OMSK - ETD UGM

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang
timbul (Djaafar, 1998; Helmi, 2005; Maryland, 2009; Parry, 2006). Sekret biasanya
encer atau kental, bening atau nanah (Djaafar, 1998; Helmi, 2005; Maryland, 2009).
CIBA Foundation, 1996 mendefinisikan OMSK sebagai tahap dari penyakit telinga
dan terdapat membran timpani yang non intak (misalnya pada perforasi atau
tympanostomy tube) dan adanya otorea, mastoiditis selalu menjadi bagian dari proses
patologis.
OMSK dapat dibagi menjadi 2 yaitu tanpa dan dengan kolesteatom,
dimana gambaran klinis keduanya bisa mirip (Parry, 2006).
OMSK merupakan penyakit infeksi telinga yang memiliki prevalensi tinggi
dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di negara berkembang dan negara
maju prevalensi OMSK berkisar antara 1-46%, dengan prevalensi tertinggi terjadi
pada populasi di Eskimo (12-46%), sedangkan prevalensi terendah terdapat pada
populasi di Amerika dan Inggris kurang dari 1%. Data Depkes tahun 1993-1996 di
Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran,
prevalensi OMSK adalah 3,1% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga
tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK
(Soetjipto, 2007). Di Indonesia berdasarkan hasil survey epidemiologi di tujuh
1
2
propinsi tahun 1994-1996 didapatkan prevalensi OMSK sebanyak 3,8% (Helmi,
2002). Menurut Sudarman (2002) dari poliklinik THT RS Dr. Moewardi Solo
melaporkan prevalensi OMSK tipe aman pada tahun 2000 sebanyak 4,6% sedangkan
tahun 2001 sebesar 6,6%. Menurut Rianto pada penelitian tahun 1998, prevalensi di
poliklinik THT RSUP Sardjito tahun 1996 sebesar 5,6% dan tahun 1997 8,6%,
sedangkan pada penelitian tahun 2008 menunjukkan OMSK tipe bahaya di bagian
THT RS Sardjito antara tahun 1998-1999 adalah 40 pasien.
Secara umum gambaran klinis OMSK adalah adanya otorea, penurunan
pendengaran, perforasi membran timpani, dapat juga disertai tinnitus, telinga terasa
penuh, nyeri telinga, nyeri kepala (Bhargava, 2000; Baumann et al, 2009). OMSK
dalam
jangka panjang sering menyebabkan efek yang serius pada pendengaran,
bicara, dan pengetahuan (Dugdale, 2004). Penurunan pendengaran. sering
mengakibatkan masalah komunikasi sehingga menghambat interaksi sosial dan
kehidupan profesi bahkan sering diamati penarikan dari kegiatan sosial. Selain itu,
OMSK dengan gejala seperti sekret persisten dari telinga, nyeri atau seringnya
kunjungan dokter dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien (Baumann et
al, 2011).
Pengukuran kualitas hidup berguna untuk memahami dampak OMSK yang
sesungguhnya pada pasien. Penelitian kualitas hidup pada penyakit kronik telinga
mulai berkembang akhir-akhir ini. Tahun 2002, Richards dan Giannoni di
Universitas Florida Amerika Serikat melakukan penelitian tentang kualitas hidup
3
pada anak yang menderita otitis media kronik efusi dan atau otitis media akut
kambuhan yang dilakukan terapi dengan intervensi pembedahan. Penelitian tersebut
dilakukan pada anak usia kurang dari 16 tahun, yang menderita otitis media kronik
efusi dan atau otitis media akut kambuhan yang dilakukan miringotomi dan
pemasangan tympanostomi tube atau dengan adenoidektomi. Pengukuran kualitas
hidup dilakukan sebelum operasi dan diikuti selama satu dan enam bulan setelah
operasi dengan menggunakan kuesioner Otitis Media Outcome-22 (OMO-22).
OMO-22 mempunyai konsistensi internal yang baik yaitu Chronbach α = 0,85, dari
penelitian ini didapatkan peningkatan skor total pada OMO-22 yaitu 74,5% pada satu
bulan setelah operasi dan 59,8% pada enam bulan setelah operasi. Jung et al (2010)
melakukan penilaian kualitas hidup setelah operasi telinga dengan menggunakan
Chronic Ear Survey dengan membandingkan operasi telinga primer dan revisi,
didapatkan kualitas hidup pada operasi telinga primer lebih baik dari pada operasi
revisi. Baumann et al (2009) telah mendesain suatu alat ukur kualitas hidup baru
yang spesifik terhadap OMSK yaitu
Chronic Otitis Media Outcome Test 15
(COMOT-15).
B.
Pertanyaan Penelitian
Apakah kualitas hidup penderita OMSK sesudah operasi lebih baik dari
sebelum operasi mastoidektomi?
4
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas hidup penderita OMSK sebelum
dan sesudah operasi mastoidektomi.
D.
Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat menjadi asupan dalam pengelolaan penderita OMSK,
sehingga penilaian hasil pengobatan OMSK tidak hanya dari sembuh atau tidaknya
penyakit tetapi juga dari penilaian kualitas hidup penderita.
E.
Keaslian Penelitian
Rencana penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
di Jerman. Baumann et al. (2009) melaporkan penelitian validasi Chronic Otitis
Media Outcome Test 15 (COMOT-15) pada 121 pasien dengan OMSK kolesteatom,
nonkolesteatom, dan operasi telinga lain dengan hasil test-retest reliability 0,8 dan
chronbach α sebelum dan sesudah operasi 0,89-0,91.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Baumann et al. (2011) yang
dilakukan di Jerman pada 121 pasien dengan OMSK dalam membandingan dengan
COMOT-15 dan SF-36 dengan pemeriksaan audiometri. Waktu pengukuran
sebelum operasi, 6 bulan setelah operasi dan 12 bulan setelah operasi. Hasil yang
didapatkan dibanding SF-36 dan subskala fungsi pendengaran pada COMOT-15
mempunyai korelasi yang sangat baik dengan pemeriksaan audiometri (Baumann et
al. 2011).
Download