BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diare masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini terutama di negaranegara berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di dunia dan menjadi penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada anak dibawah lima tahun. Diare dapat berlangsung selama beberapa hari, sehingga tubuh dapat kehilangan cairan yang penting seperti air dan garam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Kebanyakan orang yang meninggal akibat diare karena mengalami dehidrasi berat dan kehilangan cairan (WHO, 2013). Di dunia setiap tahunnya, diperkirakan sekitar 2,5 milyar kasus diare terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari setengah kasus diare terjadi di Negara Afrika dan Asia Selatan, dengan jumlah sebanyak 783 juta kasus di Asia selatan, 696 juta kasus di Afrika. Lebih dari 80% kematian pada anak balita akibat diare terjadi di Negara Afrika dan Asia Selatan dengan persentase sebesar 46% dan 38% (WHO, 2009). Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam penelitian yang berbasis masyarakat, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan di 33 provinsi pada tahun 2007, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi diare 9,0%. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare diatas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan terendah di DI Yogyakarta. Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur pada balita (1-4 tahun) terlihat tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 16,7%. Demikian pula pada bayi (<1 tahun) yaitu 16,5% (Kemenkes RI, 2011). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera utara, terjadi peningkatan jumlah kasus diare di tahun 2011 dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 14 Universitas Sumatera Utara 2011, kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 45,74% sehingga angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) akibat diare per 1.000 penduduk mencapai 19,35%. Hasil tersebut menunjukkan terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 yaitu 18,73%, dan tahun 2009 yaitu 12,98%. Dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di Kabupaten Samosir dan Padang Lawas Utara. Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Nias dan Kota Padang Sidimpuan. Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan imunitas adalah yang paling berisiko mengalami diare bahkan dapat mengancam jiwa (WHO, 2013). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui dapat melindungi untuk melawan diare, antibodi yang diperoleh dari maternal membantu untuk melawan agen infeksi bertanggung jawab terhadap penyakit diare (Yilgwan and Okolo, 2012). ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (Kemenkes RI, 2011). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI juga turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan 15 Universitas Sumatera Utara botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare (Kemenkes RI, 2011). Umumnya dikota besar banyak bayi-bayi yang diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara dipedesaan, banyak dijumpai bayi yang masih berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli, 2000). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, terjadi penurunan persentase pemberian ASI eksklusif di tahun 2010 dan 2011 sebesar 25,43% dan 26,67% dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 32,15%. Berdasarkan uraian tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : a. Berapa jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu? b. Apakah balita yang mempunyai riwayat tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai risiko terjadinya diare? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik diare yang terjadi pada balita 16 Universitas Sumatera Utara 2. Mengetahui lama pemberian ASI pada balita 3. Mengetahui karakteristik dari responden 1.4. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para ibu tentang angka kejadian diare pada balita yang diakibatkan tidak mendapat ASI eksklusif sehingga para ibu dapat melakukan pencegahan dengan memberikan ASI eksklusif untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. 2. Bagi peneliti Menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang diare pada balita dan tentang ASI eksklusif. 3. Bagi Peneliti lain Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sama atau terkait. \ 17 Universitas Sumatera Utara