bab ii tinjauan pustaka

advertisement
9
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti yang peneliti sajikan dalam
tabel berikut ini :
Tabel 2.1.
Matrik Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
I Made Sudarma
(2009)
Judul Penelitian
Persepsi Wisatawan
Terhadap Efektivitas EKios Destinasi Pariwisata
Bali
Rudi Hermawan
(2010)
Rancang Bangun Kiosk
Informasi Objek Wisata
Goa Gong Dusun Pule
Desa Bomo
Guson
Prasamuarso
Kuntarto (2014)
Rancang Bangun e-Kiosk
PT PLN (Persero)
Menggunakan Metode
9
Hasil Penelitian
Dalam penelitian didapat adanya suatu
fakta bahwa e-Kios pariwisata Bali
belum mencapai hasil maksimal
dengan kata lain kurang efektif
dikarenakan belum secara murni
online sehingga informasi e-Kios tidak
up-date. Meskipun demikian e-Kios
mendapat respon positif karena
menambah pencitraan Bali sebagai
destinasi favorit. Seperti halnya
informasi spiritual dan sosial budaya
Bali tetap menjadi informasi yang
paling dibutuhkan wisatawan. Harapan
kedepan informasi e-Kios lebih
dimaksimalkan termasuk segi
brainware, hardware dan software.
Hasil yang dicapai yaitu sebuah
piranti lunak kios informasi yang
interaktif. Aplikasi ini menampilkan
informasi mengenai lokasi wisata dan
keterangan dari setiap benda yang ada
di Objek Wisata. Kios informasi ini
dirancang berbasiskan web yang
didukung oleh teks, gambar, animasi,
audio serta video sehingga dapat
memberikan tampilan yang lebih
menarik dan lebih mudah dimengerti
oleh pengguna.
Ide kreatif prototipe sistem multimedia
interaktif e-KIOSK untuk instansi PT
PLN (Persero) dikembangkan dan
10
Task, Action, Dan
Objects
dijabarkan menjadi lebih terperinci
menggunakan metode task, action, dan
objects/ T. A. O.Sedangkan GAS
analysis membantu metode T.A.O.
untuk memberikan landasan atau
basis utama dalam perancangan sistem
interaktif. Sehingga tujuan untuk
menyediakan informasi dasar listrik,
berita terbaru, dan form registrasi
e-newsletters dapat tercapai dengan
baik.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian e-Government
E-Government adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik serta penyediaan
layanan informasi dari pemerintahan ke warganya (G2C), dan bisnis (G2B), serta
hubungan antar pemerintah (G2G).
Batas model dan kegiatan e-Government dapat dibagi menjadi:
1. Government-to-Citizen or Government-to-Customer (G2C) :
Pemerintah-ke-Warga Negara (disingkat G2C) yang online nonkomersial interaksi antara pemerintah daerah dan pusat dan pribadi
individu, bukan pada sektor bisnis komersial G2B. Misalnya
Pemerintah menjadi sektor tampak terbuka untuk umum melalui
Portal. Sehingga informasi dan pelayanan publik dapat diakses oleh
semua.
2. Government-to-Business (G2B) : online non-komersial interaksi antara
pemerintah daerah dan pusat bisnis komersial dan sektor swasta
daripada individu (G2C). Misalnya http://www.dti.gov.uk adalah
11
sebuah situs web pemerintah di mana perusahaan dapat memperoleh
informasi dan saran mengenai ' praktek terbaik ' e-bisnis.
3. Government-to-Government (G2G) : non-komersial online interaksi
antara Pemerintah organisasi, departemen, dan wewenang Pemerintah
dan organisasi lainnya, departemen, dan wewenang. Ada yang umum
digunakan di Inggris, bersama dengan G2C, online non-komersial
interaksi antara pemerintah pusat dan swasta dan individu, dan G2B
online non-komersial interaksi antara pemerintah daerah dan pusat
komersial dan sektor usaha.
Government-to-Employees
(G2E)
:
solusi
tentang
pemberdayaan
karyawan mereka sendiri, sehingga mereka dapat mendukung masyarakat dalam
banyak cara yang lebih baik dan lebih cepat, kecepatan mereka internal proses
administrasi dan memberikan solusi optimal
2.2.2. Kualitas Pelayanan
2.2.2.1. Pengertian Kualitas
Sebelum membahas konsep kualitas pelayan publik secara lengkap,
terlebih dahulu akan dibahas konsep kualitas. Konsep kualitas banyak dibahas
dalam studi-studi manajemen, pengertian atau makna atas konsep kualitas sendiri
telah diberikan oleh banyak pakar manajemen dengan berbagai sudut pandang,
sehingga menghasilkan defenisi-defenisi yang beragam.
Tjiptono (2010)
berkaitan dengan konsep kualitas mengemukakan bahwa :
Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan sebuah
produk barang atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas
12
kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk,
sedangkan kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran tentang seberapa jauh
suatu produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang
telah ditetapkan.
Goetsch dan Davis (dalam Tjiptono, 2010 : 51) mendefenisikan kualitas
sebagai: ”Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Pendapat lain
mengenai pengertian konsep kualitas dikemukakan oleh Triguno (2010) yang
mengatakan bahwa :
Kualitas adalah suatu standart yang harus dicapai oleh seseorang atau
sekelompok atau lembaga atau organisasi mengenai kualitas sumber daya
manusia, kualitas cara kerja, proses dah hasil kerja atau produk yang
berupa barang dan jasa. Dengan demikian, berkualitas mempunyai arti
memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal, dalam
arti optimal pemenuhan atas tuntutan atau persyaratan pelanggan atau
masyarakat.
Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut diatas dapat diterima. Yang
menjadi pertanyaan adalah ciri-ciri atau atribut-atribut apakah yang ikut
menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Ciri-ciri atau atribut-atribut
tersebut yaitu antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ketepatan waktu pelayanan, yang meliputi waktu tunggu dan waktu
proses;
Akurasi pelayanan, yang meliputi bebas dari kesalahan;
Kesopanan, keramahan, perhatian dan persahabatan dalam
memberikan pelayanan;
Kemudahan mendapatkan pelayanan, misalnya banyaknya petugas
yang melayani dan banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer;
Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi,
ruang tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan
lain-lain;
Atribut pendukung pelayanan lainnya seperti ruang tunggu ber-AC,
kebersihan dan lain-lain. (Tjiptono, 2010)
13
Sebagai sebuah sistem, maka tentu saja masalah kualitas mencakup
berbagai unsur atau elemen yang satu sama lain saling tergantung dan saling
mempengaruhi sehingga apa yang terjadi pada salah satu elemen atau unsur akan
mempengaruhi kondisi atau keadaan pada elemen atau unsur lainnya.
2.2.2.2. Pengertian Pelayanan
Menurut Kotler dalam Laksana (2008) pelayanan adalah setiap tindakan
atau kegiatan yanga dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang
pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Sedangkan Gronroos dalam Tjiptono (2010) menyatakan bahwa pelayanan
merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasa
(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan,
jasa dan sumber daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang
disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.
Sementara itu, menurut Lovelock, Petterson & Walker dalam Tjiptono
(2010) mengemukakan perspektif pelayanan sebagai sebuah sistem, dimana setiap
bisnis jasa dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen
utama: (1) operasai jasa; dan (2) penyampaian jasa.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan merupakan suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu
diberikan kepada orang lain, dalam hal ini, kebutuhan pelanggan tersebut dapat
terpenuhi sesuai dengan harapan atau keinginan pelanggan dengan tingkat
persepsi mereka.
14
2.2.2.3. Pengertian Kualitas Pelayanan
Undang-Undang Pelayanan Publik (secara resmi bernama UndangUndang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik) adalah undangundang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang
merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. perlayanan publik
yang dilakukan oleh pemerintahan atau korporasi yang efektif dapat memperkuat
demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi
sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak
dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada
pemerintahan dan administrasi publik.
Pengertian pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Negara
Pendayaan Apatur Negara Nomor: 81/1993 tanggal 23 November 1993 dalam
pedoman pelayanan umum yang dikutip oleh Ibrahim”. (2008:15) dalam bukunya
“Teori dan Konsep
Pelayanan
Publik Serta Implementasinya” menyatakan
bahwa :
Pelayanan umum ádalah segala bentuk kegiatan pelayanan kepada umum
yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di pusat, daerah
(BUMN/BUMD) dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Sedangkan menurut Widodo (2010: 60) dalam bukunya
“Good
Governance” menyatakan bahwa pengertian pelayanan publik adalah sebagai
berikut : “Pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang telah ditetapkan”.
15
2.2.2.4. Konsep Pelayanan Publik
Dilihat dari ilmunya, administrasi merupakan pelayanan dan memang
salah satu fungsi pemerintah dalam pembangunan adalah menyelenggarakan
pelayanan public Siagian (2010) mengatakan teori klasik ilmu administrasi
Negara mengajarkan bahwa :
Pemerintahan negara pada hakikatnya menyelenggarakan dua jenis fungsi
utama, yaitu fungsi pengaturan dan fungsi pelayanan. Fungsi pengaturan
biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara
hukum (legal state) sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat
negara sebagai suatu negara kesejahteraan (welfare state).
Kebijakan publik dasarnya adalah untuk menjelaskan hubungan antara
pemerintah dengan warga negara atau apa yang riil diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat tersebut. Hal tersebut didukung oleh pendapat Thomas R Dye
(dalam Luankali, hal: 2010; 145) yang mengatakan apa saja yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan merupakan kebijakan atau
analisis yang dibuat oleh pemerintah yang artinya bahwa :
Analisis kebijakan tersebut sebagai cara atau proses maupun tindakan dan
terapan dari pemerintah bermanfaat untuk memperbaiki proses pembuatan
kebijakan, kinerja atau hasil kebijakan yang akan datang atau telah
dilaksanakan. Sehingga kebijakan publik merupakan suatu pedoman untuk
melaksanakan suatu perencanaan dan bagaimana untuk bertindak.
Carl Friedrich (dalam Luankali 2010 ; 183) yang mengatakan
kebijaksanaan ialah :
Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan.
16
Pada prinsipnya setiap pelayanan umum ini, senantiasa harus selalu
ditingkatkan kinerjanyanya sesuai dengan keinginan klien atau masyarakat
pengguna jasa. Akan tetapi kenyataannya untuk mengadakan perbaikan terhadap
kinerja pelayanan publik bukanlah sesuatu yang mudah.
Banyaknya jenis pelayanan umum di negeri ini dengan macam-macam
persoalan dan penyebab yang sangat bervariasi antara satu dengan yang
lainnya, sehingga perlu dicari suatu metode yang mampu menjawab
persoalan tadi, guna menentukan prioritas pemerintah. (Hatry, 2010).
Selain itu, penilaian terhadap kinerja pelayanan juga penting untuk
memberikan tekanan kepada pejabat yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
tersebut.
Supriatna (2010 : 140) menjelaskan bahwa pelayanan publik adalah :
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang dilakukan guna
memenuhi kepentingan orang banyak. Pihak lain disini merupakan suatu
organisasi yang memiliki kewajiban dalam suatu proses penyelenggaraan
kegiatan pelayanan. Kepentingan orang banyak atau kepentingan umum
adalah himpunan kepentingan pribadi yang telah disublimasikan dan tidak
bertentangan dengan norma masyarakat serta aturan yang berlaku.
Kemudian Wasistiono (2009 :51) mengemukakan bahwa : “pelayanan
umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta, atas nama
pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa
pembayaran guna memenuhi kebutuhan atau kepentingan masyarakat”.
Pamudji (2008 : 21) mendefenisikan konsep pelayanan publik (public
service) yaitu :
Berbagai kegiatan pemerintah yang bertujuan memenuhi kebutuhan
masyarakat akan barang dan jasa. Penjelasan yang diberikan Pamudji ini
menegaskan bahwa konsepsi pelayanan publik tidak dapat dilepaskan
dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
17
Konsep pelayanan publik berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dalam
kaitannya dengan kebutuhan masyarakat, Ndraha (2010 : 60) menyatakan bahwa
produk yang dibutuhkan masyarakat berkisar pada barang (barang modal dan
barang pakai) sampai pada jasa (jasa pasar dan jasa publik) dan pelayanan sipil.
Pelayanan publik oleh birokrasi pelayanan publik tadi merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping
sebagai abdi negara yang dimaksudkan untuk mensejahterakan masyarakat.
Dengan demikian birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik.
Menurut Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2005 tentang Perbaikan dan
Peningkatanan Mutu Pelayanan, dinyatakan bahwa hakekat pelayanan umum
adalah:
1.
2.
3.
Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan fungsi
instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.
Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan,
sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan secara berdaya guna
dan berhasil guna.
Mendorong tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat luas.
Menurut Mahmudi (2005;229) bahwa pelayanan publik adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayan publik
(aparatur negara) sebagai upaya pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan. Mahmudi juga mengklasifikasikan pelayanan
publik kedalam 2 (dua) klasifikasi, yaitu:
1.
Pelayanan Kebutuhan Dasar, terdiri dari:
a. Kesehatan
b. Pendidikan dasar
c. Bahan kebutuhan pokok masyarakat
18
2.
Pelayanann Umum, terdiri dari:
a. Pelayanan administrasi.
b. Pelayanan Barang.
Selain itu pelayanan publik juga dipandang dari dua sisi yang berbeda
dalam mencapai tujuannya, yaitu:
1.
2.
Orientasi pada proses yang menyangkut pada masalah responsibilitas,
responsivitas, akuntabilitas dan keterbukaan.
Orientasi pada hasil yang menyangkut pada masalah efektivitas,
efisiensi, produktivitas dan kepuasan.
Bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut
Lembaga Administrasi Negara (2010) dapat dibedakan kedalam berbagai jenis
pelayanan, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Pelayanan Pemerintah, yaitu merupakan pelayanan masyarakat yang
erat dalam tugas-tugas umum pemerintah seperti Pelayanan Kartu
Keluarga/KTP, IMB, Pajak/Retribusi Daerah dan Imigrasi.
Pelayanan Pembangunan merupakan pelayanan masyarakat yang
terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan
fasilitas kepada masyarakat dalam aktivitas warga masyarakat seperti
penyediaan jalan, jembatan, pelabuhan dan lain sebagainya.
Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik, air,
telepon dan transportasi.
Pelayanan kebutuhan pokok merupakan pelayanan yang menyediakan
bahan-bahan kebutuhan poko masyarakat dan kebutuhan perumahan
seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil, dan perumahan
yang murah.
Pelayanan kemasyarakatan merupakan pelayanan yang berhubungan
dengan sifat dan kepentingan yang lebih ditekankan kepada kagiatankegiatan sosial kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu, dan lainnya.
Nurmadi (2009) menjelaskan bahwa :
Pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dapat dicirikan
kedalam bentuk : tidak dapat untuk memilih konsumen, peranannya tidak
dibatasi
oleh
peraturan
perundang-undangan,
politik
yang
mengistitusionalkan konfilk, pertanggungjawaban yang kompleks, sangat
19
sering diteliti, semua tindakan harus mendapatkan justifikasi, memiliki
tujuan dan output yang sangat sulit untuk diukur atau ditentukan.
Thery (dalam Thoha, 2008) menjelaskan bahwa :
Lima unsur pelayanan yang memuaskan adalah : merata dan sama,
diberikan tepat pada waktunya, memenuhi jumlah yang dibutuhkan,
berkesinambungan, san selalu meningkatkan kualitas serta pelayanan
(progressive service). Setiap orang mengharapkan pelayanan yang unggul
yaitu sikap atau cara pegawai dalam melayani pelanggan secara
memuaskan.
Hal ini berarti masyarakat semakin sadar akan apa yang menjadi hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Masyarakat semakin berani untuk mengajukan tuntutan, keinginan dan
aspirasinya kepada pemerintah. Masyarakat semakin kritis dan semakin berani
untuk melakukan kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintahnya.
Birokrasi publik harus dapat memberikan layanan publik yang lebih
profesional, efektif, sederhana, transparan, terbuka, tepat waktu, responsif
dan adaptif serta sekaligus dapat membangun kualitas manusia dalam arti
meningkatkan kapasitas individu dan masyarakat untuk secara aktif
menentukan masa depannya sendiri (Effendi dalam Widodo, 2011).
Tujuan
pelayanan
publik
pada
umumnya
adalah
bagaimana
mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh
publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai
pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh
pemerintah. Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut :
1.
2.
3.
Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya;
Memperlakukan pengguna pelayanan, sebagai customers;
Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang
diinginkan mereka;
20
4.
5.
Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan
berkualitas;
Menyediakan cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan
lain. (Effendi dalam Widodo, 2011)
Dari beberapa pengertian dan penjelasan tentang pelayanan publik yang
ada di atas, dalam konteks pemerintahan daerah pelayanan publik dapat
disimpulkan sebagai pemberian layanan atau yang melayani keperluan orang lain
atau masyarakat serta organisasi yang memiliki kepentingan terhadap organisasi
tersebut sesuai dengan aturan pokok atau tata cara yang ditentukan dan ditujukan
untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan.
2.2.2.5. Konsep Kualitas Pelayanan Publik
Menurut Triguno (2010) kualitas pelayanan menunjuk pada pengertian
melayani setiap saat secara cepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan
menolong serta professional dan mampu. Pelayanan publik yang berkualitas
diharapkan dapat memberikan manfaat, bukan saja bagi masyarakat yang
menerima pelayanan, tetapi juga bagi organisasi atau pemerintah yang
menyelenggarakan layanan. Berkaitan dengan hal tersebut Rasyid (2010)
mengemukakan manfaat yang diperoleh dari optimalisasi pelayanan yang efisien
dan adi adalah :
Secara langsung dapat merangsang lahirnya respek masyarakat atas sikap
professional para birokrat sebagai abdi masyarakat (servant leaders). Pada
tingkat tertentu kehadiaran birokrat yang melayani masyarakat secara tulus
akan mendorong terpeliharanya iklim kerja keras, disiplin dan kompetitif”.
21
Selanjutnya Tjiptono (2010) mengemukakan sejumlah manfaat yang
diperoleh organisasi penyedia layanan, apabila mampu menyelenggarakan
layanan secara berkualitas, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Hubungan perusahaan (organisasi) dengan para pelanggannya menjadi
harmonis.
Memberikan dasar yang baik bagi pelanggan bagi pembelian ulang.
Dapat mendorong terciptanya loyalitas.
Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mounth) yang
menguntungkan perusahaan atau organisasi.
Laba yang diperoleh dapat meningkat.
Dari paparan Tjiptono (2010) terlihat bahwa :
Penyelenggaraan layanan yang berkualitas mempunyai peranan strategis
dalam menciptakan komunikasi dan kepercayaan dari masyarakat sebagai
penerima layanan, bahkan melalui layanan yang berkualitas, masyarakat
penerima layanan dengan sukarela akan melakukan kampanye positif
terhadap warga masyarakat lainnya.
Thoha (2008) berpendapat bahwa :
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, organisasi publik
(birokrasi publik) harus mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam
memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah
berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan
kekuasaan berubah menjadi suka mendorong menuju kearah yang sesuai,
kolaboralitas dan dialogis dan dari cara-cara sloganis menuju cara kerja
realistik pragmatik.
Untuk dapat menilai sejauh mana kualitas pelayanan publik yang diberikan
oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu
pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.
Zeithaml (1990) mengemukakan dalam mendukung hal tersebut, ada 10
(sepuluh) dimensi yang harus diperhatikan dalam melihat tolak ukur kualitas
pelayanan publik, yaitu sebagai berikut :
22
Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan
komunikasi;
2. Realiability, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam
menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat;
3. Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung
jawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan;
4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan ketrampilan
yang baik oleh aparatur dalam memberikan pelayanan;
5. Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap
keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan
pribadi;
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan
masyarakat;
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai
bahaya dan resiko;
8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan
pendekatan;
9. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan
suara, keinginan atau aspirasi pelanggan, sekaligus kesediaan untuk
selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat;
10. Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk
mengetahui kebutuhan pelanggan. (Tjiptono, 2010)
1.
2.2.3. Efektivitas
2.2.3.1. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan. Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih
oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat
menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya
yang berkaitan dengan teori efektivitas.
Efektivitas tidak dapat disamakan dengan efisiensi. Karena keduanya
memiliki arti yang berbeda, walaupun dalam berbagai penggunaan kata efisiensi
23
lekat dengan kata efektivitas. Efisiensi mengandung pengertian perbandingan
antara biaya dan hasil, sedangkan efektivitas secara langsung dihubungkan dengan
pencapaian tujuan.
Atmosoeprapto (2009) menyatakan :
Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah
melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita
mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala
sumber daya secara cermat.
Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh
David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (2007) antara lain :
1.
2.
3.
Efektivitas Individu
Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu
yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari
organisasi;
Efektivitas kelompok
Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja
sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan Jumlah
kontribusi dari semua anggota kelompoknya;
Efektivitas Organisasi
Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok.
Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil
karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiaptiap bagiannya.
Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat
perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai.
Sumaryadi (2005) berpendapat dalam bukunya ”Efektivitas Implementasi
Kebijakan Otonomi Daerah” bahwa:
Organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat
sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya
dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.
Dengan demikian pada dasarnya efektivitas adalah tingkat pencapaian
tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang ditetapkan. Efektivitas
24
adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini dapat diartikan,
apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan yang
direncanakan, dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga
dan yang lain.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip
Handayaningrat (2006) yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum (2008), mengemukakan:
Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan
suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi
tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran.
Dengan kata lain, penilaian efektivitas harus berkaitan dengan mesalah
sasaran maupun tujuan.”
Selanjutnya Steers (2007) mengemukakan bahwa :
Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem
dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan
sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa
memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya”
Lebih lanjut menurut Kurniawan (2009) dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut : “Efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya”.
25
Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana
target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Hidayat (2006) yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin
tinggi efektivitasnya”.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui
konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah
perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen
organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau
dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Suatu kegiatan
dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur
sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
2.2.3.2. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang
26
dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman
bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun,
jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu
dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan
efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh Siagian (2007), yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya
dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para
implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan
artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan
usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.
Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan
sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab
apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman
bertindak dan bekerja.
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator
efektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif.
Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan
oleh organisasi.
Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu
program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka
organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan
pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.
27
Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan
Lubis (2007), yakni :
1.
2.
3.
Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas
dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi
untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh
mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses
internal atau mekanisme organisasi.
Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada
output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil
(output) yang sesuai dengan rencana.
Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan (2009) mengemukakan 5 (lima)
kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Produktivitas
Kemampuan adaptasi kerja
Kepuasan kerja
Kemampuan berlaba
Pencarian sumber daya
Sedangkan Duncan yang dikutip Steers (2007) dalam bukunya
“Efektrivitas Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai
berikut:
1.
2.
Pencapaian Tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus
dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian
tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti
pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam
arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa faktor,
yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit.
Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu
organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus
28
3.
dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi
menyangkut proses sosialisasi.
Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses
pengadaan dan pengisian tenaga kerja.
Dari sejumlah definisi-definisi pengukur tingkat efektivitas yang telah
dikemukakan diatas, perlu peneliti tegaskan bahwa dalam rencana penelitian ini
digunakan teori pengukuran efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh
Duncan (dalam Steers 2007), yaitu :
1.
Pencapaian Tujuan
2.
Integrasi
3.
Adaptasi
Efektivitas pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat
dapat diwujudkan apabila ada beberapa indikator sebagai ukuran efektivitas.
Untuk efektivitas suatu organisasi atau lembaga dapat dilihat dari beberapa
kriteria yang terpenuhi yaitu:
1. Input
Input merupakan dasar dari sesuatu yang akan diwujudkan atau
dilaksanakan berdasarkan apa yang direncanakan yang berpengaruh
pada hasil.
2. Proses
Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses produksi
yang mempunyai kualitas karena dapat berpengaruh pada kualitas hasil
yang akan dicapai secara keseluruhan. Proses produksi
menggambarkan bagaimana proses pengembangan suatu hal yang
dapat berpengaruh terhadap hasil.
3. Hasil
Hasil berupa kuantitas atau bentuk fisik dari kerja kelompok atau
organisasi. Hasil yang dimaksud dapat dilihat dari perbandingan antara
29
masukan (Input) dan keluaran, usaha dan hasil, presentase pencapaian
program kerja dan sebagainnya.
4. Produktivitas
Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil
barang dan jasa setinggi nungkin dengan memanfaatkan sumber daya
secara efisien, produktivitas berpengaruh pada efektivitas yang
berorientasi pada keluaran atau hasil. Produktifitas mencakup
pendidikan, motivasi dan pendapatan.(Sedarmayanti, 2005).
Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran atau hasil,
secara skematis gambaran efektivitas dapat dilihat pada bagan berikut :
Hasil Utama
Input
Proses Produksi
Hasil Sampingan
Kualitas
Kualitas Efisiensi
Kualitas Efektivitas
Produktivitas
(Sumber: Sedarmayanti, 2005:52)
Gambar 2.1
Gambar Efektivitas
Efektivitas
mempunyai
hubungan
dengan
efesiensi
namun
tidak
berpengaruh terhadap hasil efektivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sedarmayanti yang menyatakan apabila efesiansi dikaitkan dengan efektivitas
maka
walaupun
terjadi
(Sedarmayanti, 2005).
peningkatan
efektivitas
belum
tentu
efesiensi
30
Pendapat yang sama disampaikan oleh Katz dan Khan yang berpendapat
efesiensi organisasi adalah unsur yang perlu, tetapi kurang memadai untuk
menentukan efektivitas organisasi (dalam Richard, 2005). Berdasarkan pendapat
diatas tersebut maka dapat disimpulkan efesiensi bukan merupakan syarat yang
mutlak bagi tercapainya efektivitas.
David Kreeh, Richard S dan Egerton dalam bukunya dengan judul
Individual and Society memberikan jabaran tentang ukuran efektivitas kelompok.
Secara umum ukuran efektivitas kelompok sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Jumlah hasil yang bisa dikeluarkan oleh kelompok
Tingkat kepuasan yang diperoleh oleh anggota kelompok.
Produk kreatif kelompok.
Intensitas emosi yang dicapai oleh seseorang karena dia menjadi
anggota kelompok.
(dalam Danim, 2005)
Pengukuran efektivitas perlu untuk dilakukan agar tujuan dari organisasi
atas lembaga dapat dievaluasi berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan.
Penetapan ukuran efektivitas akan memudahkan pencapaian tujuan organisasi
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
2.2.3.3. Kriteria Efektivitas
Efektivitas erat kaitanya dengan sebuah organisasi. Organisasi dalam
mencapai tujuannya berdasarkan kepada langkah-langkah atau program yang telah
ditentukan. Program tersebut dapat dikatakan berhasil apabila telah sesuai dengan
visi dan misi dari organisasi. Antara penyusunan program kepada pencapaian visi
dan misi dapat dikatakan efektif, apabila telah sesuai dengan kriteria dari
31
efektivitas. Adapun kriteria efektivitas dari sebuah organisasi ditentukan oleh lima
unsur yang dikemukakan oleh Gibson, yaitu:
1. Hasil produksi, hasil produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu
pada ukuran keluaran utama organisasi. Ukuran produksi mencakup
keuntungan, penjualan, pangsa pasar, dokumen yang diproses, rekanan
yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara
langsung dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan
organisasi yang bersangkutan.
2. Efesiensi, efesiensi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran
penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi adalah
perbandingan antara keluaran dan masukan. Ukuran efisiensi terdiri
dari keuntungan dan modal, biaya per unit, pemborosan, waktu
terluang, dan sebagainya. Efisiensi di ukur berdasarkan rasio antara
keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan.
3. Kepuasan, kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu pada
keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau
anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap karyawan, penggantian
karyawan, penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan,
kesejahteraan dan sebagainya.
4. Penyesuaian, penyesuaian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada
tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal.
Perubahan-perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan
pelanggan, kualitas produk, dan sebagainya merupakan adaptasi
terhadap lingkungan.
5. Kelangsungan, kelangsungan sebagai kriteria efektivitas yang mengacu
kepada tanggung jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan
potensinya untuk berkembang. Dalam praktik, para manajer
menggunakan indikator jangka pendek untuk keberlangsungan jangka
panjang. (Gibson dalam Pabundu, 2006)
Lima unsur kriteria efektivitas yang dikemukakan oleh Gibson dalam
prosesnya dapat saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Jadi, sebuah
organisasi dalam menjalankan kegiatannya dapat dikatakan efektif apabila antara
keluaran dan masukan seimbang setelah diukur berdasarkan rasio antara
keuntungan dengan biaya atau waktu yang digunakan. Setelah keluaran dan
masukan dapat dikatakan seimbang, organisasi harus memperhatikan atau
memenuhi kebutuhan karyawan supaya tidak terjadi sikap-sikap penyelewengan.
32
Organisasi harus selalu tanggap terhadap perubahan eksternal dan internal atau
selalu dapat menyesuaikan dengan keadaan, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi.
Hal senada dikemukakan oleh David Krech, Richard S. Cruthfied dan
Egenton L. Ballachey dalam bukunya individual and Society yang dikutif
Sudarwan Danim dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas
Kelompok, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa
kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan.
Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan
dengan keluaran (output).
Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini
dapat kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat
kualitatif (berdasarkan pada mutu).
Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang
kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan
kreativitas dan kemampuan.
Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi
dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling
memiliki dengan kadar yang tinggi. (dalam Danim, 2005)
Dari uraian-uraian mengenai kriteria efektivitas di atas terdapat kesamaan,
tetapi yang membedakannya adalah terpenuhinya beberapa kriteria akhir. Hal
tersebut dapat dikatakan bahwa membahas masalah kriteria efektivitas sangat
bervariasi. Menurut pendapat Campell yang dikutip oleh Richard M. Steers dalam
bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran dari efektivitas,
yaitu:
1.
2.
3.
Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;
Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;
Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan
kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;
33
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Efesiansi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap
biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;
Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah
semua biaya dan kewajiban terpenuhi;
Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang
dan masa lalunya;
Pemanfaatan lingkungan artinya bagaimana memperoleh sumber daya
yang langka dan berharga yang diperlukan untuk operasi yang efektif;
Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya
sepanjang waktu;
Kemangkiran yaitu kejadian-kejadian pegawai bolos dari pekerjaan;
Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada
kerugian waktu;
Perputaran yaitu mengenai frekuensi atau jumlah pegawai mengenai
keluaran dan masukkan;
Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian
tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan
perasaan memiliki;
Motivasi artinya adanya kekuatan yang muncul dari setiap individu
untuk mencapai tujuan;
Penerimaan tujuan organisasi artinya adanya suatu kepercayaan dari
setiap pegawai mengenai tujuan organisasi tersebut adalah benar dan
layak;
Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai
satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan
mengkoordinasikan;
Keluwesan adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk
mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk
mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;
Penilaian oleh pihak luar, yang berarti penilaian yang melibatkan
pihak-pihak dan pertanyaan dengan siapa organisasi itu berhubungan;
(dalam Steers, 2007:46-48)
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran atau
kriteria efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran
dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkatan sejauhmana
sebuah organisasi, program, kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara
optimal.
34
2.2.4. e-Kiosk (Kios Informasi)
Adalah sesuatu pemandangan yang sudah bukan langka lagi ketika kita
memasuki rungan pemerintahan di tingkat kecamatan, disitu ada sebuah anjungan
informasi berdiri dan menarik perhatian para pengungjung kantor kecamatan.
Memang sudah seharusnya seluruh kecamatan yang ada di Indonesia memberikan
layanan informasinya secara menyeluruh, salah satunya menggunakan Kiosk
(Anjungan Informasi) ataupun menggunakan Digitalsignage.
Nama kiosk memang masih asing disebagian besar masyarakat indonesia,
kiosk yang dikhalayak kenal adalah sebuah warung kecil yang berjualan di pinggir
jalan, tapi dalam kaitan ini kiosk adalah sebuah anjungan informasi yang
menampung berbagai macam informasi secara digital dan dinamasi yan
ditampilkan secara atraktif dan bahkan interaktif beruapa tampilan Video/Audio.
e-Kiosk dapat dideskripsikan sebagai vending machine informasi yang
menjadi kebutuhan publik pada era abad informasi ini. e-Kiosk terdiri dari tiga
kategori teknologi : Information Kiosk, Transaction Kiosk, dan Multimedia
Kiosk. (Administrator : [email protected])
e-Kiosk merupakan suatu fasilitas layanan akses publik yang interaktif
(self-service)
dan
terhubung
dalam
suatu
sistem
jaringan
informasi
terkomputerisasi (Local Area Network / Intranet / Internet). Multimedia e-Kiosk
atau Information Kiosk diharapkan akan menjadi solusi layanan publik yang tepat
pada masa mendatang, untuk memberikan kemudahan akses layanan informasi
(services), transaksi secara Interactive (self-service), real-time, 24 hours non-stop,
accurate, dan user friendly (easy to use). (Taufik Rachmanu : [email protected] )
35
Namun pada kenyataannya dalam effort pengembangan dan aplikasi
teknologi Kiosk di Indonesia pada khususnya, menghadapi beberapa masalah dan
kendala antara lain : keengganan masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
layanan berbasiskan teknologi informasi, ancaman vandalisme terhadap fasilitas
public equipment, beberapa masalah teknis dan kesiapan SDM pada perancangan
hardware maupun operasional manajemen jaringan sistem informasi yang
dibutuhkan.
Beberapa aspek desain yang menyangkut masalah2 ergonomic, styling,
batasan
teknologi,
manufacture,
perancangan
produk
yang
mampu
mengakomodasi user dengan keterbatasan tertentu, aspek-aspek user-interface,
visual communication dan Iain-Iain adalah merupakan sebagian dari kompleksitas
permasalahan yang dihadapi dalam mempersiapkan rancangan standard public
equipment e-Kiosk yang memenuhi syarat sesuai dengan karakter dankebutuhan
masyarakat Indonesia.
Dengan adanya layan informasi mandiri yang bersifat mandiri ini dapat
membantu dalam menyampaikan informasi secara mendetai tentang program
program yang ada, dengan Kiosk ini pula Kantor Kecamatan dapat
mensosialisasikan secara menarik dan tersampaikan dengan baik, adapun
manfaat KIOSK atau anjungan informasi bagi kantor pelayanan Kecamatan
adalah sebagai berikut ;
1.
2.
Meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan dunia usaha dan
masyarakat kerena informasi lebih mudah diperoleh.
Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap aparat pemerintah
dengan adanya transparansi kegiatan pemerintah.
36
3.
4.
5.
Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat yaitu masyarakat
dapat dilayani kapan pun dan dimana pun tanpa memandang jam buka
kantor dan bahkan tanpa perlu datang ke kantor pemerintahan.
Tersedianya informasi yang mudah diakses oleh masyarakat melalui
Anjugan ini (Kiosk) sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan
dengan benar.
Hilangnya birokrasi yang selama ini seolah-oleh menjadi penghalang
bagi masyarakat dalam berhubungan dengan pemerintah sehingga
pelaksanaan pemerintahan menjadi lebih efektif dan efisien. (Moh.
Fandika Aqsa : [email protected])
Gambar 2.2
Ilustrasi Anjungan Informasi Terintegrasi
Penjelasan :
1.
Komputer Server, Komputer ini berfungsi untuk menyimpan data dan
tempat dimana Aplikasi ANFO CMS di Install. Dengan adanya computer
server ini akan memudahkan dalam pemutakhiran data, cukup dengan
melakukan pemutakhiran data di server maka ANFO DS 42 R (Gambar No
3 ) dan ANFO TS 20B (Gambar 4). Jadi tidak perlu lagi datang ke setiap
anjungan untuk melakukan pemutakhiran datanya. Hal ini akan menghemat
37
waktu apa lagi kalau satu anjungan dengan anjungan yang lain berjauhan
dan berbeda lantai dan gedung.
2.
Switch Hub, berfungsi menyambungkan antara komputer server dengan
mesin anjungan yang lainnya. Untuk sistem koneksi, kami menyediakan 2
tipe yaitu menggunakan kabel atau tanpa kabel (wireless). 3. Anjungan
Informasi Digital Signage ( ANFO DS), Anjungan Papan Informasi ini
akan menampilkan berbagai informasi seperti ; news ticker, animasi, web
pages, image slide, video, tv local. Yang pemutakhirannya dilakukan di
server dan berperan sebagai client.
3.
Anjungan Informasi Kiosk (ANFO TS ), Anjungan ini menyediakan
berbagai informasi secara interaktif dan atraktif dengan begitu para pencari
informasi akan mengakses dengan cara menyentuhnya (touchascreen).
Informasi yang disediakan akan terupdate cukup dengan mengupdate nya
di komputer server saja.
Keunggulan Kiosk Informasi Layar Sentuh Terintegrasi :
1.
Menghemat Waktu sehingga tercapai ke effektifan dan efesiensi.
2.
Mudah Melakukan Pemutakhiran Data.
3.
Aman, Karena data disimpan di Server
4.
Mudah Melakukan Pemeliharaan
5.
Mudah melakukan penambahan Anjungan, tinggal di koneksikan.
38
2.3. Kerangka Pikir Penelitian
Untuk lebih jelasnya pembahasan penelitian ini dapat dilihat pada skema
kerangka konseptual berikut :
Pelayanan Publik
Bentuk Pelayanan
Informasi
Pelayanan Informasi
melalui e-Kiosk
Penerapan Awal
e-Kiosk
Kendala yang dihadapi
Efektivitas Penerapan Awal
e-Kiosk di Kelurahan
Balongsari
Gambar 2.3
Model Kerangka Pikir Penelitian
Download