867 ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI

advertisement
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI KOLIFORM PADA BAKSO BAKAR DI
PASAR MINGGU KOTA MALANG
Analysis of Bacterial Content of Koliform on Meatballs Roasted in Malang Sunday
Market
Devi Pebriani Pertiwi, S.Pd, Dra. Roimil Latifa, M.Si., M.M., dan Dra. Lise
Chamisjiatin, M.Pd
1)
Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Malang
Jl.Raya Tlogomas No. 246 Malang 65144, TLP/HP 085246110107; email:
[email protected]
Abstrak
Mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata telanjang, untuk melihatnya diperlukan alat mikroskop cahaya. Kelompok utama
mikroorganisme ialah bakteri, fungi, protozoa, algae dan virus. Bakteri coliform
merupakan golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia.
Bakteri coliform merupakan bakteri indikator, bakteri patogenik dan masuk dalam
golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini
dapat menjadi sinyal untuk menentukan sesuatu telah terkontaminasi oleh patogen atau
tidak. Hal ini dapat terjadi pada jajanan bakso bakar. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui kandungan bakteri koliform yang ada pada bakso bakar di pasar minggu Kota
Malang. Penelitian ini dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Penelitian
ini dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2015 s/d 9 Januari 2016 di Laboratorium Pusat
Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 15 sampel yang dijual di pasa minggu kota Malang positif tercemar
oleh bakteri koliform. 15 sampel yang diteliti menggunakan metode MPN/APM melebihi
ambang batas maksimum yang ditetapkan oleh BPOM pada daging olahan.
Kata kunci: Koliform, Bakso Bakar, Metode MPN.
Abstract
Microbes are living organisms that are very small, not visible to the naked eye, to see
her light microscopy tool is required. Major groups of microorganisms is bacteria , fungi,
protozoa, algae and viruses. Coliform bacteria is the intestinal bacteria, that live in the
human gastrointestinal tract. Coliform bacteria is a bacteria and pathogenic bacteria,
indicator entered in the microorganism that is often used as an indicator, where bacteria
can be a signal to determine something has been contaminated by pathogenic or not.
This can happen on a traditional grilled meatballs. The purpose of this research is to
know the content of koliform bacteria in roasted meatballs in Malang Sunday market.
This research was conducted with methods of most probable number (MPN). This
research was carried out on December 21, 2015 until January 9, 2016 at the laboratory
of Biotechnology Development Centre Muhammadiyah University of Malang. The
results showed that 15 samples sold at pasa week Malang positive contaminated by
bacteria koliform. 15 samples was examined using the MPN method/APM exceeds the
maximum threshold set by BPOM on processed meats.
Key words: Coliform, Grilled Meatballs, MPN Method.
867
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PENDAHULUAN
Makanan merupakan salah satu dari tiga sumber kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia selain sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia
karena keduanya berguna untuk member perlindungan bagi tiap manusia dalam menjalani
proses kehidupan pribadi maupun hubungan interaksi social satu dengan yang lainnya.
Makanan adalah sumber energi manusia agar dapat beraktivitas sehari-hari. Makanan yang
baik untuk dikonsumsi adalah makanan yang sehat dan aman (Depkes RI, 2004).
Makanan sehat adalah makanan yang mengandung gizi yang seimbang, mengandung
serat dan zat-zat yang diperlukan tubuh untuk proses tumbuh kembang seperti bahan yang
mengandung protein hewani yang baik dan segar, sayur mayur yang segar dan tidak rusak,
serta makanan yang melalui proses pengolahan tidak berubah warna dan rasa, bahan
tambahan dan penolong harus memenuhi persyaratan minimal makanan sehat yang
berlaku. Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar oleh bahan pencemar
kimia, bahan pencemar biologi, dan bahan pencemar fisik (Depkes, 2007). Adapun
pengawasan makanan bertujuan untuk melindungi masyarakat konsumen terhadap
kemungkinan peredaran makanan yang tidak memenuhi standar dan pesyaratan kesehatan
yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan (BPOM, 1997).
Kebersihan dan keamanan makanan harus selalu terjaga. Apabila makanan yang
dikonsumsi tercemar atau tidak aman maka akan menjadi salah satu penyebab terjadinya
gangguan kesehatan dalam tubuh kita. Paling sering terjadi dalam kasus keracunan
makanan adalah cemaran yang disebabkan oleh cemaran biologi. Mikroba adalah
organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang,
untuk melihatnya diperlukan alat mikroskop. Kelompok utama mikroorganisme ialah
bakteri, fungi, protozoa, algae dan virus. Bakteri coliform merupakan golongan bakteri
intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan
bakteri indikator, bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang
lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk
menentukan sesuatu telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Cemaran biologi
disebabkan oleh berbagai bakteri anaerob, seperti bakteri Coliform: Salmonella, Shigella,
Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Vibrio, dan lain sebagainya (Depkes,
2007).
Bakso merupakan salah satu makanan khas kota Malang. Bakso didefinisikan sebagai
daging yang dihaluskan, dicampur dengan tepung pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan
tangan sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin
dikonsumsi (IPB, 2007). Bakso biasanya disajikan dengan mie beserta kuah dan dapat juga
disajikan dengan cara dibakar terlebih dahulu sehingga dinamakan dengan Bakso Bakar.
Bakso bakar merupakan salah satu makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
karena harganya yang relatif murah, rasanya yang enak dan penampilan yang menarik
sehingga jajanan ini sangat digemari oleh masyarakat.
Pasar Minggu Kota Malang merupakan salah satu alternatif bagi warga Malang yang
ingin berbelanja dengan budget terbatas untuk mendapatkan barang dengan kualitas yang
cukup lumayan. Seperti namanya, pasar ini memang hanya bisa masyarakat temui di hari
Minggu saja dan tentunya berada di Kota Malang. Pasar minggu merupakan pasar dengan
kawasan terbuka atau tidak memiliki gedung yang permanen, dan pasar ini berdiri di
868
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
daerah stadion Gajayana kota Malang setiap hari minggu. Pasar minggu kota Malang juga
menjual berbagai macam kuliner dari yang makanan uatama hingga jajanan. Salah satunya
adalah bakso bakar (Andi, 2012).
Ada beberapa stan yang menjual bakso bakar di pasar minggu. Stan-stan ini tersebar di
area pasar minggu. Stan-stan bakso bakar ini berada di tempat khusus untuk menjual
makanan, tetapi ada juga yang berdampingan dengan stan pakaian serta ada yang berada
tepat di trotoar yang dilalui oleh kendaraan. Beberapa dari penjual bakso bakar
menggunakan wadah terbuka untuk menyimpan bakso yang belum dibakar dan ada
beberapa menggunakan box ice untuk menyimpan bakso yang belum dibakar. Para penjual
bakso ini melakukan kontak langsung terhadap makanan yang akan disajikan tanpa
menggunakan celemek atau penutup kepala dimana sangat bertentangan dengan prinsipprinsip hygene sanitasi makanan dan minuman menurut departemen kesehatan Republik
Indonesia. Dari kontak langsung dan tempat yang terbuka ini dimungkinkan organisme
pathogen dapat masuk ke dalam makanan. Kebanyakan dari organisme pathogen makanan
berasal dari lingkungan yang ditularkan melalui persiapan makanan, kebersihan pada saat
pengemasan, kebersihan pribadi dari penjajak atau kebersihan publik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, perlu kiranya dilakukan analisa
kandungan bakteri koliform pada bakso bakar di pasar minggu kota malang dengan tujuan
untuk mengetahui kandungan bakteri koliform pada bakso bakar dan dibandingkan dengan
standar maksimum BPOM pada untuk jenis makanan daging olahan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif analitik yaitu suatu penelitian
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan serta menghubungkannya dengan data yang sudah diteliti dengan sistematis,
faktual dan akurat.
Dan penelitian deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui total cemaran mikroba pada
jajanan Bakso bakar yang beredar di Pasar Minggu Kota Malang dengan melakukan
pemeriksaan di Laboratorium Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas
Muhammadiyah Malang pada bulan Desember 2015.
Sampel penelitian yaitu bakso bakar yang didapat di kompleks pasar Minggu Kota
Malang, kemudian melakukan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan metode Most
Probable Number (MPN).
Cara Kerja Pemeriksaan Most Probable Number (MPN)
I. Pembuatan Media Cair LB
1. Menghitung massa yang dibutuhkan untuk membuat 100 ml Media Cair LB (Beef
Ekstrak 3gr, Pepton 5 gr, dan Lactosa 5gr)
2. Menimbang media LB 1,3 g
3. Tambahkan aquades 100 ml ke dalam erlenmeyer, lalu masukkan media LB
4. Didihkan selama beberapa menit untuk melarutkannya, aduk larutan hingga
homogen
869
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
5. Masukkan media LB sebanyak 9 ml ke dalam masing-masing tabung reaksi
sejumlah 3 yang sudah dimasukkan tabung durham sebelumnya..
II. Test Pendahuluan
1. Siapkan 3 tabung reaksi yang berisi masing-masing Laktose Broth sebanyak 10 ml.
2. Pipet sampel 10 ml, lalu masukkan ketabung 1.
3. Pipet sampel 1 ml, lalu masukkan ketabung 2.
4. Pipet sampel 0,1 ml, lalu masukkan ketabung 3.
5. Masing-masing tabung dihomogenkan.
6. Inkubasi tabung pada suhu 37°C selama 2x24jam.
7. Hasil (+) dinyatakan dengan terbentuknya gas pada tabung Durham dan dilanjutkan
test penegasan.
8. Hasil (-) berarti koliform negative dan tidak diperlukan test penegasan.
III. Test Penegasan.
1) Dari tiap tabung positif pada test awal, dipindahkan 1-2 ose kedalam tabung berisi
10 ml BGLB 2%.
2) Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 37°C selama 2x24 jam untuk
koliform.
3) Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang
menunjukkan (+) gas, kemudian dicocokkan dengan table MPN.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pada tabel 1. dapat dilihat hasil dari uji pendugaan (Presumptive test) dimana media
LB (Laktose Broth) yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran bakteri
coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan
karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam dilihat dari
kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham
berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk gas sebanyak
10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham.
Tabel 1: Hasil Uji Pendahuluan Koliform pada Bakso Bakar di Pasar Minggu Kota Malang
No.
Gambar Hasil
Keterangan
-1
1
Pengenceran sampel 10
Positif adanya bakteri koliform,
karena terjadi kekeruhan dan
terdapat gelembung gas di tabung
durham.
Keterangan:
1. Gelembung gas.
1
870
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
2
Pengenceran sampel 10-2
Positif adanya bakteri koliform,
karena terjadi kekeruhan dan
terdapat gelembung gas di tabung
durham.
3
Pengenceran sampel 10-3
Positif adanya bakteri koliform,
karena terjadi kekeruhan dan
terdapat gelembung gas di tabung
durham.
Pada tabel 2. dapat dilihat hasil dari uji penegasan dimana media BGLB 2% yang
digunakan untuk mengetahui atau menegaskan hasil dari uji pendugaan merupakan positif
bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang
disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam
dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam
tabung durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif coliform jika terbentuk
gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham.
Tabel 2: Hasil Uji Penegasan Koliform pada Bakso Bakar di Pasar Minggu Kota Malang
No.
Gambar Hasil
Keterangan
-1
1 Pengenceran sampel 10
Positif adanya bakteri koliform,
karena terbentuk gelembung gas di
tabung durham.
Keterangan:
1. Gelembung gas.
1
871
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
2
Pengenceran sampel 10-2
Positif adanya bakteri koliform,
karena terbentuk gelembung gas di
tabung durham.
3
Pengenceran sampel 10-3
Positif adanya bakteri koliform,
karena terbentuk gelembung gas di
tabung durham.
Tabel 3: Data Hasil Mikrobiologi pada Bakso Bakar di Pasar Minggu Kota Malang
Koliform
dengan
Kode
No
Sampel Metode MPN
Cfu/gram
1
01
4 x 102
2
02
7 x 102
3
03
1,1 x 103
4
04
7 x 102
5
05
1,1 x 103
6
06
4 x 102
7
07
1,1 x 103
8
08
1,1 x 103
9
09
1,1 x 103
10
10
7 x 102
11
11
7 x 102
12
12
1,1 x 103
13
13
4 x 102
14
14
7 x 102
15
15
1,1 x 103
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa dari semua teliti 15 sampel yang diteliti
semuanya positif mengandung koliform setelah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan Rumus MPN dan Tabel MPN. Hasil dari uji APM/MPN ini semua sampel
mengandung bakteri koliform dan melebihi ambang batas maksimal yang telah ditetapkan
oleh BPOM untuk jenis makanan daging olahan.
872
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
PEMBAHASAN
Sesuai dengan acuan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM) Indonesia bahwa berbagai produk obat-obatan dan makanan yang dipasarkan
dapat terjamin mutu dan keamanannya. Begitupun halnya dalam mengkonsumsi daging
olahan seperti bakso, sosis, naget, dan burger, harus memenuhi standar yang telah
ditetapkan, seperti batas maksimal kandungan mikroba yang terdapat pada jenis makanan
daging olahan. Adapun indikatornya menurut BPOM No. HK.00.06.1.52.4011 dijelaskan
jumlah maksimal kandungan MPN Koliform maksimal 1 x 102 MPN/g.
Berdasarkan tabel 3 hasil pemeriksaan mikrobiologi di Laboratorium Pusat
Pengembangan Bioteknologi pada uji MPN hasil yang didapat adalah untuk 15 sampel
yang teah diuji dikteahui melebihi standar maksimal batas kontaminasi yang ditetapkan
oleh BPOM yaitu 1 x 102 cfu/g.
Dari hasil tersebut diketahui bahwa beberapa sampel bakso bakar memiliki status tidak
layak konsumsi dan sampel yang apabila dikonsumsi diharapkan untuk berhati-hati atau
diwaspadai. Kondisi nilai dari hasil MPN sampel bakso bakar tersebut kemungkinan
dikarenakan penjual atau penjamah makanan saat menjamah bakso bakar tidak memiliki
prinsip sanitasi dan higienis yang benar atau kurang memadai. Makanan yang diproduksi
harus memiliki kriteria agar dapat dikonsumsi oleh konsumen. Kriteria tersebut yaitu
makanan berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki, bebas dari pencemaran di
setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya. Kemudian bebas dari perubahan fisik
dan kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba,
hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan
dan pengeringan serta bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit
yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness) (Anonim, 2005).
Menurut Steck et al, (2007) adapun bahaya makanan yang dibakar atau dipanggang
menurut karena makanan yang dipanggang atau dibakar mengandung senyawa
karsinogenik yaitu senyawa yang menyebabkan kanker, senyawa tersebut adalah:
1) Amina heterosiklik (HCA) yaitu komponen karsinogenik yang terbentuk dari
pemanasan asam amino dan protein, termasuk asam glutamat, fenilalanin, ornithine,
globulin kedelai. HCA terbagi menjadi IQ (turunan quinoline) dan non-IQ. Komponen
ini memiliki banyak jenis dengan struktur yang spesifik. Pembentukan HCA tidak
hanya terbatas pada produk daging, ikan, dan unggas, tetapi semua jenis pangan
berprotein yang mengalami pemanasan.
2) Hidrokarbon aromatic polisiklik (PAH) yaitu polutan aatmosfer kuat yang terdiri dari
cincin aromatic menyatu dan tidak mengandung heteroatom atau membawa substituent,
kelompok senyawa yang memiliki berat molekul besar, berbentuk datar. Senyawa ini
banyak terdapat di alam sebagai polutan hasil pembakaran bahan-bahan organic, baik
dalam bentuk partikel maupun gas.
Sanitasi yang kurang baik dari penjamah makanan atau penjual dapat menjadi sumber
penyakit bagi konsumen dan dapat menyebar kepada masyarakat. Peranannya dalam suatu
penyebaran penyakit dengan cara kontak antara penjamah makanan yang menderita
penyakit menular dengan konsumen yang sehat. Kontaminasi terhadap makanan oleh
penjamah makanan yang sakit, misalnya batuk atau luka ditangan, dan pengolahan
873
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
makanan dengan air tercemar Escherichia coli atau penanganan makanan oleh penjamah
makanan yang sakit atau pembawa kuman (Zaenab, 2008).
Menurut Soeparno (2009), kontaminasi dapat berasal dari hewan produksi (peternakan)
atau juga dari pekerja itu sendiri sedangkan kontaminasi silang dapat terjadi bila makanan
jadi yang diproduksi berhubungan langsung dengan permukaan meja atau alat pengolah
makanan selama proses persiapan yang sebelumnya telah terkontaminasi kuman patogen.
Transmisi bakteri yang cepat menyebar dan dapat dipancarkan secara langsung dari air,
termasuk proses pencernaan, sisa pencernaan dan makanan yang tercemar. Transmisi
kedua dapat melalui mulut, meningkatnya jumlah bakteri dapat juga melalui udara dan
kontak dengan kulit.
Pada penelitian Djaja (2003) disebutkan bahwa kontaminasi Escherichia coli pada
pedagang kaki lima disebabkan karena kontaminasi bahan makanan (51,8%), kontaminasi
pewadahan (18,8%), kontaminasi air (18,8%), kontaminasi makanan disajikan (18,8%),
kontaminasi tangan (12,9%) dan kontaminasi makanan matang (10,6%). Dalam hal ini,
terjadi kontaminasi pada bakso karena, bakso yang dibiarkan dalam kondisi terbuka pada
suhu ruang, sehingga memungkinkan kontaminasi yang terjadi sangat tinggi dan
pertumbuhan bakteri sangat cepat karena suhu optimal untuk pertumbuhan ditambah
kondisi pasar minggu yang kurang memadai dari tempat yang kurang baik, sampah yang
lumayan dekat dengan penjualan sehingga memungkinkan banyak bakteri patogen yang
mengontaminasi. Penjualan bakso bakar pada umumnya dilakukan dalam keadaan terbuka
(tanpa penutup). Bakso bakar disajikan di lokasi yang kurang terjamin kebersihannya dan
bersuhu udara tinggi (suhu kamar). Pada kondisi tersebut mikroba patogen dapat tumbuh
dengan subur (Hayes, 1996).
Lokasi tempat pengelolaan makanan (TPM) harus jauh dan terhindar dari pencemaran
yang diakibatkan antara lain oleh bahan pencemar, antara lain: banjir, udara (debu, asap,
serbuk, bau), bahan padat (sampah, serangga, tikus), dan sebagainya. TPM memiliki
potensi untuk menibulkan gangguan kesehatan dari makanan yang dihasilkannya, orang
yang mengolah makanan, bahan yang diolah, dan tempat pengolahan itu sendiri. Untu
meningkatkan kualitas makanan yang disajikan dan dijual oleh TPM makan pengelola
TPM harus mematuhi dan memenuhi pesyaratan dan selalu dijaga kebersihannya setiap
saat (Depkes RI, 2004).
PENUTUP
Kesimpulan
Bakso bakar yang diuji dengan Metode Most Probable Number positif tercemar oleh
bakteri koliform dan semua sampel melebihi ambang batas maksimal APM/MPN Koliform
yang ditetapkan menurut BPOM.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan terkait dengan penelitian mikroba pada bakso
bakar di pasar minggu Kota Malang, yang sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya adalah :
 Penelitian ini masih terbatas pada jumlah kandungan total koliform pada bakso bakar di
pasar minggu Kota Malang, maka dari itu dapat dikembangkan dan diteliti lagi menjadi
analisis dan identifikasi jenis bakteri koliform yang ada pada bakso bakar.
874
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016,
Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 26 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA
Andi. 2012. Pasar Minggu Malang. (Online). (http://halomalang.com diakses 27 Januari
2015)
Anonim. 2005. Intoksinasi Makanan, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit &
Penyehatan Lingkungan. Depkes RI Jakarta.
Depkes RI, 2004. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan. Khusus Hygiene Sanitasi
Makanan dan Minuman. Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Dirjen PPM & PL.
Jakarta
Depkes RI, 2004. Bahan Pencemar Makanan Lainnya. Khusus Hygiene Sanitasi Makanan
dan Minuman. Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi Dirjen PPM & PL. Jakarta
Djaja. I.M. 2003. Kontaminasi E. coli pada makanan dari tiga jenis tempat pengelolaan
makanan (TPM) di jakarta selatan. Jurnal Makara Kesehatan Vol. 12. Hal. 36-41.
Soeparno, 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan kelima. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Santi Imelda Gea, 2001, Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat
Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di
Lingkungan Universitas Sumatera Utara. Skripsi diterbitkan. Medan : Universitas
Sumatera Utara
Steck et, al. 2007. Cooked meat and risk of breast cancer—lifetime versus recent dietary
intake. Epidemiology. 18:373–382.
Zaenab. 2008. Kasus Keracunan Makanan. Kesehatan Lingkungan Makassar. (Jurnal)
875
Download