hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dan kepercayaan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
2.1.1. Pengertian Kepercayaan Diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan
mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan
mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.
Menurut Thantaway dalam Kamus istilah Bimbingan dan Konseling (2005:87),
percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi
keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan.
Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang percaya pada
kemampuannya, karena itu sering menutup diri.
Percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan akan
kemampuan diri sendiri yang memadai dan menyadari bahwa kemampuan yang
dimilikinya dapat dimanfaatkan secara tepat. Menurut Rini (2002) kepercayaan
diri adalah sikap positif seseorang individu yang memampukan dirinya untuk
mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan yang dihadapinya. Dengan rasa percaya diri orang akan mampu
mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan
menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri
akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan
9
ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan
pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain
Breneche dan Amich (dalam Dewi, 2005) menjelaskan kepercayaan diri
merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu apa yang dibutuhkan dalam
kehidupannya sehingga tidak perlu membandingkan dirinya dengan orang lain.
Setiap individu mempunyai kepercayaan diri yang berbeda-beda, sebagian orang
merasa sangat percaya diri sementara sebagaian individu yang lain merasa kurang
percaya diri. Lauster (1978), mengatakan bahwa individu yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang optimis. Orang yang
percaya diri akan mampu menghargai orang lain karena percaya bahwa orang lain
juga mempunyai kemampuan seperti dirinya. Sedangkan individu yang kurang
percaya diri akan mengalami kesulitan dalam mengadakan hubungan dengan
orang lain, kurang bertanggung jawab, selalu membandingkan dirinya dan
pesimis.
2.1.2. Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
2.1.2.1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1999).
Monks (2001), menyatakan bahwa masa remaja menunjukan dengan sifat jelas
masa transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.
10
Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah periode transisi, saat
seorang individu mengalami perubahan fisik dan psikologis dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Pada masa transisi ini, remaja dapat dipandang dari dua sisi yang
berlainan, disatu sisi remaja ingin menjadi seseorang yang mandiri tanpa bantuan
orang tuanya lagi, namun disisi lain remaja masih membutuhkan bantuan dari
orang tuanya. Pada masa remaja seseorang mulai belajar mengekspreiskan
perasaan-perasaan yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya (Ristianti, 2008)
Mappiare (1982) mengatakan masa remaja secara psikologis adalah usia
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak
lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang
dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12-21 tahun (Monks, 2001).
2.1.2.2. Pengertian Kelebihan Berat Badan
Setiap orang pasti menginginkan bentuk tubuh yang ideal, tidak terlalu
kurus juga tidak terlalu gemuk dan terlihat proporsional sesuai antara berat badan
dengan tinggi badan. Seseorang sering salah mengartikan antara istilah kelebihan
berat badan (over weight) dengan kegemukan (obesitas), padahal sebenarnya
keduanya mempunyai makna yang berbeda. Dalam Kompas (26 Juli, 2010)
menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami kelebihan berat badan belum
tentu mengalami kegemukan. Obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh berada
11
dalam jumlah yang berlebihan. Sedangkan kelebihan berat badan (overweight)
adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal.
Seseorang dapat dikatakan kelebihan berat badan ketika berat badannya
melebihi berat badan ideal sebesar 10% atau lebih, sedangkan seseorang yang
berat badannya melebihi 20% dari berat badan idealnya dapat dikatakan seseorang
tersebut mengalami kegemukan (obesitas). Rata-rata wanita memilik lemak tubuh
yang lebih banyak dari pria. Pada wanita perbandingan yang normal antara lemak
tubuh dengan berat badan adalah 25-30%, sedangkan pria 18-23% (Wekipedia
Indonesia).
Menurut Albert (2003) bahwa bentuk fisik kelebihan berat badan
dibedakan menurut distribusi lemak. Bila lebih banyak lemak dibagian atas tubuh
(dada dan pinggang) maka disebut apple shape body(android),dan bila lemak
lebih banyak dibagian bawah tubuh (pinggul dan paha) disebut pear shape body
(gynecoid). Sedangkan bentuk tubuh pertengahan adalah intermediate. Apple
shape cenderung beresiko tinggi atau lebih besar mengalami penyakit
kardioveskuler, hipertensi dan diabetes dibandingkan pear shape.
2.1.2.3. Cara Menilai Berat Badan Ideal
Banyak cara yang digunakan untuk mengukur berat badan seseorang,
apakah berat badan kita ideal, overweight atau obesitas. Menurut David dari US
Government Actuarial Information, mengkategorikan berat badan ideal seseorang
kedalam tabel berdasarkan tinggi badannya sebagai berikut :
12
Tabel 2.1
Standar-standar pengukuran berat badan manusia menurut Wirakusumah
(1994), adalah :
1) Standart Brocca
Definisi untuk berat badan ideal menurut Brocca adalah :
(TB – 100) - 10% (TB – 100)
TB : Tinggi badan (dalam cm)
Contoh : Gilang memiliki tinggi badan 178 cm, maka berat badan idealnya
jika diukur menggunakan standar Brocca adalah
= (178 – 100) – 10% (178 – 100)
= 78 – 7,8
= 70,2 kg
Jadi berat badan Gilang yang ideal adalah 70,2 kg.
13
2) IMT (Indek Masa Tubuh)
Indek Masa Tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat
badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. IMT tidak mengukur lemak
tubuh secara langsung, melainkan IMT berkorelasi dengan pengukuran secara
langsung lemak tubuh. IMT merupakan salah satu standart pengukuran berat
badan yang digunakan di Indonesia, yaitu dihitung dengan cara :
Indek Masa Tubuh (IMT) = Berat Badan (kg) : Tinggi Badan (m)2
Tabel 2.2
IMT (Indek Masa Tubuh)
IMT
< 18.5
18.5 - 22.9
23 - 24.9
≥ 25
KATEGORI
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan standar pengkuran berat
badan IMT, karena metode tersebut paling mudah dimengerti baik oleh
masyarakat luas dan bagi peneliti sendiri.
2.1.2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Berat Badan
Jumra Nadilla (2012) menyebutkan ada beberapa faktor yang
menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat bada (overweight) antara lain:
1) Kelebihan makanan
Kelebihan berat badan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan
makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata
lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh.
14
2) Kurangnya aktifitas
Kelebihan berat badan dapat terjadi bukan hanya karena makanan
berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi
kelebihan
energi.
Berbagai
kemudahan
hidup
juga
menyebabkan
berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan tekhnologi diberbagai bidang
kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak
memerlukan kerja fisik yang berat.
3) Faktor psikologis
Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong
terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis
atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan.
Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa, atau tertekan, biasanya
cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi perasaanperasaan tidak menyenangkan tersebut.
4) Faktor genetik
Kelebihan berat badan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada
generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering
menjumpai orangtua gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula.
Dalam hal ini faktor genetik berperan menentukan jumlah unsur sel lemak
dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara otomatis
akan diturunkan kepada bayi yang sedang berada di dalam kandungan. Maka
tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif
sama besar.
15
5) Pola konsumsi makanan
Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta
rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat
diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi
makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun mereka
mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji
sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan disimpan
menjadi lemak tubuh.
6) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi
gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap
gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut
mengabaikan bentuk badan yang ideal.
2.1.3. Pengertian Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
Berdasarkan keterangan sebelumnya, secara psikologis masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua melainkan berada
dalam tingkatan yang sama. Bila ditinjau dari segi perkembangan biologis, yang
dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12-21 tahun. Pada usia tersebut
seorang akan mengalami perubahan fisik maupun emosional yang sangat drastis.
Sedangkan yang dimaksud dengan kelebihan berat badan adalah ketika
berat badan seseorang melebihi berat badan ideal sebesar 10% atau lebih,
16
sedangkan seseorang yang berat badannya melebihi 20% dari berat badan
idealnya dapat dikatakan seseorang tersebut mengalami kegemukan (obesitas).
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
remaja yang mengalami kelebihan berat badan adalah seorang individu yang
berusia antara 12-21 tahun, ketika mereka mengalami masa transisi sebagai
seorang pria maupun wanita dewasa. Bila dilihat dari umur, jenis kelamin dan
perkembangan tubuhnya memiliki berat badan yang melebihi 10% dari berat
badan idealnya dan jika melebihi 20% dari berat badan idealnya maka dapat
dikatakan obesitas (kegemuklan).
2.1.4. Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan akan kemampuan dirinya
sendiri dan menyadari bahwa kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan secara
tepat. Bagi seorang remaja yang mengalami kelebihan berat badan, kepercayaan
diri amatlah penting. Karena dengan memiliki kepercayaan diri yang baik seorang
remaja yang mengalami kelebihan berat badan akan dapat menilai dirinya sendiri
secara positif dan tidak akan merasa malu apabila berada dalam lingkungan sosial.
Remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi tidak akan mempermasalahkan bentuk tubuhnya sehingga dirinya tidak perlu cemas untuk menurunkan berat badannya agar mendapatkan bentuk badan yang ideal.
Sedangkan pengertian dari remaja yang memiliki kelebihan berat badan
adalah seorang individu yang berusia antara 12-21 tahun, ketika mereka
mengalami masa transisi sebagai seorang pria maupun wanita dewasa. Bila dilihat
17
dari umur, jenis kelamin dan perkembangan tubuhnya memiliki berat badan yang
melebihi 10% dari berat badan idealnya dan jika melebihi 20% dari berat badan
idealnya maka dapat dikatakan obesitas (kegemukan).
Berdasarkan uraian di atas kepercayaan diri remaja yang mengalami
kelebihan berat badan adalah suatu keyakinan seorang remaja yang memiliki berat
badan 10% melebihi berat badan ideal dan percaya akan kemampuan dirinya
sendiri yang memadai. Dengan adanya keyakinan atas kemampuan yang
dimilikinya, maka seorang remaja yang mengalami kelebihan berat badan tidak
akan merasa malu dan tetap percaya diri walaupun bentuk tubuhnya tidak ideal
serta masih memiliki semangat untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.
2.1.5. Ciri-ciri Individu Yang Memiliki Kepercayaan Diri
Menurut Lauster (1978) ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri
yang positif adalah :
1) Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif tentang dirinya bahwa
mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
2) Optimis, yaitu sikap seseorang yang selalu berpandangan baik dalam
menghadapi segala hal tentang diri, harapan dan kemenangan.
3) Obyektif, yaitu orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala
sesuatu sesuai dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran
pribadi atau menurut dirinya sendiri.
18
4) Bertanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5) Rasional dan realistis yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu
kejadian dengan menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai
dengan kenyataan.
Menurut Lauster (1978) seseorang yang mempunyai kepercayaan diri
positif dapat digambarkan dari empat aspek, yaitu :
a. Cinta diri
Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta ini bukanlah
sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri merupakan
prilaku seseorang untuk memelihara diri sendiri.
b. Pemahaman diri
Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan dan
prilaku diri sendiri. Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu
bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan
kompetisi atau kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian,
pengakuan, penerimaan atau rasa hormat orang lain, berani menerima dan
menghadapi penolakan orang lain yaitu berani menjadi diri sendiri.
c. Tujuan hidup yang jelas
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan
mempunyai pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan
mengetahui hasil apa yang dapat diharapkannya, tidak terdorong untuk
menunjukan sikap konformis dan diterima oleh orang lain atau kelompok,
19
memiliki harapan yang realistis terhadap diri sendiri sehingga ketika harapan
tersebut tidak terwujud seseorang tetap mampu melihat sisi positif dari dirinya
dan situasi yang terjadi.
d. Berpikir positif
Orang yang percaya diri biasanya menyenangkan, karena mampu melihat
kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang
bagus, mempunyai pengendalian diri yang baik, memiliki internal locus of
control (memandang keberhasilan atau kegagalan, dari usaha diri sendiri dan
tidak mudah menyerah pada nasib atau kedaan, serta tidak menggantungkan
atau mengharap bantuan dari orang lain), mempunyai cara pandang terhadap
diri sendiri.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ditekankan pada ciri-ciri
seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang dikemukakan oleh Lauster,
yaitu keyakinan, optimis, obyektif, bertanggung jawab, rasional dan realistis.
2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Menurut Tursan Hakim (2002) Percaya diri merupakan suatu keyakinan
dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri, dengan menerima
secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari
melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya . Rasa percaya
diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses tertentu didalam
pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri.
20
Menurut Hakim (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
yaitu :
a. Faktor internal
Perasaan dari dalam diri, merupakan cara individu memandang dan
menilai dirinya sendiri, terdiri dari :
1) Keadaan fisik
Keadaan fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan
diri. Individu yang memiliki fisik yang kurang sempurna akan
menimbulkan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, karena merasa ada
yang kurang didalam dirinya dan membandingkannya dengan orang lain.
Keadaan ini yang membuat individu merasa kurang percaya diri.
2) Konsep diri
Konsep diri adalah gagasan tentang dirinya sendiri. Seorang yang
mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep negatif,
sebaliknya bila seseorang percaya diri maka akan mempunyai konsep diri
yang positif.
3) Usia
Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Seorang remaja yang mempunyai rasa kurang percaya
diri dikarenakan permasalahan tentang konsep diri pada masa kanak-kanak
kurang dapat terselesaikan.
21
4) Harga diri
Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri,
individu yang mempunyai harga diri yang tinggi akan menilai pribadinya
secara rasional yang benar bagi dirinya dan mudah mengadakan hubungan
dengan orang lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan
memandang positif pada dirinya sendiri, percaya pada usahanya dan
mudah menerima orang lain.
5) Pengalaman hidup
Kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Pengalaman
hidup yang kurang baik pada masa kanak-kanak akan berdampak pada
masa pertumbuhan selanjutnya.
6) Kegagalan dan kesuksesan
Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang kepada
kegembiraan dan juga membuat pandangan yang positif, sehingga dapat
menimbulkan kepercayaan diri disetiap permasalahan yang dihadapi dan
dapat dianalisis dengan baik.
7) Peran lingkungan keluarga terhadap terbentuknya kepercayaan diri
Jika fungsi keluarga berjalan lancar dan baik , maka besar
kemungkinan individu dalam keluarga tersebut mempunyai kepercayaan
diri yang baik. Karena keluarga adalah pondasi dalam membentuk karakter
individu.
22
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan persepsi dan reaksi lingkungan terhadap diri
kita. Faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan diri individu, yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony
(1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah
cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih
pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung
akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain.
Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa
percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut
kenyataan.
2) Pekerjaan
Rogers (dalam Kusuma, 2005) mengemukakan bahwa bekerja
dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan
melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa
bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
3) Lingkungan dan pengalaman hidup
Lingkungan
disini
merupakan
lingkungan
keluarga
dan
masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga
seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan
memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan
23
lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh
masyarakat, maka semakin mantap kepercayaan dirinya (Centi, 1995).
Sedangkan
pembentukan
kepercayaan
diri
juga
bersumber
dari
pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya.
Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami
seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan
menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995).
4) Dukungan sosial
Menurut Loekmono (1983) bahwa rasa percaya diri dipengaruhi
dalam hubungannya dengan orang-orang yang dianggap penting,
lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Natawidjaja (dalam Kusumawati,
2008) untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja membutuhkan pihak
lain yang dapat dipercaya untuk mendorong keberaniaanya dalam
mengambil keputusannya.
2.1.7. Proses Pembentukan Kepercayaan Diri
Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang, ada proses
tertentu didalam pribadi seseorang sehingga terjadilah pembentukan percaya diri,
secara garis besar terbentuknya percaya diri yang kuat oleh Thursan Hakim (2002)
melalui proses sebagai berikut :
a. Terbentuknya kepribadian yang baik yang sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu. Ketika seseorang
24
mendapatkan dukungan sosial sejak awal dari orang-orang terdekatnya, maka
akan membuat individu tahu bahwa ia mempunyai kelebihan dalam dirinya.
b. Pemahaman seseorang terhadap
kelebihan-kelebihan yang dimiliknya
melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan
memanfaatkan kelebihannya. Dengan dukungan sosial dari orang-orang
terdekat, maka akan semakin menguatkan keyakinan individu bahwa dirinya
memiliki kelebihan untuk dapat melakukan segala sesuatu.
c. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang
dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau sulit menyesuaikan
diri. Meskipun seseorang tahu bahwa dirinya mempunyai kekurangan, namun
apabila orang-orang didekatnya tetap memberikan dukungan maka hal ini
akan menimbulkan reaksi positif dalam dirinya. Sehingga menjadi individu
yang tidak rendah diri.
d. Pengalaman didalam menggali berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang dimilkinya. Jika seseorang mempunyai banyak
pengalaman didalam kehidupannya dan disertai dengan dukungan dari orangorang terdekat disekelilingnya serta dapat menggunakan segala kelebihan
yang ada dalam dirinya, maka akan membuat seseorang percaya diri dalam
melakukan segala aspek dalam kehidupannya.
25
2.2. Dukungan Sosial Teman Sebaya
2.2.1. Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Smet (1994) dukungan sosial adalah sebagai suatau kesenangan,
perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diterima dari individu lain atau
kelompoknya. Dukungan sosial menurut Gottlieb (1983) dapat diartikan sebagai
kebersamaan sosial yang menunjukan bahwa seseorang mempunyai kesempatan
untuk dapat mengetahui masalah dirinya dan orang lain atau kelompoknya.
Taylor (dalam Putri, 2005) menambahkan bahwa keluarga atau teman
yang memberikan bantuan nyata dalam bentuk dukungan barang dan jasa selama
individu mengalami kesulitan, semua itu dikarenakan keluarga maupun teman
dapat memberikan informasi atau nasehat serta tindakan yang dapat dilakukan
untuk menghadapi situasi yang sulit. Dengan adanya dukungan tersebut individu
dalam situasi yang sulit akan mendapat dorongan yang positif terhadap
permasalahan yang dihadapinya. Smet (1994) menegaskan individu yang
merasakan adanya dukungan sosial akan lebih sehat fisik dan mentalnya
dibandingkan dengan individu yang merasa tidak memiliki dukungan sosial.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
adalah ikatan sosial atau kebersamaan sosial yang dijalin dengan akrab antara
individu yang satu dengan yang lain dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan
kelompok dan lain-lain.
2.2.2. Pengertian Teman Sebaya
Monks (1994) mengatakan bahwa berinteraksi dengan teman sebaya
merupakan permulaan hubungan persahabatan yang bersifat timbal balik dan
26
memiliki sifat-sifat adanya saling pengertian, saling membantu, saling percaya,
saling menghargai. Hubungan sosial dengan teman sebaya merupakan hal yang
sangat penting bagi perkembangan individu.
Pada awalnya seseorang secara bertahap meninggalkan rumah dan bergaul
secara luas dalam lingkungan sosialnya, setelah itu pergaulannya akan meluas
dengan terbentuknya kelomok-kelompok teman sebaya sebagai suatu wadah
penyesuaian (Mappiare, 1982). Dikatakan pula bahwa kelompok teman sebaya
merupakan lingkungan sosial pertama seseorang belajar untuk hidup bersama.
Lingkungan teman sebaya merupakan kelompok baru yang mempunyai
ciri, norma dan kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang ada di dalam
lingkungan keluarga.
Dengan kata lain bahwa teman sebaya adalah suatu kelompok teman yang
memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama. Didalamnya seseorang individu
merasakan kebersamaan serta ketergantungan dan adanya rasa saling mengerti,
membantu, percaya dan menghargai.
2.2.3. Pengertian Dukungan Sosial Teman Sebaya
Menurut Safarino (1994) Dukungan sosial adalah suatu bentuk informasi,
kesenangan atau bantuan yang diperoleh dari orang lain karena adanya keakraban
sehingga seseorang merasa diperhatikan, dicintai, dihargai serta dihormati.
Menurut Monk (1994) Teman sebaya adalah suatu kelompok teman yang
memiliki ciri, norma dan kebiasaan yang sama, dimana seseorang individu
27
merasakan kebersamaan serta ketergantungan dan di dalamnya ada rasa saling
mengerti, membantu, percaya juga saling menghargai.
Jadi dukungan sosial teman sebaya adalah suatu bentuk informasi,
kesenangan atau bantuan yang diperoleh dari kelompok teman yang memiliki ciri,
norma dan kebiasaan yang sama, sehingga seseorang merasa diperhatikan, dicintai
dan di hargai.
2.2.4. Jenis-jenis Dukungan Sosial
House (dalam Smet, 1994) mengemukakan ada empat jenis dukungan
sosial yaitu :
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang
bersangkutan.
b. Dukungan Penghargaan
Terjadi lewat ungkapan (penghargaan) untuk seseorang, dorongan maju atau
pesertujuan dengan gagasan atau perasaan individu dengan orang lain, seperti
orang-orang yang kurang mampu.
c. Dukungan Instrumen
Mencakup bantuan langsung sesuai dengan kebutuhan individu.
d. Dukungan Informasi
Mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran atau umpan balik
terhadap suatu yang dilakukannya.
28
Menurut Sarafino (1994), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:
a. Dukungan emosional
Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada
seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa
nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika seseorang
mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan
personal, dan cinta.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan ini ada ketika seseorang memberikan penghargaan positif
kepada orang yang sedang stres, dorongan atau persetujuan terhadap ide
ataupun perasaan individu, ataupun melakukan perbandingan positif antara
individu dengan orang lain. Dukungan ini dapat menyebabkan individu yang
menerima dukungan membangun rasa menghargai dirinya, percaya diri, dan
merasa bernilai. Dukungan jenis ini akan sangat berguna ketika individu
mengalami stres karena tuntutan tugas yang lebih besar dari pada kemampuan
yang dimilikinya.
c. Dukungan instrumental
Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu
dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau
meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang
stres.
29
d. Dukungan informasi
Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan
dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang
dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres.
Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana
individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari
temanya tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.
e. Dukungan kelompok
Merupakan dukungan yang dapat menyebabkan individu merasa bahwa
dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dimana anggota-anggotanya
dapat saling berbagi. Misalnya menemani orang yang sedang stres ketika
beristirahat atau berekreasi.
Berdasarkan uraian di atas maka jenis dukungan sosial yang digunakan
oleh penliti ada empat aspek dalam dukungan sosial, yaitu dukungan emosi,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.
2.2.5. Aspek-aspek Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan cara yang sangat baik untuk membantu
seseorang yang sedang megalami stress atau kecemasan. Dukungan sosial yang
diberikan kepada seseorang dapat beraneka ragam. Bentuk dukungan sosial
tersebut House (dalam Smet, 1994) dibedakan menjadi empat aspek atau dimensi
dukungan sosial yaitu :
30
1) Dukungan Emosional
Dukungan ini mencakup dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
ungkapan empati, kepedulian, kasih sayang dan perhatian, adanya kepercayaan
dan mendengarkan orang yang bersangkutan. Wujud dukungan emosional
teman sebaya misalnya member perhatian, mendampingi, memberi semangat,
menghibur, menguatkan hati ketika teman yang mengalami kelebihan berat
badan merasa tidak percaya diri karena takut ditertawakan, dilecehkan dan
tidak diterima di lingkungan teman-temannya.
2) Dukungan Penghargaan
Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif
untuk orang tersebut, dorongan untuk maju atau pesertujuan dengan gagasan
atau perasaan individu dan pandangan positif orang itu dengan orang-orang
lain seperti misalnya orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaanya
yang dapat menambah penghargaan diri. Pada remaja yang mengalami
kelebihan berat badan penghargaan positif dan pemahaman teman sebaya
terhadap hasil yang sejauh ini telah dilakukan oleh seseorang yang mengalami
kelebihan berat badan adalah wujud dari dukungan penghargaan.
3) Dukungan Instrumen
Mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam bentuk uang,
tenaga, waktu dan pemberian hadiah. Misalnya : teman sebaya meluangkan
waktu untuk membantu mengurangi rasa tidak percaya diri dengan mengajak
teman yang kelebihan berat badan tadi mengikuti dan menghadiri kegiatankegiatan yang melibatkan banyak orang.
31
4) Dukungan Informatif
Mencakup pemberian informasi, nasehat, petunjuk-petunjuk, saransaran, umpan balik dan bimbingan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Ketika teman yang mengalami kelebihan berat badan merasa tidak percaya diri
karena kondisi fisiknya, teman sebaya dapat memberikan petunjuk, saran
maupun nasehat supaya tidak malu dengan kondisi fisiknya yang gemuk dan
agar remaja tersebut menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangan,
jangan minder serta selalu berpikir positif bahwa tubuh gemuknya adalah
anugerah lebih dari Tuhan.
2.2.6. Efek Dukungan Sosial
Orang yang mengalami kelebihan berat badan tentu akan membutuhkan
dukungan sosial yang diperoleh dari teman sebaya. Efek atau manfaat dukungan
sosial tersebut oleh House (dalam Cintiana, 2005) dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu :
1) Tangiable Assistance (pemberian dukungan materi)
Untuk pemberian dukungan material dapat dicontohkan dengan teman
sebaya dapat memberikan bajunya yang kebesaran kepada temanya. Hal ini
sangat bermanfaat bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan agar
tetap bisa tampil menarik.
2) Information (pemberian informasi)
Bentuk partisipasi teman sebaya dapat diwujudkan dengan memberikan
informasi seputar hal-hal yang berhubungan dengan kelebihan berat badan.
32
Teman sebaya juga memberikan informasi serta umpan balik untuk
menghadapi masalah yang timbul dan mencari solusi yang tepat kepada
temannya yang mengalami kelebihan berat badan sehingga tidak merasa
cemas, minder dan tidak percaya diri terlalu lama.
3) Emotional Support (pemberian dukungan emosional)
Remaja yang mengalami kelebihan berat badan tidak luput dari rasa
cemas, tidak percaya diri dan ketakutan tidak dapat menyesuaikan diri mengikuti aturan main teman sebaya. Dukungan sosial teman sebaya akan sangat
berharga sekali. Salah satu contoh kepedulian yang dapat diberikan adalah
dengan memberikan semangat dan menguatkan hati pada saat-saat sulit.
2.3. Hubungan
Antara
Dukungan
Sosial
Teman
Sebaya
Dengan
Kepercayaan Diri Remaja Yang Mengalami Kelebihan Berat Badan
Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa setiap manusia
tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dapat dikatakan
juga manusia diberbagai bidang kehidupannya tidak selalu bersandar dan
mengandalkan dirinya sendiri. Maka seseorang membutuhkan dukungan dari
orang lain, terutama dari orang-orang terdekatnya. Seperti keluarga atau teman.
House (dalam Smet, 1994) menyebutkan dukungan tersebut berupa dukungan
emosional, penghargaan, instrument dan informasi.
Dukungan-dukungan tersebut diperoleh agar seseorang merasa bahwa
dirinya diperhatikan, dicintai, dihargai dan dihormati oleh orang-orang
dilingkungan sekitarnya (Sarason, dalam Putri 2005). Pada saat seseorang merasa
dirinya dapat diterima keberadaannya oleh orang-orang disekitarnya, akan
33
menimbulkan keyakinan pada diri seseorang bahwa dirinya itu berharga, maka
seseorang tersebut memandang dirinya secara positif. Apabila seseorang dapat
melihat dirinya secara positif, maka seseorang tersebut dapat mengembangkan
dirinya. Seseorang yang mengalami kelebihan berat badan dituntut untuk mampu
dan dapat mengembangkan dirinya secara positif, agar dapat menerima dirinya
apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilkinya, sehingga
seseorang tersebut berhasil dalam mencapai tujuan hidupnya.
Melalui dukungan sosial yang diberikan, remaja yang mengalami
kelebihan berat badan yang memiliki kepercayaan diri yang kurang akan mendapatkan bantuan dan dorongan apabila remaja tersebut mengalami kesulitan.
Lobby Loekmono (1983) mengemukakan salah satu hal yang berpengaruh
terhadap kepercayaan diri adalah adanya dukungan sosial. Seseorang yang
memiliki kepercayaan diri yaitu seseorang yang yakin atas kemampuan dirinya
sendiri. Tetapi bagi remaja yang mengalami kelebihan berat badan, untuk memiliki kepercayaan diri tidaklah mudah karena kepercayaan diri seseorang akan
timbul apabila remaja tersebut mempunyai kemampuan yang dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya Breneche dan Amich (dalam Dewi, 2005).
Rasa percaya diri pada individu dipengaruhi dalam hubungannya
dengan orang-orang yang dianggapnya penting yaitu lingkungan dan kehidupan
sehari-hari. Seseorang yang masih berada pada usia sekolah, khususnya remaja
yang lingkungan dan kehidupannya masih sangat tgerpengaruh oleh teman
sebayanya, maka seseorang tersebut akan lebih mudah untuk meningkatkan
kepercayaan dirinya melalui dukungan yang diperoleh dari teman sebayanya.
34
Remaja dalam kehidupan sosialnya terlihat sangat tertarik pada
kelompok sebayanya, sehingga dalam hal perbuatan maupun pengalaman mereka
ingin sama dengan anggota kelompoknya. Hal ini terjadi karena dengan
bergabung bersama teman sebayanya seseorang dapat memenuhi kebutuhannya
seperti kebutuhan untuk dimengerti, dianggap, diperhatikan, mencari pengalaman
baru, berprestasi, diterima statusnya, harga diri serta rasa aman yang belum tentu
yang diperoleh di rumah (Ristianti, 2008). Hubungan antar pribadi cenderung
lebih memiliki perasaan positif terhadap interaksinya dengan teman dibandingkan
interaksinya dengan orang tua, dimana hal ini disebabkan hubungan remaja
bersama dengan teman lebih berdasarkan pada penerimaan, interaksi dan
kepribadian (Sarwono, 1990).
2.4. Hipotesis
Berdasarkan uraiaan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya
dengan kepercayaan diri remaja yang mengalami kelebihan berat badan.
35
Download