proposal kajian - Repository Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

advertisement
IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII
KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
SRI WAHYUNI
NIM : 110500067
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII
KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
SRI WAHYUNI
NIM : 110500067
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII
KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
Oleh :
SRI WAHYUNI
NIM : 110500067
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul
: IDENTIFIKASI JENIS-JENIS GULMA PEMBIBITAN AWAL
TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais Guineensis Jacq) DI PTP
NUSANTARA XIII
Nama
: SRI WAHYUNI
Nim
: 1105000 67
Program Studi
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Faradilla, SP, M. Sc
Riama Rita Manullang, SP. MP
NIP. 197409012000122001
NIP. 197011162000032002
Rossy Mirasari, SP. MP
NIP.197806242005012002
Menyetujui
Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan
Mengesahkan
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Nur Hidayat , SP, MSc
NIP. 197210252001121001
Ir. Hasanudin, MP
NIP.196308051989031005
Lulus ujian pada tanggal 20 Agustus 2014
ABSTRAK
SRI WAHYUNI. Identifikasi Jenis - jenis Gulma Pada Pembibitan Awal Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis jacq) di PT. Perkebunan Nusantara XIII Kecamatan Long Ikis
Kabupaten Paser Kalimantan Timur (dibawah bimbinga FARADILLA).
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan
berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit.
Akan tetapi dalam
perkembangannya mengalami berbagai masalah, salah satunya adalah gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki
pengaruh yang negatif, sehingga kehadirannya tidak di kehendaki oleh manusia.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang
tumbuh pada pembibitan awal kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII
Kabupaten Paser. Waktu pelaksanaan satu bulan dimulai pada tanggal 1 Maret
sampai dengan 1 April 2014 mulai dari survey lokasi hingga penyusunan laporan.
Dan untuk mengumpulkan jenis-jenis gulma yang terdapat pada 6 petak contoh
dengan jumlah bibit 726 yang diamati diambil berdasarkan jumlah populasi dari tiap
jenis gulma. Pengolahan dan pengambilan data menggunakan metode kuadran.
Dari hasil identifikasi yang dilakukan pada pembibitan di PT. Perkebunan
Nusantara XIII terdapat 10 jenis gulma pada pembibitan kelapa sawit yakni, gulma
Sambung rambat (Mikania micrantha), Rumput buluh (Panicum sarmentosum),
paitan (Axonopus compressus), Temblekan (Lantana camara), Akar ruas – ruas
(Asystasia intrusa), Teki (Cyperus iria), Bambuan (Setaria plicata), Rumput minyak
(Brachiaria miliformis), Lulangan (Eleusine indica), dan Rumput kawatan (Ottochloa
nodosa). Gulma yang paling banyak pada tanaman kelapa sawit adalah (Axonopus
compressus ), dengan persentase indeks nilai penting (INP) 34,44 dan persentase
indeks nilai penting yang paling sedikit (INP) 5,81 adalah Temblekan (Lantana
camara).
Kata kunci : Identifikasi, kelapa sawit, pembibitan awal
RIWAYAT HIDUP
SRI WAHYUNI, Lahir pada tanggal 18 Mei 1993 di Desa Kembang
Janggut merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan
Bapak Nasran dan Ibu Asmaniah.
Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010 lulus
pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah
Menegah Pertama (SMP) YPK 3 Genting Tanah lulus pada tahun 2008, melanjutkan
ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kembang Janggut dan lulus pada tahun
2011. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
Pada tanggal 3 Maret sampai dengan 30 April 2014 mengikuti kegiatan
Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara XIII, Kecamatan Long Ikis,
Kabupaten Paser Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas
selama penelitian di PT.Perkebunan Nusantara XIII, Desa Samuntai, Kecamatan
Long Ikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur dengan lancar dan tanpa
ada halangan apapun.
Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaanpenelitianini juga tidak lepas dari
peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Nur Hidayat, SP, MSc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan.
2.
Ibu Domarlia Boli, selaku mandor di PT. Perkebunan Nusantara XIII.
3.
Ibu Faradilla, SP, MSc selaku dosen pembimbing.
4.
Ibu Riama Rita Manullang, SP. MP dan Rossy Mirasari, SP. MP selaku dosen
penguji I dan dosen penguji II.
5.
Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan baik moral maupun materi
kepada penulis.
6.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
7.
Rekan-rekan
mahasiswa
yang
telah
membantu
baik secara
langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan kajian ini.
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan penelitian ini terdapat
kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun dari segi pengetahuan. Maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
penyusunan penelitien ini.Penulis berharap agar penelitianini dapat bermanfaat.
Penulis
Kampus Sei Keledang
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ........
iv
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
I.
PENDAHULUAN ......................................................................... ........
II.
TINJAUAN UMUM
v
1
A. TinjauanUmumTanamanKelapaSawit ...........................................
4
B. TinjauanUmumGulma ....................................................................
12
C. TinjauanUmumPembibitan.............................................................
18
III. METODE KAJIAN
A. TempatdanWaktu ......................................................................... ..
19
B. AlatdanBahan ............................................................................... ..
19
C. ProsedurKerja...................................................... ....................... ..
19
D. Pengolahan Data...................................................... .................. .
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
V.
Hasil............................................................................................ ..
22
B. Pembahasan..................................................... ......................... ..
23
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................... .. 29
B. Saran ............................................................................................ .. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Hasil identifikasi jenis – jenis gulma di pembibitan awal…………..
22
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
2.
Halaman
Gulma Axonopuscompressus salah satu jenis gulma yang paling
banyak pada areal pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara
XIII di Long Ikis……………….........................................................
23
Gulma Lantana camara salah satu jenis gulma yang paling
sedikit pada areal pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara
XIII di Long Ikis……………….........................................................
25
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Keadaan umum perusahaan...........................................................
32
2.
Peta lokasi PT. Perkebunan Nusantara XIII afdeling I...................
34
3.
Beringin..Perhitungan data menggunakan metode kuadran...........
35
4.
Dokumentasi hasil kajian identifikasi jenis gulma di pembibitan
awal PT. Perkebunan Nusantastara XIII.........................................
38
1
I.
PENDAHULUAN
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan
berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit
merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustry hulu),
pertanian, industry hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan
seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi. Indonesia merupakan produsen
kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia.Sebanyak 85% lebih pasar
dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Menurut Derom Bangun,
Ketua Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indoesia (GAPKI), pada tahun 2008
diperkirakan Indonesia bisa menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Perkebunan sawit pun bisa menghadirkan prestasi – prestasi yang membanggakan
dan layak untuk ditiru.Kesemuanya itu bergantung pada manajemen dan
pemimpinnya Pahan, (2008).
Komoditas kelapa sawit dalam Perekonomian Indonesia cukup memegang
peranan penting dan strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah
sebagai sumber devisa permintaan minyak kelapa sawit di samping digunakan
sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah
industri non pangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit jauh
lebih baik daripada minyak nabati lainnya.Minyak kelapa sawit merupakan produk
perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang.
Potensi
tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit .Kelapa sawit di
Indonesia ini merupakan komoditas primadona, luas perkebunannya terus
bertambah dan tidak hanya merupakan perkebunan yang besar milik Negara,
2
maupun perkebunan milik swasta saja, tetapi saat ini perkebunan sawit juga
diusahakan oleh rakyat dan sudah mulai terus berkembang pesat. Hal ini dapat
dilihat dari yang dulunya perkebunan kelapa sawit hanya berada di pulau Sumatera
namun saat ini telah berkembang di berbagai propinsi lain. Pahan, (2008).
Menurut Rizsa (1994), dalam upaya peningkatan produktifitas kelapa sawit,
banyak dijumpai faktor yang mempengaruhi, faktor yang mendukung dan faktor yang
menghambat yang perlu diinventarisasi dan diperhatikan pada areal pembibitan.
Faktor – faktor lingkungan (iklim, tanah) bahan tanaman, dan pengganggu tanaman
salah satunya adalah gulma.
Secara garis besar gulma adalah vegetasi yang tumbuh pada tempat yang
tidak
dikehendaki,
pokok.Perkembangan
karena
tanaman
pertanian
gulma
dewasa
ini
dapat
mengganggu
menunjukkan
tanaman
kemajuan
yang
pesat.Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat memacu pertumbuhan pada gulma, penggunaan bahan –
bahan kimia berupa herbisida.Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian
maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tapi justru semaki berat.Keadaan
suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah, dan curah hujan yang cukup di
daerah tropis, juga gulma memdorong tumbuh semakin subur.Akibatnya gulma
menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura,
peairan, dan lahan non pertanian lainnya Sukman dan Yakup, (2002).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan
memiliki pengaruh yang negatif, sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh
manusia.Oleh karena itu, tumbuhan apapun termasuk tanaman yang bisa,
3
dibudidayakan (crop plants), biasanya dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di
tempat dan waktu yang salah.Misalnya, tanaman padi (Oryza sativa L), meskipun
bisa dibudidayakan dan merupakan tanaman penghasil bahan pokok tetapi bila
diantara tanaman kelapa sawit yang diusahakan secara monokultur, padi tersebut
dikategorikan gulma Rukmana dan Sugandi,(1999).Berdasarkan uraian tersebut
diatas, maka perlu dilakukan identifikasi jenis-jenis gulma yang terdapat di areal
pembibitan utama kelapa sawit.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada
pembibitan utama kelapa sawit diPT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Paser
Kalimantan Timur.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh jenis gulma yang banyak
tumbuh pada pembibitan utama kelapa sawit, di PT. Perkebunan Nusantara XIII
Kabupaten Paser Kalimantan Timur.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit
1. Sejarah tanaman kelapa sawit
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa
Belanda pada tahun 1884.Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya
Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial pada tahun 1911.Perintis usaha perkebunan kalapa sawit di
Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar
banyak tentang kelapa sawit di Afrika.Budidaya yang dilakukannya diikuti
oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di
Indonesiamulai berkembang.Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di
Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh.Luas areal perkebunannya mencapai
5.123 ha.Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1923 mulai
mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton.
Pada
masa
pendudukan
Belanda,
perkebunan
kelapa
sawit
mengalami perkembangan yang cukup pesat.Indonesia menggeser dominasi
ekspor negara Afrika pada waktu itu.Namun, kemajuan pesat yang dialami
oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional.Hasil
perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara
asing termasuk Belanda.
Memasuki
pada
masa
kependudukan
Jepang,
perkembangan
tanaman kelapa sawit mengalami kemunduran.Secara keseluruhan produksi
5
perkebunan kelapa sawit terhenti.Lahan perkebunan mengalami penyusutan
sebesar 16% dari total luas lahan yang ada, sehingga produksi minyak sawit
Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948-1949. Padahal
pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.
Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun
1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan
keamanan.Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang
manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi.
Pemerintah juga membentuk bumil (buruh militer) yang merupakan wadah
kerja sama antara buruh perkebunan denagan militer.Perubahan manajemen
dalam perkebunan dan kondisi politik sosial serta keamanan dalam negeri
yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami
penurunan.Pada periode tersebut Indonesia sebagai pemasok minyak sawit
dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.
Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan
diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara.
Pemerintah
terus
mendorong
pembukaan
lahan
baru
untuk
perkebunan.Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560
hadengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.Sejak saat itu lahan
perkebunan sawit di Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan
rakyat.Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan
program
perkebunan
inti
rakyat
perkebunan
(PIR-bun).Dalam
6
pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung
hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi plasma.Perkembangan
perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan
program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986.Program tersebut
berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang
tersebar diberbagai sentra produksi, seperti Sumatra dan KalimantanSri
Utami, dkk (2006).
2. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Novizan (2002),Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk
tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut, yaitu :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Pelmales
Family
: Palmaceae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis Guineensis
3. Morfologi Kelapa Sawit
a. Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya tanaman
dari familiAraceae ini memiliki akar serabut. Radikula (bakal akar) pada
7
bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga
mencapai 15 cm dan menjadi akar primer yang akan terus
berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan
horisontal di dalam tanah. Akan ini akan bercabang menjadi akar
sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang
kembali menjadi akar tersier dan begitu pun seterusnya. Akar serabut
kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas
permukaan tanah.
Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal
batang (Ganoderma sp) dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa
sawit dapat mencapai kedalaman 8 meter dan 16 meter secara
horisontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan kapasitas absorpsi
tanaman (penyerapan terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar).
Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS dan memperbaiki
perbandingansebagai
faktor
penentu
produksi
tanaman
kelapa
sawit.Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang mengarah
kebawah dan kesamping. Selain itu, terdapat beberapa akar napas
yang tumbuh mengarah kesamping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi yaitu proses pemasukan oksigen kedalam air secara alami dan
atau secara mekanis.
b. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak
bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling)
8
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia (ruas). Dibatangnya terdapat pangkal pelepah-pelepah daun
yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering
dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih
tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit
tampak berwarna hitam beruas.batang diselimuti bekas pelepah hingga
berumur 12 tahun. Setelah 12 tahun, pelepah yang nengering akan
terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.
c. Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.Warnanya hijau
tua dengan pelepah sedikit lebih muda.Penampilanya sangat mirip
dengan tanaman salak.Hanya saja, durinya tidak terlalu keras dan
tajam.Kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung
atau ayam. Dibagian pangkal pelepah daun berbentuk dua baris duri
yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage
leaflet) tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah
setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Kelapa sawit
dewasa mempunyai 30-40 pelepah daun, kadang hingga 48 pelepah
(1-2 pelepah berada di bawah tandan).
d. Bunga dan Buah
Bunga jantan dan bunga betina terpisah serta memiliki waktu
pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan
sendiri.Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang, sedangkan
9
bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Kelapa sawit yang berumur
tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan atau
bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah
daun bagian dalam. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang
(cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi
oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin
atau serangga penyerbuk. Perbandingan bunga betina dan bunga
jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi, dari hitam, ungu,
hingga merah; tergantung bibit yang digunakan.Buah bergerombol
dalam tandan yang muncul dari pelepah.Buah terdiri dari tiga lapisan,
sebagai berikut.
a)
Eksokarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b)
Mesoskarp, serabut buah.
c)
Endoskarp,
cangkang
pelindung
inti.
Inti
sawit
merupakanendosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti
berkualitas tinggi.
Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak
panen. Tandan yang dianggap matang atau layak panen adalah jika
telah berwarna merah jingga yang memiliki kandungan karotena
(pigmen alami berwarna merah, berada di bagian kulit buah yang
matang). Namun, ada juga buah sawit yang tidak mengandung
karotena di mesocarpnya.Sunarko, dkk (2009)
10
4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa sawit
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor
lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomis.
a. Iklim
Faktor iklim ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tandan kelapa sawit.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baikpada daerah tropika basah disektar lintang utara – selatan 120C
pada ketinggian 0-500m dpl.Beberapa unsur iklim yang mempengaruhi
adalah; curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan
angin.
1) Curah hujan
Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di
daerah
tropis
yang
beriklim
basah,
yaitu
sepanjang
garis
khatulistiwa antara 23,50Clintang utara sampai 23,50C lintang
selatan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman kelapa sawit adalah; curah hujan diatas 2.000 mm/tahun
dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (<
100mm/bulan) tida lebih dari 3 bulan,menyebabkan pertumbuhan
kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur
tidak dapat memecah. Temperatur siang hari rata-rata 29 - 330C
dan malam hari 22 - 240C.ketinggian tempat dari permukaan laut <
11
500m, dan matahari bersinar sepanjang tahun, Minimal 5 jam per
hari.
2) Sinar matahari
Sinar
matahari sangat diperlukan tanaman kelapa sawit
untuk membantu dalam proses pembentukan bunga dan buah.
Untuk itu, intensitas sinar matahari sangat amat berpengaruh bagi
tanaman, lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman
kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari.
3) Suhu
Tanaman
kelapa
sawit diperkebunan
komersial
dapat
tumbuh dengan baik kisaran suhu 24 - 280C.Dengan demikian
tanaman kelapa sawit di perkirakan masih dapat tumbuh dengan
baik sampai dengan kisaran suhu 200C, tetapi pertumbuhannya
sudah mulai terhambat pada suhu 150C.berdasarkan penelitian
Ferwerda Ecrencron dalam Ferwerda (1977). Suhu yang maksimal
perkebunan kelapa sawit ialah berkisar 380C, sedangkan suhu
minimal sekitar 80C.
4) Kelembapan Udara dan Angin
Kembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk
menjaga pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi
pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5 - 6 km /
jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan lebih besar
dan bisa juga mengurangi kelembapan. Faktor –faktor yang
12
mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama
penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi.
b. Tanah
Kondisi
tanah
sangat
menentukan
metode
pembukaan
lahan.Tanah kelapa sawit dapat tumbuh dibagian jenis tanah, seperti;
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluavial, atau regosol. Namun,
kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah
tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh,
yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah.
1) Sifat fisik tanah
Beberapa hal yang menemukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsintensi, kemiringan tanah, permeabelitas,
ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan tanah.Tekstur
tanah ringan dengan kandungan pasir 20 - 60%, debu 10 – 40%,
dan liat 20 – 50%.Tanah yang kurang cocok adalah pantai berpasir
dan tanah gembut tebal.
2) Sifat kimia tanah
Sifat kimia tanah dapat diliat dari tingkat keasaman dan
komposisi
kandungan
hara
mineralnya.
Sifat
kimia
tanah
mempunyai arti penting dalam tingkat kesuburan tanah, tanah yang
mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk
pertumbuhan
vegetatif
dan
generatif
tanaman,
sedangkan
keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan
13
unsur-unsur hara dalam tanah.tanah yang mengandung unsur hara
dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman. Kelapa sawit dapat tumbuh pH tanah 4,0 –
6,5, sedangkanPH optimumnya adalah 5 – 5,5. Tanah yang memiliki
PH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuranPahan, (2008).
B. Tinjauan Umum Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang berkeberadaan dapat menimbulkan
gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia
dalam mengelola usaha taninya Djafaruddin, (2004).
Menurut Barus (2003), tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai
beberapa ciri yang khusus diantaranya, pertumbuhan cepat, mempunyai daya
bersaing yang kuat dalam perebutan faktor – faktor kebutuhan hidup,
mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana ligkungan yang ekstrim,
mempunya daya berkembangbiakan yang besar baik secara generatif maupun
vegetatif atau kedua – duanya, salah satu jenis gulma yang mempunyai alat
perkembngbiakan vegetatif dan generatif yaitu gulma Imperata cylinrica (Alang –
alang). Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun
binatang, biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkanya untuk bertahan
hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
1. Klasifikasi Gulma
a.
Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma
berdaun sempit(grasses), gulma teki – tekian (sedges), gulma berdaun
lebar (broad leaves), dan gulma pakis – pakisan (ferns).
14
1) Gulma berdaun sempit(grasses)
Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut: daun
menyerupai pita, batang tanaman berusa – ruas, tanaman tumbuh
tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helaan daun,
contohnya gulma Axonopus compressus.
2) Gulma teki – tekian (sedges)
Gulma jenis teki – tekian mirip dengan gulma berdaun sempit,
namun memiliki batang berbentuk segitiga, contohnya gulma
Cyperus rotundus.
3) Gulma berdaun lebar (broad leaves)
Pada umumnya gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan
berkeping 2, meskipun ada juga yang berkeping 1.Gulma berdaun
lebar memiliki ciri – ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh
tegak atau menjalar, contohnya gulma Ageratum conyzoides.
4) Gulma pakis – pakisan (ferns)
Gulma jenis pakis – pakisan (ferns) pada umumnya berkembangbiak
dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar, contohnya gulma
Dicranopteris linearis.
b.
Berdasarkan siklus hidup gulma
a. Gulma semusim (Annual weeds)
Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi,
sampai akhirnya mati berlangsung selama setahun, contohnya
gulma Eleusine indicaAnonim, (2009).
15
b. Gulma dua musim (Biannual weeds)
Siklus hidup gulma lebih dari satu tahun tetapi tidak lebih dari 2
tahun. Pada tahun pertamagulma ini menghasilkan roset, pada
tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan akhirnya mati,
cotohnya gulma Aretiumsp Anonim, (2009).
c. Gulma tahunan (Perennial weeds)
Siklus hidup gulma lebih dari 2 tahun dan mungkin tidak terbatas
(menahun). Gulma jenis ini sebagian besar berkembangbiak dengan
biji, meskipun ada juga berkembang biak secara vegetative,
contohnya gulma Cynodon dactylonAnonim, (2009).
c.
Berdasarkan habitat tumbuh gulma
1) Gulma air (Aquatic weeds)
Umumnya gulma air tumbuh di air, baik mngapung, tenggelam atau
setengah tengglam. Gulma ini dapat berupa gulma berdaun sempit,
berdaun lebar, ataupun teki – tekian contohnya gulma Cyperus
diffronisAnonim, (2009).
2) Gulma daratan ( Terestrial weeds)
Gulma ini tumbuh di darat, antara lain ditegalan perkebunan,
contohnya Aeratum conyzoidesAnonim, (2009).
16
2. Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan
a. Gulma kelas A
Merupakan jenis – jenis gulma yang berbahaya bagi tanaman
perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas, contohnya
Imperata CylindricaAnonim, (2009).
b. Gulma kelas B
Merupakan jenis – jenis gulma merugikan tanaman perkebunan
sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian,
contohnya gulma Brachiaria mutica.
c. Gulma kelas C
Merupakan jenis – jenis gulma tanaman perkebunan dan
memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian
tersebut tergantung pada keadaan. Misalnya: ketersediaan biaya, atau
mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun), contohnya gulma
Axnopus compressus.
d. Gulma kelas D
Merupakan jenis – jenis gulma yang kurang merugikan tanaman
perkebunan,
namun
tetap
memerlukan
tindakan
pengendalian,
contohnya gulma Ageratum conyzoides.
e. Gulma kelas E
Merupakan jenis – jenis gulma yang pada umunya bermanfaat
bagi tanaman perkebunan karena berfungsi sebagai pupuk hijau,
contohnya Calopogonium caereleumAnonim, (2009).
17
Menurut Rahmad dan Sugandi (1999), persaingan yang terjadi
antara tanaman budidaya dan gulma di pembibitan diantaranya :Persaingan
cahaya, persaingan unsur hara dan persaingan air.
Menurut Sastroutomo (1990), gulma mempunyai 2 dampak, yaitu
dampak negatif dan dampak positif.
a.
Dampak negatif yang ditimbulkan akibat gulma antara lain :
Menurunkan hasil tanaman melalui persaingan : air, hara, cahaya, dan
ruang tumbuh. Menghambat pertumbuhan bahkan meracuni tanaman
budidaya dengan mengeluarkan zat allelopati yaitu gulma Imperata
cylindrica (Alang-alang).
b.
Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan akibat gulma antara lain :
melindungi tanah dari erosi, menyuburkan tanah, sebagai inang
pengganti dan sebagai cover crop, salah satu jenis gulma yang biasa
dijadikan cover crop yaitu gulma Purreria javanica (kacang-kacangan).
Beberapa jenis gulma yang ada diareal pembibitantanaman kelapa
sawit menurut Rahmat dan Sugandi (1999), diantaranya:
a. Rumput pait (Paspalum conjugatum)
Paspalum
conjugatum
merupakan
gulma
yang
dominan
diperkebunan, areal pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM),
maupun pada tanaman menghasilkan (TM), baik pada daratan rendah
maupun daratan tinggi.
18
b. Sabung rambat (Mikania micrantha)
Mikania micrantha salah satu jenis gulma yang sering ditemui
diareal pembibitan, meskipun jumlahnya terbilang sedikit.Umunya
tumbuh
dominan
pada
areal
kelapa
sawit
tanaman
belum
menghasilkan (TBM).
c. Babandotan (Ageratum conyzoides)
Ageratum conyzoides atau babandotan sering ditemukan
sebagai
tumbuhan
pengganggu
di
areal
pembibitan,
lading,
pekaranagn, tepi jalan, dan wilayah bersemak blukar.
d. Alang – alang (Imperata cylindrica)
Imperata cylindrica atau alang – alang merupakan tumbuhan
pionir terutama pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran
terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur
hara yang miskin, namun tidak toleran terhadap genangan dan
naungan.
e. Bayam duri (Amarantus spinosus L.)
Amaranus spinosus banyak tumbuh secara liar di pekaranagn
rumha, areal pembibitan, atau di jalan –jalan.Bayam duri tumbuh baik di
tempat – tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara
20 – 350 C.
C. Tinjauan Umum Pembibitan
Pre nurserymerupakan tahapan pertama sebelum main nursery. Pada
tahap ini dilakuan dua tahap yaitu seleksi pertama dan seleksi kedua. Selesi
19
pertama dilakukan saat tanaman kelapa sawit berumur 2-4 minggu setelah
tanam. Tahap seleksi yang kedua dilakukan saat tanaman kelapa sawit sesaat
sebelum dipindahkan ke pembibitan utama yaitu pada umur 3-3,5 bulan. Pada
tahap ini tanaman kelapa sawit yang abnormal,mati/rusak saat pengangkutan
dan kelainan genetik harus dimusnahkan.
Kesuksesan budidaya kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh tahap awal
yaitu pada tahap pembibitan. Menurut Rizsa (1994), pembibitan merupakan
langkah awal dalam penanaman tanaman kelapa sawit, tujuannya adalah
menyediakan bibit yang baik, sehat dan dalam jumlah yang cukup.Areal
pembibitan kelapa sawit harus memenuhi persyaratan yaitu harus dekat dengan
air, mudah diawasi, bebas dari gangguan hewan ternak atau liar, dan tempatnya
harus rata serta tidak tergenang air.Apabila areal miring agar diratakan
sehingga polybag dapat diletakkan dan disusun dengan kokoh dan tegak.
Dalam budidaya kelapa sawit dikenal dua macam teknik pembibitan yaitu
pembibitan awal (Pre nursery) yang berlangsung selama 3 bulan dan
pembibitan utama (Main nursery) yang berlangsung selama 9 bulan Rizsa
(1994).
20
IV. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian dilakukan di pembibitan awalPT. Perkebunan Nusantara
XIII Desa Samuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Kalimantan
Timur.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan dalam penelitian ini adalah 1 bulan dimulai pada
tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2014 mulai dari survey lokasi hingga
penyusunan laporan.
B. Alat dan Bahan
V.I Alat
1. Kamera
2. Alat tulis menulis
3. Kalkulator
4. Ajir
5. Meteran
V.II Bahan
1. Bibit kelapa sawit umur 3 bulan
2. Buku identifikasi gulma
3. Karung plastik
21
C. Prosedur Kerja
1. Survey lokasi
Sebelum pengambilan data terlebih dahulu melakukan survey
tempat penelitian di areal pembibitan utama.adapun yang diamati pada
saat survey diantaranya keadaan pembibitan dan lingkungan yang
mencakup pertumbuhan bibit, pertumbuhan gulma, dan jumlah bibit.
2. Penentuan tempat penelitian
Penentuan tempat penelitian dilakukan setelah dilakukan survey
lapangan berdasarkan vegetasi gulma yang ada. Adapun tempat
penelitian yang ditentukan adalah di pembibitan.
3. Pembuatan petak
Sebelum melakukan pembuatan petak haruslah di tunjang dengan
kelengkaan alat dan bahan, yaitu: patok ,tali, dan meteran.dan setelah
semuanya lengkap barulah dilakukan pembuatan petak. Dalam pembuatan
petak tempat kajian berdasarkan metode kuadran. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengambilan plot adalah sebagai berikut terlebih dahulu
membuat petak contoh pada areal pembibitan awal tanaman kelapa sawit.
Adapun luas petak contoh yang diambil yaitu 1X1 m sebanyak 3 petak per
blok. Dalam 1 petak contoh terdapat 121 bibit.Maka dari 6 petak contoh
terdapat 726 bibit yang diamati.
22
Adapun pengamatan yang dilakukan adalah berikut :
a. Pengelompokkan jenis gulma
Gulma
yang
telah
dipotong/dicabut
pada
setiap
polybag
dipisahkan berdasarkan jenisnya.
b. Menghitung individu dari tiap jenis gulma
Setelah gulma dipisahkan berdasarkan jenis kemudian dihitung
jumlahnya.
D. Pengolahan data
Untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi gulma yang terdapat
pada petak contoh yang diambil berdasarkan jumlah populasi dari tiap jenis
gulma.
Pengolahan dan pengambilan data digunakan
metode kuadran
menurut Triharso (2006).
1) Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu suatu spesies dalam seluruh petak
contoh.
2) Kerapatan Relatif (KR)
KR = KM Satu SpesiesX 100%
KM Semua Spesies
3) Frekuensi Mutlak (FM)
FM = Jumlah Petak Contoh Yang Berisi Suatu Spesies
4) Frekuensi Relatif (FR)
FR= Nilai FM Suatu Spesies X 100%
Nilai FM Semua Spesies
5) Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR+FR
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil penelitian identifikasi jenis – jenis gulma yang terdapat di
pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara XIII dapat dilihat tabel 1 dibawah ini
Tabel 1.HasilIdentifikasi jenis – jenis gulma di pembimbitan awal
KR
FR
No
Jenis gulma
KM
FM
(%)
(%)
1
Axsonopus compressus
34
23,12
6
11,32
2 Brachiaria miliformis
24
16,32
6
11,32
3 Panicum sarmentosum
18
12,24
6
11,32
4 Eleusin indica
15
10,20
6
11,32
5 Cyperus iria
15
10,20
6
11,32
6 Otthchloa nodosa
13
8,84
6
11,32
7 Mikania micranta
10
6,80
6
11,32
8 Setania plicata
10
6,80
5
9,43
9 Asystasia intrusa
5
3,40
4
7,54
10 Lantana camara
3
2,04
2
3,77
Jumlah
147
99,6
53
88,66
INP
34,44
27,64
23,56
21,52
21,52
20,16
18,12
18,12
10,94
5,81
201,83
Pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah jenis gulma yang paling
banyakialah Axonopus compressus atau lebih dikenal di Indonesia dengan
nama rumput pait/paitan, dengan persentase indeks nilai penting (NIP) 34,44
sedangkan jenis gulma yang paling sedikit adalah jenis gulma Lantana
camaraatau lebih dikenal di Indonesia dengan nama temblekan, dengan
persentase indeks nilai penting (INP) 5,81.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa identifikasi
jenis gulmapada areal pembibitan awal tanaman kelapa sawit umur 3
bulan.Pada penelitian inimenghitung jenis – jenis
gulmayang terdapat di
pembibitan kelapa sawit. Jenis gulma yang banyak temukan adalah gulma
24
Sambung
rambat
(Mikania
micrantha),
Rumput
buluh
(Panicum
sarmentosum),paitan(Axonopus compressus), Temblekan (Lantana camara),
Akar ruas – ruas (Asystasia intrusa), Teki (Cyperus iria), Bambuan (Setaria
plicata), Rumput minyak (Brachiaria miliformis), Lulangan (Eleusine indica), dan
Rumput kawatan (Ottochloa nodosa).Sedangkan gulma yang paling banyak
jumlahnya adalah paitan (Axonopos compressus), seperti yang terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1.Axonopus compressus
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
: Plantae (Tumbuhan)
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus
: Axonopus
Spesies
: Axonopus compressus
Gulma Axonopus compressus tergolong pada gulma berdaun sempit,
yang tumbuh di darat dan merupakan gulma tahunanpada tanaman perkebunan
Anonim(2009).Menurut Noor dan Pane (2002), komunitas dan spesies gulma
25
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Adapun
kultur teknis yang dimaksud yaitu pengairan, pemupukan, pengolahan tanah,
dengam cara pengendalian gulma.Gulma Axonopus compressus salah satu
gulma berdaun sempit yang hampir mirip dengan gulma teki yang mempunyai
batang berbentuk segitiga, kadang – kadang bulat dan tidak berongga, gulma
jenis Axonopus compressus ini mempunyai sistem rhizome dan umbi sangat
luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat
bersifat dorman pada lingkungan tertentu oleh karena itu gulma ini sangat cepat
pertumbuhannya dan merupakan salah satu gulma yang paling banyak pada
perkebunan disebabkan perkembangbiakannya yang cepat Sukman dan
Yakup(2002). Hal lain yang menyebabkan Axonopus compressus yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit umur 3 bulan diluar
polybag dengan persentase indeks nilai penting yang banyak sehingga
dianggap sebagai gulma yang banyakBarus (2003).
Untuk jenis gulma yang paling sedikit jumlahnya adalah jenis temblekan
(Lantana camara), seperti yang terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2.Lantana camara
26
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan
: Plantae
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Lantana
Spesies
: Lantana camara
Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak
dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman.Gulma secara langsung maupun
tidak langsung merugikan tanaman pokok.Kehadiranya menjadi ganguan bagi
tanaman utama karena gulma bersaing dengan kelapa sawit dalam menyerap
hara maupun air didalam tanah. Keberadaan gulma dikebun kelapa sawit sering
luput dari perhatian petani. Dilaksanakan satiap pagi hari jam 7.15 dengan rotasi
2 bulan sekali, baik di gawangan maupun didalam polybag, dan penyiangan
diantara polybag menggunakan kimia dilakukan 1 (satu) bulan sekali.
Temblekan kadang tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman hias dan
tanaman pagar.Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan
dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl, pada tempat – tempat
terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung dan di tempat panas,
banyak yang dipakai sebagai tanaman pagar.Akan tetapi, sebelumnya tanaman
ini tumbuh liar di semak – semak belukar dan selain itu tanaman ini tumbuh di
perkarangan rumah yang lembab tetapi masih terkena sinar matahari.
Temblekan termasuk tanaman perdu, tegak atau agak memanjat, yang dapat
tumbuh mencapai ketinggian 2 m, berbau dan memiliki percabangan dan
27
perantingan yang kaya namun pertumbuhannya relatif lambat untuk memiliki
batang berkayu yang besar Setyamidjaja(1993).
Temblekan memiliki system perakaran tunggang dan memiliki bulu –
bulu akar yang tumbuh dari akar pokok. Akar – akar ini berfungsi untuk mencari
air atau untuk memperluas bidang penyerapan dan untuk memperkuat
berdirinya batang temblekan itu sendiri. Oleh karenanya tumbuhan temblekan
suka tumbuh di tempat – tempat yang sedikit panas atau rindang.Temblekan
merupakan tumbuhan perdu tegak setengah merambat atau agak memanjat,
tanaman ini banyak cabang dan ranting bentuk segi empat. Pada umumnya
tanaman ini memiliki tinggi 0,5 hingga 4 m, tumbuhan yang berbau ini
merupakan tanaman menahun, batang berkayu. Tanaman Lantana termasuk
family verbenaceae, saat batang masih muda berwarna hijau, setelah tua
batang tanaman temblekan ini berwarna putih kotor.Pertumbuhannya relatif
lambat untuk memiliki batang berkayu yang besar.Daun temblekan termasuk
daun tunggal, dudukan berhadapan dan berbentuk bulat telur serta ujung yang
meruncing, dengan pangkal daun yang tumpul.Temblekan memiliki tepi daun
yang bergerigi dengan tulang daun meyirip, permukaan daun bagian atas
berambut banyak, terasa kasar saat kita coba untuk merabanya.Sedangkan
bagian bawah permukaan daun jarang terdapat rambut. Panjang daun 5 – 8 cm,
serta lebar daun 3 – 5 cm. warna daun pada temblekan yaitu hijau tua
Setyamidjaja (1993).Bunganya termasuk bunga majemuk.Bunga muncul dari
ketiak daun, masing – masing tangkai bunga berukuran sekitar 5 – 13 mm.
ketika masih muda, bunga berwarna agak pucat, lama kelamaan menjadi cerah
28
memikat tanaman temblekanhampir sepanjang tahun berbunga.Bunga dalam
rangkaian yang bersifat rasemen mempunyai warna putih, merah muda, jingga,
kuning, ungu merah.Buah temblekanberasal dari bunga, lalu menjadi buah.
Buah seperti buah buni bulat tangkai berbulu saat masih muda berwarna hijau,
dan akan berwarna hitam atau ungu kehitam – hitaman mengkilat bila sudah tua
dan matang. Bentuk buahnya bulat telur, kecil begaris tengah 4 – 6 mm, dan
berbiji satuSetyamidjaja(1993).
Pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung
dan berjalan lambat.Namun, secara akumulatif kerugian yang ditimbulkan
sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari,
udara, dan ruang tumbuh, gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman
perkebunan. Menurut Barus (2003), beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya kerugian akibat akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan
gulma antara lain sebagai berikut:
I
Pertumbuhan tanaman utama akan terhambat
II
Produktivitas kerja terganggu
III
Gulma dapat menjadi serangan hama dan penyakit
IV
Biaya pengendalian gulma sangat mahal.
Selain berkompetisi untuk merebutkan kebutuhanya, beberapa jenis
gulma, antara lain ialalang dan mikania, dapat mengeluarkan zat yang bersifat
racun, yaitu zat allelophaty. Zat beracun tersebut keluar dari perakaran gulma
dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jika gulma di suatu areal
perkebunan didominasi oleh kedua jenis gulma tersebut, tanaman akan terlihat
29
menguning dan terhambat pertumbuhanya. Perkembangan gulma sangat
mudah dan cepat, baik secara generatif maupun vegetatif.Secara generatif, biji
– biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangan banyak dapat disebarkan
oleh angin, air, hewan maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif
terjadi karena bagian batang yang berada didalam tanah akan membentuk
tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan yang baru .pengaruh gulma
terlihat sangat nyata pada tanaman masih muda Barus, (2003).
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Hasil identifikasi yang dilakukan pada pembibitan awal kelapa sawit di PT.
Perkebunan Nusantara XIII terdapat 10 jenis gulma pada
yaitu, gulma
Mikania micrantha(Sambung rambat), Panicum sarmentosum (Rumput
buluh),
Axonopus
compressu
(paitan),
Lantana
camara(Temblekan),Asystasia intrusa (Akar ruas – ruas),Cyperus iria
(Teki),
Setaria
minyak),Eleusine
plicata
(Bambuan),
indica(Lulangan),dan
Brachiaria
Ottochloa
miliformis
(Rumput
nodosa
(Rumput
kawatan).
2.
Gulma yang paling banyak pada tanaman kelapa sawit adalah Rumput
paitan (Axonopus compressus),dengan persentase indeks nilai penting
(INP)34,44dan yang paling sedikit jumlahnya adalahTemblekan (Lantana
camara).dengan persentase indeks nilai penting (INP) 5,81..
B. Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasijenis-jenis gulma
yang terdapat diareal pembibitan awal tanaman kelapa sawit.
2.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasi gulma yang
terdapat pada tanaman kelapa sawit menghasilkan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Identifikasi Gulma – Gulma Dominan Pertanaman Padi Sawah Dan
Usaha Pengendalian. Dinas Perkebunan Jawa Timur.
Barus E, 2003, Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi
Aplikasi Herbisida. Yogyakarta.Kanisius
Djafaruddin.2004, Dasar – Dasar Perlindunga Tanaman. Jakarta PT. Bumi Aksara
Moenandir,J. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma – bukuI),
122p (Jakarta :Rajawali Pers,1988).
Novizan, 2002.Petunjuk Pemakaian Pestisida,Penerbit PT Agromedia Pustaka
Jakarta.
Noor Dan Pane, 2002.Pengelolaan gulma pada sistem usaha tani berbasis padi di
lahan sawah tadah hujan.Penebar Swadaya Jakarta.
Pahan, 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rahmat, Sugandi. 1999.Gulma dan Teknik Pengendalianya. Kanisius. Jakarta
Rizsa, S.1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius.
Rukmana, R.Dan Sugandi 1999. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Sukman. Y, Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendalian PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sunarko, 2009, Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan,Jakarta, Agromedia Pustaka.
Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta
Setyamidjaja,D.1993. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius
Sri Utami 2, dkk.2006. Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat Dan
Hubungan Dengan Pengendalian Gulma di Kabupaten Musi Rawas.
Sumatera Selatan. Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang.
32
Triharos.1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Gajah Mada University
Press: Yogyakarta.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Keadaan Umum Perusahaan
PT.
Perkebunan
Nusantara
XIII
kebun
Tabara
Semuntai
didirikan
berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dengan akte pendirian
notaris No. 46 tanggal 11 maret 1996.
PT. Perkebunan Nusantara XIII
merupakan hasil penggabungan dari 8
(delapan) eks PTP yaitu : VI, VII, XII, XVIII, XXIV, XXV, XXVI, DAN XXIX.
PT. Perkebunan Nusantara XIII
merupakan misi dari pemerintah untuk
mengembangkan perkebunan di wilayah Kalimantan, yaitu propinsi Kalimantan
Barat, Timur, Tengah dan Selatan, serta berperan sebagai agen pembangunan
dalam rangka pengembanan perkebunan inti rakyat (PIR), yaitu melaksanakan
pembinaan petani.
Khusus di daerah Kalimantan Timur, terdapat tiga kebun yang semuanya
terdapat
di Kabupaten Paser yaitu : kebun longkali (Long kali), kebun tabara
(Samuntai), dan kebun tajati (Long Pinang), dengan luas seluruhnya (kelapa sawit
dan karet) 33.306 ha, luas areal kelapa sawit 27.484 ha (company profil PT.
Perkebunan Nusantara XIII, 31 Desember 1997). Sedang luas seluruh areal PT.
Perkebunan Nusantara XIII adalah 141.944 ha dengan luas areal perkebunan
kelapa sawit 72.410 ha. Sisanya perkebunan karet (62.647 ha) dan perkebunan tebu
(6 887 ha). Letak PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) kebun tabara inti berada
didua kecamatan yaitu : kecamatan kuaro dan long ikis tersebar dibeberapa desa
masing-masing. Posisi kantor sentral kebun tabara inti terletak di desa samuntai
kec. Long ikis memiliki 2 jalan masuk yaitu dari arah samuntai jalan masuk
emplasment depan MTS dari arah sandeley lewat jalan pabrik minyak sawit
35
samuntai. Posisi kantor tabara inti diapit oleh : sebelah utara kebun sawit, sebelah
selatan gedung SD 023 metokuman / lapangan sepak bola, sebelah timur gereja
pante kosta dan sebelah barat TK palmasari.
36
Lampiran 2. Peta lokasi PT. Perkebunan Nusantara XIII afdeling I Beringin
37
Lampiran 3. Perhitungan data menggunakan metode kuadran
1. Kerapatan Mutlak (KM)
KM = Jumlah individu suatu spesies dalam seluruh petak contoh.
KM = Axsonopus compressus = 34
KM = Brachiaria miliformis = 24
KM = Panicum Sarmentosum = 18
KM = Eleusin indica = 15
KM = Cyperus iria = 15
KM = OtthchloaNodosa = 13
KM = Mikania micrantha = 10
KM = Setaria plicata =10
KM = Asystasia intrusa = 5
KM = Lantana camara = 3
Jumlah = 147
2. Kerapatan Relatif (KR)
KR = KM Satu SpesiesX 100%
KM Semua Spesies
KR = Axsonopus compressus = 23,12%
KR = Brachiaria miliformis = 16,32%
KR = Panicum Sarmentosum = 12,24%
KR = Eleusin indica = 10,20%
KR = Cyperus iria = 10,20%
KR = Otthchloa Nodosa = 8,84%
KR = Mikania micrantha = 6,80%
KR = Setaria plicata = 6,80%
KR = Asystasia intrusa = 3,40%
KR = Lantana camara = 2,04%
Jumlah = 99,96
3. Frekuensi Mutlak (FM)
FM = Jumlah Petak Contoh Yang Berusi Suatu Spesies
FM = Axsonopus compressus = 6
FM = Brachiaria miliformis = 6
FM = Panicum Sarmentosum = 6
FM = Eleusin indica = 6
FM = Cyperus iria = 6
FM = Otthchloa Nodosa = 6
FM = Mikania micrantha = 6
FM = Setaria plicata = 5
FM = Asystasia intrusa = 4
FM = Lantana camara = 2
Jumlah = 53
38
4. Frekuensi Relatif (FR)
FR = Nilai FM Suatu Spesies X 100%
Nilai FM Semua Spesies
FR = Axsonopus compressus = 11,32
FR = Brachiaria miliformis = 11,32
FR = Panicum Sarmentosum = 11,32
FR = Eleusin indica = 11,32
FR = Cyperus iria = 11,32
FR = Otthchloa Nodosa = 11,32
FR = Mikania micrantha = 11,32
FR = Setaria plicata = 9,43
FR = Asystasia intrusa = 7,54
FR = Lantana camara = 3,77
Jumlah = 88,66
5. Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR+FR
INP = Axsonopus compressus = 34,44
INP = Brachiaria miliformis = 27,64
INP = Panicum Sarmentosum = 23,56
INP = Eleusin indica = 21,52
INP = Cyperus iria = 21,52
INP = Otthchloa Nodosa = 20,16
INP = Mikania micrantha = 18,12
INP = Setaria plicata = 18,12
INP = Asystasia intrusa = 10,94
INP = Lantana camara = 5,81
Jumlah = 201,83
39
Lampiran 5. Dokumentasi hasil penelitian identifikasi jenis gulma di pembibitanawal
PT. Perkebunan Nusantara XIII
Gambar 1.Gulma yang terendah di pembibitan kelapa sawit
Gambar 2. Gulma Lantana camara gulma yang terendah di pembibtan
kelapa sawit
40
Gambar 3. Gulma Rumput minyak
Gambar 4. Gulma Rumput Buluh (Panicum sarmentosum)
41
Gambar 5. Gulma lulangan (Eleusine indica)
Gambar 6. Gulma teki (Cyperus iria)
42
Gambar 7. Gulma rumput kawat
Gambar 9. Gulma bambuan
Gambar 8. Gulma sambung rambat
Gambar 10. Gulma akar ruas
Download