IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR Oleh : SRI WAHYUNI NIM : 110500067 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR Oleh : SRI WAHYUNI NIM : 110500067 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 IDENTIFIKASI JENIS - JENIS GULMA PADA PEMBIBITAN AWAL KELAPA SAWIT (Elaeis guineensisjacq) DI. PTP. NUSANTARA XIII KECAMATAN LONG IKIS KABUPATEN PASER KALIMANTAN TIMUR Oleh : SRI WAHYUNI NIM : 110500067 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2014 HALAMAN PENGESAHAN Judul : IDENTIFIKASI JENIS-JENIS GULMA PEMBIBITAN AWAL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elais Guineensis Jacq) DI PTP NUSANTARA XIII Nama : SRI WAHYUNI Nim : 1105000 67 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Faradilla, SP, M. Sc Riama Rita Manullang, SP. MP NIP. 197409012000122001 NIP. 197011162000032002 Rossy Mirasari, SP. MP NIP.197806242005012002 Menyetujui Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Mengesahkan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Nur Hidayat , SP, MSc NIP. 197210252001121001 Ir. Hasanudin, MP NIP.196308051989031005 Lulus ujian pada tanggal 20 Agustus 2014 ABSTRAK SRI WAHYUNI. Identifikasi Jenis - jenis Gulma Pada Pembibitan Awal Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq) di PT. Perkebunan Nusantara XIII Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Kalimantan Timur (dibawah bimbinga FARADILLA). Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Akan tetapi dalam perkembangannya mengalami berbagai masalah, salah satunya adalah gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh yang negatif, sehingga kehadirannya tidak di kehendaki oleh manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada pembibitan awal kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Paser. Waktu pelaksanaan satu bulan dimulai pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2014 mulai dari survey lokasi hingga penyusunan laporan. Dan untuk mengumpulkan jenis-jenis gulma yang terdapat pada 6 petak contoh dengan jumlah bibit 726 yang diamati diambil berdasarkan jumlah populasi dari tiap jenis gulma. Pengolahan dan pengambilan data menggunakan metode kuadran. Dari hasil identifikasi yang dilakukan pada pembibitan di PT. Perkebunan Nusantara XIII terdapat 10 jenis gulma pada pembibitan kelapa sawit yakni, gulma Sambung rambat (Mikania micrantha), Rumput buluh (Panicum sarmentosum), paitan (Axonopus compressus), Temblekan (Lantana camara), Akar ruas – ruas (Asystasia intrusa), Teki (Cyperus iria), Bambuan (Setaria plicata), Rumput minyak (Brachiaria miliformis), Lulangan (Eleusine indica), dan Rumput kawatan (Ottochloa nodosa). Gulma yang paling banyak pada tanaman kelapa sawit adalah (Axonopus compressus ), dengan persentase indeks nilai penting (INP) 34,44 dan persentase indeks nilai penting yang paling sedikit (INP) 5,81 adalah Temblekan (Lantana camara). Kata kunci : Identifikasi, kelapa sawit, pembibitan awal RIWAYAT HIDUP SRI WAHYUNI, Lahir pada tanggal 18 Mei 1993 di Desa Kembang Janggut merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Nasran dan Ibu Asmaniah. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010 lulus pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) YPK 3 Genting Tanah lulus pada tahun 2008, melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kembang Janggut dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan Tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 3 Maret sampai dengan 30 April 2014 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara XIII, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser Kalimantan Timur. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas-tugas selama penelitian di PT.Perkebunan Nusantara XIII, Desa Samuntai, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur dengan lancar dan tanpa ada halangan apapun. Keberhasilan dan kelancaran pelaksanaanpenelitianini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Nur Hidayat, SP, MSc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 2. Ibu Domarlia Boli, selaku mandor di PT. Perkebunan Nusantara XIII. 3. Ibu Faradilla, SP, MSc selaku dosen pembimbing. 4. Ibu Riama Rita Manullang, SP. MP dan Rossy Mirasari, SP. MP selaku dosen penguji I dan dosen penguji II. 5. Ayah dan Ibu yang telah memberikan dorongan baik moral maupun materi kepada penulis. 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan kajian ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan penelitian ini terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan maupun dari segi pengetahuan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan penelitien ini.Penulis berharap agar penelitianini dapat bermanfaat. Penulis Kampus Sei Keledang DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii DAFTAR TABEL …………………………………………………………… ........ iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... I. PENDAHULUAN ......................................................................... ........ II. TINJAUAN UMUM v 1 A. TinjauanUmumTanamanKelapaSawit ........................................... 4 B. TinjauanUmumGulma .................................................................... 12 C. TinjauanUmumPembibitan............................................................. 18 III. METODE KAJIAN A. TempatdanWaktu ......................................................................... .. 19 B. AlatdanBahan ............................................................................... .. 19 C. ProsedurKerja...................................................... ....................... .. 19 D. Pengolahan Data...................................................... .................. . 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. V. Hasil............................................................................................ .. 22 B. Pembahasan..................................................... ......................... .. 23 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan................................................................................... .. 29 B. Saran ............................................................................................ .. 29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Nomor 1. Halaman Hasil identifikasi jenis – jenis gulma di pembibitan awal………….. 22 DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. Halaman Gulma Axonopuscompressus salah satu jenis gulma yang paling banyak pada areal pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara XIII di Long Ikis………………......................................................... 23 Gulma Lantana camara salah satu jenis gulma yang paling sedikit pada areal pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara XIII di Long Ikis………………......................................................... 25 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Keadaan umum perusahaan........................................................... 32 2. Peta lokasi PT. Perkebunan Nusantara XIII afdeling I................... 34 3. Beringin..Perhitungan data menggunakan metode kuadran........... 35 4. Dokumentasi hasil kajian identifikasi jenis gulma di pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantastara XIII......................................... 38 1 I. PENDAHULUAN Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustry hulu), pertanian, industry hilir, dan pemasaran yang dengan cepat akan merangkaikan seluruh subsistem untuk mencapai skala ekonomi. Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia.Sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Menurut Derom Bangun, Ketua Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indoesia (GAPKI), pada tahun 2008 diperkirakan Indonesia bisa menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan sawit pun bisa menghadirkan prestasi – prestasi yang membanggakan dan layak untuk ditiru.Kesemuanya itu bergantung pada manajemen dan pemimpinnya Pahan, (2008). Komoditas kelapa sawit dalam Perekonomian Indonesia cukup memegang peranan penting dan strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa permintaan minyak kelapa sawit di samping digunakan sebagai bahan mentah industri pangan juga digunakan sebagai bahan mentah industri non pangan. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas kelapa sawit jauh lebih baik daripada minyak nabati lainnya.Minyak kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit .Kelapa sawit di Indonesia ini merupakan komoditas primadona, luas perkebunannya terus bertambah dan tidak hanya merupakan perkebunan yang besar milik Negara, 2 maupun perkebunan milik swasta saja, tetapi saat ini perkebunan sawit juga diusahakan oleh rakyat dan sudah mulai terus berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari yang dulunya perkebunan kelapa sawit hanya berada di pulau Sumatera namun saat ini telah berkembang di berbagai propinsi lain. Pahan, (2008). Menurut Rizsa (1994), dalam upaya peningkatan produktifitas kelapa sawit, banyak dijumpai faktor yang mempengaruhi, faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat yang perlu diinventarisasi dan diperhatikan pada areal pembibitan. Faktor – faktor lingkungan (iklim, tanah) bahan tanaman, dan pengganggu tanaman salah satunya adalah gulma. Secara garis besar gulma adalah vegetasi yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki, pokok.Perkembangan karena tanaman pertanian gulma dewasa ini dapat mengganggu menunjukkan tanaman kemajuan yang pesat.Namun bersamaan dengan itu banyak segi yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memacu pertumbuhan pada gulma, penggunaan bahan – bahan kimia berupa herbisida.Berarti dengan meningkatnya intensifikasi pertanian maka masalah gulma tidaklah semakin ringan, tapi justru semaki berat.Keadaan suhu yang relatif tinggi, cahaya matahari melimpah, dan curah hujan yang cukup di daerah tropis, juga gulma memdorong tumbuh semakin subur.Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, peairan, dan lahan non pertanian lainnya Sukman dan Yakup, (2002). Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempatnya dan memiliki pengaruh yang negatif, sehingga kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia.Oleh karena itu, tumbuhan apapun termasuk tanaman yang bisa, 3 dibudidayakan (crop plants), biasanya dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di tempat dan waktu yang salah.Misalnya, tanaman padi (Oryza sativa L), meskipun bisa dibudidayakan dan merupakan tanaman penghasil bahan pokok tetapi bila diantara tanaman kelapa sawit yang diusahakan secara monokultur, padi tersebut dikategorikan gulma Rukmana dan Sugandi,(1999).Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan identifikasi jenis-jenis gulma yang terdapat di areal pembibitan utama kelapa sawit. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh pada pembibitan utama kelapa sawit diPT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh jenis gulma yang banyak tumbuh pada pembibitan utama kelapa sawit, di PT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Paser Kalimantan Timur. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit 1. Sejarah tanaman kelapa sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda pada tahun 1884.Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911.Perintis usaha perkebunan kalapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah banyak belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika.Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesiamulai berkembang.Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatra (Deli) dan Aceh.Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha.Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun 1923 mulai mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat.Indonesia menggeser dominasi ekspor negara Afrika pada waktu itu.Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional.Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan perekonomian negara asing termasuk Belanda. Memasuki pada masa kependudukan Jepang, perkembangan tanaman kelapa sawit mengalami kemunduran.Secara keseluruhan produksi 5 perkebunan kelapa sawit terhenti.Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada, sehingga produksi minyak sawit Indonesia pun hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948-1949. Padahal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pada tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan.Pemerintah menempatkan perwira-perwira militer disetiap jenjang manajemen perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk bumil (buruh militer) yang merupakan wadah kerja sama antara buruh perkebunan denagan militer.Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi politik sosial serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit mengalami penurunan.Pada periode tersebut Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia. Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan sebagai sektor penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan.Sampai dengan tahun 1980 luas lahan mencapai 294.560 hadengan produksi CPO sebesar 721.172 ton.Sejak saat itu lahan perkebunan sawit di Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat.Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program perkebunan inti rakyat perkebunan (PIR-bun).Dalam 6 pelaksanaannya, perkebunan besar sebagai inti membina dan menampung hasil perkebunan rakyat disekitarnya yang menjadi plasma.Perkembangan perkebunan semakin pesat lagi setelah pemerintah mengembangkan program lanjutan yaitu PIR-Transmigrasi sejak tahun 1986.Program tersebut berhasil menambah luas lahan dan produksi kelapa sawit. Pada tahun 1990an, luas perkebunan kelapa sawit mencapai lebih dari 1,6 juta hektar yang tersebar diberbagai sentra produksi, seperti Sumatra dan KalimantanSri Utami, dkk (2006). 2. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Menurut Novizan (2002),Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Pelmales Family : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis Guineensis 3. Morfologi Kelapa Sawit a. Akar Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil. Artinya tanaman dari familiAraceae ini memiliki akar serabut. Radikula (bakal akar) pada 7 bibit tumbuh memanjang ke bawah selama enam bulan hingga mencapai 15 cm dan menjadi akar primer yang akan terus berkembang. Akar serabut primer yang tumbuh secara vertikal dan horisontal di dalam tanah. Akan ini akan bercabang menjadi akar sekunder. Selanjutnya, akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier dan begitu pun seterusnya. Akar serabut kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang hingga 50 cm di atas permukaan tanah. Perakaran yang kuat lebih tahan terhadap penyakit pangkal batang (Ganoderma sp) dan kekeringan. Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai kedalaman 8 meter dan 16 meter secara horisontal. Pemeliharaan akar akan meningkatkan kapasitas absorpsi tanaman (penyerapan terhadap unsur hara oleh tanaman melalui akar). Akar yang terpelihara akan menambah berat TBS dan memperbaiki perbandingansebagai faktor penentu produksi tanaman kelapa sawit.Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang mengarah kebawah dan kesamping. Selain itu, terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah kesamping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi yaitu proses pemasukan oksigen kedalam air secara alami dan atau secara mekanis. b. Batang Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) 8 terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Dibatangnya terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.batang diselimuti bekas pelepah hingga berumur 12 tahun. Setelah 12 tahun, pelepah yang nengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. c. Daun Daun kelapa sawit merupakan daun majemuk.Warnanya hijau tua dengan pelepah sedikit lebih muda.Penampilanya sangat mirip dengan tanaman salak.Hanya saja, durinya tidak terlalu keras dan tajam.Kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Dibagian pangkal pelepah daun berbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Kelapa sawit dewasa mempunyai 30-40 pelepah daun, kadang hingga 48 pelepah (1-2 pelepah berada di bawah tandan). d. Bunga dan Buah Bunga jantan dan bunga betina terpisah serta memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang, sedangkan 9 bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah daun bagian dalam. Kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin atau serangga penyerbuk. Perbandingan bunga betina dan bunga jantan sangat dipengaruhi oleh pupuk dan air. Buah sawit mempunyai warna bervariasi, dari hitam, ungu, hingga merah; tergantung bibit yang digunakan.Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari pelepah.Buah terdiri dari tiga lapisan, sebagai berikut. a) Eksokarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin. b) Mesoskarp, serabut buah. c) Endoskarp, cangkang pelindung inti. Inti sawit merupakanendosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Keadaan ini menandakan bahwa kelapa sawit sudah layak panen. Tandan yang dianggap matang atau layak panen adalah jika telah berwarna merah jingga yang memiliki kandungan karotena (pigmen alami berwarna merah, berada di bagian kulit buah yang matang). Namun, ada juga buah sawit yang tidak mengandung karotena di mesocarpnya.Sunarko, dkk (2009) 10 4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa sawit Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis agronomis. a. Iklim Faktor iklim ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit.Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baikpada daerah tropika basah disektar lintang utara – selatan 120C pada ketinggian 0-500m dpl.Beberapa unsur iklim yang mempengaruhi adalah; curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan angin. 1) Curah hujan Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23,50Clintang utara sampai 23,50C lintang selatan. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah; curah hujan diatas 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (< 100mm/bulan) tida lebih dari 3 bulan,menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah. Temperatur siang hari rata-rata 29 - 330C dan malam hari 22 - 240C.ketinggian tempat dari permukaan laut < 11 500m, dan matahari bersinar sepanjang tahun, Minimal 5 jam per hari. 2) Sinar matahari Sinar matahari sangat diperlukan tanaman kelapa sawit untuk membantu dalam proses pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas sinar matahari sangat amat berpengaruh bagi tanaman, lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari. 3) Suhu Tanaman kelapa sawit diperkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik kisaran suhu 24 - 280C.Dengan demikian tanaman kelapa sawit di perkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai dengan kisaran suhu 200C, tetapi pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada suhu 150C.berdasarkan penelitian Ferwerda Ecrencron dalam Ferwerda (1977). Suhu yang maksimal perkebunan kelapa sawit ialah berkisar 380C, sedangkan suhu minimal sekitar 80C. 4) Kelembapan Udara dan Angin Kembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menjaga pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5 - 6 km / jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan lebih besar dan bisa juga mengurangi kelembapan. Faktor –faktor yang 12 mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi. b. Tanah Kondisi tanah sangat menentukan metode pembukaan lahan.Tanah kelapa sawit dapat tumbuh dibagian jenis tanah, seperti; podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluavial, atau regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah. 1) Sifat fisik tanah Beberapa hal yang menemukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsintensi, kemiringan tanah, permeabelitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan tanah.Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 - 60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 – 50%.Tanah yang kurang cocok adalah pantai berpasir dan tanah gembut tebal. 2) Sifat kimia tanah Sifat kimia tanah dapat diliat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam tingkat kesuburan tanah, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan 13 unsur-unsur hara dalam tanah.tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Kelapa sawit dapat tumbuh pH tanah 4,0 – 6,5, sedangkanPH optimumnya adalah 5 – 5,5. Tanah yang memiliki PH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuranPahan, (2008). B. Tinjauan Umum Gulma Gulma adalah tumbuhan yang berkeberadaan dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam mengelola usaha taninya Djafaruddin, (2004). Menurut Barus (2003), tumbuhan yang lazim menjadi gulma mempunyai beberapa ciri yang khusus diantaranya, pertumbuhan cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor – faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana ligkungan yang ekstrim, mempunya daya berkembangbiakan yang besar baik secara generatif maupun vegetatif atau kedua – duanya, salah satu jenis gulma yang mempunyai alat perkembngbiakan vegetatif dan generatif yaitu gulma Imperata cylinrica (Alang – alang). Alat perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang, biji mempunyai sifat dormansi yang memungkinkanya untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan. 1. Klasifikasi Gulma a. Berdasarkan morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit(grasses), gulma teki – tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis – pakisan (ferns). 14 1) Gulma berdaun sempit(grasses) Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut: daun menyerupai pita, batang tanaman berusa – ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helaan daun, contohnya gulma Axonopus compressus. 2) Gulma teki – tekian (sedges) Gulma jenis teki – tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga, contohnya gulma Cyperus rotundus. 3) Gulma berdaun lebar (broad leaves) Pada umumnya gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping 2, meskipun ada juga yang berkeping 1.Gulma berdaun lebar memiliki ciri – ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar, contohnya gulma Ageratum conyzoides. 4) Gulma pakis – pakisan (ferns) Gulma jenis pakis – pakisan (ferns) pada umumnya berkembangbiak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar, contohnya gulma Dicranopteris linearis. b. Berdasarkan siklus hidup gulma a. Gulma semusim (Annual weeds) Siklus hidup gulma semusim mulai dari berkecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung selama setahun, contohnya gulma Eleusine indicaAnonim, (2009). 15 b. Gulma dua musim (Biannual weeds) Siklus hidup gulma lebih dari satu tahun tetapi tidak lebih dari 2 tahun. Pada tahun pertamagulma ini menghasilkan roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan akhirnya mati, cotohnya gulma Aretiumsp Anonim, (2009). c. Gulma tahunan (Perennial weeds) Siklus hidup gulma lebih dari 2 tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Gulma jenis ini sebagian besar berkembangbiak dengan biji, meskipun ada juga berkembang biak secara vegetative, contohnya gulma Cynodon dactylonAnonim, (2009). c. Berdasarkan habitat tumbuh gulma 1) Gulma air (Aquatic weeds) Umumnya gulma air tumbuh di air, baik mngapung, tenggelam atau setengah tengglam. Gulma ini dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki – tekian contohnya gulma Cyperus diffronisAnonim, (2009). 2) Gulma daratan ( Terestrial weeds) Gulma ini tumbuh di darat, antara lain ditegalan perkebunan, contohnya Aeratum conyzoidesAnonim, (2009). 16 2. Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan a. Gulma kelas A Merupakan jenis – jenis gulma yang berbahaya bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas, contohnya Imperata CylindricaAnonim, (2009). b. Gulma kelas B Merupakan jenis – jenis gulma merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian, contohnya gulma Brachiaria mutica. c. Gulma kelas C Merupakan jenis – jenis gulma tanaman perkebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung pada keadaan. Misalnya: ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan segi estetika (kebersihan kebun), contohnya gulma Axnopus compressus. d. Gulma kelas D Merupakan jenis – jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian, contohnya gulma Ageratum conyzoides. e. Gulma kelas E Merupakan jenis – jenis gulma yang pada umunya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena berfungsi sebagai pupuk hijau, contohnya Calopogonium caereleumAnonim, (2009). 17 Menurut Rahmad dan Sugandi (1999), persaingan yang terjadi antara tanaman budidaya dan gulma di pembibitan diantaranya :Persaingan cahaya, persaingan unsur hara dan persaingan air. Menurut Sastroutomo (1990), gulma mempunyai 2 dampak, yaitu dampak negatif dan dampak positif. a. Dampak negatif yang ditimbulkan akibat gulma antara lain : Menurunkan hasil tanaman melalui persaingan : air, hara, cahaya, dan ruang tumbuh. Menghambat pertumbuhan bahkan meracuni tanaman budidaya dengan mengeluarkan zat allelopati yaitu gulma Imperata cylindrica (Alang-alang). b. Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan akibat gulma antara lain : melindungi tanah dari erosi, menyuburkan tanah, sebagai inang pengganti dan sebagai cover crop, salah satu jenis gulma yang biasa dijadikan cover crop yaitu gulma Purreria javanica (kacang-kacangan). Beberapa jenis gulma yang ada diareal pembibitantanaman kelapa sawit menurut Rahmat dan Sugandi (1999), diantaranya: a. Rumput pait (Paspalum conjugatum) Paspalum conjugatum merupakan gulma yang dominan diperkebunan, areal pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM), maupun pada tanaman menghasilkan (TM), baik pada daratan rendah maupun daratan tinggi. 18 b. Sabung rambat (Mikania micrantha) Mikania micrantha salah satu jenis gulma yang sering ditemui diareal pembibitan, meskipun jumlahnya terbilang sedikit.Umunya tumbuh dominan pada areal kelapa sawit tanaman belum menghasilkan (TBM). c. Babandotan (Ageratum conyzoides) Ageratum conyzoides atau babandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di areal pembibitan, lading, pekaranagn, tepi jalan, dan wilayah bersemak blukar. d. Alang – alang (Imperata cylindrica) Imperata cylindrica atau alang – alang merupakan tumbuhan pionir terutama pada lahan yang habis terbakar, sangat toleran terhadap faktor lingkungan yang ekstrim seperti kekeringan dan unsur hara yang miskin, namun tidak toleran terhadap genangan dan naungan. e. Bayam duri (Amarantus spinosus L.) Amaranus spinosus banyak tumbuh secara liar di pekaranagn rumha, areal pembibitan, atau di jalan –jalan.Bayam duri tumbuh baik di tempat – tempat yang cukup sinar matahari dengan suhu udara antara 20 – 350 C. C. Tinjauan Umum Pembibitan Pre nurserymerupakan tahapan pertama sebelum main nursery. Pada tahap ini dilakuan dua tahap yaitu seleksi pertama dan seleksi kedua. Selesi 19 pertama dilakukan saat tanaman kelapa sawit berumur 2-4 minggu setelah tanam. Tahap seleksi yang kedua dilakukan saat tanaman kelapa sawit sesaat sebelum dipindahkan ke pembibitan utama yaitu pada umur 3-3,5 bulan. Pada tahap ini tanaman kelapa sawit yang abnormal,mati/rusak saat pengangkutan dan kelainan genetik harus dimusnahkan. Kesuksesan budidaya kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh tahap awal yaitu pada tahap pembibitan. Menurut Rizsa (1994), pembibitan merupakan langkah awal dalam penanaman tanaman kelapa sawit, tujuannya adalah menyediakan bibit yang baik, sehat dan dalam jumlah yang cukup.Areal pembibitan kelapa sawit harus memenuhi persyaratan yaitu harus dekat dengan air, mudah diawasi, bebas dari gangguan hewan ternak atau liar, dan tempatnya harus rata serta tidak tergenang air.Apabila areal miring agar diratakan sehingga polybag dapat diletakkan dan disusun dengan kokoh dan tegak. Dalam budidaya kelapa sawit dikenal dua macam teknik pembibitan yaitu pembibitan awal (Pre nursery) yang berlangsung selama 3 bulan dan pembibitan utama (Main nursery) yang berlangsung selama 9 bulan Rizsa (1994). 20 IV. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian dilakukan di pembibitan awalPT. Perkebunan Nusantara XIII Desa Samuntai Kecamatan Long Ikis Kabupaten Paser Kalimantan Timur. 2. Waktu Waktu pelaksanaan dalam penelitian ini adalah 1 bulan dimulai pada tanggal 1 Maret sampai dengan 1 April 2014 mulai dari survey lokasi hingga penyusunan laporan. B. Alat dan Bahan V.I Alat 1. Kamera 2. Alat tulis menulis 3. Kalkulator 4. Ajir 5. Meteran V.II Bahan 1. Bibit kelapa sawit umur 3 bulan 2. Buku identifikasi gulma 3. Karung plastik 21 C. Prosedur Kerja 1. Survey lokasi Sebelum pengambilan data terlebih dahulu melakukan survey tempat penelitian di areal pembibitan utama.adapun yang diamati pada saat survey diantaranya keadaan pembibitan dan lingkungan yang mencakup pertumbuhan bibit, pertumbuhan gulma, dan jumlah bibit. 2. Penentuan tempat penelitian Penentuan tempat penelitian dilakukan setelah dilakukan survey lapangan berdasarkan vegetasi gulma yang ada. Adapun tempat penelitian yang ditentukan adalah di pembibitan. 3. Pembuatan petak Sebelum melakukan pembuatan petak haruslah di tunjang dengan kelengkaan alat dan bahan, yaitu: patok ,tali, dan meteran.dan setelah semuanya lengkap barulah dilakukan pembuatan petak. Dalam pembuatan petak tempat kajian berdasarkan metode kuadran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengambilan plot adalah sebagai berikut terlebih dahulu membuat petak contoh pada areal pembibitan awal tanaman kelapa sawit. Adapun luas petak contoh yang diambil yaitu 1X1 m sebanyak 3 petak per blok. Dalam 1 petak contoh terdapat 121 bibit.Maka dari 6 petak contoh terdapat 726 bibit yang diamati. 22 Adapun pengamatan yang dilakukan adalah berikut : a. Pengelompokkan jenis gulma Gulma yang telah dipotong/dicabut pada setiap polybag dipisahkan berdasarkan jenisnya. b. Menghitung individu dari tiap jenis gulma Setelah gulma dipisahkan berdasarkan jenis kemudian dihitung jumlahnya. D. Pengolahan data Untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi gulma yang terdapat pada petak contoh yang diambil berdasarkan jumlah populasi dari tiap jenis gulma. Pengolahan dan pengambilan data digunakan metode kuadran menurut Triharso (2006). 1) Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu suatu spesies dalam seluruh petak contoh. 2) Kerapatan Relatif (KR) KR = KM Satu SpesiesX 100% KM Semua Spesies 3) Frekuensi Mutlak (FM) FM = Jumlah Petak Contoh Yang Berisi Suatu Spesies 4) Frekuensi Relatif (FR) FR= Nilai FM Suatu Spesies X 100% Nilai FM Semua Spesies 5) Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR+FR 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil penelitian identifikasi jenis – jenis gulma yang terdapat di pembibitan awal PT. Perkebunan Nusantara XIII dapat dilihat tabel 1 dibawah ini Tabel 1.HasilIdentifikasi jenis – jenis gulma di pembimbitan awal KR FR No Jenis gulma KM FM (%) (%) 1 Axsonopus compressus 34 23,12 6 11,32 2 Brachiaria miliformis 24 16,32 6 11,32 3 Panicum sarmentosum 18 12,24 6 11,32 4 Eleusin indica 15 10,20 6 11,32 5 Cyperus iria 15 10,20 6 11,32 6 Otthchloa nodosa 13 8,84 6 11,32 7 Mikania micranta 10 6,80 6 11,32 8 Setania plicata 10 6,80 5 9,43 9 Asystasia intrusa 5 3,40 4 7,54 10 Lantana camara 3 2,04 2 3,77 Jumlah 147 99,6 53 88,66 INP 34,44 27,64 23,56 21,52 21,52 20,16 18,12 18,12 10,94 5,81 201,83 Pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah jenis gulma yang paling banyakialah Axonopus compressus atau lebih dikenal di Indonesia dengan nama rumput pait/paitan, dengan persentase indeks nilai penting (NIP) 34,44 sedangkan jenis gulma yang paling sedikit adalah jenis gulma Lantana camaraatau lebih dikenal di Indonesia dengan nama temblekan, dengan persentase indeks nilai penting (INP) 5,81. B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa identifikasi jenis gulmapada areal pembibitan awal tanaman kelapa sawit umur 3 bulan.Pada penelitian inimenghitung jenis – jenis gulmayang terdapat di pembibitan kelapa sawit. Jenis gulma yang banyak temukan adalah gulma 24 Sambung rambat (Mikania micrantha), Rumput buluh (Panicum sarmentosum),paitan(Axonopus compressus), Temblekan (Lantana camara), Akar ruas – ruas (Asystasia intrusa), Teki (Cyperus iria), Bambuan (Setaria plicata), Rumput minyak (Brachiaria miliformis), Lulangan (Eleusine indica), dan Rumput kawatan (Ottochloa nodosa).Sedangkan gulma yang paling banyak jumlahnya adalah paitan (Axonopos compressus), seperti yang terlihat pada Gambar 1. Gambar 1.Axonopus compressus Klasifikasi Ilmiah Kerajaan : Plantae (Tumbuhan) Ordo : Poales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Axonopus Spesies : Axonopus compressus Gulma Axonopus compressus tergolong pada gulma berdaun sempit, yang tumbuh di darat dan merupakan gulma tahunanpada tanaman perkebunan Anonim(2009).Menurut Noor dan Pane (2002), komunitas dan spesies gulma 25 dipengaruhi oleh faktor – faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Adapun kultur teknis yang dimaksud yaitu pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dengam cara pengendalian gulma.Gulma Axonopus compressus salah satu gulma berdaun sempit yang hampir mirip dengan gulma teki yang mempunyai batang berbentuk segitiga, kadang – kadang bulat dan tidak berongga, gulma jenis Axonopus compressus ini mempunyai sistem rhizome dan umbi sangat luas. Sifat yang menonjol adalah cepatnya membentuk umbi baru yang dapat bersifat dorman pada lingkungan tertentu oleh karena itu gulma ini sangat cepat pertumbuhannya dan merupakan salah satu gulma yang paling banyak pada perkebunan disebabkan perkembangbiakannya yang cepat Sukman dan Yakup(2002). Hal lain yang menyebabkan Axonopus compressus yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit umur 3 bulan diluar polybag dengan persentase indeks nilai penting yang banyak sehingga dianggap sebagai gulma yang banyakBarus (2003). Untuk jenis gulma yang paling sedikit jumlahnya adalah jenis temblekan (Lantana camara), seperti yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2.Lantana camara 26 Klasifikasi Ilmiah Kerajaan : Plantae Ordo : Lamiales Famili : Verbenaceae Genus : Lantana Spesies : Lantana camara Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman.Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman pokok.Kehadiranya menjadi ganguan bagi tanaman utama karena gulma bersaing dengan kelapa sawit dalam menyerap hara maupun air didalam tanah. Keberadaan gulma dikebun kelapa sawit sering luput dari perhatian petani. Dilaksanakan satiap pagi hari jam 7.15 dengan rotasi 2 bulan sekali, baik di gawangan maupun didalam polybag, dan penyiangan diantara polybag menggunakan kimia dilakukan 1 (satu) bulan sekali. Temblekan kadang tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar.Tumbuhan yang berasal dari Amerika tropis ini bisa ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 1.700 m dpl, pada tempat – tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau agak ternaung dan di tempat panas, banyak yang dipakai sebagai tanaman pagar.Akan tetapi, sebelumnya tanaman ini tumbuh liar di semak – semak belukar dan selain itu tanaman ini tumbuh di perkarangan rumah yang lembab tetapi masih terkena sinar matahari. Temblekan termasuk tanaman perdu, tegak atau agak memanjat, yang dapat tumbuh mencapai ketinggian 2 m, berbau dan memiliki percabangan dan 27 perantingan yang kaya namun pertumbuhannya relatif lambat untuk memiliki batang berkayu yang besar Setyamidjaja(1993). Temblekan memiliki system perakaran tunggang dan memiliki bulu – bulu akar yang tumbuh dari akar pokok. Akar – akar ini berfungsi untuk mencari air atau untuk memperluas bidang penyerapan dan untuk memperkuat berdirinya batang temblekan itu sendiri. Oleh karenanya tumbuhan temblekan suka tumbuh di tempat – tempat yang sedikit panas atau rindang.Temblekan merupakan tumbuhan perdu tegak setengah merambat atau agak memanjat, tanaman ini banyak cabang dan ranting bentuk segi empat. Pada umumnya tanaman ini memiliki tinggi 0,5 hingga 4 m, tumbuhan yang berbau ini merupakan tanaman menahun, batang berkayu. Tanaman Lantana termasuk family verbenaceae, saat batang masih muda berwarna hijau, setelah tua batang tanaman temblekan ini berwarna putih kotor.Pertumbuhannya relatif lambat untuk memiliki batang berkayu yang besar.Daun temblekan termasuk daun tunggal, dudukan berhadapan dan berbentuk bulat telur serta ujung yang meruncing, dengan pangkal daun yang tumpul.Temblekan memiliki tepi daun yang bergerigi dengan tulang daun meyirip, permukaan daun bagian atas berambut banyak, terasa kasar saat kita coba untuk merabanya.Sedangkan bagian bawah permukaan daun jarang terdapat rambut. Panjang daun 5 – 8 cm, serta lebar daun 3 – 5 cm. warna daun pada temblekan yaitu hijau tua Setyamidjaja (1993).Bunganya termasuk bunga majemuk.Bunga muncul dari ketiak daun, masing – masing tangkai bunga berukuran sekitar 5 – 13 mm. ketika masih muda, bunga berwarna agak pucat, lama kelamaan menjadi cerah 28 memikat tanaman temblekanhampir sepanjang tahun berbunga.Bunga dalam rangkaian yang bersifat rasemen mempunyai warna putih, merah muda, jingga, kuning, ungu merah.Buah temblekanberasal dari bunga, lalu menjadi buah. Buah seperti buah buni bulat tangkai berbulu saat masih muda berwarna hijau, dan akan berwarna hitam atau ungu kehitam – hitaman mengkilat bila sudah tua dan matang. Bentuk buahnya bulat telur, kecil begaris tengah 4 – 6 mm, dan berbiji satuSetyamidjaja(1993). Pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat.Namun, secara akumulatif kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh, gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman perkebunan. Menurut Barus (2003), beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat akibat persaingan antara tanaman perkebunan dan gulma antara lain sebagai berikut: I Pertumbuhan tanaman utama akan terhambat II Produktivitas kerja terganggu III Gulma dapat menjadi serangan hama dan penyakit IV Biaya pengendalian gulma sangat mahal. Selain berkompetisi untuk merebutkan kebutuhanya, beberapa jenis gulma, antara lain ialalang dan mikania, dapat mengeluarkan zat yang bersifat racun, yaitu zat allelophaty. Zat beracun tersebut keluar dari perakaran gulma dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Jika gulma di suatu areal perkebunan didominasi oleh kedua jenis gulma tersebut, tanaman akan terlihat 29 menguning dan terhambat pertumbuhanya. Perkembangan gulma sangat mudah dan cepat, baik secara generatif maupun vegetatif.Secara generatif, biji – biji gulma yang halus, ringan, dan berjumlah sangan banyak dapat disebarkan oleh angin, air, hewan maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian batang yang berada didalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan membentuk tumbuhan yang baru .pengaruh gulma terlihat sangat nyata pada tanaman masih muda Barus, (2003). 30 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil identifikasi yang dilakukan pada pembibitan awal kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII terdapat 10 jenis gulma pada yaitu, gulma Mikania micrantha(Sambung rambat), Panicum sarmentosum (Rumput buluh), Axonopus compressu (paitan), Lantana camara(Temblekan),Asystasia intrusa (Akar ruas – ruas),Cyperus iria (Teki), Setaria minyak),Eleusine plicata (Bambuan), indica(Lulangan),dan Brachiaria Ottochloa miliformis (Rumput nodosa (Rumput kawatan). 2. Gulma yang paling banyak pada tanaman kelapa sawit adalah Rumput paitan (Axonopus compressus),dengan persentase indeks nilai penting (INP)34,44dan yang paling sedikit jumlahnya adalahTemblekan (Lantana camara).dengan persentase indeks nilai penting (INP) 5,81.. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasijenis-jenis gulma yang terdapat diareal pembibitan awal tanaman kelapa sawit. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasi gulma yang terdapat pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. 31 DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Identifikasi Gulma – Gulma Dominan Pertanaman Padi Sawah Dan Usaha Pengendalian. Dinas Perkebunan Jawa Timur. Barus E, 2003, Pengendalian Gulma di Perkebunan, Efektivitas dan Efisiensi Aplikasi Herbisida. Yogyakarta.Kanisius Djafaruddin.2004, Dasar – Dasar Perlindunga Tanaman. Jakarta PT. Bumi Aksara Moenandir,J. 1988. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma – bukuI), 122p (Jakarta :Rajawali Pers,1988). Novizan, 2002.Petunjuk Pemakaian Pestisida,Penerbit PT Agromedia Pustaka Jakarta. Noor Dan Pane, 2002.Pengelolaan gulma pada sistem usaha tani berbasis padi di lahan sawah tadah hujan.Penebar Swadaya Jakarta. Pahan, 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Rahmat, Sugandi. 1999.Gulma dan Teknik Pengendalianya. Kanisius. Jakarta Rizsa, S.1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Penerbit Kanisius. Rukmana, R.Dan Sugandi 1999. Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta. Sukman. Y, Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendalian PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sunarko, 2009, Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan,Jakarta, Agromedia Pustaka. Sastroutomo, S. 1990. Ekologi Gulma. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta Setyamidjaja,D.1993. Budidaya Kelapa Sawit. Penerbit Kanisius Sri Utami 2, dkk.2006. Inventarisasi Gulma di Bawah Tegakan Pulai Darat Dan Hubungan Dengan Pengendalian Gulma di Kabupaten Musi Rawas. Sumatera Selatan. Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang. 32 Triharos.1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 33 LAMPIRAN 34 Lampiran 1. Keadaan Umum Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XIII kebun Tabara Semuntai didirikan berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 18 tahun 1996 dengan akte pendirian notaris No. 46 tanggal 11 maret 1996. PT. Perkebunan Nusantara XIII merupakan hasil penggabungan dari 8 (delapan) eks PTP yaitu : VI, VII, XII, XVIII, XXIV, XXV, XXVI, DAN XXIX. PT. Perkebunan Nusantara XIII merupakan misi dari pemerintah untuk mengembangkan perkebunan di wilayah Kalimantan, yaitu propinsi Kalimantan Barat, Timur, Tengah dan Selatan, serta berperan sebagai agen pembangunan dalam rangka pengembanan perkebunan inti rakyat (PIR), yaitu melaksanakan pembinaan petani. Khusus di daerah Kalimantan Timur, terdapat tiga kebun yang semuanya terdapat di Kabupaten Paser yaitu : kebun longkali (Long kali), kebun tabara (Samuntai), dan kebun tajati (Long Pinang), dengan luas seluruhnya (kelapa sawit dan karet) 33.306 ha, luas areal kelapa sawit 27.484 ha (company profil PT. Perkebunan Nusantara XIII, 31 Desember 1997). Sedang luas seluruh areal PT. Perkebunan Nusantara XIII adalah 141.944 ha dengan luas areal perkebunan kelapa sawit 72.410 ha. Sisanya perkebunan karet (62.647 ha) dan perkebunan tebu (6 887 ha). Letak PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) kebun tabara inti berada didua kecamatan yaitu : kecamatan kuaro dan long ikis tersebar dibeberapa desa masing-masing. Posisi kantor sentral kebun tabara inti terletak di desa samuntai kec. Long ikis memiliki 2 jalan masuk yaitu dari arah samuntai jalan masuk emplasment depan MTS dari arah sandeley lewat jalan pabrik minyak sawit 35 samuntai. Posisi kantor tabara inti diapit oleh : sebelah utara kebun sawit, sebelah selatan gedung SD 023 metokuman / lapangan sepak bola, sebelah timur gereja pante kosta dan sebelah barat TK palmasari. 36 Lampiran 2. Peta lokasi PT. Perkebunan Nusantara XIII afdeling I Beringin 37 Lampiran 3. Perhitungan data menggunakan metode kuadran 1. Kerapatan Mutlak (KM) KM = Jumlah individu suatu spesies dalam seluruh petak contoh. KM = Axsonopus compressus = 34 KM = Brachiaria miliformis = 24 KM = Panicum Sarmentosum = 18 KM = Eleusin indica = 15 KM = Cyperus iria = 15 KM = OtthchloaNodosa = 13 KM = Mikania micrantha = 10 KM = Setaria plicata =10 KM = Asystasia intrusa = 5 KM = Lantana camara = 3 Jumlah = 147 2. Kerapatan Relatif (KR) KR = KM Satu SpesiesX 100% KM Semua Spesies KR = Axsonopus compressus = 23,12% KR = Brachiaria miliformis = 16,32% KR = Panicum Sarmentosum = 12,24% KR = Eleusin indica = 10,20% KR = Cyperus iria = 10,20% KR = Otthchloa Nodosa = 8,84% KR = Mikania micrantha = 6,80% KR = Setaria plicata = 6,80% KR = Asystasia intrusa = 3,40% KR = Lantana camara = 2,04% Jumlah = 99,96 3. Frekuensi Mutlak (FM) FM = Jumlah Petak Contoh Yang Berusi Suatu Spesies FM = Axsonopus compressus = 6 FM = Brachiaria miliformis = 6 FM = Panicum Sarmentosum = 6 FM = Eleusin indica = 6 FM = Cyperus iria = 6 FM = Otthchloa Nodosa = 6 FM = Mikania micrantha = 6 FM = Setaria plicata = 5 FM = Asystasia intrusa = 4 FM = Lantana camara = 2 Jumlah = 53 38 4. Frekuensi Relatif (FR) FR = Nilai FM Suatu Spesies X 100% Nilai FM Semua Spesies FR = Axsonopus compressus = 11,32 FR = Brachiaria miliformis = 11,32 FR = Panicum Sarmentosum = 11,32 FR = Eleusin indica = 11,32 FR = Cyperus iria = 11,32 FR = Otthchloa Nodosa = 11,32 FR = Mikania micrantha = 11,32 FR = Setaria plicata = 9,43 FR = Asystasia intrusa = 7,54 FR = Lantana camara = 3,77 Jumlah = 88,66 5. Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR+FR INP = Axsonopus compressus = 34,44 INP = Brachiaria miliformis = 27,64 INP = Panicum Sarmentosum = 23,56 INP = Eleusin indica = 21,52 INP = Cyperus iria = 21,52 INP = Otthchloa Nodosa = 20,16 INP = Mikania micrantha = 18,12 INP = Setaria plicata = 18,12 INP = Asystasia intrusa = 10,94 INP = Lantana camara = 5,81 Jumlah = 201,83 39 Lampiran 5. Dokumentasi hasil penelitian identifikasi jenis gulma di pembibitanawal PT. Perkebunan Nusantara XIII Gambar 1.Gulma yang terendah di pembibitan kelapa sawit Gambar 2. Gulma Lantana camara gulma yang terendah di pembibtan kelapa sawit 40 Gambar 3. Gulma Rumput minyak Gambar 4. Gulma Rumput Buluh (Panicum sarmentosum) 41 Gambar 5. Gulma lulangan (Eleusine indica) Gambar 6. Gulma teki (Cyperus iria) 42 Gambar 7. Gulma rumput kawat Gambar 9. Gulma bambuan Gambar 8. Gulma sambung rambat Gambar 10. Gulma akar ruas