TIGA NEGARA BAHAS KESELAMATAN PELAYARAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM DI SELAT MALAKA DAN SELAT SINGAPURA Jakarta, 27 September 2016---------Tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura, selama lima hari menggelar pertemuan yang membahas tentang upaya-upaya dalam rangka meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura, yaitu 9th Cooperation Forum (CF), 41st Tripartite Technical Experts Group (TTEG), dan Pertemuan 9th Project Coordination Committee (PCC) di Yogyakarta 26-30 September 2016. Pertemuan CF, TTEG dan PCC merupakan pertemuan rutin yang diselenggarakan setiap tahun secara bergantian oleh 3 (tiga) negara pantai (Indonesia, Malaysia dan Singapura). Kegiatan dilakukan bersamaan dan berkelanjutan yang dimulai dengan Pertemuan 9th Cooperation Forum pada 26-27 September 2016, Pertemuan 41st Tripartite Technical Experts Group (TTEG) pada 28-29 September 2016, dan Pertemuan 9th Project Coordination Committee pada 30 September 2016. Kegiatan ini merupakan forum penting untuk saling tukar pandangan dan ideide bagi stakeholders sekaligus bertujuan untuk membahas lebih lanjut langkah-langkah teknis penanganan masalah-masalah keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura yang menjadi tanggung jawab ketiga negara pantai berdasarkan ketentuan Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Dengan diselenggarakannya pertemuan tersebut, menunjukan komitmen pemerintah dalam mendukung keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkingan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura serta turut berpartisipasi aktif dalam dunia pelayaran guna terwujudnya safe, secure and efficient shipping on clean ocean. Pertemuan ini dibuka oleh wakil gubernur D.I. Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam X dan delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, bapak A.Toni Budiono. Selain perwakilan dari Indonesia, Malaysia dan Singapura, pertemuan dihadiri juga oleh User States, antara lain dari Australia, Cina, Jerman, India, Jepang, Denmark dan negara bendera kapal lainnya, serta Organisasi Internasional dan stakeholder seperti IALA, INTERTANKO, BIMCO, ICS, JICA, MSC, NIPPON Foundation, KOICA, dan organisasi lainnya Mengingat peran Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) sangat penting untuk menjamin keselamatan pelayaran, Kapushidrosal Laksamana Muda TNI Daryanto didampingi oleh Kolonel Laut (P) Dyan Primana. S dan Letkol Laut (P) Oke Dwiyana. P menghadiri pertemuan ini dan menyampaikan presentasinya tentang peran Electronic Navigational Chart (ENC) dalam meningkatkan keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pushidrosal sebagai lembaga hidrografi nasional turut berperan aktif dalam menyediakan dan memperbaharui peta laut serta ENC khususnya di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pada kesempatan ini pula Kapushidrosal dan Dirjenhubla bersama ketua delegasi dari Malaysia, Singapura dan Jepang dalam hal ini Malacca Straits Council (MSC) menandatangani kesepakatan bersama dalam rangka melanjutkan survei dan pemetaan hidro-oseanografi phase 2 di Selat Malaka dan Singapura untuk pemutakhiran ENC di perairan tersebut. Adapun agenda yang disampaikan dalam kegiatan ini antara lain; Co-operative Mechanism in the Straits of Malacca and Singapore (SOMS) and User point of views, Navigational safety in the SOMS, E – Navigation, dan Marine Environmental Protection in the SOMS. Dalam kerangka Co-operative Mechanism (CM) inilah dibentuk 3 komponen yang mengadakan pertemuan secara berkala, yaitu Co-operation Forum (CF); Project Coordination Committee (PCC) dan Aid to Navigation Fund (ANF). Pertemuan 9th CF merupakan high level yang membahas dan melaporkan mengenai perkembangan Straits Project di bidang keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim, memfasilitasi kerjasama antara user states, shipping industry dan stakeholders. Forum ini akan mengidentifikasi dan menyusun proyek-proyek prioritas dalam rangka peningkatan keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut di kawasan tersebut. Banyak negara-negara besar yang memiliki kepentingan di Selat Malaka serta sangat berkeinginan berperan langsung dalam pengelolaan Selat Malaka dan Selat Singapura. Oleh karena itu, melalui forum ini diharapkan littorals state dapat berperan aktif dalam pengelolaan SOMS salah satu contohnya adalah melalui adanya joint survey in SOMS dan joint pilotage in SOMS. Adapun pertemuan PCC bertujuan untuk mengkoordinasikan implementasi berbagai kegiatan proyek yang dilaksanakan dibawah kerangka Co-operative Mechanism.