Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

advertisement
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS
PENGAMANAN SOSIAL & LINGKUNGAN
PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM)
MANDIRI - PERKOTAAN
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
i
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
ii
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
KATA PENGANTAR
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Perkotaan) adalah
program yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar mampu mengatasi kemiskinan
yang dialaminya. Pemberdayaan masyarakat ini dilakukan melalui pembentukan Lembaga
Keswadayaan Masyarakat (LKM) di tingkat kelurahan. Kegiatan yang akan dilakukan dan
prosesnya dalam rangka pengentasan kemiskinan dilakukan dengan pendekatan tridaya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dikelola oleh LKM sehingga dapat mencapai tujuannya yang sudah
ditetapkan oleh masyarakat.
Kegiatan yang diprioritaskan dalam PNPM Perkotaan adalah kegiatan yang memberikan dampak
langsung dalam pemecahan akar masalah kemiskinan dan dalam pelaksanaannya, kegiatan
tersebut juga diharapkan tidak menimbulkan dampak negatif susulan atau dengan kata lain
hanya memindahkan permasalahan yang terjadi terutama kepada lingkungan hidup, kesehatan
dan sosial masyarakat. Demikian juga dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut tidak melanggar
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Buku Pedoman Teknis Safeguard ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku
kepentingan PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat sebagai upaya untuk menghindari atau
mengatasi kemungkinan dampak negatif sosial dan lingkungan yang akan terjadi .
Semoga bermanfaat,
Jakarta, Oktober 2012
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
Ir. Guratno Hartono, MBC
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
i
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
ii
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Daftar Isi
KATA PENGANTAR | i
DAFTAR ISI | iii
Daftar istilah | v
Pendahuluan
1.1. Pengertian Upaya Pengamanan (Safeguard) | 2
Sasaran | 2
1.2
1.3 Prinsip-prinsip Pengamanan Sosial dan Lingkungan | 2
1.4 Pengguna | 3
Ketentuan Umum
2.1. Pengamanan Sosial | 5
2.1.1 Komponen Pengamanan Sosial | 5
2.1.2. Mengapa Pengamanan Sosial Penting? | 7
2.1.3. Penyediaan Lahan dan Keberlanjutan Program | 8
2.1.4. Kapan Upaya Pengamanan Sosial Dilakukan? | 8
2.1.5.Upaya Pencegahan dan Penanganan Dampak Sosial | 8
2.1.5.1. Upaya Pencegahan Dampak Sosial | 9
2.1.5.1.1 Penyediaan Lahan | 9
2.1.5.1.2 Perlakukan Terhadap Masyarakat adat | 9
2.1.5.1.3 Pengadaan Kayu | 10
2.1.5.2 Upaya Penanganan Dampak Sosial | 10
2.1.5.2.1 Penyediaan Lahan | 10
2.5.2.2 Pengadaan Kayu | 10
2.5.2.3 Perlakuan Terhadap Masyarakat adat | 11
2.2. Prinsip dasar pengamanan Lingkungan | 11
2.2.1 Kriteria Penapisan Lingkungan | 11
2.2.2 Identifikasi Potensi Dampak Lingkungan | 15
2.2.3. Upaya Pencegahan dan Penanganan Dampak Lingkungan | 17
Tahap Pelaksanaan
3.1. Alur pelaksanaan pengamanan sosial dan lingkungan | 21
3.2 Peran Konsultan/Fasilitator | 23
3.2.1 Tingkat Nasional | 23
3.2.2 Tingkat Provinsi | 23
3.2.3 Tingkat Kota/Kabupaten | 23
3.2.4. Tingkat Kelurahan | 24
3.3. Monitoring dan evaluasi | 24
3.4. Pelaporan | 25
3.5. Indikator Keberhasilan Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan | 26
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
iiii
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
ii
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Daftar Istilah
E
A
AMDAL, (Analisis Mengenai Dampak Environmental Assessment, Kajian terhadap
Lingkungan hidup) adalah kajian mengenai lingkungan
dampak penting suatu usaha dan/
atau kegiatan yang direncanakan pada F
lingkungan hidup, hasil kajian diperlukan
FAKO, Faktur Asal Kayu Olahan
bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
ANDAL, (Analisis Dampak Lingkungan) adalah
: hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan
yang direncanakan terhadap lingkungan hidup
yang diperlukan bagi
I
Involuntary Resettlement, Pemindahan secara
paksa/penggusuran
Indigenous People, Masyarakat Adat
B
L
Baku Mutu Lingkungan Hidup, ukuran batas
atau kadar mahluk hidup, zat, energi, atau
komponen yang ada atau harus ada dan/
atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
Lingkungan Hidup, kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan kehdiupan
dan Upaya Pemantauan) adalah serangkaian
upaya yang disusun secara sistematis untuk
mengelola dan memantau lingkungan
dari suatu kegiatan yang sudah diketahui
kemungkinan dampaknya dan dapat dikelola
dengan teknologi yang ada.
D
Dampak Lingkungan, pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan. Dampak dapat
berupa dampak positif dan negatif. Dampak
positif akan membuat kondisi menjadi lebih
baik atau memberikan nilai tambah, sedangkan
dampak negatif akan membuat kondisi
menjadi kurang baik atau memperburuk
kondisi. Dampak biasanya hanya bisa diukur
setelah suatu jangka waktu tertentu, biasanya
paling tidak minimal 1 tahun setelah suatu
kegiatan selesai dilaksanakan.
dan kesejahteraan manusia serta mahluk
hidup lainnya.
Limbah, sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Limbah dapat berupa limbah padat, cair, dan
gas/emisi.
M
Mitigasi,
upaya
penanggulangan/
pengurangan/meminimalisasi dampak negatif
N
Negative List (Daftar Kegiatan yang Dilarang),
daftar yang berisikan kegiatan-kegiatan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
vi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
yang dilarang dalam program PNPM MP
dikarenakan dalam kegiatan tersebut ada
pemakaian bahan atau timbulan limbah yang
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
atau merusak lingkungan, dan sehingga dalam
penanggulangan dampak yang terjadi akan
membutuhkan biaya yang cukup tinggi.
P
Pencemaran Lingkungan Hidup adalah :
masuk atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang sudah ditetapkan.
S
Sampah, sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah dapat berupa sampah organik dan
non organik.
SAKO, Surat Asal Kayu Olahan
SKPPL, Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup
SKSHH, Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan
U
UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan) adalah serangkaian
upaya yang disusun secara sistematis untuk
mengelola dan memantau lingkungan
dari suatu kegiatan yang sudah diketahui
kemungkinan dampaknya dan dapat dikelola
dengan teknologi yang ada.
viii
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
I. Pendahuluan
Di dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan pihak Donor (Bank Dunia)
disepakati adanya kewajiban bagi pihak pemerintah Indonesia untuk menerapkan aspek
pengamanan sosial dan lingkungan pada saat pelaksanaan program. Sejalan dengan hasil
kesepakatan tersebut, program PNPM Mandiri Perkotaan telah mencantumkan aspek
pengamanan tersebut di dalam buku pedoman pelaksanaan program. Oleh karena itu
penerapan kebijakan ini bukan merupakan hal yang baru atau sebagai tambahan prasyarat
dalam pelaksanaan program, kebijakan ini telah tertanam di dalam desain pelaksanaan dan
tahapan program dari sejak awal.
Pedoman teknis pengamanan sosial dan lingkungan PNPM Mandiri Perkotaan ini disusun dengan
tujuan dapat digunakan sebagai panduan teknis bagi pelaku dan pemangku kepentingan terkait
di dalam melakukan upaya pengamanan dampak negatif dari kegiatan yang diusulkan dari sejak
tahap perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (tahap operasional dan pemeliharaan).
Diharapkan seluruh unsur pelaku program dapat menerapkan upaya antisipatif sehingga
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat selalu memperhitungkan potensi dampak negatif
sosial dan kerusakan lingkungan, serta jika diperlukan merencanakan perbaikan atas dampak
dan kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi.
Pedoman teknis ini memuat upaya pengamananan (safeguard) dalam rangka pelestarian
lingkungan (environmental sustainability), pengalihan lahan dan pemukiman kembali (land
acquisition and resettlement) serta pengamanan bagi kelompok rentan dan masyarakat adat
(indigenous people) sehingga kegiatan yang akan dilaksanakan mempunyai dampak positif yang
optimal dan mengurangi/menghindari dampak negatif.
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
1
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
1.1. Pengertian Upaya Pengamanan (Safeguard)
Pada buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, safeguards diterjemahkan sebagai
“upaya pengamanan”, terdapat dua hal besar upaya pengamanan yang harus dilakukan yaitu
terkait dengan sosial dan lingkungan. Upaya tersebut meliputi upaya pencegahan, penanganan,
penyelesaian masalah dan pemulihan kondisi akibat dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat kegiatan/pembangunan prasarana
yang didanai oleh program. Upaya pengamanan tersebut dilakukan secara sistematis dan
terpadu pada saat perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum.
Didalam dokumen kebijakan pengamanan untuk program (Safeguard Policy Issues for PNPM
Urban) dijelaskan bahwa pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MP) memicu tiga
kebijakan safeguards World Bank yaitu: Environmental Assessment (OP/BP 4.01); Involuntary
Resettlement (OP/BP 4.12) dan Indigenous People (OP/BP 4.10), terkait dengan isu lingkungan
maka PNPM MP masuk di dalam kategori B.
1.2. Sasaran
Pada pelaksanaan kegiatan harus dengan memperhatikan pengamanan soisial dan lingkungan
yang memiliki sasaran, yaitu;
• Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut mencegah, menghindari dan
meminimalkan dampak negatif terhadap kondisi sosial dan lingkungan dari rencana
pembangunan prasarana yang akan dilaksanakan.
• Meningkatkan kesadaran dan komitmen seluruh pelaku (perangkat pemerintah,
kelompok peduli, konsultan dan fasilitator) terhadap pentingnya pengamanan sosial dan
lingkungan dalam setiap tahapan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di masyarakat.
1.3. Prinsip-prinsip Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Dalam program PNPM Mandiri Perkotaan secara sepakat memiliki prinsip pengamanan sosial
dan lingkungan terhadap keberlangsungan pelaksanaan kegiatan, yaitu;
• PNPM MP tidak akan membiayai kegiatan apapun yang dapat mengakibatkan dampak
negatif yang serius dan tidak dapat diperbaiki/dipulihkan. Bila diperkirakan kegiatan
akan menimbulkan dampak negatif maka perlu dipastikan adanya upaya mitigasi yang
dapat meminimalkan dampak negatif tersebut, baik pada tahap perencanaan, persiapan
maupun tahap pelaksanaan.
• PNPM MP tidak akan membiayai kegiatan yang karena kondisi lokal tertentu tidak
memungkinkan terjadinya konsultasi publik yang memadai dengan masyarakat, baik
yang terkena dampak maupun penerima manfaat.
• Usulan kegiatan harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
menghindari potensi terjadinya konflik sosial, persengketaan tanah, menghilangkan
kearifan lokal, dan juga menghindari wilayah-wilayah yang dilindungi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah/kementerian terkait.
• Setiap keputusan, laporan, dan perencanaan yang berkaitan dengan kerangka
pengamanan harus dikonsultasikan dan disebarluaskan terutama kepada warga yang
berpotensi terkena dampak. Khusus bagi masyarakat terkena dampak harus diberikan
kesempatan untuk terlibat dalam pengambilan keputusan serta menyampaikan aspirasi
termasuk keberatan atas rencana kegiatan yang berpotensi dapat menimbulkan dampak
negatif bagi mereka.
2
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
1.4. Pengguna
Secara khusus pedoman teknis pengamanan sosial dan lingkungan ini ditujukan kepada Badan/
Lembaga Keswadayaan Masyarakat dan Tim Fasilitator. Secara umum, pengguna pedoman dan
manfaatnya yang diharapkan dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman Teknis
Pengguna
Organisasi
masyarakat
(LKM/BKM)
Pengelola
Program
Konsultan
Pelaksana
Fasilitator
Manfaat
• Memahami arti penting pengamanan lingkungan dan sosial.
• Memberikan pelayanan yang setara kepada seluruh masyarakat,
khususnya masyarakat rentan.
• Mengedepankan upaya pengamanan sosial dan lingkungan dari
setiap kegiatan yang diusulkan masyarakat
• Sebagai acuan menyusun rencana kerja dan keberlanjutan program.
• Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan Lingkungan dan
Sosial program .
• Merencanakan pengelolaan program dengan memastikan kebijakan
pengamanan lingkungan dan sosial dilakukan.
• Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan
pengamanan lingkungan dan sosial.
• Panduan kerja pengendalian dan evaluasi mutu pelaksanaan
pengamanan lingkungan dan sosial.
• Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan pengamanan
lingkungan dan sosial.
• Memfasilitasi masyarakat untuk menyusun rencana kerja
pelaksanaan kegiatan khususnya pelaksanaan pengamanan
lingkungan dan sosial.
• Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku
kepentingan di desa/kelurahan.
• Pengendalian mutu pekerjaan.
Perangkat
pemerintah
(Pusat, Provinsi,
Kota/Kab.)
• Memahami secara menyeluruh Konsep Pengamanan Lingkungan dan
Sosial
• Memastikan kebijakan Pengamanan Lingkungan dan Sosial dilakukan
sesuai dengan ketentuan.
Kelompok Peduli
• Melakukan kontrol sosial
• Melakukan advokasi.
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
3
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
4
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional
Nasional Pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat (PNPM)
(PNPM) Mandiri
Mandiri -- Perkotaan
Perkotaan
Program
II. Ketentuan Umum
2.1. Pengamanan Sosial
2.1.1 Komponen Pengamanan Sosial
Mengenali komponen pengamanan sosial adalah bagian paling penting untuk memahami upaya
pencegahan terhadap munculnya dampak sosial di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa
komponen kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak sosial di masyarakat:
(1). Penyediaan Lahan
(2). Pengadaan Kayu
(3). Perlakuan Terhadap Masyarakat Adat
(4). Penggusuran
(5). Permukiman Kembali
(1) Penyediaan Lahan
Lahan adalah faktor yang sangat penting dalam pembangunan infrastruktur. Tanpa lahan,
hampir mustahil infrastruktur dapat dibangun. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai status
hukum lahan yang akan digunakan merupakan kewajiban yang harus disadari sejak awal
perencanaan. Tanpa pengetahuan mengenai status hukum terhadap lahan dimana infrastruktur
akan dibangun berarti membuka peluang timbulnya masalah baru. Kemungkinan-kemungkinan
masalah yang dapat terjadi adalah infrastruktur yang akan dibangun tidak dapat dilanjutkan,
atau terjadi pembongkaran paksa setelah dibangun, karena pemilik lahan berkeberatan. Untuk
menghindari munculnya kasus seperti itu, maka kejelasan status lahan yang akan digunakan
harus diketahui dan diselesaikan dari awal perencanaan.
(2) Pengadaan Kayu
Beberapa jenis infrastruktur yang akan dibangun mengunakan kayu sebagai salah satu
materialnya, misalnya: jembatan, MCK, los pasar, dll dan kerangka atap gedung, dll. Kayu yang
dibeli dengan dana program haruslah kayu yang legal. Artinya, kayu tersebut dibeli/didapatkan
dari sumber material yang memiliki SK-SHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan) (Informasi
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
5
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
lengkap mengenai SK-SHH dapat dilihat di Kepmenhut 126/KPTS-II/2003).
Mengapa program melarang penggunaan kayu ilegal untuk infrastruktur yang dibangun?
Kebijakan ini adalah dalam rangka memberi dukungan untuk mencegah/mengurangi terjadinya
penebangan kayu secara liar yang berdampak pada perusakan hutan lindung dan cagar alam
lainnya. Kerusakan hutan dan lingkungan, pada saatnya akan merugikan masyarakat sendiri.
Seperti misalnya akan terjadi banjir, tanah longsor dan bahkan kekurangan sumber air baku.
Peraturan dan Persyaratan dalam Pengelolaan Kayu
Beberapa hal penting yang menyangkut Pengelolaan Perkayuan antara lain:
1. Mensyaratkan dilampirkan sertifikat bukti sahnya kayu (SKSHH atau dokumen sejenis:
SAKO, FAKO) dalam setiap pembelian kayu;
Syarat ini menjadi bagian dalam perjanjian penerimaan bantuan antara pemerintah
dengan masyarakat penerima bantuan
2. Bila kayu yang dibeli tidak melampirkan SKSHH yang sah, maka proyek akan menghentikan
bantuan sesegera mungkin sampai kayu diganti dengan yang memiliki SKSHH yang sah
3. KMW/Korkot WAJIB meminta daftar suplier kayu yang dijamin/direkomendasikan oleh
Dinas Kehutanan setempat dan selanjutnya mensosialisasikannya kepada masyarakat
penerima manfaat;
4. Semua pembelian kayu, baik yang melalui suplier kayu yang direkomendasikan maupun
yang dari luar itu wajib melampirkan copy SKSHHnya
5. SKSHH dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban keuangan setiap kelompok
penerima bantuan yang membeli kayu
6. Semua pelaku PNPM MP mulai dari Fasilitator, Asisten Korkot, KMW, KMP dan PMU wajib
memeriksa ada tidaknya SKSHH ini pada setiap supervisi ke lapangan
7. Koordinator kota wajib merekap dan memeriksa bahwa dokumen SKSHH yang dilampirkan
berasal dari supplier/toko yang tercantum dalam kuitansi pembelian, selanjutnya dokumen
tersebut diserahkan pada Dinas Kehutanan setempat untuk mendapat rekomendasi
legalitasnya
8. Apabila kayu yang digunakan adalah bukan berasal dari pembelian, misalnya kayu bekas
bangunan lama tetapi masih layak pakai (kuat) atau kayu lokal maka pengaturannya
adalah sebagai berikut :
a. Kayu bekas bangunan lama yang masih layak pakai, boleh digunakan dengan
rekomendasi tertulis Fasilitator Teknik dan Tenaga Ahli KMW;
b. Kayu lokal yang masuk kategori kayu keras seperti jati rakyat, sonokeling, akasia,
mahoni, suren/surian, nangka dan durian dapat digunakan tetapi dilengkapi dengan
Surat Ijin Tebang dari aparat Kelurahan/Desa setempat dimana pohon tersebut
berasal
(3) Perlakuan Terhadap Masyarakat Adat
Definisi Masyarakat Adat adalah “komunitas terbatas” yang memiliki budaya dan adat yang khas
yang dianggap berbeda dengan sebagian besar komunitas lain yang berada di sekitanya. Budaya
dan adat yang khas ini telah berlangsung dan bertahan sangat lama. Umumnya, kelompok
ini mendiami lokasi tertentu dan memiliki beberapa karakteristik budaya tertentu pula. Para
fasilitator yang bertugas di lokasi khusus ini - terutama bila bukan berasal dari komunitas tersebut
- harus memperhatikan dan mempertimbangkan budaya dan adat setempat agar terhindar
dari konflik yang tidak diinginkan. Oleh karena itu para fasilitator program seharusnya memiliki
6
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
‘empati’ terhadap budaya dan adat masyarakat adat serta mampu mewaspadai kemungkinan
munculnya potensi konflik sedini mungkin.
(4) Penggusuran
Dalam kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan, makna dari penggusuran adalah tindakan yang
mengakibatkan satu atau sejumlah kegiatan/bangunan/rumah tangga terpaksa berpindah dari
lokasi yang ditempatinya selama ini, dikarenakan lokasi tersebut menjadi lokasi kegiatan yang
diusulkan masyarakat. Secara lebih rinci, sebuah tindakan dapat disebut penggusuran bila
memenuhi kriteria berikut ini:
• Semuanya atau lebih dari 50% dari lahan atau bangunan milik seseorang atau sejumlah
orang terkena subproyek, atau
• Kurang dari 50% dari lahan atau bangunan terkena subproyek, dan bagian yang tersisa
secara ekonomi tidak layak atau tidak dapat dihuni.
Tindakan penggusuran memiliki konsekuensi terhadap nilai kompensasi yang diterima oleh
pihak tergusur, ketidaksepakatan terhadap nilai kompensasi dapat berdampak munculnya
konflik di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan persetujuan mengenai nilai kompensasi
sebagai hasil dari negosiasi dari para pihak terkait.
(5) Permukiman Kembali
Definisi Permukiman kembali adalah sebuah upaya untuk memindahkan penduduk dari
lokasi yang terkena proyek ke lokasi baru. Pemindahan ini harus mengandung makna bahwa
penduduk yang terkena dampak tersebut dapat mengembangkan kehidupan yang lebih baik di
lokasi baru.
2.1.2. Mengapa Pengamanan Sosial Penting?
Dengan mengenali dan memahami komponen pengamanan sosial tersebut di atas diharapkan
dampak sosial yang mungkin akan muncul dapat dikendalikan.
Minimal ada dua dampak sosial yang cukup menonjol yang dapat terjadi di masyarakat, yaitu
munculnya konflik dan munculnya kerugian finansial.
Konflik di masyarakat dapat terjadi dikarenakan oleh:
• status lahan belum jelas atau surat-surat dari pemilik lahan tidak lengkap;
• pengabaian terhadap adat dan budaya masyarakat adat;
• nilai kompensasi terhadap penggusuran yang tidak adil, dan
• lokasi pemukimanan kembali yang dianggap tidak menguntungkan.
Seringkali konflik yang muncul tersebut akan meresahkan masyarakat, dan mengganggu
kelancaran pelaksanaan program. Bahkan dapat mengakibatkan penundaan pelaksanaan
program.
Kerugian finansial berpotensi muncul pada kasus dimana prasarana yang dibangun berada di
atas lahan milik pihak ketiga, misalnya di atas lahan milik instansi tertentu, seperti PT KAI, Dinas
irigasi atau pemda setempat. Pada kasus ini, pengurusan ‘izin pakai’ mungkin memerlukan
waktu lama dan tidak mudah. Sebagai akibat dari kesulitan itu, dampaknya mungkin saja
prasarana yang dibangun tidak dapat dilanjutkan atau bahkan harus dibongkar. Jika hal ini
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
7
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
terjadi, maka masyarakat dan program sama-sama dirugikan.
2.1.3. Penyediaan Lahan dan Keberlanjutan Program
Adakah kaitannya antara penyediaan lahan dan keberlanjutan program? Berdasarkan
pengalaman pelaksanaan program PNPM Mandiri perkotaan selama ini, penyediaan lahan
adalah komponen pengamanan sosial yang paling dominan dihadapi jika dibandingkan dengan
komponen pengamanan sosial lainnya. Meskipun demikian, setiap komponen pengamanan
sosial lainnya tetap harus menjadi perhatian didalam pelaksanaan program.
Berdasarkan pengalaman program, ada dua pola penyediaan lahan yang sangat menonjol
hingga saat ini. Pertama adalah pola hibah, dan kedua adalah izin pakai. Apa konsekuensi dari
masing-masing pola tersebut terhadap keberlanjutan program?
Penyediaan lahan dengan cara hibah memiliki peluang yang jauh lebih besar bagi masyarakat
pemanfaat untuk terus mengelola dan melakukan pemeliharaan secara berkelanjutan atau
melebihi umur bangunan (lifetime) dari infrastruktur yang bersangkutan; karena lahan yang
digunakan tidak dibatasi waktunya. Situasi ini agak sedikit berbeda dengan perolehan lahan
melalui izin pakai. Dengan cara yang satu ini, pemanfaatan terhadap infrastruktur yang dibangun
dibatasi oleh waktu yang ditentukan dalam kesepakatan izin pakai. Maksimal sebatas umur
bangunan (lifetime) prasarana yang dibangun. Biasanya sekurang-kurangnya adalah selama 3
(tiga) tahun. Walaupun izin pakai dapat diperpanjang, namun suatu waktu lahan yang digunakan
akan dikembalikan kepada pemiliknya. Situasi seperti ini mungkin dapat menjadi dilema bagi
keberlanjutan program.
Sejalan dengan prinsip program yang mendorong keberlanjutan pelaksanaan program di
masyarakat, maka penyediaan lahan dengan hak hibah adalah yang dianjurkan untuk
dioptimalkan di masyarakat.
2.1.4. Kapan Upaya Pengamanan Sosial Dilakukan?
Arti penting tentang pengamanan sosial sebaiknya disampaikan kepada masyarakat sejak
kegiatan sosialisasi awal dimulai. Sosialisasi ini terus menerus dilanjutkan hingga ke tahap
pemetaan swadaya (PS). Diharapkan bahwa dengan sosialisasi yang terus menerus ini dapat
terbangun kesadaran di masyarakat mengenai pentingnya upaya pengamanan sosial terhadap
usulan infrastruktur yang diajukan oleh masyarakat. Bentuk kesadaran yang telah terbangun di
masyarakat itu kemudian diakomodir dalam proposal usulan kegiatan. Format F2 adalah format
tentang status pengadaan lahan yang harus dilengkapi dan dilampirkan pada proposal usulan
kegiatan.
Untuk menjamin bahwa upaya pengamanan sosial itu direalisasikan dalam tahap perencanaan
dan sekaligus juga pada tahap pelaksanaannya, maka fasilitator wajib memastikan agar
informasi dan implikasi administratif dipahami oleh masyarakat dan menjadi pertimbangan
terhadap kelayakan usulan.
2.1.5. Upaya Pencegahan dan Penanganan Dampak Sosial
Seperti yang telah diuraikan di atas, ada 5 komponen pengamanan sosial yang wajib diperhatikan
dalam pelaksanaan program. Berupaya melakukan pengamanan sosial berarti berupaya untuk
8
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
melakukan pencegahan terhadap dampak sosial di satu pihak, dan di lain pihak, melakukan
penanganan dan sekaligus solusinya terhadap dampak sosial yang telah terjadi. Berikut ini
adalah berapa tindakan yang perlu dilakukan.
2.1.5.1. Upaya Pencegahan Dampak Sosial
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan program, dari lima komponen yang ada, tiga
diantaranya adalah yang sering terjadi di lapangan, yaitu penyediaan lahan, perlakukan
terhadap masyarakat adat dan penggunaan kayu legal. Sementara itu, dua komponen
lainnya, yaitu penggusuran penduduk dan pemukiman kembali hampir tidak pernah
terjadi di masyarakat. Panduan teknis ini akan menjelaskan upaya pencegahan dampak
pada tiga komponen tersebut.
2.1.5.1.1 Penyediaan Lahan
Untuk mencegah munculnya dampak sosial pada komponen ini, konsultan dan
fasilitator diharuskan melaksanakan hal-hal berikut ini:
•Pada saat sosialisasi awal dan pemetaan swadaya, masyarakat
diinformasikan bahwa setiap usulan pembangunan prasarana harus
memastikan bahwa tapak (site) yang akan dipergunakan memiliki status
lahan yang jelas.
•Pada saat pembuatan proposal atau penulisan usulan, formulir mengenai
pernyataan status perolehan lahan harus lengkap diisi dengan jelas, tertib
secara administrasi, dan ditandatangani pemilik lahan, lurah/kepala desa
dan BKM.
•Konsultan dan Fasilitator melakukan pengecekan kepada pihak terkait
mengenai kebenaran kepemilikan dan status penyediaan lahan, seperti
yang tertera di proposal.
•Jika didapati hal-hal yang tidak sesuai, fasilitator perlu melakukan
musyawarah dengan BKM dan KSM.
•
Ketidakjelasan pemilik dan status penyediaan lahan dapat menggugurkan
usulan kegiatan yang diajukan.
Penyediaan lahan dengan cara ganti rugi harus dihindari, dan digantikan dengan alternatif lain. Dana
BLM tidak diperbolehkan untuk membiayai ganti rugi atau kompensasi apapun. Jika tidak ada alternatif,
usulan kegiatan harus digugurkan.
2.1.5.1.2 Perlakukan Terhadap Masyarakat adat
Secara umum, keberadaan masyarakat adat terbatas pada lokasi-lokasi tertentu
saja. Seperti misalnya, Suku Badui di Banten, Suku Dayak di Kalimantan, Suku
Naga di Jawa Barat. Masyarakat di lokasi ini memiliki adat dan budaya yang telah
berlangsung lama, bahkan ada yang telah ratusan tahun. Masuknya program
hendaknya mempertimbangkan nilai-nilai tertentu yang dijunjung oleh adat
suku ini, sehingga terhindar dari kemungkinan munculnya konflik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
•
Konsultan dan Fasilitator harus memahami adat dan budaya suku ini.
•Konsultan dan Fasilitator di lokasi ini harus dapat dengan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
9
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
mengomunikasikan program kepada tokoh-tokoh masyarakat dan
penduduk setempat.
•Konsultan dan Fasilitator juga harus memahami kebutuhan dasar yang
diperlukan oleh masyarakat asli ini.
•Konsultan dan fasilitator harus mendorong masyarakat untuk memberi
perhatian yang lebih kepada perempuan miskin untuk berpartisipasi.
2.1.5.1.3 Pengadaan Kayu
Kayu adalah bagian yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan
jenis infrastruktur tertentu, untuk mendapatkan kayu tersebut perlu
mempertimbangkan hal-hal seperti di bawah ini:
•Kayu yang digunakan wajib dibeli di toko penjual yang memiliki SK-SHH
(Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan).
•Dilarang memanfaatkan kayu yang berasal dari sumber yang patut
dicurigai sebagai kayu ilegal.
•Pada situasi tertentu, diperkenankan menggunakan kayu yang berasal
dari lahan penduduk sendiri sebagai bagian dari swadaya, atau dengan
melakukan ganti rugi sesuai kesepakatan masyarakat dalam musyawarah.
2.1.5.2 Upaya Penanganan Dampak Sosial
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan kegiatan sebelumnya ada 3 (tiga) hal yang
menjadi berpotensi menimbulkan permasalahan sosial, yaitu:
2.1.5.2.1 Penyediaan Lahan
Jika ada infrastruktur yang terlanjut dibangun di atas lahan yang belum jelas
status legalitasnya, maka konsultan/fasilitator perlu melakukan upaya-upaya
berikut ini:
•Bersama-sama dengan BKM dan KSM mengadakan musyawarah untuk
menyepakati langkah-langkah yang perlu dilakukan. Bila diperlukan
dapat membentuk tim khusus untuk menangani masalah ini.
•Fasilitator/Tim mencari informasi kepada pihak terkait mengenai pemilik
lahan yang sebenarnya.
•Fasilitator/Tim mengajukan permohonan pemanfaatan lahan yang
dimaksudkan kepada pihak pemilik lahan.
•Fasilitator/Tim memantau proses permohonan pemanfaatan lahan itu
pada pihak terkait, dan melaporkan hasilnya pada BKM.
•Hasil persetujuan terhadap izin pemanfaatan lahan diumumkan di
musyawarah yang dihadiri oleh berbagai pihak terkait.
•Fasilitator/Tim mendokumentasikannya secara tertib administrasi hasil
persetujuan/izin pemanfaatan lahan tersebut sebagai syarat kelengkapan
usulan kegiatan.
•Hasil dokumentasi tersebut wajib digandakan dan dilaporkan kepada
askorkot infra.
2.5.2.2 Pengadaan Kayu
Apabila pembangunan infrastruktur terlanjur menggunakan kayu ilegal, maka 10
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
hal yang perlu dilakukan oleh fasilitator adalah:
•Menegaskan kepada masyarakat agar tidak terulang lagi pengunaan kayu
ilegal tersebut, dan mengantisipasinya untuk tidak terjadi di lokasi yang
lain.
•Mensosialisasikan kembali mengenai pelarangan terhadap penggunaan
kayu ilegal.
•Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai syarat-syarat kayu
legal dan tempat-tempat penjualan kayu yang memiliki SK-SHH.
2.5.2.3 Perlakuan Terhadap Masyarakat adat
Apabila terjadi protes terhadap program atau muncul perselisihan diantara masyarakat,
fasilitator mengundang tokoh masyarakat setempat, termasuk pengurus BKM jika telah
terbentuk, untuk melakukan hal-hal berikut ini:
•Mengadakan pertemuan dengan masyarakat yang melakukan protes untuk
saling berdialog/bermusyawarah untuk menjernihkan duduk persoalannya.
•Memfasilitasi kelompok masyarakat yang berselisih/konflik hingga terjadi saling
pengertian diantara kedua belah pihak.
•
Menyusun berita acara pertemuan dan memuat hal-hal yang telah disepakati.
2.2. Prinsip dasar pengamanan Lingkungan
Sebagaimana di ketahui, PNPM Mandiri Perkotaan telah diklasifikasikan dalam kategori B, hal
ini berarti bahwa :
• Potensi dampak negatif yang muncul akibat pelaksanaan program tidak begitu
signifikan; bersifat lokal; kebanyakan dapat diperbaiki;
• Langkah mitigasi/pencegahan dampak sudah dirancang dan disiapkan dalam
kebanyakan kasus
Berkaitan dengan hal tersebut maka pada saat pelaksanaan pendampingan kegiatan dimasyarakat
konsultan dan fasilitator harus menjamin bahwa prinsip dasar pengamanan lingkungan harus
menjadi perhatian utama.
Prinsip-prinsip dasar pengamanan lingkungan PNPM MP adalah:
1. Usulan kegiatan harus menghindari atau meminimalkan dampak lingkungan negatif, dan
harus mencari desain dan material alternatif untuk meminimalkan dampak lingkungan
negatif.
2. Usulan kegiatan harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan menghindari
wilayah-wilayah yang dilindungi yang telah ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan
3. Setiap usulan kegiatan yang akan memiliki dampak lingkungan harus dilengkapi dengan
rencana pengelolaan lingkungan sebagai langkah mitigasi dampak.
2.2.1 Kriteria Penapisan Lingkungan
Konsultan dan fasilitator harus memastikan bahwa usulan kegiatan yang disampaikan oleh
masyarakat kepada BKM/LKM harus diperiksa dengan kriteria penapisan lingkungan yang telah
ditentukan, dalam hal ini harus dipastikan bahwa tidak ada proyek yang akan membutuhkan
ANDAL atau UKL/UPL
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
11
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Pada pelaksanaan Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK),
dikarenakan karakteristik program maka potensi munculnya dampak negatif t sosial dan
lingkungan cukup besar, oleh karena itu pemahaman dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
pengamanan sosial dan lingkungan lebih ditekankan.
Usulan kegiatan yang tercantum didalam RPLP/RTPLP yang mungkin membutuhkan ANDAL atau
UKL/UPL harus dibiayai dari sumber non BLM.
Selanjutnya langkah pemantauan dampak dan atau pelaksanaan mitigasi untuk kegiatan
tersebut harus dipastikan pelaksanaannya.
Secara umum, pada saat penapisan awal, jenis proyek, skala, lokasi, sensitivitas dan sifat serta
besaran dampak potensial, akan diidentifikasi dengan mengklasifikasikan usulan kegiatan dalam
4 kategori:
1. Kegiatan yang membutuhkan ANDAL, mengacu pada Permen LH no. 11/2006 tentang jenis
kegiatan kegiatan yang membutuhkan ANDAL. Usulan kegiatan yang masuk kategori ini
tidak akan dibiayai oleh PNPM MP.
2. Kegiatan yang membutuhkan UKL dan UPL berdasarkan studi terbatas tetapi site-specific,
mengacu pada Kepmen PU no. 17/KPTS/M/2003 mengenai jenis kegiatan di bidang
Pekerjaan Umum yang membutuhkan UKL/UPL) serta Permen LH-13/2010 mengenai UKLUPL dan SPKPPL. Diharapkan bahwa semua usulan kegiatan tidak ada satupun yang
masuk kriteria ini.
3. Kegiatan yang cukup dengan Pedom an Operasional Baku (POB), dimana praktek yang baik
akan cukup untuk melindungi lingkungan. POB untuk jenis kegiatan ini dapat mengacu pada
POB yang dikeluarkan oleh Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU untuk beberapa jenis proyek
(termasuk upaya-upaya untuk mengendalikan debu, kebisingan, dan lalu lintas di lokasi
konstruksi; spesifikasi untuk penimbunan dan penanaman kembali wilayah yang terganggu
unuk mencegah erosi; dan prosedur untuk mengendalikan dampak negatif pada lokasi
pembuangan sampah; dsb.). Kemungkinan beberapa usulan kegiatan akan masuk dalam
kategori ini.
4. Kegiatan yang tidak membutuhkan studi lingkungan, dimana tidak akan ada konstruksi,
gangguan terhadap tanah atau air atau buangan polutan. Kriteria ini membutuhkan
pernyataan pengelolaan lingkungan seperti yang diatur dalam PERMENLH 13/2010.
Kemungkinan akan ada beberapa usulan kegiatan yang masuk kategori ini.
12
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Spesifikasi desain termasuk pertimbangan pengelolaan lingkungan untuk penyediaan air bersih,
toilet umum, jalan kota, TPS, los pasar dan jembatan harus mengacu pada Prosedur Operasi
Baku (SOP) yang sudah ditentukan.
Penapisan Lingkungan Hidup pada usulan kegiatan masyarakat didasarkan pada ketentuan
yang tercantum pada Permen LH-11/2006 untuk ANDAL (Mengenai Jenis Kegiatan Usaha yang
Membutuhkan ANDAL)); Kepmen PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL/UPL (Mengenai Keputusan
Jenis Kegiatan di Bidang PU yang membutuhkan UPL and UKL); dan Permen LH-13/2010
mengenai UKL-UPL dan SPKPPL, dapat dilihat pada tabel 2.1. berikut:
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
13
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Tabel 2.1 Kriteria Penapisan Usulan Kegiatan
No
Sektor dan Proyek
Unit
ANDAL
> 250
Transmisi (kota besar)
L/dt
km
>10
50 - <250
2 – 10
Distribusi (kota besar)
Ha
>500
100 - < 500
a. Kota besar
km; or ha
>5
5 - 1; or 5 – 2
b. Kota sedang
km; or ha
>10
10 – 3; or 10 – 5
km
>30
30 – 5
Pelebaran (kota besar)
km;
5
>10 (jika pengadaan tanah)
Jembatan di kota besar
m;
-
> 20
Jembatan di kota kecil
m;
-
> 60
IPLT
ha
>2
< 2 ha
Sistem pembuangan air
limbah
ha
>500
< 500
IPAL
ha
>3
Penimbunan (TPA)
ha; atau ton
>10.000
<10; atau <10.000
TPA (di area pasang surut)
ha; atau ton
>5000
<5; atau <5000
UKL/UPL
Penyediaan air bersih
Pengambilan air baku
1.
Jalan kota
Pembangunan baru:
2.
c. Kota kecil (desa)
Limbah cair dan sanitasi
3.
<3
Persampahan
4.
Stasiun transfer
>1.000
< 1000
Drainase dan pengendalian
banjir
5.
a. Di kota besar
km
>5
1- <5
b. Di kota sedang
km
>10
3 – <10
c. Di kota kecil (desa)
km
>25
5-<15
Kota besar
ha
200
>1
Kota sedang
ha
Peningkatan (upgrading)
ha
Peningkatan Kampung
6.
>2
5
>1
Sumber: PERMENLH-11/2006 untuk ANDAL (Mengenai Jenis Kegiatan Usaha yang Membutuhkan ANDAL));
KEPMEN PU- 17/KPTS/M/2003 untuk UKL/UPL (Mengenai Keputusan Jenis Kegiatan di Bidang Pekerjaan
Umum yang membutuhkan UPL and UKL); dan PERMENLH-13/2010 mengenai UKL-UPL dan SPKPPL.
14
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
2.2.2 Identifikasi Potensi Dampak Lingkungan
Konsultan dan fasilitator harus memastikan bahwa BKM/LKM dan KSM telah melakukan
identifikasi potensi dampak negatif terhadap lingkungan pada setiap usulan kegiatan
dengan menggunakan format yang telah disediakan (Form-4 dan Form-5). Secara umum
identifikasi potensi dampak negatif dilakukan berdasarkan tahapan kegiatan dan jenis
usulan kegiatan. Contoh potensi dampak lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Contoh Potensi Dampak Lingkungan berdasarkan tahapan kegiatan
No.
Tahapan Kegiatan
1
Persiapan/Pra
Konstruksi
2
Konstruksi
3
Pasca Konstruksi
4
Operasional
Potensi dampak
• Debu dan sampah dari pembersihan lahan atau area
kegiatan
• Gangguan pemakai jalan atau lahan akibat adanya
kegiatan pembersihan lahan
• Gangguan ekologi
• Dll
• Debu,
• Sampah
• Bising
• Gangguan pengguna lahan
• Pengotoran badan air (sungai, danau, saluran air, dsb.)
• Longsor
• Gangguan ekologi
• Dll
• Sampah
• Puing
• Longsor
• Perubahan ekologi
• Dll
•Penurunan kualitas air di sumber air
•Gangguan estetika
•Gangguan kesehatan
•Timbulan sampah
•Kebisingan
•dll
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
15
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Tabel 2.3. Contoh Potensi dampak berdasarkan jenis kegiatan infrastruktur
No
Jenis Prasarana/
Sarana
1.
Jalan
•
•
•
•
•
Kebisingan, getaran, emisi yang tinggi,
Gangguan visual (khusus pada saat konstruksi)
Gangguan lahan/erosi/longsor
Bangkitan lalu lintas
Gangguan jaringan prasarana umum seperti gas, listrik, air minum,
telekomunikasi (khusus pada saat konstruksi)
Drainase
•
•
•
•
•
•
Gangguan lalu lintas,
Kerusakan prasarana dan sarana umum lain,
Perubahan tata air di sekitar jaringan,
Bertambahnya aliran puncak
Munculnya genangan air
Dll
•
•
•
•
•
•
Potensi perubahan kestabilan lahan,
Potensi perubahan aliran air,
Kebisingan, getaran, emisi yang tinggi,
Bangkitan lalu lintas,
Gangguan jaringan prasarana sosial seperti pipa gas, listrik, air minum,
telekomunikasi (khusus pada saat konstruksi)
dll
Sarana Air Bersih
•
•
•
•
Gangguan lahan/erosi/longsor
Penurunan muka air tanah
Intrusi air laut atau air permukaan ke dalam air tanah
dll
Sarana Sanitasi
•
•
•
•
Pencemaran pada sumber-sumber air minum dan air permukaan
Sumber berkembangbiaknya lalat, cacing dan serangga lain.
Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
dll
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Sumber berkembangbiaknya lalat dan serangga lain.
Timbulnya bau dan pemandangan yang tidak sedap dipandang.
Munculnya genangan air lindi (leachete)
dll
Gangguan lalu lintas (pada saat konstruksi),
Kerusakan prasarana dan sarana umum lain,
Perubahan tata lahan di sekitar tapak,
Munculnya genangan air dan bau tidak sedap
Munculnya sampah atau limbah cair lainnya
dll
2.
3.
Jembatan
4.
5.
6.
Tempat Penampung
Sampah
7.
16
Potensi Dampak
Pembangunan
gedung (rumah,
sarana perdagangan,
sarana pendidikan
dan sarana
kesehatan)
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
2.2.3. Upaya Pencegahan dan Penanganan Dampak Lingkungan
Seperti yang telah diuraikan di atas, potensi dampak negatif dapat muncul pada saat proses
pembangunan dan saat operasionalisasi serta tergantung juga dari jenis infrastruktur terbangun.
Upaya pengamanan lingkungan harus dipikirkan sebagai upaya komprehensif dalam melakukan
pencegahan/pengurangan serta penanganan terhadap resiko dampak lingkungan yang akan
terjadi, upaya tersebut biasa disebut sebagai mitigasi dampak. Langkah mitigasi merupakan
investasi jangka panjang untuk mendukung peningkatan kesejahteraan. Berdasarkan
pengalaman pelaksanaan program, terdapat 6 jenis infrastruktur yang sering diusulkan oleh
masyarakat, yaitu:
a. Prasarana transportasi (jalan, jembatan, gorong-gorong dan tambatan perahu)
b. Prasarana irigasi
c. Prasarana air bersih
d. Prasarana sanitasi
e. Prasarana drainase permukiman
f. Prasarana persampahan
Tabel berikut memperlihatkan beberapa alternatif langkah mitigasi dampak lingkungan
berdasarkan jenis infrastruktur.
Tabel 2.4. Alternatif langkah mitigasi dampak lingkungan
POTENSI/SUMBER DAMPAK
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
NEGATIF
A.PRASARANA JALAN, JEMBATAN, GORONG-GORONG, TAMBATAN PERAHU
No
1
Resiko longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah diarea
lereng/tebing
Pemindahan trase/jalur jalan atau bangunan ke tempat
lain yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/
panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/
pantai
2
Jembatan mengganggu lalu lintas
perahu
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Tata letak dipindahkan untuk menghindari masalah
3
Jembatan/tambatan perahu
merubah arah/aliran sungai
4
Meningkatnya erosi pada tebing
Perletakan jembatan diperbaiki/disesuaikan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/
pantai
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
17
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
Dasar saluran diperlandai
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
5
Meningkatnya erosi pada saluran
pinggir/samping
Dipasang gorong2 bantu untuk mengurangi debit (sub
drainase)
Perkerasan khusus pada badan jalan disekitar saluran,
seperti beton, aspal, dll.
Permukaan jalan dipadatkan
6
Jalan tanah meningkatkan debu
7
Jalan menutup/memotong aliran
air alamiah/drainase
Permukaan jalan diberikan perkerasan dari bahan berbutir
kasar (kerikil/sirtu)
Dipasang gorong2 sesuai aliran alamiah/drainase
Drainase dibuat dari bahan pasangan batu/bata atau
beton
8
Saluran samping/drainase terjadi
pendangkalan/ sedimentasi
Drainase dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan atau
saluran kota yang ada (terintegrasi)
9
Jalan baru akan menebang
banyak pohon-pohon
Pemindahan trase/jalur jalan ke tempat lain yang lebih
aman
10
Tidak ada pembuangan akhir /
ada genangan air dari drainase/
Gorong-gorong
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
(seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Drainase kota;
Dibuat pagar pengaman pada Tikungan Jalan yang tajam
Dibuat penahan longsor diderah tebing/lereng atau
badan jalan
11
Bangunan tidak nyaman/aman
Dibuat pagar pengaman pada jembatan dan di pintu
masuk/ keluar jembatan (kiri+kanan)
Dibuat tembok pengaman pada gorong-gorong
(kiri+kanan)
12
Belum terlaksananya O&P
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
B. PRASARANA IRIGASI
1.
18
Resiko Longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah diarea
lereng/tebing
Pemindahan jalur Saluran atau bangunan ke tempat lain
yang lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/
panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang pelindung tebing diarea terkena arus sungai/
pantai
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
No
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
2
Meningkatnya erosi pada tebing
atau dinding saluran tanah
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
3
Konsentrasi air tidak terkendali
disaluran/sawah
4
Saluran terjadi pendangkalan/
sedimentasi akibat erosi dari
dinding sal. Tanah/Tebing
5
Belum terlaksananya O&P
Pengaturan penggunaan Air
Dibuat pintu-pintu air
Dasar saluran diperlandai
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
C.PRASARANA AIR BERSIH
1
2
3
4
5
6
7
8
Galian Sumur (sumur dangkal)
longsor
Galian sumur dalam/bor bisa
memunculkan bahan2 tambang
yang bisa berbahaya, seperti
minyak,gas
Kualitas air sumur bercampur
mineral/bahan2 berbahaya bagi
kesehatan
Sumur Gali (sumur dangkal)
longsor
Sumur terlalu dekat dengan MCK/
WC
Air Sumur tercampur air
permukaan/Air Rembesan
Mata Air tercampur air
permukaan
Belum terlaksananya O&P
Dibuat turap penahan tanah
Dinding Sumur menggunakan Cincin Beton
Koordinasi dengan dinas pertambangan & geologi/ instansi
terkait sebelum kegiatan dimulai;
Dilakukan Pengujian kualitas air sebelum dimanfaatkan
Dinding Sumur dibuat menggunakan Cincin Beton
Lokasi Sumur dan Septicktank/Resapan minimal 11 meter
Dibuat bibir sumur yang cukup tinggi
Lokasi Sumur dicari tempat yang tidak sering banjir
Dibuat Pelindung disekitar mata air untuk mencegah air
masuk
Daerah sekitar mata air diberi pelindung jalur hijau
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
D.PRASARANA SANITASI (MCK, JAMBAN, SALURAN LIMBAH RUMAHTANGGA)
Dibuat saluran pembuangan sampai ketempat
Tidak ada saluran pembungan
pembuangan atau drainase yang ada
limbah cair domestik
1
(MCK,Jamban,Air Cucian
Dibuat Septictank dan Resapan untuk MCK/Jamban
Dapur,dsb)
Pipa sanitasi dipermukaan tanah
Tanam pipa sanitasi dari kakus keseptictank
yang sangat rawan thd sinar
2
matahari, terinjak, dan kenakalan Buat Lubang Kontrol dan Pipa Udara untuk septicktank
manusia
3
Bangunan MCK, Jamban, Drainase
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan
air limbah, tidak sesuai standar
standar teknis bangunan
teknis
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
19
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
No
4
5
6
7
POTENSI/SUMBER DAMPAK
NEGATIF
Septicktank/Resapan MCK/WC
terlalu dekat dengan Sumur.
Jenis bangunan Septicktank tidak
sesuai jenis tanah
Tidak ada pembuangan akhir dari
saluran MCK, WC, Saluran Limbah
Rumah Tangga/ada genangan air
Belum terlaksananya O&P
ALTERNATIF UPAYA PENANGGULANGAN/MITIGASI
Jarak lokasi Septicktank/Resapan dengan Sumur minimal
11 meter
Jenis bangunan Septicktank disesuaikan dengan daya
resap tanah
Dibuat Drainase sampai ketempat pembuangan akhir
(seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Drainase kota;
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
E.PRASARANA DRAINASE PERMUKIMAN
1.
Resiko Longsor akibat Kegiatan
Galian/Timbunan Tanah diarea
lereng/tebing
2
Meningkatnya erosi pada tebing
3
Saluran terjadi pendangkalan/
sedimentasi akibat erosi dari
dinding sal. Tanah/Tebing
4
Tidak ada pembuangan akhir
drainase/ada genangan air
5
Bangunan Drainase Tiidak sesuai
standar teknis
6
Belum terlaksananya O&P
F.PRASARANA PERSAMPAHAN
Bangunan Sampah Tiidak sesuai
1
standar teknis
Tidak ada Pembuangan Sampah
2
dari TPS
3
20
Belum terlaksananya O&P
Pemindahan jalur atau bangunan ke tempat lain yang
lebih aman
Batasi pemindahan tanah hanya pada musin kering/
panas
Dibangun tanggul atau turap penahan
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami didaerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Tampingan diperlandai
Penanaman Vegetasi/jerami di daerah kemiringan
Dipasang penahan pelindung tebing saluran
Dasar saluran diperlandai
Saluran dibuat dari bahan pasangan batu atau beton
Saluran dibuat mengikuti kemiringan alamiah
Saluran pembuangan dibuat sampai ketempat
pembuangan
Drainase dibuat sampai ketempat pembuangan akhir
(seperti sungai, laut) atau terintegrasi dengan Sistem
Drainase kota;
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan
standar teknis bangunan
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
Desain/Spesifikasi teknis disesuaikan dengan ketentuan
standar teknis bangunan
TPS dibuat terintegrasi dengan Sistem persampahan
kota;
Dibentuk tim O&P, penetapan rencana kerja dan
pembiayaan, dilakukan pemantauan secara reguler
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
III. Tahapan Pelaksanaan
3.1. Alur pelaksanaan pengamanan sosial dan lingkungan
Pelaksanaan upaya pengamanan sosial dan lingkungan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk melihat dan memastikan bahwa pelaksanaan PNPM MP telah sesuai dengan kaidah-kaidah
pengamanan lingkungan dan sosial. Secara garis besar mekanisme penerapan pengamanan
sosial dan lingkungan dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:
• Konsultan dan fasilitator wajib melakukan sosialisasi upaya pengamanan lingkungan di
setiap tahapan kegiatan/siklus program, dimulai dari kegiatan sosialisasi, perencanaan
PJM Pronangkis, pengusulan kegiatan, pelaksanaan konstruksi sampai dengan tahapan
pemanfaatan dan pemeliharaan.
• Pada saat penyiapan proposal, KSM wajib menyiapkan proposal usulan kegiatan
berdasarkan format standar yang telah disediakan yang memuat spesifikasi teknis,
anggaran dan rencana kerja, termasuk dalam hal ini kesesuaiannya dengan ketentuan
pengamanan sosial dan lingkungan: (i) status pengadaan lahan (form 2), (ii) form
ceklist daftar negatif untuk mengidentifikasi usulan kegiatan yang tidak layak untuk
mendapatkan pendanaan (form 4),(iii) form hasil identifikasi potensi dampak negatif
lingkungan dan rencana pemantauannya.
• Semua usulan kegiatan dari masyarakat akan dikaji oleh konsultan/fasilitator dari
segi kelayakan, teknis, dan kesesuaian dengan pedoman, sebelum usulan tersebut
dipertimbangkan oleh BKM/UPL.
• BKM/UPL dengan didampingi oleh konsultan/fasilitator akan secara khusus menapis
usulan kegiatan dari sisi dampak lingkungan berdasarkan tabel kriteria penapisan
lingkungan. Serta jika diperlukan juga melakukan penapisan khusus untuk semua usulan
kegiatan masyarakat yang membutuhkan tanah dan perubahan penggunaan air (misal
reklamasi, irigasi); proyek ekonomi yang berdampak lingkungan untuk memastikan
alignment, air larian, dsb. memenuhi standar praktek yang baik. Selanjutnya BKM/UPL
dengan bantuan fasilitator/konsultan akan memastikan adanya langkah-langkah mitigasi
yang memadai.
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
21
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
• Penetapan usulan kegiatan masyarakat yang akan dibiayai oleh program (dana BLM)
harus dilaksanakan dalam suatu rapat terbuka kepada seluruh masyarakat.
Alur Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan pada saat pengusulan kegiatan dan pasca
konstruksi
Keterangan:
1. KSM menyusun usulan kegiatan (proposal) dan mengajukan ke BKM/LKM
2. BKM/UPL di dampingi oleh Faskel infra melakukan penilaian usulan kegiatan yang diajukan oleh KSM
3. Penilaian kelayakan proposal didasarkan pada aspek administrasi dan teknis, meliputi kelengkapan dokumen,
format pengamanan lingkungan, perolehan lahan, rencana kerja, spesifikasi teknis dan rencana biaya
4. Jika proposal belum layak, maka proposal dikembalikan kepada KSM untuk diperbaiki
5. Jika proposal dianggap sudah layak oleh BKM/LKM dan faskel selanjutnya proposal dikirim ke Askorkot untuk
di verifikasi
6. Jika proposal belum layak, maka proposal dikembalikan kepada KSM untuk diperbaiki
7. Jika proposal dianggap layak, maka selanjutnya dilakukan proses pencairan dana BLM ke rekening KSM
8. Selanjutnya KSM melaksanakan pembangunan dengan tetap memperhatikan ketentuan pengamanan sosial
dan lingkungan sesuai dengan yang tercantum di dalam proposal dengan dipantau oleh BKM/UPL
9. Setelah selesai pelaksanaan konstruksi, KSM atau pihak lain yang ditunjuk melaksanakan operasionalisasi
dan pemeliharaan infrastruktur terbangun, serta melaksanakan mitigasi dampak sosial dan lingkungan
sesuai dengan rencana yang tercantum di dalam proposal atau disesuaikan dengan kebutuhan.
22
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
3.2 Peran Konsultan/Fasilitator
3.2.1 Tingkat Nasional
Tenaga Ahli (TA), khususnya TA Safeguard Sosial/ Lingkungan diwajibkan:
• Memahami ketentuan tentang pengamanan sosial dan lingkungan
• Memberikan penguatan kapasitas dan bantuan teknis terkait dengan pengamanan
sosial dan lingkungan kepada TA Infra KMW;
• Memberikan dukungan dan melakukan sosialisasi ketentuan pengamanan sosial kepada
berbagai pihak terkait;
• Melakukan pemantauan terhadap penerapan pengamanan sosial dan lingkungan di
tingkat nasional;
• Melakukan pengumpulan data hasil penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
seperti: status lahan, dokumen SKSHH/SAKO/FAKO, Format-format (form 2, 4, dan 5)
tingkat nasional;
• Melakukan review dan analisis data penerapan pengamanan sosial dan lingkungan;
• Mengirimkam laporan hasil analisis data penerapan sosial dan lingkungan secara rutin
ke Satker Pusat.
3.2.2 Tingkat Provinsi
Para Tenaga Ahli (TA), khususnya TA infra diwajibkan:
• Memahami ketentuan tentang pengamanan sosial dan lingkungan
• Memberikan penguatan kapasitas dan bantuan teknis terkait dengan pengamanan
sosial dan lingkungan kepada para Askorkot infra dan jika diperlukan kepada fasilitator
infra.
• Memberikan dukungan dan melakukan sosialisasi ketentuan pengamanan sosial kepada
berbagai pihak terkait.
• Melakukan pemantauan terhadap penerapan pengamanan sosial dan lingkungan di
wilayah dampingannya.
• Melakukan pengumpulan data hasil penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
seperti: status lahan, dokumen SKSHH/SAKO/FAKO, Format-format (form 2, 4, dan 5)
• Melakukan review dan analisis data penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
• Mengirimkam laporan hasil analisis data penerapan sosial dan lingkungan secara rutin
ke KMP dan Satker Provinsi
3.2.3 Tingkat Kota/Kabupaten
Para Koordinator Kota/Kabupaten, terutama askorkot infra diwajibkan:
• Memahami ketentuan tentang pengamanan sosial dan lingkungan
• Memastikan agar ketentuan pengamanan sosial dan lingkungan menjadi persyaratan
dan atau kelengkapan upaya penanganan dampak.
• Memberikan penguatan kapasitas dan bantuan teknis terkait dengan pengamanan
sosial dan lingkungan kepada tim faskel, khususnya faskel infra
• Melakukan sosialisasi kerangka pengamanan sosial dan lingkungan kepada berbagai
pihak terkait.
• Memberikan bantuan teknis kepada tim faskel, khususnya faskel infra, terkait dengan
upaya penanganan/pencairan solusi terhadap dampak sosial dan lingkungan yang
terjadi di masyarakat.
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
23
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
• Melakukan pengumpulan data hasil penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
seperti: status lahan, dokumen SKSHH/SAKO/FAKO, Format-format (form 2, 4, dan 5)
• Melakukan review dan analisis data penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
• Mengirimkan laporan hasil analisis data penerapan sosial dan lingkungan secara rutin ke
KMW dan Satker Kabupaten/Kota
3.2.4. Tingkat Kelurahan
Para faskel, terutama faskel infra diwajibkan:
• Memahami ketentuan tentang pengamanan sosial dan lingkungan
• Melakukan sosialisasi pengamanan sosial dan lingkungan di masyarakat, BKM, perangkat
kelurahan dan unsur lainnya, pada setiap pelaksanaan tahapan kegiatan
• Memfasilitasi masyarakat, BKM/UPL, KSM dalam penerapan aspek pengamanan sosial
dan lingkungan pada saat penyusunan proposal usulan kegiatan
• Memastikan semua dokumen dan administrasi terkait penerapan pengamanan sosial
dan lingkungan, seperti status lahan, dokumen SKSHH/SAKO/FAKO, Format-format
(form 2, 4, 5 dan 9), dll., berada disekretariat BKM
• Memastikan semua dokumen dan administrasi terkait penerapan pengamanan sosial
khususnya status lahan berada disekretariat BKM, pemilik lahan dan kantor kelurahan
• Memfasilitasi masyarakat untuk mencari solusi dan langkah penanganan jika terjadi
dampak sosial dan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur/lainnya di masyarakat.
• Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan pengamanan sosial dan lingkungan
ditingkat masyarakat.
• Melakukan pengumpulan data hasil penerapan pengamanan sosial dan lingkungan
seperti: status lahan, dokumen SKSHH/SAKO/FAKO, Format-format (form 2, 4, 5 dan 9)
• Mengirimkan laporan data hasil penerapan sosial dan lingkungan secara rutin ke tingkat
korkot
3.3. Monitoring dan evaluasi
Tujuan umum monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui dan mengendalikan kinerja
pelaksanaan dan kemajuan, dampak dan pengambilan keputusan terhadap kebutuhan
perubahan pengelolaan pendampingan.
Monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk mengukur efisiensi, efektivitas dan manfaat serta
kesinambungan kegiatan pendampingan.
Secara khusus, tujuan monitoring dan evaluasi proyek antara lain untuk:
• Memantau proses kemajuan pelaksanaan proyek;
• Mengevaluasi dampak untuk menentukan apakah kegiatan atau intervensi yang
dilakukan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan bagi penerima manfaat dan
pemangku kegiatan lainnya,
• Memantau kinerja pelaksana dan institusi pelaksana dalam menjamin keberhasilan
proyek.
• Menghasilkan umpan-balik bagi pengelola proyek dalam rangka meningkatkan kualitas
layanan
Monitoring akan meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kegiatan,
dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut:
24
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
• Oleh Konsultan/fasilitator : Monitoring dilakukan dengan cara memeriksa usulan
kegiatan, laporan hasil kegiatan, hasil monitoring lapangan (fasilitasi, supervisi, uji
petik), data-data sekunder dalam MIS dan PPM, dan lainnya sesuai kebutuhan. Selain
itu monitoring dilakukan dalam rentang waktu tahapan siklus kegiatan yang sedang
berlangsung sesuai dengan rencana kegiatan dalam Master Schedule.
• Oleh Masyarakat : Monitoring dilakukan dengan cara memeriksa usulan kegiatan,
laporan hasil kegiatan, data-data sekunder dalam MIS dan PPM, dokumen-dokumen
kesepakatan hasil rembug warga, dan lainnya sesuai kebutuhan didampingi oleh
Fasilitator. Selain itu monitoring dilakukan dalam rentang waktu tahapan siklus kegiatan
yang sedang berlangsung sesuai dengan rencana kegiatan yang telah ditetapkan
Selain itu secara langsung BKM/UPL bersama masyarakat atau konsultan/fasilitator dapat
meninjau secara langsung di lapangan, pada saat kegiatan belum/sedang/sudah selesai
dilaksanakan.
Hasil monitoring tidak langsung maupun monitoring langsung selanjutnya dianalisis bersamasama oleh konsultan dan masyarakat dan menjadi bahan perumusan rekomendasi untuk
perbaikan/peningkatan kualitas pendampingan, khususnya dalam rangka pengamanan
lingkungan dan sosial.
3.4. Pelaporan
Konsultan dan Fasilitator akan menyusun laporan bulanan secara rutin . Laporan akan berupa
matriks mengenai status penerapan pengamanan sosial dan lingkungan serta potensi/dampak
negatuf yang mungkin timbul dan langkah-langkah untuk menanganinya. Spesialis lingkungan
dalam NMC dan DMC harus meringkas kemajuan, memantau dan mengukur dampak proyek
terhadap lingkungan sebagai bagian dari evaluasi kinerja proyek.
Substansi laporan antara lain terdiri dari:
• Memuat perkembangan dan penerapan Kajian Lingkungan Hidup, berisikan uraian
singkat mengenai penerapan pengamanan sosial dan lingkungan dari suatu kegiatan
dengan mengacu pada formulir safeguard terkait, yaitu Form 2, 4, 5 dan 9.
• Memuat perkembangan penanganan masalah dampak negatif terhadap sosial dan
lingkungan
Mekanisme laporan
• Faskel infra/Senior Faskel membuat uraian singkat pada laporan bulanan tentang
perkembangan dan penerapan safeguard di wilayah dampingannya, dengan mengacu
pada laporan kemajuan tahapan terkini serta form-form yang terkait. Laporan
disampaikan kepada Askorkot setiap bulan pada tanggal 25/sebelum akhir bulan;
• Korkot/Askorkot wajib membuat uraian singkat pada laporan bulanan tentang
penerapan safeguard, berdasarkan i) laporan bulanan dari Faskel, ii) hasil kunjungan dan
monitoring ke lapangan dan iii) hasil koordinasi dengan para pelaku program lainnya.
Laporan disampaikan kepada TA Provinsi/KMW pada setiap tanggal 2 setiap bulannya;
• Koordinator Provinsi dan atau Spesialis terkait di provinsi, wajib membuat uraian singkat
tentang penerapan safeguard, berdasarkan i) laporan bulanan dari Korkot/Askorkot, ii)
hasil kunjungan dan monitoring ke lapangan, iii) hasil koordinasi dengan para pelaku
program lainnya di tingkat kelurahan, kecamatan dan kabupaten. Laporan disampaikan
kepada Team Leader KMP setiap tanggal 5 setiap bulannya;
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
25
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
• KMP akan menyusun laporan di tingkat nasional yang memuat uraian singkat tentang
penerapan safeguard, yang merupakan hasil dari: i) laporan bulanan KMW, ii) laporan
dari para tenaga ahli KMP yang melakukan kunjungan monitoring dan supervisi, iii) hasil
koordinasi dengan para pelaku program di tingkat kota/kab/provinsi.
Terkait dengan substansi laporan yang memuat perkembangan dan penerapan safeguard
pada setiap implementasi tahapan kegiatan, maka data-data yang disampaikan pada laporan
merupakan rekapitulasi data dari formulir-formulir yang telah diisi dan diarsipkan dan disusun
berurutan dari data negatif ceklist kegiatan, tinjaun dampak sosial dan lingkungan, status lahan
dan upaya mitigasi.
3.5. Indikator Keberhasilan Penerapan Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Sebagai acuan pelaksanaan maka keberhasilan dalam pelaksanaan pengamanan sosial dan
lingkungan dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
No.
1.
Komponen
Indikator Keberhasilan
Umum
Masyarakat memahami pentingnya tindakan pengamanan sosial dan
lingkungan
Masyarakat tidak mengalami kerugian dengan adanya pelaksanaan
program.
Tidak terjadi konflik di masyarakat selama dan setelah pelaksanaan
program.
Infrastruktur dibangun di atas lahan yang status pemanfaataan lahannya
sudah jelas.
2.
Penyediaan Lahan
Surat hibah/izin pakai/izin dilalui ada di dalam proposal, dan lengkap
ditandatangani oleh pemilik lahan/izin pejabat instansi terkait serta
terdokumentasi dengan baik di BKM.
Menghindari/meminimalkan terjadinya ganti rugi lahan
3.
Pengadaan Kayu
Kayu yang diperoleh berasal dari sumber yang memiliki SK-SHH/SAKO/FAKO,
atau tidak menggunakan kayu ilegal
Fasilitator yang bertugas di lokasi ini diterima baik oleh masyarakat
setempat.
4.
Perlakukan
Terhadap
Masyarakat adat
Masyarakat adat tidak melakukan protes terhadap pelaksanaan program.
Tidak terjadi perselisihan/konflik diantara masyarakat adat selama
pelaksanaan program.
Tidak terjadi/menghindari terjadinya penggusuran
5.
Penggusuran
6.
Pemukiman Kembali
Tidak terjadi /menghindari terjadinya pemukiman kembali.
Tidak terjadi pencemaran lingkungan (genangan, banjir, timbulan sampah
padat/cair, kebisingan,bau, dll) di lokasi sasaran
7.
Pencemaran
lingkungan
terhadap
Dilaksanakannya langkah mitigasi dan pemantauan dampak lingkungan
Masyarakat tidak melakukan protes atas infrastruktur terbangun
26
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PERNYATAAN HIBAH / IJIN PAKAI/IJIN DILALUI/GANTIRUGI*)
FORM - 2
Yang bertanda tangan dibawah ini , Saya:
Nama : ...................................................
: ...................................................
No. KTP
: ...................................................
Pekerjaan
Alamat : Jl. ................................................. RT/RW/Dusun …………... ...............
Kel /Desa ………………..............., Kab./Kota ........................................
Selaku pemilik tanah berdasarkan Surat Bukti Kepemilikan Yang Sah, Nomor: ..........................
........... Tanggal.......................dari Notaris/PPAT/Instansi lain yang Sah. Dengan ini menyatakan
bersedia memberikan kontribusi dalam bentuk : Hibah/Ijin Pakai selama..........tahun/Ijin
Dilewati selama ........ tahun/Gantirugi*), berupa :
Bentuk
Kontribusi
Volume
& Satuan
Asset
Alamat
Asset
Sketsa Peta Lokasi
Cantumkan :
1.Batas dan status kepemilikan kanan, kiri, depan dan
belakang tanah warga
2.Bagian atau seluruh lahan milik warga disertai ukuran
luas
3.Jalan sekitar lahan untuk identifikasilokasi
4.Batas bagian tanah yang akan diberikan
5.Orientasi lokasi (arah mata angin)
1. Tanah/Lahan
2. Tanaman
Produktif
3. Asset lainnya
(sebutkan)
Syarat/Bentuk Kontribusi yang disepakat dengan
Pemilik :
................................................................
Kepada Pemerintah Desa/Kelurahan : .............................., untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
masyarakat umum sesuai rencana kegiatan : .............................., di Lokasi ........................ oleh
KSM: ....................................................................
Demikian surat pernyataan ini dibuat secara sukarela untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
……………….. , …………………………. 20.....
Materai
Rp.6.000
Yang Menerima,
Lurah/Ka Desa (_______________________)
Yang Memberikan,
Pemilik
(_______________________)
Mengetahui :
Nama
Jabatan
Tandatangan
BKM/Mewakili
Ketua KSM
Ketua RT/Mewakili
Catatan:
*) Pilih yang sesuai;
- Surat Pernyataan ini dibuat rangkap 3 dan disimpan di kantor lurah/kep.desa, sekret. BKM/
LM dan pemilik lahan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
27
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
FORM-4
PENILAIAN TERHADAP DAFTAR KEGIATAN TERLARANG (NEGATIF LIST)
Apakah usulan kegiatan, termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang untukdibiayai oleh
dana PNPM Mandiri Perkotaan ?
No
BUTIR / ITEM
YA
1.
Pembangunan atau Rahabilitasi gedung Kantor Pemerintah atau kantor BKM
2.
Pembangunan atau Rahabilitasi Rumah Ibadah, termasuk infrastruktur lainnya yang
secara langsung berada didalam lokasi rumah ibadah;
3.
Pembebasan Lahan;
4.
Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, sumbangan
politik, dll);
5.
Kegiatan Militer atau semi-militer (pembelian/perdagangan senjata dan sejenisnya);
6.
7.
8.
9.
TIDAK
Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, seperti :

Membangun didalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang dilindungi
seperti : Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut, Kawasan pantai berhutan
bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan
Wisata, Daerah Pengungsian Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar
Budaya & Ilmu Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah;

Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes; .

Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau effluent cair dan
gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan-kegiatn yang telah direview dan
diberikan sertifikat oleh Bappedalda berdasarkan standar kontrol polusi air dan
udara.

Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan-bahan limbah berbahaya, termasuk
pestisida dan herbisida, dan produk terkait lainnya;

Memproduksi, memproses, pengolahan, penyimpanan atau penjualan produk
tembakau atau produk yang mengandung tembakau.

Memproduksi atau menggunakan bahan yang membahayakan ozon;

Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi yang berbahaya
(termasuk kategori limbah berbahaya- B3);

Kegiatan yang terkait dengan pengelolaan, pengadaan kayu dan peralatan perkayuan.
Pengadaan Kayu diatas 3M3 per kegiatan harus memiliki SKSHH/FAKO

Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa Septictank dan resapan;

Bangunan/fasilitas Persampahan yang belum terintegrasi dengan sistem persampahan
kota yang sudah ada;

Drainase yang belum terintegarasi dengan sistem drainase kota yang telah ada atau
drainase tanpa pembuangan akhir;.

Jaringan Listrik (termasuk lampu penerangan) yang pengelolaan O&Pnya bukan oleh
masyarakat;

Berdampak negatif terhadap masyarakat adat;

Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal;
Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga Bank;
Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang
berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan atau pihak
ketiga lainnya;
Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan
serta tidak sejalan dengan Visi, Misi, Tujuan dan nilai-nilai PNPM Mandiri Perkotaan
......................................,20..
28
Diverifikasi Oleh :
Faskel Teknik,
Diverifikasi Oleh :
UPL,
Dibuat Oleh :
Ketua KSM
(………………………..)
(.................……………..)
(………………………..)
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
FORM-5
SURAT PERNYATAAN
HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAMPAK NEGATIF LINGKUNGAN
Berkaitan dengan usulan kegiatan yang diajukan, kami (KSM) telah melakukan identifikasi
potensi dampak negatif terhadap lingkungan, mencakup uraian jenis potensi dampak negatif
dan Rencana Tindakan penanganan/mitigasinya.
Selanjutnya kami (KSM) akan melakukan pemantauan atas pelaksanaan pengamanan tersebut
pada saat pelaksanaan kegiatan fisik mencapai kemajuan 50% dan 100%.
No
POTENSI/SUMBER
DAMPAK NEGATIF
UPAYA PENANGANAN/
MITIGASI
PEMANTAUAN PENYELESAIAN
(50%)
(100%)
..............................................., ............................20....
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
29
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
FORM-9
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN
PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN PRASARANA
Yang bertanda tangan dibawah ini, kami :
Nama
: …………………..................................………...................................
: Ketua KSM............. ……………………….........................................
Jabatan
Kel./Desa ................................. Kecamatan ...........................
Kab./Kota ................................................................................
Alamat
: Jl. .................................... Dusun/RT/RW ……………..................
Menyatakan kesanggupan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana & prasarana
yang kami bangun, yaitu :
No
1.
2.
3.
dst
Jenis Sarana & Prasarana
Lokasi (Jl/Dusun/RT/RW)
Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Sarana & Prasarana tersebut akan kami
sampaikan setelah kami ditetapkan sebagai pelaksana kegiatan pembangunan sarana & prasarana
tersebut.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Yang Menyatakan ,
Ketua KSM ………………
…………………. 20……
Materai
Rp.6.000
(……………………………)
Mengetahui :
Nama
30
Jabatan
BKM/Mewakili
UPL
Ketua RT/Mewakili
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Tandatangan
Contoh Instrumen Monitoring Pengamanan Sosial dan Lingkungan
Penggunaan Tata Ruang
Lahan/Tanah
Penurunan Kualitas Air
Permukaan
Penurunan Kualitas Air
Tanah
Peningkatan Limbah
Padat/sampah
Kebisingan
2.
3.
4.
5.
6.
Lingkungan
Kategori
1.
A.
NO
Semaksimal mungkin menerapkan pola 3 R (reuse, reduce,
recycle). SOP pengelolaan sampah berbasis masyarakat
a. Kegiatan akan menghasilkan limbah padat dalam jumlah besar
b. Pengelolaan limbah padat di lokasi, dsb
Meningkatkan kebisingan pada saat konstruksi dan operasi
yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama alat
pendegaran bila terkena paparan selama 8 jam berturut-turut
Pengaturan waktu operasional alat yg menimbulkan
kebisingan, dilaksanakan tidak pada waktu istirahat
masyarakat
Pengambilan air tanah harus memenuhi kaidah teknis dan
regulasi
Pengambilan air tanah berpotensi mengganggu aliran, debit dan
kualitas air tanah
b. Menghilangkan lahan pertanian atau hutan produksi atau lahanlahan produktif lainnya
c. Mengubah kontur garis pantai, menghambatkan aliran drainase,
mengganggu aliran sungai
a. Menghasilkan limbah cair yang dapat menyebabkan perubahan
kualitas air permukaan
b. Pencemaran terhadap air permukaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk seperti irigasi dan perikanan
d. Kegiatan pembangunan berada pada kawasan suaka alam
e. Terdapat potensi pertentangan antara pemanfaatan tata ruang
dengan kegiatan lain saat ini atau di masa mendatang
a. Menyebabkan ketidakstabilan lereng
Menghindari kegiatan pada sempadan sungai, kecuali
kegiatan pengamanan sungai dan jalan
Menghindari kegiatan pada kawasan suaka alam
Menghindari kegiatan yang menyebabkan pertentangan
pemanfaatan tata ruang
Hindari kegiatan yg dapat menyebabkan ketidakstabilan
lereng
Pengurangan lahan produktif utk kegiatan akan
berpengaruh pada berkurangnya pendapatan masyarakat
Menghindari bencana banjir akibat terhambatnya aliran
drainase dan terganggunya aliran sungai
PNPM MP tidak membiayai usulan kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan sosial,
semaksimal mungkin diterapkan prosedur penanganan/
minimalisasi limbah cair
c. Kegiatan pembangunan berada pada sempadan sungai dan jalan
Keterangan
Menghindari kegiatan pada kawasan hutan lindung
Mempertahankan kawasan resapan air
Hasil
Ya Tidak
a. Kegiatan pembangunan berada pada kawasan hutan lindung
b. Kegiatan pembangunan berada pada kawasan resapan air
Indikator
Propinsi
:
Nama Pelaksana :
Kabupaten/Kota
:
Jabatan
:
Kelurahan
:
Tanggal
:
KMW
:
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
31
32
Sumber Daya Alam
Utilitas
Kualitas lingkungan
hunian
Penggunaan material
bangunan
Pemindahan puing
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Kategori
Gangguan Biota Flora
dan Fauna
NO
SOP pemindahan dan pembersihan puing
a. Tidak tersedia lahan pembuangan puing
c. Penggunaan kayu bekas bangunan
b. Pembersihan dan pemindahan puing tidak dilakukan dengan
benar
PNPM MP melarang penggunaan asbes, jika ditemukan
penggunaan asbes maka dana dihentikan sementara
sampai asbes diganti
Memberikan saran teknis tentang sanitasi, drainase dan
pengelolaan sampah yang baik dan benar
Mempertahankan kelangsungan hidup flora dan fauna
Jika kegiatan menimbulkan dampak berkurangnya flora dan
fauna, maka harus memberikan kompensasi penggantian
Penggunaan sumber daya alam untuk material, harus
memiliki ijin galian C
Penyediaan utilitas bekerja sama dengan pemerintah
daerah
Keterangan
Wajib melampirkan SKSHH / FAKO pada pembelian kayu
dan atau Surat Ijin Tebang pada penggunaan kayu
Rekomendasi teknis penggunaan kayu bekas dari TA/Faskel
Infra
Berkoordinasi dengan pemerintah kelurahan untuk
mendapatkan lahan pembuangan atau melakukan daur
ulang terhadap puing
Hasil
Ya Tidak
b. Penggunaan kayu tanpa surat ijin (ilegal)
b. Tidak tersedia air bersih
c. Tidak terdapat pengelolaan sampah
a. Penggunaan asbes
a. Mengganggu kelangsungan hidup flora dan fauna
b. Berdampak akan berkurangnya jumlah flora dan fauna yang ada
sekarang
Meningkatkan penggunaan sumber daya alam, misalnya batu, pasir,
dll
Memerlukan pembangunan utilitas baru atau mempengaruhi
fasilitas-fasilitas jaringan listrik, telekomunikasi, penyediaan air
bersih, dsb
a. Tidak tersedia sarana sanitasi dan drainase yang tersedia
Indikator
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Pengadaan Tanah
1.
2.
Sosial
B.
Respon/persepsi
masyarakat
a. Pengadaan Tanah
RPLP (khusus PLPBK)
Kategori
13.
NO
PNPM MP tidak membiayai pengadaan lahan
Dokumen status perolehan lahan harus dilengkapi
Diperlukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
terjadinya penguatan kapasitas, peningkatan pemahaman
dan penyadaran masyarakat
a. Membebaskan lahan penduduk atau badan usaha
b. Warga memberikan hibah/ijin pakai/lainnya
c. Warga meminta ganti rugi
d. Infrastruktur dibangun di lahan pemerintah/swasta
a. Masyarakat merespon secara negatif intervensi program di
wilayahnya
b. Masyarakat tidak memahami keberadaan program dengan baik
• Tidak adanya arahan penataan ruang dan kebutuhan
pengembangan kelurahan dimasa mendatang.
Penyusunan tata ruang kelurahan mengacu kepada visi
kelurahan di masa mendatang dan skenario penataan
ruang
Perencanaan investasi harus berdasarkan prioritasi
pembangunan hasil analisis tingkat kemendesakan, risiko
bencana , penataan lingkungan permukiman, kesehatan
lingkungan dan heritage yang akan memberikan perubahan
pembangunan desa.
• Rencana investasi tidak memberikan perubahan pada
pembangunan kelurahan
d. Penyusunan rencana tata ruang kelurahan
Analisis resiko rawan bencana menjadi acuan bagi
pembangunan permukiman yang aman dari ancaman
bencana.
• Permukiman penduduk berada di kawasan rawan bencana
Kondisi wilayah desa harus menjadi acuan dalam
menghasilkan peta tematik eksisting
Untuk kebutuhan pemetaan swadaya masyarakat harus
mempersiapkan peta dasar serta mengenal wilayah desa
Perlu diadakannya penanganan pembangunan lingkungan
berupa rencana struktur dan pola ruang
Keterangan
Kebutuhan penggunaan lahan dan infrastruktur desa
tercakup dalam tema-tema peta tematik. Syarat minimal
peta tematik hasil pemetaan swadaya adalah 8 tema.
Hasil
Ya Tidak
• Peta tematik yang dihasilkan belum menggambarkan
kebutuhan penggunaan lahan dan infrastruktur kelurahan
c. Analisis Potensi dan Masalah
• Pemetaan swadaya tidak menghasilkan peta yang sesuai
dengan kondisi dilapangan
a. Lingkup Rencana Penataan Lingkungan Permukiman tidak
sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan pengurangan
resiko bencana
b. Pemetaan Swadaya
• Persiapan kegiatan pemetaan swadaya tidak melibatkan
masyarakat miskin dan kaum perempuan
Indikator
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
33
34
Kesehatan masyarakat
Risiko kecelakaan kerja
Lapangan pekerjaan /
pendapatan masyarakat
Kebijakan dan peran
pemerintah daerah
4.
5.
6.
Keterangan
(..............................)
Koordinasi di tingkat Pemda, Konsultasi-konsultasi, dll
UU, Perda, Pergub, Perbup, Perdes, dll
Mengacu pada ketentuan pengelolaan K3 dan Jaminan
Sosial yang ada
(..............................)
Hasil
Ya Tidak
Diverifikasi oleh:
b. Tidak ada Jaminan Sosial bagi pekerja dan relawan
Program belum membuka peluang lapangan pekerjaan baru dan
meningkatkan pendapatan masyarakat
a. Tidak terdapat kebijakan pemerintah yang mendukung upaya
mitigasi bencana
b. Pemerintah tidak berperan aktif selama proses kegiatan dari
tahap perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi
a. Tidak ada pengelolaan K3
Kegiatan pembangunan belum memperhatikan dampak terhadap
aspek kesehatan masyarakat
Masyarakat tidak memiliki pola dan pendekatan terhadap
pengelolaan konflik
Indikator
Dibuat oleh:
7.
Konflik/kohesi
masyarakat
Kategori
3.
NO
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Standar Kualitas Air Bersih (Permenkes No 416/MENKES/PER/IX/1990)
No.
Parameter
A
1
2
3
4
5
6
B
B.1.
1
2
3
4
5
6
Sifat Fisika
Bau
Zat Padat Terlarut (TDS)
Kekeruhan
Rasa
Suhu
Warna
Sifat Kimiawi
Kimia Anorganik
Air Raksa
Arsen
Besi
Flourida
Kadmium
Kesadahan(CaCO3)
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
B.2.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Satuan
Batas
Min-Max
mg/l
NTU
o
C
TCU
1000
5
Suhu udara ±3oC
15
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
0.001
0.05
1.0
1.5
0.005
500
Klorida
Kromium,valensi 6
Mangan
mg/L
mg/L
mg/L
600
0.05
0.5
Nitrat,sebagai N
Nitrit, sebagai N
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Timbal
Kimia Organik
Aldrin dan dieldrin
Benzena
Benzo(a)pyrene
Chloroform (Total Isomer)
Chloroform
2,4-D
DDT
Deterjen
1,2-Dichloroethene
1,1-Dichloroethene
Heptachlor dan Heptachlor Epoxide
Hexachlorobenzene
Gamma-HCH(Lindane)
Methoxychlor
Pentachloropenol
Pestisida Total
2,4,6-Trichloropenol
Zat Organik(KMnO4)
mg/L
mg/L
10
1.0
6.5-8.5
0.01
15
0.1
400
0.05
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
Keterangan
Tidak berbau
Tidak berasa
0.0007
0.01
0.007
0.03
0.03
0.5
0.01
0.0003
0.003
0.00001
0.004
0.1
0.01
0.1
0.01
10
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
35
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
No.
Batas
Min-Max
Satuan
C.
Mikrobiologi
1
Total Coliform (MPN)
Jumlah per 100 mL
0
2
Coliform Tinja Belum Diperiksa
Jumlah per 100 mL
0
D.
Radiokativitas
Activitas Alpha (Gross Alpha
Activity)
Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Bg/L
0.1
Bg/L
1.0
1
2
36
Parameter
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
Keterangan
Bukan Air
Perpipaan
Bukan Air
Perpipaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
Penjelasan tentang Material atau Kegiatan yang Dilarang didalam PNPM MP
1. Asbes
• Material asbes/yang mengandung asbes seperti atap, dinding/panel, berbahaya
terhadap kesehatan manusia yang secara perlahan mengurangi kemampuan pernafasan
dan menyebabkan kanker
• Resiko kesehatan berasal dari debu asbes yang terhirup pada saat pemotongan atau
pemusnahan material asbes
2. Pestisida
• Aliran (larian)/rembesan air dari ladang yang mengandung pestisida bisa mengkontaminasi
air permukaan/air tanah dan selanjutnya membahayakan manusia terutama anak-anak
yang terpapar
• Pestisida bisa mencemari ekosistem, antara lain tanaman, serangga yang mempunyai
nilai manfaat, unggas, dan hewan mamalia.
3. Bahan Peledak untuk Menangkap Ikan
• Bahan peledak dapat merusak lingkungan laut
• Bahan peledak tidak dapat mengembalikan ekosistem ke kondisi semula
• Bahan peledak dapat mengurangi jumlah ikan bahkan dapat memusnahkannya
4. Pembangunan jalan baru di menuju hutan lindung dapat menyebabkan :
• Memberi peluang terjadinya penebangan kayu/pertambangan dan perburuan ilegal
• Menimbulkan erosi tanah
• Merusak daerah tangkapan air
• Membahayakan spesies hewan langka
• Merusak habitat khusus dan ekosistem rawan
5. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Penggunaan material B3 memerlukan penanganan khusus karena sifatnya antara lain :
• Mudah meledak
• Mudah terbakar
• Reaktif
• Korosif
• Menyebabkan infeksi
• Beracun (akut atuaupun koronis)
6. Penggunaan Bahan yang mengandung Pengikis Ozon
Lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di bumi karena ozon melindungi
bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang dapat menyebabkan kanker Bahan kimia
klorofluorokarbon(CFC) yang biasa digunakan sebagai media pendingin dan gas pendorong
spray aerosol, memberikan ancaman terhadap lapisan ini. Bahan-bahan kimia lain seperti
bromin halokarbon, dan juga nitrogen oksida dari pupuk, juga dapat menyerang lapisan
ozon.
7. Penggunaan Bahan yang mengandung Tembakau
Tembakau mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan, diantaranya mengandung lebih
dari empat ribu bahan kimia, termasuk 43 bahan penyebab kanker yang telah diketahui,
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
37
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan
sehingga lingkungan yang terpapar dengan asap tembakau juga dapat membahayakan
kesehatan. Dampak negatif merokok (tembakau) antara lain kanker paru, penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit paru seperti bronkitis kronik dan emfisema. Merokok juga
mengakibatkan gangguan kesuburan dan impotensi.
Dampak negatif lain yang juga penting, terlebih bagi keluarga miskin adalah bahwa ratarata pengeluaran keluarga miskin untuk konsumsi rokok cukup besar sehingga mengurangi
alokasi biaya untuk peningkatan gizi keluarga dan pendidikan anak.
8. Kegiatan yang menimbulkan Limbah Cair atau Emisi Gas
Badan air yang tercemar limbah cair akan mengalami penurunan kualitas sehingga tidak
dapat digunakan lagi sebagai sumber air atau memerlukan pengolahan yang relatif mahal.
Pencemaran limbah cair pada tanah dapat menyebabkan kandungan zat kimia dalam tanah
berlebih sehingga tidak sesuai lagi dengan pemanfaatannya.
Pencemaran udara merupakan akibat dari keluarnya bau dan gas hasil dari proses
dekomposisi zat pencemar yang ada dalam air, seperti gas ammonia, bau belerang, bau
busuk bahan organik, dsb, yang menyebabkan udara di sekitarnya tidak nyaman bahkan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia.
38
PEDOMAN TEKNIS | PENGAMANAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN (SAFEGUARD)
KANTOR PUSAT
JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru
Jakarta Selatan, Indonesia - 12110
KANTOR PROYEK
Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan
Jakarta Pusat Indonesia - 10210
SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI
www.pnpm-mandiri.org
PENGADUAN
P.O. BOX 2222 JKPMT
SMS 0817 48048
e-mail : [email protected]
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
Download