format silabus - e-Learning Sekolah Menengah Kejuruan

advertisement
BAGIAN I
MODEL
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP)
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
BADAN STANDAR
NASIONAL PENDIDIKAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
DITJEN MANAJEMEN DIKDASMEN
DIREKTORAT PEMBINAAN SMK
KATA PENGANTAR
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KTSPSMK) merupakan bagian kedua dari Buku Panduan Penyusunan KTSP. Model
KTSP SMK merupakan
panduan khusus sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 16, bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP, berisi sekurang-kurangnya: Model-model KTSP untuk
SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori standar; Model-model KTSP
untuk SMK/MAK pada jalur pendidikan formal kategori mandiri. Untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah keagamaan sekurang-kurangnya meliputi model
KTSP menggunakan sistem paket dan model KTSP menggunakan sistem kredit
semester.
Bagian kedua Panduan Penyusunan KTSP-SMK diperlukan bagi satuan
pendidikan yang saat ini belum mampu mengembangkan kurikulum secara
mandiri. Bagi satuan pendidikan ini, mempunyai waktu sampai dengan tiga tahun
untuk mengembangkan kurikulumnya, yaitu selambat-lambatnya pada tahun
ajaran 2009/2010.
BSNP menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak
pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Pusat Kurikulum dan
Direktorat di lingkungan Depdiknas, serta Depag. Berkat bantuan dan kerjasama
yang baik dari mereka, Model KTSP ini dapat diselesaikan dalam waktu yang
relatif singkat.
Jakarta, Desember 2006
Ketua BSNP,
TTD
Prof. Dr. Yunan Yusuf
i
DAFTAR ISI
Daftar Istilah (Glosarium)
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
D. Hasil yang Diharapkan
E. Ruang Lingkup
F. Sistimatika
G. Unsur yang Terlibat
BAB II Komponen KTSP
1. Tujuan KTSP SMK
2. Struktur dan Muatan KTSP
3. Kalender Pendidikan
4. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
BAB III Pengembangan Silabus
1. Pengertian Silabus
2. Prinsip-prinsip Pengembangan
3. Langkah-langkah Penyusunan Silabus
4. Unit Waktu Silabus
5. Pengembangan Silabus berkelanjutan
6. Komponen dan Format Silabus
BAB IV Pelaksanaan Penyusunan Model KTSP & Silabus
A. Penyiapan Bahan Bimtek
B. Penyiapan Fasilitator
C. Bidang/Program Keahlian
ii
D. Nara Sumber
E. Penulis
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Daftar Mata Pelajaran
Lampiran 2 : KTSP
Lampiran 3 : Silabus
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan
tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar
dan menengah dengan mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi
Lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
Berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang disiapkan oleh
BSNP, setiap satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan
SMK/MAK, diharapkan dapat menyiapkan kurikulum yang akan digunakan
sebagai kurikulum operasional.
Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban
untuk memberikan bimbingan teknis kepada setiap SMK melalui berbagai strategi
dan pendekatan, agar pada saatnya setiap SMK memiliki kemampuan untuk
menyiapkan kurikulum sebagaimana diharapkan.
A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
1
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada
KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan
dengan mengacu kepada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu,
penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut
kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan Umum
yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan
pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan
umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005
serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua,
model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP
mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi kebutuhan
seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), jadi
hendaknya hanya digunakan sebagai referensi.
Kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan kepada peserta
didik :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(b) belajar untuk memahami dan menghayati;
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif;
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan;
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
2
B. Tujuan
Model
KTSP-SMK
ini
disusun
bertujuan
untuk
melengkapi
panduan
penyusunan KTSP bagi SMK yang belum mampu mengembangkan kurikulum
secara mandiri. Model KTSP-SMK menjadi referensi bagi satuan pendidikan
SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan
dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan, sehingga
harapan setiap SMK memiliki KTSP sendiri segera terwujud.
3
BAB II
KOMPONEN KTSP
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan KTSP SMK
Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Standar Isi
meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
(4) Kelompok mata pelajaran estetika, dan
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelima kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 7.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK disusun dengan memperhatikan
kelompok mata pelajaran tersebut dengan cakupan sebagaimana tertuang
pada tabel 1.
Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No
1.
Kelompok Mata
Pelajaran
Agama dan
Akhlak Mulia
Cakupan
Kelompok mata pelajaran agama
dan akhlak mulia dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia.
Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan
agama.
Mata Pelajaran/
Komponen Terkait
Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan,
Pengembangan Diri,
IPA, Seni Budaya,
IPS, Penjaskes,
Matematika dan
Kejuruan.
4
No
2.
Kelompok Mata
Pelajaran
Kewarganegaraa
n dan
Kepribadian
Cakupan
Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian
dimaksudkan untuk peningkatan
kesadaran dan wawasan peserta
didik akan status, hak, dan
kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta peningkatan
kualitas dirinya sebagai manusia.
Mata Pelajaran/
Komponen Terkait
Agama,
Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris,
Seni Budaya,
Penjaskes, dan
Pengembangan Diri.
Kesadaran dan wawasan termasuk
wawasan kebangsaan, jiwa dan
patriotisme bela negara,
penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender,
demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
3.
Ilmu
Pengetahuan dan
Teknologi
Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMK dimaksudkan untuk
menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, membentuk kompetensi,
kecakapan, dan kemandirian kerja.
Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris,
Matematika, IPA,
IPS, Kejuruan,
KKPI, dan Muatan
Lokal.
4.
Estetika
Kelompok mata pelajaran estetika
dimaksudkan untuk meningkatkan
sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan
mengapresiasi keindahan dan
harmoni. Kemampuan
mengapresiasi dan
mengekspresikan keindahan serta
harmoni mencakup apresiasi dan
ekspresi, baik dalam kehidupan
individual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu
menciptakan kebersamaan yang
harmonis.
Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris,
Seni Budaya, KKPI,
Kejuruan dan
Muatan Lokal.
5
No
5.
Kelompok Mata
Pelajaran
Jasmani,
Olahraga dan
Kesehatan
Cakupan
Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga dan kesehatan pada SMK
dimaksudkan untuk meningkatkan
potensi fisik serta membudayakan
sikap sportif, disiplin, kerja sama,
dan hidup sehat.
Mata Pelajaran/
Komponen Terkait
Penjaskes, IPA,
dan Muatan Lokal.
Budaya hidup sehat termasuk
kesadaran, sikap, dan perilaku
hidup sehat yang bersifat individual
ataupun yang bersifat kolektif
kemasyarakatan seperti
keterbebasan dari perilaku seksual
bebas, kecanduan narkoba,
HIV/AIDS, demam berdarah,
muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran
yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik
pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.
1. Mata pelajaran
Merujuk pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah
kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu
bekerja pada bidang tertentu.
Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat
mengembangkan keahlian dan keterampilan, peserta didik harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan
kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan diarahkan untuk
mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib,
mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 37, menyatakan
bahwa kurikulum SMK wajib memuat:
a.
b.
c.
d.
e.
Pendidikan Agama;
Pendidikan kewarganegaraan;
Bahasa;
Matematika;
Ilmu Pengetahuan Alam;
6
f.
g.
h.
i.
j.
Ilmu Pengetahuan Sosial;
Seni dan budaya;
Pendidikan jasmasi dan olah raga;
Keterampilan/kejuruan, dan
Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada KTSP SMK terdiri atas
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika,
IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan (terdiri atas Keterampilan
Komputer dan Pengelolaan Informasi dan Kewirausahaan). Mata
pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran
(dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan) yang dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar lain yang berlaku di dunia kerja,
bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan
pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang
keahliannya.
Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang
hingga empat tahun, mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas
XIII. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada struktur kurikulum SMK
tercantum pada Tabel 2 berikut.
7
Tabel 2. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu pada Struktur Kurikulum SMK
(Generik)
Komponen
Durasi
Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1.
2.
3.
4.
5.
Pendidikan Agama
Pendidikan Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Matematika
5.1 Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, dan
Teknologi Kerumahtanggaan
5.2 Matematika Kelompok Sosial, Administrasi
Perkantoran, dan Akuntansi
5.3 Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan
Pertanian
6. Ilmu Pengetahuan Alam
6.1 IPA
6.2 Fisika
6.2.1 Fisika Kelompok Pertanian
6.2.2 Fisika Kelompok Teknologi
6.3 Kimia
6.3.1 Kimia Kelompok Pertanian
6.3.2 Kimia Kelompok Teknologi dan Kesehatan
6.4 Biologi
6.4.1 Biologi Kelompok Pertanian
6.4.2 Biologi Kelompok Kesehatan
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
8. Seni Budaya
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
10. Kejuruan
10.1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi
10.2 Kewirausahaan
10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan b)
10.4 Kompetensi Kejuruan b)
B. Muatan Lokal
192
192
192
440 a)
192
140
1044 c)
192
C. Pengembangan Diri d)
(192)
330 a)
403 a)
516 a)
192 a)
192 a)
276 a)
192 a)
192 a)
192 a)
192 a)
128 a)
128 a)
192
202
Keterangan notasi:
a)
Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap program keahlian.
Program keahlian yang memerlukan waktu lebih, jam tambahannya diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran yang sama di luar jumlah jam yang dicantumkan.
b) Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap program
keahlian.
c)
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard
kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1000 jam.
d) Ekuivalen 2 jam pembelajaran (per minggu).
Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam pembelajaran tatap muka. Dua
jam pembelajaran praktIk di sekolah atau empat jam pembelajaran praktIk di DU/DI setara dengan
satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) diambil dari durasi waktu
mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam).
8
Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut.
a. Di dalam penyusunan kurikulum SMK mata pelajaran dibagi ke dalam
tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif.
Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara
tetap yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan
Seni Budaya. Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa
Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan
Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri
atas sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok adaptif
dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi waktunya
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan dapat
diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk
memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja.
c.
Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu
standar kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar
dari setiap mata pelajaran.
d. Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem
ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f.
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri
ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK adalah 38 minggu
dalam satu tahun pelajaran.
h. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK tiga tahun, maksimum empat
tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.
Berdasarkan acuan struktur kurikulum generik di atas disusun struktur
kurikulum untuk masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan
karakteristiknya.
9
2. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran yang ada dan atau terlalu banyak sehingga harus
menjadi mata pelajaran tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh
satuan
pendidikan
sesuai
dengan
program
keahlian
yang
diselenggarakan.
Muatan lokal merupakan mata pelajaran, karena itu satuan pendidikan
harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk
setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini
berarti bahwa dalam satu tahun satuan pendidikan dapat
menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal.
Untuk memilih muatan lokal yang sesuai dengan potensi daerah dapat
dilakukan langkah-langkah berikut ini:
Identifikasi
Potensi dan Kebijakan Daerah
Analisis
Pilihan Muatan Lokal yang Mungkin Dikembangkan
dan Sesuai dengan Program Keahlian
Pengembangan Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal
Bersama Pihak Terkait
Penyusunan Silabus
Muatan Lokal
10
3. Kegiatan pengembangan diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga
kependidikan lainnya yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan
pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti
pada mata pelajaran.
Pengembangan diri pada SMK terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karir.
a. Pengembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler antara lain pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah
siswa, pameran hasil karya siswa, lomba karya ilmiah siswa, dan
pentas seni.
b. Pengembangan karir.
Pengembangan karir dapat dilakukan antara lain melalui pemberian
informasi lapangan kerja, bimbingan tata cara mancari pekerjaan,
bimbingan profesi, pengenalan serta pengembangan kepribadian.
4. Pengaturan beban belajar
a. SMK kategori standar menggunakan pengaturan beban belajar dalam
sistem paket dan dapat menggunakan pengaturan beban belajar
dalam sistem kredit semester (SKS).
SMK kategori mandiri menggunakan pengaturan beban belajar dalam
sistem kredit semester (SKS).
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket
dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (Tabel 2).
Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat)
jam pelajaran per minggu secara keseluruhan. Penambahan 4 jam
pelajaran per minggu dapat dilakukan terhadap satu atau lebih mata
pelajaran yang ada, atau menambah mata pelajaran baru yang
dianggap penting tetapi tidak terdapat pada struktur kurikulum yang
tercantum pada standar isi.
11
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.
c.
Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dalam sistem paket untuk SMK 0% - 60% dari waktu
kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan
alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
dalam mencapai kompetensi.
Istilah tentang penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dapat dilihat pada glosarium.
d. Dua jam pembelajaran kegiatan praktik di sekolah atau empat jam
pembelajaran kegiatan praktik di luar sekolah setara dengan satu jam
pembelajaran tatap muka yang tercantum pada struktur kurikulum.
5. Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk
masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan urgensi masingmasing kompetensi, tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, serta
kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan
pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria
ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria
ketuntasan ideal.
Ketuntasan belajar kompetensi kejuruan ditetapkan mengacu kepada
standar minimal penguasaan kompetensi yang berlaku di dunia kerja yang
bersangkutan.
6. Kenaikan kelas dan kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran. Kriteria
kenaikan kelas diatur oleh masing-masing direktorat teknis terkait.
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan
menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga,
dan kesehatan;
12
c.
lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.
7. Penjurusan
Penjurusan pada SMK didasarkan pada spektrum pendidikan kejuruan
yang diatur oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
8. Pendidikan kecakapan hidup
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan
pendidikan kecakapan hidup yaitu pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan
kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri (penjelasan
Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003).
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari
pendidikan semua mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang
direncanakan secara khusus.
c.
Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan
pendidikan yang bersangkutan melalui kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, kegiatan organisasi siswa dan atau dari satuan
pendidikan formal lain dan/atau nonformal, seperti kegiatan
kepemudaan, pemberdayaan perempuan, kursus, dan lain-lain.
9. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing
global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan
pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
c.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan
bagian dari semua mata pelajaran dan atau dapat menjadi mata
pelajaran muatan lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat diperoleh
peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari
satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.
13
3. Kalender Pendidikan
a. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup
permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran
efektif dan hari libur.
b. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan
pembelajaran pada awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
c. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk
setiap tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
d. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
e. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu
libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari
besar nasional, dan hari libur khusus.
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera
pada Tabel 3.
Tabel 3. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
No
Kegiatan
Alokasi Waktu
1.
Minggu efektif belajar
Minimum 34 minggu dan
maksimum 38 minggu
Digunakan untuk kegiatan
pembelajaran efektif pada
setiap satuan pendidikan
2.
Jeda tengah semester
Maksimum 2 minggu
Satu minggu setiap semester
3.
Jeda antar semester
Maksimum 2 minggu
Antara semester I dan II
4.
Libur akhir tahun
pelajaran
Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk penyiapan
kegiatan dan administrasi akhir
dan awal tahun pelajaran
2 – 4 minggu
Daerah khusus yang
memerlukan libur keagamaan
lebih panjang dapat
mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu
efektif belajar dan waktu
pembelajaran efektif
5.
Hari libur keagamaan
Keterangan
14
No
Kegiatan
Alokasi Waktu
Keterangan
6.
Hari libur
umum/nasional
Maksimum 2 minggu
Disesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah
7.
Hari libur khusus
Maksimum 1 minggu
Untuk satuan pendidikan
sesuai dengan ciri kekhususan
masing-masing
Maksimum 3 minggu
Digunakan untuk kegiatan
yang diprogramkan secara
khusus oleh sekolah/madrasah
tanpa mengurangi jumlah
minggu efektif belajar dan
waktu pembelajaran efektif
8.
Kegiatan khusus
sekolah/madrasah
4. Pelaksanaan Penyusunan KTSP
a. Analisis Konteks
1) Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah,
meliputi: peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana
prasarana, biaya, serta program-program yang ada di sekolah.
2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan
lingkungan sekitar, antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan,
dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia usaha/industri, dunia kerja,
sumber daya alam dan sosial budaya.
3) Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai
acuan dan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
b. Mekanisme Penyusunan
1) Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi.
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK terdiri atas:
a) guru;
b) konselor;
c) kepala sekolah;
d) komite sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di, asosiasi,
dunia kerja, dan anggota institusi pasangan lainnya), dan
e) nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan
Provinsi bertindak sebagai koordinator dan supervisor.
15
Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia
Kerja, dan anggota Institusi Pasangan lainnya) dan nara sumber
bertindak sebagai anggota tim penyusun KTSP.
2) Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian
dari kegiatan perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk
rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah dan/atau kelompok sekolah
yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun
pembelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
secara garis besar meliputi:
a) Penyiapan dan penyusunan draf;
b) Reviu dan revisi;
c) Finalisasi.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan
diselenggarakan oleh tim penyusun.
3) Pemberlakuan
Dokumen KTSP SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah
mendapat pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas
pendidikan.
16
Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK adalah sebagai berikut.
ANALISIS KONTEKS
SWOT Analisis
Visi, Misi dan Tujuan
Identifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
PENYUSUNAN KTSP
Pembentukan
Tim Penyusun
Penyiapan dan
Penyusunan
Draf KTSP
Review dan
Validasi
KTSP
Revisi
Finalisasi
ISI KTSP
 Tujuan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
 Visi dan Misi SMK yang Bersangkutan
 Tujuan SMK yang Bersangkutan
 Tujuan Program Keahlian
 Standar Kompetensi
 Diagram Pencapaian kompetensi
 Struktur dan Muatan KTSP SMK yang Bersangkutan
 Kalender Pendidikan SMK yang Bersangkutan
 Silabus SMK yang Bersangkutan
 Disahkan oleh Kepala Sekolah
 Diketahui oleh Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Propinsi
17
c. Langkah-langkah Pelaksanaan Penyusunan KTSP
1. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan
Rumusan tujuan pendidikan menengah kejuruan pada dasarnya
merupakan tujuan yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP) dalam Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai
penjabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal 15.
2. Merumuskan visi dan misi SMK
Setiap satuan SMK merumuskan visi dan misinya masing-masing
dengan memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP.
Rumusan visi dan misi secara jelas menggambarkan eksistensi SMK
yang bersangkutan serta gambaran masa depannya.
3. Merumuskan tujuan SMK
Setiap satuan SMK merumuskan tujuan masing-masing mengacu
kepada visi dan misi SMK yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan
SMK menggambarkan tujuan institusional kehadiran satuan
pendidikan yang bersangkutan.
4. Merumuskan tujuan program keahlian
Setiap program keahlian yang dibuka memiliki rumusan tujuan. Tujuan
program keahlian merupakan kristalisasi dari kompetensi-kompetensi
yang harus dikuasai oleh peserta didik untuk dapat bekerja sesuai
dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) atau
standar kompetensi kerja lain yang dijadikan acuan dan berlaku di
dunia kerja, serta untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi sesuai dengan program keahliannya.
5. Menetapkan standar kompetensi
Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan KTSP SMK
menggunakan acuan sebagai berikut.
a) Standar kompetensi lulusan, meliputi:
1) Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP),
merupakan profil lulusan SMK yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan.
18
2) Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP),
merupakan kompetensi minimum setiap mata pelajaran
sebagaimana yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD),
merupakan kompetensi minimum setiap substansi mata
pelajaran yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah
kompetensi minimum yang harus dilaksanakan, setiap satuan
pendidikan dapat menambahkan kompetensi-kompetensi yang
dinilai penting untuk menunjang mutu dan relevansi kompetensi
lulusan.
b) Standar Kompetensi Kerja, digunakan untuk menetapkan:
1) Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan,
diambil dari Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di
dunia kerja untuk level kualifikasi lulusan SMK.
2) Standar Kompetensi Mata Pelajaran pada Dasar Kejuruan
disusun oleh SMK bersama Komite SMK berdasarkan tuntutan
kebutuhan mata pelajaran kompetensi kejuruan.
c) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal,
disusun oleh SMK dan komite SMK sesuai dengan ciri khas dan
potensi daerah termasuk keunggulan daerah.
Satuan pendidikan dapat memasukkan kompetensi berbasis lokal dan
global ke dalam semua mata pelajaran.
6. Menyusun diagram pencapaian kompetensi
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata
urutan logis kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta
didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan, serta kemungkinan
dilaksanakan multi entry-multi exit. Diagram pencapaian kompetensi
cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi kejuruan.
7. Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran,
muatan lokal dan pengembangan diri yang harus ditempuh oleh
peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran.
Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok program, yaitu
kelompok program normatif, program adaptif, dan program produktif.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
19
termasuk keunggulan daerah, selaras dengan program keahlian yang
materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada
atau terlalu banyak sehingga perlu menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pengembangan diri meskipun bukan mata pelajaran dan dapat
diperoleh dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan atau
ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan
pelayanan bimbingan karir, tetap harus tercantum dalam struktur
kurikulum.
Di dalam struktur kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi
jumlah jam yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri sesuai dengan
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup serta
materi lain yang tidak termasuk dalam struktur kurikulm dapat
diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran pada setiap mata
pelajaran.
8. Menetapkan beban belajar
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah, dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri
dengan jumlah 36-40 jam pelajaran per minggu @ 45 menit.
Penyelenggaraan pendidikan SMK maksimum 38 minggu efektif
dalam satu tahun pelajaran.
Penetapan beban belajar di SMK dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. menetapkan jumlah jam untuk kegiatan pembelajaran tatap muka
(teori), praktik di sekolah dan praktik di industri untuk setiap mata
pelajaran.
b. mengkonversi jumlah jam praktik di sekolah dan praktik di industri
ke dalam jumlah jam tatap muka dengan ketentuan 2 jam
pembelajaran praktik di sekolah atau 4 jam pembelajaran di dunia
kerja/industri setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka
(teori).
c. menetapkan jumlah jam mata pelajaran yang terdiri atas jam tatap
muka (teori) dan jumlah jam hasil konversi pada butir 2) yang
dicantumkan pada struktur kurikulum.
d. jumlah jam semua mata pelajaran dan muatan lokal menentukan
lamanya penyelenggaraan pendidikan di SMK. Penyelenggaraan
pendidikan ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3
tahun atau dapat diperpanjang hingga 4 tahun.
20
9. Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan SMK dapat menyusun dan menetapkan
kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
pendidikan sistem ganda (pembelajaran di sekolah dan pembelajaran
di dunia kerja), pembelajaran berbasis kompetensi, karakteristik
sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan
berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
b. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang
terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah
Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara pendidikan dapat
menetapkan hari libur khusus.
c. Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan
hari libur serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
d. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh
masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu
sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi dengan
memperhatikan ketentuan dari Pemerintah/pemerintah daerah.
21
Out Line KTSP
i.
Cover
ii.
Lembar penetapan
iii.
Kata Pengantar
iv.
Daftar Isi
I.
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
II. Visi dan Misi SMK
III. Tujuan Sekolah (SMK)
IV. Tujuan Program Keahlian
V. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
2. Pendidikan Agama Kristen
3. Pendidikan Agama Katolik
4. Pendidikan Agama Hindu
5. Pendidikan Agama Buddha
6. PKN
7. Bahasa Inggris
8. Bahasa Indonesia
9. Matematika
10. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
11. Físika
12. Kimia
13. Biologi
14. Ilmu Pengetahuan Social (IPS)
15. Seni Budaya
16. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
17. KKPI
18. Kewirausahaan
19. Dasar Kompetensi Kejuruan
20. Kompetensi Kejuruan (+ diagram Pencapaian Kompetensi
Kejuruan)
C.
SK dan KD semua mata pelajaran dari No. 1 sd no 20 (sesuai dengan
kubutuhan masing-masing program keahlian)
D.
SK dan KD Muatan Lokal
VI. Struktur Kurikulum (Struktur Kurikulum yang dioperasionalkan di sekolah)
VII. Kalender Pendidikan
Silabus
Mencakup seluruh komponen yang yang terdapat pada struktur dan muatan KTSP
program keahlian masing-masing.
22
BAB III
PENGEMBANGAN SILABUS
1.
Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
2.
Prinsip-prinsi Pengembangan Silabus
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
f. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
23
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, dan psikomotor).
3. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir berikut.
Diagram Alir Penyusunan Silabus Mata Pelajaran
Pengkajian
Standar Kompetensi Lulusan (SKL
dan SKKNI) SMK
Standar Kompetensi
Kelompok Mata
Pelajaran
Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Penyusunan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Indikator
Analisis Kedalaman
dan Keluasan Materi
Materi
Pembelajaran
Penilaian
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
Sumber Belajar
Komponen silabus
24
Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur di
bawah ini. Sistem penomoran yang ada bukan merupakan urutan sedangkan
urutan pengembangan silabus disajikan pada diagram alir di atas.
i. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi;
2) keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
3) keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
j. Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
Khusus untuk Kompetensi Keahlian Kejuruan, indikator ini telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Kompetensi dan bentuk
kriteria kinerja
k. Penentuan jenis penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
25
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap
kelompoknya.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remedi
bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah
memenuhi kriteria ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran
yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika
pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan
maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses)
misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
l. Mengidentifikasi materi pembelajaran
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian
standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
1) Potensi peserta didik;
2) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik ;
3) kebermanfaatan bagi peserta didik;
4) struktur keilmuan;
5) aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
6) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan,
khususnya dunia kerja;
7) alokasi waktu.
m. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
pembelajaran yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan
pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
26
didik. Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu
dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
3) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
4) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
kegiatan pembelajaran siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
5) Praktik Kerja Industri
Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pengembangan kegiatan pembelajaran mata pelajaran
kelompok program produktif.
Kegiatan Prakerin dirancang dan
dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Prakerin bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi
peserta diklat dalam pembentukan kompetensi secara utuh yang
lebih bermakna, terutama pembentukan sikap (etos) kerja sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan kerja.

Waktu pelaksanaan Prakerin dialokasikan dari waktu yang tersedia
pada mata pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan ketentuan
empat jam praktek di industri setara dengan satu jam tatap muka
yang terstruktur dalam kurikulum.

Kegiatan prakerin sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, juga
dimanfaatkan sebagai bagian dari penilaian hasil belajar
(kompetensi) peserta didik.

Keterbatasan sarana dan prasarana/sumber daya yang dimiliki
sekolah untuk untuk mendukung proses pencapaian kompetensi
tamatan yang sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku.

Prakerin dapat dilaksanakan secara bertahap untuk setiap standar
kompetensi dan atau di blok dalam satuan waktu tertentu
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masing-masing
program keahlian.
27
n. Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.
o. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau alat/bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa
media cetak dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial,
dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
4. Unit Waktu Silabus
a. Silabus mata pelajaran
1) Disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk
mata pelajaran selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan.
2) Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru yang
mengajarkan mata pelajaran yang sama pada tingkat satuan
pendidikan untuk satu sekolah atau kelompok sekolah, dengan tetap
memperhatikan karakteristik masing-masing sekolah.
b. Implementasi pembelajaran per semester
1) Penggalan silabus kelompok program normatif dan adaptif sesuai
dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta alokasi waktu
yang tersedia pada struktur kurikulum.
2) Penggalan silabus kelompok program produktif ditetapkan berdasarkan
satuan kompetensi sesuai dengan prinsip pembelajaran tuntas
(mastery learning).
28
5. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan
memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses
(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.
6. Komponen dan Format Silabus
a. Komponen Silabus
1) Identitas
Berisi identitas sekolah, program keahlian, standar kompetensi, mata
pelajaran, kelas/semester, durasi pembelajaran, kode kompetensi
(khusus untuk kompetensi kejuruan).
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan
yang mendukung tercapainya kualifikasi peserta didik. Khusus
kompetensi kejuruan mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) atau standar kompetensi kerja lain yang
berlaku di dunia kerja/industri terkait.
3) Kode kompetensi
Yang dimaksud dengan kode kompetensi adalah Kode standar
kompetensi yang merupakan identitas standar kompetensi. Kompetensi
kejuruan menggunakan kodefikasi yang terdapat pada SKKNI. Bagi
mata pelajaran yang belum memiliki kode standar kompetensi, SMK
dapat mengembangkan model kodefikasi sendiri.
4) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah tugas/kemampuan untuk
mendukung ketercapaian standar kompetensi dan merupakan aktivitas
yang dapat diamati.
5) Indikator
Indikator merupakan pernyataan yang mengindikasikan ketercapaian
kompetensi dasar yang dipersyaratkan, dapat diukur, dan durumuskan
dalam kata kerja operasional.
6) Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau mental yang
dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar untuk
29
mencapai
penguasaan
indikator/kriteria kinerja.
kompetensi
dasar
Kegiatan pembelajaran dirancang secara
sistematis dan berpusat pada peserta didik.
utuh
sesuai
dengan
(komprehensip),
Kegiatan pembelajaran disusun dengan mengintegrasikan aspek
kecakapan hidup/kompetensi kunci (untuk kompetensi kejuruan),
keunggulan lokal dan global, serta lingkungan hidup.
7) Penilaian
Penilaian merupakan proses membandingkan pencapaian hasil belajar
peserta didik dengan indikator pencapaian kompetensi/kriteria kinerja.
Metode penilaian yang digunakan dalam bentuk tes dan non tes
disesuaikan dengan karakteristik indikator pencapaian kompetensi/
kriteria kinerja dan kegiatan pembelajaran yang ditempuh dalam proses
pembelajaran.
8) Alokasi waktu
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran yang
diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar yang dirinci ke dalam
jumlah jam pembelajaran untuk tatap muka (teori), praktik di sekolah,
dan praktik di industri.
9) Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi/kriteria kinerja.
b. Format Silabus
Format silabus dapat dikembangkan oleh satuan pendidikan dalam bentuk
narasi atau tabel yang berisi komponen: identitas, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
30
MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
FORMAT SILABUS
NAMA SEKOLAH
:
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
STANDAR KOMPETENSI :
KODE KOMPETENSI
:
ALOKASI WAKTU :
KOMPETENSI
DASAR
PROGRAM KEAHLIAN:
…………………………………………
INDIKATOR
MATERI
PEMBELAJARAN
ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN
TM
PS
PI
SUMBER
BELAJAR
SILABUS -PRODUKTIF
Halaman … dari …
MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
DAFTAR ISTILAH (GLASARIUM)
1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Badan Standar Nasional Pendidikan yang disingkat BSNP adalah badan
mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, mamantau
pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan.
3. Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
4. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
5. Kerangka Dasar Kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan
pendidikan.
6. Keunggulan Lokal dan Global adalah potensi unggulan daerah dan atau
internasional dalam bentuk sumberdaya alam dan sosial budaya (seni,
produk, jasa, kerajinan, bahasa, teknologi dan lain-lain).
7. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
8. Peserta
Didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
9. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang dimiliki oleh peserta didik.
10. Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi
Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh
kelompok mata pelajaran.
11. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran
yang mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
PROGRAM KEAHLIAN:
…………………………………………
MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan.
12. Standar Kompetensi Mata Pelajaran adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
tingkat dan/atau semester untuk mata pelajaran tertentu.
13. Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar
kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku
yang harus dicapai dan berlaku secara nasional.
14. Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk
menyusun indikator kompetensi.
15. Pendidikan Kecakapan Hidup adalah pendidikan yang memberikan
kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan intelektual dan
kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.
16. Beban Belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan oleh
peserta didik dalam mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap
muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk
mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan
memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.
17. Kegiatan Tatap Muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik dan
lingkungan.
18. Penugasan Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh
pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau
kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka. Waktu penyelesaian
penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. Penugasan terstruktur
termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan
19. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain
oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata
pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu
penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.
20. Sistem Paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang
peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan
beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan
struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan yang dimaksud.
PROGRAM KEAHLIAN:
…………………………………………
MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
21. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program
pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan
matapelajaran-matapelajaran yang diikutinya setiap semester pada satuan
pendidikan yang dimaksud.
22. Kalender Pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan
mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu
pembelajaran efektif dan hari libur.
23. Permulaan Tahun Ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran
pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.
24. Minggu Efektif Belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran
untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.
25. Waktu Pembelajaran Efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap
minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran
termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan
pengembangan diri.
26. Waktu Libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan
pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu
libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur
akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum (termasuk
hari-hari besar nasional), dan hari libur khusus.
27. Struktur Kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang
harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran. Susunan mata pelajaran tersebut terbagi dalam lima
kelompok yaitu kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika; jasmani, olahraga dan kesehatan.
28. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
29. Kategori Standar adalah sekolah yang sedang berupaya mencapai
standar mninimal berdasarkan 8 standar nasional pendidikan.
30. Kategori Mandiri sekolah yang telah berhasil mencapai batas minimal 8
standar nasional pendidikan
31. SKKNI adalah Standar Kerja Nasional Indonesia.
PROGRAM KEAHLIAN:
…………………………………………
Download