PDF

advertisement
PENERAPAN POLA PBMP MELALUI COOPERATIF LEARNING MODEL
TGT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR
DI KELAS V SDN KAYEN I PACITAN
Oleh: Sugeng Suryanto*
Abstrak
Setiap pendidik seharusnya menyadari pentingnya pemberdayaan berfikir
dalam proses pembelajaran. Rendahnya tingkat berfikir peserta didik biasanya
disebabkan metode pembelajaran yang digunakan kurang merangsang
pemberdayaan berfikir, apalagi metode yang digunakan adalah metode konvensional
seperti ceramah.
Pola pembelajaran PBMP sangat sejalan dengan filsafat konstruktivisme.
Pada pembelajaran ini tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung secara
informatif. Karena, penerapan pola PBMP yang menggabungkan strategi
pembelajaran kooperatif dengan model TGT mengedepankan peran aktif peserta
didik, tidak lagi dari pendidiknya.
Kata kunci: Pola PBMP, model TGT dan berfikir tingkat tinggi.
A. Pendahuluan
Peningkatan sumber daya manusia merupakan hal yang tidak dapat
ditunda, mengingat kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia
sangat melimpah. Untuk itu, diperlukan peningkatan sumber daya manusia guna
mengejar ketertinggalan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
merupakan salah satu faktor penting dalam menyediakan sumber daya manusia
yang berkualitas. Sejalan dengan hal itu, peningkatan mutu pendidikan idealnya
terus dikembangkan. Seperti sekarang ini, kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) telah disempurnakan menjadi kurikulum 2006 atau lebih
dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sesuai dengan
namanya, kurikulum 2006 menitik beratkan pada kompetensi yang harus dicapai
oleh peserta didik.
Setiap pendidik seharusnya menyadari pentingnya pemberdayaan berpikir
dalam proses pembelajaran. Rendahnya tingkat berpikir peserta didik biasanya
disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan kurang merangsang
pemberdayaan berpikir, apalagi metode yang digunakan adalah metode
konvensional seperti ceramah an-sich. Dalam pelaksanaannya, metode ini
cenderung berpusat pada guru dan sedikit melibatkan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar. Peserta didik cenderung pasif dan kurang mengasah
kemampuan berpikir untuk memecahkan suatu masalah, karena semua informasi
yang mereka inginkan dapat langsung diperoleh dari guru.
Terkait hal itu, pola pembelajaran Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) dapat dijadikan salah satu alternatif solutif. Karena model
PBMP sejalan dengan filsafat konstruktivisme. Pada pembelajaran tersebut tidak
ada proses pembelajaran yang berlangsung secara informatif. Seluruhnya
8
dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang dirancang secara
tertulis. Peserta didik pun diarahkan untuk memecahkan masalah dengan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara teratur.
Perlu dipahami bersama, bahwa pola pengajaran PBMP menyajikan
pengalaman langsung bagi peserta didik. Peserta didik diharapkan memperoleh
pengetahuan dengan cara mengamati, megidentifikasikan dan melakukan
eksperimen. Bukan hanya menerima pengetahuan langsung jadi dari gurunya.
Pada penerapan pola pembelajaran PBMP dapat pula digabungkan dengan
strategi pembelajaran kooperatif. Salah satunya, dengan TGT (Teams-GamesTournament). Persoalannya kemudian, apakah penerapan pola PBMP dan TGT
efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir para peserta didik?
B. Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)
PBMP pada hakikatnya merupakan singkatan dari pemberdayaan berpikir
melalui pertanyaan, pola PBMP merupakan suatu pola pembelajaran yang
diimplementasikan dalam bentuk suatu lembar peserta didik (lembar PBMP)
yang kesemuanya berisi kalimat tanya dan kalimat perintah.
Pertanyaan-pertanyaan pada PBMP dirancang secara tertulis yang
merupakan rangkaian pertanyaan mulai pertanyaan tingkat rendah sampai
pertanyaan tingkat tinggi. Dengan pertanyaan tersebut, peserta didik diminta
untuk mencari jawabannya, jawaban dari pertanyaan itu nantinya akan
membentuk suatu konsep yang utuh yang dimiliki oleh peserta didik. Hal itu
memperlihatkan bahwa peserta didik memperoleh pengetahuan dengan usahanya
sendiri dengan cara mengkonstruksi beberapa informasi yang terpisah menjadi
konsep yang utuh. Hal ini sesuai dengan filosofi konstruktivisme.
Disamping berisi pertanyaan, lembar PBMP juga berisi tentang suatu
prosedur kerja (praktikum) yang harus dilakukan peserta didik. Prosedur kerja
dirumuskan dengan kalimat perintah yang dapat membantu peserta didik
mengkonstruk pemahaman tentang suatu konsep. Pembelajaran IPA yang
menggunakan pola PBMP telah terbukti sangat memberdayakan penalaran
peserta didik. Mengacu kepada pendapat Corebina (122: 1999) menyatakan,
bahwa Pola PBMP merupakan salah satu cara yang sangat efisien dalam
memberdayakan penalaran peserta didik.
Selain itu, pola ini juga memperhatikan tata bahasa yang digunakan dalam
pertanyaan dalam lembar PBMP, pertanyaan dan jawaban yang dikemukakan
oleh peserta didik. Beberapa karakteristik lembar PBMP yang dapat dijadikan
acuan dalam menyusun pertanyaan, pada pengembangan lembar PBMP sebagai
berikut:
1. Gramatika bahasa Indonesia yang dipakai harus selalu benar.
2. Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai dalam konsep besar ke konsep
kecil
3. Jalinan antar pertanyaan ditata logis.
4. Pertanyaan tentang hal yang sama diulang dan dirumuskan dari sudut
pandang yang berbeda.
9
5. Satu konsep dan sub konsep dikaji sebanyak-banyaknya.
6. Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan diutamakan yang terkait dengan
pengalaman kehidupan sehari-hari.
7. Pertanyaan dibagian awal tidak perlu langsung dijawab. Dalam hal ini dapat
terjawab dengan sendirinya, jika pertanyaan berikutnya dapat terjawab. Hal
ini akan terjadi dengan lancar, jika jalinan antar pertanyaan ditata dengan baik
dan logis, disamping mempertahankan konsistensinya.
C. Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Team-Games-Tounament)
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pengajaran yang
berasosiasi pada pendekatan kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah metode
belajar yang didesain untuk mengembangkan kerjasama dan tanggung jawab
peserta didik yang dirancang untuk mengurangi persaingan yang banyak ditemui
dikelas (Slavin, 29: 1995). Definisi di atas, menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada aktivitas belajar dari sekelompok kecil peserta didik
yang didalamnya terjadi kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan
belajar.
Pembelajaran kooperatif mendorong adanya kerjasama setiap anggota
kelompok dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama. Adanya
kerjasama kelompok tersebut, menunjukkan bahwa keberhasilan kelompok
ditentukan oleh hasil belajar bersama dalam kelompok. Setiap anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan melaksanakan
tanggung jawab perseorangan, maka setiap anggota kelompok berkesempatan
untuk ikut andil bagi kesuksesan kelompoknya.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling
tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama, hal
tersebut terlihat dari unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
sehidup sepenanggungan bersama.
2. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
3. Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memilki tujuan yang sama.
4. Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
5. Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/ penghargaan
yang juga untuk semua anggota kelompok.
6. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan ketrampilan
untuk belajar bersama selam proses belajarnya.
7. Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif
Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil
dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan. Model pembelajaran ini telah
diterapkan pada beragam materi yang salah satunya adalah model TGT (TeamGames-Tournament), sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif TGT
sangat mudah diterapkan.
10
Terdapat beberapa komponen dari pembelajaran kooperatif model TGT
(Slavin, 1995), yaitu:
1. Presentasi kelas
Guru memulai siklus TGT dengan perintah langsung, guru seharusnya
aktif dalam membangun ketertarikan peserta didik, aktif mendemonstrasikan
konsep, atau ketrampilan dan melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
2. Teams
Setelah menerima instruksi secara langsung dari guru, murid kemudian
belajar materi dalam kelompok yang terdiri dari 4 anggota dengan
memperhatikan heterogenitas dalam kelompok. Masing-masing anggota
mendiskusikan masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan
mengoreksi apabila terdapat salah konsep dan jika teman dalam satu
kelompok ada yang salah konsep (Jacob,123: 999).
3. Games
Games disusun dari pertanyaan yang relevan, dirancang untuk menguji
pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari presentasi kelas dan diskusi
team. Games dimainkan pada meja turnamen yang terdiri dari 3 orang dan
masing-masing mewakili dari kelompok yang berbeda. Peserta didik
dikelompokkan berdasarkan hasil akademik sebelumnya. Pada masingmasing meja turnamen terdapat kartu dengan sejumlah pertanyaan, jawaban
yang sesuai dalam posisi yang tertutup pada meja.
Kemudian, peserta didik terus membacakan pertanyaan secara bergantian
sampai semua pertanyaan dijawab atau guru mengumumkan bahwa turnamen
telah berakhir, pada akhir turnamen, peserta didik menghitung jumlah kartu
yang didapat selama turnamen. Skor individu kemudian dimasukkan dalam
point turnamen. Nilai rata-rata team dihitung dengan jumlah poin yang
didapat oleh masing-masing anggota team, karena peserta didik pada masingmasing meja turnamen mempunyai catatan yang mirip pada prestasi akhir.
4. Team Recognize
Guru mengumumkan team yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah, apabila rata skor mencapai skor criteria Team
mendapat julukan “Super Team;” jika nilai rata-rata 45 atau lebih, kelompok
tersebut mendapat predikat ‘Great Team’, dan jika nilai rata-rata kelompok
tersebut mencapai 40-45, maka mereka memperoleh predikat “Good Team”.
D. Siklus I
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Pertemuan I (3 Agustus 2008)
Pada pertemuan pertama diterapkan pola PBMP, lembar PBMP
diberikan pada pertemuan sebelumnya untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik mempelajarinya terlebih dahulu. Peserta didik
menggambar hasil pengamatannya pada buku tugas. Dari hasil
pengamatan tersebut, dapat menjawab pertanyaan yang ada pada lembar
PBMP dan didiskusikan secara berkelompok.
b. Pertemuan II (8 Agustus 2008)
11
Proses belajar mengajar dilanjutkan dengan kegiatan presentasi dan
diskusi kelas. Kelompok A dan B mendapat kesempatan untuk
mempersentasikan hasil pengamatan dan diskusi kelompok yang telah
dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan presentasi mengalami
kendala, hal ini disebabkan oleh penyajian yang kurang siap dan kurang
terarah, sehingga mengakibatkan suasana kelas yang gaduh. Untuk
memotivasi peserta didik dalam mengajukan pertanyaan, peserta didik
diberi tugas agar membuat pertanyaan pada kertas berwarna merah yang
telah disediakan. Bagi peserta didik yang mengajukan pertanyaan
mendapat point, begitu pula peserta didik yang mengajukan jawaban atau
pendapat.
c. Pertemuan III (11 Agustus 2008)
Kegiatan praktikum banyak mengalami kendala, sebagian besar
peserta didik kurang terampil dalam menyiapkan alat dan bahan. Hal itu
pulalah yang menyebabkan kurangnya antusiasme peserta didik dalam
praktikum. Waktu yang minimpun menjadi kendala, hanya ada 3
perlakuan untuk setiap kelompok. Tiap kelompok besar, menuliskan data
pengamatan di papan. Kemudian, data tersebut didiskusikan dan
digunakan untuk menjawab pertanyaan pada lembar PBMP.
d. Pertemuan IV (15 Agustus 2008)
Data dari praktikum sebelumnya, kemudian didiskusikan secara
berkelompok. Peserta didik menjawab pertanyaan yang ada pada lembar
PBMP. Hasil diskusi kelompok tersebut, lalu dipresentasikan.
Berdasarkan hasil observasi pada presentasi dan diskusi sebelumnya yang
didominasi oleh peserta didik tertentu dan peserta didik yang kurang
tertib, maka presentasi pada pertemuan IV dan berikutnya ditunjuk
peserta didik sebagai moderator dan penyangga utama. Presentasi hanya
dilakukan 1 jam pelajaran, sedangkan 1 jam pelajaran berikutnya
dilakukan dengan tanya jawab dan klarifikasi jawaban peserta didik saat
presentasi.
Hasil observasi terhadap kegiatan presentasi memperlihatkan
bahwa banyak peserta didik yang ingin mengajukan pertanyaan, namun
karena waktu yang terbatas maka hanya beberapa pertanyaan peserta
didik yang bisa ditanggapi penyaji. Kelas tidak lagi didominasi oleh
peserta didik tertentu. Peserta didik yang tidak aktif (diam) pada
pertemuan sebelumnya, turut aktif pula mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan peserta didik tidak lagi berasal dari lembar PBMP, melainkan
sudah berubah menjadi pertanyaan terbuka.
Partisipasi peserta didik dalam menjawab ataupun mengajukan
pendapat juga mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi harus
ditunjuk untuk menjawab pertanyaan baik dari guru ataupun peserta didik
lain. Sebagian besar peserta didik merasa senang dengan alasan
pembelajaran tersebut.
e. Pertemuan V (24 Agustus 2008)
Pembelajaran dilakukan dengan tanya jawab antara guru dan peserta
didik dengan tetap mengacu pada lembar PBMP, disamping pertanyaan
spontan dari guru. Diawal pembelajaran, guru memberi kesempatan
12
kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
belum jelas saat diskusi pada pertemuan sebelumnya. Banyak peserta
didik yang mengangkat tangan untuk bertanya. Guru sebagai fasilitator
tidak secara langsung menjawab pertanyaan tersebut, namun
mengembalikan pertanyaannya pada peserta didik. Peserta didik
menjawab dan mengemukakan pendapatnya tanpa harus ditunjuk.
Jawaban peserta didik pun berupa jawaban panjang dan runtun.
Selain memperhatikan ketrampilan berpikir, pola PBMP juga
memperhatikan gramatika bahasa yang digunakan. Jika, ditinjau dari segi
bahasa, gramatika bahasanya kurang begitu mengalami peningkatan. Hal
ini disebabkan guru lebih menitik beratkan pada bagaimana
membangkitkan keaktifan peserta didik untuk mengajukan pertanyaan
dan jawaban ataupun mengemukakan pendapat dalam suatu proses
pembelajaran.
f. Pertemuan VI ( 28, Agustus 2008)
Peserta didik melakukan kegiatan yang ada pada lembar PBMP
Kegiatan dilakukan di luar jam pelajaran. Dari hasil observasi
menunjukkan bahwa peserta didik kurang memiliki tanggung jawab
untuk melakukan tugasnya. Percobaan yang seharusnya dilakukan
seminggu sebelumnya, hanya dilakukan satu hari sebelum diskusi
dilakukan bahkan ada yang tidak melakukan percobaan tersebut.
Hanya ada satu kelompok yang mengerjakan, maka kesempatan
presentasi diberikan pada kelompok tersebut. Seperti hanya pertemuan
sebelumnya, pada saat presentasi peserta didik yang duduk dibelakang
kurang memperhatikan, alasannya tidak mendengar apa yang
disampaikan oleh penyaji. Keterlibatan mereka dalam diskusi pun kurang
begitu efektif, namun keaktifan peserta didik mengajukan pertanyaan dan
menjawab masih dapat dipertahankan.
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik selama siklus I
penerapan pola PBMP, maka diadakanlah tes. Soal tes dibuat oleh guru
yang berjumlah 15 orang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut berupa 10 soal
uraian singkat dan 5 soal uraian panjang. Presentase hasil belajar peserta
didik dalam rentangan di siklus 1 ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel. I
Hasil Belajar Peserta didik dalam Rentangan 5 pada Siklus I
No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik
Prosentase
1
90-100
1
4,55
2
80-89
2
9,09
3
65-79
10
45,45
4
55-64
8
36,36
5
0-54
1
4,55
Jml
∑
22
100,00
2. Observasi pada siklus I
a. Peserta didik kurang terampil menggunakan alat ketika praktikum di ruang
laboratorium.
13
b. Kerjasama peserta didik dalam kelompok kurang dan tidak ada pembagian
tugas ketika praktikum.
c. Peserta didik mulai termotivasi untuk bertanya, namun kualitas
pertanyaannya hanya pada tingkat ingatan. Sehingga frekuensi pertanyaan
menurut taksonomi Bloom dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. II
Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom Pada Siklus I
Tingkat kognitif
Pokok bahasan
No Pecahan Sub Pokok
C1 C2 C3 C4 C5
C6
Bahasan
Mengubah pecahan
1
10
7
2
3
biasa menjadi desimal
Mengubah persen
2
4
2
2
2
menjadi desimal
Penunjukan nilai
3
6
6
3
tempat angka desimal
Nilai tempat angka
4
6
2
4
2
2
pada pecahan desimal
Keterangan:
C1 = Ingatan
C2 = Pemahaman
C3 = Penerapan
C4 = Analisis
C5 = Sintesis
C6 = Evaluasi
d. Aktivitas peserta didik menjawab dan mengemukakan pendapat
mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi harus ditunjuk untuk
menjawab jawaban, mereka mulai mengubah dari jawaban pendek menjadi
jawaban panjang dan sitemik. Ringkasan frekuensi jawaban peserta didik
berdasarkan gramatika kebahasaannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. III
Jawaban Peserta Didik Berdasarkan Bahasa Pada Siklus I
Kriteria
Pokok bahasan
No Pecahan Sub Pokok
1
2
3
4
5
6
Bahasan
Mengubah pecahan
1
10
2
4
8
4
biasa menjadi desimal
Mengubah persen
2
18
4
14
15
3
6
menjadi desimal
Penunjukan nilai
3
6
6
4
10
2
tempat angka desimal
Nilai tempat angka
4
2
4
16
4
12
pada pecahan desimal
Keterangan:
C1 = Ingatan
C2 = Pemahaman
14
C3 = Penerapan
C4 = Analisis
C5 = Sintesis
C6 = Evaluasi
e. Soal tes berupa 10 soal esay tertutup dan 5 soal esay terbuka, rata-rata
nilainya 80.3.
3. Refleksi siklus I
Dari beberapa pertemuan pada siklus I, pola pembelajaran PBMP
mengalami peningkatan. Terutama tingkat berpikir peserta didik dan kualitas
pertanyaan dan jawaban mereka. Pada awalnya yang hanya berupa
pertanyaan tertutup,--berada pada tingkat pertanyaan C1 dan C3--mulai
berubah menjadi pertanyaan terbuka menuju tingkat pertanyaan C4 dan C5.
Peserta didik tidak lagi dipaksa untuk bertanya, dan mengemukakan
pendapat. Hal tersebut terjadi karena peserta didik sudah terbiasa untuk
menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang ada pada lembar
PBMP.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada siklus I, di antaranya;
1) kurangnya kerja sama kolektif peserta didik; 2) peserta didik kurang
terlibat secara aktif pada saat diskusi, terutama peserta didik yang duduk di
belakang; 3) tidak semua peserta didik mampu mengemukakan pendapatnya,
sehingga masih ada sebagian peserta didik yang belum berani berpendapat
dan bertanya.
E. Siklus II
1. Perencanaan Siklus II
Dari refleksi siklus I, maka pada siklus II direncanakan pembelajaran
yang menggabungkan pola PBMP dengan pembelajaran kooperatif model
TGT. Siklus II ini berlangsung dari tanggal 7 September sampai 26 Oktober
2008.
2. Pelaksanaan Siklus II
Uraian dari masing-masing pertemuan pada siklus II adalah sebagai
berikut:
a. Pertemuan I (19, September 2008)
Berdasarkan tahapan TGT, tahapan pertama adalah Class
Presentation. Pada tahap ini guru mengeksplorasi pengetahuan awal
peserta didik dengan pertanyaan yang dapat meningkatkan ketertarikan
pada materi yang akan dipelajari. Kemudian, peserta didik berkelompok
sesuai dengan kelompok yang baru dibentuk. Belajar kelompok (teams),
adalah tahap 2 TGT. Pada tahap inilah, terjadi penggabungan antara PBMP
dan TGT. Peserta didik secara berkelompok belajar memecahkan masalah
melalui pengamatan, diskusi, melengkapi dan mencocokkan jawaban
dengan teman sekelompoknya.
Pelaksanaan turnamen banyak mengalami kendala, hal ini terjadi
karena tidak semua peserta didik terlibat dalam turnamen. Hanya 3
kelompok yang terlibat, yaitu kelompok 1, 2 dan 3 sedangkan yang lain
hanya memperhatikan dan mendengarkan ketiga kelompok tersebut selesai
15
turnamen. Peserta didik pun dalam kondisi kurang siap, mereka beralasan
belum belajar sehingga menghambat jalannya turnamen.
Kurang berhasilnya pembelajaran tersebut, akibat dari kurang
terlibatnya seluruh peserta didik dalam prosesi diskusi. Hal ini berdampak
pula pada hasil belajar peserta didik yang mengalami penurunan, bila
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas pada siklus I. Hasil belajar
peserta didik dalam rentangan 5 dapat dilihat pada tabel IV. Penurunan
tersebut, tidak semata-mata akibat dari pembelajaran yang diterapkan,
namun akibat soal tes yang lebih serta tipe soal yang berbentuk uraian
panjang.
Tabel. IV
Frekuensi hasil belajar siklus II
No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik
Prosentase
1
90-100
2
9,09
2
80-89
3
13,64
3
65-79
13
59,09
4
55-64
4
18,18
5
0-54
0
0,00
N
∑
22
100,00
b. Pertemuan II (21, September 2008)
Dari hasil pengamatan pada pembelajaran sebelumnya, guru mencoba
memperbaiki penerapan penggabungan pola PBMP dengan pembelajaran
kooperatif model TGT. Seluruh tahapan TGT tidak dapat dilaksanakan
pada 1 kali pertemuan, sehingga harus dipisah dalam 2-3 kali pertemuan.
Pertemuan ke-II digunakan untuk tahapan class presentation dan teams.
Hasil pengamatan didiskusikan dan dapat menjawab petanyaan yang
ada pada lembar PBMP. Dengan kelompok yang heterogen, diharapkan
peserta didik mempunyai kemampuan akademik yang tinggi dapat menjadi
tutor bagi temannya, yang kemampuan akademiknya sedang bahkan yang
kurang.
c. Pertemuan III ( 25, September 2008)
Pada pertemuan II peserta didik berkelompok sesuai dengan
kelompok heterogen. Untuk mengetahui bahwa pemahaman peserta didik
terhadap materi yang dipelajari sesuai atau tidak, maka diadakan diskusi
kelas yaitu; dengan cara menjawab pertanyaan pada lembar PBMP secara
bergiliran untuk masing-masing kelompok. Guru menunjuk salah satu
kelompok untuk menjawab pertanyaan pertama, jika kelompok tersebut
dapat menjawabnya maka berhak untuk menunjuk kelompok lain untuk
menunjuk pertanyaan selanjunya, begitu seterusnya. Pertanyaan dapat
pula tidak berasal dari lembar PBMP, melainkan hasil diskusi kelompok.
Dengan demikian, kelompok yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan
akan berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Hal tersebut dapat
meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan setiap individu akan merasa
keberhasilan kelompoknya tergantung pada setiap individu dalam
kelompok tersebut.
d. Pertemuan IV (28, September 2008)
16
Berdasar hasil observasi pada pelaksanaan turnamen sebelumya,
maka tahapan turnamen selanjutnya dimodifikasi pelaksanaannya. Peserta
didik diminta duduk di meja turnamen berdasar tingkat akademiknya,
semua peserta didik telibat dalam turnamen tersebut. Pada meja disediakan
4 soal, 4 jawaban yang masing-masing 1 soal dan jawaban untuk 1 peserta
didik, suasana kelas menjadi ramai, karena pada masing-masing meja
tournamen peserta didik saling bertanya dan menjawab pertanyaan.
Namun, ada beberapa kendala yaitu waktu yang diperlukan kurang
memadai, sehingga ada 2 peserta didik yang belum menyelesaikan
pertanyaan, hal tersebut terjadi karena peserta didik belum terbiasa,
bocornnya jawaban juga bisa terjadi, karena 4 pertanyaan dan soal
diberikan seluruhnya pada peserta didik.
e. Pertemuan V (2, Oktober 2008)
Pembelajaran tetap dengan menggabungkan pola PBMP dengan TGT.
Penulis memperbaiki penerapan pembelajaran tersebut, seperti halnya
pembelajaran sebelumnya. Class Presentation dilakukan oleh guru dengan
mengeksplorasi pengetahuan awal peserta didik dan membangkitkan
ketertarikan peserta didik. Kemudian, peserta didik di beri kesempatan
untuk belajar dengan kelompoknya.
f. Pertemuan VI (8, Oktober 2008)
Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi kelompok yang belum
presentasi pada pertemuan sebelumnya. Banyak pertanyaan dari peserta
didik ± 9 pertanyaan, ringkasan frekuensi pertanyaan peserta didik
berdasarkan taksonomi Bloom pada siklus II dapat dilihat pada tabel v.
Namun pertanyaan tersebut tetap berupa pertanyaan ingatan dan
pemahaman. Dari pengamatan tersebut, dapat dilihat peningkatan
keaktifan peserta didik, namun tingkat berpikirnya belum mengalami
peningkatan secara konsisten seperti hanya siklus I.
Tabel. V
Tingkat Berpikir Menurut Taksonomi Bloom pada Siklus II
Tingkat kognitif
Pokok bahasan
No Pecahan Sub Pokok
C1 C2 C3 C4 C5
C6
Bahasan
Mengubah pecahan
1
5
5
3
biasa menjadi decimal
Mengubah persen
2
38
18
12
menjadi decimal
g. Pertemuan VII ( 12, Oktober 2008)
Peserta didik duduk di kursi turnamen, pelaksanaan turnamen
berbeda dengan sebelumnya. Peserta didik lebih tertib, karena di meja
hanya diberikan 1 set soal dan jawaban. Apabila peserta didik I sudah
selesai menjawab seluruh pertanyaan barulah soal II diberikan peserta
didik ke-2. Peserta didik mulai beradaptasi dengan pembelajaran tersebut,
sehingga peserta didik dapat menyelesaikan seluruh pertanyaan. Waktu
yang tersisa digunakan untuk mengulang apa yang dibahas pada
pertemuan tersebut.
17
Dari jawaban tersebut, diketahui bahwa tingkat berpikir peserta didik
tidak lagi berupa jawaban singkat. Untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik pada siklus II diadakan tes, tipe soalnya sama dengan tes II, yaitu 20
soal uraian terbuka. Nilai rata-rata hasil tes peserta didik mengalami
peningkatan, yaitu 76,36 hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. VI
Hasil Belajar Siklus II (Tes III)
No Rentang Nilai Jumlah Peserta didik
Prosentase
1
90-100
4
18,18
2
80-89
5
22,73
3
65-79
8
36,36
4
55-64
5
22,73
5
0-54
0
0,00
Jml
∑
22
100,00
3. Observasi pada siklus II
a. Pada umumnya peserta didik tidak lagi mengalami kesulitan dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan pada lembar PBMP.
b. Dalam hal menjawab pertanyaan guru, tidak lagi harus menunjuk peserta
didik tertentu, karena peserta didik mengangkat tangan untuk
menjawabnya.
c. Dengan adanya tutor sebaya, peserta didik akan lebih mudah bertanya
kepada teman dalam kelompoknya. Jika, peserta didik tersebut malu
bertanya pada saat diskusi kelas, hal ini akan membantu peserta didik yang
kemampuan akademiknya kurang dalam memahami konsep tertentu.
d. Peranan guru sebagai sumber informatif mulai berkurang. Karena ia hanya
berperan menjawab pertanyaan-pertanyaan balik peserta didik yang tidak
bisa dipecahkan oleh penyaji diskusi.
Berdasarkan analisis tersebut, dapat terlihat bahwa pada awal siklus I
jumlah peserta didik yang berpartisipasi untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan relatif sedikit. Ini terjadi karena peserta didik masih berada
dalam masa adaptasi terhadap pola pembelajaran baru. Karena pada awalnya,
proses pembelajaran hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah,
berubah menjadi model cooperatif learning.
Namun, akhir siklus I, tingkat berpikir peserta didik mengalami
peningkatan. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik merupakan pertanyaan
tingkat tinggi (C1-C4). Hal ini terjadi karena peserta didik mulai terbiasa untuk
memberdayakan kemampuan berpikirnya dengan menjawab pertanyaan yang ada
pada lembar PBMP. Hal ini tentu sesuai dengan apa yang diungkap Freeze dan
Rudniski (1995) dalam Zubaidah (23: 2000) bahwa salah satu kegunaan
terpenting dari pertanyaan adalah memacu ketrampilan berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, jalinan pertanyaan pada lembar PBMP dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh konsep yang utuh. Terutama untuk mengkonstruksi sumber
informasi menjadi konsep yang utuh.
18
F. Kesimpulan
Berdasar uraian tersebut di atas, dapat ditarik konklusi sebagai berikut:
1. Siklus I
Dari beberapa pertemuan, pola pembelajaran PBMP dapat meningkatkan
tingkat berfikir peserta didik. Kualitas pertanyaan dan jawaban peserta didik
mengalami peningkatan. Peserta didik tidak lagi dipaksa untuk bertanya atau
untuk mengemukakan pendapat. Hal ini terjadi karena peserta didik sudah
terbiasa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah yang ada
pada lembar PBMP, dengan pertanyaan tersebut akhirnya dapat merangsang
peserta didik untuk aktif berfikir.
2. Siklus II
Dengan adanya tutor sebaya, peserta didik akan lebih mudah bertanya
kepada teman dalam kelompoknya. Selain itu, hal ini bermanfaat bagi peserta
didik yang malu bertanya pada saat diskusi kelas sedang berlangsung. Lebih
dari itu, tutor sebaya akan membantu peserta didik yang kemampuan
akademiknya kurang, untuk memahami suatu konsep yang belum jelas. Pada
siklus II, tanggung jawab perseorangan, kerjasama dalam kelompok mulai
nampak. Hal ini terlihat, tatkala peserta didik menyelesaikan tugas membuat
gambar/ poster, seluruh kelompok menyelesaikan tugas tersebut dengan tepat
waktu. Bahkan mereka telah siap untuk menjelaskan hasilnya, pada teman
sekelasnya. Peranan Guru sebagai pemberi informasi mulai berkurang, guru
hanya berusaha menjawab pertanyaan-pertayaan peserta didik yang tidak bisa
dipecahkan oleh penyaji materi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK,1988.
-------------------------, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta: Rineka Cipta,1988.
Bogdan, R., & Taylor, S.J, Kualitatif: Dasar-dasar Penelitian. Alih bahasa Khozin
Affandi, Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Likert, R, Organisasi Manusia: Nilai dan Manajemen, Alih bahasa P. Suratho,
Jakarta: Erlangga, 1986.
Manalu, P, Strategi Belajar dengan Pemecahan Masalah, Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1986.
Moleong, L.J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,1986.
Muhajir, N, Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: Roke Sarasin,1986.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: P. T. Rineka
Cipta, 1995.
Soetoe, S, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Universitas Indonesia, 1995.
Sudjana, Metode Statistik, Bandung: Tarsito, 1995.
Sulardi, Pandai Berhitung Matematika SD 1-6, Jakarta: Erlangga,1996.
Supranto, Statisik Teori dan Aplikasi 2. Jakarta: Erlangga, J. 1994.
Yin, R.K, Studi Kasus: Desain dan Metode, Alih bahasa Djauzi Mudzakir. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, J. 1994.
20
Download