1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat

advertisement
1 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada saat ini perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para
pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk kemaslahatan sosial. Dari segi
ekonomi, perusahaan memang diharapkan mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Tetapi dari segi sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi
secara langsung kepada masyarakat atau saat ini dikenal dengan corporate social
responsibility (CSR).
Darwin dalam Anggraini (2006) mendefinisikan CSR adalah mekanisme
bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder
yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Lebih lanjut
Anggraini (2006) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
diungkapkan didalam laporan yang disebut sustainability reporting atau dapat
dilihat dalam pengungkapannya pada laporan perusahaan (annual report).
Selain itu, perusahaan juga dapat memperoleh legitimasi dengan
memperlihatkan tanggung jawab sosial melalui pengungkapan CSR dalam media
termasuk dalam laporan tahunan perusahaan (Oliver, Haniffa dan Coke, Ani,
dalam Novita dan Djakman, 2008). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sayekti
dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa dengan menerapkan CSR, diharapkan
perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan
keuangannya dalam jangka panjang.
Kesadaran akan pentingnya CSR yang dilakukan oleh perusahaan
mendorong perusahaan untuk mengungkapkan praktik-praktik atau kegiatan CSR
yang dilakukan. Pengungkapan kegiatan CSR dapat diungkapkan pada laporan
keuangan atau laporan tahunan perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan kinerja manajemen perusahaan dalam
mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dan salah satu sumber
informasi yang penting bagi investor di samping informasi lain, seperti informasi
industri, kondisi perusahaan, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan
lainnya. Setiap perusahaan publik diwajibkan membuat laporan keuangan tahunan
2 yang
diaudit
oleh
kantor
akuntan
publik
independen
sebagai
sarana
pertanggungjawaban, terutama kepada pemilik modal, sehingga mengakibatkan
orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal.
Di Indonesia, kegiatan Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi
bersifat sukarela/komitmen yang dilakukan perusahaan didalam mempertanggung
jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/menjadi kewajiban
bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur
dalam Undang-undang No.19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang ditindaklanjuti
dengan Kepmen.BUMN No. Kep-236/MBU/2003 juncto Permen.BUMN No. Per05/MBU/2007.
Selain undang-undang BUMN, undang-undang nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007 juga
mewajibkan perseroan terbatas untuk melaksanakan tanggung jawab sosial atau
CSR. Di dalam undang-undang tersebut, tepatnya Pasal 74 menyatakan : (1)
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroaan
terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam
harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Walaupun penerapan CSR di Indonesia mulai berkembang, tetapi sampai
saat ini, pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan masih bersifat
sukalera. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Paragraf
ke sembilan dinyatakan bahwa industri dimana lingkungan hidup memiliki
peranan penting dapat menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup
dan laporan nilai tambah (value added statement). PSAK tersebut tidak secara
tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka.
Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur. Pelaporan
tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan. Selain diatur
3 dalam PSAK, pengungkapan informasi CSR dalam laporan keuangan juga diatur
dalam UU RI No. 40 tahun 2007. Terbitnya UU tersebut menandai perkembangan
tanggung jawab sosial perusahaan-perusahan di Indonesia yang signifikan. Dalam
UU tersebut dinyatakan bahwa Direksi menyampaikan laporan tahunan, termasuk
laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan, kepada RUPS setelah
ditelaah oleh Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan
setelah tahun buku Perseroan berakhir. Dalam UU tersebut, dinyatakan bahwa
perseroan yang wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam.
Di Indonesia, aktivitas pengungkapan CSR masih tergolong rendah apabila
dibandingan dengan negara-negara di Asia. Pada tahun 2005, Ikatan Akuntan
Indonesia
Kompartemen
Akuntan
Manajemen
mengadakan
Indonesia
Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan
memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik
mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social
and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best
Environmental Reporting Award, dan Best Website. Pada tahun 2007 kategori
diubah dengan menghilangkan kategori impressive
dan progressive dan
menambah penghargaan khusus berupa Commendation for Sustainability
Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai pada saat ini, perusahaan
tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA.
Berdasarkan data yang diambil dari Dewan Juri ISRA 2010 menunjukkan
jumlah peserta ISRA mengalami peningkatan dari tahun ketahun seperti yang
terlihat pada Gambar 1 berikut ini :
4 Gambar 1 Grafik peserta ISRA di Indonesia (www.csrindonesia.com 2010)
Walaupun pengungkapan informasi CSR masih bersifat sukarela, namun
tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan,
organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good
corporate governance), semakin memaksa perusahaan untuk memberikan
informasi mengenai aktivitas sosialnya. Berdasarkan pedoman umum Good
Governance Indonesia yang dikemukan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), Good Corporate Governance (GCG) memiliki prinsipprinsip, yaitu transparancy, accountability, responsibility, independency dan
fairness. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, pelaksanaan CSR sebagai wujud
implementasi dari GCG. Suatu perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik
(GCG), akan melaksanakan dan mengungkapan kegiatan CSR nya tersebut, yang
tertuang dalam laporan tahunan perusahaan. Jalal (2012) mengungkapkan bahwa
pengungkapan kegiatan CSR dalam laporan tahunan menunjukkan akuntabilitas,
menunjukkan peningkatan kinerja, membangun hubungan dengan pemangku
kepentingan, menunjukkan manajemen keberlanjutan serta menunjukkan kondisi
kinerja.
Berdasarkan uraian diatas, terlihat permasalahan dalam kegiatan CSR
adalah pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan di Indonesia belum diatur
dalam suatu standar dan masih bersifat sukarela sehingga perusahaan dalam
melaporkan kegiatan CSR nya dengan berbagai bentuk.
Di samping itu sektor
pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya penerapan
indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah
5 mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow
Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang
dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya
adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially
Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE)
yang memiliki FTSE4 Good sejak 2001.
Dalam penelitian ini, pengungkapan CSR berdasarkan standar Global
Reporting Initiative (GRI). Standar ini banyak digunakan oleh perusahaanperusahaan didunia, setidaknya ada 460 perusahaan dari 45 negara telah
mengadopsi total atau sebagan dari GRI (Wibisono, 2007). Menurut Jalal 2012, di
Indonesia sendiri ada beberapa perusahaan yang mengadopsi standar ini,
sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2 berikut ini :
Gambar 2 Perusahaan pengguna standar GRI (www.csrindonesia.com 2010)
Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan menunjukan keanekaragaman hasil seperti penelitian Sembiring
(2005), hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap sosial perusahaan
pengungkapan tanggung jawab, tetapi profitabilitas dan leverage gagal
menunjukkan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Samsinar, Haerani,
6 Gagaring
(2009)
menunjukkan
bahwa
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility memberi pengaruh positif terhadap hubungan antara kinerja
keuangan perusahaan dan harga saham di pasar modal.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pengungkapan informasi CSR pada perusahaan guna
memperkaya temuan-temuan penelitian sebelumnya. Penelitian ini berjudul :
“Analisis Hubungan Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Terhadap Kinerja Keuangan dan Harga Saham pada perusahaan LQ45”.
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pengungkapan CSR yang terdapat pada
laporan tahunan, laporan audit dan official website dari masing-masing
perusahaan LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode Februari – Juli
2012. Data keuangan diperoleh dari laporan keuangan untuk periode tahun 20072011. Di dalam penelitian ini akan diteliti mengenai :
1. Apakah pengungkapan CSR berhubungan terhadap kinerja keuangan
perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode Februari –
Juli 2012. Kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini dilihat dari tingkat
likuiditas (current ratio), tingkat profitabilitas perusahaan (ROA dan ROE),
dan tingkat leverage perusahaan (debt to equity atau CAR).
2. Apakah pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan berhubungan terhadap
harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI?
3. Apakah kinerja keuangan berhubungan terhadap harga saham pada perusahaan
LQ45 yang terdaftar di BEI?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis hubungan pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
2. Menganalisis hubungan pengungkapan CSR di dalam laporan tahunan
terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI.
3. Menganalisis hubungan kinerja keuangan terhadap harga saham pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI
7 1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang
hubungan pengungkapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan dan
harga saham.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat
bagi para pembaca.
Download