hasil public – private dialog urgensi aksi kolaborasi - acch-kpk

advertisement
HASIL PUBLIC – PRIVATE DIALOG
URGENSI AKSI KOLABORASI PENCEGAHAN KORUPSI TERKAIT
PRAKTIK BISNIS DI INDONESIA
INTERNATIONAL BUSINESS INTEGRITY CONFERENCE (IBIC) 2016
TIM RAPPORTEURS IBIC:
Syafira P Larasati – Koordinator Rapporteur (Dit. PJKAKI, KPK)
Dwi Siska Susanti – Wakil Koordinator Rapporteur (Akademisi
dan Praktisi Antikorupsi)
Adi (BKPM)
Angga (BKPM)
Angga Nugraha Hafiz (BKPM)
Anita (Bappenas)
Anik Rahmawati (Dit. Litbang, KPK)
Anis Wijayanti (Dit. Litbang, KPK)
Anita Silalahi (Bappenas)
Any Susanti (Dit. Dumas, KPK)
Ardian Hanif Yulianto (BKPM)
Arhemi Dutimarshelly (Dit. Monitor, KPK)
Arief (BKPM)
Elih Dalilah (Dit. Litbang, KPK)
Farid Andhika (Dit. Litbang, KPK)
Hendra (BKPM)
Karin (Bappenas)
Krisna (Bappenas)
Kusuma Dewi Arum Sari (BKPM)
Melanton Hendra (BKPM)
Novariza (Dit. PJKAKI, KPK)
Putri Rahayu (Dit. PJKAKI, KPK)
R. Andita Primanti (Dit. PJKAKI, KPK)
Rahma (Bappenas)
Rahmasari (dit. Litbang, KPK)
Ratna Mahmuda (Dit. Dumas, KPK)
Rika Krisdianawati (Dit. PP LHKPN, KPK)
Roka (Bappenas)
Ruth Silvia (Dit. Litbang, KPK)
Syahdu Winda (Dit. Litbang, KPK)
Tengku Puspita Sari (BKPM)
Wahyu Adhi Prasetyo (BKPM)
Widyanto Eko Nugroho (Dit. Gratifikasi, KPK)
Yoga (Bappenas)
Yohan (BKPM)
Yosa (Bappenas)
Yulia Anastasia Fu’ada (Dit. PP LHKPN)
Contents
Sesi 1: Komitmen Pencegahan Korupsi dan membangun Budaya Anti Korupsi terkait praktik Bisnis (High
Level Dialogue) .............................................................................................................................................. 4
Sesi 2: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memperkuat pembangunan daerah dengan kerjasam
pemerintah dan swasta .............................................................................................................................. 10
Sesi 3: Kemakmuran, Penyelamatan SDA untuk Kesejahteraan Bersama: Praktik Baik dan Aksi Kolektif . 14
Sesi 4 : Bisnis Integritas dari Sudut Pandang Keuangan: Pajak, Otoritas Keuangan ................................... 19
Sesi 5 : Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi .............................................................................. 26
Sesi 6: Tantangan dan Praktik Baik Dalam Membangun Integritas dalam Pelaksanaan Proyek
Pembangunan berdasarkan Kerjasama Pemerintah dan Swasta (PPP)...................................................... 29
Sesi 7: Praktik Suap Lintas Negara : Bagaimana Mendorong Kerjasama Internasional............................. 33
Sesi 8 : Membangun Integritas dan Pencegahan Korupsi di Sektor Kesehatan.......................................... 37
Sesi 9 : Gratifikasi, Uang Pelicin dan Penyuapan: Dampak Penyuapan kepada Bisnis dan Masyarakat .... 41
Sesi 10 : Ketahanan Pangan ....................................................................................................................... 45
Sesi 11 : Membangun Integritas dan Antikorupsi untuk UKM: Tantangan dan Praktik Baik...................... 50
Sesi 12 : Praktik dan Strategi Kepatuhan bagi Korporasi (Tantangan dan Praktik Baik) ............................. 54
Sesi 13 : Peran Pemerintah Pelaku Usaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Membangun Budaya
Antikorupsi .................................................................................................................................................. 57
Sesi 14 : Peran Komunitas dan Perusahaan dalam Pencegahan Korupsi dalam CSR ................................. 60
Sesi 15 : Korupsi, Bisnis dan Politik (Tantangan dan Solusi) ....................................................................... 64
Judul Sesi 16 : Membangun Integritas dan ANtikorupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa .................... 69
Sesi 17 : Pencegahan Penyuapan Lintas Batas Negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) .......... 75
Sesi 18 : Pencegahan Korupsi di Sektor Bisnis: Inisiatif, International Best Practice.................................. 80
Sesi 19 : Membangun Integritas Bisnis (ISO 370001 Anti-Bribery Management System dan Best Practices
International) .............................................................................................................................................. 84
Sesi 20 : National Single Window, Peran Bea Cukai dan Pemasukan Negara/Pajak (Status Terkini,
tantangan dan Rekomendasi Untuk Mengoptimalkan INSW) .................................................................... 87
Rapporteur Summary.................................................................................................................................. 90
Momen IBIC 2016
Hari Pertama: 16 November 2016
Hari Kedua: 17 November 2016
Sesi 1: Komitmen Pencegahan Korupsi dan membangun Budaya Anti Korupsi
terkait praktik Bisnis (High Level Dialogue)
Nama Rapporteur
: Any Susanti (KPK), Arum Dari (BKPM), Yoga (Bappenas)
Ruangan
: Puri Agung
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (13.00 s.d 15.30 WIB)
Moderator
: Dr. Diani Sadia Wati, SH, LLM, Bapennas
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Agus Raharjo
(Pimpinan KPK)
Main Findings
1. KPK
menitikberatkan
pada perbaikan
iklim kerja dimasingmasing
lembaga/intansi
pemerintah
khususnya yang
memiliki TUPOKSI
pelayanan public
2. Proses pelayanan
perijinan sector
bisnis lebih efektif
dengan
memperpendek
proses/ tahapan.
3. KPK menggunakan
fungsi pencegahan
dan monitoring
terhadap
pelaksanaan
kebijakan
pemerintah di
sector bisnis.
4. Kampanye dan
sosialiasi anti
korupsi yang
diselenggarakan KPK
sebagai ajakan
untuk melangkah
menuju Good
Cooperate
Governance (GCG)
Main Recommendations
1. Komitmen Top
Manajemen/Atasan/
Kepala Lembaga/
Kepala Daerah
dalam mendukung
pencegahan korupsi
di sektor bisnis.
2. Memaksimalkan
Independensi APIP
dalam melakukan
tugas pengawasan
internal, audit
kinerja dan
keuangan.
3. Proses perijinan
yang efektif,
akuntable dan
transparan dengan
dukungan system IT.
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
ada
disetiap sektor
bisnis
5. Pemanfaatan IT
dalam membangun
system
pengendalian
internal dan
monitoring
pelayanan public
(Aplikasi Jaga)
Prof. Adrianus
Meilala (Anggota
Ombudsman RI)
1. ORI sebagai
lembaga pengawas
terhadap pelayanan
public
menitikberatkan
pada praktik Mal
Adminitrasi yang
berpotensi adanya
tindak pidana
korupsi sebagia
ekses lanjutan.
2. Kumudahan dalam
berusaha/
menyelenggarakan
bisnis khususnya
dalam proses
perizinan yang
efektif dan
akuntable
merupakan harapan
masyarakat
3. Berdasarkan laporan
yang diterima ORI,
diketahui bahwa
keluhan tertinggi
masyarakat terkait
pelayanan publik
dibidang
pertanahan, imigrasi
bea cukai dan
perpajakan.
4. Prosedur yang
berbelit-belit,
penyimpangan
prosedur, dan
permintaan uang
merupakan
1. ORI akan
melaksanakan
survey Indek
Kepuasan Publik dan
Mal Administrasi .
2. Hasil Survey dan
serangkaian
workshop yang
dilaksanakan oleh
ORI menjadi bahan
rekomendasi
kepada Pemeriintah
dalam penyusunan
serta perubahan
kebijakan yang lebih
efektif, transparan
dan akuntable.
Ada
penyimpangan/
praktif korupsi yang
sering terjadi.
5. ORI menidaklajuti
laporan masyarakat
khususnya sektor
bisnis melalui
kegiatan klarifikasi
dan mediasi.
Ilya Avianti (Dewan
Komisioner OJK)
1. Tugas dan kewenangan
OJK sangat rentan
adanya penyalahgunaan
kewenagan oleh pejabat
maupun staffnya
sehingga integritas pada
kehidupan sehari- hari
dalam hal mencegah
tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh
individu di lingkungan
OJK.
2. Pemanfaatan OJK
Whistleblowing system
dalam menindak lanjuti
pengaduan dari
masyarakat terhadap
pelayanan terkait sektor
keuangan;
3. Telah dibangun unit
pengendalian gratifikasi
di lingkungan OJK.
1. OJK sebagai lembaga
yang memiliki tugas dan
kewenangan yang
startegis, sangat
berpotensi terjadi mal
praktek dan tindak
pidana korupsi, sehingga
perlu peran serta
masyarakat dalan
mengawasi kinerja OJK.
2. OJK menilai perlu adanya
kerjasama antara
regulator dan sektor
bisnis untuk mencegah
korupsi;
Ada
Ahmad Wiyagus (
Perwakilan
Kepolisian RI)
1. Perlunya kerjasama dari
semua elemen untuk
meningkatkan
kesejahteraan di
Indonesia.
2. Satgas Saber Pungli
diharapkan dapat
mengatasi siklus
perkonomian yang tidak
berjalan lancar
dikarenakan adanya
pungutan liar.
3. Saber pungli sasaran
tidak hanya swasta
namun ada saber pungli
1. POLRI berkomitmen
memperbaiki
internalnya, penegakan
hukum terhadap anggota
internal POLRI yang
menyimpang menjadi
salah satu focus utama.
2. Efektifitas dari Satgas
Samber Pungli sehingga
penegakan hukum
menimbulkan manfaat
bagi masyarakat secara
langsung dan otomatis
turut serta dalam
Ada
4.
5.
6.
7.
8.
Arminsyah (Jaksa
Muda Pidana
Khusus RI)
yang dibangun oleh
memajukan sektor
internal K/L untuk
bisnis.
memberikan
3. Penegakan hukum tidak
kenyamanan berusaha
menimbulkan
dan efek penegakan
kegaduhan,
hukum;
menghambat
Komitmen Polri untuk
penyerapan anggaran
penegakan hukum
dan memperlambat
dengan memberikan
kemajuan
manfaat kepada
pembangunan.
masyarakat;
4. POLRI akan mendorong
Polri Bekerjasama
terciptanya kultus
dengan BPK, BPKP dan
Koorporasi yang bebas
APIP terkait adanya
dari KKN dengan
indikasi kerugian negara
menggandeng kerjasama
dimana harus
dengan lembaga lain
menindaklanjuti dengan
termasuk KPK.
waktu 60 hari dengan
5. Penindakan dan
menyetorkan ke kas
Pencegahan korupsi
negara;
harus berjalan secara
Polri ikut mendorong
simultan.
pembangunan kultur
korporasi yang positif
dan anti KKN melalui
kerja sama dengan K/L
terkait pengadaan
barang dan jasa;
Polri memberikan
rekomendasi berupa
kontrol internal agar
akuntabel dan transp
aransi.
Pencegahan dan
penindakan harus
simultan agar
terciptanya entitas bisnis
yang berintegritas dan
akuntabel
1. Biaya untuk
melakukan korupsi
(suap) menjadi
beban kepada
Negara dan
masyarakat.
2. Presepsi dan
semangat bersama
antar penegak
1. Kejaksaan mengajak
APH lain (KPK dan
Kepolisan ) dalam
menyamakan
prsesepsi dan
semangat dalam
penanganan kasus
korupsi sektor bisnis
dengan
Ada
Agus (Perwakilan
Ditjen Bea Cukai)
hukum sangat
menentukan
efektifitas
penegakan hukum
khususnya TPK
disektor bisnis
3. Kejaksaan focus
pada penanganan
kasus TPK
Koorporasi .
4. JAGUNG
memberikan intruksi
kepada Kejaksaan
didaerah untuk
menangani kasuskasus korupsi yang
dilaksanakan oleh
Koorporasi.
5. Kejaksaan
membentuk Tim T4
(pengawalan,
Pengamanan,
Pemerintahan dan
pembangunan)
mengembangkan
pada subyek hukum
koorporasi.
2. Kejaksaan
menghimbau agar
penegakan hukum
tidak sekedar
semangat
memenjarakan
orang dan
penjatuhan sanksi,
namun lebih kepada
timbulnya efek jera
dan terwujudnya
kesejahteraan
masyarakat.
3. Roadmap dan
Blueprint upaya
pemberantasan
korupsi
4. Diklat terpadu antar
APH terkait
penanganan kasus
korupsi disektor
Bisnis.
1. Peningkatan
Penerimaan Negara
merupakan fokus
utama DBC.
2. DBC membangun
system kepatuhan
internal, system
manajemen
informasi, Billing
system dan
pengelolaaab
anggaran berbasin
ISO.
3. Kebijakan importasi
dan National Single
Window menjadi
perhatian utama,
dengan bekerjasama
dengan
lembaga/instansi
lain termasuk KPK.
1. DBC komitmen
melaksanakan
Program
Pengendalian
Gratifikasi.
2. Membangun system
wisthleblowers
dalam pelaporan
masyarakat.
3. Menjalin komitmen
bersama dengan
pelaku bisnis
4. Bekerjasama dengan
APH
5. Pendidikan dan
pembangunan grand
design Peta
Integritas
6. Efetifitas pelayanan
public yang
paperless.
Ada
4. Meningkatkan
kualitas dan
integritas dari
Pegawai DBC .
Kesimpulan:
Ringkasan main findings dan rekomendasi dalam 3-4 kalimat
1. Masing-masing lembaga baik itu KPK, Kepolisian, Kejaksaan, OJK, Bea
Cukai dan Ombudman RI menilai perlu adanya kerjasama dalam upaya
pencegahan dan penindakan tindak pidana korupsi, khususnya di Sektor
Bisnis.
2. Komitmen Top Manajemen/Pimpinan Lembaga Negara dan Kepala
Daerah menjadi kunci keberhasilan upaya pencegahan korupsi sektor
bisnis, khususnya dalam proses perijinan berusaha yang bebas praktek
korupsi (bribery).
3. Sistem monitoring dan pelaporan masyarakat berbasis IT atas pelayanan
public di sektor bisnis telah terbangun di masing-masing lembaga,
harapan kedepan system tersebut dapat berfungsi semakin efektif.
4. Penanganan kasus atas tindak pidana korupsi sektor bisnis dan
koorporasi membutuhkan kesamaan semangat dan presepsi antara
Aparat Penegak Hukum.
Sesi 2: Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memperkuat pembangunan
daerah dengan kerjasam pemerintah dan swasta
Nama Rapporteur
: Ruth Silvia (KPK), Yohan (BKPM), Arum (BKPM), Yoga (Bappenas)
Ruangan
: Puri Agung
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (16.00-17.30 WIB)
Moderator
: Wawan Wardiana, KPK
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Laode
Ida/Ombudsman
RI
Ir. Lestari Indah/
Deputi Bidang
Pelayanan
Penanaman
Modal / BKPM
Main Findings
Main Recommendations
1. Peningkatan EoDB menjadi
peringkat 91
2. Pengurusan izin hanya
berada di bagian hilir,
sehingga menyebabkan
lamanya pengurusan izin
3. Masih terbatasnya sarana
dan prasaran guna
mendukung pelayanan
publik
4. Banyak peraturan yang
kurang konsisten
5. Tidak adanya SOP yang jelas
terkait biaya pengurusan
izin
6. Dinamika politik lokal yang
dapat mengganggu investasi
1. Pemerintah perlu
memastikan PTSP dari hulu
hingga hilir dengan
kebijakan yang sinkron;
2. Pemerintah perlu
memastikan infrastuktur
untuk meningkatkan
investasi
3. Mendorong terciptanya
aparat publik yang
profesional
1. Terdapat 167 perizinan yang
diproses di PTSP Pusat
BKPM
2. BKPM berkomitmen cepat,
sederhana, transparan dan
integrasi dalam pengajuan
izin
3. Langkah Nyata BKPM yaitu
pemisahan antara Back
Office dan Front Office guna
meminimalisir tatap muka
investor dan pemerintah,
Terdapatnya Tracking
system untuk pengecekan
posisi pengajuan izin oleh
investor, penerapan ISO
Pemanfaatan online system
dalam pengurusan izin pada
Kementerian /Lembaga yang
terdapat di PTSP Pusat
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Drs Eko Subowo,
MBA., MBA.
Direktur Jenderal,
Direktorat
Jenderal Bina
Administrasi
Kewilayahan,
Kementerian
Dalam Negeri
Ridwan Kamil/
Walikota
Bandung
9001:2008, Pengajuan izin
melalui online system,
optimalisasi kebijakan
terkait penyederhanaan
perizinan, Adanya
Pengaduan Masyarakat
PTSP Pusat, i23J (8 produk
izin yang dapat diterbitkan
selama 3 jam)
1. Penyediaan SDM di
daerah yang masih
belum mencukupi;
2. Belum terdapatanya
APBD yang mendukung
investasi di daerah;
3. Saat ini Pemerintah
Daerah sedang
melakukan
restrukturisasi
kelembagaan daerah
menyesuaikan dengan
peraturan daerah.
Penempatan tim teknis
tidak berada pada
organisasi PTSP tetapi
masih pada di Di dinasdinas (SKPD) belum di
unit PTSP
4. Kualitas tim teknis di
daerah belum memadai;
5. Hampir seluruh daerah
sudah membentuk PSTP.
Kecuali pada 10
Kabupaten/Kota.
6. Saat ini belum dilakukan
pemberian sanksi-sanksi
terkait PTSP tetapi baru
memberikan
penghargaan kepada
daerah
1. Bandung memanfaatkan
IT dalam transparansi
pertanggung jawaban
APBD;
2. Terlalu banyaknya proses
pengurusan izin;
Di Bandung untuk UKM
tidak perlu izin melainkan
1. Percepat pendelegasian
wewenang perizinan
kepada BPMPTSP
Provinsi/Kabupaten
2. Pembinaan SDM dan
percepatan
pembangunan online
system.
3. Perlu ada bantuan dari
pusat sarana dan
prasarana agar PTSP yang
tertinggal dapat mengejar
ketinggalannya
4. Perlu disusun tipologi
PTSP
5. Perlu mendorong
penerapan sanksi
1. Pro aktif Government
untuk membangun
daerah
2. Dalam pelayanan publik
perlu diputus pertemuan
manusia dengan manusia
melalui online sistem.
3.
4.
5.
6.
Muhammad
Nurdin, Bupati
Bantaeng
-
-
registrasi melalui aplikasi
Gampil for Public. Di Kota
Bandung untuk bisnis
UKM di bawah 500 juta
tidak perlu pakai izin
cukup meregistrasi
dengan HP melalui
aplikasi. Aplikasi yang di
launching adalah Aplikasi
Gampil.
Sumber pendanaan
untuk membangun Kota
selain dari APBD
(propinsi/kota), APBN
juga diperoleh dari Luar
APBN/APBD yaitu melalui
hibah, CSR. Dll. Untuk
bisnis menengah besar
aplikasi yang digunakan
berbeda.
Perolehan dana dari CSR
di Kota Bandung dikelola
melalui satu lembaga dan
dapat diakses melalui
website yaitu TJSR.
Kota Bandung dalam
membangun
infrastruktur melakukan
kerjasama Pemerintah
dengan Swasta dan
Pemko Bandung
memberikan bantuan
kepada investor secara
proaktif.
Permasalahan dalam
Perizinan ada dua yaitu:
a. Proses Izin terlalu
banyak
b. Manusia bertemu
dengan manusia.
Izin di Bantaeng 8
perizinan dapat
diselesaikan dalam 1 jam
Sosialisasi anti pungli
dilakukan dikantorkantor perizinan
-
-
Perlu mendorong inisiatif
dan inovasi perbaikan
system pelayanan publik
 mempercepat waktu
pelayanan
Mendorong sosialisasi
anti korupsi
Birma Arya,
Walikota Bogor
-
Perpanjangan izin
otomatis 1 bulan
sebelum izin habis
-
Mindset masyarakat
bahwa uang suap akan
dibagikan kepada pejabat
dan aparat agar proses
dapat dipercepat
Masalah perizinan
muncul akibat kurangnya
transparansi pengurusan
perizinan
-
-
-
-
Perlu upaya mendorong
pembenahan kultur
birokrasi
Pembenahan perizinan
perlu menggunakan
teknologi untuk memutus
pertemuan pemohon dan
pemberi izin
Integrasi dengan berbagai
instansi perlu dilakukan
sehingga mempermudah
pelayanan bagi
masyarakat
Kesimpulan:
- Penggunaan system dan teknologi membantu mengikis korupsi
- Adanya sikap proaktif dari pemerintah untuk perbaikan pelayanan publik
- Inovasi mendorong perbaikan pelayanan publik
- Dukungan regulasi yang memadai membantu peningkatan perbaikan pelayanan
publik
Sesi 3: Kemakmuran, Penyelamatan SDA untuk Kesejahteraan Bersama: Praktik
Baik dan Aksi Kolektif
Nama Rapporteur
: Anik Rahmawati (Direktorat Litbang), Arhemi Dutimarshelly (Direktorat
Monitor), Arum (BKPM)
Ruangan
: Puri Agung
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (09.00 – 12.00)
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main Recommendations
1. Susi
Pudjiastuti/Menteri/
KKP (Tidak Hadir)
Tidak ada
Tidak ada
2. Bambang
Hendroyono/Sekjen/
KLHK
 Hutan Indonesia
 Perbaikan tata kelola
merupakan medan
melalui:
pertempuran karena
o Kebijakan satu peta
menjadi lokus berbagai
(satu sumber, satu
infrastruktur
referensi, satu acuan)
pembangunan dan
o Penataan perizinan
perizinan berbagai sektor
kehutanan (satu pintu,
yang mengakibatkan
perbaikan waktu
terganggunya kelestarian
perizinan)
ekosistem (degradasi) dan
o Perluasan wilayah
peningkatan laju
kelola masyarakat
deforestasi.
melalui program
kehutanan sosial dan
 Praktik yang baik dan aksi
TORA (4.1 juta ha)
kolektif sangat dibutuhkan
o Penguatan instrumen
untuk mengatasi
perlindungan hutan
degradasi dan deforestasi
melalui SVLK.
tersebut.
o
Membangun
 Permen 28 Tahun 2016: 17
mekanisme
provinsi sedang menuju
pencegahan dan
kebijakan satu peta
deteksi dini kebakaran
kehutanan.
hutan melalui
 KLHK sudah
collective action 
mendelegasikan sebagian
berhasil mengurangi
kewenangan pemberian
jumlah kebakaran
izin dan non izin kepada
hutan secara signifikan
BPKM.
selama 2 tahun
 KLHK juga sedang
terakhir.
melakukan penundaan
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Tidak ada
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
perizinan penggunaan
kawasan hutan untuk
perkebunan kelapa sawit.
3. Parulian
Sihotang/Deputi
Pengendalian
Keuangan/SKK Migas
 Resources curse theory 
Indonesia termasuk
negara yang gagal
mengelola SDA untuk
sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
 Indonesia bukan lagi
negara dengan migas
terbesar dunia  sejak
tahun 2001, sudah
menjadi net importir
migas.
 SKK Migas merupakan
supervisory institution
dengan jumlah vendor
mencapai 5142,
kontraktor 85 (oil and gas
reserve 248 WK) dan
trader 20; dengan cost
recovery mencapai USD 12
M dan Indonesian share
mencapai USD 8.8 M
 Pengelolaan tersebut
memerlukan lembaga
yang bersih dan
berintegritas dengan
dukungan sektor swasta (it
takes two to tango).
 Pembangunan integritas di
SKK Migas mulai
dilaksanakan pada 2009
melalui: pembentukan
core value, code of ethics,
PPG, kewajiban pelaporan
LHKPN, assessment risks,
pakta integritas,
transparansi PBJ,
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
o Membangun sistem
perencanaan
penganggaran dan
pengendalian anti
korupsi.
 Pembangunan integritas
sumber daya manusia
dan kelembagaan sektor
publik.
 Pembangunan bussiness
integrity melalui: ‘right to
audit’ oleh independen
auditor dengan forensic
audit tools; centralised
integrated vendor
database (CIVD), EITI.
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings




4. Bambang Gatot/
Dirjen
Minerba/Kementerian
ESDM





enterprises risk
management, etc.
Integrity is not about tool
only but a heart  lesson
learned from Rudi
Rubiandini’s case.
From core value to
compliance in order to
establish integrity.
Vendor wajib menerima
‘right to audit’ clause
(audit tipikor pada PTK007 oleh pemerintah
Indonesia dan pemerintah
negara asal pelaku usaha –
misal FCPA) dengan sanksi
blacklist.
Program CIVD: sudah lebih
dari 4000 vendor terdaftar
dalam sistem ini.
Potensi minerba Indonesia
sangat besar, namun
pengelolaannya
menentukan manfaat yang
diterima bagi
kesejahteraan masyarakat.
Downstream industry
minerba belum
berkembang, sehingga
DMO tidak tercapai (target
86 juta ton, realisasi 69.5
juta ton).
PNBP Minerba mencapai
84,95% dari total PNBP
Indonesia.
Added value mineral
belum berkembang
dengan baik.
Regulasi dan standar
pertambangan minerba
sudah lengkap namun
masih ditemukan
loopholes yang
menciptakan berbagai
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
 Peningkatan good mining
practices (penetapan
WIUP dalam WUP,
penetapan WIUPK dalam
WUPK, dan penetapan
WPN) berdasarkan
prinsip konservasi
(pendataan sumber daya
dan cadangan minerba,
penggunaan metode dan
teknologi pengolahan
dan pemurnian) dan
perlindungan lingkungan.
 Peningkatan law
enforcement guna
menutup diskresi dan
potensi korupsi.
 Klasifikasi IUP Hulu, IUP
Hilir dan IUP Penungang
untuk memangkas
birokrasi perizinan
 Joint Up Government
dengan stakeholders di
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings





diskresi dan potensi
korupsi.
Pemerintah daerah sudah
diberikan kewenangan
mengelola perizinan
minerba di wilayahnya.
Eksplorasi minerba
memerlukan biaya yang
besar, dengan rasio sukses
5-10%.
Sejak 2011, Kementerian
ESDM sudah
melaksanakan penataan
IUP nasional dengan status
IUP non C&C mencapai
3.603 (November 2016) 
harus diselesaikan 2
Januari 2017 oleh
Gubernur, jika tidak maka
harus dicabut.
Baru 25% pelaku usaha
yang menjaminkan
reklamasi tambang,
kondisi ini dikarenakan
lemahnya law
enforcement sehingga
berdampak pada
kerusakan lingkungan.
Tantangan yang dihadapi:
o Tumpang tindih dengan
wilayah status hutan.
o Penetapan batas
wilayah administrasi
provinsi dan kabupaten
 terkait dengan DBH
berdasarkan wilayah.
o Tumpang tindih
perizinan komoditas
yang sama
o Kurangnya infrastruktur
pendukung
pertambangan dan
ketersediaan energi
Main Recommendations
sektor SDA, baik level
pusat dan daerah.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main Recommendations
 Minerba One Map
Indonesia (MOMI) sudah
berevolusi menjadi
Minerba One Data
Indonesia (MODI)
Kesimpulan:
Permasalahan di sektor SDA (kehutanan, minerba, migas, perikanan) merupakan wicked
problems yang saling terkait satu sama lain, utamanya disebabkan oleh tidak adanya
database yang valid. Akibatnya, sistem tata kelola di sektor ini rawan korupsi dan tidak
memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Langkah-langkah perbaikan yang
harus dilakukan:
1. Peningkatan integritas sumber daya manusia dan kelembagaan oleh masingmasing stakeholders, baik di level pusat dan daerah.
2. Pembangunan bussiness integrity pada para pelaku usaha rekanan sektor SDA,
antara lain melalui ‘right to audit’, centralised integrated vendor database, EITI,
good mining practices, SVLK, dll.
3. Melanjutkan collective action Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia (27
K/L, 34 Provinsi, POLRI, TNI, Kejaksaan Agung) untuk perbaikan sistem tata
kelola, antara lain melalui audit compliance dan audit spasial terhadap pelaku
usaha-pelaku usaha di sektor SDA dalam rangka mentertibkan perizinan,
menyusun database yang valid, akuntabel dan terintegrasi serta memaksimalkan
penerimaan negara.
4. Peningkatan law enforcement guna menutup diskresi dan potensi korupsi.
5. Pemanfaatan IT dalam hal perencanaan, pengelolaan maupun pengurusan izin.
6. Harmonisasi regulasi di sektor SDA untuk meminimalisir potensi tumpang tindih
perizinan.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Sesi 4 : Bisnis Integritas dari Sudut Pandang Keuangan: Pajak, Otoritas
Keuangan
Nama Rapporteur
: Ruth Silvia (KPK), Yoga (BKPM), Ardian (BKPM), Rahma (Bappenas)
Ruangan
: Puri Agung
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (13.15-15.30)
Moderator
: Pahala Nainggolan, Deputi Pencegahan KPK
Nama
Main Findings
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Rahman Ritza,
1. Kondisi di Indonesia:
Inspektur Bidang
a) Ranking 1 pelaku korupsi dari
Investigasi,
eksekutif
Kementerian
b) Korupsi pada korporasi akan
Keuangan
mengakibatkan penurunan
penerimaan pajak
c) Belum ada korporasi yang
dihukum karena TIPIKOR
eksekutif melakukan tipikor
untuk kepentingan korporasi
d) Korporasi dapat dikenakan
denda pajak sebagai hukuman
 jika ada informasinya, dan
bisa dikenakan 400%
dendanya
Main Recommendations
Findings:
1. Membangun interface
antara database SDA dan
penerimaan Negara
2. Membangun sistem
pengendalian export
impor yang terintegrasi
antar Kementerian
terkait
3. Transparansi dan
akuntabilitas e-proc
4. Integrasi data keuangan
berbasis Single Identity
Number
Usulan:
1. Pertukaran data dan
informasi antara
instansi, lembaga,
asosiasi, dan pihak lain
untuk perpajakan
2. Koordinasi antar
penegak hukum dan DJP
dlm penanganan kasus
korupsi korporasi
3. Pencehgahan korupsi
korporasi melibatkan
Kemenkeu
4. Kajian mengenai sanksi
denda terhadap korupsi
korporasi
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Mirza S.
Mashudi,
Inspektur,
Kemenko
Bidang
Perekonomian
Main Findings
1. Keterkaitan ekonomi perdagangan
terbuka, diharapkan integritas
sebagai modal
2. Daya saing Indonesia menurun 2
tahun dari peringkat 37 menjadi 41
3. Paket Kebijakan Ekonomi
memastikan perekonomian
Indonesia tetap tangguh di tengah
perlambatan global
4. PKE merupakan kerjasama seluruh
instansi ada XIV paket. Deregulasi
intinya adalah penyederhanaan
bahkan mencabut.
5. Banyak peraturan yang tidak
sinkron, seolah olah negara kita
adalah negara peraturan dan
bukan negara hukum. Contoh:
Batam dirintis sejak 45 tahun lalu
dan sampai saat ini belum selesai
masalah regulasinya, dalam hal
Batam dijadikan percontohan di
Asia Timur. Sampai saat ini kurang
menggembirakan investasinya.
6. PKE turut menyumbangkan
perbaikan peringkat EODB. Hal ini
aspek regulasi saja dan hal ini
masih perlu dievaluasi dan
dimonitor. Mohon adanya
masukan dari berbagai pihak
7. Untuk menjaga integritas terkait
KUR ada tim yang merupakan
gabungan semua auditor di K/L
terkait singgungannya dengan
sektor keuangan
8. Peran auditor internal disemua K/L
ada peran besar dalam
membangun good corporate
goverrnance dan risk
Main Recommendations
5. Kesadaran pelaku usaha
untuk menghindari
praktik korupsi korporasi
1. Perlunya integritas
dari para pelaku
usaha dalam
menjalankan bisnis
di Indonesia
2. Perlunya deregulasi
peraturan untuk
memsimplifikasi
perizinan untuk
menarik investasi
dan sinkronisasi
regulasi
3. Peran internal audit
untuk memastikan
bahwa semua
prosedur telah
dilaksanakan
4. Peran aktif sektor
swasta untuk
mendukung
integritas di sektor
bisnis
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
management. Mohon masukan
dari sektor swasta. Karena sektor
publik harus ada keseimbangan
sebagai masukan untuk perbaikan
Budi Armanto,
OJK
1. OJK mengawasi perbankan, pasar
modal, jasa keuangan non bank
2. OJK sebagai regulator dan
supervisi keuangan harus
berintegritas karena berhadapan
dengan banyak pihak
3. Visi: INKLUSIF  integrity salah
satu aspek komponen. Ada pakta
integritas dan sangat ketat sekali.
OJK tidak boleh ikut trading saham
(transaksi pasar modal)
4. Semua karyawan harus melakukan
pelaporan harta kekayaan untuk
mengontrol dan mengawasi
5. Adanya whistle blowing system,
dan jika ada pihak yang dirugikan
6. Industri yang diawasi, yakni
perbankan perlu integritas yang
tinggi. Banyak peraturan yang
sudah dikeluarkan, yang utama
terkait dengan corporate
governance. Intinya proses,
struktur dan outcome nya yang
jelas. Laporan merupakan
instrumen yang penting untuk
mengetahui perkembangan
industri perbankan
7. Ketentuan teknis ada di surat
edaran dan pedoman/handbook.
8. Penekanan selanjutnya adalah
bagaimana bisnis melakukan
menagement resiko (resiko kredit,
likuditas, legal, reputasi dan
kepatuhan, dll) untuk perbankan
1. Industri perlu
melaksanakan Good
Corporate Governance
2. Industri perlu memanage semua risiko
yang ada. Misalnya
Risiko kredit, likuiditas,
strategis, reputasi dan
kepatuhan. Risiko
tersebut bisa di
berakdown menjadi
sangat detail. Bisnis
yang diharapkan adalah
yang bisa
mengendalikan risiko
dengan baik
3. Pejabat Perbankan
perlu melalui Fit dan
Propertest karena
Pimpinan merupakan
tone of the top.
Pimpinan yang telah
terpilih tetap dipantau
dan diawasi dalam
menjalankan bisnis
sehari-hari
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
1. Kajian beneficial
ownership perlu
diupayakan dengan
melibatkan seluruh
lembaga
2. Perlu sinkronisasi
regulasi baik di dalam
negeri dan antar negara
serta inisiatif global
Ada
9. Rotasi jabatan dilakukan fit and
proper test untuk mengukur
kompetensi dan kapasitas,
pengetahuan serta track record.
10. Pemantauan terus dilakukan bagi
pejabat dan pegawai baik jangka
pendek maupun jangan panjang
11. Terkait anti pencucian uang dan
pendanaan terorisme, OJK
memberikan panduan bagi semua
pihak yang terlibat di jasa
keuangan selain melihat best
practice internasional
12. OJK mohon kepada pihak swasta
untuk transparansi. Contoh: Data
dari debitur dan kreditur di
perbankan
13. Menjaga semua bank patuh pada
aturan, OJK meminta ada satu unit
yang ada untuk unit kepatuhan
(direktur kepatuhan) di bank. Bila
semua dilakukan maka akan
mempengaruhi kepada nasabah.
14. Batasan kredit untuk mitigasi
resiko yang ada, sehingga bisnis
berjalan sesuai dengan ketentuan
yang ada
David James /
Fiscal Crime
Liaison / HM
Revenue and
Customs
1. Kejahatan pajak sebagian besar
terkait keuangan
2. Gerakan global mendorong
transparansi internasional . Siapa
yang paling menerima manfaat
dari hal ini?
3. Transparansi pajak sangat penting
karena sebagian orang melakukan
korupsi dengan menghindarkan
atau pengelabuan pajak
4. Penggelapan pajak dan tipikor, jika
ada jarak antara uang dengan
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
pelaku maka bisa terhindar dari
hukum
Administrasi pajak berkembang
secara digital dan berkembang
secara global
Perubahan pendekatan pada
kepatuhan transparansi adalah
bagian dari respon atas perubahan
tersebut
84% multinational company
menghindari pajak (kecanggihan
teknologi berpengaruh)
Ada gerakan didunia mengenai
legislasi, tidak ada model
perjanjian atau model diberbagai
negara. Misalnya hanya bebeapa
negara yang saling bertukar
informasi terkait data itupun
sangat terbatas
Dalam melacak aliran dana dari
perusahaan-perusahaan dan
melarikan uang di berbagai
belahan dunia, kita coba
mempengaruhi tatan global.
Kasus bank UBS: mereka
melakukan penggelapan pajak, dan
HSBC melakukan penggelapan
pajak. Hal ini didorong oleh opini
publik.
FATCA adalah perjanjian dari USA
yang mewajibkan bagi negara2
yang bertransaksi dengan USA
terkena pajak sekitar 30 %
134 negara sudah mengikuti
standar pelaporan ini, indonesia
sudah masuk didalamnya.
Sehingga Beneficial Ownership
bisa diketehui dinegara lain. Ada
juga perjanjian yang sifatnya
bilateral
Relevansi dari pertukaran data
tersebut maka dunia menjadi
terbuka dan transparan.
Perubahan ini sifatnya sangat
masif dan besarnya gelombang
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
legislasi. Saling terjadi pertukaran
informasi pajak, jarak menjadi
tidak lagi berpengaruh.
Pada intinya dengan pertuakran
informasi ini akan mengurangi
orang yang melakukan
penggelapan pajak
Ada perusahaan di amerika yang
beroperasi di Indonesia dan
memperoleh hasil di Indonesia tapi
bertempat di luar. Hal ini
bagaimana penerapan pajaknya?
Keuntungan dari Benefial
Ownership (penerima manfaat riil):
mengikuti Panama Papers report,
UK berencana mempublish
penerima manfaat yang riil
(beneficial ownership) dari
perusahaan, 45 yurisdiksi komit
melakukan pertukaran data,
mekanisme pertukaran sedang
proses review
Pada prinsip nya kita akan
mencoba membalikan pembuktian
terbalik bagaimana mengungkap
siapa yang mengendalikan uang
dan darimana dan mau kemana
uang dilarikan.
Ada dampak besar dari contoh
kasus UBS dan HSBC.
Pertanyaanya, hal ini akan
menghilangkan jejak dari mereka
yang ada di level tertinggi untuk
terjerat pidana hukum
Dengan langkah-langkah tersebut
maka hal ini akan membuat pelaku
berpikir kembali untuk melakukan
upaya penghindaran pajak dan
prilaku korupsi
Kita harus bekerjasama dengan
seluruh piihak di internal dan antar
lembaga serta antar negara untuk
mendorong inisiatif ini
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Nama
Main Findings
Main Recommendations
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Kesimpulan:
1. Sinkronisasi regulasi dan inisiatif global terkait sektor jasa keuangan dan
perpajakan
2. Transparansi dalam hal pertukaran data untuk mengurangi penggelapan pajak
dan tipikor
3. Pengawasan, proses fit and proper test dalam pemilihan jabatan
4. Mendorong good corporate governance
5. Mendorong kajian mendorong tranaparansi dan akuntabilitas di sektor keuangan
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Sesi 5 : Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi
Nama Rapporteur
: Novariza (KPK), Any Susanti (KPK), Anita Silahahi (Bappenas), Melanton Hendra
(BKPM)
Ruangan
: Puri Ratna
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (16.00 – 17.30 WIB)
Moderator
: Rasamala Aritonang, KPK
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Perspektif Indonesia
1. Agustinus
Pohan,
Universitas
Parahyangan
2. Laode Syarif,
Pimpinan KPK
Mengapa Korporasi harus
dapat dipidana:
- Dimensi kejahatan
korporasi demikian
luas
- Dampak yang
ditimbulkan 10 kali
lebih besar dari
tindak pidana ringan
lainnya
- Pertimbangan
keadilan.
- Mendorong
Korporasi untuk
lebih comply.
Bilamana Tindak Pidana
Korporasi :
- Harus ada kriteria,
kapan, bilamana
tindak pidana
dilakukan oleh
korporasi,
bagaimana
mengukur kesalahan
dengan tetap
mempertimbangkan
alasan pembenar
dan pemaaf.
Misalnya apakah
Compliance program
dilakukan sungguh-
-
Memidana
Korporasi
tentunya
menimbulkan
dampak yang
cukup besar,
namun tindakan
preventif yang
bisa dilakukan
korporasi adalah
memperkuat
compliance
program dan
menjalankannya
sungguhsungguh.
-
Menghukum
korporasi
memberikan
pelajaran pada
pelaku usaha
untuk menyuap.
ada
sungguh oleh
korporasi.
Pengaturan Pidana Korporasi
di Indonesia :
- Pidana korporasi
sudah diatur dalam
lebih dari 100 UU
walaupun di KUHP
belum diatur.
Namun baru satu
tindak pidana
korporasi yang
berhasil naik sampai
pengadilan, itupun
ditangani oleh
kejaksaan. Saat ini
RUU KUHP sudah
mengatur pidana
korporasi.
- Beberapa model
petanggungjawaban
pidana korporasi ;
expanded
identification model,
vicarious liability
model, oganization
model, aggreration
model.
- Dalam UU Tipikor
tindak pidana
korporasi diatur
dalam ps 20.
- Tantangan APH
bagaimana
memidana
korporasi, karena
berbeda dengan
natural person.
Kekurangan dari APH
kia adalah
keberanian untuk
mencoba.
Perspektif Internasional
John Coyne, UNODC
-
-
-
Pemidaan Korporasi
sejalan degnan
UNCAC, OECD Antibribery convention,
Council of Europe
Convention on
corruption.
Di Inggris raya ;
Tidak perlu
membuktikan
kesalahan, tetapi
cukup membuktikan
korporasi tidak
mencegah terjadinya
tindak pidana
korporasi tersebut.
Pemerintah
mengambil peran
aktif dalam
perusahaan swasta
sehingga dapat
mematuhi peraturan
yang ada.
Di amerika ;
pemerintah
memberikan materimateri dan duduk
bersama membahas
bagaimana regulasiregulasi terkatit
upaya pencegahan
tindak pidana
korporasi.
-
Perusahan
didorong untuk
mematuhi
aturan yang ada.
-
Perusahan perlu
melakukan
training secara
berkala untuk
membangun
budaya anti
suap, penilaian
resiko potensi
korupsi,
identifikasi dan
memberikan
skema tindak
lanjut jika
ditemukan
indikasi korupsi.
Kesimpulan:
- Pemidanaan terhadap korporasi tentunya menimbulkan dampak yang
cukup besar dan memiliki tantangan besar dalam proses pembuktiannya,
namun demi keadilan,pertanggungjawaban pidana korporasi harus tetap
ditangani secara serius.
- Penyuapan dalam sektor bisnis oleh pemilik koorporasi kepada pejabat
publik merupakan kasus korupsi yang mayoritas ditangani oleh aparat
penegak hukum termasuk KPK.
- Praktek di negara lain telah membuktikan, bahwa pemidanaan terhadap
kooporasi telah diterapkan dengan payung hukum yang jelas.
- Bagi kooporasi (badan usaha swasta) demi menciptakan iklim usaha yang
bebas dari fraud dan korupsi diwajibkan untuk memperkuat compliance
program dengan menjalin kemitraan dengan Pemerintah.
Sesi 6: Tantangan dan Praktik Baik Dalam Membangun Integritas dalam
Pelaksanaan Proyek Pembangunan berdasarkan Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (PPP)
Nama Rapporteur
: Ratna (KPK), Angga (BPKM), Ardian (BKPM), Anita (Bapenas)
Ruangan
: Puri Ratna
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (13.00-15..30 WIB)
Moderator
: Yanuar Nugroho, Ph.D, Deputi II Bidang Kajian dan Pengelolaan Program
Prioritas, KSP
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Ir. Supardjono, MM /
Ketua Departemen
Monitoring dan
Pelaksanaan Kegiatan
Organisasi /
Gapeksindo
Main Findings
Kerjasama memberikan
kesempatan bagi sektor
swasta untuk berpartisipasi
dalam pembiayaan, desain,
konstruksi, operasional dan
pemeliharaan terhadap
proyek/program sektor
publik, dengan alasan
1. Keterbasan fiskal
pemerintah
2. Efisiensi dan transfer
resiko
Manfaat:
1. Membangun
infrastruktur tanpa
APBN
2. Menawarkan value of
money
3. Pemerintah masih
mengendalikan proyek
dan pelayanan
4. Peningkatan proses
manajemen konstruksi
dan fasilitas melalui
persaingan sehat
Bisnis KPS infrastruktur
terdiri dari
1. Solicited/Prioritas ,
proyek banyak diminati
Main Recommendations
Perlu menyempurnakan
kapasitas institusi –
institusional PPP, karena
belum dipahami sampai
tingkat daerah.
Untuk Kontrak Konsesi
berjangka panjang, harus ada
ketentuan jaminan
keberlangsungan usaha
terhadap investor bahwa
politik dan ekonomi tidak
akan mengganggu kontrak
konsesi.
Infrastruktur tidak bisa
dibingkai dengan aturan yang
rigid karena berkembang
setiap waktu, sesuai kemajuan
teknologi dan keuangan.
Dibutuhkan win win solution
terkait regulasi agar investor
dalam negeri merasa aman.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
(profitable), sehingga
muncul ‘kompetisi’
2. Bukan prioritas tp
ditawarkan ke calon
investor (ada effort lebih
teruatam dari finance,
regulasi)
Hambatan
1. Proses perundingan
panjang dan lambat
mengambil keputusan
(regulasi)
2. Kewenangan dan
pengambilan keputusan
tidak secara terpadu
(masing-masing merasa
punya kewenangan)
Regulasi belum berintegritas,
begitu juga dengan birokrasi
juga belum berintegritas.
Pengusaha merasa selalu
duduk di pihak bawah (selalu
salah)
Hendry Satriago/ CEO
General Electric
Indonesia
GE berupaya memastikan
good corporate governance
dijalankan dengan konsisten.
GE telah menerapkan ISO
31000 on integrity and
ethical values to support the
functioning of the system of
internal control.
GE bisinis utamanya di
bidang infrastruktur.
Integritas adalah value yang
tidak bisa dipisahkan.
Cara menilai integritas:
Do the right things – niatnya
Do the right things right
Oleh karena itu, dibutuhkan:
1. Pengetahuan.
Ada
Kekuatan dalam menjalankan
bisnis harus mempunyai
peluru yang banyak ,
diantaranya adalah kultur
integritas.
Membuat system manajemen
yang kuat di dalam
perusahaan untuk
membangun kultur integritas.
Kita harus punya proses
kulturisasi nilai2 integritas.
Dengan reward dan
punishment yang kuat.
2. Tiap kesalahan tidak ada
negosiasinya, siapapun dia.
(bila dapat dibuktikan).
Ada proses whistle blower
yang diperkenankan, bukan
atas dasar fitnah.
3. Proses pengingatan yang
tidak pernah berhenti
Implementasi system ini
susah sekali, bahkan
kehilangan potensi
pendapatan karena
integritas. Tapi ke depan
akan lebih untung lagi.
Kondisi membaik, Indonesia
melakukan banyak
perbaikan.
Kita berubah, tapi dunia juga
sudah berubah lebih baik
lagi. Jadi Indonesia masih
tertinggal jauh di belakang.
80% konsumen GE adalah
pemerintah.
Nafas harus panjang dan niat
harus kuat untuk
melaksanakan kultur
integritas.
Danang
Girindrawardana /
Ketua Kebijakan
Publik DPN / APINDO
Indikasi penyebab terjadinya
korupsi dan penyuapan :
1. Inkonsistensi kebijakan
publik
2. Delegasi kewenangan
strategik negara kepada
swasta
3. Sinergisitas implementasi
kewenangan perizinan
antara pusat dan daerah
Agar pelaku usaha tidak
terjebak dalam masalah
korupsi dan penyuapan :
1. Negara melibatkan
stakeholders dalam
pembuatan peraturan
2. Pemerintah konsisten
dalam kebijakan deregulasi
dan debirokratisasi
Ada
Tamba P. Hutapea,
Deputi Bidang
Perencanaan
Penanaman Modal,
BKPM
Adanya niatan stakeholders
untuk menyusun atau
menghindari kebijakan
publik yang menguntungkan
dirinya sendiri
3. Pemerintah konsisten
dalam menjalankan
reformasi birokrasi
Kalangan dunia usaha bersatu
dan menolak praktik-praktik
korupsi dan penyuapan
 Pembangunan infrastruktur
sebenarnya tanggung jawab
Pemerintah, namun swasta
dilibatkan karena APBN tidak
mencukupi.
 Swasta menuntut transparansi
sepanjang proses, mulai
perencanaan hingga konsesi.
 Business model PPP kurang jelas,
antara Pemerintah (Pusat dan
Daerah) serta swasta, termasuk
pembagian risiko.
 Yang telah dilakukan BKPM
dalam transparansi perizinan:
Penyederhanaan, sistem online
dan tracking, serta layanan 3
jam.
 Siapa yang sebenarnya
harus/berhak mengawasi proyek
investasi? Terjadi praktik
Kepolisian dan LSM yang
mengawasi izin proyek yang
bukan otoritas mereka.
Kemudahan berusaha juga
membutuhkan dukungan
Kepolisian dan Kejaksaan, seperti
Kemudahan Investasi Langsung
Konstruksi yang saat ini diterapkan
di 14 kawasan industri di 6 provinsi.
 Kepemilikan sangat dibatasi untuk
swasta (kurang menarik), perlu
relaksasi.
 Relaksasi kepemilikan sudah
dilakukan di sektor listrik tapi
belum di sektor lain.
 Untuk transparansi perizinan
diperlukan penyederhaan, sistem
online, serta inovasi
mempermudah pelayanan.
 Pemangku kepentingan perizinan
(Pusat dan Daerah) harus duduk
bersama untuk mencegah tumpang
tindih dan looping proses.
Praktik suap dalam perizinan bisa
melibatkan pihak ke-3 (misalnya
konsultan perizinan) yang
“memeras” perusahaan. Pimpinan
perusahaan perlu memahami dan
mengawasi proses di lapangan.
Kesimpulan:
 Indikator keberhasilan antikorupsi adalah baiknya praktik di lapangan, seperti dwelling time
singkat dan bisnis mudah, bukan (hanya) Corruption Perception Index.
 Rekomendasi perbaikan:
1. Struktural: Konsistensi dan penegakkan hukum serta reformasi birokrasi.
2. Aktor: Pemerintah dan swasta sepakat memperbaiki diri.
Modalitas: Sistem yang mendukung, media pelaporan, exchange forum antara pemangku
kebijakan (Pemerintah, BUMN, dan swasta).
Ada
Sesi 7: Praktik Suap Lintas Negara : Bagaimana Mendorong Kerjasama
Internasional
Nama Rapporteur
BKPM
: Any Susanti (KPK), R. Andita Primanti (KPK), Ardian Hanif Yulianto (BKPM), Adi
Ruangan
: Puri Ratna
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (09.00 – 12.00)
Nama
Pembicara/
Posisi, /Instansi
Chad Aston /
Federal Agent,
LO Jakarta /
Australian
Federal Police
Michael Solari /
Special Agent,
Proactive Global
Strategy / FBI
Main Findings
 AFP memiliki Fraud & AntiCorruption Centre yang berisi 12
lembaga pemerintah yang
bekerjasama untuk pemberantasan
korupsi. Melalui FAC Centre,
duplikasi penyelidikan terhadap
kasus dapat dihindari.
 AFP menyelidiki suap lintas negara
berdasarkan kewajiban
internasional (OECD Anti Bribery
Convention), pengaturan dalam
Criminal Code 1995, serta untuk
meningkatkan kerjasama dan posisi
strategis Australia dan perusahaanperusahaan Australia.
 International Foreign Bribery
Taskforce (IFBT) – satuan tugas
kerjasama apgakum di Amerika
Serikat, Kanada, Inggris dan
Australia.
 Kasus penyuapan paling banyak
berada di wilayah Asia Tenggara dan
di sektor pertambangan.
Main
Recommendations
 Perusahaan melakukan
self-reporting dan
bekerjasama dalam
investigasi penegakan
hukum.
 Meningkatkan
kerjasama antara
lembaga penegakan
hukum lintas negara,
termasuk dengan MLA
framework.
 Training dan kampanye
untuk meningkatkan
awareness pihak
swasta akan penegakan
hukum.
 Melaksanakan strategi
outreach untuk
meningkatkan
kesadaran terhadap
penyuapan lintas
negara.
 Mengkaji dan
memperbarui
peraturan.
Kunci FBI sukses
 Korupsi sektor publik adalah salah
internasional :
satu prioritas tertinggi FBI (nomor
4). Korupsi dapat memicu epidemi,
 Bekerjasama dengan
terorisme dan pelanggaran HAM
pemerintah lokal
yang kemudian menjadi ancaman
 Memperkuat kerjasama
terhadap US national security.
yang telah ada dan
meningkatkan
 FBI memiliki kewenangan melalui
Foreign Corrupt Practices Act (FCPA)
kerjasama dengan
untuk menyelidiki tidak hanya
pihak terkait lainnya
perusahaan US, tapi juga
 Melibatkan agen-agen
perusahaan asing yang terdaftar di
di Eropa, Asia, Afrika
bursa saham US atau bertransaksi
dan Amerika Selaran
melalui bank US/di wilayah US.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Ada
Irene Putri /
Jaksa Penuntut
Umum / KPK
 Korupsi menghambat investasi asing  Melakukan sharing
karena bukan masalah yang bisa
intelejen internasional
diselesaikan dengan uang semata,
 Melakukan kerjasama
dan akan berlipat ganda jika tidak
dengan swasta
dilakukan penegakan hukum.
(Pendekatan dengan
 FCPA juga mengatur pencegahan
pihak swasta untuk
korupsi lewat kewajiban bagi
mendukung compliance
perusahaan untuk memastikan
terhadap peraturan)
akurasi catatan keuangan serta
memiliki sistem pengendalian
internal.
 Pemberantasan korupsi sudah
banyak kemajuan. 10 tahun lalu,
suap masih diterima sebagai
komponen pengurang pajak di
banyak negara Eropa.
1) KPK dalam mewujudkan visi
- KPK berkomitmen
misinya dengan mengintegrasikan
melanjutkan dan
upaya pencegahan dan penindakan
meningkatkan kualitas
secara bersama dan beriringan.
hubungan kerjasama
2) Dalam kegiatan penyelidikan,
internasional antara
penyidikan dan penuntutan tindak
aparat penegak hukum
pidana korupsi KPK memiliki
di berbagai Negara
kewenangan penanganan kasus
dalam upaya
yang melibatkan Aparat Penegak
pengungkapan kasus
Hukum, Penyelenggara Negara dan
kroupsi dan TPPU yang
pihak lain yang terlibat dala tindak
lintas Negara.
pidana korupsi tersebut.
- KPK dengan
3) KPK melihat trend modus
mendasarkan pada
penyuapan yang terjadi, terdapat
pengalamanan
modus pejabat publik yang
penanganan kasus
menggunakan pengaruhnya dalam
yang berhasil dengan
proyek-proyek pemerintah dengan
menggunakan MLA
maksud untuk
dan kerjasama
memperkaya/menguntungkan diri
internasional baik
sendiri atau orang lain.
formal dan informal,
4) KPK mengklasifikasi para pihak yang
berkomitmen
terlibat dalam praktek korupsi di
melanjutkan sebagai
sektor bisnis yaitu : Pertama,
hubungan timbal balik
Orang-orang yang bekerjasama
dan hubungan baik.
dalam memenangkan suatu proyek
(rekayasa lelang), Pejabat Publik
yang menerima suap, dan pihak
ketiga yang turut serta dalam
praktek penyuapan/makelar.
5) Saat ini, pelaku Korupsi
menggunakan pihak ketiga dan
lembaga keuangan yang berada
diluar negeri untuk melakukan
pencucian uang, sehingga KPK
membutuhkan kerjasama
internasional dalam proses
Ada
6)
7)
8)
9)
pengungkapan kasus korupsi dan
TPPU.
Dalam kesempatan ini, terdapat
contoh kasus yang telah berhasil
ditangani oleh KPK dengan
menggunakan dukungan kerjasama
internasional antara Aparat
Penegak hukum baik melalui
mekanisme MLA maupun
kerjasama Bilateral yaitu Kasus
penyuapan kick-back yang
dilakukan oleh Emir Moeis dan
Kasus penyuapan/fee pyoyek
Innospect.
Dalam kegiatan Joint Operation,
hingga saat ini hukum nasional
Indonesia belum ada mekanisme
dan aturan tentang “sharing profit”
yang berasal dari asset –aset yang
telah dirampas. Secara aturan MLA
merupakan bentuk kerjasama
timbal balik dan mendasarkan
volunteer tanpa paksaan.
Selanjutnya dikedepannya, KPK
terus menerus mengembangkan
dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas kerjasama internasional
dalam penanganan kasus korupsi
dan TPPU dengan APH luar negeri
seperti Interpol, FBI, AFP, MACC
dan lembaga penegak hukum
lainnya
KPK memaparkan capaian
penanganan kasus korupsi hingga
bulan Mei 2016 dengan pelaku
penyelenggara Negara dari anggota
DPR, menteri, Gubernur, Direksi
BUMN hingga Kepala Daerah.
Penanganan kasus tersebut 100%
dapat disidangkan dan
mendapatkan putusan hukum yang
inkracht (100% conviction rate)
Kesimpulan :
Until menangani korupsi lintas batas negara, upaya-upaya yang perlu
dilaksanakan dan diperkuat adalah:
1. Kerjasama penegakan hukum agar para pelaku korupsi tidak punya
tempat untuk bersembunyi. Saat ini telah dilakukan antar aparat penegak
hukum melalui berbagai mekanisme, termasuk dengan mutual legal
assistance, hubungan bilateral, task force multilateral, serta pertukaran
informasi.
2. Kerjasama antara penegak hukum dengan sektor swasta, khususnya
dalam rangka pendidikan, membangun kesadaran bersama akan korupsi
lintas batas, mendorong kepatuhan terhadap aturan, maupun
bekerjasama membantu penegakan hukum. Pelibatan masyarakat
termasuk sektor swasta amat penting bagi tujuan untuk mengubah
budaya.
3. Upaya pencegahan di institusi pemerintah yang terkait tindak pidana
korupsi, yaitu lewat pengkajian sistem dan regulasi serta pelaksanaan
monitoring.
Sesi 8 : Membangun Integritas dan Pencegahan Korupsi di Sektor Kesehatan
Nama Rapporteur
(BKPM)
: Syahdu Winda (KPK), Arhemi Dutimarshelly (KPK), Hendra (BKPM), Arief
Ruangan
: Puri Ratna
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (13.15-15.30)
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Prof. Dr. dr. Nila
Djuwita F.
Moeloek, SpM,
Health Minister
Main Findings
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Diharapkan dengan adanya
program Keluarga Sehat tahun
2015-2019, khususnya dengan
adanya Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dapat
mengembalikan paradigma
masyarakat Indonesia untuk
menjaga kesehatan keluarga
Indonesia mengalami masalah
kesehatan yaitu triple burden,
yaitu meningkatnya kematian
akibat penyakit tidak menular,
masih tingginya penyakit
menular dan munculnya
kembali penyakit-penyakit yang
seharusnya sudah teratasi.
Penyakit Tidak Menular (PTM)
menjangkiti masyarakat untuk
semua golongan, status dan
umur, namun lebih banyak
muncul pada penduduk miskin
Proporsi Biaya Manfaat rumah
sakit tahun 2015 79,95% untuk
pelayanan rujukan
Klaim INA CBG’s di era JKN
paling banyak dikeluarkan
untuk penyakit Jantung yang
diderita oleh 905.223 penderita
dengan biaya klaim sebesar
6,9T diikuti oleh penyakit
Kanker dan Stroke
Salah satu permasalahan Vaksin
Imunisasi adalah banyak juga
beredar vaksin palsu di
masyarakat.
Titik Rawan Pelaksanaan
Anggaran Kemenkes digunakan
untuk Bansos 25 T
Dr. Spesialis cara
pembayarannya per Paket
Main Recommendations
1.
Dengan adanya program
penanggulangan PTM dapat
menjaga produktifitas
penduduk miskin sehingga bisa
mengurangi dampak
kemiskinan.
2. Peserta BPJS sudah > 170 juta
orang, sudah banyak fasilitas
kesehatan yang disediakan
oleh Negara
3. Anggaran Kesehatan sudah
dianggarkan sebesar 5,1% dari
APBN,namun alokasi dananya
juga diperuntukkan untuk
BKKBN, Badan POM, dsb.
4. Pemakaian anggaran
kesehatan 44% dari PBI
5. DAK Daerah lebih besar di
daerah
6. Pemanfaatan anggaran untuk
akreditasi dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan,
pengadaan Barang dan Jasa.
Namun, provider alat
kesehatan juga harus
diperiksa.
7. Ada program Rumah Desa
Sehat
8. Kinerja dari Pimpinan Daerah
dinilai dari Index Kesehatan
Keluarga.Kebijakan Lintas
Sektor
9. Kemenkes membangun tagline
SEHAT TANPA KORUPSI
10. Sudah ada peraturan anti
gratifikasi
11. Sudah banyak dokumen nota
kesepahaman dengan KPK,
BPKP, PPATK dan LPSK
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Niken
Ariati/Pengkaji/Dir
ektorat Litbang
KPK
9.
Menteri Kesehatan bangga
akan dokter muda yang mau
bertugas di daerah terpencil
1.
Dalam era JKN, Indonesia telah
mengalokasikan dana 3x lebih
besar untuk orang miskin
Berdasarkan hasil kajian KPK
tentang JKN pada tahun 2013
ditemukan potensi fraud yang
dilakukan pasien, BPJS Kes,
provider, industri farmasi
dalam bentuk sbb:
Bribe/Fee for services
Fraud in Procurement
Unethical marketing
Power Abuse
Fraud in Claim Reimbursment
Drugs embezzlement
Berdasarkan hasil kajian KPK
tentang tata kelola obat dalam
JKN tahun 2016 ditemukan
permasalahan al:
Ketidaksesuaian FORNAS dan
E-catalogue
Tidak Akuratnya Rencana
Kebutuhan Obat (RKO) Sebagai
Dasar Pengadaan E-Catalogue
Mekanisme Pengadaan Obat
Melalui E-Catalogue Belum
Optimal
Belum Ada Aturan Minimal
Kesesuaian FORNAS pada
Formularium RS/Daerah
Belum Optimalnya Monitoring
dan Evaluasi Terkait
Pengadaan Obat
Besarnya dana JKN yang
dikelola oleh BPJS Kesehatan
(meliputi dana kapitasi dan
klaim) tetapi sampai saat ini
masih belum jelas siapa yang
berwenang menangani jika
fraud kesehatan terjadi dan
bagaimana mekanisme
penanganannya.
2.






3.





4.
Program JKN melibatkan anggaran
dana lebih dari Rp40T dengan 165
juta peserta terdaftar sehingga
perlu terus dikawal dengan
melakukan pencegahan dan
penanganan fraud kesehatan. Hal
yang perlu dilakukan oleh instansi
terkait (Kemenkes, BPJS Kesehatan
dan penegak hukum):
1. Pembentukan satgas (KPK,
Kemkes, BPJS kes, penegak
hukum)  selanjutnya
menyusun rencana aksi dan
ruang lingkup kerja
2. Melakukan Data Analysis
(outlier)
3. Penguatan regulasi
(Permenkes, PP etc) khususnya
terkait sanksi
4. Penentuan agenda piloting
5. Penerapan sanksi (program
remedy, adm, perdata dan
pidana) secara bertahap dan
konsisten
Ada
Dr.med. Christiane
Fischer, MPH,
MEZIZ, I Pay My
Lunch
Dr. Lie Dharmawan
(Doctor Share)
1.
Kesehatan adalah hak asasi:
akses ke pelayanan
pengobatan dan kesehatan
adalah hak asasi, akses ke hasil
penelitian adalah hak asasi
2. Industri farmasi berusaha
untuk menjadi bagian dari
sistem kesehatan karena
sangat berperan dalam
melawan penyakit, dan
penelitian yang bermanfaat
bagi masyarakat. Tetapi
terdapat banyak masalah di
dalam industri masalah:
perusahaan farmasi adalah
sektor swasta yang mencari
profit di mana R&D lebih
didorong oleh keinginan pasar
dibandingkan dengan
kebutuhan
3. 3-10% biaya kesehatan tersiasia oleh kecurangan dan
korupsi
4. Contoh kecurangan: harga
obat yang margin
keuntungannya sangat tinggi,
pharma rep yang
mempengaruhi keputusan
resep dokter dengan
memberikan gratifikasi,
pendidikan medis yang
disponsori dan diarahkan oleh
perusahaan besar farmasi
1. Indonesia sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia
dengan populasi terbanyak ke-4
di dunia, merupakan anggota
G20 namun masih terdapat
jutaan penduduknya yang masih
berada di dalam kemiskinan
2. Kesenjangan sosial, di mana
terdapat gap yang besar antara
penduduk kaya dan miskin,
pembangunan infrasutruktur di
Indonesia bagian barat dengan
bagian timur (pulau-pulau luar),
termasuk dalam kesempatan
memperoleh fasilitas kesehatan
3. Pemerintah mengalami banyak
kesulitan dalam mendistribusikan
pelayanan kesehatan secara
merata
1.
2.
3.
Petugas kesehatan harus dapat
membedakan antara informasi
dan promosi
Pendidikan medis harus
dilakukan secara independen
Pentingnya penegakan sanksi
atas perilaku korupsi
1. Seluruh masyarakat
berpartisipasi untuk membantu
sesama warga negara sesuai
kapasitas masing-masing,
termasuk para tenaga medis
2. Organisasi kesehatan dapat
melakukan pelayanan medis
dengan mengirimkan tenagatenaga medis ke daerah terpencil
3. Doctor Share salah satunya
menggunakan Rumah Sakit
Apung (Floating Hospital) untuk
menjangkau masyarakat di
daerah terpencil (pulau-pulau
terluar) untuk memberikan
pelayanan medis
Ada
Kesimpulan:
1. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melibatkan anggaran yang besar (Rp40T pada 2014)
sehingga perlu dilakukan pengawalan berupa program pencegahan dan penanganan fraud
kesehatan, berupa: data analisis, penguatan regulasi (pengaturan mekanisme penanganan,
program remedy dan sanksi), pembentukan satgas (kemenkes, BPJS Kes dan penegak hukum) dan
penerapan sanksi yang konsisten terhadap fraud kesehatan
2. Law Enforcement/penegakan sanksi diperlukan dalam memperbaiki penyimpangan yang banyak
terjadi dalam kesehatan, tidak hanya dari sisi kementerian kesehatan tetapi juga dari sisi swasta
(provider alkes perusahaan farmasi, dll).
3. Untuk menghindari gratifikasi dan suap dalam dunia kesehatan, perlu dilakukan pencegahan dari
dini melalui sistem pendidikan medis yang independen serta edukasi kepada tenaga medis harus
tentang perbedaan antara promosi dengan informasi dari pihak swasta yang dapat mengakibatkan
konflik kepentingan.
Sesi 9 : Gratifikasi, Uang Pelicin dan Penyuapan: Dampak Penyuapan kepada
Bisnis dan Masyarakat
Nama Rapporteur
: Widyanto Eko (KPK), Rahmasari (KPK), Yohan (BKPM), Karin (Bappenas)
Ruangan
: Puri Agung Terrace
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (13.00 – 15.30 WIB)
Moderator
: Giri Suprapdiono, Direktur Gratifikasi KPK
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Basaria Panjaitan/ KPK Pemberian kepada pegawai
negeri/penyelenggara
Negara yang berhubungan
dengan jabatan/
wewenangnya tidak
diperbolehkan
Perlu upaya Pengendalian
praktik gratifikasi
Gunawan/ Siemens
Tekanan di dalam
perusahaan mendorong
terjadinya fraud
Reputasi perusahaan rusak
dan tidak boleh terlibat
dalam kontrak-kontrak
dengan world bank.
Perusahaan lain diharapkan
mengambil pelajaran.
Kualitas layanan publik, baik
standar prosedurnya, masih
buruk
Gratifikasi bukan budaya,
tetapi habit
Biaya produksi menjadi tidak
jelas karena di dalamnya
termasuk cost untuk uang
pelicin, suap, gratifikasi
Main Recommendations
Pegawai negeri menolak
penerimaan gratifikasi
yang berhubungan
dengan jabatan/
wewenangnya
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Pelaku usaha berhenti
memberikan gratifikasi/
uang pelicin kepada
pegawai negeri/
penyelenggara Negara
Perusahaan dapat
melakukan inisiatif
kepatuhan untuk
mencegah, mendeteksi
dan merespon
terjadinya pelanggaran
Perlu adanya aturan
yang jelas tentang
gratifikasi, sehingga ada
kepastian hukum bagi
para pelaku usaha
Zero tolerance terhadap
pelanggaran
Ada
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Biaya yang dikeluarkan
perusahaan tidak
memberikan nilai tambah
pada produk
Jika ada permintaan
terhadap facilitation
payment, Siemens akan
meminta dasar hukum
permintaan tersebut
Omar Lukman Harris/
GSK
Trust is a social license to
operate (GSK CEO)
Memastikan aktifitas
marketing dilakukan dengan
baik, tidak melanggar etika
pemasaran
Rusaknya reputasi
perusahaan, turunnya
penjualan
GSK merubah model bisnis
termasuk di dalamnya
adalah praktik marketing
Perubahan praktek
marketing
Meningkatkan pengawasan
internal
Meningkatnya partisipasi
dokter dalam penyebaran
informasi produk-produk
GSK secara sukarela
(voluntary)
Adanya perubahan pola pikir
pasien bahwa produk GSK
yang diresepkan oleh dokter
adalah produk yang
berkualitas.
Perubahan praktik bisnis
yang baik meningkatkan
keuntungan
perusahaan, tidak hanya
finansial tetapi
kepercayaan publik
Penggunaan teknologi
untuk meningkatkan
pengetahuan dokter
tentang produk-produk
GSK
Perlu merubah cara
berbisnis untuk
menciptakan
competitive advantage
Tidak
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Oentarto Wibowo/
DJBC
Main Findings
Kewenangan + Diskresi yang
besar berpotensi
disalahgunakan
Main Recommendations
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Perlu komitmen
bersama antara bea
cukai dengan pelaku
usaha
Ada
Dialog antara publik –
privat, untuk mengatasi
isu-isu yang harus
diselesaikan antara
pemerintah dan pelaku
usaha. Termasuk di
dalamnya adalah
reformasi kebijakan
publik yang terkait
dengan dunia usaha
Ada
Kepercayaan publik menjadi
salah satu tolak ukur kinerja
bea dan cukai
Adnan Topan Husodo
Fokus penguatan inisiatif
masyarakat sipil dalam
mencegah praktik gratifikasi
Sektor pengadaan barang
dan jasa merupakan area
yang rawan praktek suap
dan berdampak pada
kerugian Negara
Suap menyuap menimbulkan
persaingan bisnis yang tidak
sehat, monopoli
Selain itu juga berdampak
pada rendahnya kualitas
layanan publik
Proyek-proyek yang dibiayai
pemerintah tidak
sepenuhnya merespon
kebutuhan riil Masyarakat
Perencanaan pembangunan
pemerintah terganggu oleh
kepentingan pihakk-pihak
tertentu
Inefisiensi & kompetisi yang
tidak adil
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Pat Poitevin
Main Findings
Perlu merubah persepsi
bahwa semua bentuk
penyuapan adalah salah,
berapapun nilainya.
Penyuapan berdampak pada
hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan kontrak
Upaya pencegahan korupsi
juga dilakukan di berbagai
wilayah yurisdiksi seperti
Canada, Amerika Serikat,
Australia, sehingga ruang
gerak perusahaan yang
terlibat dalam kasus korupsi
terbatas
Main Recommendations
Perlunya teladan dari
pemimpin, yang
dituangkan dalam
kebijakan yang jelas dan
spesifik
Perlu transparansi dan
akuntabilitas untuk
membatasi ruang gerak
pelaku korupsi
Banyak contoh inisiatif
yang dapat diadopsi
oleh para pelaku usaha
dalam mewujudkan
praktik bisnis yang baik,
misalnya compliance
program
Perlu ada aksi bersama
agar upaya pencegahan
korupsi dapat dilakukan
dengan efektif
Kesimpulan:
Korupsi dapat merusak kepercayaan publik, bisnis yang tidak efisien dan kompetisi
yang tidak sehat serta diskriminatif. Perlu adanya aksi bersama antara pemerintah
dan pelaku usaha dalam pencegahan korupsi yang didukung oleh keteladanan
pemimpin yang kuat. Pemerintah maupun pelaku usaha dapat melakukan
berbagai inisiatif pencegahan korupsi secara individu maupun bersama-sama. Dan
diperlukan dialog antara pemerintah dan pelaku usaha agar upaya pencegahan
korupsi dilakukan dengan efektif dan berkelanjutan.
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Sesi 10 : Ketahanan Pangan
Nama Rapporteur
: Anis Wijayanti – KPK, Rahmasari – KPK, Adhi – BKPM, Karin - Bappenas
Moderator
: Taufik Ariyanto, SE, ME, Direktur Merger akuisisi, KPPU
Ruangan
: Puri Agung Terrace
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (15.45-17.00)
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
1. Munrokhim
Misanam
(Komisioner,
KPPU)
2. Luthfi Sukardi
(Direktorat
Penelitian dan
pengembanga
n, KPK)
Main Findings
Main
Recommendations

Kartel tidak bisa lepas dari
korupsi
 Masalah pangan
Kuota impor = problem
Permintaan > produksi dalam
negeri
Impor ≠ produksi dalam negeri
 Data tidak valid, keseimbangan
impor untuk pemenuhan
kebutuhan sulit diperoleh
 Kartel  Jumlah penyedia
sedikit, bersekongkol untuk
menyepakati harga tertentu
 Keuntungan tidak
semestinya/pemburu rente 
anti persaingan  salah satu
pintu masuk terjadinya
suap/korupsi
 Bisnis membutuhkan dukungan
kebijakan dari pemerintah yang
anti persaingan
 Regulasi yang tidak sempurna
menyebabkan adanya
monopoli  misal resep dokter
(dengan menyebut merek
tertentu)
Tata niaga daging sapi
 Proses penetapan dan
pembagian kuota tidak
transparan
 Peruntukan impor tidak jelas
 Persyaratan importir sapi hidup
dan daging tidak ketat
Tata niaga raskin


Kementan dan
Kemendag
bersama
meningkatkan
transparansi siklus
kebijakan
importasi
Membangun data
handal
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada

Pembagian raskin tidak tepat
sasaran
 Harga tebus lebih tinggi dari
pada seharusnya
 Indikasi suap kepada bulog dan
rekanan
 Rendahnya kualitas raskin
Tata Niaga komoditas pangan
 Aturan yang tidak jelas
 Disparitas harga lokal dan
komoditas impor
3. Helianti

Hilman (Javara 
Indigenous
Indonesia)



Perijinan menjadi momok UKM
Javara dimulai 2009 dengan 10
petani, saat ini 52rb petani dan
ekspor ke 19 negara di 4 benua
Zero tollerance terhadap bribery 
produk berbasis spiritualisme dan
kearifan lokal
Di Amerika : pendaftaran secara
online dan setelah keluar langsung
bisa beredar dan inspeksi akan
dilakukan sewaktu-waktu dalam 5
tahun
Hambatan
1) 3 hal  Program, regulasi
dan birokras
2) Kebijakan infrastruktur 
Bagaimana indonesia timur
mendapat akses listrik,
telekomunikasi dan
transportasi
3) Program merusak 
contoh di Flores cocoknya
ditanam sorgum,
dibuldoser untuk program
pemerintah
4) Kredit usaha rakyat  bank
meminta jaminan
5) Ekspor garam  SNI
indonesia harus yudiom,
padahal garam murni tidak
boleh ada yudiom.
6) Aturan PSAT  harus
didaftarkan kepada
Kementan 


Mengoptimalkan
peran kemenko
Perekonomian
dalam tata kelola
komoditas pangan
Membangun
mekanisme dan
kapasitas BULOG


Perbaikan
regulasi dan
kemudahan
ijin usaha
Perbaikan
program,
regulasi dan
birokrasi di
Pemerintah
sehingga tidak
menghambat
industri
restrukturisasi unit belum
terbentuk  dipersulit
4. Alamsyah
Saragih
(Anggota,
OmbudsmanR
I)


5. Justan
Siahaan,
Inspektorat
(Kementerian
Pertanian)


Banyak terjadi maladministrasi
karena kebijakan tidak kompatibel
dengan realitas sosial (faktor
fundamental)
1) Kekeliruan transisi :
perdagangan agro industri,
disisi lain impor pangan
2) Manajemen logistik tidak
pernah maju karena ada
BULOG : di satu sisi
mencari untung disisi lain
stabilitas harga
3) Data lemah (BPS dan
Kementan berbeda)





Beras ada 7 masalah:
1) Data tidak akurat, anggaran
berlebih tidak efisien
2) Pelibatan TNI harus
dibatasi pada wilayah
produksi bukan pada
penyerapan
3) Industri penggilingan
4) Kuaitas buruk beras
5) Peraturan pembatasan
impor
6) Raskin menggunakan
voucher
Negara kita negara anomali (ayam
produksi tinggi tapi harga juga
tinggi, negara bahari tapi terlambat
membuat kementerian kelautan,
negara agraris tapi jumlah
petaninya sedikit, peraturan
harusnya membela petani tapi
malah berpihak kepada pengusaha)
Studi efektivitas pengawasan



Ada
Perbaikan data
pertanian
Batasi peran
militer di
pembangunan
infrastruktur
pertanian
Lakukan audit
lanjutan pada
pupuk bersubsidi
Bantu
perbaikan/revital
iasi penggilingan
beras
Hitung kerugian
akibat tidak
dikenakan pajak
12 pabrik besar
(penggilingan
beras)
Pembenahan/pe
nataan kembali
peran BULOG
Pengaturan
kembali
kebijakan impor
Review ulang
kebijakan
voucher untuk
mengganti beras
raskin
 Membangun
integritas di
Kementerian
Pertanian
 Pengendalian
harus integral
dengan
kegiatan (dari
pimpinan


6. Dewi
Meilasari
(LPEM FEB-UI
(UKM
indonesia.OR
G)





 Masyarakat, tindak lanjut
segera setelah penyimpangan
 APIP, punya akses proses bisnis
Saat ini sudah swasembada dengan
stok 1.5jt ton
Saat terjadi konversi lahan sawah,
pemerintah daerah wajib
mengganti menurut UndangUndang;
Menurut BPS, terdapat 1jt unit
bergerak di pengolahan makanan
 menghasilkan nilai tambah
1,600T pada tahun 2010
Dari industri pangan, terdapat 46%
(mikro kecil) dan 54% (menengah
besar)
Produktivitas tahunan industri
skala menengah dan besar :
38M/th
Industri kecil mikro : 256jt/th
Rata-rata produktivitas industri
menengah besar kira-kira 168x
lebih tinggi dari industri kecil
menengah
Hasil dari masukan UKM salah
satunya Peraturan yang berubah
sehingga kesulitan untuk
melakukan pengurusan perizinan.

hingga
pegawai)
 Pelibatan
para pihak
dari
stakeholder
(pengguna,
dan penyedia
layanan)
 Membangun
tunas
integritas dan
satgas pungli
 Melaksanakan
deklarasi
program aksi
pencegahan
korupsi di
Kementerian
Pertanian
Saat ini sedang
dibangun portal
berbasis web
tentang informasi
pelayanan usaha
dan perijinan
khususnya untuk
UKM
http://beta.ukmindon
esia.org
Kesimpulan:
 Data pangan di Indonesia tidak valid dan banyak versi, sehingga pembuat
kebijakan kesulitan dalam menentukan data supply demand bahan pangan yang
berujung kepada penentuan kuota impor yang juga tidak berdasar;
 Menurut testimonial pelaku usaha : perizinan di Indonesia lebih sulit bahkan
dibandingkan dengan perizinan di eropa dan Amerika, sehingga menghambat



dunia usaha untuk meningkatkan produksi pangan dan pemasarannya di dalam
negeri
Contoh : pengurusan PSAT  15 bulan
Regulasi terkait perizinan usaha di Indonesia seringkali tidak “clear”, tumpang
tindih pusat dan daerah, sering berubah, “over regulated”, menimbulkan
ketidakpastian hukum dan ketidakpastian usaha;
Perubahan peraturan berpotensi menimbulkan praktek kartel dan korupsi, dan
korupsi patut diduga menciptakan mendapatkan rente untuk mendapatkan
keuntungan yang tidak semestinya;
Mal-administrasi di sektor pangan terjadi karena kebijakan tidak kompatibel
dengan realitas sosial (faktor fundamental)
1) Kekeliruan transisi : perdagangan agro industri vs impor pangan
2) Manajemen logistik : BULOG : keuntungan vs stabilitas harga
3) Data lemah/tidak valid (BPS vs Kementan berbeda)
Sesi 11 : Membangun Integritas dan Antikorupsi untuk UKM: Tantangan dan
Praktik Baik
Nama Rapporteur
: Rika Krisdianawati (KPK), Angga Nugraha Hafiz (BKPM), Putri Rahayu (KPK)
Ruangan
: Puri Agung Terrace
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (09.00 – 12.00)
Moderator
: Yasir Sani, Kemitraan
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Suparno, Inspektorat
Kementerian Koperasi
dan UKM
 Kementerian Koperasi dan
UKM telah mengeluarkan
bantuan untuk koperasi
senilai 4.6 T modal kecil,
sarana produksi,
pembangunan pasar
tradisional, dan pusat
pemasaran terpadu.
 Setelah Otda, pelaksana
Kop-UKM di bawah
Pemda. Fungsi
pengawasan Pusat
berkurang.
 LPDB adalah Satuan Kerja
dari Kemenkop UKM,
dengan status BLU.
Pegawai sebanyak 360
orang.
 Sampai dengan saat ini
telah lebih dari 5000
pelaku UKM koperasi yang
memanfaatkan Dana
Bergulir dengan dana yang
berputar 8T, pendapatan
LPDB sampai dengan saat
ini mencapai 1.3 T
 Status dana bergulir bukan
merupakan dana hibah
namun murni kredit,
sehingga dalam pemberian
kredit mengacu kepada
standar proses ISO 9001.
BLU LPDB menggunakan
mekanisme WBS
Kemenkop UKM untuk
menampung masukan
dan laporan dari
pengguna jasa BLU
Ada
Perlu dibuat kantor
perwakilan di daerah
untuk memudahkan
penyaluran dana
Ada
Kemas Daniel,
Direktur Utama
Lembaga Pengelola
Dana Bergulir (LPDB)
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
 Apabila kreditur wan
prestasi ditindaklanjuti
oleh Apgakum
 Belum ada program
pencegahan korupsi di
LPDB.
Retno Kristanti, Ikatan
Wanita Pengusaha
Indonesia
Mas Achmad Daniri,
KNKG Manual
Antisuap untuk UKM
 Pelaku korupsi perempuan
sd saat ini meningkat
 Tantangan dalam
melaksanakan sikap anti
korupsi adalah penurunan
omzet bahkan kehilangan
pekerjaan
 Banyak kebocoran dalam
alur ekonomi, karena
pendapatan dari usaha
ilegal biasanya tidak
dilaporkan pajaknya
sehingga underground
economy subur dan
pertumbuhan ekonomi
tidak diikuti dengan
pemerataan ekonomi.
 Keuntungan pencegahan
korupsi untuk UKM:
Keunggulan kompetitif,
penghematan biaya,
kepercayaan pegawai,
perlindungan hukum, dan
kerja sama dengan mitra
bisnis yang lebih besar.
Upaya pemerantasan
korupsi harus
dilaksanakan bersamasama/berjamaan dan
menyeluruh
Ada

Dalam mencegah
korupsi UMKM perlu
membuat:
1. Strategi Bisnis
jangka panjang serta
menjalin komunikasi
dengan komunitas
anti suap
2. Membuat panduan
dalam menjalankan
bisnis termasuk
didalamnya kode
etik bisnis dengan
stakeholders.
3. Dalam implementasi
UMKM harus
meningkatkan
penguasaan
prosedur,
konsistensi,
nmonitorinig dan
evaluasi yang
terukur.
Ada

Cara menghindari
korupsi bagi UKM:
Tingkatkan
pengetahuan, patuhi
panduan, lakukan
persiapan, sampaikan
pesan antikorupsi,
buat dokumentasi,
hindari calo, dan cari



Doris Becker, Principal
Advisor, Alliance for
integrity (AfIN)
Ruang lingkup bisnis yang
dilakukan oleh AfIN:
 Mendorong membangun
integritas di sektor swasta
baik perusahaan besar
maupun UKM
 Peningkatan kapasitas
kepatuhan perusahaan
 Program Pelatihan usaha
ke usaha
 Train the trainers, belajar
pada perusahaan
multinasional untuk
disebarluaskan kepada
usaha kecil
 Corruption prevention
training, mempromosikan
praktik bisnis yang bersih
dan berkompetisi dengan
adil
 Supporst desk, membantu
perusahaan kecil
mendapatkan informasi
dalam membangun
integritas di perusahaan
kecil



bantuan institusi
terkait.
Pemerintah perlu unit
GRC (Government Risk
and Compliance)
untuk memastikan
system yang dirancang
bisa berjalan dengan
baik dan WBS (Whistle
Blowing System).
Perusahaan perlu
menerapkan ISO
37001 untuk
mencegah korupsi
karena akan
berdampak baik untuk
bisnis.
Di LPDB agar dibangun
sistem pengawasan
terhadap internal
pegawainya.
Upaya pencegahan
Ada
korupsi, baik swasta
maupun pemerintah,
memerlukan
keteladanan
pimpinan selain
control diri sendiri.
WBS harus memiliki
mekanisme tindak
lanjut. Tanpanya,
system yang
dibangun akan siasia.
Mendorong dialog
antara pemerintah
dan swasta untuk
mempromosikan
lingkungan yang
mendukung
integritas
Robi Toni, Direktirat
Kepabeanan
Ditjen Bea dan Cukai
Kondisi yang tidak ideal:
 Jumlah dan kompetensi
SDM belum memadai
 Masuknya barang illegal
 Interaksi pengusaha dan
pengawas masih tinggi
 Tata laksana pelayanan
dan pengawasan masih
manual
 Risk management
dilakukan dengan tolak
ukur subyektif
 Pola pengawasan masih
berorientasi fisik
Strategi Perbaikan:
 Memberikan fasilitas
kepabeanan kepada
Pelaku UKM yang
membutuhkan
barang/bahan baku
impor tidak perlu
bayar biaya masuk,
berlaku th 2017
 Shifting metode
konvensional ke
modern
Kesimpulan:
 Lingkungan yang Koruptif mengganggu jalannya usaha UKM, namun banyak
juga UKM yang mampu bertahan dan sukses meskipun konsisten menolak
perilaku koruptif
 Kolaborasi dan kerjasama antara sektor pemerintah dan sektor swasta, tidak
terkecuali UMKM, penting dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang anti
korupsi .
 Pencegahan korupsi perlu dilakukan dengan menegakan etik, memperbaiki
tata kelola dan penegakan hukum.
Ada
Sesi 12 : Praktik dan Strategi Kepatuhan bagi Korporasi (Tantangan dan Praktik
Baik)
Judul Sesi
:
Nama Rapporteur
:
Ruangan
Sesi (Waktu)
Nama Moderator
:
:
:
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Wilson Ang,
Norton Fullbright,
Singapore
PRAKTIK DAN STRATEGI KEPATUHAN BAGI KORPORASI:
Tantangan dan Praktik Baik
1. Yulia Anastasia Fu’ada (Dit. PP LHKPN)
2. Rika Krisdianawati (Dit. PP LHKPN)
3. Angga (BKPM)
4. Krisna (Bappenas)
Puri Agung Terrace
Kamis, 17 November 2016 (Pkl. 13.15 – 15.00 WIB)
Dadang Trisasongko (Transparansi International)
Main Findings
1. Pemahaman serta konsep atas CCL
di setiap negara berbeda-beda
serta masih terdapat negara yang
belum mengenal konsep hukum
mengenai Tanggung Jawab Pidana
Korporasi, padahal perusahaan pun
bisa terkena tindakan hukum atas
pelanggaran/kejahatan yang
dilakukan oleh individu di
perusahaan tersebut.
2. Pengalaman Internasional: Hukum
mengenai Anti Suap di UK dan USA
yang berlaku lintas negara
sepanjang mengikat WN nya,
sebenarnya dapat memperkuat
mekanisme pencegahan dan
penindakan suap di sebuah negara.
Namun terdapat beberapa negara
justru menganggap bahwa
keberlakuan hukum tersebut
tidaklah terlau relevan.
3. Penerapan ISO370001
mengutamakan fungsi
kepemimpinan dan perbaikan
kinerja di masa yang akan datang.
Main Recommendations
1. Sektor swasta memerlukan
Sistem Kepatuhan untuk
mendukung kelancaran
operasional bisnis.
2. Perusahaan perlu untuk
menekankan manfaat
ekonomi apabila sistem
kepatuhan dapat diterapkan
secara konsisten.
3. Perlu dibuat saluran
pendampingan bagi entitas
bisnis yang menghadapi
kendala pada saat
membangun atau
menerapkan Sistem
Kepatuhan.
4. pendekatan prosecutorial
yang membidik pelaku
individu dan korporasi harus
mulai dipergunakan dalam
proses penegakan hukum.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Dwi Soetjipto,
Direktur Utama
Pertamina
Barayani Muskita,
Division Head of
Security Risk and
Compliance, TOTAL
1. Salah satu hal utama yang perlu
diperhatikan pada saat
membangun budaya perusahaan
adalah efisiensi. Sehingga
membangun sistem kepatuhan
perusahaan yang mendorong
terciptanya efisiensi menjadi
sangat penting.
2. Atas inisiatif dalam angka 1,
Pertamina dapat melakukan
penghematan anggaran sebesar
USD2,4 Miliar dan memperoleh
laba sebesar USD3 Miliar pada saat
diterapkan.
3. Masih banyak pelanggaran etika
yang ditemui di Pertamina,
walaupun perusahaan secara
praktik sudah menerapkan langkah
sistem kepatuhan, antara lain
pelaporan LHKPN bagi pegawai dan
juga Unit Pengelolaan Gratifikasi.
1. Membentuk prinsip-prinsip dasar
integritas perusahaan (antara lain
berkata jujur dan dapat
dipercaya)
2. Membangun media komunikasi
untuk menginternalisasi prinsipprinsip dasar integritas
perusahaan, diantaranya GCG
Mobile Learning, pengadopsian
pelaporan Gratifikasi Online,
pernyataan tidak tersangkut CoI
dan patuh kepada Code of
Conduct
Ada
1. TOTAL sudah pernah dikenakan
denda oleh Department of Justice
sebesar USD 15millions
dikarenakan adanya dugaan
persekongkolan untuk melanggar
ketentuan anti penyuapan dalam
FCPA dan pelanggaran atas
pengawasan internal serta
ketentuan pencatatan
sebagaimana diwajibkan oleh
FCPA.
2. TOTAL Indonesia adalah satusatunya cabang perusahaan yang
sangat berkomitmen dalam
pembangunan sistem kepatuhan.
3. Penerapan Sistem Kepatuhan di
perusahaan multinasional di
Indonesia terkadang terhambat
apabila sistem tersebut ditangani
oleh SDM Kepatuhan yang tidak
memahami nilai budaya atau
kebiasan yang berlaku di
Indonesia.
1. TOTAL membangun sistem
kepatuhan dengan berlandaskan
pada prinsip-prinsip nilai dasar
perusahaan serta memperkuat
sistem itu sendiri dengan
mempertimbangkan nilai-nilai
budaya Indonesia.
2. TOTAL membentuk saluran
komunikasi yang direct ke
Direktur Utama TOTAL. Hal ini
merupakan langkah TOTAL untuk
mengantisipasi terhambatnya
tindak lanjut atas suatu temuan.
3. Pemberian pemahaman kepada
pegawai TOTAL mengenai
konsep penyuapan, salah satunya
melalui Compliance Mentorship
Program.Dengan demikian
persepsi pegawai TOTAL untuk
menolak pemberian/penerimaan
suap dapat terbentuk.
Ada
 Heru Prasetyo, Ketua
Dewan Pembina,
Indonesia Business
Link
Banyak strategi pencegahan yang
disusun tanpa mengidentifikasi akar
permasalahan utama. Hal ini
menyebakan tidak maksimalnya sistem
kepatuhan dalam rangka pencegahan.
Perlu diadakannya Indonesia
Integritty Initiatives Portal, yaitu
sebuah forum bagi pelaku sektor
bisnis dalam menerapkan sistem anti
korupsi.
Ada
Patrice
Senior Investigator
Canadian Police
1. Secara umum, banyak perusahaan
yang memberikan toleransi atas
tindakan perusahaan yang
sebenarkan secara konsep dapat
dikenakan tanggung jawab pidana.
Hal ini dapat dianggap sebagai
sebuah pembiaran atas kelalaian.
2. Banyak perusahaan yang sudah
memiliki sistem kepatuhan yang
bagus, namun tidak maksimal
dalam implementasinya.
3. Masih banyak ditemui sistem
kepatuhan yang belum bisa
mengidentifikasi siapa yang
menjadi directing minds dalam hal
terjadinya sebuah penyimpangan.
1.
Tidak Ada
2.
Perusahaan perlu membangun
dan mengembangkan sistem
kepatuhan untuk mendukung
kelancaran operasional dan juga
sebagai alat untuk melindungi
diri sendiri dari tindakan
koruptif.
Aparat Penegak Hukum juga
dapat merujuk pada sistem
kepatuhan yang berlaku di
sebuah Perusahaan untuk dapat
melacak Directing Minds pada
saat melakukan investigasi
untuk menentukan apakah
perusahaan tersebut dapat
dikenakan.
Kesimpulan:
Saat ini telah terjadi perkembangan konsep pengenaan tanggung jawab pidana, yaitu perusahaan
sebagai entitas bisnis juga dapat dikenakan pertanggungjawaban pidana atas suatu penyimpangan yang
dilakukan oleh individu di perusahan tersebut. Oleh karena itu, Perusahaan perlu untuk membangun
atau mengembangkan Sistem Kepatuhan serta menginternalisasikannya kepada seluruh individu.
Sistem kepatuhan yang baik selain dapat dijadikan rujukan oleh Aparat Penegak Hukum untuk
menentukan apakah perusahaan juga bisa dikenakan tanggung jawab pidana saat terdapat
penyimpangan yang dilakukan oleh individu perusahaan tersebut, juga merupakan nilai tambah bagi
perusahaan. Misalnya dalam lelang pekerjaan/proyek, ada tidaknya sistem kepatuhan dapat dijadikan
salah satu syarat bagi peserta lelang.
Sesi 13 : Peran Pemerintah Pelaku Usaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat
dalam Membangun Budaya Antikorupsi
Nama Rapporteur
: Farid Andhika (KPK), Anis Wijayanti (KPK), Hendra (BKPM), Roka (Bappenas)
Ruangan
: Candi Prambanan
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (13.00 – 15.30 WIB)
Moderator
: Yudi Purnomo, KPK
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Avin Lie,
Ombudsman
Main Findings
Main Recommendations
 Pemberantasan korupsi
membutuhkan asosiasi untuk
mengarahkan anggotanya
 Badan Karantina di Tanjung
Mas, sudah mengenakan
pungli sejak tahun 2012
dengan mengenakan tarif
yang lebih besar dari aturan
yang ada
 Adanya perusahaan yang
ditunjuka okeh Barantan
untuk mengurus
ekspor/impor
 Akhirnya Ka. Barantan
ditangkap dan diadili serta di
 Adili selama 4 tahun 6 bulan
 Ketidakjelasan aturan
membuka penyimpangan
dalam tata laksana
 Diskresi yang terlalu luas
cenderung disalahgunakan
 Perilaku sewenang-wenang
menjadi contoh untuk anak
buahnya
 Lemahnya pengawasan
internal memberi peluang
penyalahgunaan wewenang
 Respon dan penegak hukum
simpatik,
 Kekhawatiran dari pengusaha
untuk melapor akan diperas,
atau sulit dan repotnya
proses hukum yang berjalan
 Diperlukan komitmen
pengguna pelayanan
publik untuk tidak
memberi peluang korupsi
 Pengguna pelayanan
publik perlu tau hak dan
kewajibannya
 Asosiasi perlu memberikan
pembinaan agar
anggotanya tidak terkena
kasus korupsi
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Maryati Abdullah,
Publish What You
Pay
Dr. Ir. Imam
Santoso
Dimas Adityo,
IPMG
 Maladministrasi pintu masuk
menuju korupsi
 Korupsi berawal dari
inefisiensi
 Korupsi menghambat
pertumbuhan ekonomi,
pembangunan dan
kemiskinan
 Jika korupsi terjadi maka
harga barang akan menjadi
tinggi
 Pentingnya transparansi dari
setiap proses bisnis
 11.000 izin sejak 2009 masih
sisa 3.600 yang belum clean n
clear
 Korupsi sudah membudaya
jika diterjemahkan karena
sudah menjadi bagian hidup
dari masyarakat
 Dari sisi swasta ada
keterpaksaan (tersandera),
karena jika tidak ikut dalam
arus maka bisnis tidak
berjalan
 Korupsi sudah dimulai sejak
perumusan kebijakan,
pengesahan peraturan,
hingga pelaksanaannya
 GPS (Gratifikasi Pungli Suap)
juga terjadi di pengawasan
 GPS membuat bisnis menjadi
mahal, yang dampaknya akan
langsung dirasakan oleh
masyarakat
 Industri farmasi sedang
mendapatkan sorotan dari
media
 Industri farmasi unik karena
konsumen bukan yang
memutuskan melainkan
dokter, berbeda dengan
produk sabun atau odol

 Anti korupsi harus
dikreasikan/dituntut dari
luar (masyarakat)
 Masyarakat ikut
berpartisipasi aktif dalam
collective action
 Social audit harus
dikembangkan, karena
dalam bisnis, etika lebih
tinggi dari hukum
 Sudah dibangun aplikasi
open mining berbasis
android yang terintegrasi
dengan Lapor milik
ombudsman dan juga KSP
 Penyempurnaan regulasi,
karena banyaknya
tumpang tindih aturan
 Membangun sistem
pengaduan
 Membangun transparansi
agar tidak menjamurnya
NGO di semua sisi
 Komitmen dan
keteladanan sangta
diperlukan baik di
Pemerintahan dan juga
pelaku bisnis
 Merubah paradigma untuk
memumudahkan/menyed
erhanakan segala sesuatu
bukan mempersulit
 Dokter, apoteker dan
tenaga kesehatan harus
independen
mengutamakan
kepentingan pasien bukan
industri farmasi
 Menegakkan konsep anti
korupsi dalam
memasarkan produkproduk farmasi
 Untuk menghubungi dan
sponsorship bagi PNS
harus melalui institusi
tempat dokter bekerja
sedangkan swasta
langsung
Kesimpulan:
 Korupsi menyebabkan “high cost economy” yang mana dampaknya langsung
dirasakan oleh masyarakat, dan korupsi sudah terjadi sejak perencaan, pengesahan
hingga pelaksanaan peraturan.
 Melakukan penyederhanaan peraturan dan juga prosedur yang memudahkan
penggun layanan dalam menjalankan setiap prosedur atau aturan yang berlaku.
 Membangun transparansi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga masyarakat juga
dapat memonitor pelaksanaan peraturan, serta membangun sebuah sistem
pengaduang yang baik, yang dapat memberikan informasi tindak lanjutnya kepada
pelapor.
 Diperlukan peran serta aktif dari masyarakat untuk bersama-sama mengawasi
akan pelaksanaan peraturan yang ada, dan berani untuk melaporkan kepada pihak
yang berwenang jika terjadi mal administrasi ataupun praktik-praktik korupsi.
Sesi 14 : Peran Komunitas dan Perusahaan dalam Pencegahan Korupsi dalam
CSR
Nama Rapporteur
: Farid Andhika (KPK)
Roka Pratama (Bappenas)
Ardian (BKPM)
Ruangan
: Candi Prambanan
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (15.45 – 17.00 WIB)
Moderator
: Mas Ahmad Damiri, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Danny Pomanto,
Walikota
Makassar
 Pada saat menjabat walikota
shock, karena dihari pertama
mendapat nilai merah dari
program SIPS-CIDA
 Pemerintah tidak pernah
menyediakan dana untuk
audit sosial, yang mana
berguna untuk melihat
kondisi secara nyata
Mulyadi, YKPM
 Audit sosial pada dasarnya
bukan untuk menjatuhkan
program Pemerintah
 Audit sosial bertujuan untuk
melihat progress yang
dilakukan Pemda dan juga
Perusahaan dalam
penggunaan dana CSR
 Audit sosial bukan
merupakan metode tetapi
gerakan, untuk memastikan
kinerja dari Pemda terhadap
dana CSR sesuai dengan
aturan yang berlaku
 Membangun trust dengan
transparansi dan juga
melibatkan masyarakat
untuk meningkatkan
integritas
 Penting membangun brain
& cell dari sebuah Kota,
mulai dari Walikota dan
juga perangkat daerah
sbagai brain, dan
masyarakat sebagai cell
 Membuat rapor publik,
rapor camat dan juga
rapor walikota, untuk
melibatkan masyarakat
unutk berperan aktif
 Audit sosial diperlukan
untuk mengontrol pemda
itu sendiri
 Melakukan audit sosial,
yang melibatkan
masyarakat untuk
mengawasi pemkot
khususnya pendidikan
gratis dan kesehatan gratis
 Audit sosial yang
dilakukan tidak hanya dari
sisi program pelaksanaan
tetapi juga dari sisi
keuangan
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Tidak
Ada
Wandy N.
Tuturoong, KSP
 Audit sosial di perusahaan
sangat berguna untuk
mendorong perusahaan agar
lebih diterima di masyarakat
dan publik
 Ada perusahaan besar di
Sulsel dana CSR tidak
digunakan untuk membangun
kesejahteraan masyarakat
tetapi membangun lapangan
tenis untuk bupati dan juga
pendanaan bagi aparat
hukum
 Ada CSR perusahaan yang
melakukan pembangun
dengan tidak melihat
kepentingan masyarakat,
sehingga dampaknya tidak
dirasakan oleh masyarakat
 Stakeholder utama dalam
CSR, perusahaan, masyarakat
dan Pemda
 CSR dapat dilihat sebagai
peluang sebagai perbaikan
pelayanan publik, dan juga
ancaman
 CSR seharusnya dapat
mendorong peran anti
korupsi, dengan bekerjasama
dengan masyarakat untuk
bersama-sama
 CSR di indonesia masih ada
yang bersifat primitif,
meskipun ada CSR dar
perusahaan yang berjalan
sangat baik
 CSR justru berpotensi korupsi
dengan memberikan donasi
politik, salah satunya ketika
akan dilaksanakannya pilkada
 Dari bargaining yang menjadi
keuntungan dari CSR ini juga
berpotensi terjadinya praktik
korupsi karena dengan
bargain ini perusahaan akan
dapat membuka akses dan
 Dengan CSR perusahaan
dapat mendapatkan 3
keuntungan, reputasi,
hubungan baik, dan juga
bargaining
 Pendeketan keroyokan
dengan menggunakan
semua sumber daya dapat
membangun sebuah
sistem pengawasan yang
baik
 mendorong sektor swasta
untuk lebih terlibat dalam
pencegahan korupsi,
khususnya melalui
tatakelola CSR yang baik
berdasarkan pengalaman
dibanyak negara
 Kita perlu mempelajari
model/skema seperti apa
yang efektif untuk
dijalankan di negaranegara lain. Lalu melihat
kemungkinan
penerapannya di dalam
negeri
 mendorong program
reformasi hukum dimana
Ada
juga memiliki perngaruh
terhadap penguasa
 Dari data TII ada sekitar 64%
dari perusahaan di negara
berkembang yang tidak
memiliki transparansi dalam
pendaan politik
Sinta Kaniawati,
GM Unilever
Foundation
 Bisnis tidak semata mencari
profit tetapi juga memiliki
misi sosial
 Unilever memiliki 4 values,
integrity, responsibility,
respect, pioneering
 Rendahnya kesadaran
masyarakat terkait
kesehatan, sehingga CSR
dapat masuk ke sektor ini
 Tidak mudah membangun
trust dengan masyarakat,
karena mindset bahwa bisnis
hanya berorientasi bisnis







salah satu yang baru-baru
ini diinisiasi adalah soal
pemberantasan Pungli.
Kiranya, inisiatif ini bisa
jadi pintu masuk bagi
berbagai pihak untuk
menemukan metode yang
tepat dalam melibatkan
sektor swasta dalam
upaya pemberantasan
korupsi
Hubungan timbal balik
dengan masyarakat harus
dipupuk untuk
berkomitmen bersama
Menggali potensi dan
mengikat komitmen serta
mendorong tumbuhnya
kemitraan dengan
masyarakan untuk
menjalankan
Unilever menjalankan
bank sampah untuk
mengubah mindset bahwa
sampah bisa dimanfaatkan
kembali dan dapat
menghasilkan
Meningkatkan taraf
kehidupan dengan
membina petani kedelai
hitam, di 15 kabupaten
dengan melibatkan 9.000
petani
Mendirikan sekolah petani
pada tahun 2009 untuk
memberikan edukasi
kepada para petani demi
meningkatkan kompetensi
dari petani
CSR tidak dikerjakan
sendiri, melainkan
bekerjasama dengan NGO
dan juga akademisi
CSR tidak memberikan
uang secara langsung
Ada
Alison Taylor, BSR
 Perlu melindungi perusahaan
dari resiko, setidaknya
dengan menjalankan langkahlangkah yang sesuai dengan
aturan, karena masih banyak
perusahaan yang melakukan
suap dan praktik-praktik
korupsi dalam menjalankan
bisnisnya
 Tidak selamanya CSR dari
perusahaan berjalan dengan
baik, karena program dari
CSR yang tidak memenuhi
apa yang menjadi keinginan
masyarakat
 Kesulitan membangun
kepercayaan dan komunikasi
dengan masyarakat
 Perlu difikirkan
membangun etika bisnis
yang melibatkan
masyarakat
 Perusahaan harus
memikirkan bagaimana
bekerja sama dengan
masyarakat dengan tujuan
tidak hanya untuk
kepentingan perusahaan,
tetapi juga membangun
sesuatu yang dirasakan
oleh mayarakat
 Stakeholder engagement
perlu dikembangkan,
karena dari sini kita dapat
mengetahui apa yang
diinginkan, dibutuhkan,
dipikirkan dan diharapkan
oleh masyarakat
 Perlu meningkatkan
mendengar dan
berkomunikasi dengan
baik kepada masyarakat,
karena kita tidak dapat
memastikan apa yang
masyarakat fikirkan
tentang perusahaan
Kesimpulan:
 Ada 3 komponen terpenting dalam menjalankan CSR, Perusahaan, Masyarakat dan
Pemerintah Daerah
 Dalam menjalankan CSR perusahaan harus dapat membangun komunikasi yang baik
untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat agar CSR dapat berjalan dengan
baik
 Selain membawa kebaikan, CSR juga berpotensi meningkatkan praktik korupsi,
dengan melakukan pendanaan politik kepada calon kepala daerah, hal ini didukung
dengan data TII bahwa 64% perusahaan di negara berkembang tidak memiliki
transparansi dalam pendanaan politik
 CSR harus banyak mendengar dan berkomunikasi dengan masyarakat untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini juga dapat memastikan
agar penerima CSR adalah mereka yang memang mebutuhkan
 Selain masyarakat CSR dapat melibatkan pemerintah daerah, sehingga CSR tidak
berjalan sendiri tetapi bersinergi antara CSR perusahaan, kebutuhan masyarakat
dan juga program dari pemerintah daerah
 CSR mestinya dapat mendorong pencegahan anti korupsi dengan menjalankan good
governence, good regulation, dan kerjasama dengan masyarakat sipil, dengan
pendekatan collective action dan transparansi
Ada
Sesi 15 : Korupsi, Bisnis dan Politik (Tantangan dan Solusi)
Nama Rapporteur
: Ratna (KPK), Winda (KPK), Hendra (BKPM), Roka (Bappenas)
Ruangan
: Candi Prambanan
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (09.00-12.00)
Moderator
: Gandjar Laksamana Bonaprata/Pengajar UI
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Denni Puspa
Purbasari/Staf/KSP
1. Perekonomian tanpa
pemerintah  usaha/bisnis
muncul dalam beragam skala
akan berkompetisi
memperebutkan sumber daya
untuk berproduksi sekaligus
pasar. Maka diantara kapitalis
akan bersaing, berusaha
mencari profit utk ttp survive
untuk mengambalikan modal
dan bertahan.
2. Bila tidak ada keuntungan bisnis
akan mati, sehingga gesekan
bahkan kekerasan akan terjadi
diantar pebisnis, antara pebisnis
dengan masyarakat, dan
diantara masyarakat  tapi
tidak ada korupsi di masyarakat.
3. Terjadinya banyak gesekan
tersebut maka masyarakat
bersepakat membentuk
pemerintah untuk mengatur
masyarakat supaya kehidupan
lebih baik. Pemerintah diberikan
kewenangan untuk mengatur,
memaksa, dan menghukum.
Sejak inilah korupsi muncul.
4. Menghadapi lingkungan yang
korup, pengusaha memiliki 2
pilihan yaitu
 Menyuap supaya regulator
bersahabat dengan usaha
mereka
 Mereka keluar karena tidak
mau menyuap.
 Institusi yang baik
harus dibangun dan
tumbuh dari dalam
masyarakat sendiri
(homegrown). Institusi
yang paling penting dlm
hal ini adl institusi
politik, birokrasi, dan
hukum.
 Perlu dilakukan
perbaikan SDM, namun
on top dari itu adl civil
society nya yang turut
mencerdaskan publik,
meningkatkan
transparansi,
membangun kolaborasi
yang baik sebagai
kelompik penekan yg
efektif.
 Cara mengurangi
korupsi dengan
mengecilkan ukuran
pemerintah (tdk bnyk
aturan, tdk banyk org,
tdk bnyk badan) 
deregulasi, debirokrasi,
reformasi birokrasi dan
konsolidasi.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Tidak ada
Perusahaan yg memiliki fix cost
susah keluar, contoh mining,
infrstruktur.
5. Bisnis yang jahat akan berusaha
mengajukan kandidatnya untuk
masuk dalam pemerintah,
mengusulkan kewenangan2
tertentu dan memesan
kebijakan2 yang
menguntungkan mereka.
6. Bersatunya kekuatan ekonomi
dan politik dlm satu tangan bisa
membawa ekuilibrium yang
buruk.
7. Korupsi terjadi krn setiap aktor
yang terlibat memiliki persepsi
bahwa keuntungan dari
melakukan korupsi lebih besar
daripada biayanya
Vera Kobalia,
(Mantan Menteri
Ekonomi dan
Pembangunan
Berkelanjutan
Georgia)

Georgia telah berhasil berada di
posisi 8 dari sebelumnya
peringkat 112 dalam
kemudahan bisnis (survei WB)
 Georgia pada Nov 2003
melakukan revolusi yang
berdampak pada peningkatan
GDP (dari 2150 -> 7250 USD)
dan pengurangan korupsi
Tantangan dalam melakukan
reformasi adalah: krisis yang terjadi
dan 85% reformasi terjadi dalam 15
bulan pertama pemerintahan
Strategi yang dilakukan
Georgia untuk mencapai
perbaikan tersebut:
1. Political will dan
membangun
kredibilitas (salah
satunya dengan
melakukan reformasi
pada kepolisian)
2. Sanksi pada korupsi
dan perekrutan staf
baru (melalui
debirokrasi
(downsized dan
peningkatan gaji) dan
deregulasi
(pengurangan jumlah
ijin)
3. Adopsi pengalaman
praktik baik
international dengan
penyesuaian pada
kondisi lokal
4. Layanan publik dalam
satu atap
Ada
Saran perbaikan untuk
reformasi di Indonesia
sehingga dapat masuk ke
top 40 kemudahan
berbisnis - WB:
1. Membangun kerangka
akuntabilitas dan
kewenangan
2. Penyederhanaan dan
perampingan proses
perijinan
3. Bekerja dengan
indikator
Kevin Evans,
Kemitraan

Syarifuddin
Sudding/ Wakil
Ketua MKD/DPR RI
 Ada
keprihatinan
dalam  Sumber
permasalahan Ada
permasalahan korupsi yang sudah
ada di anggaran dalam
terstuktur, sistemik, dan masif.
DPR yang bersumber dari
dana
optimalisasi.
 Melibatkan 3 pihak ketika terjadi
Sehingga badan anggaran
korupsi
yaitu
pengusaha,
harus dievaluasi terkait
penguasa, dan politisi.
penjatahan tiap anggota
 Menyangkut pengadaan barang
dan jasa dan system penganggaran  Kalau ada keseriusan
untuk memberantas kita
kita saat ini ada ketergantungan
perhatikan dulu akar
kepentingan pengusaha, penguasa,
masalahnya.
dan politisi.
 Sistem penganggaran banyak
melibatkan para politisi, penguasa,
dan pengusaha sehingga ada
kepentingan yang bermain yang
Persepsi: Telah terjadi
peningkatan CPI Indonesia dari
tahun 1998-2013
 Fakta: Indonesia masih paling
tinggi dalam memberikan suap
dibandingkan rata-rata negara
ASEAN (Global Barometer)
Politik merupakan bidang yang
rawan sehingga tokoh politik sangat
rentan untuk terjerat kasus korupsi
Perlu dilakukan perbaikan
sistem/pencegahan
meskipun pendekatan ini
tidak seksi dan
membosankan, melalui
perbaikan sistem integritas
politik yang mencakup poin
pengaturan:
 Dana kampanye
 Pendanaan partai
politik
 Deregulasi kampanye
 Debirokrasi
persyaratan
Menolak kriminalisasi
politik
Ada
Fadli Zon/
GOPAC/DPR
membuka
ruang
dan
penyalahgunaan kekuasaan.
 Sumber permasalahan ada di
anggaran dalam DPR yang
bersumber dari dana optimalisasi.
Sehingga badan anggaran harus
dievaluasi terkait penjatahan tiap
anggota
 Kalau ada keseriusan untuk
memberantas kita perhatikan dulu
akar masalahnya.
 Tantangannya adalah system
penganggaran yang dimainkan
oleh pihak politisi, penguasa, dan
pengusaha untuk kepentingan
masing-masing.
 Biaya politik sangat tinggi sehingga
para kepala daerah yang mau maju
pilkada membutuhkan uang yang
sangat banyak
 Ini menjadi perhatian kita semua,
korupsi adalah kejahatan manusia
yang dinikmati oleh kepentingankepentingan pribadi bukan untuk
rakyat.
4. Demokrasi menciptakan sistem
pemerintahan yang stabil dan
transparan, namun juga dapat
menimbulkan high cost political
procedures dalam hubungannya
dengan pelaksanaan direct
election
5. Political Corruption berkaitan
dengan cara-cara partai politik
mendanai kegiatannya, yang
merupakan jenis korupsi yang
rentan terjadi di negara demokrasi
6. Sumber pendanaan partai politik
berasal dari a) iuran keanggotaan,
b) donasi eksternal, dan c) subsidi
dari negara.
Pendanaan yang bersumber donasi
berisiko meningkatkan dependency
partai politik
4. Meningkatkan subsidi
negara ke partai politik
(political financing)
5. Partai Politik lebih giat
mencari sumber
pendanaan alternatif,
seperti party own
business
6. Reformasi Partai Politik,
yaitu dengan
meningkatkan
manajemen keuangan
partai (transparan dan
akuntabilitas)
7. Meningkatkan
keterlibatan swasta
dalam pemberantasan
korupsi
8. Meningkatkan
keterlibatan seluruh
institusi dan masyarakat
Ada
untuk kesadaran
pemberantasan kosupsi
9. GOPAC, jaringan
internasional organisasi
parlemen yang
mendedikasikan tujuan
organisasi untuk
memberantas korupsi
dan meningkatkan good
governance melalui
fasilitasi teknis dan
training kepada anggota
parlemen
Kesimpulan:
 Institusi yang baik harus dibangun dan tumbuh dari dalam masyarakat sendiri
(homegrown) dengan perbaikan SDM, namun on top dari itu adl civil society nya yang
harus turut mencerdaskan publik, meningkatkan transparansi, membangun
kolaborasi yang baik sebagai kelompik penekan yg efektif.
 Indonesia perlu melakukan perbaikan dalam reformasi layanan publik, kemudahan
berbisnis, dan perbaikan integritas politik dengan melakukan deregulasi, debirokrasi,
reformasi birokrasi dan konsolidasi serta menyusun indikator keberhasilan yang
spesifik sehingga dapat dijadikan evaluasi penyusunan kebijakan.
 Pentingnya rule tentang political financing oleh negara dan masyarakat sebagai salah
satu cara untuk meminimalisasi terjadinya korupsi politik
Judul Sesi 16 : Membangun Integritas dan ANtikorupsi dalam Pengadaan Barang
dan Jasa
Nama Rapporteur
: Elih Dalilah (KPK), Anis Wijayanti (KPK), Yohan (BKPM), Tengku Puspita Sari
(BKPM)
Ruangan
: Candi Prambanan
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (13.15 – 15.30)
Nama
Pembicara/
Posisi,
/Instansi
Dr. Agus
Prabowo,
Kepala LKPP
Main Findings
Main Recommendations
Penyebabnya korupsi pada PBJ hanya
2, niat dan kesempatan.
Agenda perubahan/transformasi
:
- Paket lelang harus
dikonsolidasi, seperti
Pemprov DKI
- Harga beli dengan
menggunakan harga
pasar
- Lelang akan digerakkan
kepada managerial dan
strategic
- Kontrak pendek menjadi
lebih panjang
- Metode dari manual
menjadi elektronik
Yang dapat kita jaga adalah
kesempatan. LKPP bergerak
mempersempit kesempatan yang
punya niat jahat.
Kondisi PBJ saat ini :
 Korupsi PBJP masih marak
 Barang/jasa hasil pengadaan
kurang baik
 Besarnya magnitude anggaran
Negara dalam PBJ +/- 35%,
setiap tahun
Kesimpulan nya :
Ekosistem, sehaingga harus
diperbaiki terus menerus
Perbaikan yang akan dilakukan
LKPP :

Perbaikan ekosistem 7
yang tidak kondusif
(system perencanaan,
penganggaran,
organisasi, system
pembayaran (menjadi ecommerce), system
perpajakan, sistem
pengendalian dan
pengawasan dan
masalah lainnya).
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada

LKPP akan mengambil
crowd control seperti hal
nya Wikipedia
(pengguna, evaluator,
dan menggunakan data
tersebut oleh publik)

LKPP : e-tendering dan epurchasing (tanpa
tender). Kewenangan ekatalog, akan
didelegasikan ke sector
dan daerah. Kedepan
Lelang hanya akan
dilakukan untuk
barang/jasa yang tidak
ada dipasar
Kesimpulan dari moderator :
Masih ada masalah dari
perencanaan dan evaluasi.
Solusinya LKPP mengajak public
untuk mengawasi PBJ
Aida Ratna
Zulaiha,
Litbang KPK



Korupsi PBJ dan Penyuapan
merupakan kategori 2 besar
kasus yang ditangani KPK
Terjadi peningkatan peran
swasta dalam korupsi, sebanyak
146 orang dari Swasta menjadi
Pelaku Korupsi yang ditangani
KPK
Permasalahan masih terjadi
pada regulasi,
perencanaan/anggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.
 Peran swasta dalam korupsi
PBJ adalah kolusi antara
penyedia/vendor dan
Sistem screening di K/L/D
tidak menyaring vendor
yang berintegritas
 Berdasarkan kasus Korupsi
PBJ yang ditangani KPK,
Pihak swasta terlibat dalam
Rekomendasi :
 Integrasi perencanaan dan
penganggaran
 Audit Pra, Proses dan
Pasca PBJ (audit khusus
kemanfaatan pengadaan
barang/jasa
 Perluasan e-katalog,
termasuk penguatan
database harga dan
spesifikasi barang dan jasa
serta lembaga pengelola
 Mendorong Perbaikan
aplikasi “SIKaP” (Panduan
Sistem Informasi Kinerja
Penyedia) oleh LKPP,
sehingga mampu ;
1. Menampilkan
perbaikan Kualitas
Penyedia Barang dan
Jasa,
2. Mencegah
keikutsertaan kembali
Ada
•
hal perencanaan ataupun
pelaksanaan,
Modus umum yang dilakukan
swasta adalah ;
 Proyek/Paket dijual terlebih
dahulu kepada vendor
sebelum anggaran disetujui
atau disahkan. Pengadaan
tidak sesuai dengan
kebutuhan (rekayasa
dokumen).
 Persekongkolan antara DPR,
pihak K/L (KPA), dan Vendor.
Proaktif bisa dilakukan oleh
DPR, K/L, atau vendor.
 HPS dan spek teknis dibuat
oleh vendor
 Suap kepada pihak-pihak
terkait
 Mark up harga
 Suap kepada pihak-pihak
terkait
vendor yang
wanprestasi, blacklist,
tersangkut KKN, dst,
3. Mencegah
persekongkolan
vertical dan
horizontal
4. Menyediakan menu
penilaian kinerja
penyedia oleh
pengguna barang/jasa
di K/L/D/I.
3. Perbaikan dan Optimalisasi
LPSE
- Mewajibkan
dilakukan
pemeriksaan
lapangan
terhadap
penyedia barang
/jasa yang
mendaftar di LPSE
- Audit Server LPSE
4. Optimalisasi Whistle Blower
System
Simpulan Moderator : PBJ yang
ditangani KPK, terjadi peningkatan
peran swasta dalam korupsi PBJ
Sugihadi,
Ketua Umum
Gabungan
Perusahaan
Alat-alat
Kesehatan
dan
Laboratorium
(Gakeslab)
Business kesehatan Adalah business
yang berhubungan dengan manusia
kesehatan dan keselamatan jadi
prioritas utama;
1. Banyak aturan yg harus
dipenuhi.
2. Dituntut untuk berintegritas
dan beretika.
3. Berkomitment tinggi
Kondisi saat ini :
Transformasi :
• Melakukan koordinasi
internal dan mulai menata
bagaimana seharusnya
melakukan
perdagangan/business
alkeslab yang baik dan
benar
• Membuat stabilisasi harga
 penerapan e catalog.
• Menerapkan praktek
business yang baik dan

Alat kesehatan 94% masih
import
 Produk dalam negeri masih
rendah, karena kurang
modal, standar masih rendah
Tantangan yang harus dihadapi :
 Peningkatan kompetensi
(Teknisi, izin perdaran, dll)
 Pembeli dan pengguna belum
focus pada kualitas, terfokus
pada harga
 Persaingan internal tidak
beretika
 Produk illegal dan import
tidak sah
 Mempertahankan kualitas,
walaupun harga ditekan
murah
 Pembayaran yang sangat
lama lebih dari berbulanbulan
Fraud terjadi karena :
• Produk Alkeslab merupakan
produk excluxive dan tidak
banyak dikenal oleh
masyarakat luas.
• Tidak ada “struktur harga
transparent” atas Alkeslab
yang beredar di Indonesia.
• Belum adanya “Standard
Guidence” yang baik untuk
perlengkapan peralatan
medis di setiap fasyankes
yang tersedia.
• Pembangunan fasyankes
yang cepat dan siap pakai
sangat dibutuhkan karena
banyaknya masyarakat
pencari jasa kesehatan.
• Tindakan therapy yang ada
merupakan tindakan
exclusive dan tidak
terbantahkan oleh
masyarakat.
•
beretika untuk menuju
GCG business.
Melakukan capacity
building kepada anggota
dalam semua aspek
business yang terkait
(CDAKB, CPAKB, ISO13485, ISO – 14000, ISO –
18000, ISO – 14791).
Langkah selanjutnya:

Harus bekerja sama
dengan Kemenkes
(ditingkatkan pula
integritas), Gakeslab, LKPP
(lebih banyak barang yang
masuk e-katalog) dan KPK
(mendukung dalam ikut
serta training)
Anna Pinto
Hebert, Senior
Operation
Officer in the
integrity vicepresidency,
world bank



1800 project, 170 negara,
senilai 42 milyar, dan banyak
Negara, world bank
menggunakan pedoman yang
sama dalam kerangka
integritas.
292 final investigasi antara
juli 2008 –desember 2016
dengan 6 modus utama yaitu
penyuapan dan kick back,
persekongkolan,
penggelapan, coi, fraud
dokumen/dokumen palsu.
Perusahaan virtual, namun
dapat memenangkan
kontrak.
Saran untuk mengatasi
penyimpangan :
 membangun pengawasan
yang independen
 Mmebuat perbaikan dan
prosedur pengendalian
dan
 Penegakkan aturan
Hal ini akan terrealisasi dengan
komitmen pimpinan lembaga
yang antikorupsi dan menajdikan
integritas sebagai factor yang
krusial.
Penjabaran secara teknis :
- Perlatihan “fraud
awareness”
- Kebijakan etik
- Pengendalian kecurangan
(rotasi penugasan,
pemisahan penugasan),
- Inspeksi dan monitoring
yang independen
- Setiap 6 bulan akan
diadakan, sehingga
project akan terdeteksi
lebih dini
- Pelibatan masyarakat
untuk mengawasi
Kesimpulan:
Korupsi PBJ masih terjadi pada setiap tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan
Rekomendasi :
• Integrasi perencanaan dan peanggaran
•
•
•
Penguatan dan perluasan e-katalog, sebagai database yang handal dalam harga,
kategori spesifikasi dan standar barang dan jasa.
Perbaikan metode pembayaran dengan menggunakan e-commerce (tidak
manual)
Peningkatan pengawasan ;
- Secara internal , Pengawasan dilakukan sejak dini, sehingga mampu
mendeteksi penyimpangan diawal.
- Secara eksternal, peran masyarakat luas dan NGO untuk dapat mengawasi
proses pengadaan, misalnya crowd control.
Sesi 17 : Pencegahan Penyuapan Lintas Batas Negara dalam Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA)
Nama Rapporteur
: Anik Rahmawati, Arief (BKPM), Yosa (Bappenas)
Ruangan
: Puri Putri
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (13.00 – 15.30 WIB)
Moderator
: Dr. Rimawan Pradiptyo, Universitas Gajah Mada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main
Recommendations
 Dalam proses menjadi
 Peningkatan
anggota ASEAN.
kerjasama dengan
ACA di negara Belum menangani
negara ASEAN.
kejahatan lintas batas
negara, utamanya dengan
Indonesia.
 Keterbatasan kewenangan
CAC dan Kejaksaan Agung,
misal penyadapan, serta
kesulitan MLA dengan
Kejaksaan Agung Indonesia
sehingga penanganan
kasus menjadi terhambat.
6. Alexander
 Korupsi merupakan
 Collaborative action
Marwata/Commissioner/KPK
masalah utama negaramelalui:
Indonesia
negara ASEAN.
o Penetapan
standar
 MEA menjadikan
penanaman
pergerakan arus barang,
investasi dan
jasa, modal, investasi dan
prosedur keluar
manusia secara bebas
masuk barang
berdampak pada potensi
guna mencegah
peningkatan korupsi
terjadinya
melalui penyuapan dan
penyuapan lintas
penyamaran uang hasil TPK
batas negara,
dengan melakukan
khususnya di
pencucian uang serta
kawasan ASEAN.
kejahatan imigrasi dan
o
Penyamaan
kepabeanan.
regulasi
 KPK pernah menangani
penanganan
kasus penyuapan lintas
korupsi yang
batas negara: Rudi
menjadi acuan
Rubiandini dan Soeroso
bersama negara Data Tax Amnesty:
negara ASEAN.
kekayaan orang Indonesia
5. Dr. Aderito
Tilman/Commissioner/ AntiCorruption Commission
(CAC) Timor Leste
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
7. Natalia Soebagjo/Chair of
the Executive
Board/Transparency
International
Main Findings
Main
Recommendations
yang dideklarasikan di
Singapura mencapai IDR
3000 T
 Penyuapan merupakan
akar korupsi
o Peningkatan MLA
for sharing data
and information
regarding
corruption.
 Adopsi foreign
bribery acts sehingga
perusahaanperusahaan swasta
yang terlibat dalam
penyuapan bisa
ditindak, baik di
negara asal maupun
di negara lokus
terjadinya suap.
 Tahun 2015, Indonesia
satu-satunya negara
ASEAN yang meningkat
CPI-nya.
 CPI ASEAN meningkat 1
poin, namun masih lebih
rendah dibanding CPI Asia
Pasifik dan G20.
 Rapid growth of MEA
berdampak pada potensi
peningkatan berbagai
kejahatan, termasuk
korupsi.
 Hambatan MEA: tidak ada
instrumen anti korupsi
yang mencukupi,
insufficient legal
frameworks, tidak ada
ASEAN integrity
community, ad hoc
regional collaboration, etc.
 Masyarakat Indonesia
sangat permisif terhadap
koruptor, sehingga
menjadikan tidak adanya
efek jera.
 Legal sanction is not only
way to increase deterence
 Collaborative action:
SEA-PAC.
 Tool and
methodology to
combat corruption in
MEA.
 Establish ASEAN
Integrity
Community: high
level commitment
from the top (since
ASEAN has so
various diversities)
 Encouraging
Business Integrity:
prohibit facilitation
payments, public
disclose subsidiaries,
develop and apply
anti corruption
programs with all
stakeholders, and
publicly disclose
political donations.
 Urging Government
and Regulatory
Bodies as well as
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
8. Dato’ Sri Ahmad Khusairi bin
Yahya/Direktur Divisi
Inteligen/Malaysian AntiCorruption Commission
(MACC)
9. John Coyne/UNODC
Main Findings
Main
Recommendations
effect. Social sanction is a
way effective and powerful
which communities can
participate to implement.
CSO to cooperate in
fighting corruption.
 Adopt foreign
bribery to ASEAN
countries.
 Peningkatan
kerjasama di antara
negara-negara
ASEAN
 Encourage negaranegara ASEAN
mengadopsi regulasi
penanganan korupsi
di sektor swasta
 Globalisasi membuka
peluang peningkatan dan
penyebaran korupsi,
utamanya melalui
penyuapan untuk
memudahkan
penyelundupan, human
trafficking, dll.
 MACC sudah bekerjasama
dengan berbagai ACA
untuk menangani korupsi
lintas batas, termasuk
dalam forum SEA-PAC.
 Perbedaan UU penanganan
korupsi di berbagai negara
menyulitkan penindakan.
 Tidak ada kerjasama
pencegahan korupsi di
wilayah perbatasan, misal
public campaign,
umumnya dilakukan oleh
masing-masing ACA.
 Malaysia sudah
mengadopsi foreign
bribery acts dan sudah
mengimplementasikannya,
contoh pada kasus
SIEMENS.
 Foreign bribery is difficult
to trace alone by local anticorruption agency in
particular country.
 ASEAN countries have
problems coordinating the
various roles of state and
sub-state enforcement
stakeholders.
 Use media, self reporting
and whistleblowing to
 Sharing information
and intelligence on
corruption across
and between sectors
through MLA
(formal) dan
informal channels
such as police to
police.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main
Recommendations
 Enhancing private
and public sectors
cooperation.
 Establish financial
centres.
 Share early, share
often and share all
to combat
corruption.
Masalah yang dihadapi di
 Peningkatan
perbatasan:
kesejahteraan
penyelundupan barang dan
(tunjangan dan
manusia (baik masuk dan
fasilitas khusus)
keluar negara).
pegawai DJBC di
wilayah perbatasan.
Penyuapan terhadap
pegawai DJBC di wilayah
 Penyempurnaan
perbatasan bisa terjadi
proses bisnis
karena lokus jauh dari
kepabeanan di
pusat pemerintahan,
daerah perbatasan.
terbatasnya kemampuan
 Sosialisasi intensif ke
pegawai, tidak ada
masyarakat
tambahan penghasilan,
pengguna bea dan
medan yang berat dan jauh
cukai.
dari kawasan permukiman
sehingga sulit dilacak.
Penyuapan tersebut terjadi
karena ada kesempatan,
ada aksi ada reaksi.
Hambatan:
standar/regulasi yang
bervariasi diacu oleh
masing-masing negara,
perbedaan kebijakan
(fasilitas umum dan
fasilitas khusus)
Suap mustahil dilakukan
sendirian, untuk pegawai
DJBC akan diberikan sanksi.
Pemberi dan
perusahaannya perlu
diproses juga guna
meningkatkan efek jera.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
enhance corruption
eradication.
10.
Dwijo Muryono/Tenaga 
Pengkaji Bidang Pelayanan
dan Penerimaan
Kepabeanan dan Cukai/DJBC




Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main
Recommendations
Kesimpulan:
Penyuapan lintas batas negara dalam MEA terjadi karena ada supply and demand. Action
plan yang harus segera diimplementasikan untuk mengatasi masalah tersebut adalah:
1. collaborative action yang melibatkan seluruh stakeholders (public, private, CSO)
baik level domestik dan regional, antara lain melalui standarisasi
regulasi/tool/methodology penanganan korupsi (termasuk untuk sektor swasta),
peningkatan dan intensifikasi MLA, pembentukan ASEAN integrity community,
mendorong business integrity dan mengadopsi foreign bribery acts.
2. peningkatan integritas para pegawai bea dan cukai serta imigrasi di wilayah
perbatasan; antara lain melalui peningkatan kesejahteraan (tunjangan dan
fasilitas khusus) dan penyempurnaan SOP kinerja.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Sesi 18 : Pencegahan Korupsi di Sektor Bisnis: Inisiatif, International Best
Practice
Nama Rapporteur
: Anik Rahmawati, Widyanto Eko Nugroho, Arief, Angga
Ruangan
: Puri Putri
Sesi (Waktu)
: 16 November 2016 (15.45 – 17.00 WIB)
Moderator
: Putri Rahayu, KPK
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
11.
Wayne P.
 The Chevron way to
Bourdain/Vice President
prevent
of Finance/Chevron
corruption/bribery
practice:
o Develop and
implement strict anticorruption policies:
business conduct and
ethic codes; COI; FCPA
o Develop and
implement anticorruption programs:
manage internal
control and compliance
organization under
Finance; develop tools
to implement and
monitor the
compliance programs
(compliance hotline,
face to face training on
FCPA/COI, establish
Investigation
Governance
Board/IGB, contractor
audits)
o Monitoring and
evaluation
 Compliance needs a lot of
energy and cost, but once
you have achieved, it will
save the company and of
course their employees
from corrupt activities.
Main Recommendations
 Clear tone from the top
to combat corruption
 Pemerintah
menyediakan Good
Governance (kebijakan,
regulasi), misal:
mengumumkan tarif
perizinan secara
transparan
 Build strong and
transparent alliances
with GOI agencies and
business sector
 Pengenaan sanksi yang
konsisten dan adil bagi
semua pihak yang
terlibat dalam korupsi
 Enhancing transparent,
consistent and honest
justice system on law
enforcement
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
12.
Josephine
Satyono/Ketua/
Indonesia Global
Compact Network
(IGCN)
Main Findings
Main Recommendations
 IGCN merupakan
 Collective action
voluntery movement dari
through:
petinggi perusahaan
o Anti-corruption
(50+), institusi akademis
declaration
(25+) dan NGO(45+) dunia
o Integrity pact
yang berkomitmen
o Principle-based
mengimplementasikan UN
initiative
Global Compact 10
o Certifying business
Principles (business
coalition
should work againts
 Increasing alliance for
corruption in all its forms,
integrity through trainincluding extortion and
the trainer, corruption
bribery) in order to gain a
prevention training and
more sustainable and
providing support desk
inclusive global economy.
in order to enhance
capacity building
 Salah satu prioritas ICGN
2016-2018 adalah
 Engaging public-private
business ethics and
awareness, such as
governance guna
ASEAN Integrity
mengeliminasi biaya tinggi
Dialogue
yang harus dikeluarkan
(untuk mengkompensasi
resiko legal, reputasi,
kepercayaan internal, dll.)
apabila mereka terlibat
dalam korupsi.
 Menurut survei the Global
Compact Annual
Implementation: 14%
responden menginginkan
peningkatan kebijakan
terkait korupsi, 11%
menginginkan
peningkatan kebijakan
zero-tolerance, dan 13%
menginginkan
peningkatan sistem
manajemen anti korupsi.
 Encouraging Indonesian
companies to come to
KPK whenever they face
corruption activities.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main Recommendations
13.
Kevin Feldis/Atase
/US Department of
Justice
 It is illegal for US
 Increasing international
companies to commit
cooperation through:
foreign bribery.
formal evidence request
by treaty, mulltilateral
 FCPA has regulated about
organizations, informal
anti-bribery, accounting
intelligence sharing
(books and records;
internal controls); criminal  DOJ pilot program for
and civil enforcement to
voluntary disclosures
prevent US companies,
with rewards
their employees, as well
as associated third parties
do corrupt activities in
foreign countries.
14.
Agus
Rofiudin/Tenaga
Pengkaji Bidang
Pengembangan
Kapasitas dan Kinerja
Organisasi/DJBC
 DJBC memiliki programprogram ‘Tolak, Catat,
Laporkan’
 DJBC berkepentingan
membuat sektor swasta
bersih karena menjadi
salah satu indikator layak
tidaknya investasi.
 DJBC memiliki
whistleblowing system
(Bravo Bea Cukai dan
SIPUMA- untuk internal).
 Tahun 2017, diharapkan
sistem IT DJBC dan DJP
sudah terkoneksi dengan
baik sehingga
memudahkan pelayanan
di bidang kepabeanan dan
perpajakan.
15.
Pat.Poltevin/Senior  Penerapan aturan yang
Investigator Outreach
konsisten untuk
Coordinator/Royal
menimbulkan efek jera
Canadian Mounted
bagi perusahaan
Police (RCMP), Sensitive  Perubahan perilaku
and International
dengan menerapkan
Investigation National
kebijakan yang didukung
Division
oleh kepemimpinan
(leadership) yang kuat
 Collective action to
enhance good
governance from
government, private
sector, CSO, association,
 Perbaikan internal
sektor publik melalui
peningkatan integritas
dan budaya bebas KKN
 Peningkatan koordinasi
dan mekanisme
pertukaran data dengan
APH dan K/L lain.

Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Ada
Nama Pembicara/
Posisi/Instansi
Main Findings
Main Recommendations
 Penerapan program
kepatuhan di perusahaan
yang dapat dilakukan
dengan sumberdaya
seminimal mungkin
 Melibatkan generasi yang
lebih muda untuk terlibat
secara aktif dalam
perubahan perilaku di
dalam perusahaan
Kesimpulan:
Upaya pencegahan korupsi dilakukan oleh pelaku usaha untuk mengurangi berbagai
risiko, seperti risiko finansial (financial risk) maupun rusaknya reputasi pelaku usaha
(reputational risk). Inisiatif pencegahan korupsi adalah investasi jangka panjang dan
dapat dilakukan secara individu maupun secara kolektif. Perlu komitmen dari pimpinan,
yang tercermin dari visi nilai perusahaan yang jelas, kebijakan dan aturan yang memadai,
serta penegakan aturan yang konsisten.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Sesi 19 : Membangun Integritas Bisnis (ISO 370001 Anti-Bribery Management
System dan Best Practices International)
Judul Sesi
:
Nama Rapporteur
:
Ruangan
Sesi (Waktu)
Nama Moderator
:
:
:
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
MEMBANGUN INTEGRITAS BISNIS: ISO 370001 DAN BEST
PRACTICES INTERNATIONAL
5. Yulia Anastasia Fu’ada (Dit. PP LHKPN)
6. Widyanto Eko Nugroho (Dit. Gratifikasi)
7. Yohan (BKPM)
8. Arief (BKPM)
Puri Putri
17 November 2016 (09.00 – 12.00)
Dadang Trisasongko (Transparansi International)
Main Findings
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
NONE
NONE
NONE
Kementerian BUMN
TIDAK HADIR
Dr. KM Loi,
The Vice Chair of
ISO/PC278, ISO 370001
Anti-Bribery
Management System
4. Dalam berbagai organisasi,
penyuapan berdampak pada
pengadaan dan pelaksanaan
kontrak sehingga
meningkatkan biaya dan
resiko.
5. Terdapat variasi media
maupun tools yang
digunakan oleh banyak
organisasi/lembaga untuk
meminimalisir celah-celah
penyuapan.
6. Dasar penyuapan adalah
adanya tindakan pemberian
dan penerimaan dan juga
ada Penerima dan Pemberi
7. Penyuapan dapat terjadi
kapanpun dan dimanapun,
dapat dinilai dan dapat
menimbulkan keuntungngan
baik finansial maupun non
finansial.
8. ABMS dapat
diimplementasikan
bersamaan dengan
3. Perlu Compliance System Ada
sebagai koridor untuk
menutup celah
penyuapan.
4. Diperlukan adanya tools
yang standar dan dapat
dijadikan rujukan bagi
banyak organisasi dengan
berbagai karakteristik
5. Perlu ada inisiatif untuk
mengurangi penyebab
suap.
6. Diperlukan pedoman
untuk mendefinisikan
penyuapan sehingga
pengguna ABMS dapat
memahami ruang lingkup
penyuapan itu sendiri.
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
operasional manajemen
perusahaan.
9. Implementasi ABMN tidak
serta merta menjamin
bahwa perusahaan tidak
bebas dari praktik suap dan
bebas dari tuntutan hukum.
10.Success Story: Perusahaan
di Inggris (baik skala besar
maupun kecil) dapat
mengadopsi BSI 10500.
Stephen Leach, The
President and CEO of
Canadian International
Trade Tribunal (July
2009 – April 2016)
Waktu Presentasi:
20 Menit
Ada
4. Lebih dari 80% masyarakat
Indonesia mengganggap
korupsi adalah sebuah
masalah. Tidak ada sebuah
negara yang bebas dari
korupsi. Korupsi adalah
masalah global yang
membutuhkan solusi
tingkat global juga.Korupsi
selalu ada di dua sisi,
demand dan supply.
5. Korupsi di sektor swasta
perlu mendapat perhatian
penuh karena sektor ini
berkontribusi terhadap
tingkap pertumbuhan
ekonomi hingga 90%,
6. Dalam perspektif Pelaku
Usaha, korupsi sering
dikaitkan dengan
kemudahan untuk
melakukan bisnis (ease of
doing business) di suatu
negara.
4. Perlu ada koordinasi
yang baik antara
instansi dan sektor
swasta di Indonesia
dalam menentukan
standar anti korupsi
yang realistis untuk
dapat diterapkan.
5. Indonesia perlu lebih
melibatkan swasta
dalam membangun
strategi anti korupsi.
Perlu dibentuk
sebuah komite
gabungan antara
sektor swasta dan
pemerintah.
6. ABMS perlu
diterjemahkan
dalam konteks keIndonesian.
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
John Morrel, Center for
International Private
Enterprise
Waktu Presentasi:
18 menit 11 Detik
Main Findings
1. Sulit untuk mengawal
kesinambungan sistem anti
korupsi pada suatu negara
dikarenakan rezim
pemerintah yang bergantiganti yang memiliki
komitmen yang berbedabeda dalam program anti
korupsi.
2. Success Story: CIPE
mengembangkan standar
kepatuhan yang diadopsi
oleh berbagai perusahaan
di Thailand yang tergabung
dalam aliansi bersama
CIPE. Perusahaan yang
telah mengadopsi standar
tersebut dapat
memperoleh sertifikasi
yang diverifikasi oleh
Assesor/verifikator dari
ekstenal.
Main Recommendations
1. Perusahaan perlu
menerapkan
peraturan anti suap,
whistle blower
dengan menerapkan
ISO 370001
2. Perlu ada upaya
perubahan persepsi
dari Masyarakat
bahwa korupsidapat
diberantas.
3. Sektor swasta dapat
membentuk Gerakan
Koalisi untuk
menyediakan
roadmap bagi sektor
swasta dalam
menerapkan standar
kepatuhan.
4. Perlu ada pelatihan
bagi perusahaan
untuk mengadopsi
AMBS.
Kesimpulan:
Penyuapan dalam sektor swasta perlu mendapatkan perhatian khusus karena
berdampak pada pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Dalam rangka memperkuat
strategi anti korupsi khususnya terkait anti penyuapan, berikut adalah langkah-langkah
yang dapat dilakukan:
1. ISO 370001 dapat diadopsi sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Pengadopsian
ini juga dapat dipandang sebagai perbaikan atas standar tata kelola
2. Membentuk collective action antara Pemerintah dan Sektor Swasta yang
diwadahi oleh sebuah National Advisory Committee, yang berfokus pada
bagaimana mencegah penyuapan dengan memutus rantai corruptive supply and
demand.
Bahan
Presentasi
(Ada/Tidak)
Ada
Sesi 20 : National Single Window, Peran Bea Cukai dan Pemasukan Negara/Pajak
(Status Terkini, tantangan dan Rekomendasi Untuk Mengoptimalkan INSW)
Nama Rapporteur
Ruangan
: Farid Andhika
Novariza
Wahyu Adhi Prasetyo
Kusuma Dewi Arum Sari
: Puri Putri
Sesi (Waktu)
: 17 November 2016 (13.15-15.30)
Nama Pembicara/
Posisi, /Instansi
Main Findings
Main Recommendations
Bahan Presentasi
(Ada/Tidak)
Harmen Sembiring,
INSW
1. Single window
merupakan menjadi
solusi jarak dan waktu
dalam pelayanan
2. Dengan iNSW diharapkan
dapat meminamalisir
tindakan korupsi
3. Sistem elektronik bersifat
real time
4. iNSW telah
mengintegrasikan 18 K/L
yang menerbitkan
persetujuan izin
5. Implementasi iNSW di
Indonesia belum single
submition of data and
information
6. iNSW terdapat 2 unsur
yaitu kelancaran
dokumen dan cargo
7. Belum dilakukan
perumusan Indonesia
Single Risk Management
1. Implementasi iNSW
perlu dilakukan single
submition of data and
information
2. Perumusan Indonesia
Single Risk
Management sebagai
cara untuk
mengetahui risiko
yang dihadapi negara
Indonesia terkait
3. Sistem single entry
NSW akan dibentuk
sehingga user hanya
perlu submit melalui
1 tempat kemudian
diproses di K/L untuk
mendapatkan
clearance kembali di
NSW
Ada
Oza Olavia, Direktur
Teknis Kepabeanan,
Bea Cukai
1. INSW merupakan acuan
pertama dalam ekspor
dan impor pada bea
cukai
2. PPS (tempat penimbunan
sementara di Pelabuhan )
secara online namun
belum disimultankan ke
dalam INSW
1. NSW di Bea Cukai
merupakan bentuk
korelasi Bea Cukai
dengan Perbankan
2. PPS (tempat
penimbunan
sementara di
Pelabuhan ) secara
online
Ada
3. Akan menyatukan NPWP
dengan NIK
(Nomor Induk Kepabeanan)
Iwan Djuniardi,
Direktur Transformasi
Teknologi Komunikasi
Informasi, Direktorat
Jenderal Pajak
1. Belum ada pengawasan
efektif pada importir
terkait pajak
2. Ditemukan ketidak
validan NPWP dalam
pengurusan izin
3. Masih terdapat
kesusahan pengecekan
data terkait wajib pajak
4. Masih terdapat data
transaksi impor yang
tidak dilaporkan yang
cukup signifikan yang
berpotensi untuk
mendistorsi ekonomi
5. Potensi penerimaan
pajak terkait impor
(PPh/PPN) belum sesuai
dengan realisasinya
6. DJP memiliki banyak data
dari berbagai instansi
tetapi sulit untuk
dianalisa karena tidak
ada single identity
Karlyn Adams,
Direktur Asosiasi
Maritime AntiCorruption Network
(MACN)
1. Masih ada permintaan
pungli dalam pengurusan
kepabeanan, penolakan
seringkali berujung pada
adanya delay dan fee
yang lebih besar
2. Single Window
diharapkan dapat
memecahkan masalah
yang terjadi di Indonesia
terkait aspek
3. PPS yang telah online
akan disimultankan
ke dalam INSW
4. ISRM dapat
menghasilkan
efisiensi cost dan
waktu serta
meningkatkan
transparansi logistk di
Indonesia
1. Perlu adanya suatu
identitas yang dapat
digunakan bersama
oleh seluruh
stakeholders INSW
yang didukung
sepenuhnya oleh
seluruh elemen
pemerintahan
2. Perlu Penggabungan
NPWP dan NIK
3. Perlu adanya
kebijakan standard
penulisan identitas
nama dan alamat
4. Data transaksi NSW
sepenuhnya dapat
diakses oleh DJP
5. Perlu adanya
implementasi KSWP
(izin impor-ekspor
harus dikaitkan
dengan kepatuhan
perpajakan)
1. Penting
mengidentifikasi
problem yang terjadi
di Indonesia dengan
melakukan
pertemuan bersama
antara pemerintah
dan pelaku bisnis
2. Fokus terhadap
sektor publik dapat
membantu suatu
negara untuk
Ada
Ada
pemerintah, tranparansi
maupun efisiensi.
3. NSWI membuat suatu
sistem untuk
meminimalisir tindakan
korupsi terutama yang
berhubungan dengan
sektor publik
meningkatkan
perekonomian
3. Perlu adanya
sosialisasi untuk
meningkatkan
awareness dari
pengguna terhadap
sistem
Kesimpulan:
 Masih banyak sistem dan data yang terpisah disetiap K/L terkait NSW, sehingga
belum tercipta sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga perlu dibangun sebuah
sistem yang terintegrasi, setidaknya dengan mengintegrasikan data yang dimiliki
oleh setiap K/L
 Perlu dibangun ISRM (Indonesia Single Risk Management), yang memetakan
risiko seluruh proses yang ada dan juga seluruh K/L yang terlibat, sehingga
memudahkan dalam hal meminimalisir risiko yang ada
 Dalam membangun sistem NSW yang terintegrasi tidak hanya melibatkan K/L
yang terkait, tetapi juga pengguna layanan, karena pada dasarnya merekalah
yang menggunakan layanan tersebut sehingga dapat dibuat sebuah sistem yang
terintegrasi, simple, mudah digunakan dan komunikatif
Rapporteur Summary
Put It All Together
Yth. Bapak Laode Muhammad Syarif, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI
Yth. Bapak Thomas Trikasih Lembong, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI
Para hadirin yang kami hormati.
Pelaksanaan konferensi International Business Integrity Conference (IIBIC) 2016 berjalan dengan sangat baik dan menunjukkan antusiasme yang
sangat tinggi dari seluruh pihak yang berpartisipasi pada acara ini. Konferensi ini telah dihadiri oleh total 1674 orang peserta dari seluruh
Indonesia dan perwakilan dari beberapa negara, melibatkan 20 orang moderator dan 102 orang narasumber dari tingkat nasional maupun
internasional, serta tersedianya 12 booth pameran inisiatif antikorupsi dari beberapa institusi di Indonesia.
Pelaksanaan seluruh sesi diskusi berjalan dengan sangat baik, dinamis dan telah mengidentifikasi tren, tantangan dan aksi kolaborasi untuk
pemberantasan korupsi serta rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh seluruh pemangku kepentingan.
Pada hari pertama, acara dibuka oleh Wakil Presiden RI, Bapak Jusuf Kalla, Ketua KPK RI Bapak Agus Raharjo, kemudian dilanjutkan dengan
pelaksanaan 10 sesi diskusi tematik yang menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:
High Level Dialogue : Komitmen Pencegahan Korupsi dan Membangun Budaya Anti Korupsi terkait praktik Bisnis
Bahwa dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi sektor bisnis, diperlukan kerjasama yang erat antara lembaga penegak hukum dan pihak
berwenang terkait lainnya, termasuk komitmen dari Pimpinan, serta sistem monitoring dan pelaporan masyarakat yang berbasis IT.
Pencegahan Penyuapan Lintas Batas Negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Bahwa dalam mencegah penyuapan lintas batas negara dalam masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) diperlukan collaborative action yang melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (publik, bisnis, CSO) baik pada level domestik dan regional.
Gratifikasi, Uang Pelicin dan Penyuapan: Dampak Penyuapan kepada Bisnis dan Masyarakat
Bahwa aksi bersama harus dimulai dengan pelaku usaha berhenti memberikan gratifikasi dan aparatur negara berhenti menerima gratifikasi.
Peran pemerintah, pelaku usaha dan lembaga swadaya masyarakat dalam membangun budaya antikorupsi
Bahwa ketidakjelasan regulasi dan diskresi yang terlalu luas merupakan peluang terjadinya mal-administrasi, pungli dan suap yang dapat
mengakibatkan inefesiensi berbiaya tinggi bagi dunia usaha. Untuk mengatasi hal tersebut, kolaborasi yang efektif antara pihak pemerintah,
masyarakat/LSM/swasta dan penegak hukum untuk bersama-sama memperbaiki regulasi pemerintah, menegakkan kode etik, meningkatkan
pengawasan, penyederhanan proses pelayanan publik dan penegakan hukum.
Tantangan dan Praktik Baik Dalam Membangun Integritas dalam Pelaksanaan Proyek Pembangunan berdasarkan Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (PPP)
Bahwa kerjasama antara pemerintah dan swasta (PPP) sangat penting untuk membangun integritas dalam pelaksanaan proyek pembangunan.
Untuk membangun integritas tersebut, diperlukan konsistensi reformasi birokrasi dan sistem/media yang memadai untuk memfasilitasi koordinasi
antara pemangku kepentingan.
Peran Komunitas dan Perusahaan dalam Pencegahan Korupsi dalam CSR
Bahwa program CSR yang efektif, tepat sasaran dan bebas dari korupsi seharusnya dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat,
dilandasi kepercayaan antara para pihak (perusahaan, masyarakat dan pemerintah), serta secara sinergis sehingga tidak terjadi duplikasi antara
program pemerintah daerah dan CSR perusahaan.
Ketahanan Pangan
Bahwa peluang korupsi dan praktek kartel di sektor pangan terjadi antara lain karena tidak validnya data pangan, proses perizinan yang sulit,
peraturan yang tumpang tindih dan kebijakan yang tidak kompatibel dengan realitas sosial.
Pencegahan Korupsi di Sektor Bisnis: Inisiatif, International Best Practice
Bahwa inisiatif pencegahan korupsi di sektor bisnis adalah investasi jangka panjang, dapat dilakukan secara individu maupun secara kolektif,
didukung dengan komitmen dari pimpinan, yang tercermin dari visi nilai perusahaan yang jelas, kebijakan dan aturan yang memadai, serta
penegakan aturan yang konsisten.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk memperkuat pembangunan daerah dengan kerjasam pemerintah dan swasta
Peningkatan pelayanan publik dapat dilakukan melalui komitmen Pemerintah untuk menyediakan PTSP yang didukung dengan regulasi, sistem
dan tehnologi yang inovatif dan memadai.
Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
Pemidanaan terhadap korporasi sangat penting dan perlu ditangani secara serius mengingat hal ini berdampak terhadap iklim usaha yang sehat,
namun penerapannya perlu dilakukan dengan payung hukum yang jelas. Korporasi juga harus memperkuat kepatuhan internal dan bermitra
dengan Pemerintah demi menciptakan iklim usaha yang bebas dari kecurangan dan korupsi.
Pada hari kedua, acara dilanjutkan dengan pelaksanaan 10 sesi diskusi tematik yang menghasilkan beberapa hal sebagai berikut:
Kemakmuran, Penyelamatan SDA untuk kesejahteraan bersama: Praktik Baik dan Aksi Kolektif
Bahwa database yang tidak valid dan peraturan yang tumpang tindih menjadi penyebab utama permasalahan di sektor sumber daya alam. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pemanfaatan teknologi informasi untuk pembenahan database, harmonisasi regulasi di sektor sumber daya alam,
pembangunan integritas baik kepada para pelaku usaha sektor kehutanan dan stakeholder terkait, dan penegakan hukum.
Praktik Suap Lintas Negara: Bagaimana Mendorong Kerjasama Internasional
Bahwa kejahatan korupsi dan TPPU merupakan kejahatan lintas negara sehingga kerjasama internasional diantara para penegak hukum mutlak
diperlukan, baik melalui Mutual Legal Assistance (MLA) maupun kerjasama informal lainnya.
Membangun Integritas dan Antikorupsi untuk UKM: Tantangan dan Praktik Baik
Bahwa korupsi merusak iklim berbisnis yang sehat dan merugikan sektor bisnis termasuk Usaha Kecil Menengah. Kolaborasi dan kerjasama
antara sektor pemerintah dan sektor swasta, tidak terkecuali UKM, penting dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang anti korupsi .
Korupsi, Bisnis dan Politik: Tantangan Utama dan Solusi
Bahwa reformasi layanan publik, kemudahan berbisnis, dan perbaikan integritas politik dapat dilakukan dengan deregulasi, de-birokrasi, reformasi
birokrasi dan konsolidasi serta menyusun indikator keberhasilan yang spesifik sehingga dapat dijadikan evaluasi penyusunan kebijakan.
Membangun Integritas Bisnis: ISO 370001 dan Best Practices International
Bahwa salah satu upaya memperkuat strategi anti korupsi adalah ISO 370001 yang mengatur mengenai Anti Bribery Management System. Untuk
membangun integritas bisnis, collective action antara Pemerintah dan Sektor Swasta yang diwadahi oleh sebuah National Advisory Committee,
yang berfokus pada bagaimana mencegah penyuapan dengan memutus rantai corruptive supply and demand.
Bisnis Integritas dari Sudut Pandang Keuangan: Pajak, Otoritas Keuangan
Pencegahan kejahatan di sektor keuangan perlu dilakukan melalui sinkronisasi regulasi, transparansi kepemilikan melalui transparansi beneficial
ownership, pertukaran data, implementasi good corporate governance, serta transparansi dan akuntabilitas di sektor keuangan .
Membangun Integritas dan Pencegahan Korupsi di sektor Kesehatan
Bahwa program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melibatkan anggaran yang besar sehingga perlu dilakukan pengawalan berupa program
pencegahan dan penanganan fraud kesehatan. Untuk menghindari gratifikasi dan suap dalam dunia kesehatan, perlu dilakukan pencegahan dari
dini melalui sistem pendidikan medis yang independen serta edukasi kepada tenaga medis
Praktik dan Strategi Kepatuhan bagi Korporasi: Tantangan dan Praktik Baik
Bahwa efektifitas upaya pencegahan korupsi di sektor swasta antara lain dipengaruhi oleh, penerapan mekanisme pertanggungjawaban pidana
korporasi yang jelas dan konsisten, pemberian insentif yang signifikan terhadap eksistensi Sistem Kepatuhan, pemberian panduan mengenai
standar dalam melaksanakan sistem kepatuhan, termasuk pemberian dukungan kepada perusahaan yang mengalami tantangan penerapan
kepatuhan melalui dialog, dan Sistem Kepatuhan yang baik dapat menjadi rujukan bagi APH untuk menentukan apakah perusahaan bisa terkena
tanggung jawab pidana.
Membangun Integritas dan Antikorupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa
Korupsi di sektor pengadaan barang dan jasa masih terjadi pada setiap tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Oleh
karena itu pencegahan korupsi di sektor tersebut perlu di lakukan melalui integrasi perencanaan dan penganggaran pengadaan barang dan jasa,
sistem pengadaan barang dan jasa yang tranparan, perbaikan metode pembayaran, serta pemanfaatan whistle blowing system.
National Single Window (NSW), Peran Bea Cukai dan Pemasukan negara (Pajak): Status Terkini, Tantangan dan Rekomendasi untuk
mengoptimalkan INSW
Invaliditas data Wajib Pajak dan jumlah transaksi mendorong potensi fraud di bidang perpajakan dan mengurangi pendapatan negara. Oleh karena
itu Indonesia perlu memiliki Single Identity Number dan kewenangan yang cukup diberikan kepada Dirjen Pajak untuk mengakses data transaksi.
Penutup
 Bahwa praktek bisnis yang bersih dan birokrasi yang bersih merupakan katalisator untuk mendorong terciptanya perekonomian
yang lebih baik.
 Pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab seluruh pihak baik secara individu, organisasi maupun kolektif di lingkungan
pemerintah, parlemen, penegak hukum, dunia usaha, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap pihak harus berkomitmen untuk
melakukan upaya pencegahan korupsi yang konsisten, sinergi dan berkesinambungan.
 Komitmen tersebut diwujudkan melalui tindak lanjut nyata berupa tersedianya kebijakan yang anti korupsi, tata kelola yang
akuntabel dan transparan serta tersedianya akses dan partisipasi publik.
 Seiring dengan perkembangan ekonomi global, integritas dan anti korupsi harus menjadi nilai dan standar dalam praktek bisnis di
Indonesia maupun internasional.
 Kegiatan ini akan berdampak nyata jika kita mampu menyusun rencana aksi dan melaksanakan aksi bersama membangun sistem
praktik bisnis yang berintegritas demi pembangunan negeri yang lebih baik.
 Pelaku usaha, Pemerintah, Politisi dan Aparat Penegak Hukum diharapkan ke depan sebagai profesional berintegritas (PROFIT).
Demikian kami sampaikan dan terimakasih.
Semoga semua pihak dapat menindaklanjuti Rekomendasi ini untuk mendorong pencapaian ease of doing business serta
penyelenggaraan praktik bisnis yang bersih dan berintegritas di Indonesia.
Tim Rapporteur
Download