BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 1.1 Konsep

advertisement
7
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
1.1 Konsep Tentang Status Sosial Ekonomi
2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekonomi
Santrock
pengelompokan
(2007:
282),
orang-orang
pekerjaan, pendidikan
status
sosioekonomi
berdasarkan
kesamaan
sebagai
karakteristik
ekonomi. Status sosioekonomi menunjukan
ketidak setaraan terentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki (1)
pekerjaan yang bervarias prestisenya, dan beberapa individu memiliki
akses yang lebih besar terhadap pekerjaan berstatus lebih tinggi
dibanding orang lain; (2) tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa
individual memiliki akses yang lebih besar terhadap pendidikan yang lebih
baik dibanding orang lain; (3) sumber daya ekonomi yang berbeda; (4)
tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi masyarakat. Perbeedaan
dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan berpartisipasi dalam
ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara.
Sosial ekonomi menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau
posisi sesorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis
aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal,
dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut
Soekanto (2001)
sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan
8
dengan orang lain dalam arti lingkungan peragulan, prestasinya, dan hakhak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya.
Menurut Russel (1993:164-165) sistem distribusi menentukan
pembagian masyarakat menjadi kelas-kelas, dan dimana terdapat kelas,
maka kelas-kelas yang berbeda akan menerima jenis pendidikan yang
berbeda.
Pada
masyarakat
kapitalis,
kaum
buruh
mendapatkan
pendidikan yang paling sedikit, dan mereka yang berkeinginan memasuki
suatu
profesiyang
terpelajar
memperoleh
pendidikan
terbanyak,
sedangkan kuantitas pendidikan yang sedang dianggap cocok bagi
mereka yang akan menjadi “orang-orang terhormat” atau usahawan.
Sebagai suatu kaidah umum, seorang anak lelaki atau perempuanmenjadi
bagian dari kelas sosial yang sama sepertikedua orang tuanya.
Berdasarkan
beberapa
pendapat
diatas,
dapat
disimpulkan
pengertian status sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah latarbelakang
ekonomi keluarga atau orang tua yang diukur dengan tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis
pekerjaan.
2.1.2 Faktor-faktor yang Menentukan Sosial Ekonomi.
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya
sosial ekonomi orang tua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal,
pemilikan kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari
komunitasnya. Dalam hal ini uraiannya dibatasi hanya 4 faktor yang
9
menentukan yaitu tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan
kekayaan, dan jenis pekerjaan.
1. Tingkat Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1, pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yang dikembangkan. Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didika secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha
untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi-potensi
pribadinya, yaitu rokhani (pikir, cipta, rasa, dan hati nurani) serta jasmani
(panca indera dan keterampilan-keterampilan).
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Pendidikan bertujuan
untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur
10
pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah
(pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal)
terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada
dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi.
1) Pendidikan prasekolah.
Menurut PP No. 27 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan
prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik di luar lingkungan
keluarga
sebelum
memasuki
pendidikan
dasar,
yang
diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan
luar sekolah.
2) Pendidikan dasar
Menurut PP No. 28 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000) pendidikan
dasar adalah pendidikan umum yang lamanya sembilan tahun.
Diselengarakan selama enam tahun di sekolah dasar dan tiga tahun
di sekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan
pendidikan yang sederajat. Tujuan pendidikan dasar adalah untuk
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat,
warga Negara dan anggota umat manusias serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
3) Pendidikan Menegah
11
Menurut PP No. 29 tahun 1990 dalam Kunaryo (2000), pendidikan
menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan bagi pendidikan
dasar. Bentuk satuan pendidikan yang terdiri atas: Sekolah
Menengah Umum, Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah
Keagamaan, Sekolah Menengah Kedinasan, dan Sekolah Menengah
Luar Biasa.
4) Pendidikan Tinggi
Menurut UU No. 2 tahun 1989 dalam Kunaryo (2000), pendidikan
tinggi
merupakan
kelanjutan
pendidikan
menengah
yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau professional
yang dapat menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi, yang
dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau
universitas.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua siswa, selain itu
juga pendidikan informla yang pernah diikuti berpa kursus dan lain-lain..
Karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kerja dan
tentunya juga pendapatan yang diperoleh.
12
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua pendapatan kepala keluarga
maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk uang
dan barang. Menurut Sumardi dalam Yerikho (2007) mengemukakan
bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi
mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih
besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan
mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orang tua
adalah penghasilan yang di terima orang tua dalam bentuk uang dari hasil
kerja
baik
secara
formal
maupun
informal
.
Berdasarkan
penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4
golongan yaitu :
1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata
lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara
Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
13
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 per bulan kebawah.
Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa pendapatan juga
sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila
seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan
bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan
pokok setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi
penghasilan
tambahan
dan
penghasilan
insidentil.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748BAB%20II.pdf
3. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk
barang-barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan
ekonominya. Fasilitas atau kekayaan itu antara lain:
1) Barang-barang berharga
Menurut Abdulsyani (1994), bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai
ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan,
televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan
dalam masyarakat.
2) Jenis-jenis kendaraan pribadi.
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi
rendahnya tingkat sosial ekonomi orang tua. Misalnya: orang yang
14
mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingkat taraf ekonominya
dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.
Dalam penelitian ini, kepemilikan kekayaan yaitu harta benda yang
dimiliki oleh orang tua siswa berupaharta yang bergerak berupa mobil,
kendaraan bermotor dan harta yang tidak bergerak seperti tanah, sawah,
rumah dll. Yang digunakan untuk membiayai pendidikan siswa.
4. Jenis Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari
bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya
mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan
kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa
akan
terpenuhi
kebutuhan
hidupnya.
Pekerjaan
seseorang
akan
mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja merupakan
suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung
dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Undergraduate-22748
BAB%20II.pdf
Menurut Manginsihi (2013: 15), pekerjaan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh orang tua siswa untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang
ditekuni oleh stiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan
perbedaan
tingkat
penghasilanyang
rendah
sampai
padatingkat
penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya.
Contoh pekerjaan berstatus sosioekonomi rendah adalah pekerja pabrik,
15
buruh manual, penerima dana kesejahteraan, dan pekerja pemeliharaan.
Santrock (2007: 282)
Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari
pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:
a. Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli
jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik
pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.
b. Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang
penjualan dan jasa.
c. pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat
angkut/bengkel.
http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED
Undergraduate-22748-BAB%20II.pdf
2.2 Motivasi Belajar
2.2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang
untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan
tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan tujuan adalah
sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih
terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam
berbuat sesuatu. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku
seseorang dapat diklasifikasi sebagai berikut: (1) seseorang senang
terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya
16
maka akan termotivasi
untuk melakukan kegiatan itu, dan (2) apabila
seseorang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya
orang tersebut terdorong melakukan kegiatan tersebut. B. Uno (2008: 8).
Sardiman (2006: 75), motivasi belajar adalah merupakan faktor
psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Aunurrahman (2009: 180)
motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi
teanaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi
yang ada diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar. Siswa yang
memiliki motivasi belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat
di dalam proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya,
mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran, mencatat, membuat
resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan dan
evaluasi sesuai tuntutan pembelajaran. Didalam aktivitas belajar sendiri,
motivasi
individu
dimanifestasikan
dalam
bentuk
ketahanan
atau
ketekunandalam belajar, kesungguhan dalam menyimak isi pelajaran,
kesungguhan dan ketelatenan dalam mengerjakan tugas dan sebagainya.
Motivasi siswa dapat timbul dari dalam diri individu (motivasi
intrinsic) dan dapat timbul dari luar diri siswa/motivasi ekstrinsik (Uzer
Usman, 2008). Motivasi instrinsik merupakan motivasi yang timbul sebagai
akibat dari dalam diri individu tanpa ada paksanan dan dorongan dari
17
orang lain, misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu
pengetahuan atau ingin mendapatkan keterampilan tertentu, ia akan rajin
belajar tanpa ada suruhan dari orang lain. Sebaliknya motivasi ekstrinsik
timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan,
suruhan atau paksaan dari orang lain, lingkunag sosio ekonomi sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa
diantaranya adalah sebagai berikut:

Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang
monoton dan
tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi
belajar siswa

Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas

Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa

Latar belakang ekonomi dan social budaya siswa
Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai
motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan
ke
jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir
pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada
bersekolah, .

Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk
teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan
saja.
18

Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu, seperti
matematika, dan bahasa inggris

Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman A. M, 2006: 74) motivasi
mengandung tiga elemen penting.
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
diri setiap
individu manusia.
membawa
beberapa
Perkembangan motivasi akan
perubahan
energi
didalam
sistem
“neurophysiological” yang ada pada organisme manusia (walaupun
motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya
akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi
ditandai
dengan
munculnya,
rasa/”feeling”,
afeksi
seseorang. Dalam hal inimotivasi relevan dengan persoalanpersoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah-laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
2.2.2 Peran Motivasi dalam Belajar
Menurut B. Uno (2008: 23), Motivasi dan belajar merupakan dua
hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku
secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari
19
praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginanberhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan
tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas
belajar yang lebih giat dan semangat. B. Uno (2008: 23).
Menurut Sofyan dan B. Uno (2003: 31-33), motivasi pada dasarnya
dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan
penting dari motivasi itu dalam belajar dan pembelajaran, antara lain
dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b)
memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam
kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.
2.2.3 Pengertian Belajar
Beberapa
ahli
mengemukakan
pengertian
belajar
dalam
memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Menurut Morgan et.al.
dalam
Catharina
(2004)
menyatakan
bahwa
belajar
merupakan
perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau
pengalaman. Menurut Slameto (2010) belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
20
laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses penting
bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, dapat diambil pengertian bahwa belajar
pada dasarnya belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang.
Hampir semua kehidupan manusia diwarnai dengan kegiatan belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang
lingkungannya.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Arden
N
Frandsen
dalam
Suryabrata
Sumadi
(1995:253)
mengatakan bahwa hal yang dapat mendorong manusia atau seseorang
untuk belajar karena sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas,
sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju, keinginan untuk mendapatkan simpati dari teman-teman, orang tua
dan guru, keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran dan ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada
belajar.
Menurut slameto, secara umum faktor yang mempengaruhi belajar
adalah faktor intern dan faktor ekstern Slameto (2010:54).
21
a. Faktor intern meliputi, faktor jasmaniah, kelelahan dan psikologis.
Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor
kelelahan meliputi kelelaha jasmani dan rohani, sedangkan faktor
psikologis meliputi:
1) Intelegensi
Intelegensis adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan,
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam
situasi
yang
menggunakan
baru
dengan
konsep-konsep
cepat
dan
yang
efektif,
abstrak
mengetahui/
secara
efektir,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat, (Slameto,
2010: 56). Jadi intelegensi adalah kesanggupan seseorang untuk
beradaptasi dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada
suatu kualitas yang sama.
2) Minat
Menurut
Hilgard
dalam
Slameto
(2010:
57)
minat
adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh
kepuasan. Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena keinginan
sendiri tanpa adanya paksan dari orang lain atau kecenderungan jiwa
seseorang kepada sesuatu yang biasanya disertai dengan perasaan
senang.
3) Bakat
22
Menurut Hilgard dalam Slameto (2010: 57) bakat adalah kemampuan
untuk belajar. Jadi bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sejak lahir diperoleh melalui proseses genetik yang akan terealisasi
menjadi kecakapan sesudah belajar. Anak dapat menyalurkan bakat
atau yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali potensi yang
dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri anak.
4) Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu
aktivitas, (Darsono, 2000). Jadi motivasi adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
b. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, masyarakat.
Faktor keluarga meliputi,
1) Cara mendidik, orang tua yang memanjakkan anaknya, maka setelah
anak sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab
dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang
terlalu keras mendidik anak mengakibatkan anak menjadi penakut.
2) Suasana keluarga, hubungan keluarga yang kurang harmonis,
menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi
motivasi yang mendalam.
23
3) Pengertian orang tua, anak dalam belajar perlu dorongan dan
pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu
tugas-tugas rumah. Apabila anak mengalami kesulitan di sekolah
diharapkan orang tua untuk membantu memecahkan kesulitan
tersebut, orang tua memberi dorongan semangat kepada anaknya.
4) Keadaan sosial ekonomi keluarga, anak dalam belajar kadangkadang memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila
keadaan
ekonomi
keluarga
tidak
mencukupi,
dapat
menjadi
penghambat anak dalam belajar.
5) Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di
dalam keluarga, mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu
ditanamkan kepada anak kebiasaan-kebiasaan yang baik agar
mendorong semangat anak dalam belajar.
Faktor yang berasal dari sekolah meliputi,
1) Interaksi guru dengan murid.Guru yang kurang berinteraksi dengan
murid menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar arena
siswa merasa jauh dengan guru, sehingga siswa akan segan
beradaptasi secara aktif dengan guru.
2) Cara penyajian. Guru menggunakan beberapa metode dapat
membantu
meningkatkan
kegiatan
belajar
mengajar
dan
meningkatkan kegiatan belajar mengajar serta minat siswa untuk
belajar.
24
3) Hubungan antar murid. Guru harus mengendalikan kelas supaya
dapat bekerja sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
4) Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian
untuk mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di
atas ukuran standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan
takut kepada guru. Guru dalam menuntut penguasaan kepada murid
harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing, yang
penting tujuan yang dirumuskan dapat tercapai.
5) Media pendidikan. Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan
lancar tidaknya kegiatan belajar mengajar. Antara lain seperti buku di
perpustakaan, peralatan alat laboratorium atau media lainnya.
6) Kurikulum. Sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar
mengajar yang mementingkan
kebutuhan
siswa.
Guru
perlu
mendalami materi dengan baik, harus mempunyai perencanaan agar
dapat melayani siswa secara individual.
7) Metode belajar, banyak siswa melakukan cara belajar yang salah.
Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur. Belajar teratur setiap hari
dengan pembagian waktu yang tepat dan cukup istirahat akan
meningkatkan hasil belajar.
8) Tugas rumah, guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah,
sehingga anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun
kegiatan lain.
25
9) Keadaan gedung. Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat
mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
10) Waktu sekolah. Akibat meledakanya jumlah anak yang masuk
sekolah dan penambahan gedung sekolah yang kurang, akibatnya
ada pembagian dalam kelas yaitu kelas pagi dan kelas sore.
11) Pelaksaan disiplin. Untuk mengembangkan motivasi yang kuat,
proses belajar siswa perlu disiplin.
Faktor yang datang dari masyarakat meliputi :
1) Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran,
sehingga lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi
dan diseleksi.
2) Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu
bergaul dengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai
mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena
perbuatan yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain.
3) Cara hidup lingkungan , cara hidup lingkungan sekitar besar
pengaruhnya pada pertumbuhan anak.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu faktor keluarga, khususnya
latar belakang ekonomi orang tua.
Dari penjelasan diatas, maka pada dasarnya hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
26
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan;
(4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan menarik
dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. B. Uno (2008:
23).
2.3 Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar
Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya
akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan
lain. Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan relatif
rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah,
begitu juga dengan keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) keadaan
sosial ekonomi yang baik dapat yang menghambat ataupun mendorong
dalam belajar. Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber
kekuatan dalam belajar karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat
mengganggu kelancaran belajar. Salah satu fakta yang mempengaruhi
tingkat pendidikan anak adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial
ekonomi keluarga mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap prestasi
27
belajar siswa di sekolah, sebab segala kebutuhan anak yang berkenaan
dengan pendidikan akan membutuhkan sosial ekonomi orang tua.
Menurut
Chapman
perbedaan
status
sosioekonomi
juga
mempengaruhi orientasi intelektual anak. Sedangkan menurut McLoyd
sperti orang tua mereka, anak-anak dengan latar belakang status
sosioekonomi rendah beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan
mental. Masalah seperti depresi, kepercayaan diri rendah, konflik sebaya,
dan kenakalan renmaja lebih banyak terjadi di antara anak-anak yang
hidup di keluarga yang status sosioekonomi rendah dibanding di anakanak yang lebih beruntung secara ekonomi, menurut Gibbs dan Huang.
Santrock (2007: 283)
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Motivasi Belajar Siswa telah banyak diteliti oleh peneliti terdahulu,
diantaranya yang dilakukan oleh Yusrin Musa yang meneliti tentang
Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme Kecamatan Bongomeme
Kabupaten Gorontalo, menyimpulkan:
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh status sosial ekonomi orang tua terhadap motivasi belajar siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme kecamatan bongomeme kabupaten
gorontalo, dengan menggunakan teknik analisis regresi linear, maka
diperoleh Ỳ = 12.21 + 0.69. hal ini berarti bahwa setiap terjadi perubahan
28
sebesar satu unit pada status sosial ekonomi orang tua (variabel X) akan
menyebabkan peningkatan motivasi belajar siswa (Variabel Y) demikian
pula sebaliknya. Sedangkan untuk nilai r=0.6306 dengan mengkuadratka
koefesien korelasi yaitu (r²)= 39.76% hal ini menunjukan pengaruh status
sosial orang tua terhadap motivasi belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 1
Bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo.
Dalam pengujian hipotesis, hasilnya menunjukan bahwa hipotesis
(Ho) yang diuji ditolak, yang artinya signifikan, dan hipotesis penelitian
(Hₐ) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari Fhitung ≥ Fdaftar pada
taraf signifikan α = 0,01. Adapun hipotesis yang diajukan adalah status
sosial ekonomi orang tua berpengaruh positif terhadap motivasi belajar
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme.
Dengan demikian secara keseluruhan dapat dikemukakan secara
keseluruhan variabel yang dianalisis yaitu status sosial ekonomi orang tua
mempunyaipengaruh terhadap motivasi belajar siswa XI SMA Negeri 1
bongomeme kecamatan bongomeme Kabupaten Gorontalo, dengan
asumsi bahwa faktor-faktor diluar dari pada variabel-variabel yang diteliti
dianggap konstan atau tidak berubah. Hal ini dapat membuktikan bahwa
status sosial ekonomi orang tua siswa yang baik motivasi belajar yang
dimiliki siswa juga membaik.
Selain itu juga Olvan Manginsihi meneliti juga tentang Pengaruh
Status Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X
29
SMK Negeri 4 Gorontalo yang menyimpulkan berdasarkan hasil
pengujuian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, yaitu
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: “ terdapat pengaruh yang signifikan
dari status sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini
berarti bahwa untuk mencapai prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa
untuk mencapai prestasibelajar yang tinggi harus didukung oleh status
sosial ekonomi yang tinggi”.
Lis Riyanti Tambung meneliti tentang Pengaruh Kondisi Ekonomi
Orang Tua Terhadap Aktivitas Belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota
Gorontalo menyimpulkan bahwa:
Aktifitas belajar Siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada
pada klasifikasi sedang. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam
melakukan aktifitas belajar mengacu pada kriteria aktifitas seperti latihan
atau praktik, menulis dan mencatat, membaca membuat ikhtisar,
ringkasan, mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan,
menyusun paper atau kertas kerja dan mendengarkan.
Kondisi ekonomi orang tua SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada
pada klasifikasi sedang hal ini ditunjukan dengan tingkat ekonomi orang
tua yang berada pada tingkat sejahtera I dan sejahtera II sehingga dapat
memberikan dukungan bagi peningkatan aktifivats belajar siswa.
Terdapat pengaruh yang berarti antara aktivitas belajar siswa
dengan kondisi ekonomi orang tua di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo
30
dengan demikian maka aktifitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota
Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua.
2.5 Kerangka Pikir
Motivasi belajar siswa didorong oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik
(dalam diri) dan faktor ekstrinsik (luar diri) atau lingkungan. Dorongan
yang datang dari dalam diri siwa terutama faktor berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan citacita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik serta
sosial ekonomi.
Menurut Slameto (2010: 64), sosial ekonomi menjadi bagian yang
akan mempengaruhi motivasi belajar. Jika anak hidup dalam keluarga
yang miskin, kebutuhan pokok kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan
anak terganggu, sehingga belajar anak juga terganggu. Akibat yang lain
anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan
teman yang lain, hal ini pasti mengganggu belajar anak.bahkan anak
harus bekerja mencari nafkah sebagai pembantu orang tuanya walaupun
sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, halyang begitu juga akan
mengganggu belajar anak.
Salah satu yang mempengaruhi motivasi belajar ialah status
sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat sosioekonmi memberikan dorongan
besar tarhada motivasi siswa untuk belajar. Hal ini terlihat karena faktor
31
terpenuhinya keinginan siswa terhadap kebutuhan pendidikan yang
sangat besar dan hal itu bisa diadakan dengan tingkat ekonomi (biaya)
yang tinggi oleh orang tua yang memiliki status sosioekonomi diatas.
Sebalinya jika orang tua yang memiliki status sosioekonomi dibawah
tentunya memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan yang
begitu besar sehingga mempengaruhi pola berpikir orang tua terkait
dengan pendidikan anak.
Berdasarkan uraian diatas, maka pengaruh antara faktor yang
mempengaruhi status sosioekonomi(Variabel Bebas) dan Motivasi belajar
(Variabel Terikat), kerangka pikir dari penelitian ini di skemakan sebagai
berikut:
Gambar 1: Kerangka Pikir
-
Status sosial Ekonomi
Motivasi Belajar Siswa
Variabel bebas (X)
Variabel terikat (Y)
Tingkat pendidikan
Pendapatan
Pemilikan kekayaan atau
fasilitas
Jenis Pekerjaan
Abdulsyani (1994)
Motivasi Belajar
-
Intrinsik
Ekstrinsik
B. Uno (2008)
32
2.6 Penganjuan Hipotesis
Menurut Arikunto (2006) hipotesis adalah suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
Sehubungan dengan penelitian ini maka penulis merumuskan
hipotesis
sebagai
berikut:”Diduga
status
sosioekonomi
orang
tua
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMK Negeri
1 Limboto.
Download