INTERAKSI MASYARAKAT DAN POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI TAMAN HUTAN RAYA PANCORAN MAS DEPOK DINAR DARA TRI PUSPITA PURBASARI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN DINAR DARA TRI PUSPITA PURBASARI. Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Depok. Dibimbing oleh: EDHI SANDRA dan AGUS HIKMAT. Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas pada awalnya merupakan kawasan Cagar Alam yang telah ada sejak ±300 tahun yang lalu dan merupakan CA pertama di Indonesia. Meskipun keberadaannya sangat penting dalam sejarah perkembangan kawasan konservasi di Indonesia namun perhatian baik dari pihak pengelola maupun masyarakat di sekitarnya masih terbilang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi interaksi masyarakat terhadap Tahura Pancoran Mas, komposisi vegetasi dan potensi spesies tumbuhan berguna yang terdapat di Tahura Pancoran Mas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pengelola dalam pengembangan kawasan serta menjadi informasi bagi masyarakat sekitar Tahura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari wawancara dan analisis vegetasi. Pemilihan responden dalam wawancara menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Analisis vegetasi dilakukan dengan metode jalur berpetak dengan total luasan petak contoh sebesar 2 ha. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 83,34% responden mengetahui spesies tumbuhan yang ada di sekitar pinggir Tahura namun hanya 36,7% responden pernah memanfaatkan tumbuhan. Berdasarkan hasil analisis vegetasi teridentifikasi 83 spesies dan 43 famili di Tahura Pancoran Mas dengan komposisi vegetasi pada tingkat pohon terdapat 27 spesies, tiang 23 spesies, pancang 12 spesies, semai 12 spesies, tumbuhan bawah 30 spesies, dan liana 4 spesies. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang, pancang, dan semai masing-masing dimiliki oleh spesies Arthocarpus elastica (56,52%), Macaranga rhizinoides (48,86%), Grewia acuminata (31,52%), dan Melicope lunuankeda (56,58%). Tumbuhan bawah didominasi oleh spesies Dioscorea aculeata (19,43%) dan liana didominasi spesies Spatholobus littoralis (93.54%). Keberadaan spesies tumbuhan dari marga Macaranga dan Mallotus mengindikasikan bahwa habitat di dalam kawasan sudah terganggu. Secara keseluruhan teridentifikasi 67 spesies dan 39 famili tumbuhan berguna dengan kelompok kegunaan tumbuhan obat mendominansi yaitu sebanyak 43 spesies. Kesimpulan dari penelitian ini adalah interaksi masyarakat dengan tumbuhan di dalam kawasan masih rendah dan terdapat potensi tumbuhan berguna di dalam kawasan yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar. Saran yang dapat diberikan antara lain adalah pengenalan fungsi dan manfaat kawasan, pengelolaan yang lebih intensif, serta pengembangan kawasan Tahura Pancoran Mas agar keberadaannya tetap terjaga. Kata kunci: interaksi, analisis vegetasi, wawancara, tumbuhan berguna. SUMMARY DINAR DARA TRI PUSPITA PURBASARI. Community Interaction and Potential of Useful Plants in Pancoran Mas Grand Forest Park, Depok. Under supervision of EDHI SANDRA and AGUS HIKMAT. Pancoran Mas Grand Forest Park (Tahura Pancoran Mas) originally was a Natural Reserve area that has been conserved since ± 300 years ago and it was the first Natural Reserve in Indonesia. Although its existence is very important in the history of conservation area in Indonesia, but the attention from the manager and the local community is still low. This research aims to identify the community interaction in Tahura Pancoran Mas, composition of the vegetation and the potential useful plant species in Tahura Pancoran Mas. This research is expected to be a reference for the manager to the area development and information for people around Tahura. The methods used in this research consist of interview and vegetation analysis. Respondents are selected with purposive sampling method and the total 30 respondents interviewed. Line plot sampling method is used on vegetation analysis with total 2 ha sample area. Interview result shows a total of 83.34% of respondents know the plant species that exist in Tahura but only 36.7% of those surveyed have ever utilized the plants. Based on vegetation analysis, there are 83 plants species and 43 families that were identified which the composition is 27 species of tree, 23 species of pole, 12 species of sapling, 12 species of seedling, 30 species of ground plants, and 4 species of liana. Important Value Index (Indeks Nilai Penting) analysis is done for every growth level. The highest percentage for tree growth level is Arthocarpus elastica (56.52%), Macaranga rhizinoides (48.86%) for pole, Grewia acuminata (31.52%) for sapling, and Melicope lunuankeda (56.58%) for seedling. Ground plants dominated by Dioscorea aculeata (19.43%) and liana dominated by Spatholobus littoralis (93.54%). Existence of tree species of the genus Macaranga and Mallotus in Tahura Pancoran Mas indicates that the habitat has been disturbed. Overall identified 67 species and 39 families of potential useful plants, and the medicinal use plants dominate as many as 43 species. Conclusion of the research shows that plants utilization in Tahura is still low and there are potential plants in Tahura which can be utilized by community. Some suggestions that can be given are the introduction of function and benefit of Tahura to the community, more intensive management, and development of Tahura Pancoran Mas to improve community’s awareness and the area existence. Keywords: interaction, vegetation analysis, interview, useful plants. INTERAKSI MASYARAKAT DAN POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI TAMAN HUTAN RAYA PANCORAN MAS DEPOK DINAR DARA TRI PUSPITA PURBASARI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN Bersama ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari skripsi ini. Bogor, November 2011 Dinar Dara Tri Puspita Purbasari E34070077 Judul Skripsi : Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok Nama : Dinar Dara Tri Puspita Purbasari NIM : E34070077 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Edhi Sandra, MSi NIP. 196610191993031002 Dr. Ir. Agus Hikmat, MSc.F NIP. 196209181989031002 Mengetahui, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 195809151984031003 Tanggal Lulus: KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul “Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Depok” disusun untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana bidang kehutanan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui interaksi masyarakat di sekitar Tahura Pancoran Mas, komposisi vegetasi, dan potensi tumbuhan berguna di Tahura Pancoran Mas. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan data tentang interaksi masyarakat dan potensi tumbuhan berguna di Tahura Pancoran Mas Depok. Bogor, November 2011 Penulis RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Juli 1989 di Jakarta dari pasangan Bapak Badrulhadi dan Ibu Sarimah sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di TK. Angkasa 8 Pondok Gede pada tahun 1994, kemudian dilanjutkan di SDN Pondok Gede I pada tahun 1995-2001, SMPN 4 Depok pada tahun 2001-2004 dan SMAN 1 Depok pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Siswa Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Saat menuntut ilmu di IPB, penulis aktif sebagai Anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) pada tahun 2008-2010 dan Direktur International Forestry Students’ Association Local Committee IPB (IFSA LC-IPB) pada tahun 2009-2010. Selain itu, penulis juga mendapat kesempatan untuk menjadi delegasi pada 37th International Forestry Students’ Symposium (37th IFSS) di Bogor dan Jogjakarta pada tahun 2009 serta menjadi delegasi 1st IFSA Asian Regional Meeting (1st IFSA ARM) di Taipei, Taiwan pada tahun 2010. Praktek lapang yang pernah diikuti yaitu Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuwueng Sancang (2009), Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2010) dan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Batang Gadis (2011). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul “Interaksi Masyarakat dan Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Pancoran Mas Depok” dibimbing oleh Ir.Edhi Sandra, M.Si. dan Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan izin-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segenap hati dan ketulusan, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Orangtua tercinta, Ibu Sarimah dan Bapak Badrulhadi serta kakak-kakak tersayang, Diana Oktavia Purbasari, S.H. dan Dina Maulida Purbasari, S.IP. atas kasih sayang, dukungan dan doa tiada henti. 2. Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si. dan Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. atas arahan, waktu, saran, ilmu, dan kesabaran selama membimbing penulis dalam proses hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Ir. Siti Badriyah Rushayati, M.Si. selaku moderator saat seminar, Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.Si. selaku ketua sidang dan Bapak Dr. Ir. Bahruni, M.S. selaku penguji. 4. Segenap pegawai Badan Lingkungan Hidup Kota Depok dan petugas Tahura Pancoran Mas. 5. Irvan Nurmansyah atas kesabaran luarbiasa, kesiagaan, perhatian, dukungan, doa, dan kasih sayang yang diberikan. 6. Keponakanku, Falisha Ardiana Sourfina, Tubagus Ditra Ali Pradana, dan Fadienka Ardian Shouzaqi atas kelucuan dan hiburan saat tertekan dan bosan. 7. Guru dan pengajar sejak TK, SD, SMP, dan SMA yang sudah sangat berjasa dalam mendidik dan memberikan ilmu yang berharga. 8. Bapak dan Ibu dosen beserta staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama kuliah. 9. Sahabatku, Ajeng Endartrianti, Ardie Ariyono, Kristina Sari, Hesti Ayu H, Nurlela Kasim, Anindya Gitta, Aditya Wahyu TA, Aronika Kaban. 10. Teman-teman seperjuangan Dwi Woro NP, Muthia SR, Marwa Prinando, Nayunda PW, Oman Nurrohman, Rona, Agus Prayitno dan Jeffri Manurung atas bantuan selama penyusunan skripsi. 11. Keluarga besar KOAK (KSHE 44) atas canda, duka, ke”ajaib”an serta kebersamaannya. 12. Keluarga besar International Forestry Students’ Association Local Committee IPB (IFSA LC-IPB) atas kebersamaan, ilmu dan pengalaman yang sangat berharga. 13. HIMAKOVA, khususnya keluarga KPF (Kelompok Pemerhati Flora) angkatan 43 dan 44 atas kebersamaan, canda, tawa, ilmu dan pengalaman. 14. Keluarga besar FAHUTAN IPB atas kebersamaannya. 15. Semua pihak yang membantu semasa kuliah, praktek, dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Hanya ucapan terima kasih beserta sebuah harapan dan doa semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya dan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebutkan. Amin. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1 1.2 Tujuan .......................................................................................... 2 1.3 Manfaat ........................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya ..................................................................... 3 2.1 Interaksi Masyarakat dengan Lingkungan ................................. 4 2.3 Tumbuhan Berguna .................................................................... 4 2.3.1 Tumbuhan penghasil pangan ........................................... 5 2.3.2 Tumbuhan obat ................................................................. 5 2.3.3 Tumbuhan aromatik .......................................................... 6 2.3.4 Tumbuhan hias .................................................................. 6 2.3.5 Tumbuhan penghasil bahan pewarna ................................ 6 2.3.6 Tumbuhan tali-temali dan anyaman ................................. 7 2.3.7 Tumbuhan penghasil kayu bakar ...................................... 7 2.3.8 Tumbuhan penghasil pakan ternak ................................... 8 2.3.9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan .............................. 8 2.3.10 Tumbuhan untuk ritual adat dan keagamaan .................. 8 2.3.11 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ............................. 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi ..................................................................... 10 3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 10 3.3 Jenis Data .................................................................................. 10 3.4 Tahapan Penelitian ................................................................... 12 3.5 Metode Pengambilan Data........................................................ 12 3.5.1 Wawancara........................................................................ 12 3.5.2 Analisis vegetasi ............................................................... 13 3.6 Pembuatan Herbarium .............................................................. 13 3.7 Analisis Data............................................................................. 14 3.7.1 Klasifikasi pemanfaatan .................................................. 14 3.7.2 Indeks nilai penting ......................................................... 15 3.7.3 Persen habitus .................................................................. 16 3.7.4 Persen tumbuhan berguna ................................................ 16 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas.......................................................................... 17 4.2 Sejarah Pengelolaan Kawasan .................................................. 17 4.3 Aksesibilitas.............................................................................. 18 4.4 Topografi dan Geologi ............................................................. 19 4.5 Iklim ......................................................................................... 19 4.6 Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat ............. 19 4.7 Flora dan Fauna ....................................................................... 20 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tahura Pancoran Mas ................................................. 22 5.2 Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Tahura Pancoran Mas .... 23 5.2.1 Karakteristik responden ................................................... 24 5.2.2 Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi kawasan ......... 25 5.2.3 Pengetahuan dan interaksi masyarakat terhadap keanekaragaman tumbuhan di Tahura Pancoran Mas ..... 26 5.2.4 Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan .. 28 5.2.5 Harapan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura ......... 29 5.3 Komposisi vegetasi di Tahura Pancoran Mas .......................... 29 5.4 Potensi Tumbuhan Berguna di Tahura Pancoran Mas ............. 32 5.4.1 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan famili 32 5.4.2 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan habitus 33 5.4.3 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan kelompok kegunaan ......................................................................... 34 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .............................................................................. 44 6.2 Saran ........................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45 DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Tahapan penelitian .................................................................................... 12 2. Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan ............................................... 15 3. Matapencaharian masyarakat Pancoran Mas tahun 2009 ......................... 20 4. Tingkat pendidikan masyarakat Pancoran Mas tahun 2009 ...................... 20 5. Tingkat pendidikan responden .................................................................. 25 6. Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan bawah ............................... 30 7. Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan liana ................................... 31 8. Rekapitulasi INP tertinggi spesies pada tiap tingkat pertumbuhan ........... 31 9. Jumlah spesies dan famili masing-masing kelompok kegunaan ............... 34 10. Daftar spesies tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas ........................... 36 11. Daftar famili spesies tumbuhan hias di Tahura Pancoran Mas ................. 37 12. Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di Tahura Pancoran Mas ...... 38 13. Tumbuhan penghasil pewarna alami di Tahura Pancoran Mas ................ 40 12. Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan di Tahura Pancoran Mas ........................................................................................................... 40 13. Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu bakar di Tahura Pancoran Mas ............................................................................................................ 41 14. Daftar spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya.................................. 43 DAFTAR GAMBA R No. Halaman 1. Denah lokasi penelitian .............................................................................. 11 2. Skema petak pengukuran untuk analisis vegetasi ...................................... 13 3. a. Pintu masuk Tahura di sebelah utara kawasan ....................................... 22 b. Pagar yang dibangun disekeliling kawasan............................................ 22 c. Kondisi vegetasi yang terlihat dari luar kawasan ................................... 22 4. a. Beberapa titik kumpulan sampah ........................................................... 23 b. Beberapa titik kumpulan sampah ........................................................... 23 c. Papan himbauan dari Pemerintah Kota Depok....................................... 23 d. Papan informasi mengenai kawasan ...................................................... 23 5. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan .............................................. 24 6. Fungsi Tahura berdasarkan pengetahuan responden ................................. 25 7. Pengetahuan dan interaksi terhadap spesies tumbuhan di Tahura ............. 27 8. Perbandingan jumlah spesies tumbuhan berguna yang teridentifikasi dengan jumlah spesies yang dimanfaatkan masyarakat ........................................ 28 9. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat dalam kawasan ................................. 29 10. a. Tumbuhan bawah yang mendominansi ................................................. 32 b. Pohon yang tertutupi oleh tumbuhan merambat ................................... 32 11. Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili ...................................... 33 12. Persen habitus tumbuhan berguna ............................................................ 34 13. Habitus spesies tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas ........................ 36 14. a. Akar areuy gember (Fibraurea tinctoria) .............................................. 36 b. Daun miana (Coleus atropurpureus) ..................................................... 36 15. a. Dieffenbachia picta ............................................................................... 37 b. Syngonium podophyllum ....................................................................... 37 c. Caladium hortulanum............................................................................ 37 16. Jumlah spesies tumbuhan penghasil pangan berdasarkan famili ............. 38 17. Daun nangka (Arthocarpus heterophyllus) .............................................. 39 18. Bambu tali (Gigantochloa apus) .............................................................. 41 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Daftar spesies tumbuhan dan kegunaannya di Taman Hutan Raya Pancoran Mas. ............................................................................................................ 49 2. Daftar spesies tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas ............................. 53 3. Daftar spesies tumbuhan hias di Tahura Pancoran Mas.............................. 55 4. Daftar spesies tumbuhan pangan di Tahura Pancoran Mas ........................ 56 5. Daftar spesies tumbuhan pakan ternak di Tahura Pancoran Mas ............... 56 6. Daftar spesies tumbuhan pewarna alami di Tahura Pancoran Mas............. 57 7. Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan di Tahura Pancoran Mas ............................................................................................................. 57 8. Daftar spesies tumbuhan penghasil anyaman, tali, dan kerajinan tangan di Tahura Pancoran Mas ................................................................................. 57 9. Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu bakar di Tahura Pancoran Mas .. 58 10. Daftar spesies tumbuhan pestisida nabati di Tahura Pancoran Mas ......... 58 11. Daftar spesies tumbuhan dengan kegunaan lain di Tahura Pancoran Mas ............................................................................................................. 58 12. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pohon di Tahura Pancoran Mas……… ................................................................................................. 59 13. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tiang di Tahura Pancoran Mas ............................................................................................................. 60 14. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pancang di Tahura Pancoran Mas…..... .................................................................................................... 61 15. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat semai di Tahura Pancoran Mas…………………………………………………………………….. ... 62 16. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan bawah di Tahura Pancoran Mas….. ....................................................................................................... 63 17. Daftar Indeks Nilai Penting (INP) liana di Tahura Pancoran Mas............ 64 18. Data responden .......................................................................................... 65 19. Kuesioner wawancara ............................................................................... 66 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Hutan Raya (Tahura) adalah kawasan pelestarian alam yang ditujukan untuk koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, spesies asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi (P.10/Menhut-II/2009). Indonesia saat ini memiliki 22 kawasan Tahura, salah satunya adalah Tahura Pancoran Mas yang merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Kota Depok. Kawasan ini pada awalnya merupakan Cagar Alam tertua di Indonesia yang diresmikan pada tahun 1913 oleh pemerintah Hindia Belanda. Sehingga secara historis memiliki nilai yang sangat penting dalam sejarah kawasan konservasi di Indonesia. Tahura Pancoran Mas merupakan salah satu aset keanekaragaman hayati seluas ±6 ha yang terletak diantara padatnya perumahan warga di Kelurahan Pancoran Mas, Depok. Hasil penelitian Saragih (2007) menyebutkan bahwa 29,17% dari responden yang tinggal di sekitar kawasan menganggap keberadaan Tahura tidak perlu dipertahankan dengan alasan tidak bermanfaat dan akan lebih bermanfaat jika dijadikan lahan perumahan atau pertokoan. Hal tersebut mengindikasikan kurangnya interaksi masyarakat dan pengetahuan tentang Tahura serta keanekaragaman hayati di dalamnya. Secara umum Tahura dapat dimanfaatkan untuk beberapa jenis kegiatan antara lain penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, serta pelestarian budaya. Selain itu, Tahura juga dapat berfungsi sebagai penyedia oksigen, daerah penyerap air hujan, dan penyimpan cadangan karbon seperti fungsi Ruang Terbuka Hijau pada umumnya. Fungsi inilah yang saat ini paling menonjol di Tahura Pancoran Mas bagi masyarakat sekitarnya. Pengetahuan mengenai manfaat dan fungsi kawasan oleh masyarakat disekitar akan mempengaruhi sikap terhadap kawasan. Semakin banyak pengetahuan tentang fungsi dan manfaat kawasan maka sikap yang diberikan akan semakin baik (Wiratno et al. 2004). Manfaat lain yang dimiliki oleh Tahura Pancoran Mas namun belum diketahui secara luas adalah keanekaragaman hayati berupa berbagai spesies tumbuhan berguna. Tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti bahan penghasil pangan, sandang, obat-obatan dan kosmetika, papan dan peralatan rumah tangga, tali-temali dan anyaman, pewarna dan pelengkap upacara adat atau ritual serta kegiatan sosial (Soekarman & Riswan 1992). Penelitian mengenai interaksi masyarakat dan potensi tumbuhan berguna di Tahura Pancoran Mas sangat penting bagi pengelola serta masyarakat di sekitar kawasan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi: 1. Interaksi antara masyarakat sekitar dengan tumbuhan di Tahura Pancoran Mas. 2. Komposisi vegetasi di kawasan Tahura Pancoran Mas. 3. Potensi spesies tumbuhan berguna yang terdapat di Tahura Pancoran Mas. 1.3 Manfaat Data mengenai interaksi masyarakat dan potensi tumbuhan berguna di Tahura Pancoran Mas diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kawasan serta menjadi sumber pengetahuan dan informasi tentang manfaat berbagai spesies tumbuhan di dalam Tahura Pancoran Mas bagi masyarakat di sekitarnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli, yang dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budaya, pariwisata, dan rekreasi (P.10/Menhut-II/2009). Beberapa kriteria penunjukan dan penetapan kawasan Taman Hutan Raya adalah (PP No.68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam): 1. Memiliki ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah; 2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; 3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli. Keputusan Penyelenggaraan Menteri Tugas Kehutanan Pembantuan Nomor 107/Kpts-II/2003 Pengelolaan Taman Hutan tentang Raya menyebutkan bahwa pemerintah atau kota dapat melakukan pengelolaan terhadap Tahura yang terdapat di dalam wilayah administratif kota bersangkutan. Saat ini Taman Hutan Raya Pancoran Mas sudah sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah Kota Depok dibawah Badan Lingkungan Hidup Kota Depok. Suatu kawasan Taman Hutan Raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek ekologis, teknis, ekonomis, dan sosial budaya. Rencana pengelolaan Tahura setidaknya memuat tujuan pengelolaan dan garis kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk (Ditjen PHKA 2011): 1. Perlindungan dan pengamanan 2. Inventarisasi potensi kawasan 3. Penelitian dan pengembangan menunjang pengelolaan 4. Pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan pengembangan bertujuan koleksi. 2.2 Interaksi Masyarakat dengan Lingkungan Menurut Soemarwoto (1997) diacu dalam Kamakaula (2004), lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati makhluk hidup bersama dengan benda-benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Knowies dan Wareing (1976) diacu dalam Kamakaula (2004) menyatakan bahwa manusia selain berinteraksi dengan lingkungannya, juga menjadikan lingkungan sebagai sumber aspirasinya. Dengan demikian jika manusia menempati suatu tempat dalam jangka waktu yang lama, maka akan menjadi bagian/komponen dari ekosistem yang sama. Perubahan yang dilakukannya pada lingkungan alam juga akan mengubah ekosistemnya. Interaksi antara masyarakat dan kawasan dibutuhkan agar masyarakat mengetahui dan merasakan secara langsung manfaat dari kawasan. Salah satu yang menjadi penyebab kesadaran masyarakat yang rendah terhadap perlindungan kawasan konservasi adalah keterbatasan pengetahuan mengenai berbagai manfaat jangka panjang kawasan dan sumberdayanya (Wiratno et al. 2004). Interaksi manusia dengan lingkungan alamnya termasuk kawasan hutan dapat dikaji berdasarkan persepsi dari masyarakat tersebut yang ditunjukan melalui perilaku dan tindakan dalam pemanfaatan kawasan hutan sesuai dengan daya dukungnya. Semakin intensif suatu masyarakat memanfaatkan kawasan hutan tersebut maka interaksinya semakin tinggi (Kamakaula 2004). 2.3 Tumbuhan Berguna Menurut Soekarman dan Riswan (1992), berdasarkan pemanfaatannya tumbuhan di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa kegunaan antara lain sebagai bahan pangan, sandang, obat-obatan dan kosmetika, papan dan peralatan rumah tangga, tali-temali dan anyaman, pewarna dan pelengkap upacara adat atau ritual serta kegiatan sosial. 2.3.1 Tumbuhan penghasil pangan Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia (UU No. 7 Tahun 1996). Siswoyo et al. (2004) menyebutkan bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai sumber pangan antara lain adalah buah, daun, umbut, batang, bunga, biji, getah, dan tubuh buah (jamur). Salah satu bahan pangan adalah rempah sebagai bumbu. hasil penelitian Hasairin (1994) menyebutkan bahwa terdapat 29 jenis rempah yang digunakan oleh Suku Batak Angkola dan Mandailing sebagai bumbu masakan adatnya. Beberapa spesies tumbuhan yang digunakan diantaranya aren (Arenga pinnata), asam galugur (Garcinia macrophylla), bawang merah (Allium cepa), bawang daun (Allium odorum), dan cabe merah (Capsicum annura). 2.3.2 Tumbuhan obat Tumbuhan obat dapat berupa tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional, sebagai bahan baku obat (prokusor), dan diekstraksi sebagai obat (SK Menteri Kesehatan No.194/SK/Menkes/IV/1978). Dalam pemanfaatannya, tumbuhan obat terbagi dalam beberapa kelompok (Zuhud et al. 1994), yaitu: 1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri. Obat bahan alam Indonesia terdiri atas tiga kelompok yaitu jamu, obat herbal, dan fitofarmaka. Jamu merupakan obat bahan alam yang belum teruji secara preklinis; obat herbal merupakan obat alam yang telah teruji secara preklinis; dan fitofarmaka merupakan obat bahan alam yang telah teruji secara preklinis dan klinis (SK. Kepala BPOM No.HK.00.05.4.2411/2004). 2.3.3 Tumbuhan aromatik Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian yang juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah lainnya (Kartikawati 2004). Heyne (1987) menyebutkan tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri diantaranya spesies tumbuhan yang berasal dari beberapa famili seperti akar wangi (Andropogon zizinoides) dari famili Graminae, kayu manis (Cinnamomum burmanii) dari famili Lauraceae, jahe (Zingiber officinale) dari famili Zingiberaceae, sirih (Piper betle) dari famili Piperaceae, cendana (Santalum album) dari famili Santalaceae, dan lainnya. 2.3.4 Tumbuhan hias Tumbuhan hias menurut Arafah (2005) merupakan tumbuhan yang memiliki nilai estetika keindahan yang menjadi komoditas holtikultura nonpangan yang dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan. Tumbuhan hias banyak dibudidayakan yang kemudian disebut dengan tanaman hias. Departemen Pertanian mendefinisikan tanaman hias adalah tanaman yang mempunyai nilai keindahan baik karena bentuk, warna daun, tajuk maupun bunganya, sering digunakan sebagai penghias pekarangan atau ruangan di rumahrumah atau gedung perkantoran. Heyne (1987) menyebutkan beberapa spesies tumbuhan dari famili Palmae, Graminae, Leguminosae, Sapindaceae, dan lainnya dapat dimanfaatkan bagian biji atau buahnya untuk keperluan hiasan. 2.3.5 Tumbuhan penghasil bahan pewarna Menurut Lemmens dan Soetjipto (1999), pewarna nabati adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan, bahan-bahan ini diekstrak dengan cara fermentasi, direbus, atau secara kimiawi. PROSEA dalam situs jejaring resminya menyebutkan bahwa tumbuhan atau bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna baik untuk tekstil maupun batik. Katz (2004) menyebutkan bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk bahan baku pewarna adalah akar, kulit batang, daun, arbei, biji, ranting, cabang pohon, dan umbi akar. Masing-masing bagian tersebut dapat menghasilkan berbagai warna dengan ketajaman. Penggunaan yang tepat pada pewarna nabati tahan terhadap sengatan matahari. 2.3.6 Tumbuhan tali-temali dan anyaman Kepandaian anyam mengayam tidak hanya menciptakan motif tetapi yang lebih penting adalah penciptaan barang atau alat baik untuk pembawa atau pun wadah. Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa digunakan untuk membuat tali anyaman, maupun kerajinan (Waluyo 1992). Hasil kerajinan anyaman yang terbuat dari rotan banyak ditemukan di daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi sedangkan kerajinan anyaman yang terbuat dari bambu umumnya berasal dari daerah Bali, Jawa, dan Sulawesi (Widjaja et al. 1989). Suku Melayu Tradisional memanfaatkan 21 spesies tumbuhan sebagai bahan baku penghasil tali, anyaman, dan kerajinan. Bagian yang dimanfaatkan antara lain rotan, daun, batang, kulit, dan isi batang. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagian besar dari famili pandan-pandanan dan rotan (Fakhrozi 2009). 2.3.7 Tumbuhan penghasil kayu bakar Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai penghasil kayu bakar pada dasarnya adalah semua jenis tumbuhan berkayu yang berbentuk pohon. Beberapa kriteria tumbuhan yang dapat dijadikan bahan kayu bakar menurut Sutarno (1996) diacu dalam Arafah (2005) adalah: 1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim. 2. Pertumbuhan tajuk baik setiap tumbuh pertunasan yang baru. 3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang singkat. 4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan. 5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar. 6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar. 2.3.8 Tumbuhan penghasil pakan ternak Menurut Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Hidayat (2009) menyebutkan bahwa masyarakat di Kampung Adat Dukuh memanfaatkan 33 spesies sebagai pakan ternak. Pakan ternak di Kampung Adat Dukuh tumbuh liar di ladang, kebun dan sawah serta beberapa spesies sengaja ditanam sebagai cadangan. Beberapa contoh spesies pakan ternak yang dimanfaatkan diantaranya kaliandra (Caliandra haematochepala), bandotan (Ageratum conyzoides), lamtoro (Leucaena leucocephala), dan gamal (Gliricidia maculata). Bagian yang dimanfaatkan untuk pakan ternak antara lain daun, ranting, batang, dan buah muda. 2.3.9 Tumbuhan penghasil bahan bangunan Pohon-pohon di hutan merupakan sumber bahan bangunan yang dapat digunakan secara berkesinambungan. Pemanfaatan kayu oleh masyarakat Dayak Meratus biasanya dilakukan apabila ingin membuat rumah. Pemilihan jenis-jenis kayu tersebut biasanya berdasarkan pertimbangan kekuatan kayu dan ketahanan terhadap rayap (Kartikawati 2004). 2.3.10 Tumbuhan untuk ritual adat dan keagamaan Tumbuhan yang bersifat spiritual, magis, dan ritual merupakan salah satu pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat. Indonesia memiliki kurang lebih 350 etnis budaya yang memiliki pengetahuan etnobotani dalam pemanfaatan maupun penggunaannya di masing-masing daerah khususnya yang dipakai untuk upacara adat. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan daur hidup, tumbuhan banyak digunakan untuk keperluan tersebut (Kartiwa & Martowikrido 1992). 2.3.11 Tumbuhan penghasil pestisida nabati Pestisida nabati menggunakan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan bakunya, beberapa senyawa sekunder tersebut diantaranya eugenol, azadirachtin, geraniol, sitronelol, dan tannin. Senyawa-senyawa tersebut dapat mengendalikan berbagai jenis hama dan penyakit tanaman. Bahan aktif pada pestisida nabati kurang toksik terhadap mamalia dan organisme bukan sasaran seperti parasit, predator, dan polinator sehingga relatif aman untuk kelestarian lingkungan. Pestisida nabati juga mudah terurai oleh cahaya matahari sehingga residunya yang terbawa pada produk pertanian dapat diabaikan dan tidak menyebabkan resistensi hama karena bahan aktifnya tersusun atas beberapa senyawa kimia (Wiratno 2010). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2011 di Taman Hutan Raya (Tahura) Pancoran Mas, Depok. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tallysheet, kuesioner, kertas koran, label, alkohol 70%, kantong plastik besar, dan sampel bagian tumbuhan untuk pembuatan herbarium. Sedangkan alat yang digunakan antara lain kompas, tambang plastik 100 m, pita meter, golok, kamera, dan alat tulis. 3.3 Jenis Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis berdasarkan sumbernya, yaitu data primer dan sekunder. 1. Data primer didapatkan melalui hasil observasi lapang yang meliputi data spesies, diameter dan jumlah individu tingkat pohon dan tiang, spesies dan jumlah individu tingkat pancang dan semai, serta jumlah dan habitus tumbuhan bawah (herba, semak, perdu), liana dan epifit. Data primer juga didapatkan melalui wawancara masyarakat yang tinggal di sekitar Tahura. 2. Data sekunder didapatkan melalui studi pustaka sejumlah literatur dan dokumen lainnya yang mendukung penelitian ini. Gambar 1 Denah lokasi penelitian Tahura Pancoran Mas. (Foto udara sumber: www.wikimapia.org) 3.4 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian terdiri dari tiga tahapan utama, yakni tahap kajian pustaka, observasi lapang, dan tahap pengolahan dan analisis data. Setiap tahapan memiliki aspek kajian, sumber data, dan metode yang berbeda (Tabel 1). Tabel 1 Tahapan kegiatan, aspek kajian, sumber data, dan metode dalam pengambilan data No 1 Tahapan kegiatan Kajian pustaka Aspek kajian Sumber data Kondisi umum lokasi penelitian Kondisi demografi masyarakat Kecamatan Pancoran Mas, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Depok Tahura Pancoran Mas dan masyarakat sekitar Data primer dan data sekunder yang terkumpul selama penelitian 2 Observasi lapang Interaksi masyarakat Komposisi vegetasi Kegunaan tumbuhan 3 Pengolahan dan Analisis data Pengolahan data Analisis data Metode Studi literatur dan dokumen lainnya Wawancara Analisis vegetasi Studi literatur Pengolahan secara kuantitatif dan analisis secara deskriptif melalui penjabaran secara tabulasi 3.5 Metode Pengambilan Data 3.5.1 Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai interaksi dan pengetahuan masyarakat terhadap Tahura Pancoran Mas terutama keanekaragaman hayati di dalamnya. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan responden berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal dengan jarak terdekat di sekeliling Tahura, lama tinggal, dan kerelaan untuk diwawancara. Wawancara dilakukan mengacu pada kuesioner yang telah dibuat. Responden dalam wawancara diambil sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 responden wanita dan 15 responden pria. 3.5.2 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dalam plot pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode kombinasi jalur garis berpetak. Penetapan jalur pengamatan ditentukan menggunakan metode systematic sampling yaitu penetapan jalur secara berurutan dengan jarak antar jalur ditetapkan sebesar 30 meter. Metode analisis vegetasi dilakukan dengan pengamatan pada suatu petak yang dibagi-bagi kedalam petakpetak berukuran 20x20 m2, 10x10 m2, 5x5 m2, dan 2x2 m2. Petak berukuran 20x20 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi liana, epifit, dan tingkat pohon dengan diameter setinggi dada (130 cm) dari permukaan tanah sebesar ≥20 cm; petak berukuran 10x10 m2 untuk pengambilan data vegetasi tingkat tiang dengan diameter 10-20 cm; petak berukuran 5x5 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat pancang dengan diameter <10 cm, tinggi > 1.5 m; dan 2x2 m2 digunakan untuk pengambilan data vegetasi tingkat semai (anakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon yang mempunyai tinggi hingga 1,5 m) dan tumbuhan bawah. Bentuk unit contoh pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3. B C D A Transek Gambar 2 Skema petak-petak pengukuran analisis vegetasi. Keterangan: A = Petak pengukuran untuk pohon, epifit, liana dan parasit (20 x 20 m2) B = Petak pengukuran untuk tiang (10 x 10 m2) C = Petak pengukuran untuk pancang (5 x 5 m2) D = Petak pengukuran untuk semai dan tumbuhan bawah (2 x 2 m2) 3.6 Pembuatan Herbarium Herbarium digunakan sebagai dokumentasi dan mempermudah referensi dalam penelitian botani. Herbarium terbagi atas dua jenis yaitu awetan basah dan kering. Penelitian ini menggunakan metode herbarium awetan kering dengan langkah-langkah pembuatan sebagai berikut: 1. Sampel herbarium yang lengkap terdiri dari ranting, daun, bunga dan buah jika ada serta diusahakan memilih sampel yang kondisinya masih sangat baik dan utuh. 2. Sampel dipotong dengan panjang 40 cm atau lebih bergantung ukuran sampel. 3. Sampel diberi label gantung berukuran 3x5 cm dengan keterangan mengenai nomor koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen, nama lokal, dan lokasi pengembilan spesimen 4. Sampel disisipkan ke dalam lipatan kertas koran kemudian dimasukkan ke dalam plastik 5. Sampel disusun dalam sasak lalu siram sampel dengan alkohol 70% secara merata 6. Sampel dijemur herbarium dalam sasak di bawah panas matahari hingga kering atau dapat juga disusun dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 55⁰C selama 5 hari (sesuai kebutuhan, jika sudah kering proses pengeringan dapat dihentikan) 7. Spesimen yang sudah kering kemudian diidentifikasi untuk diketahui nama ilmiahnya. 3.7 Analisis Data Data hasil analisis vegetasi dikelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan yang terdiri dari nama ilmiah, nama lokal, famili dan kegunaan. Analisis data untuk analisis vegetasi dan hasil wawancara dilakukan secara deskriptif dan data dijabarkan secara tabulasi. 3.7.1 Klasifikasi pemanfaatan Data spesies tumbuhan yang didapatkan melalui wawancara dan identifikasi diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatannya yang meliputi 10 kelompok kegunaan (Tabel 2). Identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan melalui dua tahap kegiatan, yaitu (a) identifikasi spesies tumbuhan secara umum dan (b) identifikasi spesies tumbuhan berguna. Identifikasi spesies tumbuhan berguna dikerjakan dengan studi berbagai buku/literatur dan sumber-sumber lainnya tentang tumbuhan berguna yang ada. Penyajian data dilakukan dengan pengelompokkan berdasarkan kelompok kegunaan dengan menyaring dari tiaptiap kegunaan masing-masing spesies tumbuhan. Tabel 2 Klasifikasi Kelompok Kegunaan Tumbuhan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok Kegunaan Tumbuhan obat Tumbuhan hias Tumbuhan penghasil pangan Tumbuhan pakan ternak Tumbuhan bahan pewarna alami Tumbuhan penghasil bahan bangunan Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan Tumbuhan penghasil kayu bakar Tumbuhan penghasil pestisida alami Lainnya 3.7.2 Indeks Nilai Penting Dominansi suatu spesies terhadap spesies-spesies lain dalam suatu tegakan dapat dinyatakan berdasarkan besaran-besaran seperti banyaknya individu, persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar (basal area), volume, biomasa, dan Indeks Nilai Penting. Indeks Nilai Penting (INP) dapat menggambarkan kedudukan suatu spesies di dalam komunitas tegakannya, semakin tinggi nilai INP yang dimiliki suatu spesies maka semakin dominan keberadaan spesies tersebut di suatu habitat. Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, maka pada masing-masing petak ukur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominansi untuk setiap spesies tumbuhan (Soerianegara & Indrawan 1998). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kerapatan suatu spesies (K) Kerapatan relatif suatu spesies (KR) Frekuensi suatu spesies (F) Frekuensi relatif suatu spesies (FR) Dominansi suatu spesies (D) Dominansi relatif suatu spesies (DR) Setelah dilakukan tahapan perhitungan diatas dapat dilakukan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP) sebagai berikut: Untuk tingkat semai dan pancang: INP = KR + FR Untuk tingkat tiang dan pohon: INP = KR + FR + DR Total Indeks Nilai Penting (INP) untuk setiap tingkat pohon, tiang, pancang, semai, dan tumbuhan bawah dihitung untuk menggambarkan kondisi vegetasi. 3.7.3 Persen Habitus Perhitungan persen habitus perlu untuk mengetahui kelompok habitus yang paling dominan ditemui di suatu habitat. Kelompok habitus diantaranya adalah pohon, perdu, semak, liana, herba, palem dan epifit. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut: ∑ ∑ 3.7.4 Persen Tumbuhan Berguna Persen tumbuhan berguna tertentu dihitung untuk mengetahui kelompok tumbuhan berguna yang paling dominan di habitat tertentu. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut: ∑ ∑ BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran kasar pada tahun 1997 yaitu seluas 7,26 ha meskipun pada SK Menteri Kehutanan tahun 1999 ditetapkan seluas 6 ha. Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak diantara perumahan warga di Jalan Cagar Alam Pancoran Mas, Kelurahan Pancoran Mas, Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Letak kawasan ini hanya berjarak 300 meter dari Stasiun Kereta Api Depok Lama. Kelurahan Pancoran Mas memiliki luasan sebesar 473,55 Ha dengan batasbatas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Mampang dan Kelurahan Depok Jaya Sebelah Selatan : Kelurahan Cipayung dan Kelurahan Ratujaya Sebelah Timur : Kelurahan Depok Sebelah Barat : Kelurahan Rangkapan Jaya 4.2 Sejarah Pengelolaan Kawasan Cagar Alam Pancoran Mas merupakan lahan hibah dari seorang ahli tanaman obat dan tuan tanah di Depok bernama Cornelis Chastelein kepada para pekerjanya. Dalam wasiatnya tertanggal 13 Maret 1714 dituliskan bahwa lahan tersebut tidak boleh dipindahtangankan dan dikelola sebagai Cagar Alam karena kealamiannya yang tidak dapat tergantikan. Pada tanggal 31 Maret 1913 lahan tersebut diserahkan kepada pemerintahan Hindia Belanda yang terhimpun dalam perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda (Nederlandsh Indische Vereeniging tot Natuurbescheming). Kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal Belanda No.7 Tanggal 13 Mei 1926 dan merupakan cagar alam pertama di Indonesia dengan luasan 6 ha. Kawasan ini pada awalnya merupakan inti dari kawasan hutan Depok dan habitat flora dan fauna endemik Pulau Jawa, namun pada saat ini telah terjadi perubahan mendasar dan dinilai sudah tidak layak sebagai kawasan cagar alam. Melalui Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.276/KPTS-II/1999, fungsi Cagar Alam Depok dirubah menjadi Taman Hutan Raya. Perubahan fungsi kawasan juga berakibat pada pengelolaan. Pada awalnya di tahun 1960, Cagar Alam Depok berada di dalam pengawasan Kebun Raya Bogor. Tahun 1971 pengelolaan berpindah ke wilayah kerja sub BKSDA DKI Jakarta hingga pada tahun 1999 pengawasan secara langsung dibawah Departemen Kehutanan RI dan pengelolaan diserahkan pada Pemda Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2003 Tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Taman Hutan Raya oleh Gubernur atau Bupati/Walikota maka tugas pembantuan pengelolaan Tahura Pancoran Mas diserahkan kepada Walikota Depok. Saat ini, dikelola oleh Pemerintah Kota Depok khususnya Balai Lingkungan Hidup Kota Depok. 4.3 Aksesibilitas Aksesibilitas menuju kawasan ini cukup mudah karena hanya berjarak ± 3 Km dari pusat Kota Depok. Perjalanan menuju Tahura Pancoran Mas dapat ditempuh dengan beberapa rute, yaitu: 1. Perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan jasa angkutan kota dari stasiun Depok maupun terminal Depok ke arah Pitara dan turun di Jalan Cagar Alam yang merupakan akses utama menuju kawasan, kemudian dapat dilanjutkan dengan berjalan kaki maupun menggunakan alat transportasi becak dan ojek menuju Tahura. 2. Perjalanan menggunakan transportasi kereta api berhenti di stasiun kereta api Depok, kemudian berjalan kaki maupun dengan jasa becak atau ojek ke arah Tahura. 3. Perjalanan menggunakan jasa angkutan kota dari terminal Depok dapat menggunakan angkutan umum kemudian turun di stasiun Depok dan dilanjutkan dengan berjalan kaki, naik becak, atau pun ojek menuju lokasi. 4.4 Topografi dan Geologi Kondisi topografi Kota Depok berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas. Kawasan Tahura Pancoran Mas berada pada ketinggian 95 mdpl dan memiliki topografi relatif datar hingga landai dengan kelerengan antara 0-8%. Jenis tanah di kawasan ini adalah Latosol, sedangkan bebatuan didominasi batuan Vulkanik Kwarter. 4.5 Iklim Iklim secara umum di Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara umum sama dengan iklim di daerah Kota Depok yaitu memiliki iklim Tipe A menurut Schmidt & Fergusson. Curah hujan rata-rata 2.629 mm/tahun dengan suhu udara berkisar antara 22,5⁰C - 33⁰C. Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan Oktober-Maret. 4.6 Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Pancoran Mas. Sebagian besar masyarakat merupakan pendatang dari berbagai suku di Indonesia. Pada tahun 2009, jumlah penduduk Kelurahan Pancoran Mas berjumlah sekitar 50.015 jiwa yang terdiri dari 25.844 laki-laki dan 24.171 perempuan. Mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kelurahan Pancoran Mas adalah pekerja jasa yaitu sebanyak 26,4%. Buruh industri dan tenaga penjualan masing-masing sebanyak 13,4% dan 10,1%. Selain bidang pekerjaan tersebut, masyarakat Kelurahan Pancoran Mas juga ada yang berprofesi sebagai profesional tatalaksana (PNS dan ABRI) 4,5%, Pekerja angkutan (0,06%), Petani (3,4%), Buruh tani (6,4%), Usaha industri (0,2%), dan Pekerja bangunan (9,4%) seperti tersaji dalam Tabel 3. Tabel 3 Matapencaharian masyarakat Pancoran Mas tahun 2009 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) 1 Petani 2 Buruh tani 3 Usaha industry 4 Buruh industry 5 Pekerja bangunan 6 Pekerja angkutan 7 Tenaga penjualan 8 Pekerja jasa 9 PNS, ABRI Sumber: Profil kelurahan Pancoran Mas 2009. Presentase (%) 1.717 3.216 101 6.706 4.710 28 5.075 13.213 2.273 3,4 6,4 0,2 13,4 9,4 0,06 10,1 26,4 4,5 Tingkat pendidikan masyarakat cukup beragam. Masyarakat dengan tingkat pendidikan akhir SLTP sederajat mendominasi yaitu sebanyak 33%, selanjutnya tamat SD sebanyak 29,2% dan SLTA sederajat sebanyak 23,7% (Tabel 4).Sarana pendidikan di Kelurahan ini cukup lengkap dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga Perguruan Tinggi. Aksesibilitas menuju sekolah pun terbilang cukup mudah dengan berbagai alternatif alat transportasi umum yang tersedia. Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat Pancoran Mas tahun 2009 No Jenjang pendidikan 1 Belum sekolah 2 Buta aksara 3 Tidak tamat SD 4 Tamat SD 5 Tamat SLTP sederajat 6 Tamat SLTA sederajat 7 D1/D2/D3/D4 8 Sarjana Sumber: Profil kelurahan Pancoran Mas 2009. Jumlah (jiwa) Presentase (%) 695 137 4.510 14.580 16.512 11.870 908 803 1,4 0,3 9,0 29,2 33,0 23,7 1,8 1,6 4.7 Flora dan Fauna Kawasan Tahura Pancoran Mas termasuk ke dalam tipe hutan dataran rendah. Dalam Laporan Draft Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Pancoran Mas-Depok tahun 2006 disebutkan beberapa jenis flora di kawasan Tahura yaitu waru (Hibiscus tiliaceus), kopo (Eugenia cymosa), laban (Vitex pubescen), randu (Ceiba pentandra), nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Rengas (Gluta renghas). Sedangkan fauna yang dapat ditemui antara lain cerucuk (Pycnonotus goiavier), kipasan (Rhipidura javanica), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), burung kacamata jawa (Zosterops flavus), tupai (Dendrogale sp), Musang (paradoxurus hermaphrodistus), dan ular welang (Bungarus fasciatus). Dinas Lingkungan Hidup Kota Depok pada tahun 2006 memulai kegiatan penanaman di kawasan Tahura Pancoran Mas sebanyak 1.250 bibit. Beberapa spesies yang ditanam antara lain mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), eboni (Diospyros selebica), matoa (Pometia pinnata), akasia (Acacia mangium), rasamala (Altingia excelsa), dan tanjung (Mimusops elengi). BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Tahura Pancoran Mas Taman Hutan Raya Pancoran Mas pada awalnya merupakan kawasan Cagar Alam, kini dikelilingi oleh padatnya perumahan warga. Letak kawasan tepat di pinggir jalan raya yang dinamai karena keberadaan kawasan ini yaitu Jalan Cagar Alam, Pitara, Depok. Kawasan Cagar Alam Pancoran Mas yang telah dilestarikan sejak tahun 1714 dan ditetapkan pada tahun 1913 menjadikan kawasan ini sebagai cagar alam tertua di Indonesia. Keberadaannya yang bernilai penting dalam sejarah kawasan konservasi di Indonesia tidak membuat kawasan ini menjadi terpelihara bahkan hampir terlupakan. (a) (b) (c) Gambar 3 Kondisi Tahura Pancoran Mas: (a) Pintu masuk Taman Hutan Raya di utara kawasan; (b) Pagar yang dibangun disekeliling kawasan; dan (c) Kondisi vegetasi yang terlihat dari luar kawasan. Kondisi vegetasi Tahura mencerminkan bahwa kondisi hutan di dalamnya cukup terganggu. Hal ini terlihat dari dominansi tumbuhan merambat dan semak belukar yang tumbuh subur diakibatkan kondisi tegakan yang jarang dan cukup terbuka (Gambar 3c). Selain itu, kadang terdapat pakaian yang dijemur di sekeliling pagar dan masih ditemukan kumpulan-kumpulan sampah yang sengaja dibuang oleh warga ke dalam kawasan (Gambar 4a dan 4b). Gambar 4 (a) (b) (c) (d) Kondisi pengelolaan kawasan Tahura Pancoran Mas: (a) dan (b) Beberapa titik kumpulan sampah; (c) Papan himbauan dari Pemerintah Kota Depok dan (d) Papan informasi mengenai kawasan. Pemasangan beberapa papan himbauan dan papan informasi mengenai kawasan sepertinya tidak cukup untuk memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai pentingnya untuk menjaga kawasan tersebut. Pemerintah Kota Depok bahkan membuat Peraturan Daerah No. 23 Tahun 2003 tentang Ketertiban Umum yang isinya berupa larangan membuang sampah dan menjemur pakaian di kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas (Gambar 4c). Sikap masyarakat seperti ini dapat diakibatkan karena kurangnya rasa menghargai terhadap keberadaan keanekaragaman hayati serta fungsi dari kawasan Tahura. 5.2 Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Tahura Pancoran Mas Masyarakat yang tinggal di sekeliling Tahura pada umumnya merupakan penduduk yang sudah tinggal lebih dari 10 tahun, bahkan beberapa warga yang berusia lanjut (diatas 50 tahun) sudah menghabiskan sepanjang hidupnya di daerah tersebut. 5.2.1 Karakteristik responden 5.2.1.1 Usia dan jenis kelamin Menurut Hurlock (1980) diacu dalam Anggana (2011), pengklasifikasian kelas umur dibedakan kedalam enam kategori yaitu kelas umur bayi (0-2 tahun), balita (3-5 tahun), anak-anak (6-12 tahun), remaja (13-18 tahun), dewasa (19-59 tahun), dan lansia (≥60 tahun). Pada hasil penelitian hanya didapat dua kelas umur responden yaitu dewasa dan lansia. Kelas umur dewasa mendominansi jumlah responden yaitu sebanyak 83,34%. Distribusi jenis kelamin pada responden tersebar merata yaitu masing-masing 15 responden pria dan 15 responden wanita. 5.2.1.2 Pekerjaan Masyarakat yang tinggal dengan jarak terdekat dari Tahura Pancoran Mas hanya terpisah oleh jalan selebar 3-4 meter. Jalan tersebut merupakan akses utama yang dapat dilalui berbagai moda kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Aktivitas masyarakat disekitar Tahura tidak pernah sepi karena terletak di jalan utama tersebut sehingga banyak didirikan toko, bengkel, dan rumah makan. 12 11 10 Jumlah 10 8 6 4 3 4 2 1 2 0 wirausaha ibu rumah tangga buruh jasa swasta pensiun Pekerjaan Gambar 5 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan. Mata pencaharian masyarakat yang menjadi responden pun dipengaruhi oleh letak tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan jalan utama dan keramaian. Sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai pedagang /wirausaha. Sedangkan responden wanita sebagian besar tinggal di rumah sebagai ibu rumah tangga (Gambar 5). 5.2.1.3 Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah lulusan SMP dan SMA. Jumlah responden yang merupakan lulusan SMP dan SMA sederajat sebesar 36,67% atau masing-masing sebanyak 11 orang (Tabel 5). Selain itu juga terdapat 6 orang responden yang merupakan lulusan SD dan sisanya adalah 1 orang tidak sekolah dan 1 orang lulusan Diploma. Tabel 5 Tingkat pendidikan responden No 1 2 3 4 5 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA sederajat Diploma Jumlah (orang) 1 6 11 11 1 Presentase (%) 3,33 20 36,67 36,67 3,33 Daerah Pancoran Mas memiliki akses dan fasilitas sekolah yang cukup baik dari tingkat SD sampai SMA bahkan terdapat cukup banyak perguruan tinggi yang dapat dicapai dari daerah tersebut hanya dengan angkutan perkotaan. Sebagian besar responden menyatakan tidak melanjutkan sekolah ke tingkat pendidikan atas dan perkuliahan disebabkan oleh keadaan ekonomi dan kemauan untuk bekerja setelah lulus sekolah tingkat SMP maupun SMA. 5.2.2 Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi kawasan Pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dari keberadaan kawasan Tahura Pancoran Mas masih sangat terbatas. Fungsi dari keberadaan keanekaragaman hayati terutama flora di kawasan Tahura menurut hampir seluruh responden hanya sebagai daerah resapan air (73,3%), peneduh dan penyedia udara segar (16,7%) dan sisanya sebanyak 10% responden menyatakan tidak ada manfaatnya (Gambar 6). resapan air 16,70% 10% tidak ada manfaatnya 73,30% peneduh dan udara segar Gambar 6 Fungsi Tahura berdasarkan pengetahuan responden. Hal ini berbeda dengan fungsi dari Taman Hutan Raya berdasarkan PP No.68 Tahun 1998 yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa baik spesies asli maupun bukan asli, kegiatan penelitian dan pengembangan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi, serta pelestarian budaya. Keterbatasan pengetahuan mengenai berbagai manfaat jangka panjang kawasan dan sumberdayanya merupakan salah satu hal yang menjadi penyebab kesadaran masyarakat yang rendah terhadap perlindungan kawasan konservasi (Wiratno et al. 2004). Pengetahuan mengenai fungsi kawasan Tahura juga berpengaruh terhadap pendapat responden saat diwawancara mengenai keberadaan Tahura di wilayah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berpendapat bahwa keberadaan kawasan perlu dipertahankan terlebih lagi jika responden mengetahui manfaat dari keanekaragaman hayati khususnya tumbuhan yang ada didalam kawasan. Sebanyak 99,67% responden menyatakan akan lebih menjaga kelestarian Tahura Pancoran Mas untuk mempertahankan fungsinya sebagai daerah resapan air bagi lingkungan sekitar. Daerah sekitar Tahura Pancoran Mas termasuk wilayah Depok yang tidak pernah tergenang air hujan atau pun kekurangan air bersih. Bagi masyarakat hal itu dapat terjadi karena masih ada kawasan hutan di daerah tersebut. Manfaat Tahura yang dirasakan langsung oleh masyarakat ini juga dapat digunakan dalam penentuan koleksi tanaman di dalam kawasan. Dahlan (2004) menyebutkan persyaratan tumbuhan untuk konservasi tanah dan air adalah: 1) Daya transpirasinya rendah; 2) Memiliki sistem perakaran yang kuat dan dalam sehingga dapat menahan erosi dan meningkatkan resapan air; 3) Serasah yang dihasilkan banyak dan tidak bersifat allelopati. Spesies tumbuhan yang memenuhi kriteria tersebut sangat memungkinkan untuk dipertimbangkan dalam pemilihan spesies tumbuhan untuk dikoleksi di dalam kawasan agar dapat menunjang keberlanjutan manfaat tersebut. 5.2.3 Pengetahuan dan interaksi masyarakat terhadap keanekaragaman tumbuhan di kawasan Tahura Pancoran Mas Pengetahuan masyarakat tentang keanekaragaman hayati terutama tumbuhan di dalam kawasan masih rendah. Hal ini dapat terjadi karena meskipun hampir seluruh responden telah tinggal lebih dari 10 tahun di sekitar kawasan namun 50% diantaranya tidak pernah sama sekali memasuki kawasan. Beberapa alasan responden yang tidak pernah memasuki Tahura diantaranya adalah dikarenakan sebagian besar masyarakat menganggap bahwa memasuki kawasan Tahura adalah perbuatan yang melanggar hukum, adanya satwaliar seperti ular dan biawak, serta mitos-mitos seperti seseorang akan tersasar dan hilang jika memasuki kawasan. Sebagian besar tumbuhan yang diketahui responden hanya yang terletak di pinggir Tahura karena terlihat oleh warga dari luar kawasan. Sekitar 16,7% dari responden sama sekali tidak mengetahui spesies tumbuhan di dalam kawasan (Gambar 7). Spesies tumbuhan yang diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah aren (Arenga pinnata), rotan (Calamus sp.), mangga (Mangifera indica), cabai (Capsicum annum), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron jiringa), jambu air (Syzigium aqueum), bacang (Mangifera foetida), singkong (Manihot utilissima), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), dan alpukat (Persea Americana). Tumbuhan tersebut diketahui oleh responden karena letak tempat tumbuhnya di pinggir kawasan sehingga mudah dilihat dan sebagian dimanfaatkan. Sedangkan keanekaragaman tumbuhan yang terletak di dalam kawasan jarang diketahui spesiesnya oleh responden. Tahu spesies tumbuhan 25 Pengetahuan Tidak tahu 5 Tahu manfaat 19 Tidak tahu 11 Pernah memanfaatkan 11 Tidak pernah 19 0 10 20 Jumlah responden 30 Gambar 7 Pengetahuan terhadap spesies tumbuhan di Tahura. Responden yang mengetahui spesies tumbuhan tidak seluruhnya mengetahui manfaat dari tumbuhan tersebut. Terdapat 36,7% dari keseluruhan responden tidak mengetahui kegunaan dari spesies tumbuhan yang mereka ketahui. Hal ini dapat terjadi karena responden tidak pernah memanfaatkan tumbuhan tersebut. Sebanyak 36,7 % dari responden berpendapat pernah memanfaatkan tumbuhan dari dalam Tahura untuk kegunaan pangan dan obat sedangkan sisanya yaitu 63,3% responden tidak pernah memanfaatkan. Masyarakat yang berpendapat pernah memanfaatkan pada umumnya hanya pernah satu kali atau sesekali selama hidupnya memanfaatkan tumbuhan dari kawasan Tahura. Bagian yang diambil masyarakat untuk dimanfaatkan sebagai pangan dan obat secara keseluruhan hanya bagian daun atau buah. Interaksi masyarakat sekitar dengan tumbuhan yang terdapat di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas masih cukup rendah. Hal ini terlihat dari jumlah spesies tumbuhan yang pernah dimanfaatkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah spesies tumbuhan berguna yang teridentifikasi melalui analisis vegetasi (Gambar 8). Spesies tumbuhan yang pernah dimanfaatkan masyarakat adalah mangga (Mangifera indica), cabai (Capsicum annum), rambutan (Nephelium lappaceum), jengkol (Archidendron jiringa), bacang (Mangifera foetida), miana (Coleus atropurpureus), bambu (Gigantochloa apus) dan alpukat (Persea Americana) 67 80 60 40 20 0 8 Jumlah spesies tumbuhan Spesies dimanfaatkan masyarakat Spesies yang teridentifikasi melalui analisis vegetasi Gambar 8 Perbandingan jumlah spesies tumbuhan berguna yang teridentifikasi dengan jumlah spesies yang pernah dimanfaatkan masyarakat. Kamakaula (2004) menyebutkan bahwa semakin intensif suatu masyarakat memanfaatkan hasil dari kawasan hutan sesuai dengan daya dukungnya maka interaksinya semakin tinggi. Interaksi antara masyarakat sekitar Tahura Pancoran Mas dengan tumbuhan yang ada di dalam kawasan tergolong rendah. Masyarakat tidak lagi bergantung pada sumberdaya alam yang ada di hutan dan sekitarnya karena hampir seluruh kebutuhan hidupnya sudah tersedia di pertokoan dan berbagai fasilitas kota yang dapat diakses dengan sangat mudah. 5.2.4 Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan Tumbuhan pangan seperti jambu air, singkong, cabai, pepaya, dan pisang memang sengaja ditanam oleh warga di pinggir Tahura. Menurut warga, penanaman singkong dan tanaman pangan lainnya dilakukan di lahan yang memang tidak ada pepohonannya dan menurut warga sangat disayangkan jika lahan tersebut tidak dimanfaatkan. Warga juga meletakkan kandang peliharaan ternak dan kolam-kolam untuk memelihara ikan selain berkebun di dalam kawasan (Gambar 9). (a) (b) (c) Gambar 9 Pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan Tahura: (a) Jalan setapak yang dibuat warga di kebun singkong dalam kawasan, (b) Kandang ternak unggas milik warga, (c) Kolam ikan milik warga. Hasil dari kebun dan ternak ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari saja bukan untuk dijual. Letak dari kebun, kandang ternak, dan kolam ikan ini tidak jauh dari pagar kawasan atau di sisi pinggir kawasan tepatnya di sebelah utarabarat Tahura. Aktivitas pemanfaatan lahan di dalam kawasan Tahura perlu diperhatikan oleh pihak pengelola terutama untuk mengantisipasi potensi konflik atau permasalahan terkait penggunaan lahan dan status kawasan yang mungkin timbul di masa yang akan datang. 5.2.5 Harapan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura Harapan masyarakat terhadap pengelolaan Tahura dan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya cukup tinggi. Pada umumnya responden berharap adanya pengelolaan yang lebih intensif dari pemerintah Kota Depok agar kondisi di dalam kawasan lebih rapi dan tertata sehingga dapat menambah nilai estetika mengingat letaknya ditengah-tengah perumahan warga. Masyarakat juga berharap keberadaan Tahura dapat memberikan manfaat lebih bagi kehidupan masyarakat di sekitar. Usulan untuk menjadikan Tahura sebagai arboretum atau taman botani juga diungkapkan oleh beberapa responden. Selain itu, pembuatan jogging track atau jalan setapak di dalam Tahura juga diusulkan oleh masyarakat dengan tujuan untuk lebih mengetahui kondisi di dalam Tahura dan menikmati suasana serta keasrian di dalam kawasan. 5.3 Komposisi vegetasi di Tahura Pancoran Mas Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa komposisi vegetasi di Tahura Pancoran Mas teridentifikasi 83 spesies yang termasuk kedalam 43 famili. Terdapat 27 spesies pada tingkat pertumbuhan pohon, 23 spesies tingkat pertumbuhan tiang, 12 spesies tingkat pertumbuhan pancang, dan semai. Sedangkan untuk tumbuhan bawah sebanyak 30 spesies dan liana sebanyak 4 spesies. Tumbuhan bawah yang teridentifikasi di kawasan Tahura sebanyak 30 spesies. Beberapa spesies yang memiliki INP tertinggi diantaranya adalah Dioscorea aculeata (19,43%), Selaginella doederleinii (17,51%), dan Leea indica (17,01%). Lima spesies tumbuhan bawah dengan INP tertinggi selengkapnya pada Tabel 6. Tabel 6 Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan bawah di Tahura Pancoran Mas No 1 Habitus Tumbuhan bawah Spesies tumbuhan Dioscorea aculeata Selaginella doederleinii Leea indica Ageratum conyzoides Jacquemontia panniculata INP (%) 19,43 17,51 17,01 16,36 15,71 Tumbuhan liana didominansi oleh jenis areuy bayur (Spatholobus littoralis) dengan INP sebesar 93,54%. Tumbuhan dengan habitus liana hanya ditemukan sebanyak 4 spesies di kawasan Tahura Pancoran Mas seperti yang terdapat dalam Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi INP tertinggi spesies tumbuhan liana di Tahura Pancoran Mas No 1 Habitus Liana Spesies tumbuhan Spatholobus littoralis Calamus sp. Agelaea macrophylla Fibraurea tinctoria INP (%) 93,54 74,27 22,32 9,88 Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada tingkat pertumbuhan semai dimiliki oleh spesies Melicope lunu-ankeda (56,58%), selanjutnya huru (Macaranga rhizinoides) dan mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla) memiliki nilai INP masing-masing 17,32%. Nilai INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan pancang dimiliki oleh spesies Grewia acuminata (31,52%) dan untuk tingkat tiang didominansi oleh spesies Macaranga rhizinoides (48,86%). Tabel 8 Rekapitulasi INP tertinggi spesies pada tiap tingkat pertumbuhan pohon di Tahura Pancoran Mas No 1 Tingkat pertumbuhan Semai 2 Pancang 3 Tiang 4 Pohon Spesies tumbuhan Melicope lunu-ankeda Spathodea campanulata Macaranga rhizinoides Swietenia macrophylla Grewia acuminata Grewia acuminata Swietenia macrophylla Mallotus phillipinensis Durio zibethinus Arthocarpus elastica Macaranga rhizinoides Spathodea campanulta Cecropia peltata Grewia acuminata Hibiscus tiliaceus Arthocarpus elastica Cecropia peltata Melicope lunu-ankeda Mallotus philippinensis Spathodea campanulata INP (%) 56,58 34,51 17,32 17,32 14,88 31,52 26,97 24,85 22,42 15,76 48,86 29,19 23,28 16,55 14,94 56,52 36,49 22,68 20,40 17,80 Pada tingkat pertumbuhan pohon terdapat spesies Artocarpus elastica (benda), spesies ini sangat mendominansi di kawasan Tahura Pancoran Mas. Spesies lainnya yang mendominansi adalah Cecropia peltata yang disebut sebagai tumbuhan walisongo oleh penduduk setempat sebesar 36,94% dan Melicope lunuankeda sebesar 22,68%. Hampir di tiap tingkat pertumbuhan yang teridentifikasi di kawasan Tahura Pancoran Mas terdapat spesies dari marga Macaranga dan Mallotus. Spesies tersebut diantaranya Macaranga rhizinoides, Macaranga tanarius, dan Mallotus philippinensis. Menurut Slik et al. (2003), spesies dari marga Macaranga lebih banyak terdapat pada habitat yang lebih terganggu dibandingkan dengan spesies dari marga Mallotus. Spesies dari kedua marga tersebut dapat dijadikan indikator kerusakan/gangguan yang terjadi dalam suatu habitat. Bahkan beberapa spesies seperti Macaranga trichocarpa, Mallotus macrostachyus, Macaranga tanarius, dan Mallotus paniculatus dapat dikelompokkan sebagai pionir yang hidup di habitat dengan gangguan tinggi di hutan dataran rendah Kalimantan Timur. Hal ini disebutkan dalam penelitian Mirmanto (2011) di Pulau Moti, yang menjelaskan bahwa Mallotus philippinensis dan Macaranga tanarius masih dominan terutama pada daerah terbuka. Keberadaan spesies tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi gangguan atau kerusakan di kawasan Tahura Pancoran Mas. Kondisi vegetasi yang cukup terbuka juga dapat menjadi penyebab tumbuhnya spesies pionir seperti Macaranga tanarius dan Mallotus philippinensis. Selain keberadaan dari spesies pionir tersebut, gangguan habitat juga ditunjukkan melalui tumbuhan merambat dan tumbuhan bawah yang sangat subur. Persaingan antar spesies bisa saja terjadi seperti pada Gambar 10. (a) Gambar 10 (b) Dominansi tumbuhan merambat: (a) Tumbuhan merambat yang sangat subur dan (b) Pohon yang tertutupi oleh tumbuhan merambat. Keadaan tersebut cukup mengkhawatirkan terutama bagi pertumbuhan pepohonan di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas. Balai Lingkungan Hidup Kota Depok mengantisipasi hal ini dengan cara menugaskan dua orang warga untuk membersihkan tumbuhan bawah dan tumbuhan merambat di dalam kawasan secara rutin. Namun sepertinya cara tersebut masih kurang efektif, karena pada saat penelitian masih ditemukan beberapa pohon yang sudah dirambati hingga bagian tajuknya tidak terlihat lagi. 5.4 Potensi Tumbuhan Berguna di Tahura Pancoran Mas Berdasarkan hasil analisis vegetasi di kawasan Tahura Pancoran Mas teridentifikasi 67 spesies dan 39 famili tumbuhan berguna. Jika dilihat dari segi presentase, maka spesies tumbuhan berguna sebanyak 80,7% dari keseluruhan spesies yang ditemukan pada petak contoh seluas 2 ha. 5.4.1 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan famili Keanekaragaman tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan Tahura Pancoran Mas terdiri 67 spesies dari 39 famili. Pada Gambar 11, didapat 9 famili Famili yang memiliki jumlah spesies lebih dari 2 spesies. 3 3 3 Rubiaceae Meliaceae Lauraceae Anacardiaceae Moraceae Euphorbiaceae Arecaceae Fabaceae Araceae 4 5 5 5 6 6 0 2 4 Jumlah spesies 6 Gambar 11 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan famili. Famili Araceae dan Fabaceae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies tumbuhan berguna terbanyak. Sebagian besar spesies dalam famili Araceae terdapat dalam kelompok kegunaan tumbuhan hias sedangkan famili Fabaceae menyebar di beberapa kelompok kegunaan. 5.4.2 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan habitus Berdasarkan hasil analisis vegetasi didapat 6 kelompok habitus yaitu pohon, herba, perdu, semak, liana, dan bambu. Kelompok habitus pohon, herba, dan semak merupakan tiga kelompok habitus yang memiliki persen habitus tertinggi yaitu masing-masing 51,8%, 20,5%, dan 12,0% (Gambar 12). Persen Persen habitus (%) habitus menunjukkan kelompok habitus yang paling dominan di suatu habitat. 51,8 60 40 20,5 12,0 20 9,6 4,8 Semak Perdu Habitus Liana 1,2 0 Pohon Herba Bambu Gambar 12 Persen habitus tumbuhan berguna. Jumlah spesies dengan habitus pohon mendominansi, ditemukan 43 spesies pohon dalam analisis vegetasi di Tahura pancoran Mas. Kelompok habitus herba 17 spesies, semak 10 spesies, perdu 8 spesies, liana 4 spesies dan bambu 1 spesies. 5.4.3 Keanekaragaman tumbuhan berguna berdasarkan kelompok kegunaan Spesies tumbuhan berguna hasil analisis vegetasi dikelompokkan kedalam 10 kelompok kegunaan yakni tumbuhan obat, hias, penghasil pangan, penghasil pakan ternak, pewarna alami, penghasil bahan bangunan, anyaman, kerajinan dan tali, penghasil kayu bakar, penghasil pestisida nabati, dan kegunaan lainnya. Jumlah total spesies tumbuhan berguna yang ditemukan sebanyak 67 spesies dari 39 famili (Tabel 9). Tabel 9 Jumlah spesies dan famili masing-masing kelompok kegunaan tumbuhan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kelompok kegunaan tumbuhan Obat Hias Pangan Pakan ternak Pewarna alami Bahan bangunan Anyaman, kerajinan tangan dan tali Kayu bakar Pestisida nabati Lainnya Jumlah Spesies Famili 43 33 9 7 23 17 3 1 7 7 14 9 4 4 7 6 1 1 5 5 Persentase(%) 51,8 10,8 27,7 3,6 8,4 16,8 4,8 8,4 1,2 6,0 Persen tumbuhan berguna menunjukkan dominansi kelompok tumbuhan berguna tertentu dalam suatu habitat. Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa kelompok kegunaan tumbuhan obat memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 43 spesies tumbuhan dari 33 famili atau sebanyak 51,8%, sedangkan dalam kelompok kegunaan penghasil pestisida nabati hanya ditemukan 1 spesies tumbuhan dengan persentase sebesar 1,2% dari seluruh spesies tumbuhan yang ditemukan. 5.4.3.1 Tumbuhan obat Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung oleh keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam berbagai tipe ekosistem. Salah satu aktivitas tersebut adalah penggunaan tumbuhan sebagai bahan baku obat (Rahayu et al. 2006). Pemanfaatan secara luas tumbuhan sebagai bahan baku obat mendorong berbagai penelitian mengenai zat yang terkandung di dalam tanaman, khasiat serta cara dan dosis penggunaannya. Di Indonesia, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan alami sebagai bahan utamanya sedang berkembang pesat sebagai alternatif dari pengobatan secara medis. Kelompok kegunaan tumbuhan obat yang teridentifikasi di Tahura Pancoran Mas memiliki jumlah spesies yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi dikarenakan sudah banyak dan luasnya penelitian mengenai tumbuhan obat. Selain itu, potensi tumbuhan obat di berbagai wilayah di Indonesia sudah banyak digali dan didokumentasi melalui inventarisasi tumbuhan maupun penelitian etnobotani sehingga memudahkan dalam proses identifikasi dibandingkan dengan kelompok kegunaan lainnya. Potensi spesies tumbuhan obat yang terdapat di kawasan Tahura Pancoran Mas ditemukan sebanyak 43 spesies dari 33 famili. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah berturut-turut dari kelompok habitus pohon, semak dan herba (Gambar 13). 17 Jumlah 20 15 9 7 10 6 3 5 1 0 Pohon Semak Herba Perdu Habitus Liana Bambu Gambar 13 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus. Berbagai spesies tumbuhan obat yang ditemukan di Tahura Pancoran Mas pada umumnya berkhasiat sebagai obat pencernaan, luka, demam, dan ginjal. Beberapa spesies yang ditemukan diantaranya adalah areuy gember (Fibraurea tinctoria) dan miana (Coleus atropurpureus) pada Tabel 10 dan Gambar 14. Tabel 10 Beberapa khasiat tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas No 1 Nama ilmiah Alstonia scholaris Nama lokal Pulai Famili Apocynaceae 2 Coleus atropurpureus Miana Lamiaceae 3 4 Fibraurea tinctoria Hibiscus tiliaceus Areuy gember Waru lengis Menispermaceae Malvaceae 5 Persea americana Alpukat Lauraceae Khasiat Demam, tekanan darah tinggi Demam, bisul, kencing manis, keputihan Sakit kuning Diare, batuk, sakit tenggorokan, TBC Batu ginjal, rematik Sumber: Zuhud et al. (2003) dan Rudjiman et al. (2003) Areuy gember memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit kuning dan penyakit dalam, sedangkan miana dikenal luas oleh masyarakat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit demam, bisul, keputihan, dan sebagainya. Khasiat dari berbagai spesies di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. (a) (b) Gambar 14 Beberapa spesies tumbuhan obat: (a) Akar areuy gember (Fibraurea tinctoria), dan (b) daun miana (Coleus atropurpureus). Hingga saat ini pengetahuan masyarakat mengenai spesies tumbuhan obat dan pemanfaatannya di kawasan Tahura masih sangat minim. Adanya potensi tumbuhan obat yang cukup besar di Tahura Pancoran Mas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya baik untuk pengobatan, sumber bibit, maupun ilmu pengetahuan. 5.4.3.2 Tumbuhan hias Jumlah spesies tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Tahura Pancoran Mas sebanyak 9 spesies yang terdiri dari 6 famili (Tabel 11). Famili Araceae cukup dominan karena memiliki 3 spesies tumbuhan hias di dalamnya (Gambar 15). Tabel 11 Daftar famili spesies tumbuhan hias di Tahura Pancoran Mas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama ilmiah Caladium hortulanum Ciccus discolor Coleus atropurpureus Colocasia esculenta Dieffenbachia picta Impatiens balsamina Ixora sp. Spathodea campanulata Syngonium podophyllum Nama lokal Keladi Irah-irahan Miana Talas Pacar air Kembang soka Spathodea Syngonium Famili Araceae Rosaceae Lamiaceae Araceae Araceae Balsaminaceae Rubiaceae Bignonaceae Araceae Secara umum tanaman hias dikelompokkan menjadi dua yaitu tanaman hias daun dan tanaman hias bunga. Tanaman hias daun merupakan tanaman hias yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik, sedangkan tanaman hias bunga memiliki daya tarik pada bentuk, warna, dan aroma bunganya (Ratnasari 2007). (a) (b) (c) Gambar 15 Beberapa spesies tumbuhan hias: (a) Dieffenbachia picta, (b) Syngonium podophyllum, dan (c) Caladium hortulanum. Famili Araceae merupakan suku talas-talasan yang beberapa spesiesnya dapat dimanfaatkan umbinya. Keunikan serta corak warna daun beberapa spesies dari famili ini telah banyak dimanfaatkan untuk memperindah taman dan halaman rumah sebagai tanaman hias. 5.4.3.3 Tumbuhan penghasil pangan Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi manusia (PP No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan). Sumber hayati yang dimaksudkan adalah keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang dapat dijadikan sumber protein, karbohidrat, lemak, mineral dan sebagainya. Sumber pangan dari keanekaragaman hayati sangat banyak ditemukan di dalam hutan, begitu juga di dalam kawasan Tahura Pancoran Mas. Potensi tumbuhan penghasil pangan melalui analisis vegetasi secara keseluruhan teridentifikasi 23 spesies dari 17 famili (Gambar 16). Famili yang mendominansi tumbuhan penghasil pangan di kawasan ini adalah famili Moraceae dan Anacardiaceae. Masing-masing famili tersebut memiliki 3 spesies Famili tumbuhan penghasil pangan yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Solanaceae Schizaeaceae Sapindaceae Oxalidaceae Moraceae Meliaceae Malvaceae Lauraceae Gnetaceae Fabaceae Euphorbiaceae Dioscoreaceae Cecropiaceae Cacricaceae Bombacaceae Arecaceae Anacardiaceae 2 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 0 2 Jumlah spesies 4 Gambar 16 Jumlah spesies tumbuhan penghasil pangan berdasarkan famili. Spesies penghasil pangan di Tahura Pancoran Mas pada umumnya berpotensi sebagai penghasil buah seperti misalnya mangga (Mangifera indica), kecapi (Sandoricum koetjape), nangka (Arthocarpus heterophyllus), durian (Durio zibethinus), dan belimbing (Averrhoa carambola). Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan lainnya yang ditemukan diantaranya terdapat dalam Tabel 12. Tabel 12 Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di Tahura Pancoran Mas No. 1 2 3 4 5 Nama ilmiah Archidendron jiringa Averrhoa carambola Gnetum gnemon Mangifera similis Solanum torvum Nama lokal Jengkol Belimbing Melinjo Mangga Takokak Famili Fabaceae Oxalidaceae Gnetaceae Anacardiaceae Solanaceae Salah satu tumbuhan penghasil pangan yang terdapat di dalam kawasan adalah belimbing (Averrhoa carambola) yang juga merupakan buah maskot Kota Depok. Belimbing sudah dibudidayakan di beberapa wilayah di Kota Depok. Spesies belimbing yang menjadi ikon Kota Depok dikenal dengan sebutan belimbing dewa. 5.4.3.4 Tumbuhan penghasil pakan ternak Menurut Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. Tumbuhan penghasil pakan ternak yang ditemukan di Tahura Pancoran Mas seluruhnya berasal dari famili Moraceae. Spesies yang teridentifikasi dapat digunakan sebagai pakan ternak yaitu Arthocarpus heterophyllus (nangka), Arthocarpus altilis (sukun) dan Arthocarpus elastica (benda). Bagian yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak dari spesiesspesies tumbuhan tersebut adalah bagian daunnya. Daun nangka sudah sangat umum dimanfaatkan sebagai pakan untuk hewan ternak seperti kambing, kerbau, maupun sapi (Gambar 17). Gambar 17 Daun nangka (Arthocarpus heterophyllus). 5.4.3.5 Tumbuhan penghasil pewarna alami Spesies tumbuhan yang bermanfaat sebagai pewarna alami yang ditemukan di Tahura Pancoran Mas terdiri dari 7 spesies yang berasal dari 6 famili berbeda (Tabel 13). Pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami sudah lama dilakukan di Indonesia. Heyne (1987) dalam bukunya menyebutkan beberapa jenis tumbuhan seperti Macaranga tanarius dan Terminalia Bellirica dapat digunakan sebagai pewarna alami. Tabel 13 Daftar spesies tumbuhan pewarna alami di Tahura Pancoran Mas No 1 2 3 4 5 6 7 Nama ilmiah Arenga pinnata Archidendron jiringa Arthocarpus heterophyllus Capsicum anuum Macaranga tanarius Mangifera indica Terminalia bellirica Nama lokal Aren Jengkol Nangka Cabai Makaranga Mangga Jaha kebo Manfaat Pewarna makanan Pewarna hitam bahan anyaman Pewarna hijau muda Pewarna makanan Pewarna hitam bahan anyaman Pewarna kain Pewarna alami dan penyamak Sumber: Heyne (1987) dan Lemmens dan Soetjipto (1999). Daun dari spesies tumbuhan Macaranga tanarius (makaranga) dapat digunakan untuk pewarna hitam pada bahan anyaman (Heyne 1987). Sedangkan spesies Mangifera indica (mangga) dalam Lemmens dan Soetjipto (1999) disebutkan dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam pewarnaan kain. 5.4.3.6 Tumbuhan penghasil bahan bangunan Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di kawasan Tahura Pancoran Mas cukup besar yaitu sebanyak 14 spesies dari 9 famili (Lampiran 7). Beberapa spesies seperti Alstonia scholaris, Macaranga sp., Sandoricum koetjape, dan Arthocarpus elastica termasuk ke dalam kelompok komersial (Lemmens et al. 2002). Bagian tumbuhan yang umum digunakan sebagai bahan bangunan adalah batang. Batang kayu dapat digunakan untuk konstruksi atap, kerangka bangunan, tiang pondasi, pintu, jendela, dan lainnya. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan terdapat pada Tabel 14. Tabel 14 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan di Tahura Pancoran Mas No 1 2 3 4 5 Nama ilmiah Acacia mangium Sandoricum koetjape Swietenia macrophylla Vitex quinata Xanthophyllum excelsum Nama lokal Akasia Kecapi Mahoni daun lebar Kalipapa Kayu endog Famili Fabaceae Meliaceae Meliaceae Verbenaceae Polygalaceae Satu-satunya cara untuk memanfaatkan potensi ini adalah melalui penebangan. Meskipun pemanenan berupa penebangan di kawasan konservasi seperti Tahura tidak diperbolehkan namun penggalian potensi ini tetap diperlukan baik untuk informasi bagi pendidikan dan penelitian maupun sumber bibit bagi keperluan budidaya tanaman. 5.4.3.7 Tumbuhan penghasil anyaman, tali dan kerajinan tangan Anyaman dan kerajinan tangan yang berbahan dasar tumbuhan dikenal di berbagai suku di Indonesia. Beberapa spesies yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan anyaman, tali dan kerajinan tangan yang ditemukan di Tahura Pancoran Mas sebanyak empat spesies yaitu langkap (Arenga obtusifolia), paku hata (Lygodium circinatum), bambu tali (Gigantochloa apus) dan Tetracera indica. Bambu tali (Gigantochloa apus) merupakan salah satu spesies yang sudah umum digunakan oleh masyarakat (Gambar 18). Gambar 18 Bambu tali (Gigantochloa apus). Bambu tali banyak digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan berbagai anyaman untuk peralatan rumahtangga dan tali. Di wilayah Jawa Barat pemanfaatan bambu khususnya bambu tali sudah sangat umum. Gubuk yang terbuat dari bambu khas Jawa Barat biasa disebut saung sangat mudah ditemukan bahkan di perkotaan. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Simpang memanfaatkan bambu tali dengan cara dianyam dan digunakan sebagai dinding rumah atau bilik (Handayani 2010). 5.4.3.8 Tumbuhan penghasil kayu bakar Berdasarkan hasil analisis vegetasi didapat sebanyak 7 spesies dari 6 famili yang berpotensi untuk digunakan sebagai kayu bakar (Tabel 15). Seorang pengumpul ranting ditemukan saat penelitian di Tahura Pancoran Mas. Ranting yang telah dikumpulkan digunakan untuk keperluan memasak dan sebagian dijual. Tabel 15 Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu bakar di Tahura Pancoran Mas No 1 3 2 4 5 6 7 Nama Ilmiah Acacia mangium Cinnamomum iners Gigantochloa apus Gnetum gnemon Hibiscus tiliaceus Litsea umbellata Swietenia macrophylla Nama lokal Akasia Ki teja Bambu tali Melinjo Waru lengis Kayu malau Mahoni daun lebar Famili Fabaceae Lauraceae Poaceae Gnetaceae Malvaceae Lauraceae Meliaceae Tidak kurang dari 1.5 milyar manusia di negara berkembang memenuhi 90% kebutuhan energi dengan memanfaatkan kayu dan arang. Di Indonesia, kayu bakar biasa digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak maupun gas untuk keperluan memasak atau pun penghasil energi panas lainnya (National Academy of Sciences 1980). Hal tersebut tidak hanya terjadi di desa-desa atau masyarakat sekitar hutan, di perkotaan pun masih banyak pemanfaatan kayu bakar untuk berbagai keperluan bahkan industri-industri rumahan masih banyak yang memanfaatkan kayu bakar dalam proses produksinya. 5.4.3.9 Tumbuhan penghasil pestisida nabati Pestisida nabati menurut Wiratno (2010) merupakan pestisida yang menggunakan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan bakunya, beberapa senyawa sekunder tersebut diantaranya eugenol, azadirachtin, geraniol, sitronelol, dan tanin. Potensi spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida alami hanya ditemukan satu spesies di Tahura Pancoran Mas, yaitu pepaya (Carica papaya). Konno et al. (2004) menyebutkan bahwa enzim yang terkandung di dalam getah pepaya adalah kelompok enzim sistein protease seperti papain, ficin, bromelain dan lain sebagainya yang sangat beracun bagi serangga pemakan tumbuhan. Pada umumnya daun pepaya adalah bagian yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan baku dalam pembuatan pestisida nabati atau biopestisida. 5.4.3.10 Tumbuhan dengan kegunaan lainnya Kegunaan lain yang dimaksud dalam penelitian ini adalah manfaat tumbuhan berguna selain sebagai tumbuhan obat, tumbuhan pangan, tumbuhan hias, penghasil pakan ternak, pewarna alami, penghasil bahan bangunan, penghasil anyaman, tali dan kerajinan tangan, penghasil kayu bakar, aromatik, keperluan adat, ritual keagamaan serta penghasil pestisida nabati. Terdapat sebanyak lima spesies tumbuhan yang memiliki kegunaan lain seperti yang tersaji dalam Tabel 16. Tabel 16 Daftar spesies tumbuhan kegunaan lainnya No 1 2 3 4 5 Nama ilmiah Arthocarpus elastica Elaeis guineensis Gnetum gnemon Macaranga tanarius Persea americana Nama lokal Benda/Terap Sawit Melinjo Makaranga Alpukat Kegunaan Lem perekat burung Bahan bakar nabati Bahan serat Lem Bahan kosmetik Sumber: www.prosea.org. Spesies tumbuhan yang bermanfaat untuk kegunaan lainnya ditemukan di Tahura Pancoran Mas. Kegunaan tersebut antara lain sebagai bahan pembuatan lem perekat alami, bahan bakar nabati, bahan serat pakaian, dan bahan kosmetik. Makaranga (Macaranga tanarius) memiliki getah yang cukup baik untuk digunakan sebagai lem perekat terutama untuk alat musik. Pemanfaatan ini sudah umum dilakukan di Indonesia dan Filipina (www.prosea.org). BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Interaksi dan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuhan yang ada di Tahura cukup rendah. Sebanyak 63,7% responden tidak pernah memanfaatkan spesies tumbuhan yang ada di kawasan Tahura. 2. Teridentifikasi sebanyak 83 spesies dari 43 famili yang ditemukan di kawasan Tahura Pancoran Mas. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada tingkat pertumbuhan pohon, tiang, pancang, dan semai masing-masing dimiliki oleh spesies Arthocarpus elastica (56,52%), Macaranga rhizinoides (48,86%), Grewia acuminata (31,52%), dan Melicope lunuankeda (56,58%). Tumbuhan bawah didominansi oleh spesies Dioscorea aculeata (19,43%) dan liana didominansi spesies Spatholobus littoralis (93,54%). 3. Teridentifikasi sebanyak 67 spesies dari 39 famili tumbuhan berguna. Kelompok kegunaan tumbuhan obat memiliki spesies terbanyak yaitu 43 spesies dan 33 famili dengan persen tumbuhan berguna sebesar 51,8%. 6.2 Saran 1. Pengenalan fungsi dan manfaat kawasan untuk menambah pengetahuan masyarakat serta himbauan untuk menjaga kebersihan kawasan Tahura Pancoran Mas perlu ditingkatkan. 2. Perlu adanya tindakan pengelolaan untuk mengurangi tumbuhan merambat yang sangat subur dan dikhawatirkan menghambat pertumbuhan pohon beserta permudaannya. 3. Pemantauan terhadap pemanfaatan lahan oleh masyarakat di dalam kawasan untuk menghindari konflik di masa yang akan datang. 4. Pengembangan kawasan Tahura serta penanaman tumbuhan koleksi perlu segera dilakukan agar keberadaan Tahura Pancoran Mas dapat dinilai penting dan lebih dikenal khususnya oleh masyarakat Depok sehingga dapat menjadi salah satu ikon Kota Depok. DAFTAR PUSTAKA Anggana AF. 2010. Kajian Etnobotani Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Arafah. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. [DEPTAN] Departemen Pertanian. Diakses dari www.deptan.go.id/tanaman hias [8 Mei 2011]. Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Depok dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB. 2006. Laporan Draft Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Pancoran Mas-Depok. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. [DITJEN PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Diakses dari www.ditjenphka.go.id [8 Mei 2011]. Fakhrozi I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Studi Kasus di Desa Rantau Langsat, Kec. Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu, Provinsi Riau [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Handayani A. 2010. Etnobotani Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar Alam Gunung Simpang (Studi kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Hasairin A. 1994. Etnobotani Rempah dalam Makanan Adat Masyarakat Batak Angkola dan Mandailing [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan Yayasan Wana Jaya. Hidayat S. 2009. Kajian Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kamakaula Y. 2004. Interaksi Masyarakat dengan Kawasan Hutan Mangrove (Studi Kasus di Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Provinsi Papua) [Tesis]. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Katz DA. 2004. Natural Plant Dyes. Amazon: Departement of Chemistry, Pima Community College. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia dalam Upacara Adat di Indonesia. Di dalam: Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani; Cisarua-Bogor. 19-20 Februari 1992. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal: 149-155. Kelurahan Pancoran Mas Depok. Laporan Tahunan Kelurahan Pancoran Mas Depok. 2009. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2003 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan Pengelolaan Taman Hutan Raya. Konno K, Hirayama C, Nakamura M, Tateishi K, Tamura Y, Hattori M, Kohno K. 2004. Papain protects papaya trees from herbivorous insects: role of cysteine proteases in latex. The Plant Journal (37): 370-378. Lemmens RHMJ, Soetjipto NW. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3. Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA - Balai Pustaka. Bogor. Lemmens RHMJ, Soerianegara, Indrawan. 2002. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 5(1): Pohon penghasil kayu perdagangan yang utama. PROSEA – Balai Pustaka. Jakarta. Mirmanto E. 2011. Vegetasi Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara. Ekologi Ternate: 227-236. Jakarta: LIPI Press. National Academy of Sciences. 1980. Firewood Crops Shrub and Tree Species for Energy Production. Report of an Ad Hoc Panel of the Advisory Committee on Technology Innovation Board on Science and Technology for International Development Commission on International Relations. Washington DC: National Academy of Sciences. Pemerintah Kota Depok. Profil Kota Depok. Diakses dari www.depok.go.id/profilkota [17 Mei 2011]. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Peraturan Pemerintah No.68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Peraturan Menteri Kehutanan No.P.10/Menhut-II/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya. Peta Lokasi Penelitian Tahura Pancoran Mas. Diakses dari www.wikimapia.org [15 Agustus 2011]. [PROSEA] Plant Resources of South-East Asia. Diakses dari www.prosea.org [25 Juli 2011]. Rahayu M, Sunarti S, Sulistiarini D, Prawiroatmodjo S. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Biodiversitas 3(7): 245-250. Bogor: LIPI. Ratnasari J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya. Rudjiman, Adriyanti DT, Indriyanto, Dwiasmoro PS. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V. Universitas Gadjah Mada - Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Saragih GS. 2007. Sikap Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas Terhadap Taman Hutan Raya, Depok [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Siswoyo, Zuhud EAM, Soekmadi R, Sandra E. 2004. Inventarisasi dan Identifikasi Sumberdaya Alam Hayati Berupa Tumbuhan Selain Obat di Kabupaten Sintang. Bogor: Pemerintah Kabupaten Sintang dan Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Slik JWF, Keßler PJA, Welzen van PC. 2003. Macaranga and Mallotus species (Euphorbiaceae) as indicator for disturbance in the mixed lowland dipterocarp forest of East Kalimantan Indonesia. Ecological Indicators (2): 311-324. [www.elsevier.com/locate/ecolind]. Soekarman, Riswan S. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal: 1-7. Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor. Surat Keputusan BPOM No.HK.00.05.4.2411/2004 Tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.194/SK/Menkes/IV/1978. Undang-Undang No.7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Waluyo EB. 1992. Tumbuhan dalam Kehidupan Tradisional Masyarakat Dawan di Timor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Bogor. Hal: 216-224. Widjaja EA, Mahyar UW, Utomo SS. 1989. Tumbuhan Jakarta: PT Melon Putra. Anyaman Indonesia. Wiratno. 2010. Beberapa Formula Pestisida Nabati dari Cengkih. Tabloid Sinar Tani. Edisi: 6-12 Oktober. Wiratno, Daru I, Ahmad S, Ani K. 2004. Berkaca di Cermin Retak; Refleksi Konservasi dan Implikasi bagi Pengelolaan Taman Nasional. Jakarta: The Gibbon Foundation Indonesia, PILI-NGO Movement. Zuhud EAM, Ekarelawan, Riswan S. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Lembaga Alam Tropika Indonesia. Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E, Hikmat A, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I-V. Universitas Gadjah Mada Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan dan kegunaannya di Tahura Pancoran Mas. No Nama ilmiah Nama lokal Habitus Famili Kegunaan 1 Acacia mangium Willd. Akasia Pohon Fabaceae Pb, Kb 2 Acalyphae australis L. Anting-anting Herba Euphorbiaceae To 3 Agelaea macrophylla (Zoll.) Leenh. Areuy kokotokan Liana Connaraceae - 4 Ageratum conyzoides L. Babadotan Herba Asteraceae To 5 Alstonia scholaris (L) R.Br. Pulai Pohon Apocynaceae To 6 Amorphophallus campanulatus BI. Suweg, ileus Herba Araceae To 7 Archidendron ellipticum (Bl) I. Nielsen. Jering Pohon Fabaceae Pb 8 Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.) I. Nielsen. - Pohon Fabaceae - 9 Archidendron jiringa (Jack) I. C. Nielsen. Jengkol Pohon Fabaceae To, Pg 10 Ardisia crispa A. DC. Mata ayam Semak Myrsinaceae To 11 Arenga obtusifolia Mart. Langkap Pohon Arecaceae An 12 Arenga pinnata (Wurmb). Merr. Aren Pohon Arecaceae To, Pg 13 Arthocarpus altilis Park. Sukun Pohon Moraceae Pg, Pt, Pb 14 Arthocarpus elastica Reinw. Benda, terap Pohon Moraceae Pg, Pt, Kl 15 Arthocarpus heterophyllus Lam. Nangka Pohon Moraceae To, Pg, Pt, Pw, Pb 16 Averrhoa carambola L. Belimbing Pohon Oxalidaceae To, Pg 17 Caladium hortulanum Birdsey. Keladi Herba Araceae Hi 18 Calamus sp. Rotan Liana Arecaceae Pw, Pb 19 Capsicum annum L. Cabai Semak Solanaceae To, Pg 20 Carica papaya L. Pepaya Perdu Caricaceae To, Pg, Ps 21 Cecropia peltata L. Walisongo Pohon Cecropiaceae To, Pg 22 Chasaclia curviflora Thw. - Perdu Rubiaceae To 23 Ciccus discolor Bl. Irah-irahan Herba memanjat Rosaceae To, Hi 24 Cinnamomum iners Reinw ex (Bl) Ki teja Pohon Lauraceae To, Kb 25 Clerodendrum villosum Bl. - Semak Verbenaceae - 26 Clidemia hirta (L) D D. Don. Harendong bulu Perdu Melastomataceae To 27 Coleus atropurpureus Benth. Miana Semak Lamiaceae To, Hi 28 Colocasia esculenta L.Schott. Talas Herba Araceae Hi Lampiran 1 Lanjutan. No Nama ilmiah Nama lokal Habitus Famili Kegunaan 29 Dieffenbachia picta Schott. - Herba Araceae Hi 30 Dioscorea aculeata L Gembili Herba memanjat Dioscoreaceae To, Pg 31 Dioscorea bulbifera L. - Herba memanjat Dioscoreaceae - 32 Durio zibethinus Merr. Durian Pohon Bombacaceae To, Pg 33 Dysoxylum densiflorum Miq. Kapinango Pohon Meliaceae Pb 34 Elaeis guineensis Jacq. Sawit Pohon Arecaceae Kl 35 Fibraurea tinctoria Lour. Areuy gember Liana Menispermaceae To 36 Ficus fistulosa Reinw. Beunying Pohon Moraceae - 37 38 Ficus racemosa L. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. Elo Bambu tali Pohon Bambu Moraceae Poaceae To To, Pb, An, Kb 39 Gnetum gnemon L. Melinjo Pohon Gnetaceae Pg, Kb, Kl 40 Grewia acuminata Juss. Talok Pohon Tiliaceae To 41 Grewia acuminata Juss. Drowak Pohon Tiliaceae - 42 Harpullia cupanioidez Roxb. - Pohon Sapindaceae - 43 Hibiscus tiliaceus L. Waru lengis Pohon Malvaceae To, Pg, Kb 44 Hymenaceae courbaril L. Jatoba Pohon Fabaceae Pb 45 Impatiens balsamina L. Pacar air Herba 46 Ipomea triloba L - Herba memanjat Balsaminaceae Convolvulaceae To, Hi - 47 Ixora coccinea L. Kembang soka Perdu Rubiaceae Hi 48 Jacquemontia panniculata (Burm.f) Hallier F. - Herba memanjat Convolvulaceae - 49 Leea indica (Burm.f.) Merr. Girang Perdu Leeaceae To 50 Lithocarpus cf. daphnoides Bl. - Pohon Fagaceae - 51 Litsea umbellata Merr Kayu malau Pohon Lauraceae Kb 52 Lygodium circinatum (Burm.) Sw. Paku hata Herba Schizaeaceae Pg, An 53 Macaranga rhizinoides Mull.Arg. Huru Pohon Euphorbiaceae - 54 Macaranga tanarius (L) M.A. Makaranga Pohon Euphorbiaceae To, Pw, Kl, Pb 55 Mallotus philippensis (Lam.) Muell. Arg. - Pohon Euphorbiaceae - 56 Mangifera foetida Lour. Bacang Pohon Anacardiaceae To, Pg Lampiran 1 Lanjutan. No 57 Nama ilmiah Mangifera indica L. Nama lokal Mangga Pohon Habitus Famili Anacardiaceae Kegunaan To, Pg, Pw, Pb, Kl 58 Mangifera similis Bl. Asam rawa Pohon Anacardiaceae Pg 59 Manihot utilissima Pohl. Singkong Herba Euphorbiaceae Pg 60 Melicope latifolia (DC.) T.G.Hartley. - Pohon Rutaceae - 61 Melicope lunu-akenda (Gaertn.) T.G.Hartley. - Pohon Rutaceae - 62 Mikania micrantha Kunth. Sembung rambat Herba Asteraceae - 63 Nephelium Lappaceum L. Rambutan Pohon Sapindaceae To, Pg 64 Persea americana Mill. Alpukat Pohon Lauraceae To, Pg, Kl 65 Piper umbellatum L. - Semak Piperaceae To 66 Psychotria viriiflora Reinw.ex Bl. Kadamba Semak Rubiaceae To 67 Rhapidophora pinnata (L) Schott. Lolo munding Semak Araceae To, Pw 68 Rubus moluccanus L. Hareueus Perdu Rosaceae To 69 Ruellia tuberosa L. Ceplikan Herba Acanthaceae To 70 Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Salak Semak Arecaceae To, Pg 71 Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Kecapi Pohon Meliaceae To, Pg, Pb 72 Selaginella doederleinii Hieron. Ceker ayam Semak Selaginellaceae To 73 Semecarpus heterophylla Bl. Rengas putih Pohon Anacardiaceae - 74 Solanum torvum Swartz. Takokak Kembang kecrutan Areuy bayur Perdu Solanaceae To, Pg Pohon Bignonaceae Hi Liana Fabaceae To Semak Celastraceae To Pohon Meliaceae Pb, Kb 75 Spathodea campanulata Beauv. 76 Spatholobus littoralis Hassk. 77 Stephania hernandifolia (Willd) Walp. 79 Syngonium podophyllum Schott. Stephania Mahoni daun lebar Syngonium Herba Araceae Hi 80 Terminalia bellirica (Gaertner) Roxb. Jaha kebo Pohon Combretaceae Pw 81 Tetracera indica Merr. Mempelas Perdu Dilleniaceae To, An 82 Vitex quinata (Lour.) F.N.Will. Kalipapa Pohon Verbenaceae Pb 83 Xanthophyllum excelsum (Bl) Miq. Kayu endog Pohon Polygalaceae Pb 78 Swietenia macrophylla King. Keterangan Tabel Lampiran 1: To : Tumbuhan Obat Hi : Tumbuhan hias Pg : Tumbuhan penghasil pangan Pt : Tumbuhan penghasil pakan semakk Pw : Tumbuhan pewarna alami Pb : Tumbuhan penghasil bahan bangunan An : Tumbuhan penghasil anyaman, tali, dan kerajinan tangan Kb : Tumbuhan penghasil kayu bakar Ps : Tumbuhan penghasil pestisida nabati Kl : Tumbuhan kegunaan lain : Belum teridentifikasi kegunaannya Lampiran 2 Daftar spesies tumbuhan obat di Tahura Pancoran Mas. No 1 Nama ilmiah Nama lokal Habitus Famili Bagian yang digunakan Khasiat Diare, bisul, eksim, mimisan, muntah darah Obat luka, radang (inflamasi) dan gatalgatal Ddemam, tekanan darah tinggi Diare, luka, rematik, sakit kulit, sakit perut, sembelit Acalyphae australis L. Anting-anting Herba Euphorbiaceae Herba Ageratum conyzoides L. Babadotan Herba Asteraceae Daun, herba 3 4 Alstonia scholaris (L) R.Br. Pulai Pohon Apocynaceae Kulit batang Amorphophallus campanulatus BI. Suweg, ileus Herba Araceae Umbi 5 Archidendron jiringa (Jack) I. C. Nielsen. Ardisia crispa A. DC. Jengkol Pohon Fabaceae Kulit Darah tinggi Mata ayam Semak Myrsinaceae Arenga pinnata (Wurmb). Merr. Aren Pohon Arecaceae Arthocarpus heterophyllus Lam. Averrhoa carambola L. Nangka Belimbing Pohon Pohon Moraceae Oxalidaceae Akar, daun Akar, getah, sabut Buah muda Buah, bunga Capsicum annum L. Cabai Semak Solanaceae Buah, daun Batuk, pelancar peredaran darah Batu ginjal, peluruh air seni, peluruh haid, sariawan, gatal, disentri Sakit perut, sakit urat Darah tinggi, sariawan, sakit gigi Obat bisul, borok, perut mulas, kurang nafsu makan, darah rendah 2 6 7 8 9 10 11 Carica papaya L. Pepaya Herba Caricaceae 12 13 14 Cecropia peltata L. Chasaclia curviflora Thw. Walisongo - Pohon Perdu Cecropiaceae Rubiaceae Akar, biji, buah, daun, getah buah, kulit batang, pucuk daun Daun Semua bagian Ciccus discolor Bl. Irah-irahan Liana Rosaceae Semua bagian 15 16 Cinnamomum iners Reinw ex (Bl) Ki teja Harendong bulu Pohon Lauraceae Kulit kayu Liver, digigit ular Sakit kuning Bengkak, sakit perut, mulas, peluruh haid, asma Demam Perdu Melastomataceae Daun Luka Coleus atropurpureus Benth. Miana Semak Lamiaceae Daun Dioscorea aculeata L Gembili Herba Dioscoreaceae Umbi 17 18 Clidemia hirta (L) D D. Don. Batu ginjal, cacing kremi, kencing manis, rematik Demam, bisul, borok, cacingan, kencing manis, keputihan Bengkak pada leher, radang usus memanjat 19 Durio zibethinus Merr. Durian Pohon Bombacaceae Daun, buah Demam, centengan, malaria, pelancar haid, pencahar, ruam Lampiran 2 Lanjutan. No Nama ilmiah Areuy gember Elo Bambu tali Liana Menispermaceae Bagian yang digunakan Batang Pohon Bambu Moraceae Poaceae Daun, buah Semua bagian Diare Mual, pendarahan, luka memar, kuit bersisik Talok Waru lengis Pohon Pohon Tiliaceae Malvaceae Kulit kayu Daun, akar Impatiens balsamina L. Pacar air Herba Balsaminaceae Herba 26 Leea indica (Burm.f.) Merr. Girang Perdu Leeaceae 27 28 Macaranga tanarius (L) M.A. Mangifera foetida Lour. Makaranga Bacang Pohon Pohon Euphorbiaceae Anacardiaceae Akar, batang, daun, kayu, kulit batang Akar, daun Daun dan biji Campuran dalam ramuan obat tradisional Diare, batuk, sakit tenggorokan, TBC, memperlancar proses kelahiran Antiinflamasi, rematik, rematik, sakit pinggang, kanker saluran pencernaan atas Antifungi, malaria, obat bisul, sakit kepala, antiracun ular 29 30 31 Mangifera indica L. Nephelium lappaceum L. Persea americana Mill. Mangga Rambutan Alpukat Pohon Pohon Pohon Anacardiaceae Sapindaceae Lauraceae 32 33 Piper umbellatum L. Psychotria viriiflora Reinw.ex Bl. Kadamba Semak Semak Piperaceae Rubiaceae 20 Fibraurea tinctoria Lour. 21 22 23 24 Ficus racemosa L. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. Grewia acuminata Juss. Hibiscus tiliaceus L. 25 Nama lokal Habitus Famili Buah Kulit buah Daun, daging buah Daun Daun Khasiat Sakit kuning, penyakit dalam Demam, disentri, luka Antipiretik, melawan trichophytosis, scabies dan eczema Asma, bronkhitis, sesak nafas, flu berat Demam Batu ginjal, rematik Keputihan Sakit kulit, luka 34 35 36 Rhapidophora pinnata (L) Schott. Rubus moluccanus Linn. Ruellia tuberosa L. Lolo munding Hareueus Ceplikan Semak Perdu Herba Araceae Rosaceae Acanthaceae Obat Daun muda, akar Daun 37 Salacca zalacca (Gaertener) Voss. Salak Semak Arecaceae 38 Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Kecapi Pohon Meliaceae Kulit buah, buah, kulit Buah, daun, kulit batang, akar, kayu Obat bengkak Sariawan, disentri Kencing batu, peluruh air seni, pegal linu, batu ginjal Kencing manis, mencret, Penurunan demam, cacing gelang, diare, kembung Lampiran 2 Lanjutan. No 39 Selaginella doederleinii Hieron. Cakar ayam Semak Selaginellaceae Bagian yang digunakan Herba 40 Solanum torvum Swartz. Takokak Perdu Solanaceae Buah, daun 41 42 Spatholobus littoralis Hassk. Stephania hernandifolia (Willd) Walp. Tetracera indica Merr. Areuy bayur Stephania Liana Semak Fabaceae Celastraceae Getah Akar, daun Mempelas Perdu Dilleniaceae Akar, daun 43 Nama ilmiah Nama lokal Habitus Famili Manfaat Batuk, infeksi saluran nafas, radang paru, hepatitis, diare, keputihan, tulang patah, pendarahan dan kanker Tekanan darah tinggi, penambah nafsu makan Kaki terasa berat dan sulit digerakkan Diare, mencret, demam, sakit perut, memperlancar air seni Demam, tekanan darah tinggi, gatal-gatal Lampiran 3 Daftar spesies tumbuhan hias di Tahura Pancoran Mas. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama ilmiah Caladium hortulanum Birdsey. Ciccus discolor Bl. Coleus atropurpureus Benth. Colocasia esculenta L. Schott. Dieffenbachia picta Schott. Impatiens balsamina L. Ixora sp. Spathodea campanulata Beauv. Syngonium podophyllum Schott. Nama lokal Keladi Irah-irahan Miana Talas Sri rejeki Pacar air Kembang soka Spathodea Syngonium Habitus Famili Araceae Rosaceae Lamiaceae Araceae Araceae Balsaminaceae Rubiaceae Bignonaceae Araceae Habitus Famili Fabaceae Arecaceae Moraceae Moraceae Moraceae Oxalidaceae Solanaceae Caricaceae Cecropiaceae Dioscoreaceae Bombacaceae Gnetaceae Malvaceae Schizaeaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Anacardiaceae Euphorbiaceae Sapindaceae Herba Herba Semak Herba Herba Herba Perdu Pohon Herba Lampiran 4 Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di Tahura Pancoran Mas. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Nama ilmiah Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen. Arenga pinnata (Wurmb) Merr. Arthocarpus altilis Park. Arthocarpus elastica Reinw. Arthocarpus heterophyllus Lam. Averrhoa carambola L. Capsicum annum L. Carica papaya L. Cecropia peltata L. Dioscorea esculenta Burkill. Durio zibethinus Merr. Gnetum gnemon L. Hibiscus tiliaceus L Lygodium circinatum (Burm.) Sw. Mangifera foetida Lour. Mangifera indica L. Mangifera similis Bl. Manihot utilissima Pohl. Nephelium Lappaceum L. Nama lokal Jengkol Aren Sukun Benda Nangka Belimbing Cabai Pepaya Walisongo Gembili Durian Melinjo Waru lengis Paku hata Bacang Mangga Mangga Singkong Rambutan Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Semak Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Herba Pohon Pohon Pohon Herba Pohon 20 21 22 23 Persea Americana Mill. Salacca zalacca (Gaertner) Voss. Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Solanum torvum Swartz. Alpukat Salak Kecapi Takokak Pohon Semak Pohon Perdu Lauraceae Arecaceae Meliaceae Solanaceae Lampiran 5 Daftar spesies tumbuhan penghasil pakan ternak di Tahura Pancoran Mas. No. 1 2 3 Nama ilmiah Arthocarpus altilis Park. Arthocarpus elastica Reinw. Arthocarpus heterophyllus Lam. Nama lokal Sukun Benda Nangka Habitus Pohon Pohon Pohon Famili Moraceae Moraceae Moraceae Lampiran 6 Daftar spesies tumbuhan penghasil pewarna alami di Tahura Pancoran Mas. No 1 2 3 4 5 6 7 Nama ilmiah Arenga pinnata (Wurmb). Merr. Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen. Arthocarpus heterophyllus Lam. Capsicum annum L. Macaranga tanarius (L) M.A. Mangifera indica L. Terminalia bellirica (Gaertner) Roxb. Nama lokal Aren Jengkol Nangka Cabai Makaranga Mangga Jaha kebo Habitus Pohon Pohon Pohon Semak Pohon Pohon Pohon Famili Arecaceae Fabaceae Moraceae Solanaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Combretaceae Lampiran 7 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan di Tahura Pancoran Mas. No 1 2 3 4 5 6 Nama ilmiah Acacia mangium Willd. Archidendron ellipticum (Bl) I.Nielsen. Arthocarpus altilis Park. Arthocarpus heterophyllus Lam. Calamus sp. Dysoxylum densiflorum Miq. Nama lokal Akasia Jering Sukun Nangka Rotan Kapinango Habitus Pohon Pohon Pohon Pohon Liana Pohon Famili Fabaceae Fabaceae Moraceae Moraceae Arecaceae Meliaceae 7 8 9 10 11 12 13 14 Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. Hymenaceae courbariil Macaranga tanarius (L) M.A. Mangifera indica Lour. Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Swietenia macrophylla King. Vitex quinata (Lour) F.N. Will. Xanthophyllum excelsum (Bl) Miq. Bambu tali Jatoba Huru Mangga Kecapi Mahoni daun lebar Kalipapa Kayu endog Bambu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Poaceae Fabaceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Meliaceae Meliaceae Verbenaceae Polygalaceae Lampiran 8 Daftar spesies tumbuhan penghasil anyaman, tali dan kerajinan tangan di Tahura Pancoran Mas. No 1 2 3 4 Nama ilmiah Arenga obtusifolia Mart. Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. Lygodium circinatum (Burm.) Sw. Tetracera indica Merr. Nama lokal Langkap Bambu tali Paku hata - Habitus Pohon Bambu Herba Semak Famili Arecaceae Poaceae Schizaeaceae Dilleniaceae Lampiran 9 Daftar spesies tumbuhan penghasil kayu bakar di Tahura Pancoran Mas. No 1 3 2 4 5 6 7 Nama Ilmiah Acacia mangium Willd. Cinnamomum iners Reinw ex (Bl) Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.) Kurz. Gnetum gnemon L. Hibiscus tiliaceus L. Litsea umbellata Merr. Swietenia macrophylla King. Nama lokal Akasia Ki teja Bambu tali Melinjo Waru lengis Kayu malau Mahoni daun lebar Habitus Pohon Pohon Bambu Pohon Pohon Pohon Pohon Famili Fabaceae Lauraceae Poaceae Gnetaceae Malvaceae Lauraceae Meliaceae Lampiran 10 Daftar spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati di Tahura Pancoran Mas. No 1 Nama Ilmiah Carica papaya L. Nama lokal Perdu Habitus Perdu Famili Caricaceae Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan kegunaan lain di Tahura Pancoran Mas. No 1 2 3 4 5 Nama ilmiah Arthocarpus elastica Reinw. Elaeis guineensis Jacq. Gnetum gnemon L. Macaranga tanarius (L) M.A. Persea americana Mill. Nama lokal Benda/Terap Sawit Melinjo Makaranga Alpukat Habitus Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Famili Moraceae Arecaceae Gnetaceae Euphorbiaceae Lauraceae Kegunaan Lem perekat burung Bahan bakar nabati Bahan serat Lem Bahan kosmetik Lampiran 12 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pohon di Tahura Pancoran Mas. No 1 Nama Ilmiah ∑ind ∑petak LBDS K KR F FR D DR INP (%) 2 2 0,48 1 2,33 0,04 3,33 0,24 6,62 12,28 2 Archidendron ellipticum (Blume) I.Nielsen. Archidendron fagifolium (Bl.ex Miq.) I. Nielsen. 2 2 0,51 1 2,33 0,04 3,33 0,25 6,98 12,64 3 Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen. 1 1 0,09 0,5 1,16 0,02 1,67 0,04 1,19 4,02 4 Arthocarpus altilis Park. 5 Arthocarpus elastica Reinw. 6 2 2 0,25 1 2,33 0,04 3,33 0,13 3,50 9,16 16 7 1,90 8 18,60 0,14 11,67 0,95 26,25 56,52 Arthocarpus heterophyllus Lam. 1 1 0,05 0,5 1,16 0,02 1,67 0,02 0,63 3,46 7 Arthrophyllum diversifolium Bl. 2 2 0,13 1 2,33 0,04 3,33 0,07 1,83 7,49 8 Averrhoa carambola L. 9 Cecropia peltata L. 1 1 0,06 0,5 1,16 0,02 1,67 0,03 0,76 3,59 11 7 0,87 5,5 12,79 0,14 11,67 0,44 12,03 36,49 10 Cinnamomum iners Reinw ex (Bl). 2 1 0,10 1 2,33 0,02 1,67 0,05 1,32 5,32 11 Dysoxylum densiflorum Miq. 1 1 0,04 0,5 1,16 0,02 1,67 0,02 0,48 3,31 12 Ficus racemosa L. 2 2 0,10 1 2,33 0,04 3,33 0,05 1,37 7,02 13 Gnetum gnemon L. 1 1 0,06 0,5 1,16 0,02 1,67 0,03 0,86 3,68 14 Grewia acuminata Juss. 2 1 0,21 1 2,33 0,02 1,67 0,10 2,84 6,83 15 Hibiscus tiliaceus L. 4 3 0,07 2 4,65 0,06 5,00 0,04 0,98 10,63 16 Litsea umbellata Merr. Macaranga tanarius (L) M.A. 1 1 0,05 0,5 1,16 0,02 1,67 0,02 0,63 3,46 2 1 0,08 1 2,33 0,02 1,67 0,04 1,10 5,10 Macaranga rhizinoides Mull. Arg. Mallotus philippinensis (Lam.) Muell. Arg. 2 1 0,09 1 2,33 0,02 1,67 0,05 1,26 5,25 19 7 5 0,29 3,5 8,14 0,1 8,33 0,14 3,93 20,40 20 Mangifera foetida Lour. 3 2 0,27 1,5 3,49 0,04 3,33 0,14 3,74 10,56 21 Mangifera indica L. 2 1 0,09 1 2,33 0,02 1,67 0,05 1,30 5,29 22 Melicope lunu-ankeda (Gaertn.) T.G. Hartley. 6 5 0,53 3 6,98 0,1 8,33 0,27 7,37 22,68 23 Nephelium Lappaceum L. 3 2 0,14 1,5 3,49 0,04 3,33 0,07 1,88 8,70 17 18 24 Persea Americana Mill. 1 1 0,05 0,5 1,16 0,02 1,67 0,02 0,63 3,46 25 2 2 0,27 1 2,33 0,04 3,33 0,14 3,72 9,38 26 Sandoricum koetjape (Burm.f) Merr. Terminalia bellirica (Gaertner) Roxb. 1 1 0,19 0,5 1,16 0,02 1,67 0,10 2,63 5,46 27 Spathodea campanulata Beauv. 6 4 0,30 3 6,98 0,08 6,67 0,15 4,15 17,80 86 50 7,25 43 100 1,2 100,00 3,62 100,00 300,00 TOTAL Lampiran 13 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat tiang di Tahura Pancoran Mas. No. Nama ilmiah ∑ind ∑petak LBDS K KR F FR D DR INP (%) 1 Acacia mangium Willd. 1 1 0,01 2 1,25 0,02 1,52 0,02 0,76 3,53 9 Alstonia scholaris (L) R.Br. 2 1 2,5 0,02 1,52 0,04 1,53 5,55 1 1 2 1,25 0,02 1,52 0,03 0,97 3,74 3 Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen. Arthocarpus elastica Reinw. 0,02 0,01 4 2 2 2 0,05 4 2,5 0,04 3,03 0,10 3,41 8,94 4 Cecropia peltata L. 7 5 0,10 14 8,75 0,1 7,58 0,20 6,95 23,28 5 Ficus fistulosa Reinw. 2 2 0,05 4 2,5 0,04 3,03 0,11 3,69 9,22 6 Ficus racemosa L. 2 1 0,11 4 2,5 0,02 1,52 0,22 7,72 11,73 7 Grewia acuminate Juss. 4 4 0,08 8 5 0,08 6,06 0,16 5,49 16,55 8 Harpullia cupanoidez Roxb. 1 1 0,02 2 1,25 0,02 1,52 0,03 1,11 3,88 9 Hibiscus tiliaceus L. 6 6 0,12 12 7,5 0,12 9,09 0,24 8,34 24,94 10 Litsea umbellata Merr. 1 1 0,02 2 1,25 0,02 1,52 0,03 1,11 3,88 11 Macaranga rhizinoides Mull.Arg. Macaranga tanarius (L) M.A. 13 10 0,25 26 16,25 0,2 15,15 0,50 17,45 48,86 12 4 4 0,06 8 5 0,08 6,06 0,12 4,17 15,23 13 Mallotus philippinensis (Lam.) Muell. Agr. 3 3 0,04 6 3,75 0,06 4,55 0,08 2,92 11,22 14 Mangifera foetida Lour. 1 1 0,01 2 1,25 0,02 1,52 0,02 0,56 3,32 15 Mangifera indica L. 1 1 0,01 2 1,25 0,02 1,52 0,02 0,56 3,32 16 Mellicope latifolia (DC) T.G. Hartley. Mellicope lunu-ankeda (Gaertn.) T.G. Hartley. 4 3 0,05 8 5 0,06 4,55 0,11 3,69 13,23 3 3 0,05 6 3,75 0,06 4,55 0,11 3,69 11,98 1 1 0,01 2 1,25 0,02 1,52 0,02 0,56 3,32 19 Nephelium Lappaceum L. Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. 4 3 0,08 8 5 0,06 4,55 0,15 5,22 14,76 20 Semecarpus heterophylla Bl. 2 2 0,04 4 2,5 0,04 3,03 0,07 2,50 8,03 21 Spathodea campanulata Beauv. 8 5 0,17 16 10 0,1 7,58 0,33 11,61 29,19 22 Swietenia macrophylla King. 4 2 0,04 8 5 0,04 3,03 0,07 2,57 10,60 17 18 23 Vitex quinata (Lour.) F.N. Will. TOTAL 3 3 0,05 6 3,75 0,06 4,55 0,10 3,41 11,70 80 50 1,44 160 100 1,32 100 2,88 100 300 Lampiran 14 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat pancang di Tahura Pancoran Mas. No. Nama ilmiah Nama lokal ∑ind ∑petak K KR F FR INP (%) 1 Acacia mangium Willd. Akasia 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 2 Arthocarpus elastica Reinw. Benda 2 1 16 9,09 0,02 6,67 15,76 3 Arthocarpus heterophyllus Lam. Nangka 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 4 Cecropia peltata L. - 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 5 Cinnamomum iners Reinw ex (Bl). Ki teja 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 6 Durio zibethinus Murr. Durian 2 2 16 9,09 0,04 13,33 22,42 7 Grewia acuminata Juss. Drowak 4 2 32 18,18 0,04 13,33 31,52 8 Hibiscus tiliaceus L. Waru lengis 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 9 Mallotus philippinensis (Lam.) Muell. Arg. - 4 1 32 18,18 0,02 6,67 24,85 10 Mangifera indica L. Mangga 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 11 Melicope lunu-ankeda (Gaertn.) T.G. Hartley. 1 1 8 4,55 0,02 6,67 11,21 12 Swietenia macrophylla King. TOTAL Mahoni daun lebar 3 2 24 13,64 0,04 13,33 26,97 176 100 0,3 100 200 22 50 Lampiran 15 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tingkat semai di Tahura Pancoran Mas. No. Nama ilmiah Nama lokal ∑ind ∑petak K KR F FR INP (%) 1 Acacia mangium Willd. Akasia 1 1 50 2,44 0,02 5 7,44 2 Archidendron jiringa (Jack) I.C. Nielsen. Jengkol 1 1 50 2,44 0,02 5 7,44 3 Arthocarpus elastica Reinw. Benda 2 1 100 4,88 0,02 5 9,88 4 Grewia acuminata Juss. - 2 2 100 4,88 0,04 10 14,88 5 Macaranga rhizinoides Mull.Arg. Huru 3 2 150 7,32 0,04 10 17,32 6 Mallotus phillipinensis (Lam.) Muell. Arg. - 2 1 100 4,88 0,02 5 9,88 7 Mangifera indica L. Mangga 2 1 100 4,88 0,02 5 9,88 8 Mangifera similis Bl. Mangga similis 9 Melicope lunuankeda (Gaertn.) T.G. Hartley - 10 Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. 11 Spathodea campanulata Beauv 12 Swietenia macrophylla King. TOTAL 1 1 50 2,44 0,02 5 7,44 15 4 750 36.59 0,08 20 56,59 Kecapi 1 1 50 2,44 0,02 5 7,44 Spathodea Mahoni daun lebar 8 3 400 19,51 0,06 15 34,51 3 2 150 7,32 0,04 10 17,32 41 50 2050 100 0,4 100 200 Lampiran 16 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan bawah di Tahura Pancoran Mas. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama ilmiah Acalyphae australis L. Ageratum conyzoides L. Amorphophallus campanulatus BI. Ardisia crispa A. DC. Caladium hortulanum Birdsey. Chasaclia curviflora Thw. Ciccus discolor Bl. Clerodendrum villosum Blume Coleus atropurpureus Benth. Colocasia esculenta L.Schott. Dieffenbachia picta Schott Dioscorea aculeata L. Dioscorea bulbifera L. Impatiens balsamina L. Ipomea triloba L. 16 Ixora coccinea L. 17 18 19 Jacquemontia panniculata (Burmf) Hallier F. Leea indica (Burm.f.) Merr. Lygodium circinatum (Burm.) Sw. 20 Mikania micrantha Kunth. 21 22 23 24 25 26 27 Piper umbellatum L. Psychotria viriiflora Reinw.ex Bl. Rhapidophora pinnata (L) Schott. Rubus moluccanus L. Ruellia tuberosa L. Selaginella doederleinii Hieron. Solanum torvum Swartz. Nama lokal Anting-anting Babadotan Suweg, ileus Mata ayam Keladi Irah-irahan Miana Talas Sri rejeki Gembili Pacar air Kembang soka Girang Paku hata Sembung rambat Kadamba Lolo munding Hareueus Ceplikan Cakar ayam Takokak ∑ind 1 15 1 1 2 1 20 1 4 9 2 22 11 2 15 ∑petak 1 9 1 1 1 1 1 1 2 2 1 9 3 2 7 Perdu 3 Herba Perdu Semak Habitus Herba Herba Herba Semak Herba Perdu Herba Semak Herba Herba Herba Herba Herba Herba Herba K 50 750 50 50 100 50 1000 50 200 450 100 1100 550 100 750 KR 0,44 6,58 0,44 0,44 0,88 0,44 8,77 0,44 1,75 3,95 0,88 9,65 4,82 0,88 6,58 F 0,02 0,18 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,04 0,02 0,18 0,06 0,04 0,14 FR 1,09 9,78 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 2,17 2,17 1,09 9,78 3,26 2,17 7,61 INP (%) 1,53 16,36 1,53 1,53 1,96 1,53 9,86 1,53 3,93 6,12 1,96 19,43 8,09 3,05 14,19 1 150 1,32 0,02 1,09 2,40 16 14 14 8 10 4 800 700 700 7,02 6,14 6,14 0,16 0,20 0,08 8,70 10,87 4,35 15,71 17,01 10,49 Herba 8 1 400 3,51 0,02 1,09 4,60 Semak Semak Semak Perdu Herba Semak Perdu 2 12 1 7 1 30 1 2 5 1 1 1 4 1 100 600 50 350 50 1500 50 0,88 5,26 0,44 3,07 0,44 13,16 0,44 0,04 0,10 0,02 0,02 0,02 0,08 0,02 2,17 5,43 1,09 1,09 1,09 4,35 1,09 3,05 10,70 1,53 4,16 1,53 17,51 1,53 28 29 30 Stephania hernandifolia (Willd) Walp. Syngonium podophyllum Schott. Tetracera indica Merr. TOTAL Stephania Syngonium Mempelas Semak Herba Perdu 1 2 9 228 1 1 9 50 50 100 450 11400 0,44 0,88 3,95 100 0,02 0,02 0,18 1,84 1,09 1,09 9,78 100 1,53 1,96 13,73 200 Lampiran 17 Daftar Indeks Nilai Penting (INP) liana di Tahura Pancoran Mas. No. Nama ilmiah Nama lokal 1 Agelaea macrophylla (Zoll.) Leenh. Areuy kokotokan 2 Calamus sp. Rotan 3 Fibraurea tinctoria Lour. Areuy gember 4 Spatholobus littoralis Hassk. Areuy bayur TOTAL ∑ind ∑petak K KR F FR INP (%) 3 3 1,5 7,32 0,06 15 22,32 12 9 6 29,27 0,18 45 74,27 2 1 1 4,87 0,02 5 9,88 24 7 12 58,54 0,14 35 93,54 41 50 20,5 100 0,4 100 200 Lampiran 18 Data responden. No. Jenis kelamin Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Lama tinggal 1 Agus Sudarto L 40 SD Buruh >10 th 2 Ahmad juliansyah L 20 SMP Wirausaha >10 th 3 Ahmad jumari L 67 SMA Wirausaha >10 th 4 Aminah P 63 SMP Wirausaha >10 th 5 Bayu L 30 SMP Wirausaha >10 th 6 Choky L 38 D3 Wirausaha > 10 th 7 Erik L 40 SMP Jasa ojek >10 th 8 Hayati P 53 SD Ibu rumah tangga >10 th 9 Kenawati P 56 SD Ibu rumah tangga >10 th 10 Lin P 40 SMEA Ibu rumah tangga >10 th 11 Lina P 22 SMA Karyawan swasta 5-10 th 12 Miranti P 40 SMEA Wirausaha >10 th 13 Muryati P 31 SMP Ibu rumah tangga 5-10 th 14 Piping Arifin L 78 SMA Buruh >10 th 15 Rahmad Maulana L 21 SMP Jasa ojek >10 th 16 Rahmat L 41 SMP Wirausaha >10 th 17 Ruslan L 42 SMA Karyawan swasta >10 th 18 Salim L 61 STM Pensiun >10 th 19 Solihin L 51 SMEA Wirausaha >10 th 20 Sumarni P 55 SD Ibu rumah tangga >10 th 21 Suryati P 54 SD Ibu rumah tangga >10 th 22 Teguh L 55 STM Wirausaha >10 th 23 Tika P 30 SMA Wirausaha <5 th 24 Tugimin L 60 SD Wirausaha >10 th 25 Vita P 29 SMP Ibu rumah tangga 5-10 th 26 Wati P 30 TS Ibu rumah tangga >10 th 27 Wawantjatja L 59 SMP Buruh >10 th 28 Yani P 19 SMP Pramuniaga >10 th 29 Yulinda P 35 SMP Ibu rumah tangga >10 th 30 Yuni P 36 SMEA Ibu rumah tangga >10 th Lampiran 19 Kuesioner wawancara. LEMBAR KUESIONER INTERAKSI MASYARAKAT TERHADAP TAHURA PANCORAN MAS A. Data Diri Responden Nama : Jenis kelamin : Usia : Pendidikan : Pekerjaan : B. Interaksi masyarakat terhadap TAHURA Pancoran Mas: 1. Berapa lama Anda sudah tinggal di daerah ini? a. Kurang dari 5 tahun b. 5-10 tahun c. Lebih dari 10 tahun 2. Pernahkah Anda masuk ke dalam kawasan TAHURA Pancoran Mas? a. Pernah (Lanjut ke nomor 3-4) b. Tidak pernah (Lanjut ke nomor 5) 3. Seberapa sering Anda masuk ke dalam kawasan TAHURA? a. Jarang b. Cukup sering c. Sering 4. Apa yang Anda lakukan di dalam kawasan TAHURA Pancoran Mas? a. Mengambil tumbuhan b. Mengambil kayu bakar c. Menebang pohon d. Lainnya,……………………………………………………………………… 5. Tahukah Anda spesies tumbuhan apa saja yang ada di dalam TAHURA Pancoran Mas? a. Tahu, sebutkan (jawaban boleh lebih dari satu) ……………………………………………………………………………….. b. Tidak tahu 6. Tahukah Anda manfaat/kegunaan dari beberapa spesies tumbuhan di dalam TAHURA? a. Ya, (jawaban boleh lebih dari satu) Nama tumbuhan:…………………………………………………………………… Manfaat:…………………………………………………………………........ b. Tidak 7. Pernahkah Anda memanfaatkan spesies tumbuhan tersebut? a. Ya, untuk………………………………………………………………………… b. Tidak 8. Menurut Anda, apakah keberadaan keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa) di dalam TAHURA memiliki manfaat atau kegunaan tertentu dalam kehidupan sehari-hari? a. Ya, sebutkan……………………………………………………………………… b. Tidak 9. Jika diketahui bahwa tumbuhan di dalam TAHURA memiliki beberapa manfaat/kegunaan apakah Anda akan lebih menjaga kelestarian TAHURA Pancoran Mas? a. Ya b. Tidak 10. Menurut Anda, apakah keberadaan TAHURA Pancoran Mas perlu dipertahankan? a. Ya b. Tidak 11. Apakah harapan Anda terhadap pengelolaan tumbuhan di TAHURA Pancoran Mas? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………