128563532 96.05KB 2015-10

advertisement
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
Kandungan Total Senyawa Fenol dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Sargassum crassifolium terhadap Staphylococcus aureus
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh :
Nikmatul Hidayah
4411412054 / 2012
Erni Wulandari
4411412053 / 2012
Ahmad Solikin
4411412048 / 2012
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2015
PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH
1. Judul Kegiatan
: Kandungan Total Senyawa Fenol dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Sargassum crassifolium terhadap
Staphylococcus aureus
2. Bidang Kegiatan
: PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
: Nikmatul Hidayah
b. NIM
: 4411412054
c. Jurusan
: Biologi
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri Semarang
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP
: Ds. Ngabul, Rt:03 Rw:06 Kec. Tahunan Kab.
Jepara/085642763125
f. Alamat email
: [email protected]
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis
: 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP
:
:
:
6. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti
: 10.510.000, 00
b. Sumber lain
:
Semarang, 10 juni 2015
Menyetujui
Wakil/Pembantu Dekan atau
Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa
( Andin Irsyadi, S.Pd., M.Si.)
NIP/NIK.197403102000031001
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/
Direktur Politeknik/
Ketua Sekolah Tinggi,
Ketua Pelaksana Kegiatan
( Nikmatul Hidayah )
NIM. 4411412054
Dosen Pendamping
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................... i
Halaman Pengesahan .............................................................................. ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
Ringkasan ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar belakang masalah ........................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................... 2
C. Tujuan penelitian .................................................................... 2
D. Kegunaan penelitian .............................................................. 2
BAB II Tinjauan Pustaka ...................................................................... 3
BAB III Metode penelitian ..................................................................... 5
BAB IV Biaya dan jadwal kegiatan ....................................................... 7
Daftar pustaka .......................................................................................... 8
Lampiran .................................................................................................. 9
Ringkasan
Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia,
hampir setiap orang pernah mengalami infeksi yang disebabkan bakteri oleh
Staphylococcus aureus selama hidupnya, dari infeksi kulit yang kecil sampai
infeksi yang tidak bisa disembuhkan. karena staphylococcus cepat menjadi
resisten terhadap beberapa antibiotic, maka dibutuhkan penemuan obat baru.
Sumber antibakteri baru dapat diperoleh dari senyawa bioaktif seperti fenol,
alkaloid dan flavonoid yang banyak terkandung dalam tanaman, salah satunya
adalah rumput laut. Rumput laut jenis sargassum sp dapat menghasilkan senyawa
metabolit sekunder alkaloid, steroid, tanin, dan saponin, triterpenoid. Senyawa
bioaktif hasil metabolisme sekunder dapat diperoleh melalui proses ekstraksi.
Proses ekstraksi dapat menggunakan 3 jenis pelarut dengan tingkat kepolaran
yang berbeda, yaitu n-heksana (nonpolar), etil asetat (semi polar) dan
etanol/metanol (polar) dengan konsentrasi yang berbeda 100; 50; 25; 15; 5; 1;
0,5; dan 0,1 μg/disk . paper disk yang dikeringkan pada 400 C selama 30 menit
dan ditempatkan ke permukaan setiap lempeng mikroorganisme dan diinkubasi
pada 370 C. Pengukuran zona hambatan diukur pada 24 jam dan 48 jam setelah
inkubasi. Luasnya wilayah jernih merupakan bukti kepekaan mikroorganisme
terhadap bahan atau senyawa antimikrobial.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan, dua pertiga dari wilayahnya
berupa lautan dan dikelilingi oleh garis pantai terpanjang didunia yaitu sekitar 81.000 km.
Rumput laut merupakan sumberdaya hayati yang paling melimpah di perairan Indonesia
(Widowati, 2014). Sargassum sp adalah salah satu jenis rumput laut yang tidak
diperhatikan dan belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, keberadaanya seringkali
dianggap mengganggu bagi pelayaran nelayan serta mengotori pantai karena pada saat
musim tertentu terhanyut oleh gelombang dan mengapung di permukaan pantai. Rumput
laut tersebut memiliki kemampuan mengapung, dikarenakan memiliki kantung udara,
sehingga dikenal sebagai floating sea weed (Asriyana & Yuliana, 2012).
Rumput laut jenis sargassum sp dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder
alkaloid, steroid, tanin, dan saponin (Alamsyah, 2014), triterpenoid (Riyanto, 2013).
Sargassum sp dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan bakar (fuels) untuk
memproduksi polimer gula, bahan kosmetik, bahan obat obatan, pigmen, dan suplemen.
Dalam penelitian Widowati (2014) menyebutkan bahwa Sargassum sp dari perairan
jepara memiliki aktivitas antibakteri. Rumput laut juga mempunyai potensi senyawa
bioaktif alami yang bermanfaat untuk kesehatan manusia (Bourgougnon and StigerPouvreau, 2011). Rumput laut menunjukkan substansi bioaktif alami, ekstrak sel dan
senyawa aktif mempunyai aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif. Senyawa fenolik pada ekstrak alga coklat Sargassum
wightii dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri untuk menghambat beberapa bakteri
patogen seperti Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus (Vijayabaskar et
al., 2011).
Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen utama pada manusia, hampir setiap
orang pernah mengalami infeksi yang disebabkan bakteri oleh Staphylococcus aureus
selama hidupnya, dari infeksi kulit yang kecil sampai infeksi yang tidak bisa
disembuhkan. karena staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik
(Jawetz et al.,2005). Aktivitas antibakteri dan antijamur dari 82 ganggang laut yang
dianalisis dari ekstrak kasar segar dan liofilisasi sampel terhadap Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis dan Escherichia coli
menggunakan teknik difusi agar menunjukkan sensitivitas yang tinggi (kolanjinathan et
al., 2009)
Pencegahan terhadap serangan infeksi bakteri
dapat dilakukan dengan
menggunakan antibiotik. Aktivitas antimikroba disebabkan oleh reaksi fenol terutama
dengan fosfolipid komponen membran sel (rattaya et al., 2015). Akan tetapi, seiring
berjalanya waktu resistensi bakteri terhadap obat antibakteri semakin meningkat. Oleh
karena itu dibutuhkan penemuan obat baru. Sumber antibakteri baru dapat diperoleh dari
senyawa bioaktif seperti fenol, alkaloid dan flavonoid yang banyak terkandung dalam
tanaman, salah satunya adalah rumput laut (Yunianto et al., 2014). Senyawa bioaktif hasil
metabolisme sekunder dapat diperoleh melalui proses ekstraksi. Proses ekstraksi dapat
menggunakan 3 jenis pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu n-heksana
(nonpolar), etil asetat (semipolar) dan etanol/metanol (polar). Perbedaan pelarut dalam
ekstraksi dapat mempengaruhi kandungan total senyawa bioaktif (Santoso et al., 2012).
Hal ini disebabkan karena perbedaan polaritas dari pelarut (Megha et al., 2014).
Pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap
kandungan total fenol ekstrak Sargassum crassifolium serta korelasi antara total senyawa
fenol dengan aktivitas Antibakteri ekstrak Sargassum crassifolium terhadap bakteri
patogen Staphylococcus aureus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelasakan, maka rumusan masalah yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kandungan total fenol ekstrak
Sargassum crassifolium?
2. Bagamanakah korelasi antara total senyawa fenol dengan aktivitas Antibakteri
ekstrak Sargassum crassifolium terhadap bakteri patogen Staphylococcus aureus?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk :
1. Membandingkan pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kandungan total fenol
serta aktivitas antibakteri ekstrak Sargassum crassifolium terhadap Staphylococcus
aureus.
2. Mengetahui korelasi antara total fenol dengan aktivitas Antibakteri ekstrak
Sargassum crassifolium terhadap Staphylococcus aureus.
D. KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian ini dirasa sangat penting karena dapat diteliti bahan yang lebih
ekonomis dan ramah lingkungan untuk mengurangi infeksi kulit akibat
Staphylococcus aureus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan deskripsi Sargassum crassifolium
Berikut adalah klasifikasi dari Sargassum crassifolium menurut Michael Guiry (2015) :
Kingdom : Chromista
Divisi
: Ochrophyta
Kelas
: Phaeophyceae
Ordo
: Fucales
Famili
: Sargassaceae
Genus
: Sargassum
Spesies
: Sargassum crassifolium
Rumput laut Sargassum crassifolium (alga coklat) hidup dan tumbuh di daerah
pesisir pantai dengan substrat batu karang. Sargassum crassifolium termasuk alga coklat
karena dominasi pigmen fikosantin yang menutupi pigmen klorofil dengan bentuk
khusus, sehingga mudah untuk dibedakan antar-bagiannya (Bold dan Wayne, 1985).
Holdfast diskoid diameter hingga 17 mm. Batang berbentuk silinder,
halus, diameter hingga 4,6 mm, dan panjang mencapai 5,3 mm, menghasilkan
4-8 spiral yang diatur oleh cabang utama. Cabang utama dengan sedikit dikompresi pada
bagian bawah dan sedikit silinder di bagian atas, cabang halus, panjang sampai 29 cm
dan diameter mencapai 3,8 mm. Daun tebal dan luas kearah vertikal, elips cenderung
oblongus, sederhana, panjang hingga 32 mm dan lebar mencapai 16 mm, biasanya
dengan ujung bergigi kecil bulat dan ganda, tepi daun bergigi, cryptostomata kecil yang
tersebar. Cabang sekunder bergantian, silinder, halus, panjang hingga 4,7 cm dan lebar
1,5 cm, percabangan selang seling, daun elips-oval, berbentuk lanset. Vesikel bulat,
elips, sederhana, panjang hingga 8,8 mm, lebar 7,7 mm dan tebal mencapai 6,4 mm,
seluruh atau dengan ujung runcing atau mahkota berdaun pendek di ujung. Pada bagian
pinggir daun yang bergerigi mempunyai gelembung yang disebut vesikel. Gelembung
udara ini berfungsi mempertahankan daun agar tetap di permukaan air. Ukuran diameter
gelembung udara sekitar 15 mm dengan bentuk pipih dan bersayap (Noiraksar, 2008).
Sargassum sp. telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam bidang
industri makanan, farmasi, kosmetika, pakan, pupuk, tekstil, kertas, dan lain sebagainya
(Widowati, 2014). Sargassum mengandung senyawa bioaktif seperti triterpenoid, steroid
dan fenolat (Yunianto et al., 2014).
B. Klasifikasi dan deskripsi Stapyhlococcus aures
Berikut adalah klasifikasi dari Staphylococcus aureus menurut Baron (1884) yaitu:
Kerajaan
: Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Bacilli
Ordo
: Bacillales
Famili
: Staphylococcaceae
Genus
Spesies
: Staphylococcus
: Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus
(bulat) yang tersusun dalam bentuk klaster yang tidak teratur seperti anggur dan memiliki
diameter 1 µm. Membentuk koloni berwarna emas yang bersifat koagulase positif.
Biakan staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi dibawah
suasana aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri tersebut tumbuh dengan cepat pada suhu
370C. namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah dalam suhu kamar (200C – 350C.
Koloni pada media yang padat berbentuk bulat, lembut, dan mengkilat. Staphylococcus
tahan terhadap kondisi kering, panas dan natrium klorida 9%, tetapi dihambat oleh bahan
kimia seperti heksaklorofen 3% (Jawetz, 2005).
Dinding sel stafilokokus 50 persen tersusun oleh peptidoglikan. Peptidoglikan
terdiri dari subunit polisakarida N –asetilglukosamin dan N asam -asetilmuramik dengan
rantai 1,4 β. Peptidoglikan memiliki aktivitas endotoksin seperti, merangsang pelepasan
sitokin oleh makrofag, aktivasi komplemen, dan agregasi trombosit. Staphylococcus yang
pathogen sering menghaemolisis darah dan mengkoagulasi plasma. Sebagian besar
staphylococcus memproduksi mikrokapsul. Terdapat 11 tipe mikrokapsul dan 75 %
merupakan penyebab infeksi pada manusia. Asam ribitol teikoik, kovalen terikat
peptidoglikan, adalah konstituen utama dari dinding sel. Racun eksfoliatif, termasuk
racun epidermolitik A dan B, racun ini menyebabkan eritema kulit dan pemisahan, seperti
terlihat pada staphylococcal scalded skin syndrom ( Lowy, 1998).
Stafilokokus dapat menyebabkan berbagai bentuk infeksi. S aureus menyebabkan
lesi superfisial kulit (bisul, styes) dan abses. S aureus menyebabkan infeksi mendalam,
seperti osteomyelitis, endokarditis, styes, impetigo dan infeksi kulit superfisial lainnya
pada manusia bahkan infeksi kulit yang lebih serius (furunkulosis). Kerusakan Host S.
aureus dapat menunjukkan beberapa jenis racun protein yang mungkin bertanggung
jawab untuk gejala selama infeksi.
α-toksin adalah toksin terbaik S aureus adalah α-toksin. Merupakan toksin yang
paling ampuh dalam merusak membran. Hal ini dinyatakan sebagai monomer yang
berikatan dengan membran sel. Sel-sel yang rentan memiliki reseptor khusus untuk αtoksin yang memungkinkan konsentrasi toksin yang rendah dapat berikatan,
menyebabkan pori-pori kecil di mana kation monovalen bisa lolos. Pada konsentrasi yang
lebih tinggi, racun bereaksi non-spesifik dengan membran lipid, menyebabkan pori-pori
yang lebih besar di mana kation divalen dan molekul kecil bisa lewat. Pada manusia,
trombosit dan monosit sangat sensitif terhadap α-toksin. Mereka membawa situs afinitas
tinggi yang memungkinkan racun untuk mengikat pada konsentrasi yang secara fisiologis
relevan. Serangkaian kompleks reaksi sekunder terjadi, sehingga menyebabkan pelepasan
eikosanoid dan sitokin yang memicu produksi mediator inflamasi. Peristiwa ini
menyebabkan gejala syok septik yang terjadi selama infeksi berat yang disebabkan oleh S
aureus.
C. Ekstraksi komponen bioaktif rumput laut
Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan atau pemisahan komponen atau zat
aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses ekstraksi bertujuan
untuk mendapatkan komponen-komponen bioaktif dari suatu bahan (Harborne, 1987).
Jenis dan mutu pelarut yang digunakan menentukan keberhasilan proses ekstraksi
(Santoso et al., 2012). Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak senyawa alkaloid
kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino dan glikosida. Pelarut
semi polar mampu mengekstrak senyawa fenol, terpenoid, alkaloid, aglikon dan
glikosida. Pelarut non polar dapat mengekstrak senyawa kimia seperti lilin, lipid dan
minyak yang mudah menguap (Harborne, 1987). Komponen bioaktif yang teridentifikasi
pada rumput laut termasuk alkaloid, terpenoid, asam askorbat, tokoferol, karotenoid dan
plorotanin. (Hu et al., 2008; Heo et al., 2009 & Li et al., 2011).
Konsentrasi fenol pada rumput laut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya,
habitat hidup, musim panen, kondisis lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan
salinitas. Keberadaan senyawa aktif fenol pada setiap spesies rumput laut berbeda.
(Kumar et al., 2008 & Parys et al., 2007).
Secara umum, ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan metode ekstraksi
bertingkat dan ekstraksi tunggal. Ekstraksi bertingkat dilakukan dengan cara merendam
sampel dengan pelarut berbeda secara berurutan, secara berkesinambungan menggunakan
alat Soxhlet yang dimulai dengan pelarut non polar lalu dengan pelarut yang
kepolarannya menengah kemudian dengan pelarut polar, dengan demikian akan diperoleh
ekstrak kasar yang mengandung berturut-turut senyawa non polar, semi polar, dan polar.
Metode ini berguna bila kita bekerja dengan skala gram. Sedangkan ekstraksi tunggal
dilakukan dengan cara merendam sampel dengan satu jenis pelarut tertentu. Bila
menggunakan beberapa pelarut yang berbeda maka pada setiap pelarut dicampurkan
dengan sampel yang belum pernah dilarutkan dengan pelarut lain sebelumnya (Harborne,
1987). Bahan dan senyawa kimia akan mudah larut pada pelarut yang relatif sama
kepolarannya. Semakin besar konstanta dielektrik, maka semakin polar pelarut tersebut
(Pelczar & Chan, 1998).
D. Fitokimia fenol
Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin
aromatik dengan satu atau 2 gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah larut dalam air
karena berikatan dengan gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel.
Beberapa senyawa fenol telah diketahui fungsinya. Misalnya lignin sebagai pembentuk
dinding sel dan antosianin sebagai pigmen. (Harborne, 1987). Senyawa fenolik, juga
dikenal sebagai phlorotannins, adalah metabolit sekunder yang disintesis selama
pengembangan sebagai komponen dinding sel alga atau sebagai pertahanan kimia dalam
menanggapi kondisi stres abiotik atau biotik, seperti radiasi UV, infeksi bakteri atau
epiphytism, serta untuk komunikasi interspesifik (Tanniou, 2014).
Berbagai senyawa fenolik termasuk quercetin, myricetin (flavonoid); genistein,
daidzein (isoflavon); hesperidin (flavonoid), dan lutein (flavon) ditemukan dalam ekstrak
metanol merah, coklat, dan rumput laut hijau (Yoshie et al., 2000; Yangthong et al.,
2009 & Santoso et al., 2004). Senyawa fenol diduga mempunyai aktivitas antioksidan,
antitumor, antiviral, dan antibiotik. Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik
sehingga semua menunjukkan serapan kuat terhadap spektrum UV. (Harborne, 1987).
E. Antibakteri
Antibakteri adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan
reproduksi bakteri. Bahan anti mikroba diartikan sebagai bahan yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme mikroba, sehingga bahan tersebut dapat menghambat
pertumbuhan atau bahkan membunuh mikroba. Agen antibakteri dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:
a. Bakteriostatik
Suatu biopsida yang dapat menghambat multiplikasi bacteria, multiplikasi
didapatkan berdasarkan penghilangan agen.
b. Bakterisida
Suatu biosida yang dapat membunuh bacteria. Aksi bakterisidal berbeda dengan
bakteriostatik yang hanya dalam sifat irreversible yaitu organisme yang terbunuh tidak
dapat bereproduksi lebih lama, bahkan setelah tidak berkontak dengan agen.
Mekanisme aksi obat antibiotik dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok
utama yaitu:
a.
Penghambatan terhadap sintesis dinding sel.
Penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-asetilmuramat ke dalam struktur mukopeptide yang biasanya
membentuk sifat kaku pada dinding sel. Contoh : Basitrasin, sefalosporin, sikloserin,
penisillin, vankomisin
b.
Penghambatan terhadap fungsi membran sel
Antibiotik ini bergabung dengan membran sel, menyebabkan fungsi integritas
membrane sitoplasma rusak, makromolekul dan ion keluar sel, disorientasi komponenkomponen lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai perintang osmotik.
Contoh; amfoterisin β, kolistin, imidazol, triasol, polien, polimiksin
c.
Penghambatan terhadap sintesis protein
Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA pada situs spesifik
di ribosom selama perpanjangan rantai peptida, yang berakibat pada hambatan sintesis
protein. Contoh: kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, aminoglikosida
d.
Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat
Bakteri membutuhkan asam p-aminobenzoat (APAB) untuk mensintesis asam
folat, suatu koenzim essensial. Karena molekul APAB dengan molekul antibiotik hampir
sama, maka antibiotik akan bersaing dengan APAB sehingga sintesis asam folat akan
terhambat. Mekanisme kerja antibiotik ini merupakan contoh penghambatan kompetitif
antara metabolit esensial (APAB) dengan analog metabolit (antibiotik). Contoh:
quinolon, pyrimethamin, rifampin, sulfonamid, trimetrexat (Jawetz, 2005).
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan rumput laut Sargassum crassifolium yang diperoleh
dari perairan Teluk Awur Kabupaten Jepara. Sampel rumput laut Sargassum crassifolium
diambil secara acak pada kedalaman 0,5 sampai 1 meter serta rumput laut yang
mengapung terbawa oleh gelombang laut kepermukaan pantai. Rumput laut jenis
Sargassum crassifolium hanya muncul pada musim tertentu maka pengambilan Sampel
dilakukan pada musim kemarau dan saat air laut surut. Rumput laut yang telah diambil
diberi label dan disimpan dalam coolbox yang telah berisi es batu untuk menjaga
kesegaran rumput laut selama perjalanan menuju laboratorium.
B.
Uji Kualitatif
Uji kualitatif dilakukan untuk menunjukkan ada atau tidaknya zat aktif antibakteri
yang terkandung dalam rumput laut sebelum diekstrak. Uji kualitatif menggunakan
rumput laut segar yang telah dicuci dengan air tawar, hal ini dilakukan untuk
meminimalkan kandungan garam. Kemudian rumput laut ditumbuk kasar dengan
menggunakan mortar steril. Proses penumbukan ini dilakukan agar senyawa aktif dalam
rumput laut keluar. Rumput laut yang sudah ditumbuk diletakkan pada permukaan agar
dalam cawan petri yang telah diolesi bakteri uji secara merata. Kemudian diinokulasikan
selama 24 jam dalam suhu ruangan. Jika terdapat zona hambatan, berarti terdapat zat
antibakteri pada rumput laut tersebut. Sampel ditumbuk menggunakan mortar sampai
halus kemudian diambil sebanyak 1 gr, kemudian ditempelkan secara aseptis ke
permukaan media yang berisi bakteri uji, diinkubasi selama 1x24 jam dan diamati.
C.
Preparasi Sampel
Sampel Rumput laut Sargassum crassifolium yang sudah dikumpulkan dicuci dan
dibersihkan dari pengotor yang melekat (sortasi basah) menggunakan air mengalir,
kemudian dicuci kembali menggunakan air steril. Sampel yang sudah bersih dipotong
kecil-kecil ±5cm dalam keadaan basah. Setelah itu dilakukan penimbangan untuk
mengetahui biomassa basahnya, kemudian di kering anginkan tanpa terkena sinar
matahari secara langsung selama 1 minggu. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kerusakan senyawa bioaktif suatu bahan. Rumput laut yang sudah kering di blender
sampai menjadi serbuk kasar kemudian disaring untuk mendapatkan tekstur butir yang
sama. Serbuk kasar Sargassum crassifolium dimasukkan dalam kantong plastik dan
diberi label untuk selanjutnya dilakukan proses ekstraksi. Sediaan rumput laut ini yang
disebut simplisia (Vijayabaskar, 2011).
D.
Ekstraksi Sargassum crassifolium
Ekstraksi metabolit sekunder dari Sargassum crassifolium dilakukan dengan cara
ekstraksi maserasi mengguanakan pelarut bertingkat (Santoso, 2010). Harborne (1987)
menyatakan bahwa ekstraksi bertingkat dilakukan dengan cara merendam sampel
menggunakan sederetan pelarut berbeda secara berurutan dan bergantian, dimulai dengan
pelarut non polar (n-heksana) lalu dengan pelarut semipolar (etil asetat) kemudian dengan
pelarut polar (etanol/metanol). Simplisia Sargassum crassifolium sebanyak 500 g
diekstraksi dengan 2 L pelarut proses ekstraksi diulang dua kali (Vijayabaskar et al,
2012). Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam pada suhu ruang. Hasil maserasi dipisahkan
antara filtrat dan residunya dengan cara penyaringan. Residu yang dihasilkan dimaserasi
kembali dengan pelarut dan waktu yang sama. Hasilnya dipisahkan kembali antara residu
dan filtratnya. Filtrat pertama dan kedua yang didapat diuapkan dengan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 40 oC. Maserasi selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama tetapi menggunakan pelarut yang selanjutnya yakni etil asetat dan metanol. Ekstrak
yng terkonsentrasi sebagai senyawa polifenol rumput laut yang akan digunakan untuk
analisis lebih lanjut.
E.
Uji Keberadaan fenol
Sejumlah sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70 %. Larutan yang dihasilkan
diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau hijau biru (Harborne, 1987).
F.
Penentuan Total senyawa fenol
Total senyawa fenolik setiap ekstrak dari S. crassifolium ditentukan secara
spektrofotometri menggunakan reagen Follin-Ciocalteu (Yangthong, et al., 2009).
Sebanyak 100μl sampel ekstrak rumput laut dicampur dengan 2ml dari 2%
natrium karbonat dan didiamkan selama 2 menit pada suhu kamar dalam keadaan gelap.
Absorbansi semua ekstrak sampel diukur pada 720 nm menggunakan spektrofotometer.
Asam galat digunakan sebagai standar dan kurva kalibrasi disiapkan dengan berbagai
konsentrasi dari 10 sampai 200mg / l. Kurva kalibrasi asam galat digunakan untuk
menentukan kadar senyawa fenolat yang terkandung dalam sampel melalui persamaan
regresi dan dinyatakan dalam satuan mg ekuivalen asam galat/g ekstrak (mg GAE/g
ekstrak).
G.
Persiapan media dan kultur bakteri
Nutrient Broth (NB) digunakan sebagai media untuk mengkultur bakteri
Staphylococcus. Sebanyak 8 gram media NB dilarutkan dalam 1000 ml akuades. Media
diaduk sampai homogen dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 oC selama 15
menit (Mbata et al., 2009).
H.
Penentuan aktivitas antimikroba ekstrak rumput laut.
Aktivitas antimikroba diuji sesuai dengan metode Baydar et al. (2005).
Staphylococcus aures disubkultur pada 10 ml medium nutrient Broth sebanyak 1 ose
dan diinkubasi pada suhu 370 C selama 18-24 jam untuk mendapatkan sekitar 107-108
koloni membentuk unit / ml (CFU / ml). Kultur yang telah disegarkan absorbansinya
diukur pada panjang gelombang 625 nm (Bauer et al., 1966). Sebanyak 0,1 ml biakan
ditanam pada medium plate count agar (PCA) dengan teknik spread plate. Paper disk
Steril disk (8 mm) dibuat dari kertas Whatman No 4, sebagai uji aktifitas antibakteri
masing masing kertas direndam dengan tiga pelarut yang berbeda yaitu etanol, n-heksana
dan dengan konsentrasi yang berbeda 100; 50; 25; 15; 5; 1; 0,5; dan 0,1 μg/disk
(Dashtiannasab et al.,2012). Sedangkan untuk kontrol positif menggunakan antibiotik
Ampicilin. Sedangkan untuk uji negatif digunakan 3 pelarut yaitu etanol, n-heksana dan
methanol. Paper disk yang dikeringkan pada 400 C selama 30 menit dan ditempatkan ke
permukaan setiap lempeng mikroorganisme dan diinkubasi pada 370 C. Pengukuran zona
hambatan diukur pada 24 jam dan 48 jam setelah inkubasi. Luasnya wilayah jernih
merupakan bukti kepekaan mikroorganisme terhadap bahan atau senyawa antimikrobial.
Besarnya zona hambatan adalah diameter zona hambatan dikurangi 8 mm (diameter
paper disk). (Lay, 1994 ; Trianto et al., 2004).
I.
Analisis Data
Data yang sudah dianalisis berupa data total fenol dan aktivitas antibakteri diuji
normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji ANOVA satu arah (One Way
ANOVA) untuk menentukan perbedaan rata-rata antar perlakuan. Jika terdapat
perbedaan, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tuckey untuk
mengetahui variabel mana yang memiliki perbedaan, berdasarkan nilai signifikansi p <
0,05.. Hubungan antara total fenol dengan aktivitas antibakteri dianalisis dengan analisis
Korelasi Pearson.
J.
Persiapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biokimia Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang dan Laboratorium
Bioteknologi Laut Tropis, Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro.
Bahan yang digunakan
Sampel yang digunakan adalah ekstrak alga coklat Sargassum crassifolium dengan
berbagai pelarut. Sargassum crassifolium, Staphylococcus aureus, n-heksana , etil asetat,
methanol, alcohol 70%, Aquades, Nutrient Broth, Plate Count Agar, Asam galat, FeCl3
5%, Reagen Follin-Ciocalteu, Natrium karbonat, paper disk.
Alat yang digunakan
Gunting, kantong plastik, label, coolbox, blender, soxhlet, rotary evaporator, incubator
40C dan 370C, timbangan analitik, blender, gelas ukur, gelas beker, spatula, baki,
Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, ose, mikropipet, tip, cawan petri, Autoklaf,
Spektrofotometri, Hotplate Stirer, lemari pendingin, jangka sorong.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
A. Anggaran Biaya
No.
Nama Barang
Total biaya
1.
Peralatan Penunjang
Rp 3.750.000,00
2.
Barang Habis Pakai
Rp 900.000,00
3.
Lain-lain
Rp 3.400.000,00
Total Anggaran
Rp 8.050.000,00
B. Jadwal Kegiatan
No.
Kegiatan
1.
Tahap
persiapan
Tahap
penelitian 1
Tahap
penelitian 2
Tahap
analisis
Penyusunan
laporan
Laporan
akhir
2.
3.
4.
5.
6.
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
Daftar Pustaka
Baydar, N.G., Ozkan, & G, Sagdis. 2005. Total phenolic contents and antimicrobial
activity of grape (Vistis vinfera L.) extracts. Food Control, 15:335–339.
Bourgougnon, N., & Stiger-Pouvreau, V .2011. Chemodiversity and bioactivity within
red and brown marine macroalgae along French coasts, Metropole and overseas
departments and territories. In: Kim S-K (ed) Handbook of marine macroalgae:
Biotechnology and applied phycology. Wiley, Chichester, pp 58–105
Harborne J.B. 1987. Phytochemical methods. Ed ke-2. New York: Chapman and Hall.
Heo, S.J., S.C. Ko, S.H. Cha, D.H. Kang, H.S. Park, & Y.U. Choi. 2009. Effect of
phlorotannins isolated from Ecklonia cava on melano-genesis and their protective
effect against photo-oxidative stress induced by UV-B radiation. Toxicology in
Vitro, 23:1123-1130.
Jawetz, E., Melnick, J.J., & Adelberg E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Buku 1.
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Penterjemah),
2005, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia, hal. 156-158; 224; 245.
Kolanjinathan, K., Ganesh, P. & Govindarajan, M. 2009. Antibacterial activity of ethanol
extracts of seaweeds against fish bacterial pathogens. Eur Rev Med Pharmacol
Sci, 13: 173-177.
Kolanjinathan, K., & Stella, D. 2009. Antibacterial activity of marine macro algae
against human pathogens. Recent Res Sci Technol, 1(1): 20-22.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta.168 hlm.
Megha N. M and Sabale A. B. 2014. Antimicrobial, Antioxidant And Haemolytic
Potential Of Brown Macroalga Sargassum. World Journal Of Pharmacy And
Pharmaceutical Sciences. 3 (8) : 2091-2104.
Michael Guiry in Guiry, M.D. & Guiry, G.M. 2015. Algaebase. World-Wide Publication,
National University of Ireland, Galway. http://www.algabase.org; searched on 14
April 2015.
Parys, S., Rosenbaum, A., Kehraus, S., Reher, G., Glombitza, K. W., & König, G. M.
2007. Evaluation of quantitative methods for the determination of polyphenols in
algal extracts. Journal of Natural Products, 70, 1865–1870.
Pelczar, M.J.& Chan, E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikribiologi, jilid I. Hadioetomo, R. S,
Tjitrosomo, S.S, Angka, S.L & Imas, T. ( penerjemah). Penerbit UI Press. Jakarta.
Rodriguez-Bernaldo de Quiros, A., Lage-Yusty, M.A., & Lopez-Hernandez, J. 2010.
Determination of phenolic compounds in macroalgae for human consumption.
Food Chem, 121: 634-638.
Santoso, J., R. Maulida, and S.H. Suseno. 2010b. Antioxidant activities of methanol,
ethyl acetate and hexane extracts of green seaweed Caulerpa lentillifera. J. Mar.
Sci. 2 (special edition): 310-319.
Santoso, J & Siti Anwariyah. 2012. Phenol Content, Antioxidant Activity And Fibers
Profile Of Four Tropical Seagrasses From Indonesia Journal of Coastal
Develpopment 15(2) :189-196.
Santoso J, Podungge F, & Sumaryanto H. 2013. Chemical Composition And Antioxidant
Activity Of Tropical Brown Algae Padina Australis From Pramuka Island,
District Of Seribu Island, Indonesia. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
5(2): 287-297
Tanniou, A., Vandanjon, L., Incera, M., Esteban, S.L., Husa, V., Le Grand Jacqueline,
Jean-Louis, Poupart, N., Kervarec, N., Engelen, A., Walsh, R., Guerard, F.,
Bourgougnon, N., & Stiger-Pouvreu Valerie. 2014. Assessment of the spatial
variability of phenolic contents and associated bioactivities in the invasive alga
Sargassum muticum sampled along its European range from Norway to Portugal.
Journal Of Applied Phycology, 26(2) :1215 – 1230
Trianto, A., Edi, W., Suryono, & Rahayu S.2004. Ekstrak Daun Mangrove Aegiceras
corniculatum Sebagai Antibakteri Vibrio harveyi dan Vibrio parahaemolyticus.
Jurnal Ilmu Kelautan, 9(4) : 186-189.
Vijayabaskar, P., Shiyamala, V. 2011. Antibacterial Activities of Brown Marine Algae (
Sargassum wightii and Turbinaria ornate) From The Gulf of Mannar Biosphere
Reserve. Adv. Biol. Res, 5:99-102 p.
Widowati, I., Susanto, A.B., Stiger-Pouvreau, V., & Bourgougnon, N. 2013. Potentiality
of Using Spreading Sargassum Species from Indonesia as an Interesting Source of
Antibacterial
and
Radical
Scavenging
Compounds:A
Preliminary
Study.International Journal of Marine and Aquatic Resource Conservation and
Co-existence Research Article , 1 (1): 63-67
Yangthong, M., H.T. Nongporn, & W. Phromkunthong. 2009. Antioxidant activities of
four edible seaweeds from the southern coast of Thailand. Plant Foods Human
Nutr, 64: 218-223.
Yoshie, Y., Wang, W., & Petillo D, Suzuki T .2000.
Japanese seaweeds. Fish Sci, 66:998–1000
Distribution of catechins in
Lampiran 1.Biodata Ketua dan Anggota
A.
Identitas Diri
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Progam Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
Email
No Telelepon/HP
B.
Nikmatul Hidayah
Perempuan
Biologi
4411412054
Jepara,26 Juli 1994
[email protected]
085642763125
Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun MasukLulus
SD
MI Zumrotul
Wildan Ngabul
SMP
MTs Darul Ulum
Purwogondo
SMA
SMA Negeri 1
Pecangaan
2000/2001 –
2005/2006
2006/2007 –
2008/2009
IPA
2009/2010 2011/2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Progam Kreativitas Mahasiswa
Semarang, 05 Juni 2015
Pengusul,
Nikmatul Hidayah
NIM. 4411412054
Anggota 1
A. Identitas Diri
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Progam Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
Email
No Telelepon/HP
Erni Wulandari
Perempuan
Biologi
4411412053
Magelang, 6 Februari 1994
[email protected]
085729940833
B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun MasukLulus
SD
SD N Ploso Gedhe
1
SMP
SMP N 2 Salam
SMA
MAN Tempel
2000/2001 –
2005/2006
2006/2007 –
2008/2009
2009/2010 2011/2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Progam Kreativitas MahasiswaAsriyana & Yuliana.
2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
Semarang, 05 Juni 2015
Pengusul
Erni Wulandari
NIM. 4411412053
Anggota 1
C. Identitas Diri
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Progam Studi
NIM
Tempat dan Tanggal Lahir
Email
No Telelepon/HP
Ahmad Solikin
Laki - Laki
Biologi
4411412048
Wonogiri, 16 Oktober 1994
[email protected]
085642489804
D. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun MasukLulus
SD
SD N 1 mojorenok
2000/2001 –
2005/2006
SMP
SMP N 2 Sidoharjo
SMA
SMA N Jatisrono
2006/2007 –
2008/2009
IPA
2009/2010 2011/2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Progam Kreativitas MahasiswaAsriyana & Yuliana.
2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
Semarang, 05 Juni 2015
Pengusul
Ahmad Solikin
NIM. 4411412048
Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan
A. PERALATAN PENUNJANG
No
Nama Barang
Anggaran Pengeluaran
1.
coolbox
Rp 300.000, 00
2.
Blender
Rp 250.000, 00
3.
Peralatan gelas
Rp 500.000, 00
4.
Baki plastik
Rp 60.000, 00
Total anggaran
Rp 1.110.000,00
B. BAHAN HABIS PAKAI
No.
Nama Barang
Anggaran Pengeluaran
1.
Pelarut ekstraksi
Rp. 600.000, 00
2.
Biakan bakteri Staphylococcus aureus
Rp 1.500.000, 00
3.
Aquadest
Rp 200.000,00
4.
Media Plat Count Agar
Rp 50.000, 00
5.
Media Nutrient Broth
Rp 50.000, 00
6.
Reagen Follin ciocalteau
Rp 150.000, 00
7.
Asam Galat
Rp 50.000, 00
8.
Natrium karbonat
Rp 50.000,00
9.
FeCl3
Rp. 50.000, 00
10.
Paper disk Whatman
Rp. 150. 000, 00
Total anggaran
Rp 2.900.000, 00
C. LAIN-LAIN
No.
Nama Barang
Anggaran Pengeluaran
1.
Perijinan peminjaman laboratorium
Rp 3.000.000,00
2.
Asistensi Penelitian
Rp 2.000.000,00
3.
Penyusunan laporan Monitoring dan
Rp 400.000,00
evaluasi
4.
Laporan akhir
Rp 200.000,00
5.
Transportasi
Rp 600.000,00
6.
Brosur
Rp 300.000,00
Total anggaran
Rp 6.500.000,00
TOTAL ANGGARAN
No.
Nama Barang
Total biaya
1.
Peralatan Penunjang
Rp 1.110.000,00
2.
Barang Habis Pakai
Rp 2.900.000, 00
3.
Lain-lain
Rp 6.500.000,00
Total Anggaran
Rp 10.510.000, 00
Download