BAB I - Cahaya Surya Kediri

advertisement
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Tjahjaning Giemwarudju
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KEGIATAN
PENJUALAN TUNAI DAN DAMPAKNYA TERHADAP ASET PERUSAHAAN
Oleh :
Tjahjaning Giemwarudju
Abstrack
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris peranan sistem
pengendalian intern atas penjualan tunai untuk menjaga kekayaan perusahaan yang sudah dilakukan
oleh UD. Selo Bening Gampengrejo Kabupaten Kediri. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
pada UD. Selo Bening, maka dapat disimpulkan bahwa : peranan sistem pengendalian intern atas
penjualan tunai untuk menjaga
kekayaan perusahaan belum berjalan dengan optimal karena
belum memiliki Bukti Kas Masuk dan Bukti Kas keluar secara resmi sehingga dapat memungkinkan
terjadinya penyelewengan baik yang dilakukan oleh karyawan maupun pihak ketiga. Meskipun sudah
ada struktur organisasi dan deskripsi pekerjaan tetapi bagian- bagian yang mengerjakan masih belum
maksimal, masih terdapat rangkap jabatan misalnya pemilik perusahaan yang merangkap sebagai
pemimpin perusahaan sehingga hasilnya kurang efektif. Belum mempunyai analisa pembahasan per
wilayah dan per tenaga penjual akibatnya menyulitkan manajemen untuk mengetahui daerah atau
wilayah mana yang mempunyai masalah-masalah yang dihadapinya dalam melakukan penjualan, dan
tenaga penjual mana yang produktif atau yang kurang produktif. Belum mempunyai analisa penjualan
per jenis produk.
Kata Kunci : sistem pengendalian intern, penjualan tunai, aset perusahaan
1.
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi era globalisasi
dan persaingan perekonomian yang semakin
ketat, Indonesia wajib mempersiapkan diri agar
dapat menghadapi dan menyongsong pasar
bebas serta mampu menjadi negara industri
yang cukup kokoh dan mantap. Informasi yang
tepat, cepat, dan akurat sangat diperlukan di
dalam pengambilan keputusan dan perumusan
kebijakan
sebagai
kebutuhan
primer
manajemen. Informasi dapat bersifat keuangan
dan non keuangan. Sebagai suatu media
informasi, isi serta bentuk laporan keuangan
harus tepat dan akurat sehingga bisa
bermanfaat dan tidak menyesatkan bagi pihak
yang membutuhkannya. Dalam pengambilan
suatu keputusan bukan hanya bisa memahami
informasi yang disajikan, tetapi juga harus
mampu
menaksir
stabilitasnya
dan
membandingkannya dengan keadaan atau
kondisi real perusahaan.
Industri Paving merupakan suatu usaha
dagang yang bergerak dalam pembuatan dan
penjualan. Kegiatan penjualan merupakan ujung
tombak kelangsungan hidup perusahaan ini.
Dalam melaksanakan operasi penjualan
dibutuhkan suatu pengendalian intern yang
baik. Pengendalian biaya juga sangat diperlukan
untuk memperoleh jumlah produksi yang
maksimal, kualitas produk yang terjamin dan
dapat bersaing di pasar dengan pemakaian
bahan tertentu, serta tingkat usaha atau
fasilitas-fasilitas yang cukup memadai agar
produk yang dihasilkan dapat optimal dengan
biaya yang efisien. Dalam suatu kegiatan operasi
penjualan, pengendalian dapat menjadi alat
pengukur untuk mengetahui tingkat laba yang
diinginkan. Sistem pengendalian intern antara
perusahaan yang satu dengan yang lain
berbeda, tergantung pada prinsip perusahaan
yang digunakan sebagai pedoman untuk
mengadakan pengawasan terhadap penjualan
guna meningkatkan pendapatan.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
16
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Tujuan
diterapkannya
sistem
pengendalian intern pada suatu perusahaan
adalah untuk memberikan perlindungan atas
harta kekayaan perusahaan, menjamin tidak
terjadinya hutang yang tidak layak, menjamin
ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
meningkatkan
efisiensi
dan
efektifitas
operasional perusahaan serta menjamin
ditaatinya kebijakan pimpinan. Supaya tujuan
tersebut dapat tercapai maka harus ada rencana
organisasi dimana terdapat pemisahan fungsi
secara tepat, adanya prosedur pemberian
wewenang, dan memilih pegawai yang
mempunyai kualitas sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Pada UD. Selo Bening
Peranan sistem pengendalian intern atas
penjualan tunai untuk menjaga harta kekayaan
perusahaan belum berjalan dengan optimal
karena belum memiliki Bukti Kas Masuk dan
Bukti Kas keluar secara resmi sehingga dapat
memungkinkan terjadinya penyelewengan baik
yang dilakukan oleh karyawan maupun pihak
ketiga dan belum mempunyai analisa
pembahasan per wilayah dan per tenaga penjual
akibatnya menyulitkan manajemen untuk
mengetahui daerah atau wilayah mana yang
mempunyai masalah-masalah yang dihadapinya
dalam melakukan penjualan, dan tenaga penjual
mana yang produktif atau yang kurang
produktif.
2.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah penelitian ini adalah
: Apakah sistem pengendalian intern atas
penjualan tunai mempunyai peranan untuk
menjaga kekayaan (aset) perusahaan di UD. Selo
Bening Gampengrejo Kabupaten Kediri ?
3.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menguji secara empiris peranan sistem
pengendalian intern atas penjualan tunai untuk
menjaga kekayaan perusahaan yang sudah
dilakukan oleh UD. Selo Bening Gampengrejo
Kabupaten Kediri
4.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengawasan intern meliputi struktur
organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat
yang dikoordinasikan dan digunakan di dalam
perusahaan dengan tujuan untuk menjaga
keamanan harta milik perusahaan, memeriksa
ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
Tjahjaning Giemwarudju
memajukan efisiensi di dalam operasi, dan
membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan
manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Baridwan
(1991:13).
Menurut
Mulyadi
(2003:180) dari definisi pengendalian tersebut
terdapat beberapa konsep dasar pengertian
Sistem Pengendalian Intern berikut ini:
1. Pengendalian intern merupakan suatu
proses. Pengendalian intern merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendian intern itu sendiri
bukan
merupakan
suatu
tujuan.
Pengendalian intern merupakan suatu
rangkaian tindakan yang bersifat pervasif
dan menjadi bagian tidak terpisahkan,
bukan hanya sebagai tambahan, dari
infrastuktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya terdiri
dari pedoman kebijakan dan formulir,
namun dijalankan oleh orang dari setiap
jenjang organisasi, yang mencakup dewan
komisaris, manajemen, dan personel lain.
3. Pengendalian intern dapat diharapkan
mampu memberikan keyakinan memadai,
bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen
dan dewan komisaris entitas. Keterbatasan
yang melekat dalam semua sistem
pengendalian intern dan pertimbangan
manfaat
dan
pengorbanan
dalam
pencapaian
tujuan
pengendalian
menyebabkan pengendalian intern tidak
dapat memberikan keyakinan mutlak.
4. Pengendalian intern ditujukan untuk
mencapai tujuan yang saling berkaitan:
pelaporan keuangan, kepatuhan, dan
operasi.
Dari beberapa definisi di atas diketahui
bahwa sistem pengendalian intern merupakan
suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur
yang bertujuan untuk :
1. Memberikan perlindungan atas harta
kekayaan perusahaan
2. Menjamin terhadap tidak terjadinya
hutang yang tidak layak
3. Menjamin ketelitian dan kebenaran data
akuntansi
4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
operasional perusahaan
5. Menjamin ditaatinya kebijakan pimpinan.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
17
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Menurut Hartadi (1992:3) Sistem
Pengendalian Intern mempunyai beberapa
pengertian yaitu sistem pengendalian intern
dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti
sempit, istilah tersebut sama dengan pengertian
internal check yang merupakan prosedurprosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian
data-data
administrasi seperti misalnya
mencocokkan
penjumlahan
mendatar
(horizontal)
dengan
penjumlahan
lurus
(vertikal). Pengertian sistem pengendalian
intern dalam arti luas dibagi menjadi
Pengendalian Administrasi dan Pengendalian
Akuntansi.
Pengendalian administrasi meliputi
(dan tidak terbatas pada) rencana organisasi
serta prosedur-prosedur dan catatan-catatan
yang berhubungan dengan proses pembuatan
keputusan yang mengarah kepada tindakan
manajemen untuk menyetujui atau memberi
wewenang. Pemberian wewenang merupakan
fungsi manajemen yang langsung berhubungan
dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
organisasi dan merupakan titik awal untuk
menciptakan
pengendalian
akuntansi.
Pengertian pengendalian administrasi di atas
menunjukkan bahwa pengendalian tersebut
berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dan mengarah kepada otorisasi
transaksi. Ini dapat meliputi kontrol kegiatan
(operating control) seperti daftar jumlah
pelanggan yang dipisahkan menurut personilpersonil yang berhubungan dengan penjualan
(sales person) prestasi, pemeliharaan standart
kualitas
produksi,
dan
lain-lain.
Tipe
pengendalian ini membawa pengaruh tidak
langsung kepada catatan keuangan. Definisi ini
juga berarti bahwa antara pengendalian
administrasi dan akuntansi merupakan ”tidak
mutualy exclusive” karena otorisasi transaksi
yang merupakan pengendalian administrasi
adalah titik permulaan pengendalian akuntansi.
Secara teori dan praktek setiap pengendalian
administrasi yang mempengaruhi satu dari
empattujuan pengendalian operasi adalah
dipertimbangkan
dalam
pengendalian
akuntansi.
Dalam
sistem
pengendalian
administrasi
ada
dua
unsur
yang
mempengaruhi. Pertama, sistem rencana
organisasi yang merupakan tulang punggung
(sarana) sistem pengendalian intern, karena
proses pengambilan keputusan yang menuju
sistem pemberian wewenang (authorization)
Tjahjaning Giemwarudju
untuk melaksanakan transaksi akan banyak
dipengaruhi oleh rencana organisasi. Demikian
pula sistem pemisahan tugas yang merupakan
unsur
sistem pengendalian intern sedikit
banyaknya tergantung dari rencana organisasi
perusahaan. Dalam penyusunan rencana yang
efektif untuk memperkuat sistem pengendalian
intern perlu diadakan pemisahan tugas antara
berbagai fungsi operasi, penyimpanan dan
pencatatan pemisahan fungsi tidak berarti,
bahwa koordinasi ditiadakan. Masalah tanggung
jawab tiap bagian merupakan masalah penting,
karena pelimpahan wewenang memerlukan
tanggung jawab. Tanggung jawab rangkap
sebaiknya dihindarkan. Kedua, sistem-sistem
yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan
mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksaan
pimpinan yang tidak langsung berhubungan
dengan catatan keuangan. Analisa statistik
dapat memberikan informasi yang berguna
untuk mengecek apakah data akuntansi yang
diproses wajar. Time and motion study
membantu tercapainya efisiensi yang lebih baik.
Laporan kegiatan merupakan pula alat
pengawasan yang efektif untuk mengecek
sampai seberapa jauh pelaksanaan usaha sesuai
dengan rencana, program latihan pegawai
mempunyai peranan untuk meningkatkan
ketrampilan pegawai yang tidak langsung akan
mempengaruhi produktivitas. Pengawasan mutu
perlu untuk menjaga agar produk yang
dihasilkan tetap sesuai dengan yang diharapkan
oleh para konsumen. Termasuk praktek yang
sehat, disusunnya buku pedoman akuntansi,
penggantian orang yang memegang kas secara
berkala, dan sebagainya.
Dalam perusahaan yang semakin
berkembang menjadi besar dan kompleks, maka
peranan sistem pengendalian intern menjadi
sangat penting. Misalnya, suatu perusahaan
yang terdiri dari seorang pemimpin dan dua
orang pembantu, maka segala kegiatan yang
dilakukan oleh para pembantunya masih dapat
secara langsung diawasi oleh si pemimpin.
Tetapi jika perusahaan sudah berkembang,
makin kecil kemampuan si pemimpin untuk
mengendalikan segala sesuatu yang ada di
dalam perusahaan tersebut. Keadaan semacam
ini memaksanya untuk melimpahkan sebagian
wewenangnya, tetapi tanggung jawab masih
tetap ada di tangan pemimpin. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu sistem pengendalian yang
dapat mengamankan kekayaan perusahaan,
yang memberi keyakinan bahwa apa yang
Politeknik Cahaya Surya Kediri
18
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
dilaporkan oleh bawahannya itu dapat
diandalkan.
Sehingga
diharapkan
dapat
mendorong adanya efisiensi usaha dan selalu
memonitor bahwa kebijakan yang telah
ditetapkannya memang dijalankan. Lebih lanjut
faktor berikut di bawah ini dipandang sebagai
alasan mengapa sistem pengendalian intern
diperlukan.
1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang
menjadi begitu kompleks dan meluas
sehingga manajemen harus mempercayai
berbagai macam laporan-laporan dan
analisis-analisis. Untuk mengendalikan
operasi secara efektif.
2. Pengawasan dan penelaahan yang melihat
pada sistem pengendalian intern yang baik
mampu melindungi terhadap kelemahan
manusia dan mengurangi kemungkinan
kesalahan atau ketidak-beresan akan
terjadi.
3. Tidak praktis apabila akuntan untuk
memeriksa secara keseluruhan dengan
keterbatasan uang jasa (fee) tanpa
mempercayai.
Zaki Baridwan (1993:14) mengatakan
bahwa suatu sistem pengawasan intern yang
memuaskan harus meliputi:
1. Suatu struktur organisasi yang memisahkan
tanggung jawab-tanggung jawab fungsional
secara tepat.
2. Suatu sistem wewenang dan prosedur
pembukuan yang baik, yang berguna untuk
melakukan pengawasan akuntansi yang
cukup terhadap harta milik, utang-utang,
pendapatan–pendapatan, dan biaya-biaya.
3. Praktek-praktek yang sehat harus dijalankan
di dalam melakukan tugas-tugas dan fungsifungsi setiap bagian dalam organisasi.
4. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang
sesuai dengan tanggung jawabnya.
Pengendalian intern setiap entitas
memiliki keterbatasan bawaan. Oleh karena itu,
diatas telah disebutkan bahwa pengendalian
hanya memberikan keyakinan memadai, bukan
mutlak, kepada manajemen dan dewan
komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.
Berikut ini keterbatasan bawaan yang melekat
dalam setiap pengendalian intern:
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali,
manajemen dan personel lain dapat salah
dalam mempertimbangkan keputusan
bisnis
yang
diambil
atau
dalam
Tjahjaning Giemwarudju
2.
3.
4.
5.
melaksanakan tugas rutin karena tidak
memadainya
informasi,
keterbatasan
waktu, atau tekanan lain.
Gangguan. Gangguan dalam pengendalian
yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintah
atau membuat kesalahan karena kelalaian,
tidak adanya perhatian, atau kelelahan.
Perubahan yang bersifat sementara atau
permanen dalam personel atau dalam
sistem
dapat
pula
mengakibatkan
gangguan.
Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu
untuk tujuan kejahatan disebut dengan
kolusi
(collusion).
Kolusi
dapat
mengakibatkan bobolnya pengendalian
intern yang dibangun untuk melindungi
kekayaan entitas dan tidak terungkapnya
ketidakberesan atau tidak terdeteksinya
kecurangan oleh pengendalian intern yang
dirancang.
Pengabaian oleh manajemen. Manajemen
dapat
mengabaikan kebijakan atau
prosedur yang telah ditetapkan untuk
tujuan yang tidak sah seperti keuntungan
pribadi
manajer,
penyajian
kondisi
keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan
semu. Contohnya adalah manajemen
melaporkan laba yang lebih tinggi dari
jumlah sebenarnnya untuk mendapatkan
bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk
menutupi ketidakpatuhannya terhadap
peraturan perundangan yang berlaku.
Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan
untuk mengoperasikan pengendalian intern
tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian intern
tersebut. Karena pengukuran secara tepat
baik biaya maupun manfaat biasanya tidak
mungkin dilakukan, manajemen harus
memperkirakan dan mempertimbangkan
secara kuantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat suatu
pengendalian intern.
Perusahaan sebagai salah satu unit
ekonomi, pada umumnya mengejar keuntungan
(Profit Orientit). Penjualan merupakan salah
satu aktivitas utama bagi perusahaan, karena
besarnya pendapatan tergantung dari hasil
penjualan perusahaan tersebut. Jadi adanya
penjualan dapat tercipta suatu proses
pertukaran barang dan/atau jasa antara penjual
dan pembeli. Di dalam perekonomian kita
Politeknik Cahaya Surya Kediri
19
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
(ekonomi uang), seseorang yang menjual
sesuatu akan mendapatkan imbalan berupa
uang. Dengan alat penukar berupa uang, orang
akan
lebih
mudah
memenuhi
segala
keinginannya dan penjualan menjadi lebih
mudah dilakukan. Jarak yang jauh tidak menjadi
masalah bagi penjual.
Menurut Basu Swastha dalam bukunya
Manajemen Penjualan (1998:129), Dalam
praktek, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
(1) kondisi dan kemampuan penjual, (2) kondisi
pasar, (3) modal, (4) kondisi organisasi
perusahaan, dan (5) faktor-faktor lain. Transaksi
jual-beli atau pemindahan hak milik secara
komersial atas barang dan jasa itu pada
prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual
sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai
pihak kedua. Di sini, penjual harus dapat
meyakinkan kepada pembelinya agar dapat
berhasil mencapai sasaran penjualan yang
diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual
harus memahami beberapa masalah penting
yang sangat berkaitan, yakni : jenis dan
karakteristik barang yang ditawarkan, harga
produk, syarat penjualan, seperti: pembayaran,
penghantaran, pelayanan purna jual, garansi,
dan sebagainya. Masalah-masalah yang tersebut
biasanya menjadi pusat perhatian pembeli
sebelum melakukan pembelian. Selain itu,
manajer perlu memperhatikan jumlah serta
sifat-sifat tenaga penjualan yang akan dipakai.
Dengan tenaga penjualan yang baik dapatlah
dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa
pada para pembeli dalam pembeliannya.
Adapun sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh
seorang penjual yang baik, antara lain : sopan,
pandai bergaul, pandai bicara, mempunyai
kepribadian yang menarik, sehat jasmani, jujur,
mengetahui
cara-cara
penjualan,
dan
sebagainya. Pasar, sebagai kelompok pembeli
atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan
penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi
pasar yang perlu diperhatikan adalah : jenis
pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar
industri, pasar penjual, pasar pemerintah
ataukah pasar internasional; kelompok pembeli
atau segmen pasarnya; daya belinya; frekuensi
pembeliannya; keinginan dan kebutuhannya.
Akan lebih sulit bagi penjual untuk
menjual barangnya apabila barang yang dijual
tersebut belum dikenal oleh calon pembeli atau
apabila lokasi pembeli jauh dari tempat penjual.
Tjahjaning Giemwarudju
Dalam keadaan seperti ini, penjual harus
memperkenalkan
dulu
atau
membawa
barangnya ke tempat pembeli. Untuk
melaksanakan maksud tersebut diperlukan
adanya sarana serta usaha, seperti : alat
transpot, tempat peragaan baik di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha
promosi, dan sebagainya. Semua ini hanya
dapat dilakukan apabila penjual memiliki
sejumlah modal yang diperlukan untuk itu.
Pada perusahaan besar, biasanya
masalah penjualan ini ditangani oleh bagian
tersendiri (Bagian Penjualan) yang dipegang
orang-orang tertentu / ahli di bidang penjualan.
Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana
masalah penjualan ditangani oleh orang yang
juga melakukan fungsi-fungsi lain. Hal ini
disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya lebih
sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana,
masalah-masalah yang dihadapi serta sarana
yang dimilikinya juga tidak sekompleks
perusahaan besar. Biasanya, masalah penjualan
ini ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak
diberikan kepada orang lain. Faktor-faktor lain,
seperti : periklanan, peragaan, kampanye,
pemberian hadiah sering mempengaruhi
penjualan. Namun untuk melaksanakannya,
diperlukan sejumlah dana yang tidak sedikit.
Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan
ini secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan bagi
perusahaan kecil yang mempunyai modal relatif
kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Ada
pengusaha yang berpegang pada suatu prinsip
bahwa ”paling penting membuat barang yang
baik”. Bilamana prinsip tersebut dilaksanakan,
maka diharapkan pembeli akan kembali
membeli lagi barang yang sama. Namun,
sebelum pembelian dilakukan, sering pembeli
harus dirangsang daya tariknya, misalnya
dengan memberikan bungkus yang menarik
atau dengan cara promosi lainnya.
Sistem Penjualan Tunai ini terdiri dari 6
prosedur berikut ini: (a) prosedur order
penjualan, (b) prosedur penerimaan kas, (c)
prosedur penyerahan barang, (d) prosedur
pencatatan penjualan, (e) prosedur pencatatan
penerimaan kas dari penjualan tunai, dan (f)
prosedur rekonsiliasi bank. Prosedur order
penjualan digunakan untuk melayani pembeli
yang akan membeli barang. Prosedur ini
dilaksanakan oleh bagian penjualan dengan
mengisi faktur penjualan tunai dengan informasi
antara lain jenis barang, kuantitas, harga satuan,
dan total harga. Faktur penjualan tunai ini
Politeknik Cahaya Surya Kediri
20
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
dibuat oleh bagian penjualan sebanyak 3
lembar; lembar ke-1 diserahkan kepada pembeli
untuk kepentingan pembayaran harga barang ke
bagian kasa; lembar ke-2 diserahkan kepada
bagian pembungkusan bersamaan dengan
penyerahan barang yang dipilih oleh pembeli;
lembar ke-3 ditinggal sebagai arsip bagian
penjualan. Dengan demikian prosedur penjualan
ini terdiri dari kegiatan klerikal berikut ini:
1. Menulis data mengenai tanggal, kode
barang, jenis, kuantitas, harga satuan, harga
total, nama pramuniaga.
2. Menggandakan faktur penjualan tunai
dengan cara mengisi formulir tersebut lebih
dari 1 lembar.
3. Menghitung perkalian harga satuan dengan
kuantitas serta harga barang yang harus
dibayar oleh pembeli
4. Memberi kode dengan cara mencantumkan
kode barang pada faktur penjualan tunai.
Prosedur penerimaan kas digunakan
untuk melayani pembeli yang membayar harga
barang sesuai yang tercantum dalam faktur
penjualan tunai. Prosedur ini dilaksanakan oleh
bagian kasa dengan alat bantu register kas (cash
register) yang menghasilkan pita register kas.
Bagian kasa menerima faktur penjualan tunai
lembar ke-1 dan uang tunai dari pembeli.
Setelah uang yang diterima sesuai dengan
jumlah yang tercantum dalam faktur penjualan
tunai, bagian kasa membubuhkan cap “lunas”
pada faktur tersebut dan menyerahkan faktur
tersebut dilampiri dengan pita register kas (cash
register tape) kepada pembeli. Dengan demikian
prosedur penerimaan kas ini terdiri dari
kegiatan klerikal berikut ini:
1. Menulis data mengenai jumlah uang yang
diterima oleh kasir dalm pita register kas
dan membubuhkkan cap “lunas” pada
waktu penjualan tunai.
2. Menghitung jumlah uang tunai yang
diterima dari pembeli.
3. Membandingkan jumlah harga yang harus
dibayar oleh pembeli yang tercantum dalam
faktur penjualan tunai dengan jumlah uang
tunai yang diterima oleh bagian kasa.
Prosedur
penyerahan
barang
digunakan untuk melayani pengambilan barang
oleh pembeli yang telah melakukan pembayaran
ke bagian kasa. Prosedur ini dilaksanakan oleh
bagian pembungkusan dengan membandingkan
faktur penjualan tunai (yang telah dibubuhi cap
lunas oleh bagian kasa dan dilampiri dengan pita
register kas) yang diterima dari pembeli dengan
Tjahjaning Giemwarudju
faktur penjualan tunai yang diterima dari bagian
penjualan bersama dengan barang yang dipilih
oleh
pembeli.
Bagian
pembungkusan
membubuhkan cap “sudah diambil” pada faktur
penualan tunai lembar ke-1 dan lembar ke-2,
kemudian menyerahkan barang beserta faktur
penjualan tunai lembar ke-2 kepada pembeli.
Bagian pembugkusan kemudian menyerahkan
faktur penjualan tunai lembar ke-1 beserta pita
register kas kepada bagian akuntansi. Dengan
demikian prosedur penyerahan barang ini terdiri
dari kegiatan klerikal berikut ini:
1. Menulis data mengenai penyerahan barang
dengan cara membubuhkan cap ”sudah
diambil” pada waktu penjualan tunai.
2. Membandingkan jenis
barang
yang
tercantum dalam faktur penjualan tunai
yang diterima dari bagian penjualan dengan
jenis barang yang tercantum dalam faktur
penjualan tunai yang diterima dari pembeli.
Prosedur
pencatatan
penjualan
digunakan untuk mencatat transaksi penjualan
ke dalam buku jurnal penjualan. Prosedur ini
dilaksanakan oleh bagian akuntansi dengan cara
mencatat faktur penjualan tunai lembar ke-1
yang diterima dari bagian . Pembungkusan ke
dalam buku jurnal penjualan. Dengan demikian
prosedur pencatatan penjualan ini terdiri dari
kegiatan klerikal berikut ini:
1. Menulis data per tanggal penjualan, jenis,
kode, kuantitas, harga satuan, dan harga
total jurnal penjualan.
2. Membandingkan jumlah harga yang harus
dibayar oleh pembeli yang tercantum dalam
faktur penjualan tunai dengan jumlah uang
tunai yang diterima oleh kasir sesuai
dengan yang tercantum dalam pita register
kas.
3. Memberi kode rekening buku besar yang
harus di debet dan di kredit akibat transaksi
penjualan tersebut.
Posedur pencatatan penerimaan kas
dari penjualan tunai digunakan untuk mencatat
transaksi penerimaan kas ke dalam buku jurnal
penerimaan kas. Prosedur ini dilaksanakan oleh
bagian akuntansi dengan cara mencata bukti
setor yang diterima dari bagian kasa ke dalam
buku jurnal penerimaan kas. Dengan demikian
prosedur pencatatan kas ini terdiri dari kegiatan
klerikal berikut ini:
1. Membandingkan jumlah rupiah yang
tercantum dalam bukti setor dengan jumlah
rupiah yang tercantum dalam faktur
penjualan tunai.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
21
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
2.
Menulis data tanggal penerimaan kas,
sumber penerimaan kas, dan total kas yang
disetor ke bank dalam jurnal penerimaan
kas.
3. Memberi kode rekening buku besar yang
harus di debet dan di kredit akibat transaksi
penerimaan kas dari penjualan tunai
tersebut.
Prosedur rekonsiliasi bank digunakan
untuk mengawasi penerimaan kas dan
penyetoran kas bank. Prosedur ini dilaksanakan
oleh bagian pemeriksaan intern dengan cara
setiap hari melakukan pembacaan terhadap pita
register kas yang dihasilkan oleh mesin register
kas dan membandingkan dengan bukti setor.
Secara periodik bagian pemeriksaan intern
menerima rekening koran dari bank dan
membuat rekonsiliasi bank dengan cara
mencocokkan informasi dalam rekening koran
bank dengan catatan kas yang diselenggarakan
oleh bagian akuntansi. Dengan demikian
prosedur rekonsiliasi bank ini terdiri dari
kegiatan klerikal berikut ini:
1. Membandingkan jumlah rupiah yang
tercantum dalam pita register kas harian
dengan bukti setor.
2. Membandingkan
informasi
yang
tercantum dalam rekening koran bank
dengan catatan kas yang diselenggarakan
oleh bagian akuntansi.
5.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di UD. Selo
Bening yang bertempat di Jalan Raya Gondang
Gampengrejo Kab. Kediri, yang bergerak dalam
industri paving. Pemilihan lokasi penelitian ini
dilakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut: anggaran yang tersedia untuk
penelitian, waktu yang tersedia untuk
penelitian, kondisi atau keadaan dari UD
tersebut. Data riset berdasarkan data penjualan
pada UD. Selo Bening tahun 2006-2008
kemudian diproses sehingga dapat memberikan
suatu gambaran praktis tentang pelaksanaan
aktivitas perusahaan sehubungan dengan
permasalahan yang telah penulis ajukan. Hasil
olahan data tersebut selanjutnya dianalisa
berdasarkan teori yang dikemukakan untuk
kemudian ditarik kesimpulan dan saran.
Pengukuran sistem pengendalian intern
penjualan tunai dapat dilihat berdasarkan
analisa penjualan yang terdapat dalam UD. Selo
Bening Gampengrejo Kabupaten Kediri. Dengan
Tjahjaning Giemwarudju
analisa penjualan ini, dapat diketahui hal-hal
yang menguntungkan bagi perusahaan dan
dipakai sebagai dasar untuk mengambil
keputusan atau justru perlu disempurnakan
sehingga kegiatan lebih terarah. Dari catatan
akuntansi dan hasil penjualan perusahaan
selama beberapa tahun akan dapat diketahui
penurunan dan peningkatan penjualan tunai
perusahaan dan tingkat kepatuhan atas
pelaksanaan pengendalian intern yang telah
ditetapkan
untuk
menjaga
kekayaan
perusahaan.
6.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perusahaan Paving mulai berdiri
tahun 1999. Jenis perusahaan ini adalah
manufaktur atau pabrikasi, dimana operasi
produksi perusahaan dimulai dari pengadaan
barang baku kemudian diproses untuk
menghasilkan barang jadi. Perusahaan ini
didirikan oleh Bpk. Moh. Badrus Soleh. Semula
perusahaan ini mampu melayani eceran dan
grosir. Bentuk hukum perusahaan ini adalah
perorangan. Pada umumnya perusahaan ini
dalam operasinya menggunakan peralatan yang
sederhana, dan menggunakan tenaga kerja yang
terbatas. Kemudian dengan semangat dan kerja
keras yang betul-betul dimiliki oleh Bpk.
Moh.Badrus Soleh dan karyawannya, maka dari
tahun ke tahun perusahaan ini mengalami
perkembangan dengan ditandai meningkatnya
hasil produksi, meskipun masih ditemui
hambatan-hambatan
yang
dihadapinya.
Perusahaan paving ini merupakan perusahaan
padat karya yaitu dalam kegiatan produksinya
banyak menggunakan tenaga kerja manusia.
Untuk
lebih
memajukan
perusahaan,
keuntungan dari hasil penjualan periodeperiode
yang lalu sedikit demi sedikit
dikumpulkan dan akhirnya Bpk. Moh.Badrus
Soleh dapat menambah jumlah tenaga kerja dan
bahan baku untuk proses produksi.
Perusahaan dalam menjual semua
produknya dilakukan dengan cara tunai. Sistem
dan prosedur penjualan yang dilakukan oleh UD.
Selo Bening ini masih belum sempurna, dalam
arti baik faktur yang digunakan, prosedur yang
dijalankan,
dan
bagian-bagian
yang
mengerjakan masih belum maksimal dan
bahkan masih dijumpai rangkap jabatan, seperti
jabatan pimpinan yang sekaligus pemilik,
meskipun sudah ada struktur organisasi dan
deskripsi jabatan. Sistem pengendalian intern
Politeknik Cahaya Surya Kediri
22
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
pada UD. Selo Bening terdiri dari tiga tahapan
proses, yaitu :
1. Pemasukan uang kas beserta kegiatankegiatan yang terkait atas fungsi-fungsi
tersebut.
2. Pengolahan produksi beserta kegiatankegiatan yang terkait atas fungsi-fungsi
tersebut.
3. Pengeluaran beserta kegiatan-kegiatan
yang terkait atas fungsi-fungsi tersebut.
Namun demikian prosedurprosedur atas segala kegiatan tersebut beserta
hal-hal yang terkait di dalamnya belum dapat
disusun, maka yang dapat memenuhi syarat
pengendalian intern yang baik. Itulah sebabnya
maka manajemen sulit melakukan evaluasi atas
kegiatan masing-masing sehingga banyak hal-hal
yang sesungguhnya terjadi di luar kebijakan
manajemen.
Pada tahun 2006, Omzet
penjualan di UD. Selo Bening masih tergolong
rendah, yaitu Rp. 436.699.200,00, hal ini
disebabkan karena kurangnya pemasaran
terhadap produk yang dihasilkan. UD. Selo
Bening memberi penggajian yang wajar kepada
karyawannya sehingga dapat menjamin
kesejahteraan karyawannya. Sedangkan pada
tahun 2007, omzet penjualan meningkat
menjadi Rp. 569.764.700,00, perusahaan ini
mulai menggunakan cara untuk memasarkan
hasil produksinya yaitu dengan pemasangan
papan nama di depan lokasi UD. Cara ini masih
kurang optimal karena hanya orang yang berada
di sekitar daerah tersebut yang mengetahuinya.
Tetapi UD. Selo Bening ini sudah mempunyai
struktur organisasi yang terkoordinasi dan
memisahkan tanggung jawab-tanggung jawab
fungsional secara tepat sehingga dapat
meningkatkan
efisiensi
dan
efektifitas
operasional perusahaan serta menjamin
ditaatinya kebijakan pimpinan. Pada tahun
2008, omzet penjualan meningkat pesat, yaitu
Rp. 966.627.700,00, karena UD. Selo Bening
sudah mulai menggunakan tenaga pemasaran
(marketing)
untuk
memasarkan
hasil
produksinya ke berbagai daerah. Penjualan
barang pada UD. Selo Bening dicatat dalam
faktur dan kartu gudang sehingga lebih
sistematis dan terkontrol sehingga dapat
memberikan perlindungan atas harta kekayaan
perusahaan
Bagan alir dokumen sistem
penjualan tunai di UD. Selo Bening cukup
sederhana dan tidak sesuai dengan landasan
teori, karena perusahaan ini masih belum
Tjahjaning Giemwarudju
termasuk perusahaan besar. Bagan alir
dokumen tersebut dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Politeknik Cahaya Surya Kediri
23
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Tjahjaning Giemwarudju
Order Penjualan
Produksi
Mulai
3
Mencatat
order pada
FPT
FPT
2
4
Proses
produksi
3
1
2
FPT
Diserahkan kepada
pembeli untuk
pembayaran ke
bagian Kasa
N
Proses
selesai
3
2
Mencatat
kuantitas barang
pada kartu
gudang
5
Kartu gudang
Pengiriman Barang
Kassa
2
5
4
1
FPT
1
FPT
FPT
2
Menerima
uang dari
pembeli
Membubuhkan
cap “lunas“
pada FPT
Membandingkan
FPT lembar 1 dan
FPT lembar 2
Selesai
FPT
Diserahkan
kepada pembeli
untuk
pengambilan
barang
4
Gambar 1 Bagan Alir Dokumen Sistem Penjualan
Tunai UD. Selo Bening
Keterangan : FPT = Faktur Penjualan Tunai
Politeknik Cahaya Surya Kediri
24
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Uraian Kegiatan Penjualan Tunai
Bagian Order Penjualan
1. Menerima pesanan dari pembeli
2. Menuliskan orderan di FPT (Faktur
Penjualan Tunai) rangkap 4.
3. Mendistribusikan FPT sebagai berikut :
Lembar 1: Diserahkan kepada pembeli
untuk pembayaran ke bagian Kasa.
Lembar 2: Diserahkan ke bagian
produksi
Lembar 3: Sebagai arsip bagian order
penjualan menurut nomer urut FPT
tersebut
digunakan
untuk
memudahkan manajemen apabila
melakukan
pengecekan
dan
pengontrolan terhadap barang yang
telah terjual.
Lembar 4: Diserahkan ke bagian
pengiriman barang
Bagian Produksi
1. Menerima FPT lembar 2 dari bagian
order penjualan
2. Menyiapkan barang sebanyak yang
tercantum pada FPT
3. Mencatat kuantitas barang yang
diserahkan ke bagian pengiriman
barang ke dalam kartu gudang (kartu
stok)
4. Menyerahkan barang ke bagian
pengiriman barang bersama dengan
FPT lembar 2
Bagian Kassa
1. Menerima FPT lembar 1 dari bagian
order penjualan melalui pembeli
2. Menerima uang dari pembeli sebesar
yang tercantum dalam faktur penjualan
3. Membubuhkan cap ”lunas”
pada
faktur penjualan.
4. Menyerahkan FPT lembar 1 kepada
pembeli untuk kepentingan mengambil
barang ke bagian pengiriman barang.
Bagian Pengiriman Barang
1. Menerima FPT lembar 4 dari bagian
order penjualan
2. Menerima FPT lembar 1 dari bagian
kassa melalui pembeli
3. Membandingkan FPT lembar 1 dan FPT
lembar 2 untuk menentukan jumlah
yang dibayar pembeli
4. Menyerahkan barang kepada pembeli
Tjahjaning Giemwarudju
5. Mendistribusikan faktur penjualan
sebagai berikut :
Lembar I
: Diserahkan ke pembeli
bersamaan dengan penyerahan barang
Lembar II
: sebagai arsip bagian
pengiriman
Dokumen Yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan pada
UD. Selo Bening, yaitu :
a. Faktur Penjualan Tunai
Data-data yang perlu dicatat dalam
faktur penjualan tunai, antara lain
tanggal penjualan, nama wiraniaga
yang melayani penjualan, nama
pembeli, alamat pembeli, nama barang
yang dijual, kuantitas barang yang
dijual, harga jual satuan, total harga
jual setiap jenis barang, total harga jual
semua barang, dan tanda tangan
pembeli.
b. Surat Jalan
Data-data yang perlu dicatat dalam
surat jalan, antara lain tanggal
pengiriman, nama pembeli, alamat
pembeli, nama barang yang dikirim,
kuantitas barang, keterangan, nama
dan tanda tangan pengirim, nama dan
tanda tangan penerima barang.
c. Kartu Persedian Barang
Data-data yang perlu dicatat dalam
kartu persediaan barang, antara lain
tanggal, jumlah masuknya barang,
jumlah keluarnya barang, dan jumlah
stok yang ada di gudang.
d. Data Penjualan
Data Penjualan pada UD. Selo Bening
dibuat setiap akhir bulan. Data-data
yang perlu dicatat dalam data
penjualan, antara lain bulan dan omzet
penjualan.
Tata laksana penerimaan
penjualan tunai barang sesuai dokumendokumen yang digunakan dan penanggung
jawab masing-masing adalah :
1. Bagian Order Penjualan
Menerima order dari pembeli, mengisi
faktur
penjualan
tunai
dan
menyerahkan faktur tersebut kepada
pembeli
untuk
kepentingan
pembayaran ke bagian kassa.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
25
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
2.
Bagian Kassa
Menerima faktur penjualan tunai dan
jumlah pembayaran dari pembeli. Jika
barang belum ada maka pembeli hanya
memberikan uang muka sebagai ikatan
bahwa pembeli pasti akan membeli
barang tersebut, tetapi jika barang
sudah tersedia pembeli memberikan
pelunasan terhadap barang yang dibeli.
3. Bagian Produksi
Memproduksi barang massa sebagai
persediaan,
barang
yang
telah
diproduksi disimpan dalam gudang.
Menyiapkan barang yang dipesan
pembeli, setelah itu memberitahu
bagian
order
penjualan
untuk
disampaikan kepada konsumen bahwa
barang telah tersedia. Kemudian
menyerahkan barang ke bagian
pengiriman.
4. Bagian Pengiriman Barang
Menyerahkan barang yang telah
dibayar ke tempat pembeli.
Pembeli membayar barang
yang dibeli berdasarkan jumlah yang ada di
faktur penjualan tunai disertai dengan FPT
(Faktur Penjualan Tunai) yang diberikan
oleh bagian order penjualan.
Di dalam sistem pengendalian
intern atas penjualan, ternyata masih
banyak terdapat kelemahan-kelemahan,
yaitu : tidak adanya laporan representatif
yang dapat memberikan secara cepat dan
tepat pada pimpinan guna pengambilan
keputusan. Kelemahan ini disebabkan
karena kurang sempurnanya dalam
mengolah data yang sudah ada agar dapat
menghasilkan informasi yang lengkap dan
sesuai dengan yang dibutuhkan, khususnya
di bidang penjualan, contohnya faktur
penjualan yang belum dikelompokkan
berdasarkan wilayah dan jenis produk. Oleh
karena itu, penulis merasa perlu untuk
mengusulkan
alternatif
sistem
pengendalian intern terhadap penjualan,
yaitu : penerapan sistem penjualan yang
benar dan lengkap.
Sistem penjualan digunakan
untuk menangani transaksi penjualan
barang secara tunai. Dengan menerapkan
sistem penjualan yang benar, maka
manajemen perusahaan terutama pimpinan
perusahaan
bisa
dengan
mudah
mengetahui apa yang akan dilakukan oleh
Tjahjaning Giemwarudju
perusahaan. Sistem penjualan merupakan
media
pengendalian
yang
harus
dilaksanakan perusahaan guna menjaga
keamanan harta kekayaan perusahaan,
mengecek
ketelitian,
dan
dapat
dipercayainya data atau informasi yang
disampaikannya dan menjaga kelangsungan
hidup perusahaan.
Praktek Sistem Penjualan Tunai
Sesungguhnya praktek sistem penjualan
tunai yang terjadi di UD. Selo Bening
sebagai berikut :
a. Organisasi
1. Transaksi
penjualan
tunai
dilaksanakan oleh bagian order
penjualan, bagian produksi, bagian
kassa, dan bagian pengiriman.
2. Tidak ada transaksi penjualan tunai
yang dilakukan secara lengkap oleh
hanya 1 bagian tersebut.
b. Sistem
Otorisasi
dan
Posedur
Pencatatan Penjualan Tunai
1. Penerimaan order dari pembeli
diotorisasi oleh bagian order
penjualan dengan memggunakan
formulir faktur penjualan tunai
(FPT).
2. Penerimaan kas diotorisasi oleh
bagian kasa dengan membubuhkan
cap lunas pada faktur penjualan
tunai
3. Penyerahan barang diotorisasi oleh
bagian pengiriman dengan cara
membubuhkan cap diserahakan
pada faktur penjualan tunai.
Seharusnya Sistem Penjualan
Tunai yang harus diterapkan oleh UD. Selo
Bening adalah sebagai berikut :
a. Faktur Penjualan Tunai mempunyai
nomor urut dan pemakaiannya
dipertanggungjawabkan oleh bagian
order penjualan.
b. Jumlah kas yang diterima
dari
penjualan tunai disetor seluruhnya ke
bank pada hari yang sama atau hari
kerja berikutnya.
c. Penghitungan saldo kas yang ada pada
bagian kassa diperiksa secara periodik
oleh pimpinan.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
26
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
Laporan Penjualan Representatif
Sebaiknya laporan penjualan
yang dibuat dan disampaikan kepada
pimpinan adalah laporan representatif,
artinya laporan tersebut benar-benar
berguna bagi pimpinan. Laporan penjualan
yang dibuat sebaiknya dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Laporan penjualan per wilayah atau
daerah
b. Laporan penjualan per tenaga penjual
c. Laporan penjualan per jenis produk
Alasan penulis mengusulkan
pemuatan dan penyampaian laporan
penjualan tersebut di atas kaena
kenyataannya tidak semua wilayah atau
daerah, tidak semua tenaga penjual, dan
bahkan tidak semua produk yang dihasilkan
oleh perusahaan bisa laku terjual, tetapi
hanya beberapa wilayah atau daerah,
beberap tenaga penjual yang produktif,
serta hanya beberapa jenis produk yang
paling laku terjual.
Dengan dibuatnya analisa
laporan
penjualan,
pimpinan
akan
mengetahui wilayah, tenaga penjual, dan
produk
mana
yang
paling
besar
memberikan
sumbangan
terhadap
penjualan yang dilakukan perusahaan.
7.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan pada UD. Selo Bening, maka dapat
disimpulkan bahwa : peranan sistem
pengendalian intern atas penjualan tunai untuk
menjaga kekayaan perusahaan belum berjalan
dengan optimal karena belum memiliki Bukti
Kas Masuk dan Bukti Kas keluar secara resmi
sehingga dapat memungkinkan terjadinya
penyelewengan baik yang dilakukan oleh
karyawan maupun pihak ketiga. Meskipun
sudah ada struktur organisasi dan deskripsi
pekerjaan tetapi bagian- bagian
yang
mengerjakan masih belum maksimal, masih
terdapat rangkap jabatan misalnya pemilik
perusahaan yang merangkap sebagai pemimpin
perusahaan sehingga hasilnya kurang efektif.
Belum mempunyai analisa pembahasan per
wilayah dan per tenaga penjual akibatnya
menyulitkan manajemen untuk mengetahui
daerah atau wilayah mana yang mempunyai
masalah-masalah yang dihadapinya dalam
melakukan penjualan, dan tenaga penjual mana
Tjahjaning Giemwarudju
yang produktif atau yang kurang produktif.
Belum mempunyai analisa penjualan per jenis
produk. Akibatnya manajemen tidak dapat
mengetahui jenis produk apa saja yang harus
dikurangi atau dihapuskan karena tidak laku
terjual, akibatnya persediaan barang jadi akan
terus bertambah oleh produk yang tidak laku
terjual. Belum pernah dibuatkan catatan
akuntansi dan laporan keuangan yang baik
sehingga
memungkinkan
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
oleh manajemen dalam mengambil langkahlangkah jangka pendek
dan jangka panjang.
Pengarsipan data keuangan perusahaan,
persediaan barang, dan transaksi yang
lain
tidak tertib sehingga
kesulitan
untuk
menemukan data-data penting tersebut pada
suatu saat untuk menentukan kebijakankebijakan penting.
Dalam penelitian ini saran yang penulis
ajukan berdasarkan permasalahan yang ada,
antara lain : Perlu dilakukan penertiban
pelaksanaan pemasukan dan pengeluaran kas
menggunakan dokumen atau Bukti Kas Masuk
dan Bukti Kas Keluar serta dokumen pendukung
masing-masing bernomor urut dan tanggal serta
disusun dengan tertib. Dalam penyampaian
laporan
penjualan
hendaknya
disusun
sedemikian rupa agar dapat dengan mudah
dilakukan analisa atas penjualan, meliputi :
jumlah barang, jenis barang, nama wiraniaga,
wilayah, dan hasil penjualan masing-masing.
Administrasi persediaan barang gudang harus
dapat mendukung hasil produksi dan keluar
masuknya barang persediaan barang gudang
sehingga dapat dicontohkan atau dikendalikan
data tersebut dengan keluar masuknya kas
perusahaan. Penelitian ini dapat dikembangkan
lagi pada perusahaan lain dengan melakukan
penelitian tambahan pada penjualan kredit,
tidak hanya pada penjualan tunainya saja.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
27
Cahaya Aktiva Vol. 01 No. 01, September 2011
DAFTAR PUSTAKA
Al-Barry, M.D.J dan Hadi A.T, Sofyan, (2000),
Kamus Ilmiah Kontemporer, Pustaka
Setia, Bandung.
Baridwan, Zaki, (2000), Sistem Informasi
Akuntansi,
Edisi
kedua,
BPFEYOGYAKARTA, Yogyakarta.
Baridwan, Zaki, 1991, Sistem Akuntansi
Penyusunan Prosedur dan Metode,
Edisi 5, BPF Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta
Bodnar, George H. dan Hopwood, William S.,
Sistem
Informasi
Akuntansi,
Terjemahan: Amir Abadi Jusuf, Buku
kesatu, Salemba Empat, Jakarta.
Cushing, Barry E., (1992), Sistem Informasi
Akuntansi dan Organisasi Perusahaan,
Terjemahan: Ruchyat Kosasih, Edisi
ketiga, Erlangga, Jakarta.
Darmawi, Herman, (2001), Manajemen
Asuransi, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, (2002),
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta.
Mulyadi, 2003, Auditing, Salemba Empat,
Jakarta
Hartadi, Bambang, 1992, Sistem Pengedalian
Intern dalam Hubungannya dengan
Manajemen dan Audit, Edisi 2,
Jakarta
Swastha, Basu, 1998, Manajemen Penjualan,
Jakarta
_____________, (2002), Sistem Akuntansi
Penyusunan Prosedur dan Metode,
Edisi kelima, BPFE-YOGYAKARTA,
Yogyakarta.
Gibson, James L., Ivanchevich, John M., dan
Donnely, James H., (1996), Organisasi
Perilaku Struktur Proses, Edisi
kedelapan, Jilid satu, Binarupa Aksara,
Jakarta.
Hasibuan, Malayu S.P, (2005), Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi
Revisi, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Mulyadi, (2001), Sistem Akuntansi, Salemba
Empat, Jakarta.
Romney, Marshall B., Steinbart, Paul John.,
(2006), Sistem Informasi Akuntansi,
Terjemahan: Deny Arnos Kwary dan
Dewi Fitriasari, Edisi kesembilan,
Salemba Empat, Jakarta.
Tjahjaning Giemwarudju
Tunggal, Amin Widjaja, (1993), Sistem Informasi
Akuntansi (Pendekatan Tanya Jawab),
PT Rineka Cipta, Jakarta.
Wilkinson, Joseph W., (1993), Sistem Akunting
dan Informasi, Terjemahan: Agus
Maulana, Edisi ketiga, Jilid satu,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Politeknik Cahaya Surya Kediri
28
Download