“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) Saudara saudari terkasih, Bulan Oktober merupakan bulan yang istimewa bagi orang Katolik, baru saja berlalu. Mengapa bulan itu merupakan bulan yang istimewa, karena masa itu sering digunakan oleh umat sebagai waktu devosi kepada Santa Maria, bunda gereja Katolik. EDISI NOV 2014 MISA KKI Minggu, 7 Desember 2014 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Ibu Maria telah ditetapkan oleh gereja Katolik untuk mempunyai peranan yang sangat besar dalam gereja. Beliau disamping menjadi orang yang terpilih sehingga patut dihormati, juga menjadi perantara kepada Tuhan. Karunia ini didasarkan oleh contoh sikap hidupnya yang sangat berkenan terhadap Tuhan. Karenanya tidak heran, kalau dalam bulan Oktober dan Mei umat Katolik ber bondong bondong berdoa Rosario. Banyak juga orang-orang yang ‘curhat’ dalam doanya walaupun hanya didalam hati saja. Umat KKI-pun melakukan hal yang sama. Banyak kelompok maupun wilayah Minggu, 14 Desember 2014 menyiapkan acara doa Rosario dengan anggauta kelompoknya masing-masing. Redaksi sampai mendengar kabar adanya umat yang bingung mau sembahyang Rosario dimana, karena begitu banyaknya tawaran berdoa Rosario. Belum lagi adanya acara rekoleksi di akhir bulan. Tetapi, kegiatan seperti ini bolehlah dibanggakan. Minggu, 21 Desember 2014 Pada bulan November, gereja fokus kepada peringatan persekutuan orang kudus dan misa arwah. Pastor Bonafasius dan KKI mengambil inisiatip untuk membuat misa arwah untuk tiap wilayah. Sungguh, suatu usulan yang simpatik. KKI diminta menuliskan nama-nama keluarga, orang tua, saudara, famili dan teman yang ingin di-doakan secara khusus dalam misa arwah. Peringatan atau perayaan arwah keluarga, famili, teman di api-penyucian tidak di-fokuskan pada tanggal tertentu saja, tetapi dilakukan sepanjang bulan November Untuk siraman rohani kali ini, redaksi mengutip kembali dari kumpulan artikel atau renungan dari mantan chaplain, Romo Waris, yaitu ‘ngopi bareng waris’. Artikel yang di-kutip adalah, ‘memperbaiki’, yaitu bagaimana kita memperbaiki atau meningkatkan relasi kita kepada Tuhan. Romo Waris juga mengingatkan, bahwa dalam proses memperbaiki ini sering kita mengalami hal yang menyakitkan. Redaksi tidak mau mengomentari artikel yang bagus ini, dan mempersilahkan pembaca untuk langsung membacanya saja. Bulan lalu ada sebuah rekoleksi di Melbourne, mengenai bagaimana sikap orang Katolik terhadap gereja Kristen lainnya. Ben Sugija tergelitik untuk memberikan komentar dilihat dari sisi atau sudut yang lain. Dia mengajak teman-teman untuk lebih proporsional dan arif dalam sikap kita melihat orang Kristen diluar Katolik. Harus diakui Katolik itu tidak sama dengan gereja lainnya, sehingga tidak perlu mem banding-bandingkan atau latah mengacu kepada gereja lain. Yang penting adalah menerima perbedaan yang ada dan saling menghormati. 1 Pukul: 11.30 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC Pukul: 11.00 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 28 Desember 2014 St. Paschal 98-100 Albion Rd Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church 631 Bourke Street Melbourne VIC Pukul: 18.00 Pada bulan ini juga, wilayah St Theresia telah membuat retret keluarga yang akan dipandu oleh Romo Aloysius Nato. Redaksi gembira dan yakin kegiatan ini akan ditanggapi secara positip oleh warga KKI. Alangkah baiknya kalau pengurus wilayah atau panitia rekoleksi dapat memberikan laporan singkat tentang jalannya rekoleksi, sehingga retret ini akan dapat bermanfaat juga bagi umat yang tidak dapat mengikuti retret tersebut. Akhir kata, redaksi mempersilahkan pembaca untuk menikmati warta KKI ini. Memperbaiki Oleh : Romo Waris O. Carm Sahabat, pernahkah Anda memperbaiki sesuatu. Misalnya sepatu kulit Anda tiba-tiba solnya rusak. Berhubung, masih sayang dengan sepatu tersebut, dan dana untuk membeli yang baru masih cekak, maka langkah sederhananya adalah membawanya kepada tukang sol sepatu. Pernahkah Anda memerhatikan apa yang dikerjakan oleh tukang sol sepatu? Kurang lebih demikian. Pertama dia akan melepaskan sol sepatu tersebut. Seakan-akan malah merusakkannya. Kemudian membersihkan, melumerinya dengan lem, merekatkannya kembali, dan langkah terakhir menjahitnya. Lalu kita akan mendapati kembali sepatu tersebut. Memperbaiki sesuatu berarti membuat sesuatu yang sedang rusak atau kurang bagus menjadi lebih baik, menjadi lebih bagus. Dalam proses memperbaiki itu ada unsur yangmenyakitkan. Dilepaskan, dibersihkan, dilumeri dan dijahit; itu semua menyakitkan. Atau pernahkah Anda membersihkan tembikar dari logam yang rusak? Entah dengan mem’braso’ atau dengan alat yang lain. Hal umum yang dilakukan adalah menggosoknya, melepaskan kotoran yang melekat, bahkan kalau ada kerak dan karat, terkadang dibutuhkan kertas gosok. Proses menggosok, menghilangkan kerak dan karat itu menyakitkan. Atau, pernahkah Anda ‘memperbaiki’ bagian-bagian tertentu dari badan Anda? Misalnya yang dilakukan oleh banyak perempuan, merapikan alis mata, atau menghilangkan rambut-rambut halus di betis. Bagaimana mereka melakukannya? Mencabutinya. Itu menyakitkan. Namun banyak yang rela melakukannya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Bagaimana dengan memperbaiki hubungan? Menjalin kembali relasi yang telah rusak? Memperbaiki prilaku? Sama saja, semua proses ini juga menyakitkan. Hubungan yang retak karena suatu hal, bisa disatukan lagi jika sesuatu yang merusakkan itu telah dihilangkan. Demikian juga dengan memperbaiki prilaku, melepaskan kebiasaan yang tidak baik itu tidak semudah memindahkan puluhan galon air. Sama halnya dengan memperbaiki komunitas. Jika dalam komunitas ada yang menyimpang, pemimpin komunitas wajib menegur. Tidak menegur di muka umum, tetapi secara empat mata. Jika tidak dihiraukan, dia bisa membawa saksi, demikians eterusnya hingga langkah terakhir adalah “dihakimi di muka umum”. Jika langkah demikian tidak mengubah apa-apa, maka lepaskanlah dia dari komunitas. Mungkin dia tidak tepat berada di sana. Sahabat, siapapun Anda, di manapun Anda berada, apapun yang Anda kerjakan; pasti akan berhadapan dengan proses perbaikan ini. Jika Anda berada di sebuah perusahaan; kerap kali perusahaan juga melakukan penyegaran, perampingan, penataan ulang, dan seterusnya. Dalam proses itu ada yang dibuang dan ada yang dibawa. Memperbaiki akan sangat menyakitkan kalau dilakukan sangat terlambat. Memperbaiki tidak harus menyakitkan dan memerlukan energi yang hebat kalau kita rajin merawat “sesuatu” itu. Kalau kita rajin merawat kendaraan misalnya; kita akan terhindar dari pengeluar besar untuk memperbaikinya kalau tiba-tiba rusak parah karena tidak pernah dirawat. 2 Hal sama juga berlaku untuk diri kita, keluarga kita, komunitas kita. Baiklah kita fokus pada diri kita sendiri. Dalam berelasi dengan orang lain, dalam berelasi dengan Tuhan dan dalam berelasi dengan diri sendiri. Pernahkah kita menyediakan waktu abrang sejenak untuk melihat “kondisi” diri kita saat ini jika dibandingkan dengan setahun yang lalu, dua tahun yang lalu atau bahkan 10 tahun lalu. Adakah yang berubah. Apakah hidup kita lebih berkualitas atau sebaliknya semakin buruk kondisinya. Baiklah kita lihat kembali keluarga kita, selama setahun ini, dua tahun ini, atau 10 tahun ini; adakah yang berkembang, atau stagnan saja, atau bahkan ada penurunan kualitas dalam relasi? Bagaimana hubunganku dengan pasangan, dengan anak-anak, dengan mertua, dll. Apakah keluargaku makin hangat, atau hambar saja, atau bahkan makin dingin? Apa yang kurang di sana? Ketika kita mendapati ada yang tidak beres di sana; ada baiknya kita melakukan perbaikan. menunda perbaikan hanya akan membuat situasi itu semakin buruk. Misalnya; kalau Anda menyadari badan Anda gatal-gatal karena belum mandi selama sehari; maka segeralah mandi. Menundanya hanya akan membuat orang-orang di sekitar Anda terganggu, Andapun juga tidak akan nyaman. Demikian juga dalam berelasi dengan Tuhan dan sesama. Kalau Anda menyadari sudah lama tidak menjalin komunikasi dengan Tuhan, segeralah mulai berkomunikasi kembali, mulailah datang kembali, perbaikilah relasi yang kurang baik itu. Menundanya hanya akan membuat relasi Anda makin jauh dan makin buruk. Demikian halnya relasi dengan sesama. Selamat berhari Minggu, selamat memperbaiki kualitas hidup secara pribadi ataupun bersama. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati Anda sekalian. Hong Kong 7 September 2014 BANGGA DAN MINDER ? Oleh : Ben Sugija Beberapa minggu lalu, beredar sebuah undangan untuk mengikuti sebuah rekoleksi di Melbourne. Undangan itu dituliskan seperti dibawah ini, ….. Saat ini banyak dari kita sebagai umat katolik mempunyai pandangan yang keliru akan iman Katolik dan ada yang terkadang merasa minder dengan umat Gereja lain, karena mereka lebih pandai berdoa, lebih memahami Alkitab, Gerejanya lebih mewah, music dan sound systemnya jauh lebih baik dari gereja Katolik …….. Pada awalnya saya tidak berkomentar tentang undangan ini walaupun tidak membenarkan pendapat umat seperti yang tersirat dalam undangan diatas, misalnya saja, apa betul ada orang Katolik yang minder dengan umat gereja lain karena mereka lebih ‘pandai’ berdoa, gerejanya lebih mewah dst dst dst ….. Perlukah kita membanding-bandingkan gereja Katolik dengan denominasi lainnya? Sebelum memberikan komentar, harus saya akui gereja Katolik itu sangat besar dan wajar sekali adanya pendapat atau persepsi yang berbeda. Karenanya, komentar ini bukanlah untuk mendiskreditkan, atau merendahkan orang lain, tetapi ingin menunjukan bahwa didalam Katolik, perbedaan itu wajar adanya. Saya sangat menghargai perbedaan apalagi yang berhubungan dengan iman yang sangat subjektif dan pribadi. Saya juga tidak mau mengecilkan etikad baik dan usaha dari panitia yang sangat mungkin telah banyak berkurban untuk rekoleksi ini. Tahun lalu, saya berlibur ke Toronto di Kanada. Pada hari minggunya, saya mengalami kesulitan untuk menghadiri misa, karena tidak tahu lokalitas gereja Katolik maupun transportasinya. Oleh ipar, saya ditawarkan untuk pergi ke gereja Baptis dan tawaran itu saya terima. Terus terang pengalaman ini adalah yang pertama kali bagi saya mengikuti kebaktian diluar Katolik. Fisik gerejanya memang berkesan sekali, seperti yang sering ditayangkan dalam gereja evangelis, mewah. Sarana tata suara-nyapun hebat diikuti penyanyi dan permainan instrumen yang canggih. Jadi waktu berkhotbah dan bernyanyi, suasana gemerlapan, tata suara yang keras, hentakan drum dan jentrikan gitar sangat dominan. 3 Setelah kebaktian usai sang ipar bertanya, bagaimana kesan saya, dan saya hanya tersenyum. Apakah saya minder? Terus terang tidak ada perasaan tersebut; malahan menjadi lebih menyadari, bahwa Katolik memang lain dan berbeda dari denominasi lain. Misalnya saja, intensi saya untuk ke gereja sangat luas. Maksudnya antara lain, mengulangi pengakuan saya terhadap Tuhan, Sang Pencipta yang maha besar dan kuasa. Karenanya saya sangat mengagumi persiapan misa yang begitu lengkap, mulai dari pengakuan dosa, pujian atau gloria, pembacaan syahadat, liturgy sabda, konsekrasi, komuni dst dst. Di gereja Baptis ini,saya sangat kehilangan ke-akraban, kerinduan atau intimasi kepada Tuhan, yang sering saya harapkan didalam misa. Misalnya saja, saya tidak sempat mendengarkan atau merenungkan kata-kata yang diucapkan imam, waktu konsekrasi. Kalimat-kalimatnya sangat indah dan nilainya tidak dapat digantikan oleh dentuman tata suara gitar dan drum. Mungkin juga, saya belum memahami maksud atau komponen dari kebaktian gereja Baptis, sehingga hal ini mengurang apresiasi saya terhadap kebaktiannya. Saya ingin mengulangi kembali komentar saya, untuk jangan mem-banding bandingkan Katolik dengan denominasi yang lain, karena memang keduanya berbeda.Begitu juga dengan berdoa, saya percaya bahwa Tuhan tidak mengharapkan kompetisi diantara kita sendiri. Seperti membandingkan rumah dengan pohon anggrek. Rumah itu perlu kemewahan, tata cahaya (lighting) dan suara dan perlu dipoles. Sedangkan pohon anggrek apalagi bunganya, tidak membutuhkan lagi kemewahan dan tata suara. Keindahannya sudah membuat kita terpesona. Yang penting, kita harus bertanya kepada diri sendiri, apa atau yang mana yang kita cari? Pertanyaan berikutnya, banggakah saya menjadi Katolik? Saya menjawabnya dengan kedua-duanya ; tidak dan iya. Kalau berbicara mengenai gereja Katolik, memang ada rasa bangga saya. Tetapi, rasa bangga tersebut kalah dengan rasa syukur saya. Dengan bersyukur, saya tidak akan perlu mengalami atau mengejar superiority complex terhadap orang lain. Saya bersyukur, karena gereja telah menetapkan sakramen-sakramen dalam liturgi dan tradisinya. Dengan melalui sakramen, kita dapat melepas kerinduan, mencari intimasi kepada Tuhan dengan menyerahkan diri kita. Sikap seperti ini bukanlah untuk mencari kepuasan diri sendiri. Belum lagi melihat polisi gereja yang mengakui dan memberikan peranan yang sangat penting bagi Maria, sebagai bunda gereja. Kebanggaan lain terhadap gereja Katolik, juga dapat kita lihat konsistensi ajaran Kristiani begitupun dengan kebesaran gereja mempertahankan universalisme-nya. Konsistensi pelaksanaan ajaran Kristen seperti, kepedulian terhadap orang yang memerlukan, terlihat dengan jelas dalam organisasi yang sampai-sampai di tingkat dunia, seperti Caritas, St Vincent de Paul. Belum kalau kita melihat di bidang lainnya seperti, dunia pendidikan dan kesehatan, atau keadilan sosial. Gereja Katolik sangat inklusif, merangkum seluruh lapisan atau golongan masyarakat tanpa melihat latar belakang umat. Misalnya saja, kalau ukuran kemewahan atau level instrumen musiknya dijadikan kriteria suksesnya gereja, bagaimana gereja dapat merangkul atau melayani orang-orang yang miskin, tidak berpendidikan, atau marjinal? Saya juga bangga dengan organisasi gereja, apalagi dengan badan Magistarium, yang menjaga dan mengawal ajaran Kristiani. Termasuk juga keberhasilan administrasi data-data kependudukan, seperti penerima sakramen permandian, maupun perkawinan umat Katolik di seluruh dunia. Tentu saja, hal ini tidak mudah, dan sementara ini hanya Katoliklah yang kelihatannya berhasil dalam hal ini. Memang sayang, minat umat sering terarah kepada arah yang kurang tepat.Umat lebih sering berminat kepada hal-hal yang sepele maupun polesan nya saja, dan bukan pada hal yang fundamental. Misalnya saja kalau berdoa, yang ditekankan, sudah berapa kali mengucapkan ‘Bapak Kami dan Salam Maria’ dan bukan kerinduan atau intimasinya yang ditekankan. Harus ada nilai plus-nya; Jangan hanya melafalkan kata-katanya dan terburu-buru. Akhir kata, saya berpendapat sikap yang simpatik adalah kalau kita lebih fokus mencari pencerahan kedalam saja, tanpa perlu melihat denominasi lain atau ingin meniru-niru mereka. Kita boleh bersikap bangga, tetapi yang proporsional sajalah, dan tidak perlu minder atau superior sebagai orang Katolik terhadap orang lain. Salam damai. 4 MISA MALAM NATAL KELUARGA KATOLIK INDONESIA DI MELBOURNE “GLORIA IN EXCELSIS DEO… Sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud….Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Demikialah kata seorang Malekat kepada para gembala yang tinggal di padang gurun (Lukas, 2: 1-14)” Hari Raya Natal selalu merupakan hari yang sangat istimewa bagi kita umat Kristen. Hari Natal tidak hanya dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, sang juru selamat, tetapi juga sebagai perayaan keluarga. Ketika hari yang sangat istimewa itu tiba, kita sering berkumpul bersama keluarga disekitar pohon Natal yang sederhana, dalam sebuah rumah. Kita bukan hanya saling membagikan hadiah Natal tetapi kita juga bersujud syukur berdoa bersama, sebagai sebuah keluarga. Karena itu sebagai keluarga besar, kita semua umat Katolik Melbourne, diundang untuk menghadiri perayaan misa malam Natal sekaligus perayaan keluarga bersama, pada: Rabu 24 Desember 2014 Jam: 17.30 dimulai dengan Christmas carol Gereja St Paschal Chapel, 100 Albion Road, Boxhill Acara lainnya: · · · Christmas carol dan persembahan Natal oleh anak anak Sinterklas, pembagian hadiah Natal untuk anak anak sesudah misa. Supper, disiapkan dengan sumbangan umat, free Sekali lagi kita diajak untuk mengundang semua anggota keluarga, (termasuk kakek/nenek/ om/tante/ dan anak – anak untuk bisa hadir pada perayaan malam yang bahagia itu Semoga kelahiran Yesus di kandang sederhana Betlehem, membawa damai bagi kita semua. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Theresa – 0432 468288 Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan. Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin Kedang di [email protected] Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya. 5