PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA) KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh YUSNIA PRATIWI NIM: 1111054100018 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H /2015 M ABSTRAK YUSNIA PRATIWI, 1111054100018, PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA) KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN, DI BAWAH BIMBINGAN NOOR BEKTI NEGORO, SE,M.SI. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Di usia lanjut seseorang banyak mengalami berbagai permasalahan hidup. Permasalahan yang dihadapinya akan saling berkaitan, seperti kondisi fisik dan psikis dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi. Sehingga kecendrungan lansia tergantung pada orang lain menjadi cukup besar, mereka membutuhkan bantuan atau dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya. Dukungan sosial tersebut bertujuan untuk membantu lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka yang berusia lanjut tentunya menginginkan kehidupan yang sejahtera dimana terpetuhinya kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kesejahteraan sama dengan peningkatan kualitas hidup, yang mana kualitas hidup memiliki arti kepuasan hidup atau terpenuhinya kebutuhan hidup berdasarkan kondisi fisik, psikologis, dan konsisi sosial yang dirasakan seseorang. Penelitian ini dilakukan di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Kecamatan Pancoran, PUSAKA merupakan organisasi kemanusian berbasis masyarakat. Keberadaan PUSAKA yang ada di DKI Jakarta mencapai 123 PUSAKA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah sampel sabanyak 51 responden. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan sosial yaitu The Social Provisions Scale yang dikembangkan oleh Weiss. Kemudian Alat ukur untuk variabel kualitas hidup menggunakan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-OLD) yang lebih spesifik digunakan untuk mengukur kualitas hidup pada lansia. Serta teknik pengolaan dan analisis data yang digunakan dengan analisis statistik yang dilakaukan dengan bantuan software SPSS 20 for windows release. Dari hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan F-Test di dapatkan nilai signifikasinya sebesar 0,000 dimana angka tersebut lebih kecil dari 0,05 ini berarti variabel dukungan sosial memiliki pengaruh terhadap variabel kualitas hidup lanjut usia. Adapun berdasarkan hasil Adjusted R Square (R²) sebesar 42,8% artinya variabel dukungan sosial mempengaruhi variabel kualitas hidup lanjut usia sebesar 42,8% sedangkan sisanya sebesar 57,2% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel penelitian. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan yang positif bagi semua pihak agar dapat lebih memperhatikan kondisi lanjut usia serta dapat memberikan dukungan lebih kepada sesorang yang telah berusia lanjut. Kata Kunci: Dukungan Sosial, Kualitas Hidup Lanjut Usia i KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Segala Puji bagi Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kualitas Hidup Lanjut Usia di Pusat Santunan Dalam Keluarga (PUSAKA) Kecamatan Pancoran”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar sarjana sosoal jurusan kesejahteraan sosial. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesain skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulisi ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu hingga selesainnya penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Roudhonah, MA selaku Wakil Dekan bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M, SI selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan. 2. Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial, Ahmad Zaky, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi, dan para dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat di masa yang akan datang. ii 3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE,M.SI sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberi nasihat dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pengurus Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Kecamatan Pancoran. 5. Trimakasih kepada kedua orangtuaku tercinta Ayahku Yusuf dan Ibuku Marwiyah serta nenekku yang tak pernah hentinya memanjatkan doa dan memberikan dukungannnya kepada penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dengan kasih sayang kalian yang begitu besar. Dan untuk adikku Astri dan Lulu yang juga turut memberikan dukungan bagi kelancaran penulisan skripsi ini. 6. Teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan 2011, khususnya kepada sahabat dan orang terdekatku Mayang, Tri, Nindi, Retno, Sonia, Alfi, Elis, Asif, Ita dan Mira. Jakarta, Juni 2015 Yusnia Pratiwi iii DAFTAR ISI ABSTRAK........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8 D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 9 E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10 BAB II KERANGKA TEORITIS ................................................................... 12 A. Lanjut Usia ............................................................................................... 12 1. Pengertian Lanjut Usia ........................................................................ 12 2. Periode Lanjut Usia ............................................................................ 13 3. Kebutuhan Lanjut Usia ....................................................................... 14 4. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia.......................................................... 16 B. Teori Lanjut Usia...................................................................................... 18 1. Teori Kelekatan (Attachment Theory) ................................................. 18 2. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory) .................................... 18 3. Teori Aktifitas (Activity Theory) ......................................................... 19 4. Teori Kontinuitas (Continuity Theory) ................................................ 19 C. Dukungan Sosial....................................................................................... 20 1. Pengertian Dukungan Sosial .............................................................. 20 2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial .............................................................. 21 iv 3. Komponen Dukungan Sosial .............................................................. 22 4. Manfaat Dukungan Sosial .................................................................. 24 5. Sumber-Sumber Dukungan Sosial ...................................................... 25 6. Pengukuran Dukungan Sosial............................................................. 25 D. Kualitas Hidup Lanjut Usia....................................................................... 26 1. Pengertian Kualitas Hidup .................................................................. 26 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ............................. 27 3. Tujuan Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia ................................. 28 4. Domain Kualitas Hidup ..................................................................... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 34 A. Pendekatan dan Desain Penelitian ............................................................. 34 B. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 34 1. Subjek dan Objek Penelitian............................................................ 34 2. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 35 C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................ 36 1. Populasi ........................................................................................... 36 2. Sampel ............................................................................................ 36 D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 37 E. Variabel Penelitian.................................................................................... 38 F. Definisi Konseptual Variabel Penelitian .................................................... 39 G. Definisi Oprasional Variabel Penelitian .................................................... 40 H. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 49 I. Uji Instrument........................................................................................... 49 1. Uji Validitas Data ............................................................................... 49 2. Uji Reabilitas Data .............................................................................. 50 J. Teknik Analisis Data ................................................................................ 51 v 1. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov .................................................. 52 2. Uji Homogenitas ................................................................................ 52 3. Uji Koefisien Korelasi ....................................................................... 53 4. Uji Koefisien Determinasi .................................................................. 54 5. Uji F-test (Simultan) .......................................................................... 55 6. Uji Regresi Linear Berganda .............................................................. 55 7. Uji T-test (Persial) ............................................................................. 56 BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA .................................................. 58 A. Visi, Misi dan Tugas Pokok ...................................................................... 58 B. Tujuan dan Sasaran Lembaga ................................................................... 59 C. Jumlah Lanjut Usia ................................................................................... 59 D. Struktur Organisasi ................................................................................... 60 E. Metode dan Jenis Pelayanan ..................................................................... 60 F. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 62 G. Sumberdaya Manusia dan Pendanaan ....................................................... 63 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 64 A. Gambaran Umum Responden ................................................................... 64 B. Uji Instrument........................................................................................... 66 C. Analisis Data Penelitian ............................................................................ 72 1. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov .................................................... 72 2. Uji Homogenitas .................................................................................. 72 3. Uji Koefisien Korelasi .......................................................................... 73 4. Uji Koefisien Determinasi .................................................................... 76 5. Uji F-test .............................................................................................. 76 6. Uji Linier Berganda.............................................................................. 77 7. Uji T-test .............................................................................................. 79 vi D. Analisis Perspektif Pekerjaan Sosial ................................................................. 81 BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 87 A. Kesimpulan............................................................................................... 87 B. Saran ........................................................................................................ 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Variabel Penelitian ............................................................................. 39 Tabel 3.2 Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian....................................... 41 Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial (sebelum validitas instrument) ...... 43 Tabel 3.4 Blue Print Skala Kualitas Hidup (sebelum validitas instrument) ......... 44 Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial (setelah validitas instrument) ........ 46 Tabel 3.6 Blue Print Skala Kualitas Hidup (setelah validitas instrument) ........... 47 Tabel 3.7 Skala Likert ........................................................................................ 51 Tabel 3.8 Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi............................................ 54 Tabel 4.1 Data Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 59 Tabel 4.2 Data Lanjut Usia Berdasarkan Usia .................................................... 59 Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden ................................................................... 64 Tabel 5.2 Usia Responden.................................................................................. 65 Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel Dukungan Sosial ............................................. 66 Tabel 5.4 Uji Validitas Variabel Kualitas Hidup Lanjut Usia ............................ 68 Tabel 5.5 Reabilitas ........................................................................................... 71 Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 72 Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas ....................................................................... 73 Tabel 5.8 Hasil Koefisien Korelasi ..................................................................... 75 Tabel 5.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 76 Tabel 5.10 Hasil Uji F-test ................................................................................. 77 Tabel 5.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda dan Uji T-test ........................ 77 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 - Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 2 - Surat Izin Penelitian Lampiran 3 - Angket/Kuisioner Lampiran 4 - Uji Validitas Lampiran 5 - Uji Reliabilitas Lampiran 6 - Uji Analisis Data ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk yang memasuki usia lanjut semakin lama semakin signifikan jumlahnya di banyak negara tidak terkecuali di Indonesia. Fenomena meningkatnya pertumbuhan penduduk usia lanjut merupakan sebuah kecenderungan yang terjadi sebagai dampak dari perubahan struktur usia dalam beberapa waktu belakangan. Penurunan angka kelahiran dan peningkatan usia harapan hidup menciptakan situasi dimana penduduk berusia 60 tahun atau lebih menjadi segmen dengan pertumbuhan terpesat dari sebuah penduduk. Jumlah anak menurun sedangkan proporsi penduduk berusia produktif 15-59 tahun bertambah. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia berusia lanjut di Indonesia mencapai 18,04 juta jiwa atau sekitar 7,6% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237,6 juta jiwa.1 Berdasarkan UU No. 13 tahun 1998, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun keatas. 2 Lanjut usia merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan. Lanjut usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap yang berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta penurunan 1 Dadang Hawari , Sejahtera di Usia Senja (Jakarta: FKUI, 2007), h. 6. Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 275. 2 1 2 kepekaan secara individual. Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Peningkatan usia harapan hidup mengakibatkan jumlah lanjut usia mengalami peningkatan tiap tahun. Penduduk lanjut usia mengalami pertumbuhan tercepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Indonesia termasuk Negara berkembang dengan jumlah penduduk kurang lebih 237,6 juta jiwa pada tahun 2010 dan menempati peringkat empat dunia setelah Cina, India dan Jepang dalam hal penduduk lansia terbanyak didunia. WHO memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia di seluruh dunia akan mencapai 1,2 miliar orang yang akan terus bertambah hingga 2 miliar orang di tahun 2050. WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada tahun 2025 berada di negara berkembang.3 Berdasarkan Data Susenas BPS 2012 menunjukkan bahwa lanjut usia di Indonesia sebanyak 7,56% dari total penduduk Indonesia. Menurut data tersebut sebagian besar lanjut usia di Indonesia berjenis kelamin perempuan. Sementara itu Bappenas memperkirakan pada tahun 2050 akan ada 80 juta lanjut usia di Indonesia dengan komposisi usia 60-69 tahun berjumlah 35,8 juta, usia 70-79 tahun berjumlah 21,4 juta dan 80 tahun ke atas berjumlah 11,8 juta.4 Banyaknya jumlah lanjut usia di Indonesia bisa dimaknai sebagai keberhasilan pembangunan manusia dengan indikator bertambahnya usia harapan hidup. Di sisi lain hal itu juga menghadirkan tantangan mengenai angka ketergantungan hidup yang akan berkorelasi dengan beban ekonomi yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk lanjut usia. Apalagi permasalahan lanjut usia tidak 3 Badan Pusat Statistik, “Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi,” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://www.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2014.pdf 4 Hendra Wardhana, “Mereka Lansia, Mereka Berdaya,” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/05/29/mereka-lansia-merekaberdaya-655403.html 3 hanya sebatas produktivitas tapi juga menyangkut hal lain seperti pendidikan dan kesehatan. Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia yang dikutip dari tesis Ayu Diah, bahwa ada beberapa permasalahan yang umum dijumpai pada masa tua antara lain masalah hubungan keluarga, hubungan sosial yang cenderung mengisolasi diri dan kurang melakukan sosialisasi, menurunnya daya tahan tubuh sehingga penyembuhan penyakit lebih lama, akses transportasi yang belum ramah lansia dan terlalu jauh dari rumah serta pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan tidak jarang melakukan pekerjaan untuk anggota keluarga yang lain seperti menjaga rumah, pekerjaan rumah, mengasuh cucu dan lain-lain. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi para lanjut usia tersebut akan saling berkaitan, seperti kondisi fisik dan psikis dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi, sehingga kecenderungan lanjut usia menjadi tergantung pada orang lain menjadi cukup besar.5 Meningkatnya jumlah populasi lanjut usia yang diiringi dengan meningkatnya permasalahan yang dihadapi lanjut usia juga berdampak terhadap penurunan kualitas hidup lansia, seperti penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, kepikunan, serta depresi.6 Dalam jurnal psikologi yang ditulis oleh Dewinta menunjukan bahwa hasil survei awal terhadap 10 lansia didapatkan bahwa 7 orang lansia atau 70% mengalami penurunan kualitas hidup terutama dalam rasa kesepian dan kurangnya perhatian dari anggota keluarga lain. 5 Ayu Diah, “Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Elderly Day Care Services Tahun 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi Timur,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 20. 6 Dewianita, dkk., “Fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan,” artikel diakses pada 1 Maret 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/7878-13923-1-SM.pdf 4 Rendahnya kualitas hidup lansia sering dihubungkan dengan fungsi keluarga dan dukungan sosial, baik dukungan sosial dari pasangan, keluarga ataupun masyarakat. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.7 Kualitas hidup erat kaitannya dengan kesejahteraan lanjut usia dimana dalam hal ini kesejahteraan lanjut usia menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 yaitu adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir dan batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia. 8 Jadi dalam hal ini kesejahteraan lanjut usia dapat dikaitkan dengan peningkatan kualitas hidup, dimana indikator kesejahteraan lanjut usia dan kualitas hidup secara berama-sama dapat dilihat dari kondisi fisik, kondisi psikologis, serta hubungan sosial seseorang. 7 Amalia Yuliati, dkk., “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (The Different of Quality of Life Among the Elderly who Living at Community and Social Services),” Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (Januari 2014): h. 88. 8 Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Januari 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun1998-13-98%20(3).pdf 5 Banyaknya permasalahan yang dihadapi yang dapat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia, tentunya membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh lanjut usia. Dukungan tersebut berupa dukangan sosial yang bisa di terima dari keluarga, pasangan hidup atau kelompok masyarakat. Dukungan sosial merupakan bantuan yang diberikan berupa kasih sayang, kepedulian, perhatian dan bantuan kepada individu. Menurut Wills dan Filler dukungan sosial membantu lansia mengatasi persoalan yang dihadapinya lebih efektif.9 Menurut Cutrona dukungan sosial meruapakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupan. Bila merujuk pada Al-Quran lanjut usia bisa dimaknai sebagai orang tua yang sudah tua usianya. Dan Allah SWT memerintahkan untuk merawat orang tua yang telah lanjut usia hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan sosial, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al-Isra/17: 23 berikut:10 “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia (berbuat syirik) dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali 9 Arianti Kusumawardani, “Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Lansia Penderita Hipertensi,” artikel diakses pada 20 Februari 2015 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2014/08/Hubungan-antara-Dukungan-Sosial-dan Kualitas-Hidup-pada-Lansia-Penderita-Hipertensi.pdf 10 Al-Qur’an Online, “surah Al-Isra ayat 23,” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://quran.com/17/23-24 6 janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” Disebutkan dalam surat tersebut untuk merawat orang tua yang sudah berusia lanjut bahkan diperintahkan untuk memuliakan orang tua yang sudah lanjut usia. Dalam merawat orang tua tersebut bisa dimaknai dengan memberikan kasih sayang, perhatian dan kepedulian yang merupakan bentuk dari dukungan sosial. Oleh karena itu untuk melihat apakah ada pengaruh antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia, maka dalam penelitian ini peneliti akan meneliti kualitas hidup lanjut usia di PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA). PUSAKA merupakan salah satu organisasi kemanusiaan yang memiliki pola pelayanan sosial lanjut usia berbasis masyarakat yang membantu program pemerintah dalam mensejahterakan lansia. PUSAKA melakukan pengorganisasian kelompok kerja yang mendorong pengembangan home care di berbagai wilayah di Jakarta, penggerak kegiatan ini ada di tingkat kelurahan dan kecamatan. 11 Karakterisik pelayanan ini adalah pelayanan luar panti dengan menyediakan pelayanan sosial kepada lanjut usia dalam keluarga. Di PUSAKA para lanjut usia tidak hanya mendapatkan dukungan sosial dari keluarga tetapi juga dari masyarakat, lembaga dan juga pemerintah. PUSAKA diperkenalkan pertama kali pada tahun 1987, pola pelayanan ini ditumbuhkan untuk mempertajam peran home care yang pernah diinisiasi oleh Badan Koordinasi Panti Werdha DKI Jakarta pada tahun 1970. Berdasarkan data yang tercatat di BKKKS DKI Jakarta, jumlah PUSAKA di DKI Jakarta sampai 11 Roem Topatimasang, Memanusiakan Lanjut Usia: Penuaan Penduduk &Pembangunan di Indonesia (Yogyakarta: INSIST Press, 2013), h. 91. 7 dengan tahun 2011 ini mencapai 123 PUSAKA atau 50% dari kelurahan yang ada di Jakarta yang mencapai 256 kelurahan. Sedangkan jangkauan sasaran mencapai 7.036 lanjut usia pertahun atau rata-rata 57 lansia di setiap PUSAKA.12 Salah satu Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang sudah mampu berperan aktif dalam menjalankan model pelayanan sosial bagi lanjut usia yaitu PUSAKA yang ada di Kecamatan Pancoran yaitu PUSAKA 48 dan 79 yang sudah berdiri sejak tahun 1992 dan 1995. PUSAKA 48 dan 79 telah memiliki banyak prestasi dibanding dengan PUSAKA lainnya, selain itu jumlah binaan yang ada juga lebih banyak di bandingkan dengan PUSAKA yang ada di Kecamatan lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia yang dilakukan di pusat santunan keluarga (PUSAKA). Karena sebagai mana namanya PUSAKA telah memberikan dukungan, santunan dan juga pelayanan dalam usaha untuk mensejahterkan dan juga meningkatkan kualitas hidup lansia. Lansia juga masuk dalam salah satu katagori penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA) KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN”. 12 Kementrian Sosial RI Dierktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Pedoman Penyelenggaraan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) (Jakarta: Kementrian Sosial, 2012), h. 3. 8 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis hanya akan melakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia yang dilakukan di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang hanya berada di kecamatan pancoran. Dimana terdapat 2 Pusat santunan keluarga yaitu PUSAKA 48 dan PUSAKA 79. Serta untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia di pusat santunan keluarga (PUSAKA). 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini: a. Adakah hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di pusat santunan keluarga (PUSAKA)? b. Adakah pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lansia di pusat santunan keluarga (PUSAKA) ? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: a. Mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di pusat santunan keluarga (PUSAKA). b. Mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lansia di pusat santunan keluarga (PUSAKA). 9 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat akademis 1) Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa kesejahteraan sosial. 2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur bagi pengembangan penelitian serupa dimasa yang akan datang. b. Manfaat Praktis 1) Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pelaksana program pelayanan bagi lansia agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup lanjut usia, serta dapat mengembangkan model pelayanan sosial lanjut usia dalam bentuk yang lebih baik. 2) Memberikan gambaran mengenai pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan pustaka pada: 1. Skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KEGIATAN SOSIAL LANJUT USIA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PUSKESMAS CIPUTAT” yang disusun oleh Rika Yunita, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Melakukan tinjauan pustaka pada skripsi tersebut merupakan ketertarikan penulis dalam meneliti kualitas hidup lanjut usia, perbedaan dengan penelitian 10 yang penulis lakukan yaitu antara kegiatan sosial dengan dukungan sosial. 2. Skripsi yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP BURNOUT GURU SEKOLAH LUAR BIASA” yang disusun oleh Dyni Rafiah, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Melakukan tinjauan pustaka pada skripsi tersebut merupakan ketertarikan penulis dalam meneliti dukungan sosial, perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah mengenai objek yang diteliti. E. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan ini terdiri dari lima bab, yang terdiri sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan; terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan. 2. BAB II Landasan Teori; terdiri dari pengertian lanjut usia (lansia), dukungan sosial, dan kualitas hidup. 3. BAB III Metodelogi Penelitian; terdiri dari pendekatan dan desain penelitian, ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variabel penelitian, definisi konseptual variabel penelitian, definisi oprasional variabel penelitian, hipotesis penelitian, uji instrument, dan teknik analisis data. 11 4. BAB IV Gambaran Umum Lembaga; terdiri dari visi dan misi, tugas pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran lembagaan, jumlah lanjut usai, struktur organisasi, metode dan jenis pelayanan, sarana dan prasarana, sumberdaya manusia dan pendanaan. 5. BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan; Pada bab ini akan dijelaskan dan dijabarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan berikut analisis data berdasarkan statistik. 6. BAB VI Penutup; terdiri dari kesimpulan serta saran-saran sebagai bentuk hasil dari penelitian yang dilakukan. 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dikatakkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. 13 Lanjut Usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 tahun ke atas, dimana lanjut Usia secara fisik dapat dibedakan atas dua yaitu lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak potensial. 14 Menurut kamus besar bahasa Indonesia lanjut usia adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke atas. 15 Menurut Nugroho Wahyudi proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.16 Lanjut usia digolongkan menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan juga lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa. Kemudian lanjut usia tidak potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya 13 Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 275. 14 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “ Lanjut Usia,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=6 15 Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 280. 16 Universitas Sumatra Utara, “Pelayanan Lanjut Usia,” Artikel diakses pada 18 Februari 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39240/3/Chapter%20II.pdf 13 bergantung pada bantuan orang lain.17 Jadi dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. 2. Periode lanjut usia Menurut Burnside dkk yang dikutip oleh Endah Puspita membagi periode lanjut usia ke dalam 4 tahapan:18 a. Young Old (60-69 tahun) Pada periode ini orang lanjut usia harus menyesuaikan diri dengan struktur peran yang baru agar dapat mengatasi masalah-masalahnya yang berkaitan dengan berkurangnya penghasilan, kehilangan temanteman serta orang-orang yang dicintai. Selain itu, adanya penurunan kekuatan fisik dapat menjadi masalah bagi para pekerja di sektor industri. Namun demikian banyak pula orang berusia 60-an yang memiliki kelebihan tenaga sehingga lalu mencari aktivitas baru dan berbeda. Beberapa orang lanjut usia ada yang menjadi tenaga sukarela pada suatu perusahaan kecil, pengunjung rumah sakit atau sebagai kakek nenek angkat. b. Middle age old (70-79 tahun) Usia 70-an ditandai dengan timbulnya penyakit serta mengalami banyak kehilangan, dimana jumlah teman dan keluarga yang meninggal meningkat. Kondisi kesehatan orang lanjut usia semakin menurun dan sering merasa gelisah serta mudah marah. Aktivitas 17 Undang- Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/Undang-Undangtahun-1998-13-98%20(3).pdf 18 Endah Puspita Sari, “Penerimaan Diri pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi,” Universitas Gajah Mada, 2002, h. 75. 14 seksual pada pria dan wanita juga menurun dan pada beberapa orang disebabkan karena pasangannya sudah meninggal. Orang lanjut usia pun harus menyesuaikan diri dengan menurunnya partisipasi dalam organisasi formal yang diikiutinya. c. Old-Old (80-89 tahun) Orang berusia 80-an semakin sulit menyesuaikan diri serta melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada periode ini orang lanjut usia membutuhkan bantuan agar tetap dapat mempertahankan kontak dengan lingkungan sosial budayanya. d. Very old-old (90-99 tahun) Pada periode usia ini masalah kesehatan semakin parah. Orang berusia 90-an ini membutuhkan kegiatan yang tidak ada unsur persaingannya dan hendaknya di bebasakan dari tekanan dan tanggung jawab dalam pekerjaan. Apabila orang lanjut usia ini dapat mengatasi masalahnya secara memuaskan, maka mereka dapat hidup tentram dan bahagia. 3. Kebutuhan Lanjut Usia Lanjut usia memiliki kebutuhan sebagaimana manusia pada umumnya yaitu kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Dalam pemenuhan kebutuhannya, lanjut usia menggunakan kemampuan diri sendiri atau dengan bantuan dan dukungan keluarga atau lingkungan lainnya. Dikutip dari Ayu Diah bahwa kebutuhan dasar manusia seperti yang dikemukakan oleh Maslow terdiri dari kebutuhan yang bersifat fisik, kebutuhan sosial, keamanan, penghargaan dan aktualisasi diri. Dan kebutuhan lanjut usia 15 diantaranya adalah:19 a. Kebutuhan biologis, merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh manusia untuk dapat memperkuat daya tahan fisik seseorang sehingga dapat mempertahankan hidupnya. Kebutuhan ini mencakup : kebutuhan pelayanan kesehatan, makanan yang bergizi, seksual atau intimasi, pakaian dan tempat tinggal. b. Kebutuhan Psikologis, merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat psikis (emosi, perasaan) antara lain berupa : kasih sayang, menyayangi, mendapat tanggapan dari orang lain, perasaan tentram, merasa berguna dan memiliki jati diri serta status yang jelas. c. Kebutuhan Sosial, merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan relasi dan interaksi dengan sesama manusia antara lain berupa: berinteraksi dengan keluarga lansia, melakukan aktivitas dengan teman sebaya, melakukan aktivitas dengan masyarakat di lingkungannya, menjadi anggota suatu organisasi, melaksanakan aktivitas dibidang ekonomi, melakukan aktivitas di bidang pendidikan, kebutuhan rekreasi dan kebutuhan Informasi. d. Kebutuhan Spiritual, merupakan kebutuhan multidimensi yaitu mencakup dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Spiritual sebagai konsep juga mengandung dua 19 Ayu Diah, “Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Elderly Day Care Services Tahun 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi Timur,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, 2012), h. 20. 16 dimensi yaitu dimensi vertikal sebagai bentuk hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan orang lain dan hubungan dengan lingkungan. Kebutuhan ini antara lain berupa: melaksanakan ibadah, memperdalam keimanan, melaksanakan kegiatan kerohanian, menerima keadaan dirinya, menerima hakikat hidup dan puas akan kehidupannya dan optimis terhadap masa depan. 4. Hak dan Kewajiban Lansia Lanjut usia merupkan warga negara yang memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya. Disebutkan dalam undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan juga disebutkan dalam undang-undang tersebut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi :20 a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual. b. Pelayanan kesehatan. c. Pelayanan kesempatan kerja. d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan. 20 Undang- Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/Undang-Undangtahun-1998-13-98%20(3).pdf 17 e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum. f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum. g. Perlindungan sosial. h. Bantuan sosial. Selain hak lanjut usia juga memiliki kewajiban yang telah disebutkan dalam undang-undang nomor 13 tahun 1998 dimana lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan peran dan fungsinya, lanjut usia berkewajiban untuk: a. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya. b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus. c. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus. 18 B. Teori Lanjut Usia 1. Teori Kelekatan (Attachment Theory) Menurut Howe teori kelekatan adalah pengalaman kelekatan masa kecil mempengaruhi tingkat kenyamanan dan keamanan seseorang. Pengalaman ini menjadi dasar bagi anak untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi sosial dimasa tuanya. 21 Kelekatan juga bisa dimaknai sebagai ikatan emosional yang erat antara dua orang.22 Manusia membentuk indentitas diri mereka dalam hubungan sosial melalui proses pembelajarannya tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain. Teori kelekatan memang erat kaitannya dengan perkembangan seorang anak, namun teori ini juga dapat digunakan dalam memberikan kelekatan kepada lansia. Berupa kelekatan emosional yang diberikan oleh orang-orang sekitar maupun pengasuh sehingga lansia merasa nyaman dan aman. Kelekatan yang diterimanya dapat membantu lansia dalam mengembangkan kapasitas diri lansia. 2. Teori Penarikan diri (Disengagement Theory) Menurut Cumming teori penarikan diri yaitu seseorang yang berusia lanjut hanya meninggalkan posisi mereka ketika mereka meninggal atau menjadi tidak kompeten.23 Pensiun menjadi pilihan untuk membujuk lansia agar menyerahkan posisi mereka kepada orang yang lebih muda. Dengan 21 Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida, Belajar Teori Pekerjaan Sosial (Jakarta: UIN, 2011), h. 33. 22 John W Santrock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 49. 23 James M Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Jakarta: Erlangga, 2006), h.71. 19 demikin pensiun atau penarikan diri merupakan suatu kesepakatan yang saling menguntungkan antar generasi masyarakat. Jadi teori penarikan diri merupakan persetujuan antara lansia dan masyarakat bahwa individu akan menarik diri dari masyarakat akibat menjadi tua, dimana hal ini menjadikan keseimbangan sosial. 3. Teori Aktifitas (Activity Theory) Teori aktivitas melihat bahwa semakin banyak kegiatan yang dilakukan orang usia lanjut, maka semakin memuaskan hidup mereka.24 Kondisi yang tetap aktif membuat lansia tetap merasa muda dan semangat menjalani hidup dan tidak menarik diri dari masyarakat karena usia. Jadi aktivitas sebagai sebuah keharusan untuk mempertahankan kepuasaan hidup seseorang dan konsep diri yang positif. 4. Teori Kontinuitas (Continuity Theory) Teori Kontinuitas merupakan cara seseorang menyesuaikan diri pada perubahan dengan melanjutkan beberapa aspek dalam kehidupan mereka seperti peran yang telah mereka jalani.25 Jadi dalam teori ini mengusulkan bahwa seseorang di sepanjang hidupnya adalah bagaimana orang tersebut melanjutkan sisa hidupnya. Usia lanjut tidak dipandang sebagai bagian akhir hidup terlepas dari sisa kehidupan. h.73. 24 James M Henslin, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Jakarta: Erlangga, 2006), 25 Ibid., h.73. 20 C. Dukungan Sosial 1. Pengertian Dukungan Sosial Menurut Cohen dan Syme dukungan sosial dipahami sebagai bentuk hubungan sosial yang bersifat menolong dengan melibatkan aspek emosi, informasi, bantuan instrumental dan penghargaan.26 Menurut Gottlieb dalam dukungan sosial sebagai informasi verbal dan non-verbal berupa saran atau nasihat, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suatu jaringan yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.27 Dukungan sosial biasanya didefinisikan sebagai keberadaan atau adanya seseorang yang dapat dipercaya, yang memahami, memperhatikan, dan mencintai kita. 28 Menurut Cutrona dukungan sosial meruapakan suatu proses hubungan yang terbentuk dari individu dengan persepsi bahwa seseorang dicintai dan dihargai, disayangi untuk memberikan bantuan kepada individu yang mengalami tekanan-tekanan dalam kehidupan.29 Sarason, Lerin dan Basham mendefinisikan dukungan sosial sebagai suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain 26 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h. 62. 27 Kamalia Najah, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Spiritual Terhadap Simton Depresi Pada Santri di Pesantrean,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013), h. 42. 28 Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut (Jakarta: Pranita Aksara, 2013), h. 111. 29 Dyni Raafiah, “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Burnout Guru Sekolah Luar Biasa,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 26. 21 yang dapat dipercaya. Dengan demikian individu mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai dan mencintai.30 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial merupakan perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang didapat individu dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan bahwa seseorang merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. 2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial Dalam menjelaskan konsep dukungan sosial, kebanyakan peneliti sependapat untuk membedakan jenis-jenis yang berlainan. House membedakan empat jenis dukungan sosial, yaitu:31 a. Dukungan emosional Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positiforang itu dengan orang-orang lain c. Dukungan instrumental 30 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h. 63. 31 Ibid., h. 63. 22 Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung contohnya seperti memeberikan pinjaman uang kepada orang atau menolong dengan pekerjaan. d. Dukungan informasi Dukungan informasi mencakup pemeberian nasehat, petunjukpetunjuk, saran-saran dan umpan balik. 3. Komponen Dukungan Sosial Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Weiss mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai The Social Provision Scale dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai pengukuran pada dukungan sosial. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:32 a. Kerekatan emosional (emostional attachment). Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, namun juga diperoleh melalui hubungan yang akrab dengan kerabat. 32 Zainuddin Sri, “Dukungan Sosial Pada Lansia,” Jurnal Psikologi, 16 Agustus 2006, h. 3. 23 b. Integrasi sosial (social integration) jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan memiliki di dalam kelompoknya yang memungkinkan untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan seseorang mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. c. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth) pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau instansi dimana ia bekerja. d. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan yang nyata (reliable aliance), yaitu dalam dukungan sosial jenis ini agar mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota keluarga. e. Saran atau informasi (guidance), yaitu dukungan sosial janis ini adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapai. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, mentor, pembimbing, atau sosok orang tua. 24 f. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance), yaitu suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan dibutuhkan orang lain. 4. Manfaat Dukungan Sosial Menurut Brownell dan Schumaker ada tiga pengaruh atau manfaat dasar dari dukungan sosial diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung dan interaktif.33 a. Pengaruh langsung Yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi terbentuknya prilaku yang lebih sehat. b. Pengaruh tidak langsung Yaitu membantu individu mengahdapi dan mengatasi stressor yang datang dengan cara membantu individu mengatasi stress yang datang, dengan mencoba membantu individu mempelajari cara pemecahan masalah dan mengontrol masalah-masalah kecil sebelum menjadi masalah besar. c. Pengaruh interaktif Berupa dampak yang diinterprestasikan untuk meredam atau memperbaiki dampak-dampak yang merugikan dengan mempengaruhi kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber coping. 33 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat (Bandung: STKS, 2008), h. 63. 25 5. Sumber-Sumber Dukungan Sosial Sumber-sumber dukungan sosial menurut Gottlieb terdapat tiga yaitu:34 a. Orang-orang sekitar individu yang termasuk kalangan non-profesional, Seperti: keluarga, teman dekat, atau rekan kerja. Hubungan dengan non-profesional merupakan hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang individu dan menjadi sumber dukungan sosial yang sangat potensial karena lebih mudah diperoleh, bebas dari biaya finansial dan berakar pada kekerabatan yang cukup lama. b. Profesional, seperti: psikolog, dokter, pekerja sosial dan perawat. c. Kelompok-kelompok dukungan sosial (social support groups). Sumber dukungan lain yang juga bermanfaat bagi individu adalah kelompokkelompok dukungan sosial. Kelompok dukungan (support group) merupakan suatu kelompok kecil yang melibatkan interaksi langsung dari para anggotanya, menekankan pada partisipasi individu yang hadir secara sukarela yang bertujuan untuk secara bersama-sama mendapatkan pemecahan masalah dalam menolong serta menyediakan dukungan emosi kepada para anggotanya. 6. Pengukuran Dukungan Sosial Untuk mengukur dukungan sosial dalam penelitian ini digunakan alat pengukur dukungan sosial yang dikembangkan oleh Weiss, berbentuk 34 Aamalia Kusuma Putri, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Terhadap Kepercayaan Diri Remaja,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 28. 26 skala yang bernama The Social Provisions Scale. Skala ini mempunyai tujuan untuk menguji sejauh mana hubungan sosial responden.35 Instrumen dalam skala ini mempunyai enam aspek. Adapun komponen-komponen menurut Weiss dapat berdiri sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Weiss membaginya dalam enam komponen dukungan sosial yaitu kerekatan emosional (emostional attachment), Integrasi sosial (social integration), penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth), hubungan yang dapat diandalkan (reliable aliance), saran (guidance), dan kemungkinan membantu (Opportunity for naturance). D. Kualitas Hidup Lanjut Usia 1. Pengertian Kualitas Hidup World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistemnilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.36 Menurut Kazdagli kualitas hidup yaitu istilah deskriptif dan memiliki arti yang luas, mengacu pada kesehatan emosional, sosial dan fisik individu, 35 Dyni Raafiah, “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Brunout Guru Sekolah Luar Biasa,” (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012), h. 29. 36 Amalia Yuliati, dkk “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (The Different of Quality of Life Among the Elderly who Living at Community and Social Services),” Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (Januari 2014): h. 88. 27 serta kemampuan untuk dapat berfungsi dalam tugas kehidupan biasa. Sadli menyebutkan bahwa kualitas hidup terdiri dari penelian subjektif seseorang mengenai sejauh mana berbagai dimensi, seperti lingkungan, kondisi fisik, ikatan sosial dan kondisi psikologis dirasakan memenuhi kebutuhannya. Kualitas Hidup merupakan konsep yang kompleks, yang terkait dengan kepuasan individu terhadap seluruh aspek hidupnya mulai dari fisik hingga sosial dan psikologi. Banyak hal dapat mempengaruhi kualitas hidup, termasuk penghasilan, lingkungan sosial dan fisik, hubungan antar pribadi, dan kesehatan.37 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka pengertian kualitas hidup bisa diartikan dengan kepuasan hidup yang dapat dilihat dari kondisi fisik, psikologis, dan kondisi sosial yang dirasakan oleh individu tersebut. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Kualitas hidup lanjut usia seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini, yaitu:38 a. Hubungan sosial yang baik dengan keluarga, teman dan tetangga. b. Standar harapan dalam hidup c. Keterlibatan dalam kegiatan sosial dan kegiatan amal d. Kegiatan hobi dan kesukaan e. Kesehatan yang baik dan kemampuan fungsional f. Rumah dan lingkungan yang baik serta perasaan aman g. Kepercayaan atau nilai diri positif 37 Penney Upton, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 260. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut (Jakarta: Praninta Aksara, 2013), h. 91. 38 28 h. Kesejahteraan psikologis dan emosional i. Pendapatan yang cukup j. Akses yang mudah dalam transportasi dan pelayanan sosial k. Perasaan dihargai dan dihormati oleh orang lain 3. Tujuan Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia Peningkatan kualitas hidup bagi lanjut usia bertujuan untuk:39 a. Memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampuilan, baik untuk berkarya lebih lanjut ataupun untuk pengembangan hobi mereka melalui lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun nonformal. b. Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lanjut usia yang potensial dan produktif untuk berkarya sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya. c. Meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para lansia sesuai agamanya atau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta memandu pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Domain Kualitas Hidup Penelitian ini menggunakan instrument World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-OLD) yang lebih spesifik digunakan pada lansia. 39 Soekidjo Notoatmojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 292. 29 Berdasarkan WHOQOL-OLD, kualitas hidup lansia terdiri dari 6 domain (WHOQOL-OLD):40 a. Kemampuan sensori (sensory abilities) Penting untuk memahami setiap perubahan yang terjadi pada sensori visual dan audiotori seiring dengan proses penuaan karena perubahan ini akan berdampak serius pada kemanan yang lebih lanjut akan mempengaruhi interaksi lansia dengan lingkungan sekitar. Pada mata terjadi perubahan struktural dan fungsional seiring dengan penuaan. Kelompok mata manjadi kurang elastis dan melengkung, bulu mata menjadi lebih pendek dan tipis bahkan tidak ada sama sekali. Kabut keabuan pada tepi kornea, arcus senilis, terbentuk seiring dengan penuaan dan terutama terjadi pada lansia dengan ras kulit berwarna. Begitupula dengan produksi air mata yang menurun pada lansia akibat penurunan volume cairan tubuh dan penurunan sekresi. Sama halnya pada mata, telinga lansia juga mengalami perubahan. Membran timpani menipis dan otot kecil yang menyokong membran menunjukkan tanda-tanda atropi dengan pertambahan usia. Perubahan arthritis mempengaruhi persendian antara tulang telinga tengah dan sel rambut di telinga dalam seringkali menurun. Domain kemampuan sensori dalam WHOQOL-OLD meliputi: kemunduran panca indera, penilaian terhadap fungsi sensori, kamampuan melakukan aktifitas dan kemampuan berinteraksi. 40 Rika Yunita, “Hubungan Kegiatan Sosial Lanjut Usia dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Puskesmas Ciputat,” (Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011), h. 26. 30 b. Otonomi (autonomy) Otonomi individu terkait dengan persepsi diri dan harga diri yang dimiliki. Seseorang yang memiliki nilai diri yang kuat akan percaya bahwa ia memiliki kemampuan untuk mengontrol hidupnya. Individu tersebut akan memiliki pengalaman hidup yang positif dan mendapat umpan balik yang positif dari orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut juga berlaku pada lansia. Lansia yang masih memiliki kepercayaan diri yang tinggi, nilai diri yang positif akan memiliki kebebasan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri. Akan tetapi masalah sering timbul akibat stereotip bahwa lansia secara fisik dan mental tidak mampu, non produktif dan ketergantungan. Hal inilah terkadang yang membuat keluarga tidak memberikan kebebasan bagi lansia untuk menentukan dan mengontrol hidupnya sendiri. Domain otonomi dalam WHOQOL-OLD meliputi: kebebasan mengambil keputasan, menentukan masa depan, melakukan hal-hal yang dikehendaki, dihargai kebebasannya. c. Aktifitas masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang (past, present, and future activities) Lansia dapat merasakan kebahagian dari harapan-harapan yang telah ditanamkan semenjak muda dengan melakukan kegiatan yang dapat mendukung harapan-harapan tersebut tercapai. Sebaliknya apabila harapan dan target yang ditetapkan tidak dapat tercapai lansia menajdi tidak puas dan putus asa di hari tuanya. 31 Domain aktivita masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang dalam WHOQOL-OLD meliputi: hal-hal yang diharapkan, pencapain keberhasilan, penghargaan yang diterima, pencapaian dalam kehidupan. d. Partisipasi sosial (sosial participation) Partisipasi sosial lansia terkait dengan kemampuan fisik yang dimilikinya. Lansia yang seringkali mengalami penurunan fisik, memiliki energy yang kurang untuk melakukan interaksi sosial. Frekuensi berkemih dan inkontinensia membuat lansia enggan untuk terlibat dalam kegiatan sosialnya. Sama halnya dengan kekakuan, nyeri sendi dan ketidaknyamanan lainnya. Perubahan dalam penampilan juga dapat merubah konsep diri individu dan mengganggu motivasi diri dalam hal kualitas interaksi sosial. Domain partisipasi sosial dalam WHOQOL-OLD meliputi: penggunaan waktu, tingkat aktivitas, kegiatan setiap hari, pertisipasi pada kegiatan masyarakat. e. Kematian dan kondisi terminal (death and dying) Kepercayaan, sikap dan nilai terhadap pengalaman kematian dan perawatan pada akhir kehidupan sangat bervariasi. Respon seseorang dipengaruhi oleh usia, gener, budaya, latar belakang keagamaan dan pengalaman hidup. Lansia menginginkan kematian yang nyaman dengan kehadiran orang-orang yang dicintainya. Banyak pula lansia yang menyatakan tidak takut terhadap kematian begitu pula dengan cara bagaimana mereka akan meninggal. 32 Sebagian besar orang tidak nyaman untuk membicarakan kematian. Anggota keluarga, perawat, dan pemberi asuhan lainnya harus mengatasi ketidak nyamanan ini sehingga mereka dapat menyediakan asuhan yang baik bagi lansia yang mendekati akhir hidupnya. Idealnya, diskusi mengenai asuhan akhir hidup dan rencana kematian dilakukan sebelum krisis kesehatan muncul. Sering kali keputusan penting mengenai asuhan menjelang kematian dihindari atau ditunda akibat penyangkalan pikiran akan kematian. Hal ini setingkali menjadi hambatan bagi keluarga untuk bersiap terhadap kematian yang semakin mendekat dari orang yang dicintai. Domain kematian dan kondisi terminal dalam WHOQOL-OLD meliputi: jalannya atau carannya meninggal, mengontrol akhir hidup, takut akan akhir hidup, merasakan sakit pada akhir hidup. f. Persahabatan dan cinta kasih (intimacy) Walaupun terjadi penurunan kemampuan fisik dan fungsional, lansia tetap dapat memperoleh dukungan emosional dari orang yang dicintai atau orang terdekat, karena kehilangan dukungan emosional akan memiliki dampak lebih buruk terhadap nilai diri lansia dibandingkan dengan kehilangan kemampuan fisik dan fungsional. Teman-teman, orang tercinta akan membuat hidup lansia merasa dicintai dan merasa lebih bernilai. Cinta kasih yang diberikan oleh orang-orang terdekat akan menjadi alasan bagi lansia untuk tetap bertahan hidup sehingga mortalitas pada lansia dapat menurun. 33 Domain persahabatan dan cinta kasih dalam WHOQOL-OLD meliputi: persahabatan dalam kehidupan, kesempatan untuk dicintai. 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistika, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 41 Jadi dalam pendekatan penelitian ini menghasilkan data berupa angka-angka dan kemudian dianalisis dengan statistik. Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Inferensial. Statistik inferensial adalah teknik ststistik yang digunakan untuk menganalisi data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.42 B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini yaitu para binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di kecamatan pancoran. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah “Pengaruh dukungan sosiat terhadap kualitas hidup lanjut usia”. 41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 8. 42 Ibid., h. 148. 35 2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang berada di kecamatan Pancoran yaitu PUSAKA 79 dan juga PUSAKA 48. Alasan peneliti memilih organisasi sosial ini dan juga lokasi tersebut didasari pertimbangan-pertimbangan berikut ini: 1) Lanjut Usia yang berada di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) tidak hanya mendapatkan dukungan sosial dari keluarga tetapi juga lembaga dan masyarakat. 2) Ketertarikan peneliti terhadap model pelayanan sosial lanjut usia berbasis masyarakat. 3) Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Pancoran sudah berdiri sejak lama dan sudah memiliki banyak prestasi, serta PUSAKA yang ada di Kecamatan Pancoran memiliki binaan yang lebih banyak dari pada Kecamatan lainnya. b. Waktu Penelitian Adapun waktu penelitiannya dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai dengan bulan April 2015. 36 C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian. 43 Sedangkan menurut Sugiyono mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.44 Jadi populasi dalam penelitian ini yaitu lanjut usia binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Kecamatan Pancoran, yaitu sebanyak 104 lanjut usia binaan. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 45 Dalam penelitian ini teknik pengambilan semple yang digunakan yaitu purposive sampling yaitu penarikan sample yang ditetapkan berdasarkan karakteristik atas elemen populasi dan target yang disesuaikan dengan tujuan masalah penelitian. 46 Atau teknik penetuan sample dengan pertimbangan tertentu.47 Dan untuk menentukan banyak sampel minimal yang perlu diambil dalam melakukan penelitian dapat digunakan rumus slovin sebagai berikut:48 43 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 144. 44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 80. 45 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 81. 46 Masri Mansoer dan Elin Driana, Statistik Sosial, h. 35. 47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, h. 85. 48 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.137. 37 n= N N.d2 + 1 Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi d² = Presisi (perkiraan tingkat kesalahan) Dengan jumlah lanjut usia binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di kecamatan Pancoran sebanyak 104 orang. Maka berdasarkan rumus di atas, jumlah sample yang diperoleh untuk penelitian ini dengan nilai presisi yang ditetapkan sebesar 10% , maka diperoleh jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut: n= N = 104 = 50,98 (dibulatkan menjadi 51) N.d2 + 1 104 x (10%)2 + 1 Maka jumlah sampel yang dibulatkan adalah menjadi 51 orang. Sampel yang akan diambil dari populasi menggunakan tekhnik purposive sampling, yaitu penetapan responden untuk dijadikan sample berdasarkan pada kriteriakriteria tertentu.49 Sample dipilih berdasarkan kriteria bahwa responden lanjut usia masih mampu untuk diajak berkomunikasi. D. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang digunakan, yakni data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh 49 Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 148. 38 peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Sedangkan data skunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya.50 Data primer dalam penelitian ini berupa informasi yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung, data ini didapatkan dari interview, observasi lembaga dan penyebaran angket atau kuesioner kepada para lanjut usia binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Kecamatan Pancoran sehubungan dengan informasi yang diperlukan untuk penelitian ini. Adapun data skunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah riset Kepustakaan. Riset kepustakaan (Library Research) adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan yaitu buku, dokumen, artikel, jurnal, internet, dan lain sebagainya. E. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengidentifikasi dua variabel yang nantinya akan dicari korelasi antara keduanya. Menurut Arikunto, variable objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian saat penelitian. 51 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (variable independent) adalah variabel yang menjadi sebab atau berubah mempengaruhi suatu variabel lain (variable dependent). Juga sering disebut variabel bebas, prediktor, stimulus, eksogen atau atencendent. Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel terikat 50 Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, h. 128. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), h. 213. 51 Ibid., hal 99 51 39 (variable dependet) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel lain (variable independent). Variabel ini juga sering disebut variabel terikat, variabel respons, dan variabel endogen.52 Adapun variable penelitian ini adalah : 1. Dukungan Sosial sebagai variable independent (X) 2. Kualitas hidup lanjut usia sebagai variable dependent (Y) Tabel 3.1 Variabel Penelitian Variable Independet Variable Dependent Dukungan Sosial Kualitas Hidup Lanjut Usia ( Variabel X) ( Variabel Y ) F. Definisi Konseptual Variabel Penelitian Definisi konseptual adalah suatu definisi konstrak yang diberikan kepada suatu konstrak dengan menggunakan konstrak yang lain. definisi konseptual dari varabel-variable dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang lain.53 2. Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistemnilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, 52 Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, h. 110. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut (Jakarta: Pranita Aksara, 2013), h. 111. 53 40 psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan.54 G. Definisi Oprasional Variable Penelitian Definisi oprasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai yang diterapkan dalam suatu penelitian dan sangat erat kaitannya dengan indikator. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan social sedangan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup lanjut usai. Definisi oprasional dari variable-variable yang terdapat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Dukungan sosial adalah skor yang didapat dari skala dukungan sosial yang menggunakan 6 (enam) komponen dukungan sosial yaitu; kerekatan emosional (emostional attachment), integrasi sosial (social integration), penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth), hubungan yang dapat diandalkan (reliable aliance), saran atau informasi (guidance), kemungkinan membantu (Opportunity for naturance). 2. Kualitas hidup adalah skor yang didapatkan dari skala kualitas hidup yang menggunakan domain kualitas hidup lanjut usia berdasarkan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-OLD) yang terdiri dari; kemampuan sensori (sensory abilities), otonomi (autonomy), aktifitas masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang (past, present, and future 54 Amalia Yuliati, dkk “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (The Different of Quality of Life Among the Elderly who Living at Community and Social Services),” Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (Januari 2014): h. 88. 41 activities), partisipasi sosial (sosial participation), kematian kondisi terminal (death and dying), dan persahabatan dan cinta kasih (intimacy). Tabel 3.2 Definisi Oprasional dan Indikator Penelitian Dimensi Dimensi Dukungan Sosial (Variabel X) 1. Kerekatan emosional 2. Integrasi sosial 3. Penghargaan dan pengakuan 4. Hubungan yang dapat diandalkan 5. Saran atau informasi 6. Kemungkinan membantu Dimensi 1. Kerekatan emosonal: Dukungan ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh kerekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerimanya. 2. Integrasi sosial: Dukungan untuk memperoleh perasaan memiliki di dalam kelompok yang memungkinkan untuk membagi minat dan perhatian serta melakukan kegiatan secara bersamasama. 3. Penghargaan dan pengakuan: Mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimiliki serta mendapat penghargaan dari orang lain. 4. Hubungan yang dapat diandalkan: Jaminan bahwa ada orang yang dapt diandalkan bentuannya ketika individu membutuhkan Indikator 1. Kerekatan emosional a. Merasakan kedekatan emosional b. Merasa aman 2. Integrasi sosial a. Ikut serta dalam aktifitas kelompok b. Melakukan aktifitas bersama 3. Penghargaan atau pengakuan a. Mendapat pengakuan atas keahlian dan kemampuan b. Mendapat penghargaan atas kemampuan dan keahlian 4. Hubungan yang dapat diandalkan a. Hubungan yang dapat diandalkan 5. Saran atau informasi a. Mendapat saran/nasihat dari orang lain 6. Kemungkinan membantu a. Perasaan dibutuhkan orang lain 42 bantuan tersebut. 5. Saran atau informasi: Mendapat saran/informasi dan nasihat yang dibutuhkan dalm memnuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. 6. Kemungkinan membantu: Perasaan dibutuhkan orang lain. Dimensi Kualitas Hidup Lanjut Usia (Variabel Y) 1. Kemampuan sensori (sensory abilities) 2. Otonomi (autonomy) 3. Aktifitas masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang (past, present, and future activities) 4. Partisipasi sosial (sosial participation) 5. Kematian kondisi terminal (death and dying) 1. Kemampuan sensori (sensory abilities): Perubahan yang terjadi pada sensori visual dan audiotori seiring dengan proses penuaan. 2. Otonomi (autonomy): Terkait dengan persepsi harga diri yang dimiliki. 1. Kemampuan Sensori: a. Kemunduran panca indra b. Penilaian terhadap sensori c. Kemampuan melakukan aktifitas d. Kemampuan berinteraksi 2. Otonomi: a. Kebebasan mengambil keputusan 3. Aktifitas masa lalu, saat b. Menentukan masa depan ini dan masa yang akan c. Melakukan hal-hal yang datang (past, present, and dikehendaki future activities): d. Dihargai kebebasannya Kebahagiaan dari harapan –harapan yang telah 3. Aktifitas masa lalu, saat ditanamkan sejak muda ini & masa yang akan dengan melakukan datang: kegiatan yang dapat a. Hal-hal yang diharapkan b. Pencapai keberhasilan mendukungan harapan c. Penghargaan yang tersebut. diterima d. Pencapaian dalam 4. Partisipasi sosial (sosial kehidupan participation): 4. Partisipasi sosial Kemampuan fisik yang a. Penggunaan waktu dimiliki lansia. b. Tingkat aktivitas 43 6. Persahabatan dan cinta kasih (intimacy) c. Kegiatan setiap hari d. Partisipasi pada kegiatan masyarakat 5. Kematian dan kondisi terminal: a. Jalannya/ caranya meninggal b. Mengontrol akhir hidup c. Takut akan akhir hidup d. Merasakan sakit pada akhir kematian 5. Kematian kondisi terminal (death and dying) kepercayaan sikap dan nilai terhadap pengalaman kematiaan dan perawatan pada akhir kehidupan. 6. Persahabatan dan cinta kasih (intimacy): Memperoleh dukungan emosional dari orang yang dicintai/ orang terdekat. 6. Persahabatan & cinta kasih: a. Persahabatan dalam kehidupan b. Kesempatan untuk dicintai. Berikut blue print skala dukungan sosial dan skala kualitas hidup lanjut usia sebelum dilakukan uji validitas dukungan sosial. Tabel 3.3 Blue Print Skala Dukungan Sosial (sebelum validitas instrument) Item No 1. 2. Dimensi Kerekatan Emosional (X1) Merasakan kedekatan emosional Merasa Aman Favorable Un Favorable Jumlah - 1, 2, 3 3 4, 5 6 3 Item No Dimensi Integrasi Sosial (X2) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Ikut serta dalam aktifitas kelompok Melakukan aktivitas bersama 1, 2 3 3 4 5, 6 3 2. Item 44 No. Dimensi Penghargaan/ Pengakuan (X3) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Mendapat pengakuan atas keahlian dan kemampuan Mendapat penghargaan atas kemampuan dan keahlian 2, 3 1 3 5, 6 4 3 2. Item No. Dimensi Hubungan yang dapat Diandalkan(X4) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Hubungan yang dapat diandalkan 1, 2, 4 3 4 No. Dimensi Saran atau nasihat (X5) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Mendapat saran/ nasihat dan informasi dari orang lain 1, 4 2, 3 4 Item Item No. Dimensi Kemungkinan Membantu (X6) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Perasaan dibutuhkan orang lain 1, 3, 4 2 4 30 Jumlah Tabel 3.4 Blue Print Skala Kualitas Hidup Lanjut Usia (sebelum validitas instrument) Item No Dimensi Kemampuan Sensori (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 2 Kemunduran panca indra Penilaian terhadap sensori 1 2 - 1 1 3 Kemampuan melakukan aktifitas Kemampuan berinteraksi 4 3 2 - 5 1 4 45 Item No Dimensi Otonomi (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 Kebebasan mangambil keputusan Menentukan masa depan Melakukan hal-hal yang dikehendaki Dihargai kebebasannya 1 - 1 2 4 3 1 2 5 - 1 2 3 4 Item No Dimensi Aktifitas masa lalu, saat ini & masa yang akan datang (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 Hal-hal yang diharapkan - 1 1 2 Pencapaian keberhasialan 3 2 2 3 Penghargaan yang diterima 4 - 1 4 Pecapaian dalam kehidupan 5 - 1 Favorable Un Favorable Jumlah Item No Dimensi Partisipasi sosial (Y) 1 Penggunaan waktu 1 - 1 2 Tingkat aktivitas 2 - 1 3 Kegiatan setiap hari 3 - 1 4 Partisipasi pada kegiatan masyarakat 4 5 2 No Dimensi Kematian dan kondisi terminal (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Jalannya/ caranya meninggal 1 - 1 2 Mengontrol akhir hidup 2 - 1 3 Takut akan akhir hidup 3 - 1 4 Merasakan sakit pada akhir kematian 4, 5 - 2 Item Item 46 No Dimensi Persahabatan dan cinta kasih (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Persahabatan dalam kehidupan 1, 2, 3 - 3 2 Kesempatan untuk dicintai 5 4 2 30 Jumlah Dan berikut blue print untuk skala dukungan soaial dan skala kualitas hidup lanjut usia selah dilakukan uji validitas instrument. Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial (setelah validitas instrument) Item No Dimensi Kerekatan Emosional (X1) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Merasakan kedekatan emosional Merasa Aman - 1, 2 2 5 6 2 2. Item No Dimensi Integrasi Sosial (X2) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Ikut serta dalam aktifitas kelompok Melakukan aktivitas bersama 1, 2 - 2 4 5, 6 3 2. Item No. Dimensi Penghargaan/ Pengakuan (X3) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Mendapat pengakuan atas keahlian dan kemampuan Mendapat penghargaan atas kemampuan dan keahlian 2, 3 1 3 5, 6 4 3 2. Item 47 No. Dimensi Hubungan yang dapat Diandalkan(X4) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Hubungan yang dapat diandalkan 1, 2, 4 3 4 Item No. Dimensi Saran atau nasihat (X5) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Mendapat saran/ nasihat dan informasi dari orang lain 4 2 2 Item No. Dimensi Kemungkinan Membantu (X6) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Perasaan dibutuhkan orang lain 3 2 2 Jumlah 23 Tabel 3.6 Blue Print Skala Kualitas Hidup Lanjut Usia (setelah validitas instrument) Item No Dimensi Kemampuan Sensori (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 2 Kemunduran panca indra Penilaian terhadap sensori 1 2 - 1 1 3 Kemampuan melakukan aktifitas Kemampuan berinteraksi 4 - 1 - 5 1 4 Item No Dimensi Otonomi (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 Kebebasan mangambil keputusan Menentukan masa depan Melakukan hal-hal yang dikehendaki 1 - 1 2 - 3 1 1 2 3 48 4 Dihargai kebebasannya 5 - 1 Item No Dimensi Aktifitas masa lalu, saat ini & masa yang akan datang (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1 Hal-hal yang diharapkan - 1 1 2 Pencapaian keberhasialan 3 2 2 3 Penghargaan yang diterima 4 - 1 4 Pecapaian dalam kehidupan 5 - 1 Favorable Un Favorable Jumlah Item No Dimensi Partisipasi sosial (Y) 1 Penggunaan waktu 1 - 1 2 Tingkat aktivitas 2 - 1 3 Kegiatan setiap hari 3 - 1 4 Partisipasi pada kegiatan masyarakat 4 5 2 No Dimensi Kematian dan kondisi terminal (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Jalannya/ caranya meninggal 1 - 1 2 Mengontrol akhir hidup 2 - 1 3 Takut akan akhir hidup 3 - 1 4 Merasakan sakit pada akhir kematian 5 - 1 Item Item No Dimensi Persahabatan dan cinta kasih (Y) Favorable Un Favorable Jumlah 1. Persahabatan dalam kehidupan 1, 2, 3 - 3 2 Kesempatan untuk dicintai 5 - 1 Jumlah 26 49 H. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.55 Terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis alternatif (Hₐ ) yang menyatakan adanya hubungan antar variabel X dan Y. Dan Hipotessis nol (Hₒ ) yang menyatakan tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. 56 Hipotesis dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: Hₒ : ᵦ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Hₐ : ᵦ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. I. Uji Instrumen Uji Validitas Data 1. Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.57 55 Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.Ke-14 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 110. 56 Ibid., h. 112-113. 57 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 121. 50 Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total menggunakan rumus teknik korelasi product moment. Rumusnya adalah : Keterangan : r = koefisien korelasi X = skor variable (jawaban responden) Y = skor total variable untuk responden n N = banyaknya sampel dalam penelitian Dalam pengambilan keputusan : a. Jika r hitung positif serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. b. Jika r hitung tidak positif serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. c. Jika r hitung > r tabel, tapi bertanda negatif, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. 2. Uji Reabilitas Data Uji Reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukan sejauh mana alat ukur dipercaya atau dapat diandalkan. Instrument dikatakan reliable apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Suatu 51 kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten meskipun diuji berkali-kali. Jika hasil dari cronbach alpha < 0,60 maka data tersebut mempunyai reabilitas kurang baik, sedangkan cronbach alpha > 0,7 dapat diterima, dan cronbach alpha > 0,8 adalah baik.58 J. Tekhnik Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif guna mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia dilakukan dengan skala likert. Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu, berikut tabel untuk skor skala likert:59 Tabel 3.7 Skala Likert No Alternatif Jawaban Positif Negatif 1 Sangat Setuju 5 1 2 Setuju 4 2 3 Cukup Setuju 3 3 4 Tidak Setuju 2 4 5 Sangat Tidak Setuju 1 5 Kemudian data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, dimana hasil analisisnya dipresentasikan di dalam table analisis berdasarkan variabel 58 Duwi Prayitno, 5 Jam Belajar Olahan Data dengan SPSS 17 (Yogyakarta: CV. Andi offset, 2009), h. 172. 59 Syofian Siregar, Statistik Deskriptif untuk Penelitian, h.138. 52 dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) dapat dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas dibuat untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian.60 Secara umum data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas data adalah: a. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. b. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.61 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa populasi sama atau tidak. Asumsi yang mendasari dalam Analisis Of Varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari beberapa populasi adalah sama. Adapun dasar pengambilan keputsan dalam uji homogenitas adalah: a. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama. 60 Jubilee Enterprise, SPSS Untuk Pemula (Jakarta: Elex Media, 2014), h. 43. Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS, di unduh pada tangga 30 April 2015 dari http://spssindo.blogspot.com/2014/01/uji-normalitaskoimogorov-smirnov-spss.html 61 53 b. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0, 05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama.62 Uji Koefisien Korelasi 3. Uji koefisien korelasi digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan variabel-variabel tersebut.63 Perumusan masalah untuk regresi linier sederhana (X,Y), yaitu adakah hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Sebelum mengetahui seberapa besar koefisien determinasi perlu menghitung koefisiennya terlebih dahulu, rumus yang digunakan koefisien kolerasia dalah:64 ∑xy rxy = √∑x²y² Keterangan: 62 rxy = Korelasi antara variabel X dengan variabel Y x = (x1-x2) selisih nilai X dengan rata-rata variabel X y = (y1-y2) selisih nilai Y dengan rata-rata variabel Y Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS, di unduh pada tanggal 30 April 2015 dari http://spssindo.blogspot.com/2014/02/uji-homogenitasdengan-spss.html 63 Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 313. 64 Arikunto, Prosedur Penelitian, h. 313. 54 Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditentukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 8 sebagai berikut:65 Tabel 3.8 Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,899-1,000 Sangat Kuat 4. Uji Koefisien Determinasi Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada model summary dan tertulis R square. Nilai R square diketahui baik diatas 0,5 karena R square berkisar antara 0-1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memilih R square maupun adjust R square dikatakan cukup tinggi dengan nilai diatas 0,5.66 5. Uji F-test (Simultan) 65 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h.229. Jubilee Enterprise, SPSS Untuk Pemula (Jakarta: Elex Media, 2014), h. 89. 66 55 Pengujian serentak digunakan untuk mengetahui apakah secara simultan (bersama-sama) koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tergantung. 67 Adapun nilai taraf signifikansi sebesar a= 0,01 sampai dengan 0,5. Untuk melakukan uji hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, seperti berikut ini: Hₒ : ᵦ = 0 Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Hₐ : ᵦ ≠0 Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dukungan soaial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Jika sig F > 0,05 maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika sig F < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variable terikat. Uji Regresi Linear Berganda 6. Untuk menguji hipotesis penelitian mengenai hubungan dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia, maka peneliti mengolah data 67 Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.225. 56 yang didapat dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple linear regression), rumus regresi linear berganda adalah:68 Keterangan: 7. Y = Variabel dependen X = Variabel independen a, b = koefisien regresi Uji T-tes (Persial) T-tes bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Adapun nilai-nilai taraf signifikansinya sebesar α = 5%. Terdapat dua jenis hipotesis yaitu hipotesis alternatif (Hₐ ) yang menyatakan adanya hubungan antar variabel X dan Y. Dan Hipotessis nol (Hₒ ) yang menyatakan tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.69 Hipotesis dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut: 68 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, h. 188. Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.Ke-14 (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 110. 69 57 Hₒ : ᵦ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Hₐ : ᵦ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. 58 BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Visi Misi dan Tugas Pokok 1. Visi Menuju lanjut usia yang sejahtera melalui kelembagaan sosial yang berkualitas, mandiri dan berdaya. 2. Misi a. Meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia b. Mendorong peran serta keluarga untuk memperhatikan pelayanan terhadap lanjut usai c. Meningkatkan peran serta lingkungan dan mayarakat untuk memperhatikan pelayanan terhadap lanjut usia. 3. Tugas Pokok Lembaga a. Menyediakan pelayanan sosial kepada lanjut usia di lingkungan keluarga. b. Membantu menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usai seperti sandang, pangan dan papan serta kesehatan. c. Memberikan bimbingan fisik, mental spiritual dan sosial. 59 d. Memberi pemahaman tentang peran dan tanggung jawab keluarga, lingkungan dan masyarakat di dalam mengatasi permasalahan lanjut usia. e. Membuat program kegiatan penyelenggaraan kesejahteraan sosial lanjut usai f. Menggali potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada untuk menunjang penyelenggaraan kesejahteraan sosial. B. Tujuan dan Sasaran Kelambagaan 1. Tujuan Terwujudnya lanjut usia yang sehat, aktif, potensial, dan mandiri. 2. Sasaran Lanjut usia yang masih bertempat tinggal bersama keluarga, miskin, terlantar dan tidak mampu. C. Jumlah Lanjut Usia Jumlah lanjut usia di Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di kecamatan Pancoran sebanyak 104 lanjut usia. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.1 Data Lanjut Usia Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Laki- laki 11 Perempuan 93 Total 104 Tabel 4.2 Data Lanjut Usia Berdasarkan Usia 60 Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Usia 60-70 2 37 39 Usia 71-80 6 39 45 Usia 81-90 3 17 20 Jumlah 11 93 104 D. Struktur Organisasi 1. Tempat dan kedudukan Pusat santunan keluarga (PUSAKA) bertempat dan berkedudukan di wilayah desa atau kelurahan atau wilayah adat sederajat. 2. Struktur kepengurusan PUSAKA terdiri dari: a. Ketua sebagai penanggung jawab dan koordinator kegiatan unit PUSAKA. b. Sekertaris dengan tugas membantu ketua dalam bidang membantu ketua dalam bidang pengelolaan administrasi. c. Bendahara dengan tugas pengelolaan keuangan. d. Beberapa bidang teknis seperti: 1. Bidang layanan keagamaan 2. Bidang layanan permakanan 3. Bidang kesehatan 4. Bidang sosial 5. Bidang rekreasi dan olah raga 6. Bidang pelayanan dan bantuan hukum 61 E. Metode dan Jenis Pelayanan 1. Metode Metode yang dilaksanakan adalah pelayanan langsung kepada sasaran atau kepada lanjut usia 2. Jenis Pelayanan yang diberikan antara lain: a. Jenis pelayanan untuk lanjut usia 1) Layanan mental dan spiritual a) Bimbingan ibadah b) Pembinaan kerohaniaan c) Pengajian 2) Layanan fisik a) Pemeberian pemakanan b) Senam lanjut usia 3) Layanan keseshatan a) Pemeriksaan rutin b) Pengobatan c) Penyuluhan kesehatan 4) Layanan rekreasi dan pengisian waktu luang a) Rekreasi dan hiburan b) Keterampilan untuk mengisi waktu 5) Layanan bantuan hukum b. Jenis layanan untuk keluarga lanjut usia 62 1) Memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang teknikteknik praktis pelayanan kepada keluarga lanjut usia. 2) Menumbuhkan, meningkatkan dan memelihara pendapatan keluarga melalui bantuan bergulir, bantuan usaha ekonomi produktif, investasi sosial dan sebagainya. c. Jenis pelayanan untuk lingkungan dan masyarakat 1) Memeberikan informasi tentang pelayanan lanjut usia. 2) Memeberikan kemudahan mengakses kebutuhan lanjut usia. F. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana Pusat santunan keluarga (PUSAKA) idealnya terdiri dari prasarana dan sarana pendukung yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan lanjut usia. 1. Prasarana yang dimiliki pusat santunan keluarga (PUSAKA) terdiri dari: a. Ruang sekretariat b. Ruang makan atau dapur c. Ruang serbaguna (difungsikan untuk ibadah, perpustakaan dll) d. Ruang MCK khusus lanjut usia 2. Sarana yang dimiliki pusat santunan keluarga (PUSAKA) terdiri dari: a. Papan nama PUSAKA b. Papan data yang mencantumkan antara lain susunan pengurus dan binaan 63 c. Meja tulis kantor d. Lemari arsip e. Komputer G. Sumberdaya Manusia dan Pendanaan 1. Sumber daya manusia Dalam memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan lanjut usia maka dalam pelaksanaannya pusat santunan keluarga (PUSAKA) memerlukan berbagai macam profesi keahlian seperti: a. Pekerja sosial b. Dokter atau tenaga medis c. Rohaniawan d. Instruktur kegiatan e. Psikolog f. Relawan sosial 2. Pendanaan Guna memperlancar kegiatan yang ada di pusat santunan keluarga (PUSAKA) maka sumber dana yang diperoleh didapat dari: a. Donatur tetap yang secara rutin memeberikan bantuan b. Donatur tidak tetap c. APBD 64 d. APBN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari penelitian yang telah di lakukan di Pusat Santunan Dalam Keluarga (PUSAKA) yang berada di kecamatan Pancoran. Hasil penelitian ini mencakup gambaran umun responden, hasil uji instrument, pembahasan hasil pengujian hipotesis dan analisis perspektif pekerjaan sosial. A. Gambaran Umum Responden Gambaran umun subyek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini, yaitu berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dari penyebaran angket terhadap 51 responden yang merupakan lanjut usia binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang berada di Kecamatan Pancoran. 1. Responeden berdasarkan usia Berdasarkan tingkat usia, responden dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 5.1 Jenis Kelamin Reponden NO Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi 65 1 Laki-laki 4 7,8 % 2 Perempuan 47 92,2% Total 51 100% Dari 51 responden yang diteliti berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini diketahui terdapat 4 responden laki-laki dengan presentase 7,8% dan jumlah responden perempuan sebanyak 47 responden dengan presentase 92,2%. Berdasarkan jumlah responden tersebut diketahui bahwa jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan responden laki-laki. Hal tersebut di karenakan jumlah lanjut usia yang berjenis kelamin laki-laki yang ada di sekitar PUSAKA memang sedikit, dan juga mereka yang menjadi anggota dari PUSAKA adalah mereka yang memiliki kriteria lansia yang tidak mampu. Banyak dari lansia yang berjenis kelamin laki-laki tidak ingin dan tidak mau menjadi anggota karena mereka merasa masih mampu dalam membiyayai hidup mereka sendiri. Selain itu kegiatan yang ada di PUSAKA lebih banyak ditujukan untuk perempuan seperti kegiatan pengajian yang dikhususkan bagi lansia berjenis kelamin perempuan. Oleh karena itu banyak lansia laki-laki enggan ataupun menolak untuk mendaftarkan diri menjadi binaan PUSAKA. 2. Responden Berdasarkan Usia Berdasarkan usia responden dalam digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 5.2 Usia Responden penelitian ini dapat 66 NO Usia Frekuensi Presentasi 1 60-70 22 43,1% 2 71-80 18 35,3% 3 81-90 11 21,6% 51 100% TOTAL Dari 51 yang di teliti berdasarkan hasil usia pada penelitian ini diketahui terdapat 22 responden usia antara 60-70 dengan presentase 43,1%, dan terdapat 18 responden usia antara 71-80 dengan presentase 35,3%, kemudia terdapat 11 responden dengan usia antara 81-90 dengan presentase 21,6%. Data responden berdasarkan usia tersebut ditentukan berdasarkan kriteria bahwa lansia tersebut masih mampu untuk di ajak berkomunikasi dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti. Banyak lansia yang berusia lebih dari 70 tahun namun mereka masih mampu untuk diajak berkomunikasi. B. Uji Instrument Sebelum kuesoner diberikan kepada 51 responden lanjut usia yang merupakan binaan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang ada di kecamatan Pancoran peneliti terlebih dahulu melakukan uji instrument kepada 30 responden yang terdiri dari 60 butir pertanyaan. Yang bertujuan untuk melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap pertanyaan dalam penelitian yang dilakukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows release. 67 1. Hasil Uji Validitas Berikut hasil uji validitas variabel dukungan sosial (X) dan variabel kualitas hidup lanjut usia (Y) , dari masing-masing pertanyaan: Tabel 5.3 Uji Validitas Variabel Dukungan Sosial (X) Hasil NO Pertanyaan r hitung r tabel Instrumen 1 Tidak ada seorangpun yang peduli dengan saya. 0.628377 0.349 Valid 2 Saya lebih senang jika jauh dari keramaian 0.46177 0.349 Valid 3 Saya merasa kesepian. 0.311976 0.349 Tidak Valid 4 Saya merasa lebih aman jika berada di lingkungan rumah. 0.110295 0.349 Tidak Valid 5 Berkumpul bersama keluarga membuat saya lebih tenang. 0.401296 0.349 Valid 6 Tidak ada seorangpun yang dapat saya percaya, sehingga merasa tidak aman jika berada dengan orang lain. 0.549475 0.349 Valid 7 Saya sering mengikuti kegiatan (arisan, pengajian,dll) yang ada di lingkungan tempat tinggal. 0.5498 0.349 Valid 8 Saya sering meluangkan waktu untuk hobi bersama teman-teman. 0.582448 0.349 Valid 9 Saya terpaksa mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. 0.344085 0.349 Tidak Valid 10 Saya sering berkumpul dengan teman-teman. 0.556953 0.349 Valid 11 Saya lebih senang berada di rumah, karena tidak ada yang 0.522511 mengganggu. 0.349 Valid 12 Saya memiliki banyak musuh 0.406411 0.349 Valid 13 Keluarga menganggap saya tidak berguna. 0.610352 0.349 Valid 14 Karena pengalaman yang saya miliki, sehingga orangorang di sekitar sering meminta nasihat/saran . 0.677649 0.349 Valid 15 Saya adalah sesepuh yang disegani di masyarakat. 0.553669 0.349 Valid 16 Apapun kebaikan yang telah saya lakukan tidak pernah 0.683601 0.349 Valid 68 dihargai oleh orang lain. 17 Saya merasa dihormati oleh keluarga/orang-orang disekitar. 0.641879 0.349 Valid 18 Keluarga sering memberikan hadiah atas apa yang telah saya lakukan. 0.644724 0.349 Valid 19 Ketika saya sakit, maka banyak yang membantu. 0.46912 0.349 Valid 20 Saya sering mendapat bantuan dari orang lain (bantuan jasa/ barang). 0.558202 0.349 Valid 21 Tidak ada seorangpun dalam keluarga/orang-orang sekitar yang dapat diandalkan ketika saya membutuhkan pertolongan. 0.619367 0.349 Valid 22 Tetangga saya adalah orang yang baik, karena sering membantu. (bantuan jasa/ barang) 0.399494 0.349 Valid 23 Saya sering mendapat nasihat dari orang-orang di sekitar. 0.347844 0.349 Tidak Valid 24 Saya selalu memecahkan masalah sendiri tanpa dibantu orang lain. 0.618539 0.349 Valid 25 Terkadang masalah yang saya hadapi tidak terpecahkan, karena tidak ada yang membantu. 0.233338 0.349 Tidak Valid 26 Di lingkunan tempat tinggal sering dilakukan sosialisasi kesehatan. 0.42566 0.349 Valid 27 Saya sering diminta tolong untuk membantu orang-orang di sekitar (mengurus rumah, menjaga cucu, dll). 0.212475 0.349 Tidak Valid 28 Keluarga/orang-orang sekitar tidak mengharapkan keberadaan saya. 0.480001 0.349 Valid 29 Ketika saya keluar rumah terlalu lama, maka keluarga akan mencari. 0.511729 0.349 Valid 30 Tenaga saya masih dibutuhkan oleh orang lain. 0.052211 0.349 Tidak Valid Tabel 5.4 Uji ValiditasVariabel Kualitas Hidup (Y) NO Pernyataan r hitung r tabel Hasil 69 Instrumen 1 Saya sering berobat ke rumah sakit, karena gangguan panca indra. (gangguan mata/telinga) 0.375808 0.349 Valid 2 Saya sudah tua, sehingga merasa perlu untuk merawat kesehatan panca indra. (kesehatan mata/telinga) 0.387152 0.349 Valid 3 Gangguan panca indra yang saya alami mengganggu aktifitas yang saya lakukan. (mata/telinga) 0.031533 0.349 Tidak Valid 4 Saya marasa masih mampu berkarya seperti orang lain, walaupun saya sudah tua. 0.544394 0.349 Valid 5 Saya sulit berinteraksi dengan orang-orang sekitar, karena maslah kesehatan panca indra. (mata/ telinga) 0.379955 0.349 Valid 6 Keluarga mendukung apa pun kegiatan yang saya lakukan (pengajian, arisan, dll) 0.755829 0.349 Valid 7 Saya selalu dilibatkan oleh keluarga/orang-orang sekitar dalam mengambil keputusan bersama. 0.723466 0.349 Valid 8 Keluarga/orang-orang di sekitar sering mengatur apa yang harus saya lakukan. 0.466773 0.349 Valid 9 Saya akan marah, jika dilarang melakukan suatu hal. 0.16757 0.349 Tidak Valid 10 Keluarga menghargai kebebasan hidup saya, sehingga saya hidup senang di masa tua. 0.815663 0.349 Valid 11 Saya sudah tua, sehingga sudah tidak ada lagi harapan yang ingin dicapai dalam hidup. 0.367207 0.349 Valid 12 Saya merasa puas dengan apa yang telah dicapai dalam hidup 0.36459 0.349 Valid 13 Saya merasa bangga dengan diri sendiri. 0.439474 0.349 Valid 14 Saya adalah orang yang berpengaruh di lingkungan tempat tinggal 0.591196 0.349 Valid 15 Sekarang saya hidup berkecukupan, karena kerja keras ketika muda. 0.626738 0.349 Valid 16 Saya mempunyai berbagai macam kegiatan setiap harinya (memasak, mencuci, mengurus cucu, dll) 0.35391 0.349 Valid 17 Saya mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan 0.645725 0.349 Valid 70 tempat tinggal (pengajian, arisan, dll) 18 Saya sering sakit, karena kegiatan harian yang padat. 0.372548 0.349 Valid 19 Saya merasa senang masih bisa berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (pengajian, arisan dll). 0.59004 0.349 Valid 20 Saya hanya keluar rumah jika hanya ada urusan penting saja. 0.433228 0.349 Valid 21 Saya merasa khawatir tentang bagaimana saya akan meninggal nanti. 0.363393 0.349 Valid 22 Saya merasa penting untuk memiliki asuransi kematian. 0.467501 0.349 Valid 23 Saya merasa takut ketika membayangkan kematian. 0.385447 0.349 Valid 24 Saya merasa takut, jika nanti merasakan sakit sebelum meninggal 0.090998 0.349 Tidak Valid 25 Saya merasa penyakit yang saya derita tidak dapat di sembuhkan 0.359673 0.349 Valid 26 Saya memiliki banyak teman. 0.650757 0.349 Valid 27 Banyak teman yang peduli kepada saya. 0.57213 0.349 Tidak Valid 28 Ketika saya memerlukan pertolongan selalu ada teman yang membantu. 0.51082 0.349 Valid 29 Saya merasa kesepian dalam hidup ini. 0.055687 0.349 Tidak Valid 30 Keluarga/orang-orang sekitar mencintai saya. 0.464394 0.349 Valid Dari hasil uji validitas yang dilakuakn oleh 30 responden diketahui bahwa terdapat 24 butir dikatakan valid pada varibel dukungan sosial (X), dan terdapat 26 butir valid pada variabel kualitas hidup lanjut usia (Y). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari nilai koefisien kolerasi yang diperoleh rata-rata lebih besar dari “r” tabel. Kemudian setelah itu hasil uji instrument yang telah valid disebar kembali kepada 51 responden. 71 2. Uji Reabilitas Melalui perhitungan dengan menggunakan bantuan softwere SPSS 20 for windows release maka didapat nilai koefisien reabilitas Cronbach’s Alpha sebagai berikut: Tabel 5.5 Hasil Uji Koefisien Reabilitas Case Processing Summary N Valid Cases a Excluded Total % Reliability Statistics 30 100,0 0 ,0 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Case Processing Summary N Valid Cases a Excluded Total % 30 100,0 0 ,0 30 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Cronbach's N of Items Alpha ,894 23 Reliability Statistics Cronbach's N of Items 72 Alpha ,868 26 Dari hasil koefisien reabilitas (Alpha) yang tertera pada table diatas adalah 0,894 dan 0,868 maka dapat dikatakan bahwa instrument yang digunakan baik. Karena cronbach alpha > 0,07 dapat diterima, dan cronbach alpha > 0,08 adalah baik. Maka hasil data angket memiliki rebilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data atau mengukur objek yang sudah ditetapkan. C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang kemudian diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 51 a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 8,44931702 Absolute ,106 Positive ,106 Negative -,059 Kolmogorov-Smirnov Z ,758 Asymp. Sig. (2-tailed) ,614 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 73 Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa nilai signifikasi dari uji normalitas kolmogorov-smirnov sebesar 0,614 dengan alpha 0,05 karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Berikut hasil uji homogenitas yang di dapat dari data hasil penelitian yang kamudian dioleh dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances KUALITAS HIDUP Levene Statistic df1 df2 Sig. 2,956 13 23 ,011 Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai signifikansi 0,011 dengan alpha 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha, maka kelompok populasi data tidak memiliki kesamaan atau homogen. 3. Uji Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows release, maka diperoleh hasil koefisien korelasi dan di dapatkan hasil sebagai berikut: 74 Tabel 5.8 Hasil Koefisien Korelasi Correlations Kualitas hidup Kualitas (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) hidup Kerekatan Integrasi Pengakuan Hubungan Saran Kemungkin emosional sosial yang dapat an diandalkan membantu 1,000 ,395 ,446 ,434 ,494 ,074 ,238 Kerekatan emosional ,395 1,000 ,347 ,422 ,086 ,204 ,133 Pearson Integrasi sosial ,446 ,347 1,000 ,384 ,266 ,328 ,141 Correlatio Pengakuan ,434 ,422 ,384 1,000 ,521 -,132 ,390 n Hubungan yang dapat diandalkan ,494 ,086 ,266 ,521 1,000 -,176 ,175 Saran ,074 ,204 ,328 -,132 -,176 1,000 ,000 Kemungkinan membantu ,238 ,133 ,141 ,390 ,175 ,000 1,000 . ,002 ,001 ,001 ,000 ,302 ,046 Kerekatan emosional ,002 . ,006 ,001 ,275 ,076 ,176 Integrasi sosial ,001 ,006 . ,003 ,030 ,009 ,161 Pengakuan ,001 ,001 ,003 . ,000 ,179 ,002 Hubungan yang dapat diandalkan ,000 ,275 ,030 ,000 . ,108 ,110 Saran ,302 ,076 ,009 ,179 ,108 . ,500 Kemungkinan membantu ,046 ,176 ,161 ,002 ,110 ,500 . Kualitas hidup 51 51 51 51 51 51 51 Kerekatan emosional 51 51 51 51 51 51 51 Integrasi sosial 51 51 51 51 51 51 51 Pengakuan 51 51 51 51 51 51 51 Hubungan yang dapat diandalkan 51 51 51 51 51 51 51 Saran 51 51 51 51 51 51 51 Kemungkinan membantu 51 51 51 51 51 51 51 Kualitas hidup Sig. (1tailed) N a. Korelasi antara variabel Kerekatan Emosional (X1) dan variabel Y memiliki nilai 0,395 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang rendah. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,002 yang berarti hubungan kedua variabel adalah signifikan atau terdapat hubungan antara variabel kerekatan emosional dengan kualitas hidup lanjut usia. 75 b. Korelasi antara variabel integrasi sosial (X2) dan variabel Y memiliki nilai 0,446 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan sedang. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,001 yang berarti hubungan kedua variabel adalah signifikan atau terdapat hubungan antara variabel integrasi sosial dengan kualitas hidup lanjut usia. c. Korelasi antara variabel pengakuan (X3) dan variabel Y memiliki nilai 0,434 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan sedang. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,001 yang berarti hubungan kedua variabel adalah signifikan atau terdapat hubungan antara variabel pengakuan dengan kualitas hidup lanjut usia. d. Korelasi antara variabel hubungan yang dapat diandalkan (X4) dan variabel Y memiliki nilai 0,494 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan sedang. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,000 yang berarti hubungan kedua variabel adalah signifikan atau terdapat hubungan antara variabel hubungan yang dapat diandalkan dengan kualitas hidup lanjut usia. e. Korelasi antara variabel saran (X5) dan variabel Y memiliki nilai 0,074 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan yang sangat rendah. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,302 yang berarti hubungan kedua variabel adalah tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan antara variabel saran dengan kualitas hidup. f. Korelasi antara variabel kemungkinan membantu (X6) dan variabel Y memiliki nilai 0,238 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan rendah. Berdasarkan uji signifikan hasilnya menunjukan nilai 0,046 yang berarti 76 hubungan kedua variabel adalah signifikan atau terdapat hubungan antara variabel kemungkinan membantu dengan kualitas hidup. 4. Koefisien Determinasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi b Model Summary Model 1 R ,654 R Square a ,428 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,350 8,617 Durbin-Watson 1,782 Tabel 19, menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi R² (R Square) sebesar 0,428. Itu berarti, variable X1 (Kerekatan Emosional), X2 (Integrasi Sosial), X3 (pengakuan), X4 (hubungan yang dapat diandalkan), X5 (saran), dan X6 (kemungkinan membantu) mempengaruhi variabel Y (Kualitas Hidup) sebesar 42,8%. Sedangkan sisanya sebesar 57,2% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel penelitian. 5. Uji F-Test Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut: 77 Tabel 6.10 Hasil Uji F-Test a ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 2443,268 6 407,211 Residual 3266,771 44 74,245 Total 5710,039 50 F Sig. 5,485 ,000 b a. Dependent Variable: KUALITAS HIDUP b. Predictors: (Constant), Kemungkinan Membantu, Saran , Kerekatan Emosional, Hubungan Yang Dapat Diandalkan, Integrasi Sosial, Pengakuan Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa nilai signifikansi untuk uji F adalah sebesar 0,000. Itu artinya, nilai signifikannya lebih kecil dari nilai alpha 0,05, maka terdapat pengaruh variabel X (dukungan sosial) terhadap variabel Y (kualitas hidup lanjut usia). 6. Uji Regresi Berganda Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows release, maka didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 6.1 Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda dan Uji T-test Coefficients Model a Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) ,051 ,272 2,023 ,049 ,498 ,234 1,687 ,099 -,063 ,530 -,020 -,119 ,906 1,785 ,614 ,402 2,909 ,006 Saran ,092 1,174 ,010 ,078 ,938 Kemungkinan Membantu ,757 ,886 ,106 ,855 ,397 Integrasi Sosial Pengakuan Hubungan Yang Dapat Diandalkan 26,116 12,991 1,292 ,639 ,840 Beta 2,010 Kerekatan Emosional 1 Std. Error 78 a. Dependent Variable: KUALITAS HIDUP Berdasarkan tabel diatas maka dapat disusun dan disimpulkan hasil persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 26,116 + 1,292X1 + 0,840X2 - 0,063X3 + 1,785 X4 + 0,092X5 + 0,757X6 a. Variabel Kerekatan emosional (X1) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1,292. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 1,292. b. Variabel Integrasi sosial (X2) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,840. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,840. c. Variabel Pengakuan (X3) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,063. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada penurunan kualitas hidup lanjut usia sebesar -0,063. d. Variabel hubungan yang dapat diandalkan (X4) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 1,785. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 1,785. e. Variabel Saran (X5) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,092. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada penambahan kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,092. f. Variabel kemungkinan membantu (X6) mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,757. Dengan demikian setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,757. 79 7. Uji T-Test Berdasarkan hasil uji T-test dilihat dari tabel 6.1 dapat dijelaskan bahwa nilai masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Nilai Signifikansi pada uji t untuk variabel kerekatan emosional (X1) sebesar 0,049 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha, maka Hₒ ditolak. Hal itu berarti, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1 terhadap variabel Y. b. Nilai Signifikansi pada uji t untuk variabel integrasi sosial (X2) sebesar 0,099 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Hₒ diterima. Hal itu berarti, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X2 terhadap variabel Y. c. Nilai Signifikansi pada uji t untuk variabel pengakuan (X3) sebesar 0,906 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Hₒ diterima. Hal itu berarti, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X3 terhadap variabel Y. d. Nilai Signifikansi pada Uji t untuk variable hubungan yang dapat diandalkan (X4) sebesar 0,006 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari alpha, maka Hₒ ditolak. Hal itu berarti, terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X4 terhadap variabel Y 80 e. Nilai Signifikansi pada uji t untuk variable saran (X5) sebesar 0,938 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih dari besar nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Hₒ diterima. Hal itu berarti, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X5 terhadap variabel Y f. Nilai Signifikansi pada uji t untuk variable kemungkinan membantu (X6) sebesar 0,397 dengan alpha 0,05. Nilai signifikansi tersebut lebih dari besar nilai alpha. Karena nilai signifikansi lebih besar dari alpha, maka Hₒ diterima. Hal itu berarti, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X6 terhadap variabel Y Hₒ : ᵦ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usai. Hₐ : ᵦ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap kualitas hidup lanjut usia. Maka dapat disimpulkan dari hipotesis tersebut bahwa, terdapat pengaruh secara signifikan pada variabel kerekatan emosional (X1) dan variabel hubungan yang dapat diandalkan (X4) terhadap variabel kualitas hidup lanjut usia (Y) dengan nilai signifikansi sebesar 0,049 dan 0,006. Sedangkan tidak terdapat pengaruh signifikan pada variabel integrasi sosial (X2), pengakuan (X3), Saran (X5) dan kemungkinan membantu (X6), 81 terhadap variabel kualitas hidup lanjut usia (Y) dengan signifikansi masingmasing sebesar 0,099, 0,906, 0,938 , dan 0,397. D. Analisis Perspektif Pekerjaan Sosial Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan juga hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di Pusat Santuanan Keluarga (PUSAKA) yang ada di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan menunjukkan bahwa secara umum dukungan sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hidup lanjut usia. Dukungan sosial tersebut didapatkan lansia dari pasangan, keluarga ataupun masyarakat. Dukungan sosial erat kaitannya dengan kualitas hidup, dimana lanjut usia yang mengalami penurunan kualitas hidup dikarenakan rasa kesepian dan kurangnya perhatian dari anggota keluarga atau karena kurangnya dukungan sosial dari orang-orang disekitar. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitan kuantitatif dalam penelitian ini, bahwa dukungan sosial mempengaruhi kualitas hidup sebesar 42,8% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian, jadi menurut peneliti hasil ini sudah cukup berpengaruh. Kemudian berdasarkan hasil penelitian dengan bantuan perhitungan software SPSS 20 for windows release, diketahui bahwa variabel lain yang secara signifikan dan positif mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia adalah variabel kerekatan emosional (X1). Dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,292 dan nilai signifikasi sebesar 0,049. Pengaruh pada variabel kerekatan emosional bernilai positif, artinya setiap ada penambahan satu nilai kerekatan emosional maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 1,292. Kerekatan emosional merupakan kedekatan emosional sehingga menimbulkan rasa aman, 82 tentram, dan dicintai bagi lansia yang menerimanya. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa lansia yang ada di PUSAKA mendapatkan kerekatan emosional dengan keluarga, teman, pasangan, dan juga masyarakat. Sehingga lansia merasa dirinya diperhatikan, dicintai serta merasa nyaman bersama orang lain. Di PUSAKA lansia tidak hanya menerima santunan tetapi juga pelayanan sosial, dan juga dukungan sosial. Sehingga lansia yang berada di PUSAKA dapat merasakan kerekatan emosional tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari pengasuh dan masyarakat. Lansia yang kurang mendapatkan kerekatan emosional dari keluarganya tetap bisa mendapatkannya dari pengasuh dan juga masyarakat. Karena ada beberapa lansia yang menerima perlakuan yang salah dari keluarganya, sehingga dirinya merasa tidak nyaman bila berada di rumah. Perlakuan yang salah yang diterima oleh lansia misalnya diusianya yang sudah tua mereka dipaksa untuk mengerjakan pekerjaan rumah bahkan mereka harus mengurus cucu. Namun dengan adanya keberadaan PUSAKA para lansia mendapatkan perhatian, kerekatan emosional yang diperoleh dari pengasuh, yang mana hal tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Hal tersebut sesuai dengan teori kelekatan (attachment theory) yaitu kelekatan mempengaruhi tingkat kenyamanan dan kemanan seseorang, sehingga dapat mengembangkan kapasitas diri seseorang. Kelekatan emosional yang diterima lansia oleh pengasuh membuat lansia merasa nyaman dan aman. Kelekatan yang diterimanya dapat membantu lansia dalam mengembangkan kapasitas diri lansia. Peningkatan kapasitas diri lansia artinya peningkatan kualitas hidup lansia. Jadi variabel kerekatan emosional sangat mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. 83 Pada variabel integrasi sosial (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan namun mempunyai nilai yang positif terhadap kualitas hidup. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,840 dan nilai signifikasi sebesar 0,099. Integrasi sosial merupakan perasaan memiliki didalam kelompok yang memungkinkan membagi minat dan perhatian. Integrasi sosial erat kaitannya dalam keikut sertaan lansia dalam aktifitas kelompok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan hal ini menjadi tidak signifikan karena di usia lanjut tidak semua lanjut usia potensial. Banyak dari lanjut usai mengalami penurunan dalam kemampuan fisik sehingga mereka tidak dapat melakukan dan mengikuti aktifitas terlalu lama, ditambah diusia lanjut seseorang cenderung menarik diri dari lingkungan. Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cumming yaitu teori penarikan diri (disengagement theory) bahwa sesorang yang telah berusia lanjut akan meinggalkan posisi mereka ketika mereka meninggal atau menjadi tidak kompeten. Walaupun para lansia mengikuti kegiatan yang ada di PUSAKA, namun tetap ada batasan dalam menjalani berbagai kegiatan tersebut. Sehingga integrasi sosial dalam penelitian ini tidak signifikan mempengaruhi kualitas hidup. Kemudaian pada variabel pengakuan (X3) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dan mempunyai nilai yang negatif terhadap kualitas hidup. Dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,063dan nilai signifikasi sebesar 0,906. Yang artinya setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada penurunan kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,063. Variabel pengakuan merupakan pengakuan atas kemapuan dan keahlian yang dimiliki lansia. Berdasarkan penelitian yang dilakuakan banyak lansia yang merasa kurang dihargai dan 84 diakui dengan apa yang telah dilakukannya. Bahkan ada lansia yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari keluarganya sendiri. Sehingga variabel pengakuan memiliki pengaruh yang tidak signifikan dalam mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia. Variabel hubungan yang dapat diandalkan (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kualitas hidup. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,785 dan nilai signifikasi sebesar 0,006. Yang artinya setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 1,785. Variabel hubungan yang dapat diandalkan memiliki pengaruh dan nilai hubungan yang cukup besar dengan kualitas hidup. Hubungan yang dapat diandalkan adalah jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan bantuan. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan berupa materi maupun tindakan yang diterima seseorang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakuakan hubungan yang dapat diandalkan menjadi signifikan karena para lansia yang menjadi binaan PUSAKA mendapatkan berbagai bantuan dan juga pelayanan sosia. Bantuan dan pelayanan sosial yang diterima lansia yaitu pelayanan mental dan spiritual, layanan fisik, layanan kesehatan, serta layanan rekreasi dan pengisian waktu luang. Sehingga dengan berbagai bantuan yang diterima oleh lansia dapat membantu mereka dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. Salah satu bantuan yang diterima oleh para lansia misalnya dalam hal pemenuhan gizi dimana setiap bulannya para lansia menerima bantuan berupa kebutuhan bahan pokok selain itu juga setiap dua kali dalam seminggu lansia diberikan makanan, hal tersebut dimaksudkan agar kebutuhan hidup lansia terpenuhi. Karena lansia yang menjadi binaan PUSAKA 85 adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya karena keterbatasan fisik maupun ekonomi. Oleh karena itu hubungan yang dapat diandalkan menjadi signifikan karena variabel ini memiliki dampak yang sangat besar bagi pemenuhan hidup lansia atau dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Pada variabel saran (X5) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan namun mempunyai nilai yang positif terhadap kualitas hidup. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,092 dan nilai signifikasi sebesar 0,938. Yang artinya setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,092. Yang dimaksud variabel saran adalah mendapatkan informasi dan nasihat yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hasil penelitian variabel ini menjadi tidak memiliki pengaruh dikarenakan informasi atau saran yang di dapat lansia kurang dirasakan dampaknya. Variabel saran atau informasi ini contohnya berupa penyuluhan yang dilakukan di PUSAKA maupun lingkungan tempat tinggal. Di PUSAKA lansia mendapatkan penyuluhan kesehatan namun penyuluhan yang dilakukan jarang diadakan, sehingga penyuluhan tersebut kurang dirasakan dampaknya. oleh karena itu variabel saran menjadi tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup lansia, karena kurangnya dampak terhadap kehidupan para lansia. Selanjutnya pada variabel kemungkinan membantu (X6) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan namun mempunyai nilai yang positif terhadap kualitas hidup. Dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,757 dan nilai signifikasi sebesar 0,397. Yang artinya setiap ada penambahan satu nilai maka akan ada kenaikan 86 kualitas hidup lanjut usia sebesar 0,757. Kemungkinan membantu merupakan perasaan dibutuhkan orang lain. Variabel ini menjadi tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup dikarenakan banyak lansia yang merasa di usia mereka yang sudah tua tidak banyak hal yang dapat mereka lakukan. Hal itu juga ditambah dengan perlakuan keluarga yang mengaggap orangtua sebagai beban. Sehingga banyak lansia yang merasa bahwa dirinya tidak berguna dan merasa keberadaan mereka tidak diharapkan, oleh karena itu banyak lansia yang menjalani sisa hidup mereka hanya dengan berada dirumah dan dengan tidak melakukan aktifitas. Keadaan ini tidak sejalan dengan teori aktivitas (activity theory), bahwa semakin banyak kegiatan yang dilakukan orang usia lanjut, semakin memuaskan hidup mereka atau dengan kata lain memiliki kualitas hidup yang baik. Sehingga perasaan tidak dibutuhkan dan tidak banyak melakukan kegiatan menyebabkan kualitas hidup lansia yang menurun. Jadi variabel kemungkinan membantu menjadi tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia. 87 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data serta pengujian hipotesis, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia. Variabel dukungan sosial yang memiliki korelasi yang signifikan terhadap kualitas hidup adalah variabel kerekatan emosional, variabel integrasi sosial, variabel pengakuan, variabel hubungan yang dapat diandalkan, dan variabel kemungkinan membantu. Sedangkan tidak terdapat korelasi yang signifikan pada variabel saran terhadap kualitas hidup lanjut usia. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dengan kualitas hidup lanjut usia. Variabel dukungan sosial yang berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hidup adalah variabel kerekatan emosional dan variabel hubungan yang dapat diandalkan. Sedangkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel integrasi sosial, variabel pengakuan, variabel saran, dan variabel kemungkinan membantu terhadap kualitas hidup lanjut usia. B. Saran Setelah melalui seluruh proses penelitian dan penyusunan laporan hasil penelitian, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. 88 Untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya maka penulis memberikan saran yang dapat dijadikan pertimbangan. 1. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk menggunakan item-item yang lebih menditail mewakili indikator dimensi yang akan diukur. Serta untuk peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabel lainnya. 2. Untuk pemerintah dan PUSAKA agar dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia, dengan menambahkan pengasuh bagi para lansia. Sehingga para binaan mendapatkan bantuan dan perhatian yang lebih banyak. Serta dapat menambah sarana dan prasarana yang ramah bagi lanjut usia. 3. Agar semua pihak dapat lebih memperhatikan kesejahteraan lanjut usia, karena usia lanjut merupakan usia dimana seseorang membutuhkan dukungan dari orang-orang di sekitarnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Ariefuzzaman, Siti Napsiyah Ariefuzzaman dan Lisma Diawati Fuaida. Belajar Teori Pekerjaan Sosial . Jakarta: UIN, 2011. Enterprise, Jubille. SPSS Untuk Pemula. Jakarta: Elex Media, 2014. Hawari, Dadang. Sejahtera di Usia Senja. Jakarta: FKUI, 2007. Henslin, James M Henslin. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga, 2006. Kementrian Sosial RI Dierktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, Pedoman Penyelenggaraan Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA). Jakarta: Kementrian Sosial, 2012. Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Prayitno, Duwi. 5 Jam Belajar Olahan Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: CV. Andi offset, 2009. Santrock, John W. Perkembangan Anak . Jakarta: Erlangga, 2007. Sari, Endah Puspita. Penerimaan Diri pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Kematangan Emosi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2002. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat. Bandung: STKS, 2008. Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014. Soekidjo Notoatmodjo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2011. Surbakti. Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut. Jakarta: Pranita Aksara, 2013. Sumarsono, Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004. 1 Topatimasang, Roem. Memanusiakan Lanjut Usia: Penuaan &Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta: INSIST Press, 2013. Penduduk Upton, Penney. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga, 2012. JURNAL Amalia Yuliati, dkk., “Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia (The Different of Quality of Life Among the Elderly who Living at Community and Social Services),” Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (Januari 2014): h. 88. Sri, Zainuddin “Dukungan Sosial Pada Lansia,” Jurnal Psikologi, 16 Agustus 2006. SKRIPSI Diah, Ayu. “Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Elderly Day Care Services Tahun 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma Bekasi Timur.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia, 2012. Najah, Kamalia. “Pengaruh Dukungan Sosial dan Spiritual Terhadap Simton Depresi Pada Santri di Pesantrean.” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013. Putri, Amalia Kusuma. “Pengaruh Dukungan Sosial dan Prestasi Belajar Terhadap Kepercayaan Diri Remaja,” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012. Raafiah, Dyni. “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Burnout Guru Sekolah Luar Biasa.” Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012. Yunita, Rika “Hubungan Kegiatan Sosial Lanjut Usia dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Puskesmas Ciputat.” Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2011. WEBSITE Badan Pusat Statistik. “Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://www.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2014.pdf Wardhana, Hendra. “Mereka Lansia, Mereka Berdaya,” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/05/29/mereka-lansia-merekaberdaya-655403.html Dewianita, dkk. “Fungsi keluarga, dukungan sosial dan kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas III Denpasar Selatan,” artikel diakses pada 1 Maret 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/7878-13923-1-SM.pdf Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,” artikel diakses pada 17 Januari 2015 dari file:///C:/Users/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun-1998-1398%20(3).pdf Kusumawardani, Arianti “Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup pada Lansia Penderita Hipertensi,” artikel diakses pada 20 Februari 2015 http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2014/08/Hubungandari antara-Dukungan-Sosial-dan Kualitas-Hidup-pada-Lansia-PenderitaHipertensi.pdf Al-Qur’an Online, “surah Al-Isra ayat 23,” artikel diakses pada 22 September 2014 dari http://quran.com/17/23-24 Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “ Lanjut Usia,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari http://rehsos.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid =6 Universitas Sumatra Utara, “Pelayanan Lanjut Usia,” Artikel diakses pada 18 Februari 2015 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39240/3/Chapter%20II.pdf Raharjo, Sahid. “Cara Melakukan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS.” artikel diakses pada tangga 30 April 2015 dari http://spssindo.blogspot.com/2014/01/uji-normalitas-koimogorov-smirnovspss.html LEMBAR PERMOHONAN Kepada Yth Para Responden Di Tempat Assalamualaikum Wr. Wb. Saya mahasiswi Universitas Islam Negreri Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan kesejahteraan sosial sedang melaksanakan pelenitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Sosial. Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang saya lakukan mengenai “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA) KECAMATAN PANCORAN JAKARTA SELATAN”. Untuk itu saya harap kepada responden untuk bersedia mengisi Angket yang telah disediakan. Demikian surat permohonan ini saya sampaikan. Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi yang telah diberikan dalam pengisian Angket ini. Jakarta , April 2015 Yusnia Pratiwi ANGKET UNTUK LANJUT USIA Nama : Umur : Jenis Kelamin : L / P (Lingkari) PETUNJUK PENGISISAN 1. Bacalah dan perhatikan baik-baik pernyataan yang tertera pada angket dibawah ini. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat anda pribadi tanpa pengaruh orang lain. 3. Pililah salah satu jawaban yang telah disediakan. 1. Angket Dukungan Sosial No 1 2 3 Sangat setuju (selalu) Pernyataan dimensi Kerekatan Emosional Tidak ada seorangpun yang peduli dengan saya. Saya lebih senang jika jauh dari keramaian. Saya merasa kesepian. 1 Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampir tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) 4 5 6 Saya merasa lebih aman jika berada di lingkungan rumah. Berkumpul bersama keluarga membuat saya lebih tenang. Tidak ada seorangpun yang dapat saya percaya, sehingga merasa tidak aman jika berada dengan orang lain. No Pernyataan Dimensi Integrasi Sosial 1 Saya sering mengikuti kegiatan (arisan, pengajian,dll) yang ada di lingkungan tempat tinggal. Saya sering meluangkan waktu untuk hobi bersama temanteman. Saya terpaksa mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal. Saya sering berkumpul dengan teman-teman. Saya lebih senang berada di rumah, karena tidak ada yang mengganggu. Saya memiliki banyak musuh. 2 3 4 5 6 No Pernyataan Dimensi Penghargaan dan Pengakuan Sangat setuju (selalu) Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) 1 2 3 4 5 6 Keluarga menganggap saya tidak berguna. Karena pengalaman yang saya miliki, sehingga orang-orang di sekitar sering meminta nasihat/saran . Saya adalah sesepuh yang disegani di masyarakat. Apapun kebaikan yang telah saya lakukan tidak pernah dihargai oleh orang lain. Saya merasa dihormati oleh keluarga/orang-orang disekitar. Keluarga sering memberikan hadiah atas apa yang telah saya lakukan. No Pernyataan Dimensi Hubungan Yang Dapat Diandalkan 1 2 Ketika saya sakit, maka banyak yang membantu. Saya sering mendapat bantuan dari orang lain (bantuan jasa/ barang). Tidak ada seorangpun dalam keluarga/orang-orang sekitar yang dapat diandalkan ketika saya membutuhkan pertolongan. Tetangga saya adalah orang yang baik, karena sering membantu. (bantuan jasa/ barang) 3 4 No Pernyataan Dimensi Saran/ Informasi Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit Sangat tidak setuju (tidak pernah) Sangat tidak setuju 1 2 3 4 No 1 No 2 tidak pernah) (tidak pernah) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Saya sering mendapat nasihat dari orang-orang di sekitar. Saya selalu memecahkan masalah sendiri tanpa dibantu orang lain. Terkadang masalah yang saya hadapi tidak terpecahkan, karena tidak ada yang membantu. Di lingkunan tempat tinggal sering dilakukan sosialisasi kesehatan. Pernyataan Dimensi Kemungkinan Membantu Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Saya sering diminta tolong untuk membantu orang-orang di sekitar (mengurus rumah, menjaga cucu, dll). Pernyataan Dimensi Kemungkinan Membantu Keluarga/orang-orang sekitar tidak mengharapkan keberadaan saya. Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) 3 4 Ketika saya keluar rumah terlalu lama, maka keluarga akan mencari. Tenaga saya masih dibutuhkan oleh orang lain. B. Angket Kualitas Hidup No 1 2 3 4 5 Pernyataan Dimensi Kemampuan Sensori Saya sering berobat ke rumah sakit, karena gangguan panca indra. (gangguan mata/telinga) Saya sudah tua, sehingga merasa perlu untuk merawat kesehatan panca indra. (kesehatan mata/telinga) Gangguan panca indra yang saya alami mengganggu aktifitas yang saya lakukan. (mata/telinga) Saya marasa masih mampu berkarya seperti orang lain, walaupun saya sudah tua. Saya sulit berinteraksi dengan orang-orang sekitar, karena maslah kesehatan panca indra. (mata/ telinga) Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) No Pernyataan Dimensi Otonomi 1 Keluarga mendukung apa pun kegiatan yang saya lakukan (pengajian, arisan, dll) Saya selalu dilibatkan oleh keluarga/orang-orang sekitar dalam mengambil keputusan bersama. Keluarga/orang-orang di sekitar sering mengatur apa yang harus saya lakukan. Saya akan marah, jika dilarang melakukan suatu hal. Keluarga menghargai kebebasan hidup saya, sehingga saya hidup senang di masa tua. 2 3 4 5 No 1 2 3 4 Pernyataan Dimensi Aktifitas Sosial Saya sudah tua, sehingga sudah tidak ada lagi harapan yang ingin dicapai dalam hidup. Saya merasa puas dengan apa yang telah dicapai dalam hidup Saya merasa bangga dengan diri sendiri. Saya adalah orang yang berpengaruh di lingkungan tempat Sangat setuju (selalu) Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) 5 No 1 2 3 4 5 tinggal Sekarang saya hidup berkecukupan, karena kerja keras ketika muda. Pernyataan Dimensi Partisipasi Sosial Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) Saya mempunyai berbagai macam kegiatan setiap harinya (memasak, mencuci, mengurus cucu, dll) Saya mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal (pengajian, arisan, dll) Saya sering sakit, karena kegiatan harian yang padat. Saya merasa senang masih bisa berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat (pengajian, arisan dll). Saya hanya keluar rumah jika hanya ada urusan penting saja. No Pernyataan Dimensi Kematian 1 Saya merasa khawatir tentang bagaimana saya akan meninggal nanti. Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) 2 3 4 5 No 1 2 3 4 5 Saya merasa penting untuk memiliki asuransi kematian. Saya merasa takut ketika membayangkan kematian. Saya merasa takut, jika nanti merasakan sakit sebelum meninggal Saya merasa penyakit yang saya derita tidak dapat di sembuhkan Pernyataan Dimensi Persahabatan dan Cinta Saya memiliki banyak teman. Banyak teman yang peduli kepada saya. Ketika saya memerlukan pertolongan selalu ada teman yang membantu. Saya merasa kesepian dalam hidup ini. Keluarga/orang-orang sekitar mencintai saya. Sangat setuju (selalu) Setuju (sering) Cukup setuju (kadang) Tidak setuju (hampit tidak pernah) Sangat tidak setuju (tidak pernah) 1 Hasil Uji Koefisien Reabilitas Case Processing Summary N Valid Cases a Excluded Total % Reliability Statistics 30 100,0 0 ,0 30 100,0 Cronbach's N of Items Alpha ,894 23 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Case Processing Summary N Valid Cases a Excluded Total % Reliability Statistics 30 100,0 0 ,0 30 100,0 Cronbach's N of Items Alpha ,868 26 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters 51 a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation 0E-7 8,44931702 Absolute ,106 Positive ,106 Negative -,059 Kolmogorov-Smirnov Z ,758 Asymp. Sig. (2-tailed) ,614 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances KUALITAS HIDUP Levene Statistic df1 df2 Sig. 2,956 13 23 ,011 Hasil Uji Koefisien Determinasi b Model Summary Model 1 R ,654 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate ,428 ,350 Durbin-Watson 8,617 1,782 Hasil Uji F-Test a ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 2443,268 6 407,211 Residual 3266,771 44 74,245 Total 5710,039 50 F 5,485 Sig. ,000 a. Dependent Variable: KUALITAS HIDUP b. Predictors: (Constant), Kemungkinan Membantu, Saran , Kerekatan Emosional, Hubungan Yang Dapat Diandalkan, Integrasi Sosial, Pengakuan b Hasil Koefisien Korelasi Correlations Kualitas hidup Kualitas (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) hidup Kerekatan Integrasi Pengakuan Hubungan Saran Kemungkin emosional sosial yang dapat an diandalkan membantu 1,000 ,395 ,446 ,434 ,494 ,074 ,238 Kerekatan emosional ,395 1,000 ,347 ,422 ,086 ,204 ,133 Pearson Integrasi sosial ,446 ,347 1,000 ,384 ,266 ,328 ,141 Correlatio Pengakuan ,434 ,422 ,384 1,000 ,521 -,132 ,390 n Hubungan yang dapat diandalkan ,494 ,086 ,266 ,521 1,000 -,176 ,175 Saran ,074 ,204 ,328 -,132 -,176 1,000 ,000 Kemungkinan membantu ,238 ,133 ,141 ,390 ,175 ,000 1,000 . ,002 ,001 ,001 ,000 ,302 ,046 Kerekatan emosional ,002 . ,006 ,001 ,275 ,076 ,176 Integrasi sosial ,001 ,006 . ,003 ,030 ,009 ,161 Pengakuan ,001 ,001 ,003 . ,000 ,179 ,002 Hubungan yang dapat diandalkan ,000 ,275 ,030 ,000 . ,108 ,110 Saran ,302 ,076 ,009 ,179 ,108 . ,500 Kemungkinan membantu ,046 ,176 ,161 ,002 ,110 ,500 . Kualitas hidup 51 51 51 51 51 51 51 Kerekatan emosional 51 51 51 51 51 51 51 Integrasi sosial 51 51 51 51 51 51 51 Pengakuan 51 51 51 51 51 51 51 Hubungan yang dapat diandalkan 51 51 51 51 51 51 51 Saran 51 51 51 51 51 51 51 Kemungkinan membantu 51 51 51 51 51 51 51 Kualitas hidup Sig. (1tailed) N Hasil Uji Koefisien Regresi Berganda dan Uji T-test Coefficients Model a Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Coefficients B (Constant) ,051 ,272 2,023 ,049 ,498 ,234 1,687 ,099 -,063 ,530 -,020 -,119 ,906 1,785 ,614 ,402 2,909 ,006 Saran ,092 1,174 ,010 ,078 ,938 Kemungkinan Membantu ,757 ,886 ,106 ,855 ,397 Integrasi Sosial Pengakuan Hubungan Yang Dapat Diandalkan a. Dependent Variable: KUALITAS HIDUP 26,116 12,991 1,292 ,639 ,840 Beta 2,010 Kerekatan Emosional 1 Std. Error