HUBUNGAN MENSTRUASI DENGAN FREKUENSI SERANGAN

advertisement
HUBUNGAN MENSTRUASI DENGAN FREKUENSI SERANGAN ASMA
PADA PENDERITA ASMA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Rina Setyowati
G0006145
Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2010
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma
pada Penderita Asma Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Rina Setyowati, NIM / Semester : G0006145/VIII, Tahun : 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Kamis, Tanggal 25 Maret 2010
Pembimbing Utama
Nama
: Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P (K)
NIP
: 1950110419751110
(………………………….)
Pembimbing Pendamping
Nama
: Pudjo Pramono, dr., Sp.F
NIP
: 194409191976111001
(………………………….)
Penguji Utama
Nama
: Ana Rima S, dr., Sp.P
NIP
: 196205021989012001
(………………………….)
Anggota Penguji
Nama
: Budiyanto, dr., Sp.F
NIP
: 194820071981011001
(………………………….)
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Dekan
Fak. Kedokteran UNS
Sri Wahjono, dr., MKes., DAFK
NIP : 19450824 197310 1 001
Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS.
NIP : 19481107 197310 1 003
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Maret 2010
Rina Setyowati
NIM. G 0006145
ABSTRAK
Rina Setyowati, G0006145, 2010. HUBUNGAN MENSTRUASI DENGAN
FREKUENSI SERANGAN ASMA PADA PENDERITA ASMA DI RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
Tujuan Penelitian : Asma merupakan gangguan inflamasi kronik saluran pernapasan
yang melibatkan berbagai macam sel inflamasi. Sehingga menyebabkan beberapa gejala
serangan asma, seperti mengi dan sesak napas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita
asma Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini semuanya pasien asma
perempuan. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling random
denagn jumlah sampel adalah 56 orang yang terdiri 28 pasien asma yang sedang
menstruasi dan 28 pasien asma yang tidak sedang menstruasi pada saat penelitian.
Masing-masing sampel dilakukan pengukuran terhadap frekuensi serangan asmanya
dengan Asthma Control Questioner (ACQ). Teknik analisis data yang digunakan adalah
Chi Square dan Rasio Odds yang diolah menggunakan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) 16.0 for Windows. Data yang telah diperoleh, di masukkan ke tabel dan
dianalisis dengan uji Chi- Square dengan batas kemaknaan  = 0,05.
Hasil Penelitian : Dari perhitungan data statistik didapatkan nilai p = 0,015 (p < 0,05),
dan diperoleh X2 hitung = 8,743, sedangkan X2 tabel = 3, 841. Karena X2 hitung > X2 tabel,
maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara menstruasi
dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
dengan Rasio Odds 5,4.
Simpulan Penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Kata kunci : Menstruasi, ACQ , Frekuensi serangan asma
ABSTRACT
Rina Setyowati, G0006145, 2010. THE RELATION BETWEEN MENSTRUATION AND
FREQUENCY OF ASTHMA EXACERBATION ON ASTHMA VICTIMS IN REGIONAL
COMMON HOSPITAL OF Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Objective : Asthma is a chronic inflamation respiratory disorders dealing various
inflamation cell. It causes some symptoms of asthma exacerbation, such as wheezing and
hard breath. This research aims to know if there is or no relationship between
menstruation and frequency of asthma exacerbation on asthma victims in (RSUD)
Regional Common Hospital of Dr.Moewardi Surakarta.
Methods : This research uses observational analytic with cross sectional approach. The
subject of the research are female asthma patients. The sample taking is performed with
sampling random purposive technique with the sums of the sample is 56 persons which
consist of 28 asthma patients who are having menstruation and 28 asthma patients who
are not having menstruation when the research was held. The instrumentation of the
research uses acceptance form, data from patient status, questioner and some
instructions. Each sample was measured their frequency of asthma exacerbation by
using Asthma Control Questioner (ACQ). The data analysis technique uses Chi Square
test, and Odds Ratio on its counting uses Statistical Product and Service Solution (SPSS)
16.0 for Windows. Data which is gained, is presented in the form of table and analyzed
with using Chi square test on significance level  = 0,05.
Results : Based on statistical count, p = 0,015 (p < 0,05), counting Chi Square = 8,743,
while Chi Square table = 3,841. Since counting Chi Square > Chi Square table, it is
stated that H0 is rejected and H1 is accepted, which means there is a relation between the
menstruation and frequency of asthma exacerbation on asthma victims in Regional
Common Hospital of Dr. Moewardi Surakarta, with Odds ratio 5,4.
Conclusion: Based on this research, it can be concluded that there is a relation between
the usage of inhaled corticosteroids with asthma control achievement
Key words : Menstruation – ACQ – Frequency of asthma exacerbation
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul ” Hubungan
Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma pada Penderita Asma Di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, Penulis tidak lepas dari berbagai hambatan. Untuk
itu pada Penulis ingin megucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. A.A.Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran UNS, yang
telah mengijinkan pelaksanaan penelitian ini dalam rangka penyusunan skripsi.
2. Dr. Eddy Surjanto, dr., Sp.P (K), selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan
memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.
3. Pudjo Pramono, dr., Sp.F, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing penulis demi sempurnanya penulisan skripsi ini.
4. Ana Rima S, dr., Sp.P, selaku Penguji Utama yang telah berkenan menguji
sekaligus memberikan saran, nasehat, koreksi dan kritik bagi penulis.
5. Budiyanto, dr., Sp.F, selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan saran,
nasehat dan melengkapi kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
6. Sri Wahjono, dr., M.Kes selaku Ketua Tim Skripsi
7. Bu Enny, pak Nardi selaku sekretariat skripsi dan Mbak Yamti, mas Arif, mas
Waluyo, mbak Dita selaku sekretariat SMF paru.
8. Bapak, Ibu, mas Iwan, mas Mego, mbah Kakung, mbah Putri dan mbah Kidul
yang selalu mendoakan, mendukung, dan memberikan yang terbaik kepada
Penulis.
9. Teman-teman skripsi paru gelombang 30, PBL D1, Panum B2, LKMI, angkatan
2006 semua dan teman-teman kos saqinah, terima kasih atas doa, dukungan dan
bantuannya selama ini.
10. Niaa, my best friend yang namanya pengen ditulis disini, thanks so much n buat
seseorang yang sekarang sangat jauh dari aku, makasih banyak, karena telah
menjadi penyemangatku untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat Penulis harapkan.
Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak.
Surakarta,
Maret 2010
Rina Setyowati
DAFTAR ISI
PRAKATA..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1
B. Perumusan Masalah....................................................................
3
C. Tujuan Penelitian........................................................................
3
D. Manfaat Penelitian.....................................................................
3
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................
4
A. Tinjauan Pustaka........................................................................
4
1. Menstruasi................................................................................. 4
2. Asma……….............................................................................
8
3. Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma....... 15
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 17
C. Hipotesis................................................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 19
A. Jenis Penelitian.......................................................................... 19
B. Rancangan Penelitian................................................................ 22
C. Instrumentasi Penelitian............................................................ 23
D. Identifikasi Variabel.................................................................. 23
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................. 23
F. Cara Kerja................................................................................. 27
G. Teknik Analisis Data.................................................................. 28
H. Identifikasi Variabel.................................................................. 29
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 30
BAB V PEMBAHASAN............................................................................. 37
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 43
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Tabel 2.
Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan
Tabel 3.
Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.
Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.
Distribusi Sampel berdasarkan derajat Berat Asma
Tabel 6.
Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Serangan Asma
Tabel 7.
Penyajian Tabulasi Silang Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma
Tabel 8.
Perhitungan Data Statistik Uji Chi Square
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lembar Penjelasan
Lampiran 2.
Surat Persetujuan
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4.
Kuesioner Asthma Control Questioner (ACQ)
Lampiran 5.
Distribusi pasien asma kelompok sedang menstruasi, menurut
umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, derajat
berat asma, skor ACQ, dan kriteria frekuensi serangan asma
Lampiran 6.
Distribusi pasien asma kelompok tidak sedang
menstruasi,
menurut umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan,
derajat berat asma, skor ACQ, dan kriteria frekuensi serangan
asma
Lampiran 7.
Perhitungan Data Statistik uji Chi Square
Lampiran 8.
Perhitungan Data Statistik Odds Ratio
Lampiran 9.
Surat Ijin Penelitian di RS. Dr. Moewardi Surakarta
Lampiran 10.
Surat Pengantar Penelitian di RS. Dr. Moewardi Surakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit non infeksi dan degeneratif seperti asma sering dijumpai di
masyarakat baik di unit rawat jalan maupun gawat darurat. Survai Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1986, 1992, 1995
menunjukkan asma masih menduduki peringkat ke- 3 penyebab kematian di
Indonesia dan 10 penyebab utama kematian di Indonesia. (Mangunnegoro, 2001).
Asma merupakan suatu penyakit saluran napas kronik yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia. Asma
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas namun dapat menjadi berat serta
mengganggu
aktivitas
harian.
(Agustina,
2005).
Penderita
asma
sering
menggambarkan dada terasa seperti diikat. (Jonathan, 2005). Faktor lingkungan dan
berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas
pada penderita asma. Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor
penjamu dan faktor lingkungan. Faktor penjamu berupa predisposisi genetik yang
mempengaruhi berkembangnya asma yaitu genetik asma, alergi, jenis kelamin dan
ras. (PDPI, 2004).
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi asma rendah, yaitu < 5%.
Mangunnegoro menyatakan
bahwa walaupun Indonesia dinyatakan sebagai low
prevalence country untuk asma, kenyataan sulit dibantahkan bahwa asma terdapat
dimana-mana. (Surjanto, 2008). Di Indonesia, prevalensi asma sekitar 5%. (Jonathan,
2005). Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin,
umur, status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan. Pada masa kanak- kanak
ditemukan prevalensi anak laki- laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1. (Sundaru,
2004). Sebaliknya, pada usia dewasa angka kejadian asma pada perempuan lebih
tinggi dibandingkan laki-laki (Wahyudi, 2008).
Perbedaan jenis kelamin pada kekerapan asma bervariasi tergantung usia dan
perbedaan karakter biologi. Perempuan termasuk 75% manusia dewasa yang masuk
Rumah Sakit karena asma. Pada usia 20 tahun kekerapan asma perempuan lebih
tinggi. Kunjungan ke Rumah Sakit 3 kali lebih sering pada perempuan dibanding
laki- laki. Hal ini dipengaruhi perubahan hormonal yang berhubungan dengan proses
reproduksi termasuk siklus menstruasi. Perempuan lebih lama dirawat di rumah sakit
karena asma dibanding laki- laki dan diperkirakan menjadi penyebab gangguan
saluran napas pada usia reproduksi. (Amu, 2008).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis terdorong untuk mengadakan
penelitian untuk mengetahui adanya hubungan antara menstruasi dengan frekuensi
serangan asma pada penderita asma.
B. Perumusan Masalah:
Apakah ada hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma
pada penderita asma ?
C. Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara menstruasi dengan
frekuensi serangan asma pada penderita asma.
D. Manfaat Penelitian:
1. Manfaat Teoritik
Menambah pemahaman tentang asma terutama dalam hubungannya dengan
menstruasi pada penderita asma. Selain itu juga sebagai masukan bagi peneliti lain
yang berminat khususnya dalam bidang yang sama dan sebagai masukan bagi ilmu
pengetahuan dalam bidang yang bersangkutan.
2. Manfaat Aplikatif
Apabila hasil penelitian ternyata ada hubungan antara menstruasi dengan
frekuensi serangan asma, maka dapat diupayakan suatu langkah- langkah
pendekatan terhadap wanita untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan
menstruasi terhadap serangan asma.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Biasanya berlangsung
selama 3- 5 hari. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap sebagai
siklus menstruasi klasik selama 28 hari. (Prawirohardjo, 1994).
Menstruasi merupakan suatu siklus discarge fisiologik darah dan
jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, di bawah
kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat
minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif (pubertas sampai
menopause) pada wanita. (Dorland, 2005).
b. Mekanisme
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium
dan perubahan endometrium. Pusat pengendalian hormon dari sistem
reproduksi adalah hipothalamus. Dua hormon hipothalamus gonadotropicreleasing hormone (GnRH), yaitu follicle-stimulating hormone-releasing
hormone (FSHRH) dan lutenizing hormone-releasing hormone (LHRH).
Kedua hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk menyekresi
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua
hormon ini akan menyebabkan produksi estrogen dan progesteron dari
ovarium. (Price, 2005). Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron yang terjadi
selama siklus ovarium menyebabkan perubahan- perubahan yang mencolok
pada uterus. Hal ini mengakibatkan terjadinya siklus menstruasi. (Sherwood,
2001).
1) Siklus Ovarium
a) Fase Folikuler
Siklus
diawali
dengan
hari
pertama
menstruasi,
atau
terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa
folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi
folikel deGraaf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan
sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam, yaitu sel granulosa
menyintesis progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi, dan
bekerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka
interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen yang meningkat
menyebabkan pelepasan LHRH dari hipothalamus. (Price, 2005).
b) Fase Luteal
Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH.
Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari
folikel deGraf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung
pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna
kuning pada ovarium. Korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil
estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat. (Price,
2005).
2) Siklus Endometrium
a) Fase Proliferasi
Fase proliferasi terjadi sebelum ovulasi dan berlangsung
selama 11 hari. (Guyton, 1997). Pada fase ini kadar estrogen pada
folikel yang sedang berkembang meningkat sehingga merangsang
stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjarkelenjar menjadi hipertrofi dan pembuluh darah menjadi banyak
sekali. Fase ini berakhir pada saat terjadinya ovulasi. (Price, 2005).
b) Fase Sekresi
Fase proliferasi terjadi setelah ovulasi. Pada fase ini kadar
progesteron meningkat dan estrogen terus diproduksi oleh korpus
luteum yang mengakibatkan endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok- kelok,
epitel kelenjar menjadi berlipat- lipat. Sehingga memberi gambaran
seperti “gergaji”. Inti sel bergerak ke bawah, dan permukaan eoitel
tampak kusut. Stroma menjadi edematosa. Terjadi pula infiltrasi
leukosit yang banyak, dan pembuluh darah menjadi berbentuk spiral
dan melebar. Lamanya fase sekresi sama pada setiap perempuan yaitu
14 hari. (Price, 2005).
c) Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi kadar estrogen dan progesteron berkurang
secara tiba- tiba, terutama progesteron. Efek adalah penurunan
terhadap rangsangan sel- sel endometrium yang diikuti dengan cepat
oleh involusi endometrium sendiri menjadi kira- kira 65 persen dari
ketebalan semula. Kemudian selama 24 jam sebelum terjadinya
menstruasi, pembuluh darah yang berkelok- kelok, yang mengarah ke
lapisan mukasa endometrium, akan menjadi vasospastik yang mungkin
disebabkan
oleh
efek
involusi,
seperti
pelepasan
bahan
vasokonstriktor, salah satu tipe vasokonstriktor dari prostaglandin
yang terdapat dalam jumlah sangat banyak pada fase ini. (Guyton,
1997)
Vasospasme
dan
hilangnya
rangsangan
rangsangan
hormonal
menyebabkan di mulainya proses nekrosis pada endometrium, khususnya dari
pembuluh darah. Sebagai akibatnya, darah akan merembes ke lapisan vaskuler
dari endometrium. Perlahan- lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari
endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut. Efek
kontraksi dari prostaglandin merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus sehingga terjadilah menstruasi. (Guyton, 1997).
2. Asma
a. Definisi
Asma adalah suatu inflamasi kronis gangguan saluran napas.
Gambaran histopatologi termasuk denudasi epitel saluran napas, pengendapan
kolagen membran di membran basal, edema saluran napas, aktivasi sel mast,
dan infiltrasi dengan neutrofil, eosinofil, dan limfosit T. Hipertrofi otot polos
bronkus dan hipertrofi kelenjar mukus dengan penyumbatan saluran
pernapasan kecil dapat terjadi oleh mukus yang tebal. Inflamasi saluran napas
ini menyebabkan reaksi hiperresponsif pada saluran pernapasan, keterbatasan
aliran udara, gejala- gejala respirasi (termasuk episode berulang dari
”wheezing”, sesak napas, dada sesak dan batuk, khususnya selama malam hari
dan dini hari), dan penyakit yang kronis. (Lawrence, 2002).
Saat gejala asma muncul lebih buruk dari biasanya di sebut dengan
serangan asma. Selama serangan asma akan diikuti obstruksi jalan napas
melalui penebalan otot dan produksi mukus yang lebih banyak dari biasanya
sehingga akan membuat seseorang menjadi sulit bernapas. (Mc fadden, 1998).
b. Faktor Resiko
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya asma adalah atopi (produksi Ig E
yang berlebihan dalam kontak dengan alergen lingkungan), jenis kelamin
dan ras. (Surjanto, 2001). Dalam semua kelompok umur, terjadinya asma
disertai dengan peningkatan level Ig E (Bierman et all, 1996).
2) Faktor Penyebab
Alergen dalam ruangan / indoor allergen (tungau, debu rumah),
alergen luar rumah/ outdoor allergen (tepung sari, biji- bijian, rumputrumputan, serta jamur), obat (aspirin, NSAID) dan zat adiktif makanan
(salisilat, monosodium glutamat) merupakan faktor penyebab asma.
(Surjanto, 2001). Terpapar alergen dalam waktu yang lama dapat menjadi
faktor pencetus serangan asma. (Bierman et all, 1996).
3) Faktor Kontribusi
Faktor kontribusi merupakan faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya asma baik karena pajanan (faktor penyebab) maupun karena
adanya kecenderungan (faktor predisposisi). Misalnya : infeksi virus,
polusi udara, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), merokok dan diet.
(Surjanto, 2001).
4) Faktor resiko penyebab eksaserbasi (pencentus)
Alergen, polusi udara, infeksi saluran napas, exercise dan
hiperventilasi, perubahan cuaca, sulfurdioksida, makanan adiktif, obatobatan,
ekspresi
emosional
yang
ekstrim,
rhinitis,
sinusitis,
gastroesophageal reflux, menstruasi, premenstruasi dan kehamilan
merupakan faktor pencetus terjadinya asma. (Surjanto, 2001).
c. Patogenesis
Karakteristik
asma
adalah
adanya
inflamasi
saluran
napas,
hiperreaktivitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan dan obstruksi
saluran napas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan. (Busse, 2001). Inflamasi saluran napas ini bersifat kronik dan
ikut melibatkan berbagai sel inflamasi terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit
T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. (PDPI, 2004).
Inflamasi yang terus menerus akan mengakibatkan terjadinya
perubahan struktur jalan napas seperti hipertrofi otot polos, pembentukan
pembuluh darah baru, peningkatan sel- sel goblet epithelial, fibrosis
subepithelial dan penebalan membran basalis. (Boushey, 2000). Eosinofil
akan mempengaruhi hiperreaktvitas bronkus. Eosinofil ini akan melepaskan
berbagai mediator seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien yang dapat
menyebabkan kontraksi otot polos bronkus, meningkatkan permeabelitas
kapiler, dan hipersekresi kelenjar mukus. (Surjanto, 2005)
d. Gambaran Klinis
Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi,
dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat
di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun
pada mulanya batuk tanpa di sertai sekret, tetapi pada perkembangan
selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadankadang purulen. Ada sebagian kecil pasien asma yang gejalanya hanya batuk
tanpa di sertai mengi, dikenal dengan istilah cough variant asthma. (Sundaru,
2006)
e. Klasifikasi
1) Klasifikasi berdasar etiologi :
a) Asma Ekstrinsik (tipe atopi)
Penyakit asma yang berhubungan dengan atopi, predisposisi
genetik yang berhubungan langsung dengan Ig E, sel mast, dan respon
eosinofil terhadap alergen yang umum. (Sundaru, 2006)
b) Asma Intrinsik (tipe non atopi)
Asma yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan (Wiyono,
2002). Asam intrinsik lebih jarang disebabkan oleh alergi, bisa lebih
progresif dan respons terhadap terapi tidak begitu baik. (Davey, 2003)
2) Klasifikasi berdasar berat penyakit
a) Intermitten
(1) Gejala klinis < 1 kali/ minggu
(2) Gejala malam < 1 kali/ minggu
(3) Tanpa gejala di luar serangan
(4) Eksaserbasi berlangsung singkat
(5) Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) > 80% nilai
prediksi atau Arus Puncak Ekspirasi (APE) > 80% nilai terbaik
(6) Variabilitas APE < 20%
b) Persisten Ringan
(1) Gejala klinis > 1 kali/ minggu tetapi < 1 kali/ hari
(2) Gejala malam > 2 kali/ bulan
(3) Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
(4) VEP1 > 80% nilai prediksi atau APE > 80% nilai terbaik
(5) Variabilitas APE 20% - 30%
c) Persisten Sedang
(1) Gejala klinis terjadi setiap hari
(2) Gejala malam > 1 kali/ minggu
(3) Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
(4) Membutuhkan bronkodilator setiap hari
(5) VEP1 60% - 80% nilai prediksi atau APE 60% - 80% nilai terbaik
(6) Variabilitas APE > 30%
d) Persisten Berat
(1) Gejala klinis terjadi terus menerus
(2) Gejala malam sering
(3) Sering kambuh
(4) Aktivitas fisik terbatas
(5) VEP1 < 60% nilai prediksi atau APE < 60% nilai terbaik
(6) Variabilitas APE > 30%
(GINA, 2006; PDPI, 2004)
f. Diagnosis
Beberapa indikator
yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis asma, yaitu:
1) Mengi (wheezing)
Pada asma ringan, mengi dapat terdengar pada waktu ekspirasi
paksa. Bila penyakit makin berat, mengi terdengar pada waktu inspirasi
dan ekspirasi biasa.
2) Memiliki riwayat :
a) mengi berulang
b)
sesak nafas berulang
c)
rasa berat di dada berulang
d)
batuk yang memburuk pada malam dan atau dini hari
3) Penyempitan saluran nafas yang reversible dan variasi diurnal.
Variasi diurnal diukur dengan peak flow meter. Arus Puncak
Ekspirasi (APE) yang diukur pagi hari (sebelum inhalasi agonis β2) dan
malam hari (setelah inhalasi agonis β2) menunjukkan perbedaan 20% atau
lebih.
4) Gejala timbul/ memburuk pada berbagai faktor pencetus.
5) Gejala terjadi/ memburuk pada malam hari yang menyebabkan penderita
terbangun.
(Surjanto, 2001)
g. Komplikasi
1) Pneumothorax
2) Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
3) Atelektasis
4) Aspergilosis bronkopulmoner alergik
5) Gagal napas
6) Bronkitis
7) Fraktur iga
(Mansjoer, 2000)
3. Hubungan menstruasi dengan frekuensi serangan asma
a. Progesteron
Progesteron merupakan suatu hormon yang dapat menyebabkan
relaksasi otot. Kadar progesteron mencapai puncak 7 hari sebelum awal
menstruasi dan penurunan menuju kadar tak terdeteksi pada hari pertama.
Penurunan kadar dalam plasma ini menyebabkan bronkokonstriksi karena
kemunduran efek relaksan pada otot bronkus. Progesteron mempengaruhi
densiti reseptor alfa2 adrenergik dengan baik. Reseptor ini bila aktif akan
menyebabkan relaksasi bronkus dan otot vaskuler. Reseptor ditemukan di
saluran nasofaring dan paru, bereaksi pada sirkulasi hormon stimulan seperti
epinefrin untuk dilatasi dan relaksasi saluran napas. (Amu, 2008).
b. Estrogen
Estrogen dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi asetilkolin,
sekresi mukus dan produksi prostaglandin. Asetilkolin merupakan zat kimia
yang dihasilkan oleh sistem saraf parasimpatik untuk mengontrol pelebaran
bronkus. Estrogen menyebabkan penyempitan saluran napas, sementara
sekresi mukus dapat meningkatkan resistensi saluran napas. Prostaglandin
biasanya bertindak sebagai messenger kimia ke sel tetangga yang
diimplikasikan sebagai agen proses inflamasi dalam etiologi asma. Ketiga hal
tersebut secara teori memberi efek pada bronkus dengan cara memberi efek
bronkokonstriksi diikuti dengan eksaserbasi. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Rubio dkk menemukan bahwa kadar estrogen plasma, progesteron atau
kortisol lebih dari normal (80 %) dapat menyebabkan hiperreaktivitas saluran
napas. (Amu, 2008).
c. Respon Imun
Sistem imun mengalami fluktuasi selama siklus menstruasi normal dan
mendukung respons negatif pada populasi perempuan penderita asma. Respon
negatif ini menyebabkan penurunan aktivitas sel natural killer (NK cell),
aktivitas fagositosis dan respons antigen imun spesifik. Perubahan ini dapat
menurunkan aktivitas untuk menolak infeksi dan penyakit termasuk
eksaserbasi asma. Ig E merupakan suatu antibodi yang juga turut serta pada
respons imun. Suatu studi menunjukkan bahwa tingkat Ig E akan turun karena
usia yang disebabkan penurunan pertahanan imun terutama selama masa
pubertas pada perempuan. Perempuan selalu menunjukkan Ig E yang lebih
rendah secara bermakna pada fase periovulasi siklus menstruasi. (Amu, 2008).
Kerangka Pemikiran
Menstruasi
Penurunan kadar
Hormon progesteron
Penurunan
asetilkolin
Penurunan kadar
Hormon estrogen
Fluktuasi
respon imun
Peningkatan
sekresi mukus
Peningkatan
prostaglandin
Penurunan
aktivitas NK cell
Penurunan
aktivitas
fagositosis
Bronkokonstriksi
Penurunan
respon Ag
imun
spesifik
Penurunan aktivitas untuk
menolak infeksi dan
penyakit
Serangan asma
Alergen, obat, merokok, polusi udara, cuaca, zat adiktif makanan, infeksi
saluran napas
Hipotesis
Terdapat hubungan antara menstruasi dengan frekuensi serangan asma pada
penderita asma di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
.
A. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien asma persisten ringan dan persisten
sedang yang sedang berobat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
D. Sampel Penelitian
1. Kriteria sampel
Kriteria inklusi
Wanita WNI keturunan Indonesia asli
Sampel kelompok yang akan diteliti adalah pasien asma yang sudah
mendapatkan menstruasi dan berusia 14- 50 tahun
Bersedia mengisi surat persetujuan (informed Consent), diwawancarai dan
mengisi kuesioner
Kriteria eksklusi
1) Pasien asma juga menderita penyakit gagal jantung, bronkitis kronik,
emfisema paru dan emboli paru
2) Mempunyai gangguan menstruasi
3) Merokok dan bekerja di lingkungan yang berpolusi
4) Pasien asma yang sedang hamil
2. Besar sampel
2
N = Zα .p.q
d2
Keterangan :
N
= jumlah sampel
Zα2
= statistic normal standar pada tingkat kemaknaan α.
p
= perkiraan proporsi/ prevalensi penyakit asma ( 3,75% )
q
= 1-p
d
= presisi absolut yang diinginkan
N
2
= (1,96) x0,0375x 0,9625
(0,05)2
= 55,46
(Arief , 2004).
Dari rumus di atas, di dapat sejumlah 56 sampel. Jadi pada penelitian ini
sampel yang akan diteliti adalah 56 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Di
mana 28 sampel adalah pasien asma persisten rngan dan persisten sedang yang
sedang menstruasi dan sebagai kontrol adalah 28 sampel yang lainnya yaitu
pasien asma persisten ringan dan persisten sedang yang tidak sedang menstruasi
pada saat penelitian.
3. Teknik Sampling
Penelitian ini dilakukan secara purposive random sampling di mana
pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atu sifat- sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Soekidjo, 2005). Sampel yang digunakan dipilih sesuai syarat
inklusi dan eksklusi. (Murti, 2006).
Rancangan Penelitian
Pasien asma persisten ringan
dan persisten sedang
Wawancara dan melihat
status pasien
Memenuhi kriteria inklusi
Mengisi kuesioner
Menstruasi
Tidak Menstruasi
Skor
Serangan Asma
Sering
Serangan Asma
Tidak Sering
Chi Kuadrat
Instrumentasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan data status pasien, surat pernyataan
kesediaan menjadi responden, panduan wawancara dan kuesioner.
Identifikasi Variabel
Variabel Bebas
: Menstruasi
Variabel Terikat
: Frekuensi serangan asma
Variabel Luar
:
a. Terkendali
: Ras, jenis kelamin dan umur
b. Tak terkendali
: Genetik, alergen, polusi udara, perubahan cuaca,
subyektivitas responden dalam mengisi kuesioner.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Menstruasi
Menstruasi adalah suatu perdarahan melalui vagina seorang
perempuan sehat, yang terjadi sejak usia belasan tahun, dan merupakan
pertanda sudah memasuki akil balik, berlangsung sejak datang pertama kali,
sampai berhenti pada masa menopause. Menstruasi petama kali pada umur
sekitar 11-14 tahun, dan berhenti pada masa menopause sekitar umur 50
tahun. (Yatim, 2001). Pada penelitian ini sampel yang akan diteliti adalah
pasien asma dengan siklus menstruasi normal. Siklus menstruasi adalah
jarak antara tanggal di mulainya menstruasi yang lalu dengan di mulainya
menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang dianggap normal
adalah 25-31 hari. Pada penelitian ini, pasien dengan kriteria menstruasi
adalah pasien dengan Hari Pertama Menstruasi Terakhir tujuh hari sebelum
penelitian.
Sumber data
: Data primer pasien
Alat ukur
: Wawancara
Hasil
: Menstruasi
Tidak menstruasi
Skala
: Nominal
2. Frekuensi serangan asma
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas
bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan napas, dan gejala
pernapasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan napas umumnya bersifat
reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif non
reversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. (Mansjoer, 2000).
Frekuensi serangan asma merupakan jumlah gejala serangan asma yang
dialami penderita dalam satu minggu baik pada saat menstruasi maupun
tidak menstruasi, yang diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada
penelitian ini kuesioner yang digunakan adalah Asthma Control Questionair
(ACQ), karena ACQ sesuai dengan kriteria frekuensi serangan asma yang
diharapkan peneliti yaitu skore 0- 7 untuk asma tidak sering dimana dalam
ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien yang masih
dalam batas terkontrol dan 8- 42 untuk asma sering dimana dalam ACQ skor
tersebut menggambarkan serangan asma pasien dalam batas yang tidak
terkontrol. ACQ merupakan kuesioner yang sudah valid dan digunakan
untuk mengukur seberapa berat serangan asma yang dialami oleh penderita
asma selama satu minggu terakhir, apakah dalam batas terkontrol atau tidak.
(Lotte, 2006).
Sumber data
: Data primer pasien
Alat ukur
: Kuesioner
Hasil
: Serangan asma sering
Serangan asma tidak sering
Skala
: Nominal
3. Umur
Umur di sini adalah selisih hari kelahiran dengan hari ulang tahun
terakhir pada saat penelitian berlangsung. (Lestari, 2007)
Sumber data
: Data primer pasien
Alat ukur
: Wawancara
Skala
: Rasio
4. Ras
Ras di sini di maksudkan bahwa sampel adalah WNI keturunan asli
Indonesia.
Sumber data
: Data primer pasien
Alat ukur
: Wawancara
Skala
: Nominal
5. Penyakit gagal jantung
Penyakit gagal jantung di sini adalah penyakit gagal jantung kiri akut
yang dikenal dengan nama asma kardial. (Sundaru, 2006). Penyakit gagal
jantung ini berhubungan dengan respirasi yang dapat mengakibatkan sesak
napas. (Panggabean, 2006). Biasanya pasien tiba- tiba terbangun pada malam
hari karena sesak, tetapi sesak menghilang atau berkurang ketika duduk.
(Sundaru, 2006).
Alat ukur
: Diagnosis dari dokter yang ditanyakan
melalui
wawancara.
Skala
:
Nominal
6. Bronkitis kronik
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan
sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya 2 tahun. Gejalanya di mulai
dengan batuk pagi hari, lama kelamaan disertai mengi dan menurunnya
kemampuan kegiatan jasmani.(Sundaru, 2006).
Alat ukur
: Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui
wawancara.
Skala
: Nominal
7. Emfisema Paru
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatonis paru-paru yang
ditandai melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus
terminal, disertai kerusakan dinding alveolus. Emfisema paru mempunyai
gejala utama sesak napas yang jarang disertai batuk dan mengi. Pada
emfisema tidak pernah ada masa remisi, pasien selalu sesak pada kegiatan
jasmani. (Sundaru, 2006).
Alat ukur
: Diagnosis dokter yang ditanyakan melalui
wawancara.
Skala
: Nominal
8. Hamil
Kehamilan merupakan masa di mana seorang wanita membawa
embrio atau fetus di dalam tubuhnya yang terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dengan kelahiran (38 minggu dari pembuahan).
Kehamilan merupakan salah satu faktor pencetus asma. (Surjanto, 2001).
Alat ukur
: Wawancara
Skala
: Nominal
Cara Kerja
1. Melihat riwayat penyakit yang diderita pasien dalam buku rekam medis untuk
mengetahui apakah pasien termasuk pasien asma persisten ringan (APR) dan
persisten sedang (APS), melihat apakah pasien menderita penyakit gagal
jantung, bronkitis kronik, emfisema dan emboli paru.
2. Memandu pasien untuk mengisi surat persetujuan dan menjelaskan kepada
pasien maksud dari surat persetujuan tersebut.
3. Melakukan sedikit wawancara terhadap pasien tentang siklus menstruasinya
dan pasien termasuk dalam kriteria menstruasi atau tidak pada saat penelitian.
4. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dipandu untuk mengisi kuesioner,
dalam pengisian kuesioner pasien didampingi dan dijelaskan dengan bahasa
yang lebih mudah diterima oleh pasien apabila pasien tidak paham.
Setelah penelitian selesai, maka dilakukan tabulasi terhadap data yang
telah diperoleh untuk mengelompokkan subyek mana yang termasuk kriteria
menstruasi pada saat penelitian dan tidak menstruasi pada saat penelitian.
Teknik Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh akan dianalisa menggunakan uji Chi Kuadrat
(X2). Batas kemaknaan yang dipakai adalah taraf signifikan (α) 0,05.
Menstruasi (+)
Menstruasi (-)
Jumlah
Serangan Asma Sering
a
b
a+b
Serangan Asma Tidak
c
d
c+d
a+c
b+d
N
Sering
OR = (a x d) : (b x c)
N (ad  bc)2
X 
(a  b)(c  d )(a  c)(b  d )
2
Keterangan :
N = Jumlah sampel
X2 = Nilai Chi kuadrat
OR = Odds Ratio
Interpretasi hasil
Setelah X2 hitung diketahui, lalu dibandingkan dengan X2 tabel. Sehingga:
bila harga X2 hitung > X2 tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
bila harga X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Ho :
Tidak ada hubungan yang bermakna antara menstruasi dengan frekuensi
serangan asma pada penderita asma.
H1 :
Ada hubungan yang bermakna antara menstruasi dengan
frekuensi
serangan asma pada penderita asma.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian mengenai Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi
Serangan Asma Pada Penderita Asma yang dilakukan bulan Agustus sampai
September di Poliklinik Penyakit Paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta, didapatkan 56
pasien asma yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian. Dari 56 pasien asma
tersebut terdiri atas 28 pasien asma dengan kriteria menstruasi dan 28 pasien asma
yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian.
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur
Menstruasi
Ya
Tidak
Jumlah
< 20
2
(7,14%)
Umur (Tahun)
20-29
30-39
40-49
6
10
10
(21,44%) (35,71%) (35,71%)
2
3
(7,14 %) (10,71%)
4
9
(7,14%) (16,07%)
4
(14,29)
14
(25%)
Jumlah
> 49
0
(0%)
14
5
(50%)
(17,86%)
24
5
(42,86%) (8,93%)
28
(100%)
28
(100%)
56
(100%)
Dari tabel 1, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan
sampel yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (7,14%), 20- 29 tahun sebanyak 6
orang (21,44%), 30- 39 tahun sebanyak 10 orang (35,71%), 40- 49 tahun sebanyak 10
orang (35,71%) dan tidak terdapat sampel yang berumur > 49 tahun. Sedangkan pada
kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan
sampel yang berumur < 20 tahun sebanyak 2 orang (7,14%), 20- 29 tahun sebanyak 3
orang (10,71%), 30- 39 tahun sebanyak 4 orang (14,29%) dan 40- 49 tahun sebanyak
14 orang (50%) dan yang berumur > 49 tahun sebanyak 5 orang (17,86%).
Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Pernikahan
Menstruasi
Status Pernikahan
Belum Menikah
Sudah Menikah
Jumlah
Ya
5
(17,86%)
23
(82,14%)
28
(100%)
Tidak
2
(7,14%)
7
(12,50%)
26
(92,86%)
49
(37,50%)
28
(100%)
56
(100%)
Jumlah
Dari tabel 2, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan
sampel yang belum menikah sebanyak 5 orang (17,86%) dan yang sudah menikah
sebanyak 23 orang (82,14%). Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak
menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan sampel yang belum menikah
sebanyak 2 orang (7,14%) dan yang sudah menikah sebanyak 26 orang (92,86%).
Tabel 3. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Menstruasi
Ya
Tidak
Jumlah
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma Sarjana
3
4
15
1
5
(10,71%) (14,29%) (53,57%) (3,57%) (17,86%)
28
(100%)
3
12
8
(10,71%) (42,86%) (28,58%)
6
16
23
(10,71%) (28,57%) (41,07%)
28
(100%)
56
(100%)
2
(7,14%)
3
(5,36%)
3
(10,71%)
8
(14,29%)
Jumlah
Dari tabel 3, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan
sampel dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 3 orang (10,71%), SMP sebanyak 4
orang (14,29%), SMA sebanyak 15 orang (53,57%), Diploma sebanyak 1 orang
(3,57%) dan Sarjana sebanyak 5 orang (17,86%). Sedangkan pada kelompok sampel
yang tidak menstruasi pada saat penelitian didapatkan sampel dengan pendidikan
terakhir SD sebanyak 3 orang (10,71%), SMP sebanyak 12 orang (42,86%), SMA
sebanyak 8 orang (28,58%), Diploma sebanyak 2 orang (7,14%) dan yang Sarjana
sebanyak 3 orang (10,71%).
Tabel 4. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Menstruasi
Mahasiswa
Ya
Tidak
Jumlah
4
(14,29%)
2
(7,14%)
6
(10,71%)
Pekerjaan
Ibu Rumah
Swasta
Tangga
12
6
(42,86%)
(21,44%)
15
7
(53,57%)
(25%)
27
13
(4,82%)
(23,21%)
Jumlah
PNS
6
(21,44%)
4
(14,29%)
10
(17,86%)
28
(100%)
28
(100%)
56
(100%)
Dari tabel 4, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan
sampel mahasiswa sebanyak 4 orang (14,29%), Ibu Rumah Tangga sebanyak 12
orang (42,86%), swasta sebanyak 6 orang (21,44%) dan 6 orang bekerja sebagai PNS.
Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan
penelitian didapatkan mahasiswa sebanyak 2 orang (7,14%), ibu rumah tangga
sebanyak 15 orang (53,57%), swasta sebanyak 7 orang (25%) dan PNS sebanyak 4
orang (14,29%).
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Derajat Berat Asma
Menstruasi
Derajat Berat Asma
Jumlah
Ya
Tidak
Jumlah
APR
9
(32,14%)
APS
19
(67,86%)
28
(100%)
9
(32,14%)
18
(32,14%)
19
(67,86%)
38
(67,86%)
28
(100%)
56
(100%)
Keterangan
:
APR
: Asma Persisten Ringan
APS
: Asma Persisten Sedang
Dari tabel 5, pada kelompok sampel dengn kriteria menstruasi didapatkan
sampel dengan APR sebanyak 9 orang (32,14%) dan APS sebanyak 19 orang
(67,86%). Pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan
penelitian didapatkan hasil yang sama dengan kelompok msampel yang sedang
menstruasi yaitu sampel dengan APR sebanyak 9 orang (32,14%) dan APS sebanyak
(67,86%).
Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Serangan Asma
Menstruasi
Ya
Tidak
Jumlah
Frekuensi Serangan Asma
Sering
Tidak Sering
18
10
(64,29%)
(35,71%)
28
(100%)
7
(25%)
25
(44,64%)
28
(100%)
56
(100%)
21
(75%)
31
(55,36%)
Jumlah
Dari tabel 6, pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan
sampel dengan frekuensi serangan asma sering sebanyak 18 orang (64,29%) dan
sampel dengan frekuensi serangan asma tidak sering sebanyak 10 orang (35,71%).
Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan
penelitian didapatkan sampel dengan frekuensi serangan asma sering sebanyak 7
orang (25%) dan sampel dengan frekuensi serangan asma tidak sering sebanyak 21
orang (75%).
B. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah UJi Chi
Square yang diolah menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS)
16,0 for Windows.
Tabel 7. Penyajian Tabulasi Silang Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma
Menstruasi
Ya
Nilai Observasi
Nilai Ekspektasi
Tidak
Nilai Observasi
Nilai Ekspektasi
Jumlah
Jumlah
Nilai Ekspektasi
Keterangan
:
Frekuensi Serangan Asma
Sering
Tidak Sering
18
10
12,5
15,5
7
21
12,5
15,5
25
31
25,0
31,0
Jumlah
28
28,0
28
28,0
56
56,0
Nilai Observasi
: Nilai hasil penelitian
Nilai Expektasi
: Nilai yang diharapkan sesuai dengan hipotesis penelitian
Dari tabel 7, dapat didapatkan nilai observasi masing- masing 10, 18, 21 dan
7. Sedangkan nilai expektasinya masing- masing 15,5; 12,5; 15,5 dan 12,5. Pada nilai
ekspektasi tidak terdapat nilai yang kurang dari 5 dan jumlah sampel lebih dari 20
sehingga penelitian ini layak diuji dengan Chi-Square.
Tabel 8. Perhitungan Data Statistik Uji Chi- Square
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher’s Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Casesb
8.743
7.226
8.999
8.587
56
df
Asymp. Sig. Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
1
.003
1
.007
.003
1
.007
1
Exact Sig.
(1-sided)
.003
.003
Tabel 8 menunjukkan hasil uji Chi-Square. Dari tabel terlihat nilai
significanncy-nya adalah 0,003. Nilai yang menunjukkan significanncy adalah pada
nilai Pearson Chi-Squere.
Penelitian ini mempunyai hipotesis terdapat hubungan antara menstruasi
dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma. Setelah dilakukan penelitian
dan disajikan dalam bentuk tabel, dilakukan perhitungan data statistik menggunakan
metode uji Chi- Square didapatkan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan diperoleh X2 hitung =
8,743. Padahal nilai X2
tabel
= 3,841. Karena
X2
hitung
> X2
tabel,
maka H0 ditolak
sedangkan H1 diterima, yang berarti ada hubungan tang bermakna antara menstruasi
dengan frekuensi serangan asma pada penderita asma.
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara menstruasi dengan
frekuensi serangan asma pada penderita asma dilakukan analisis menggunakan Odds
Ratio. Berdasarkan tabel 7, didapatkan :
OR = (a x d) : (b x c)
= (18 x 21) : (10 x 7)
= 5,4
Dari perhitungan dengan menggunakan Odds Ratio, pada penelitian ini
disimpulkan bahwa menstruasi meningkatkan kemungkinan serangan asma pada
penderita asma sebesar 5,4 kali.
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Hubungan Menstruasi dengan Frekuensi Serangan Asma
pada Penderita Asma dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2009 di
poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada penelitian ini diambil 56 sampel
yang terdiri atas pasien asma persisten ringan dan persisten sedang yang sedang berobat
baik di poli rawat jalan maupun rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Semua
sampel berjenis kelamin perempuan dengan usia 14-50 tahun. Dimana pada usia tersebut
perempuan dikatakan dalam usia reproduksi dan mendapatkan menstruasi. (Yatim, 2001).
Pada penelitian ini sampel tidak menderita penyakit gagal jantung, bronkhitis kronik,
emfisema paru dan emboli paru. Selain itu, sampel tidak mempunyai gangguan dalam
siklus menstruasinya dan tidak sedang hamil. Seperti pada penelitian yang dilakukan
Janice L dkk yang berjudul “ Relation Between Phase of Menstrual Cycle and
Emergency Departemen Visits for Acute Asthma”. Dimana memasukkan hamil, post
menopause dan post histerktomi dalam kriteria eksklusi. (Zimmerman, 2000)
Dari 56 sampel tersebut terdiri atas 28 sampel yang merupakan pasien asma yang
termasuk kriteria menstruasi dan 28 sampel lainnya merupakan pasien asma yang tidak
termasuk kriteria menstruasi pada saat dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, karena
sangat sulit mendapatkan pasien asma dengan kriteria menstruasi, maka ada sebagian
pasien asma yang membawa pulang kuesioner dan mengisinya pada saat tujuh hari
setelah Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) pasien asma.
Pada penelitian ini proses pengambilan datanya dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang dipandu secara langsung melalui wawancara. Pada penelitian ini
kuasioner yang digunakan ACQ (Asthma Control Questionnaire), karena ACQ sesuai
dengan kriteria frekuensi serangan asma yang diharapkan peneliti yaitu skore 0- 7 untuk
asma tidak sering dimana dalam ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma
pasien yang masih dalam batas terkontrol dan 8- 42 untuk asma sering dimana dalam
ACQ skor tersebut menggambarkan serangan asma pasien dalam batas yang tidak
terkontrol. ACQ merupakan kuesioner yang sudah valid dan digunakan untuk mengukur
seberapa berat serangan asma yang dialami oleh penderita asma selama satu minggu
terakhir, apakah dalam batas terkontrol atau tidak. (Lotte, 2006).
Pada tabel 1, dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan umur. Pada kelompok
sampel dengan kriteria menstruasi, didapatkan sampel terbanyak pada rentang umur 30-
39 tahun dan 40- 49 tahun yaitu sebanyak masing- masing 10 orang (35,71%) dan jumlah
yang paling sedikit pada rentang umur < 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang (7,14%).
Sedangkan pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat penelitian, didapatkan
sampel terbanyak pada rentang umur 40- 49 tahun yaitu sebanyak 14 orang (50%) dan
jumlah yang paling sedikit pada rentang umur < 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang
(7,14%). Sampel termuda berumur 19 tahun dan yang tertua berumur 50 tahun. Pada
penelitian ini didapatkan sampel dengan umur 19- 50 tahun. Dimana pada usia ini,
perempuan dalam masa reproduksi dan mengalami menstruasi. Senada penelitian yang
dilakukan Janice L dkk yang mendapatkan sampel yang berusia 18- 54 tahun dalam
penelitiannya yang berjudul “ Relation Between Phase of Menstrual Cycle and
Emergency Departemen Visits for Acute Asthma”. (Zimmerman, 2000).
Pada tabel 2, tentang distribusi sampel berdasarkan status pernikahan. Pada
kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang terbanyak adalah
pada pasien dengan status yang sudah menikah yaitu sebanyak 23 orang (82,14%). Sama
hal nya pada kelompok sampel yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian
sampel yang terbanyak juga didapatkan pada pasien dengan status yang sudah menikah
yaitu sebanyak 26 orang (92,86%). Aktivitas seksual dapat meningkatkan serangan asma.
Hal ini di karenakan adanya alergi pada perempuan terhadap antigen sperma ataupun
kondom yang digunakan pada saat melakukan hubungan seksual (Ferhan et al, 2004).
Pada tabel 3, distribusi sampel berdasarkan tingkat pendidikan. Dari tabel terlihat
pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan sampel yang paling banyak
pada pasien dengan pendidikan SMA yaitu sebanyak 15 orang (53,5%) dan paling sedikit
Diploma sebanyak satu orang (3,57%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Allen
Widysanto, yang mengambil 32 sampel dengan tingkat pendidikan antara SD sampai
perguruan tinggi, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat
pendidikan dengan serangan asma. (Widysanto, 2006).
Pada tabel 4, distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan hasil pada
kelompok sampel dengan kriteria menstruasi jumlah yang terbanyak adalah ibu rumah
tangga yaitu sedanyak 12 orang (42,86%) dan yang paling sedikit adalah mahasiswa
(tidak bekerja) yaitu sebanyak 4 orang (14,29%). Sama halnya dengan kelompok sampel
yang tidak menstruasi pada saat penelitian ,sampel terbanyak juga ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 15 rang (53,57%) dan yang paling sedikit adalah mahasiswa (belum bekerja)
yaitu sebanyak 4 orang (14,29%).
Ibu rumah tangga merupakan perempuan dengan resiko tinggi terkena paparan
debu dan serangga rumah tangga. (Ferhan et al, 2004). Alergen dalam ruangan / indoor
allergen (tungau, debu rumah), alergen luar rumah/ outdoor allergen (tepung sari, bijibijian, rumput- rumputan, serta jamur), obat (aspirin, NSAID) dan zat adiktif makanan
(salisilat, monosodium glutamat) merupakan faktor penyebab asma. (Surjanto, 2001).
Terpapar alergen dalam waktu yang lama dapat menjadi faktor pencetus serangan asma.
(Bierman et all, 1996).
Tabel 5, distribusi sampel berdasarkan derajat beratnya asma. Pada tabel
didapatkan hasil pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi jumlah yang lebih
banyak adalah pasien asma persisten sedang (APS) yaitu sebanyak 19 orang (67,86%)
dan pasien asma persisten ringan (APR) hanya sebanyak 9 orang (32,14%). Sama halnya
dengan kelompok sampel yang menstruasi, pada kelompok sampel yang tidak sedang
menstruasi pada saat dilakukan penelitian juga didapatkan sampel yang lebih banyak
adalah pasien asma persisten sedang (APS) dengan jumlah yang sama.
Pasien asma persisten sedang (APS) mempunyai gejala yang sedikit lebih berat
dari pada pasien asma persisten ringan (APR). Gejala asma persisten sedang muncul
setiap hari, gejala malam lebih dari satu kali/ miggu, eksaserbasi mengganggu aktivitas
dan tidur, membutuhkan bronkodilatorsetiap hari, VEP1 60%- 80% nilai prediksi atau
APE 60%- 80% nilai terbaik dan variabilitas APE > 30% (PDPI, 2004). Hal ini membuat
pasien datang ke Rmah Sakit untuk memeriksakan diri. Sehingga didapatkan pasien asma
persisten sedang (APS) yang lebih banyak dari pada pasien asma persisten ringan (APR).
Pada tabel 6, dapat diketahui distribusi sampel berdasarkan frekuensi serangan
asma. Pada kelompok sampel dengan kriteria menstruasi didapatkan jumlah sampel yang
lebih banyak pada kriteria asma sering dari pada asma tidak sering. Masing- masing
dengan jumlah 18 orang (64,29%) dan 10 orang (35,71%). Sedangkan pada kelompok
yang tidak menstruasi pada saat dilakukan penelitian didapatkan jumlah sampel yang
lebih banyak pada kriteria asma tidak sering dari pada asma sering. Masing- masing
dengan jumlah 7 orang (25%) dan 21 orang (75%). Seperti pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Ferhan dkk dengan judul “ Asthma and Women “, didapatkan kebanyakan
perempuan menggunakan short- acting beta- agonist inhaler dalam mengatasi serangan
asma yang dideritanya pada saat hari menstruasi maupun pre menstruasi dengan proporsi
38,6%. Sedangkan pada perempuan yang sudah menopause hanya didapatkan 4,7% yang
mengalami peningkatan serangan asma. Pada perempuan yang sedang hamil didapatkan
32,3% mengalami peningkatan frekuensi serangan asma (Ferhan et al, 2004). Oleh
karena itu pada penelitian ini hamil dimasukkan dalam kriteria eksklusi.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Terdapat hubungan antara menstruasi dengan dengan frekuensi serangan asma
pada penderita asma.
2. Pasien yang sedang menstruasi mempunyai kemungkinan mengalami serangan
asma 5,4 kali lebih sering dari pada pasien yang tidak sedang menstruasi.
3. Pada kelompok sampel yang sedang menstruasi didapatkan 64,29% sampel
dengan serangan asma sering dan pada kelompok sampel yang tidak sedang
menstruasi pada saat penelitian didapatkan 25% sampel dengan serangan asma
sering.
B. Saran
1. Mendampingi dan memberi panduan dengan jelas dan mudah di mengerti dalam
mengisi kuesioner, karena kebanyakan pasien agak kebingungan dalam
memahami dan mengisi kuesioner.
2. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan menstruasi dengan
frekuensi serangan asma pada penderita asma.
3. Penderita disarankan untuk menghindari faktor pencetus asma selama masuk
dalam masa kriteria menstruasi yaitu tujuh hari setelah hari pertama menstruasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. H. Boushey : B. D. Corry ; V. J. Fahy. 2000. Asthma . In (Murray J. F., Nadel J. A.,
Mason R. J., Boushey H. A, eds). Textbook of Respiratory Medicine. Philadelpia
: W. B Company. pp 1247-1289
Arief TQ, M. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan.CSGF (the
Community of Self Help Group Forum).Perhimpunan Pemandirian Masyarakat
Indonesia.Klaten.pp:125-133.
Agustina P. Kualiti Hidup Penderita Asma. Jurnal Respirologi Indonesia. Vol 25 (2).
Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI
RS
Persahabatan. p:89
Amu F. A., Yunus F. 2006. Asma Pramenstruasi. Jurnal Respirologi Indonesia. vol 26
(1). Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RS
Persahabatan. pp:28-31
Bierman, Pearlman, Shapiro. 1996. Allergi, Asthma and Imunology from Infancy to
adulthood. 3th ed. Philadelpia : W. B Company
Davey, P. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga. p : 90
Fadden. Mc. 1998. Asthma. In (Fauci, Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, Kasper,
Hauser, Longo, eds) Harison’s : Principles of Internal Medicine. Vol 2. Mc GrawHill Companies, Inc. pp : 1419-1425
Ferhan O. 2004. Asthma and Women. Dalam : Turkish Respiratory Journal. Vol 5. No. 3
Gleadle J. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga. p:165
Global Initiative for Asthma.2006.Global Strategy for Asthma Management and
Prevention.National Institute of Health.National Heart, Lung, and Blood Institute.
(Revised 2006)
44
Guyton A.C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.9. Jakarta :EGC.
pp:1291-1295
Lestari, P. B. 2007. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) Karyawan Sentra Industri
Mebel Ngoresan dengan Masyarakat Sekitar. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret. Skripsi.
Mansjoer, A,.(ed). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. pp:
594-595
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif Di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. p : 88
Panggabean, M. 2006. Pulmonologi: Gagal Jantung. Jakarta : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. FKUI. pp:1503-1504.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Dalam: Mangunnegoro H, Widjaja A, Diniati KS,
Yunus F, Pradjnaparamita, Suryanto E, dkk. 2004. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. pp:1-16
Prawirohardjo S. 1994. Ilmu Kandungan. Bagian Obsgyn FKUI. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price S. A., Wilson L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ed.6. Jakarta: EGC. pp:1280-1283
Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed.2. Jakarta: EGC. p:716
Sundaru, H. 2006. Asma Bronkial. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. pp:
245
Surjanto, E. 2001. Inflamasi Eosinofil pada Asma. Dalam : Jurnal Respirologi Indonesia
Suplemen vol 25. Jakarta : PDPI. pp : 118-123
Surjanto, E. 2005. Inflamasi Eosinofil Pada Asma. Dalam : Jurnal Respirologi Indonesia
Suplemen vol 25. Jakarta : PDPI. pp : 118-123
Wahyudi, A. 2008. Asap Rokok Pemicu Tertinggi Asma. http://edusehat.com/asap rokok
pemicu tertinggi asma/. (24 Maret 2009)
Wiyono, W.H.2002.Diagnosis dan Klasifikasi Asma Bronkial.Dalam: Modul Workshop
Asma 2002. Jakarta.
Yatim, F. 2001. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Zimmerman, Woodruff. 2000. Menstrual Cycle and Acute Asthma. Dalam : American
Journal Respiratory. Vol 162. pp : 512- 515
Download