 55,46 (Arief , 2004). Dari rumus di atas, di dapat sejumlah 56 sampel. Jadi pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah 56 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Di mana 28 sampel adalah pasien asma persisten rngan dan persisten sedang yang sedang menstruasi dan sebagai kontrol adalah 28 sampel yang lainnya yaitu pasien asma persisten ringan dan persisten sedang yang tidak sedang menstruasi pada saat penelitian. 3. Teknik Sampling Penelitian ini dilakukan secara purposive random sampling di mana pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atu sifat- sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. (Soekidjo, 2005). Sampel yang digunakan dipilih sesuai syarat inklusi dan eksklusi. (Murti, 2006). Rancangan Penelitian Pasien asma persisten ringan dan persisten sedang Wawancara dan melihat status pasien Memenuhi kriteria inklusi Mengisi kuesioner Menstruasi Tidak Menstruasi Skor Serangan Asma Sering Serangan Asma Tidak Sering Chi Kuadrat Instrumentasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan data status pasien, surat pernyataan kesediaan menjadi responden, panduan wawancara dan kuesioner. Identifikasi Variabel Variabel Bebas : Menstruasi Variabel Terikat : Frekuensi serangan asma Variabel Luar : a. Terkendali : Ras, jenis kelamin dan umur b. Tak terkendali : Genetik, alergen, polusi udara, perubahan cuaca, subyektivitas responden dalam mengisi kuesioner. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Menstruasi Menstruasi adalah suatu perdarahan melalui vagina seorang perempuan sehat, yang terjadi sejak usia belasan tahun, dan merupakan pertanda sudah memasuki akil balik, berlangsung sejak datang pertama kali, sampai berhenti pada masa menopause. Menstruasi petama kali pada umur sekitar 11-14 tahun, dan berhenti pada masa menopause sekitar umur 50 tahun. (Yatim, 2001). Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah pasien asma dengan siklus menstruasi normal. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal di mulainya menstruasi yang lalu dengan di mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang dianggap normal adalah 25-31 hari. Pada penelitian ini, pasien dengan kriteria menstruasi adalah pasien dengan Hari Pertama Menstruasi Terakhir tujuh hari sebelum penelitian. Sumber data : Data primer pasien Alat ukur : Wawancara Hasil : Menstruasi Tidak menstruasi Skala : Nominal 2. Frekuensi serangan asma Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala pernapasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas umumnya bersifat reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif non reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. (Mansjoer, 2000). Frekuensi serangan asma merupakan jumlah gejala serangan asma yang dialami penderita dalam satu minggu baik pada saat menstruasi maupun tidak menstruasi, yang diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah Asthma Control Questionair (ACQ), karena ACQ sesuai dengan kriteria frekuensi serangan asma yang diharapkan peneliti yaitu skore 0- 7 untuk asma tidak sering dimana dalam ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien yang masih dalam batas terkontrol dan 8- 42 untuk asma sering dimana dalam ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien dalam batas yang tidak terkontrol. ACQ merupakan kuesioner yang sudah valid dan digunakan untuk mengukur seberapa berat serangan asma yang dialami oleh penderita asma selama satu minggu terakhir, apakah dalam batas terkontrol atau tidak. (Lotte, 2006). Sumber data : Data primer pasien Alat ukur : Kuesioner Hasil : Serangan asma sering Serangan asma tidak sering Skala : Nominal 3. Umur Umur di sini adalah selisih hari kelahiran dengan hari ulang tahun terakhir pada saat penelitian berlangsung. (Lestari, 2007) Sumber data : Data primer pasien Alat ukur : Wawancara Skala : Rasio 4. Ras Ras di sini di maksudkan bahwa sampel adalah WNI keturunan asli Indonesia. Sumber data : Data primer pasien Alat ukur : Wawancara Skala : Nominal 5. Penyakit gagal jantung Penyakit gagal jantung di sini adalah penyakit gagal jantung kiri akut yang dikenal dengan nama asma kardial. (Sundaru, 2006). Penyakit gagal jantung ini berhubungan dengan respirasi yang dapat mengakibatkan sesak napas. (Panggabean, 2006). Biasanya pasien tiba- tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang ketika duduk. (Sundaru, 2006). Alat ukur : Diagnosis dari dokter yang ditanyakan melalui wawancara. Skala : Nominal 6. Bronkitis kronik Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejalanya di mulai dengan batuk pagi hari, lama kelamaan disertai mengi dan menurunnya kemampuan kegiatan jasmani.(Sundaru, 2006). Alat ukur : Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui wawancara. Skala : Nominal 7. Emfisema Paru Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatonis paru-paru yang ditandai melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding alveolus. Emfisema paru mempunyai gejala utama sesak napas yang jarang disertai batuk dan mengi. Pada emfisema tidak pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak pada kegiatan jasmani. (Sundaru, 2006). Alat ukur : Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui wawancara. Skala : Nominal 8. Hamil Kehamilan merupakan masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya yang terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dengan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Kehamilan merupakan salah satu faktor pencetus asma. (Surjanto, 2001). Alat ukur : Wawancara Skala : Nominal Cara Kerja 1. Melihat riwayat penyakit yang diderita pasien dalam buku rekam medis untuk mengetahui apakah pasien termasuk pasien asma persisten ringan (APR) dan persisten sedang (APS), melihat apakah pasien menderita penyakit gagal jantung, bronkitis kronik, emfisema dan emboli paru. 2. Memandu pasien untuk mengisi surat persetujuan dan menjelaskan kepada pasien maksud dari surat persetujuan tersebut. 3. Melakukan sedikit wawancara terhadap pasien tentang siklus menstruasinya dan pasien termasuk dalam kriteria menstruasi atau tidak pada saat penelitian. 4. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dipandu untuk mengisi kuesioner, dalam pengisian kuesioner pasien didampingi dan dijelaskan dengan bahasa yang lebih mudah diterima oleh pasien apabila pasien tidak paham. Setelah penelitian selesai, maka dilakukan tabulasi terhadap data yang telah diperoleh untuk mengelompokkan subyek mana yang termasuk kriteria menstruasi pada saat penelitian dan tidak menstruasi pada saat penelitian. Teknik Analisis Data Statistik Data yang diperoleh akan dianalisa menggunakan uji Chi Kuadrat (X2). Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikan (α) 0,05. Menstruasi (+) Menstruasi (-) Jumlah Serangan Asma Sering a b a+b Serangan Asma Tidak c d c+d a+c b+d N Sering OR = (a x d) : (b x c) N (ad bc)2 X (a b)(c d )(a c)(b d ) 2 Keterangan : N = Jumlah sampel X2 = Nilai Chi kuadrat OR = Odds Ratio Interpretasi hasil Setelah X2 hitung diketahui, lalu dibandingkan dengan X2 tabel. Sehingga: bila harga X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. bila harga X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. H1 : Ada hubungan yang bermakna antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mengenai Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma Pada Penderita Asma yang dilakukan bulan Agustus sampai September di Poliklinik Penyakit Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, didapatkan 56 pasien asma yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian. Dari 56 pasien asma tersebut terdiri atas 28 pasien asma dengan kriteria menstruasi dan 28 pasien asma yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian. Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Menstruasi Ya Tidak Jumlah < 20 2 (7,14%) Umur (Tahun) 20-29 30-39 40-49 6 10 10 (21,44%) (35,71%) (35,71%) 2 3 (7,14 %) (10,71%) 4 9 (7,14%) (16,07%) 4 (14,29) 14 (25%) Jumlah > 49 0 (0%) 14 5 (50%) (17,86%) 24 5 (42,86%) (8,93%) 28 (100%) 28 (100%) 56 (100%) Dari tabel 1, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (7,14%), 20- 29 tahun sebanyak 6 orang (21,44%), 30- 39 tahun sebanyak 10 orang (35,71%), 40- 49 tahun sebanyak 10 orang (35,71%) dan tidak terdapat sampel yang berumur > 49 tahun. Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan sampel yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (7,14%), 20- 29 tahun sebanyak 3 orang (10,71%), 30- 39 tahun sebanyak 4 orang (14,29%) dan 40- 49 tahun sebanyak 14 orang (50%) dan yang berumur > 49 tahun sebanyak 5 orang (17,86%). Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan Menstruasi Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah Jumlah Ya 5 (17,86%) 23 (82,14%) 28 (100%) Tidak 2 (7,14%) 7 (12,50%) 26 (92,86%) 49 (37,50%) 28 (100%) 56 (100%) Jumlah Dari tabel 2, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang belum menikah sebanyak 5 orang (17,86%) dan yang sudah menikah sebanyak 23 orang (82,14%). Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan sampel yang belum menikah sebanyak 2 orang (7,14%) dan yang sudah menikah sebanyak 26 orang (92,86%). Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menstruasi Ya Tidak Jumlah Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana 3 4 15 1 5 (10,71%) (14,29%) (53,57%) (3,57%) (17,86%) 28 (100%) 3 12 8 (10,71%) (42,86%) (28,58%) 6 16 23 (10,71%) (28,57%) (41,07%) 28 (100%) 56 (100%) 2 (7,14%) 3 (5,36%) 3 (10,71%) 8 (14,29%) Jumlah Dari tabel 3, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 3 orang (10,71%), SMP sebanyak 4 orang (14,29%), SMA sebanyak 15 orang (53,57%), Diploma sebanyak 1 orang (3,57%) dan Sarjana sebanyak 5 orang (17,86%). Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat penelitian didapatkan sampel dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 3 orang (10,71%), SMP sebanyak 12 orang (42,86%), SMA sebanyak 8 orang (28,58%), Diploma sebanyak 2 orang (7,14%) dan yang Sarjana sebanyak 3 orang (10,71%). Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan Menstruasi Mahasiswa Ya Tidak Jumlah 4 (14,29%) 2 (7,14%) 6 (10,71%) Pekerjaan Ibu Rumah Swasta Tangga 12 6 (42,86%) (21,44%) 15 7 (53,57%) (25%) 27 13 (4,82%) (23,21%) Jumlah PNS 6 (21,44%) 4 (14,29%) 10 (17,86%) 28 (100%) 28 (100%) 56 (100%) Dari tabel 4, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel mahasiswa sebanyak 4 orang (14,29%), Ibu Rumah Tangga sebanyak 12 orang (42,86%), swasta sebanyak 6 orang (21,44%) dan 6 orang bekerja sebagai PNS. Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan mahasiswa sebanyak 2 orang (7,14%), ibu rumah tangga sebanyak 15 orang (53,57%), swasta sebanyak 7 orang (25%) dan PNS sebanyak 4 orang (14,29%). Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Berat Asma Menstruasi Derajat Berat Asma Jumlah Ya Tidak Jumlah APR 9 (32,14%) APS 19 (67,86%) 28 (100%) 9 (32,14%) 18 (32,14%) 19 (67,86%) 38 (67,86%) 28 (100%) 56 (100%) Keterangan : APR : Asma Persisten Ringan APS : Asma Persisten Sedang Dari tabel 5, pada kelompok sampel dengn kriteria menstruasi didapatkan sampel dengan APR sebanyak 9 orang (32,14%) dan APS sebanyak 19 orang (67,86%). Pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan hasil yang sama dengan kelompok msampel yang sedang menstruasi yaitu sampel dengan APR sebanyak 9 orang (32,14%) dan APS sebanyak (67,86%). Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Serangan Asma Menstruasi Ya Tidak Jumlah Frekuensi Serangan Asma Sering Tidak Sering 18 10 (64,29%) (35,71%) 28 (100%) 7 (25%) 25 (44,64%) 28 (100%) 56 (100%) 21 (75%) 31 (55,36%) Jumlah Dari tabel 6, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel dengan frekuensi serangan asma sering sebanyak 18 orang (64,29%) dan sampel dengan frekuensi serangan asma tidak sering sebanyak 10 orang (35,71%). Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan sampel dengan frekuensi serangan asma sering sebanyak 7 orang (25%) dan sampel dengan frekuensi serangan asma tidak sering sebanyak 21 orang (75%). B. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah UJi Chi Square yang diolah menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16,0 for Windows. Tabel 7. Penyajian Tabulasi Silang Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma Menstruasi Ya Nilai Observasi Nilai Ekspektasi Tidak Nilai Observasi Nilai Ekspektasi Jumlah Jumlah Nilai Ekspektasi Keterangan : Frekuensi Serangan Asma Sering Tidak Sering 18 10 12,5 15,5 7 21 12,5 15,5 25 31 25,0 31,0 Jumlah 28 28,0 28 28,0 56 56,0 Nilai Observasi : Nilai hasil penelitian Nilai Expektasi : Nilai yang diharapkan sesuai dengan hipotesis penelitian Dari tabel 7, dapat didapatkan nilai observasi masing- masing 10, 18, 21 dan 7. Sedangkan nilai expektasinya masing- masing 15,5; 12,5; 15,5 dan 12,5. Pada nilai ekspektasi tidak terdapat nilai yang kurang dari 5 dan jumlah sampel lebih dari 20 sehingga penelitian ini layak diuji dengan Chi-Square. Tabel 8. Perhitungan Data Statistik Uji Chi- Square Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher’s Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb 8.743 7.226 8.999 8.587 56 df Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided) 1 .003 1 .007 .003 1 .007 1 Exact Sig. (1-sided) .003 .003 Tabel 8 menunjukkan hasil uji Chi-Square. Dari tabel terlihat nilai significanncy-nya adalah 0,003. Nilai yang menunjukkan significanncy adalah pada nilai Pearson Chi-Squere. Penelitian ini mempunyai hipotesis terdapat hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. Setelah dilakukan penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel, dilakukan perhitungan data statistik menggunakan metode uji Chi- Square didapatkan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan diperoleh X2 hitung = 8,743. Padahal nilai X2 tabel = 3,841. Karena X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yang berarti ada hubungan tang bermakna antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma dilakukan analisis menggunakan Odds Ratio. Berdasarkan tabel 7, didapatkan : OR = (a x d) : (b x c) = (18 x 21) : (10 x 7) = 5,4 Dari perhitungan dengan menggunakan Odds Ratio, pada penelitian ini disimpulkan bahwa menstruasi meningkatkan kemungkinan serangan asma pada penderita asma sebesar 5,4 kali. BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma pada Penderita Asma dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2009 di poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada penelitian ini diambil 56 sampel yang terdiri atas pasien asma persisten ringan dan persisten sedang yang sedang berobat baik di poli rawat jalan maupun rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Semua sampel berjenis kelamin perempuan dengan usia 14-50 tahun. Dimana pada usia tersebut perempuan dikatakan dalam usia reproduksi dan mendapatkan menstruasi. (Yatim, 2001). Pada penelitian ini sampel tidak menderita penyakit gagal jantung, bronkhitis kronik, emfisema paru dan emboli paru. Selain itu, sampel tidak mempunyai gangguan dalam siklus menstruasinya dan tidak sedang hamil. Seperti pada penelitian yang dilakukan Janice L dkk yang berjudul “ Relation Between Phase of Menstrual Cycle and Emergency Departemen Visits for Acute Asthma”. Dimana memasukkan hamil, post menopause dan post histerktomi dalam kriteria eksklusi. (Zimmerman, 2000) Dari 56 sampel tersebut terdiri atas 28 sampel yang merupakan pasien asma yang termasuk kriteria menstruasi dan 28 sampel lainnya merupakan pasien asma yang tidak termasuk kriteria menstruasi pada saat dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, karena sangat sulit mendapatkan pasien asma dengan kriteria menstruasi, maka ada sebagian pasien asma yang membawa pulang kuesioner dan mengisinya pada saat tujuh hari setelah Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) pasien asma. Pada penelitian ini proses pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dipandu secara langsung melalui wawancara. Pada penelitian ini kuasioner yang digunakan ACQ (Asthma Control Questionnaire), karena ACQ sesuai dengan kriteria frekuensi serangan asma yang diharapkan peneliti yaitu skore 0- 7 untuk asma tidak sering dimana dalam ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien yang masih dalam batas terkontrol dan 8- 42 untuk asma sering dimana dalam ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien dalam batas yang tidak terkontrol. ACQ merupakan kuesioner yang sudah valid dan digunakan untuk mengukur seberapa berat serangan asma yang dialami oleh penderita asma selama satu minggu terakhir, apakah dalam batas terkontrol atau tidak. (Lotte, 2006). Pada tabel 1, dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan umur. Pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi, didapatkan sampel terbanyak pada rentang umur 30- 39 tahun dan 40- 49 tahun yaitu sebanyak masing- masing 10 orang (35,71%) dan jumlah yang paling sedikit pada rentang umur < 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang (7,14%). Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat penelitian, didapatkan sampel terbanyak pada rentang umur 40- 49 tahun yaitu sebanyak 14 orang (50%) dan jumlah yang paling sedikit pada rentang umur < 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang (7,14%). Sampel termuda berumur 19 tahun dan yang tertua berumur 50 tahun. Pada penelitian ini didapatkan sampel dengan umur 19- 50 tahun. Dimana pada usia ini, perempuan dalam masa reproduksi dan mengalami menstruasi. Senada penelitian yang dilakukan Janice L dkk yang mendapatkan sampel yang berusia 18- 54 tahun dalam penelitiannya yang berjudul “ Relation Between Phase of Menstrual Cycle and Emergency Departemen Visits for Acute Asthma”. (Zimmerman, 2000). Pada tabel 2, tentang distribusi sampel berdasarkan status pernikahan. Pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang terbanyak adalah pada pasien dengan status yang sudah menikah yaitu sebanyak 23 orang (82,14%). Sama hal nya pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian sampel yang terbanyak juga didapatkan pada pasien dengan status yang sudah menikah yaitu sebanyak 26 orang (92,86%). Aktivitas seksual dapat meningkatkan serangan asma. Hal ini di karenakan adanya alergi pada perempuan terhadap antigen sperma ataupun kondom yang digunakan pada saat melakukan hubungan seksual (Ferhan et al, 2004). Pada tabel 3, distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan. Dari tabel terlihat pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang paling banyak pada pasien dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (53,5%) dan paling sedikit Diploma sebanyak satu orang (3,57%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Allen Widysanto, yang mengambil 32 sampel dengan tingkat pendidikan antara SD sampai perguruan tinggi, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan serangan asma. (Widysanto, 2006). Pada tabel 4, distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan hasil pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi jumlah yang terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu sedanyak 12 orang (42,86%) dan yang paling sedikit adalah mahasiswa (tidak bekerja) yaitu sebanyak 4 orang (14,29%). Sama halnya dengan kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat penelitian ,sampel terbanyak juga ibu rumah tangga yaitu sebanyak 15 rang (53,57%) dan yang paling sedikit adalah mahasiswa (belum bekerja) yaitu sebanyak 4 orang (14,29%). Ibu rumah tangga merupakan perempuan dengan resiko tinggi terkena paparan debu dan serangga rumah tangga. (Ferhan et al, 2004). Alergen dalam ruangan / indoor allergen (tungau, debu rumah), alergen luar rumah/ outdoor allergen (tepung sari, bijibijian, rumput- rumputan, serta jamur), obat (aspirin, NSAID) dan zat adiktif makanan (salisilat, monosodium glutamat) merupakan faktor penyebab asma. (Surjanto, 2001). Terpapar alergen dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor pencetus serangan asma. (Bierman et all, 1996). Tabel 5, distribusi sampel berdasarkan derajat beratnya asma. Pada tabel didapatkan hasil pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi jumlah yang lebih banyak adalah pasien asma persisten sedang (APS) yaitu sebanyak 19 orang (67,86%) dan pasien asma persisten ringan (APR) hanya sebanyak 9 orang (32,14%). Sama halnya dengan kelompok sampel yang menstruasi, pada kelompok sampel yang tidak sedang menstruasi pada saat dilakukan penelitian juga didapatkan sampel yang lebih banyak adalah pasien asma persisten sedang (APS) dengan jumlah yang sama. Pasien asma persisten sedang (APS) mempunyai gejala yang sedikit lebih berat dari pada pasien asma persisten ringan (APR). Gejala asma persisten sedang muncul setiap hari, gejala malam lebih dari satu kali/ miggu, eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur, membutuhkan bronkodilatorsetiap hari, VEP1 60%- 80% nilai prediksi atau APE 60%- 80% nilai terbaik dan variabilitas APE > 30% (PDPI, 2004). Hal ini membuat pasien datang ke Rmah Sakit untuk memeriksakan diri. Sehingga didapatkan pasien asma persisten sedang (APS) yang lebih banyak dari pada pasien asma persisten ringan (APR). Pada tabel 6, dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan frekuensi serangan asma. Pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan jumlah sampel yang lebih banyak pada kriteria asma sering dari pada asma tidak sering. Masing- masing dengan jumlah 18 orang (64,29%) dan 10 orang (35,71%). Sedangkan pada kelompok yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan jumlah sampel yang lebih banyak pada kriteria asma tidak sering dari pada asma sering. Masing- masing dengan jumlah 7 orang (25%) dan 21 orang (75%). Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh Ferhan dkk dengan judul “ Asthma and Women “, didapatkan kebanyakan perempuan menggunakan short- acting beta- agonist inhaler dalam mengatasi serangan asma yang dideritanya pada saat hari menstruasi maupun pre menstruasi dengan proporsi 38,6%. Sedangkan pada perempuan yang sudah menopause hanya didapatkan 4,7% yang mengalami peningkatan serangan asma. Pada perempuan yang sedang hamil didapatkan 32,3% mengalami peningkatan frekuensi serangan asma (Ferhan et al, 2004). Oleh karena itu pada penelitian ini hamil dimasukkan dalam kriteria eksklusi. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Terdapat hubungan antara menstruasi dengan dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. 2. Pasien yang sedang menstruasi mempunyai kemungkinan mengalami serangan asma 5,4 kali lebih sering dari pada pasien yang tidak sedang menstruasi. 3. Pada kelompok sampel yang sedang menstruasi didapatkan 64,29% sampel dengan serangan asma sering dan pada kelompok sampel yang tidak sedang menstruasi pada saat penelitian didapatkan 25% sampel dengan serangan asma sering. B. Saran 1. Mendampingi dan memberi panduan dengan jelas dan mudah di mengerti dalam mengisi kuesioner, karena kebanyakan pasien agak kebingungan dalam memahami dan mengisi kuesioner. 2. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. 3. Penderita disarankan untuk menghindari faktor pencetus asma selama masuk dalam masa kriteria menstruasi yaitu tujuh hari setelah hari pertama menstruasi. DAFTAR PUSTAKA A. H. Boushey : B. D. Corry ; V. J. Fahy. 2000. Asthma . In (Murray J. F., Nadel J. A., Mason R. J., Boushey H. A, eds). Textbook of Respiratory Medicine. Philadelpia : W. B Company. pp 1247-1289 Arief TQ, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.CSGF (the Community of Self Help Group Forum).Perhimpunan Pemandirian Masyarakat Indonesia.Klaten.pp:125-133. Agustina P. Kualiti Hidup Penderita Asma. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol 25 (2). Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan. p:89 Amu F. A., Yunus F. 2006. Asma Pramenstruasi. Jurnal Respirologi Indonesia. vol 26 (1). Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RS Persahabatan. pp:28-31 Bierman, Pearlman, Shapiro. 1996. Allergi, Asthma and Imunology from Infancy to adulthood. 3th ed. Philadelpia : W. B Company Davey, P. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga. p : 90 Fadden. Mc. 1998. Asthma. In (Fauci, Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, Kasper, Hauser, Longo, eds) Harison’s : Principles of Internal Medicine. Vol 2. Mc GrawHill Companies, Inc. pp : 1419-1425 Ferhan O. 2004. Asthma and Women. Dalam : Turkish Respiratory Journal. Vol 5. No. 3 Gleadle J. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga. p:165 Global Initiative for Asthma.2006.Global Strategy for Asthma Management and Prevention.National Institute of Health.National Heart, Lung, and Blood Institute. (Revised 2006) 44 Guyton A.C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9. Jakarta :EGC. pp:1291-1295 Lestari, P. B. 2007. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Karyawan Sentra Industri Mebel Ngoresan dengan Masyarakat Sekitar. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Mansjoer, A,.(ed). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. pp: 594-595 Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif Di Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. p : 88 Panggabean, M. 2006. Pulmonologi: Gagal Jantung. Jakarta : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. pp:1503-1504. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Dalam: Mangunnegoro H, Widjaja A, Diniati KS, Yunus F, Pradjnaparamita, Suryanto E, dkk. 2004. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. pp:1-16 Prawirohardjo S. 1994. Ilmu Kandungan. Bagian Obsgyn FKUI. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Price S. A., Wilson L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC. pp:1280-1283 Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta: EGC. p:716 Sundaru, H. 2006. Asma Bronkial. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp: 245 Surjanto, E. 2001. Inflamasi Eosinofil pada Asma. Dalam : Jurnal Respirologi Indonesia Suplemen vol 25. Jakarta : PDPI. pp : 118-123 Surjanto, E. 2005. Inflamasi Eosinofil Pada Asma. Dalam : Jurnal Respirologi Indonesia Suplemen vol 25. Jakarta : PDPI. pp : 118-123 Wahyudi, A. 2008. Asap Rokok Pemicu Tertinggi Asma. http://edusehat.com/asap rokok pemicu tertinggi asma/. (24 Maret 2009) Wiyono, W.H.2002.Diagnosis dan Klasifikasi Asma Bronkial.Dalam: Modul Workshop Asma 2002. Jakarta. Yatim, F. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta : Pustaka Populer Obor. Zimmerman, Woodruff. 2000. Menstrual Cycle and Acute Asthma. Dalam : American Journal Respiratory. Vol 162. pp : 512- 515