PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : a. bahwa, sebagai pelaksanaan ketentuan dalam BAB IV Pasal 22 Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, perlu ditetapkan tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati Kotawaringin Barat tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok - pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286) ; - 246 - - 247 - 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) ; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) 8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4018) sebagaimana telah diubah dengan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4194); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741); 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah; - 248 - 15. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat. b. Kabupaten adalah Kabupaten Kotawaringin Barat. c. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. d. Pemerintah Daerah adalah beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. e. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat. f. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. g. Dinas adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat. h. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat. i. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. j. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD, adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. - 249 BAB II PENETAPAN Pasal 2 Dengan Peraturan Bupati ini ditetapkan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat. BAB III SUSUNAN ORGANISASI Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari : 1. Kepala Dinas; 2. Sekretaris : a. Kepala Sub Bagian Keuangan; b. Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan; c. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program. 3. Bidang terdiri dari : a. Kepala Bidang Sumber Daya Air, terdiri dari : 1) Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air; 2) Kepala Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Air; 3) Kepala Seksi Pengamanan Sumber Daya Air. b. Kepala Bidang Bina Marga, terdiri dari : 1) Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan; 2) Kepala Seksi Jalan; 3) Kepala Seksi Jembatan. c. Kepala Bidang Cipta Karya, terdiri dari : 1) Kepala Seksi Perencanaan Cipta Karya; 2) Kepala Seksi Tata Bangunan dan Permukiman; 3) Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman. d. Kepala Bidang Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan, terdiri dari: 1) Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Tata Ruang dan Kawasan; - 250 2) Kepala Seksi Kebersihan; 3) Kepala Seksi Pertamanan dan Makam. 4. Kelompok Jabatan Fungsional. 5. Unit Pelaksana Teknis Dinas. Pasal 4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum adalah sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan ini. BAB IV TUGAS POKOK, FUNGSI DAN KEWENANGAN DINAS PEKERJAAN UMUM Pasal 5 Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan kewenangan Pemerintahan Daerah dan tugas pembantuan di bidang Pekerjaan Umum. Pasal 6 Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 5, Dinas Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Pekerjaan Umum, Bina Marga, Cipta Karya, Sumber Daya Air dan Tata Ruang, Kebersihan Dan Pertamanan sesuai dengan kebijaksanaan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; b. Pembinaan dan Pelaksanaan Pengembangan Prasarana Kebinamargaan; c. Pembinaan dan Pelaksanaan Pengembangan Cipta Karya; d. Pembinaan dan Pelaksanaan pengembangan Prasarana Sumber Daya Air; e. Pembinaan dan Pelaksanaan Pengembangan Tata Ruang; f. Pembinaan dan Pelaksanaan Pengembangan Konstruksi; g. Pemberian Perizinan dan Pelaksanaan Pengawasan; h. Pembinaan, Pelayanan, Pengawasan, Pengendalian, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan Pekerjaan Umum; - 251 Pasal 7 Untuk melaksanakan fungsi di atas, Dinas Pekerjaan Umum mempunyai kewenangan sebagai berikut : 1. Pengelolaan dan penyusunan urusan, keuangan, kepegawaian dan surat-menyurat dalam Bidang Pekerjaan Umum. 2. Penetapan kebijakan, pengelolaan sumber daya air kabupaten. 3. Penetapan pola pengelolaan, rencana pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 4. Pembentukan wadah koordinasi sumber daya air di tingkat kabupaten dan/atau pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 5. Pembentukan komisi irigasi kabupaten. 6. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 7. Penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah. 8. Menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 9. Pemberian izin pembangunan, pemanfaatan, pengubahan dan/atau pembongkaran bangunan dan/atau irigasi pada jaringan irigasi primer dan sekunder dalam daerah irigasi yang berada dalam satu kabupaten. 10. Pemberdayaan kelembagaan sumber daya air tingkat kabupaten. 11. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 12. Pemberdayaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 13. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala kabupaten. 14. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat kabupaten. 15. Pembangunan dan peningkatan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten. 16. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi dalam satu kabupaten. 17. Operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi pada sungai, danau, waduk dan pantai pada wilayah sungai dalam satu kabupaten. 18. Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan/jembatan dengan memperhatikan keserasian antar daerah dan antar kawasan. 19. Penyusunan pedoman jalan/jembatan kota. operasional penyelenggaraan jalan/jembatan kabupaten/desa dan 20. Penetapan status jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 21. Penyusunan perencanaan umum dan pembiayaan jaringan jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 22. Pemberian bimbingan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 23. Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi dan pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan. - 252 24. Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 25. Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan serta pelaksanaan konstruksi jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 26. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 27. Pengembangan dan pengelolaan manajemen jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 28. Mengevaluasi kinerja penyelenggaraan jalan/jembatan kabupaten dan jalan/jembatan kota. 29. Mengendalikan fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan/jembatan kabupaten/desa dan jalan/jembatan kota. 30. Memfasilitasi peningkatan kapasitas manajemen pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan tingkat kabupaten. 31. Pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan di wilayah kabupaten. 32. Penyiapan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan jangka panjang dan jangka menengah kabupaten dengan mengacu pada RPJP dan RPJM nasional dan provinsi. 33. Penyelenggaraan kerja sama/kemitraan antara pemerintah daerah/dunia usaha/masyarakat dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan kabupaten. 34. Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan di wilayah kabupaten. 35. Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan kawasan perkotaan dan perdesaan. 36. Peningkatan kapasitas teknis dan manajemen pelayanan air minum di wilayah kabupaten termasuk kepada Badan Pengusahaan Pelayanan (operator) BUMD. 37. Penetapan pemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan SPAM wilayah kabupaten. 38. Pengembangan SPAM dan penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana air limbah di wilayah kabupaten untuk pemenuhan SPM. 39. Fasilitasi penyelenggaraan (bantuan teknis) kepada kecamatan, pemerintah desa serta kelompok masyarakat di wilayahnya dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM dan prasarana dan sarana air limbah. 40. Penyediaan prasarana dan sarana air minum dan air limbah untuk daerah bencana dan daerah rawan air skala kabupaten. 41. Penanganan bencana alam tingkat kabupaten. 42. Penyusunan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana air minum dan air limbah kabupaten. 43. Monitoring, evaluasi dan pengawasan serta pengendalian terhadap pengembangan prasarana dan sarana air minum dan air limbah kabupaten. penyelenggaraan 44. Penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana persampahan di kabupaten. 45. Penyusunan rencana induk pengembangan prasarana dan sarana persampahan kabupaten. 46. Monitoring, evaluasi dan pengawasan terhadap seluruh tahapan pengembangan persampahan di wilayah kabupaten. - 253 47. Peningkatan kapasitas teknik dan manajemen penyelenggara drainase dan pematusan genangan di wilayah kabupaten. 48. Penyelesaian masalah dan permasalahan operasionalisasi sistem drainase dan penanggulangan banjir di wilayah kabupaten dan koordinasi dengan daerah sekitarnya. 49. Penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase di wilayah kabupaten. 50. Penyusunan rencana induk prasarana dan sarana drainase skala kabupaten. 51. Monitoring, evaluasi dan pengawasan serta pengendalian terhadap penyelenggaraan sistem drainase dan pengendali banjir di wilayah kabupaten. 52. Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi Kasiba/Lisiba di wilayah kabupaten. 53. Penetapan peraturan daerah Kasiba/Lisiba di wilayah kabupaten. 54. Penyelenggaraan pembangunan Kasiba/Lisiba di wilayah kabupaten. 55. Pelaksanaan kerja sama swasta, masyarakat tingkat nasional dalam pembangunan Kasiba/Lisiba. 56. Penetapan izin lokasi Kasiba/Lisiba di wilayah kabupaten. 57. Monitoring, evaluasi, pengawasan Kasiba/Lisiba di wilayah kabupaten. dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan 58. Penetapan peraturan daerah kebijakan dan strategi penanggulangan permukiman kawasan kumuh/nelayan di wilayah kabupaten. 59. Penetapan peraturan daerah tentang pencegahan timbulnya permukiman kumuh di wilayah kabupaten. 60. Penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh perkotaan di kabupaten. 61. Pengelolaan peremajaan/perbaikan permukiman kumuh/nelayan dengan rusunawa. 62. Melaksanakan evaluasi, pengawasan dan pengendalian penanganan permukiman kumuh di kabupaten. 63. Penetapan peraturan daerah kabupaten, mengenai bangunan gedung dan lingkungan mengacu pada norma, standar, prosedur dan kriteria nasional. 64. Penetapan kebijakan dan strategi kabupaten mengenai bangunan gedung dan lingkungan. 65. Penetapan kelembagaan bangunan gedung di kabupaten. 66. Penyelenggaraan IMB gedung. 67. Pendataan bangunan gedung. 68. Penetapan persyaratan administrasi dan teknis untuk bangunan gedung adat, semi permanen, darurat dan bangunan gedung yang dibangun di lokasi bencana. 69. Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 70. Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan. 71. Penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. 72. Pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara yang menjadi aset pemerintah kabupaten. 73. Penetapan status bangunan dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala lokal. 74. Pengawasan terhadap pelaksanaan perundang-undangan, pedoman dan standar teknis dalam penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungannya. 75. Pengawasan dan penertiban pembangunan, pemanfaatan dan pembongkaran bangunan gedung. - 254 76. Pengawasan dan penertiban pelestarian bangunan gedung dan lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan yang berskala lokal. 77. Pelaksanaan kebijakan pembinaan jasa konstruksi yang telah ditetapkan. 78. Pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dalam wilayah kabupaten yang bersangkutan. 79. Penelitian dan pengembangan jasa konstruksi dalam wilayah kabupaten yang bersangkutan. 80. Peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi di tingkat kabupaten. 81. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan penyuluhan di bidang jasa konstruksi dalam kabupaten. 82. Penertiban perizinan usaha jasa konstruksi. 83. Pengawasan tata lingkungan dalam wilayah kabupaten yang bersangkutan. 84. Pengawasan sesuai kewenangannya untuk terpenuhinya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 85. Penetapan kebijakan, strategi dan program di kabupaten di bidang pembiayaan perumahan 86. Penyusunan norma, standar, prosedur dan manual kabupaten bidang pembiayaan perumahan. 87. Pelaksanaan, penerapan dan penyesuaian pengaturan instrumen pembiayaan dalam rangka penerapan sistem pembiayaan. 88. Fasilitasi bantuan teknis bidang pembiayaan perumahan kepada para pelaku di tingkat kabupaten. 89. Pemberdayaan pelaku pasar dan pasar perumahan di tingkat kabupaten. 90. Fasilitasi bantuan pembiayaan perbaikan/pembangunan rumah swadaya milik. 91. Pengendalian penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat kabupaten. 92. Melakukan evaluasi penyelenggaraan bidang pembiayaan perumahan di tingkat kabupaten. 93. Memberikan masukan penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang – undangan bidang perumahan. 94. peninjauan kembali kesesuaian peraturan perundang – undangan bidang perumahan di kabupaten dengan peraturan perundang –undangan di atasnya. 95. Pelaksanaan kebijakan kabupaten. dan strategi nasional pembangunan dan pengembangan pada skala 96. Pelaksanaan upaya efisiensi pasar dan industri perumahan skala kabupaten 97. Pelaksanaan peraturan perundang–undangan, produk norma, standar, prosedur dan manual (NSPM), serta kebijakan dan strategi nasional perumahan. 98. Pelaksanaan teknis penyelenggaraan perumahan. 99. Memanfaatkan badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMN, BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang. 100. Penyusunan pedoman dan manual perencanaan, pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana umum skala kabupaten. 101. Melaksanakan hasil sosialisasi. 102. Pelaksanaan kegiatan melalui pelaku pembangunan perumahan 103. Penyelenggaraan perumahan sesuai teknik bangunan. 104. Pembinaan dan kerjasama dengan badan usaha pembangunan perumahan, baik BUMN, BUMD, koperasi, perorangan maupun swasta, yang bergerak di bidang usaha industri bahan bangunan, industri komponen bangunan, konsultan, kontraktor dan pengembang. - 255 105. Fasilitasi pelaksanaan tindakan turun tangan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan prasarana dan sarana umum yang berdampak lokal. 106. Perumusan rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) dan rencana pembangunan jangka menengah di bidang perumahan di wilayah kabupaten. 107. Fasilitasi percepatan pembangunan perumahan skala kabupaten. 108. Pembangunan rusunawa dan rusunami lengkap dengan penyediaan tanah, prasarana dan sarana umum dan melakukan pengelolaan dan pemeliharaan di perkotaan, perbatasan internasional, pusat kegiatan perdagangan/produksi. 109. Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas umum sebagai stimulan di RSH, rusun dan rusus dengan melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan. 110. Pembangunan rumah contoh (RSH) sebagai stimulan pada daerah terpencil dan uji coba serta fasilitasi pengelolaan, pemeliharaan kepada kabupaten / kota, penyediaan tanah, PSU umum. 111. Pelaksanaan pembangunan rumah untuk korban bencana dan khusus lainnya serta pengelolaan depo dan pendistribusian logistik penyediaan lahan, pengaturan, pemanfaatan seluruh bantuan. 112. Perumusan kebijakan dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan skala kabupaten. 113. Pelaksanaan SPO baku penanganan pengungsi akibat bencana skala kabupaten. 114. Pelaksanaan SPM perumahan dan PSU pesisiran pantai serta pulau kecil,di kabupaten. 115. Pelaksanaan dan atau penerimaan bantuan perumahan. 116. Penetapan harga sewa rumah. 117. Pelaksanaan pembangunan perumahan untuk penampungan pengungsi lintas kawasan sekabupaten. 118. Pelaksanaan bantuan pembangunan dan kelembagaan serta penyelenggaraan perumahan dengan dana tugas pembantuan. 119. Pelaksanaan pembangunan rumah susun untuk MBR dan rumah khusus, rumah nelayan, perbatasan internasional dan pulau – pulau kecil. 120. Pengelolaan PSU bantuan pusat. 121. Pembentukan kelembagaan perumahan kabupaten. 122. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pembangunan dan pengelolaan perumahan. 123. Penyusunan pedoman dan manual penghunian, dan pengelolaan perumahan setempat dengan acuan umum SPM nasional. 124. Pengawasan dan pengendalian pengelolaan rusun dan rusus. 125. Perumusan kebijakan dan strategi kabupaten tentang kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 126. Penyusunan RPJP dan RPJM kabupaten tentang perumahan swadaya. 127. Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di kabupaten. 128. Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 129. Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. - 256 130. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 131. Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di kabupaten. 132. Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah kabupaten yang terkait dengan pembangunan perumahan swadaya. 133. Perumusan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 134. Penyusunan RPJP dan RPJM kabupaten perumahan swadaya. 135. Penyusunan NSPM pembangunan perumahan swadaya di kabupaten. 136. Koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 137. Fasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 138. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi kabupaten tentang lembaga pendukung pembangunan perumahan, pendataan perumahan dan peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan swadaya. 139. Sosialisasi kebijakan strategi, program dan NSPM pembangunan perumahan swadaya di kabupaten. 140. Pengkajian kebijakan dan peraturan daerah kabupaten yang terkait dengan pembangunan. 141. Penetapan Kebijakan dan strategi kabupaten dalam pengembangan kawasan. 142. Penyusunan rencana kabupaten dalam pembangunan dan pengembangan permukiman daerah (RP4D-kabupaten). perumahan dan 143. Pembinaan teknis penyusunan RP4D di wilayahnya. 144. Penyusunan RP4D di wilayahnya. 145. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan dan RP4D di wilayahnya. 146. Pengendalian pelaksanaan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan dan RP4D di wilayahnya. 147. Penetapan kebijakan dan strategi kabupaten dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar. 148. Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya. 149. Pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya. 150. Monitoring dan evaluasi Pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya. 151. Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan skala besar di wilayahnya. 152. Penetapan kebijakan dan strategi kabupaten dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus. - 257 153. Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. 154. Pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. 155. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. 156. Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan dan pengelolaan kawasan khusus di wilayahnya. 157. Penetapan kebijakan dan strategi kabupaten dalam penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan. 158. Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya. 159. Pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya. 160. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya 161. Pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keterpaduan prasarana kawasan di wilayahnya 162. Penetapan kebijakan dan strategi kabupaten dalam penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang. 163. Pembinaan teknis pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya. 164. Pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian wilayahnya. berimbang di 165. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya. 166. pengendalian pelaksanaan penyelenggaraan keserasian kawasan dan lingkungan hunian berimbang di wilayahnya. 167. Pelaksanaan penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang – undangan bidang perumahan di tingkat kabupaten. 168. Pelaksanaan kesesuaian peraturan daerah kabupaten dengan peraturan perundang – undangan terkait di bidang perumahan. 169. Pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang – undangan bidang perumahan dalam rangka mewujudkan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum dalam bermukim di kabupaten. 170. Koordinasi pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang – undangan bidang perumahan di kabupaten. 171. Pelaksanaan kebijakan dan penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di kabupaten. 172. Pelaksanaan fasilitasi penanganan masalah dan sengketa bidang perumahan di kabupaten. 173. Fasilitasi penyusunan, koordinasi dan sosialisasi NSPM bidang perumahan di tingkat kabupaten. 174. Pelaksanaan dan sosialisasi NSPM penyediaan lahan untuk pembangunan perumahan di kabupaten. 175. Pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan di kabupaten. 176. Fasilitasi pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan. 177. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten pembangunan perumahan sesuai dengan penataan ruang dan penataan pertanahan. tentang - 258 178. Fasilitasi penyelesaian eksternalitas pembangunan perumahan di kabupaten. 179. Pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pendayagunaan pemanfaatan hasil teknologi bahan bangunan, sosial ekonomi budaya serta PSU pendukung perumahan. 180. Koordinasi pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan. 181. Fasilitasi pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan. 182. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil teknologi dan bahan bangunan, sosial ekonomi budaya, serta PSU pendukung perumahan. 183. Pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan. 184. Koordinasi pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan. 185. Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan kabupaten tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan. 186. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kebijakan kabupaten tentang pemberdayaan para pelaku pendukung pembangunan perumahan. 187. Melaksanakan kemitraan antara pemerintah daerah, badan usaha, dan kelompok masyarakat dalam pembangunan perumahan. 188. Fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku pembangunan perumahan pemerintah, swasta dan masyarakat di kabupaten. BAB V RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PADA DINAS PEKERJAAN UMUM Bagian Pertama Kepala Dinas Pasal 8 Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin Dinas Pekerjaan Umum, membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan sekretariat dan bidang dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum, perumahan dan penataan ruang berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Pasal 9 Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 8, Kepala Dinas menyelenggarakan fungsi : - 259 1. Penyusunan perencanaan bidang pekerjaan umum, perumahan dan penataan ruang; 2. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum, perumahan dan penataan ruang; 3. Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang pekerjaan umum, perumahan dan penataan ruang; 4. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan bidang bina marga, sumber daya air, cipta karya, tata ruang, kebersihan dan pertamanan; 5. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan dinas pekerjaan umum; 6. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas pekerjaan umum. 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Kedua SEKRETARIAT Pasal 10 Sekretaris mempunyai tugas pokok merencanakan, menyusun, melaksanakan, mengatur, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan pelayanan umum, kepegawaian dan perlengkapan, keuangan, perencanaan dan pengendalian program, serta mengoordinasikan penyelenggaraan, evaluasi dan pelaporan tugas bidang secara terpadu. Pasal 11 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, Sekretaris menyelenggarakan fungsi: 1. Mengoordinasikan penyusunan rencana program kegiatan dan anggaran SKPD; 2. Mengatur pelaksanaan urusan umum, kepegawaian dan perlengkapan SKPD ; 3. Mengatur pelaksanaan administrasi pengelolaan keuangan SKPD; 4. Menyusun evaluasi dan pelaporan kegiatan SKPD ; 5. Mengoordinasikan dan membina pelaksanaan tugas bidang secara terpadu ; 6. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan. Pasal 12 Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum membawahkan : a. Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program; b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan. - 260 Paragraf 1 Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program Pasal 13 Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program mempunyai tugas menyusun perencanaan program dan kegiatan Dinas. Pasal 14 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 13, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian Program mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan penyusunan program dan kegiatan dinas; 2. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan anggaran serta dokumen pelaksanaan anggaran ; 3. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan perencanaan. Paragraf 2 Sub Bagian Keuangan Pasal 15 Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan. Pasal 16 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 15, Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi: 1. Penyusunan rencana kegiatan pengelolaan administrasi keuangan dinas; 2. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dinas; 3. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi dalam pengelolaan administrasi keuangan dinas. Paragraf 3 Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan Pasal 17 Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian. - 261 - Pasal 18 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 17, Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Perlengkapan mempunyai fungsi; 1. Penyusunan rencana kegiatan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian dan perlengkapan; 2. Penyelenggaraan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian dan perlengkapan ; 3. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi kegiatan urusan umum dan pengelolaan administrasi kepegawaian dan perlengkapan. Bagian Ketiga BIDANG BINA MARGA Pasal 19 Kepala Bidang Bina Marga mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain bina marga, pembangunan dan pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan. Pasal 20 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 19, Kepala Bidang Bina Marga mempunyai fungsi : 1. Penyusunan rencana teknis dan program di bidang pengembangan prasarana jalan dan jembatan; 2. Pelaksanaan pembangunan, rehabilitasi sarana prasarana jalan dan jembatan; 3. Pengawasan dan pengendalian teknis di bidang pengembangan prasarana jalan dan jembatan; 4. Pengelolaan data dan penyusunan laporan bidang pengembangan prasarana jalan dan jembatan; 5. Penyelenggaraan penanggulangan dan penanganan keadaan darurat baik akibat bencana alam maupun akibat lainnya; 6. Penyelenggaraan pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana jalan dan jembatan; 7. Pembinaan jalan kabupaten dan jalan desa; 8. Pembinaan, monitoring, evaluasi, koordinasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Pasal 21 Kepala Bidang Bina Marga, membawahkan : 1. Kepala Seksi Perencanaan Jalan dan Jembatan; 2. Kepala Seksi Jalan; 3. Kepala Seksi Jembatan. - 262 Paragraf 1 Seksi Perencanaan Bina Marga Pasal 22 Kepala Seksi Perencanaan Bina Marga mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain, leger jalan dan jembatan, evaluasi dan pelaporan serta menyiapkan rencana pengembangan di bidang prasarana jalan dan jembatan. Pasal 23 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 22, Kepala Seksi Perencanaan Bina Marga mempunyai fungsi: a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan survei, investigasi dan desain prasarana jalan dan jembatan; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi survei, investigasi dan desain prasarana jalan dan jembatan; c. Penyelenggaraan survei, investigasi dan desain prasarana jalan dan jembatan; d. Penyiapan tahan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan perencanaan teknis prasarana jalan dan jembatan; e. Penyusunan rencana biaya di bidang bina marga; f. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Paragraf 2 Seksi Jalan Pasal 24 Kepala Seksi Jalan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan untuk melaksanakan pembangunan dan peningkatan jalan, pengawasan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan jalan sesuai kewenangannya. Pasal 25 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 24, Kepala Seksi Jalan mempunyai fungsi : a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan pembangunan dan pemeliharaan jalan; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pembangunan dan pemeliharaan jalan; c. Penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan jalan; d. Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten dengan memperhatikan keserasian antar wilayah kabupaten/provinsi; - 263 e. Penetapan status jalan kabupaten; f. Pemberian bimbingan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan kabupaten; g. Penyiapan penyelenggaraan peningkatan jalan; h. Pengumpulan dan pengolahan data keadaan jalan; i. Pengelolaan serta penyiapan bahan petunjuk teknis; j. Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk kabupaten; k. Pembiayaan pembangunan jalan kabupaten; l. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Paragraf 3 Seksi Jembatan Pasal 26 Kepala Seksi Jembatan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan untuk melaksanakan pembangunan dan peningkatan jembatan, pengawasan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis pembangunan, peningkatan, penggantian dan pemeliharaan jembatan sesuai kewenangannya. Pasal 27 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 26, Kepala Seksi Jembatan mempunyai fungsi: a. Penyiapan bahan penyusunan rencana program kegiatan di bidang jembatan; b. Penyiapan penyelenggaraan pembangunan jembatan; c. Penyiapan penyelenggaraan penggantian jembatan; d. Pengumpulan dan pengolahan data keadaan jembatan; e. Penyiapan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang berkaitan dengan jembatan; f. Pembiayaan pembangunan jembatan kabupaten; g. Penyusunan pedoman perencanaan pembangunan jembatan kabupaten; h. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Bagian Keempat BIDANG SUMBER DAYA AIR Pasal 28 Kepala Bidang Sumber Daya Air mempunyai tugas pokok merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain, pembangunan dan rehabilitasi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. - 264 Pasal 29 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 28, Kepala Bidang Sumber Daya Air mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain sumber daya air, pembangunan prasarana sumber daya air dan rehabilitasi prasarana sumber daya air; b. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi dalam survei, investigasi dan desain sumber daya air, pembangunan prasarana sumber daya air dan rehabilitasi prasarana sumber daya air; c. Penyelenggaraan survei, investigasi dan desain sumber daya air, pembangunan prasarana sumber daya air dan rehabilitasi prasarana sumber daya air; d. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan survei, investigasi dan desain sumber daya air, pembangunan prasarana sumber daya air dan rehabilitasi prasarana sumber daya air; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 30 Kepala Bidang Sumber Daya Air membawahkan : a. Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air; b. Kepala Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Air; c. Kepala Seksi Pengamanan Sumber Daya Air. Paragraf 1 Seksi Perencanaan Sumber Daya Air Pasal 31 Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan penyusunan pola, rencana pengelolaan sumber daya air, evaluasi kelayakan, penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja. Pasal 32 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 31, Kepala Seksi Perencanaan Sumber Daya Air mempunyai fungsi: a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain sumber daya air; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi survei, investigasi dan desain sumber daya air; c. Penyelenggaraan survei, investigasi dan desain sumber daya air; d. Penyiapan pola dan rencana pengelolaan sumber daya air; e. Penyusunan program kegiatan dan anggaran; - 265 f. Penyusunan sistem informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air; g. Pemberian bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada kelompok tani, P3A/GP3A; h. Penyiapan dewan sumber daya air atau dengan nama lain di tingkat kabupaten; i. Pengawasan dan evaluasi kinerja, manfaat dan dampak kegiatan pengelolaan sumber daya air. j. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Paragraf 2 Seksi Pemanfaatan Sumber Daya Air Pasal 33 Kepala Seksi Pemanfaatan Prasarana Sumber Daya Air mempunyai tugas melaksanakan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air. Pasal 34 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 33, Kepala Seksi Pemanfaatan Prasarana Sumber Daya Air mempunyai fungsi: a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan pembangunan prasarana sumber daya air; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pembangunan prasarana sumber daya air; c. Penyelenggaraan pembangunan prasarana sumber daya air; d. Penetapan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air; e. Pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas meliputi kebutuhan pokok dan pertanian; f. Pelaksanaan konstruksi irigasi meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi tambak; g. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air; h. Penyelenggaraan kegiatan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sumber daya air; i. Pembinaan, pengawasan, pengendalian, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. - 266 Paragraf 3 Seksi Pengamanan Sumber Daya Air Pasal 35 Kepala Seksi Pengamanan Prasarana Sumber Daya Air mempunyai tugas menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Pasal 36 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 35, Kepala Seksi Pengamanan Sumber Daya Air mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air meliputi sungai, danau, waduk dan/atau bendungan, rawa, cekungan air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat; b. Pengaturan, penetapan dan pemberian izin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumber daya air; c. Pengaturan, penetapan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah; d. Pelaksanaan konstruksi dalam rangka memenuhi kebutuhan air dan daya air serta memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas meliputi sanitasi lingkungan, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olah raga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika serta kebutuhan lain; e. Pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan penanggulangan daya rusak air yang dilakukan dengan mitigasi bencana pada sungai, danau, waduk dan/atau bendungan, rawa cekungan air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat; f. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembangunan jaringan irigasi, pengelolaan air baku dan sumber daya air lainnya; g. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Kelima BIDANG CIPTA KARYA Pasal 37 Kepala Bidang Cipta Karya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pengendalian, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman, pembangunan gedung dan perumahan. - 267 Pasal 38 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 37, Kepala Bidang Cipta Karya mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana teknis dan program di bidang pengembangan permukiman; b. Pembinaan teknis dalam pengembangan permukiman; c. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian pembangunan gedung pemerintah dan rumah dinas; d. Penyelenggaraan penyusunan pengembangan prasarana lingkungan; e. Penyelenggaraan penanggulangan akibat bencana alam di bidang pengembangan permukiman; f. Penetapan kebijakan dan strategi wilayah kabupaten dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan (mengacu kepada kebijakan provinsi dan nasional); g. Fasilitasi peningkatan manajemen pembangunan perkotaan dan perdesaan tingkat kabupaten; h. Fasilitasi kerjasama/kemitraan antar pemerintah/daerah dalam pengelolaan dan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan kabupaten; i. Pembinaan, koordinasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pasal 39 Kepala Bidang Cipta Karya membawahkan : a. Kepala Seksi Perencanaan Cipta Karya; b. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman; c. Kepala Seksi Tata Bangunan dan Permukiman. Paragraf 1 Seksi Perencanaan Cipta Karya Pasal 40 Kepala Seksi Perencanaan Cipta Karya mempunyai tugas menyiapkan bahan untuk menyusun rencana dan program penataan, pengendalian, pembinaan, pengumpulan data, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang cipta karya. Pasal 41 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 40, Kepal Seksi Perencanaan Cipta Karya mempunyai fungsi: a. Penyiapan bahan penyusunan rencana program kegiatan perencanaan teknik permukiman; b. Penyelenggaraan bimbingan dan pengendalian bidang perencanaan teknik permukiman; - 268 c. Pengumpulan dan pengolahan data keadaan perencanaan teknik permukiman; d. Penyiapan bahan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang berkaitan dengan perencanaan teknik permukiman; e. Penyusunan rencana biaya di bidang cipta karya; f. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; g. Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis survei, investigasi dan desain cipta karya; h. Penyelenggaraan survei, investigasi dan desain cipta karya; i. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan survei, investigasi dan desain cipta karya. Paragraf 2 Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman Pasal 42 Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan untuk melaksanakan pengaturan air bersih, pengendalian, pembinaan, penyusunan rencana pengembangan pemanfaatan air minum dan sanitasi. Pasal 43 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 42, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai fungsi: a. Penyiapan bahan penyusunan rencana program kegiatan di bidang penyehatan lingkungan permukiman; b. Pelaksanaan penyusunan pengembangan pemanfaatan air minum dan sanitasi; c. Pengolahan data penyehatan lingkungan permukiman; d. Penyiapan bahan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang berkaitan dengan penyehatan lingkungan permukiman; e. Penyusunan rencana biaya di bidang penyehatan lingkungan permukiman; f. Pelaksanaan peningkatan kapasitas teknis dan manajemen pelayanan air minum di lingkungan wilayah kabupaten; g. Melaksanakan penetapan BUMD kabupaten sebagai penyelenggara di tingkat kabupaten; h. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; i. Penyusunan bahan perumusan kebijakan lingkungan perumahan dan pemukiman; j. Penyusunan bahan pembinaan dan fasilitasi penataan lingkungan perumahan dan pemukiman; k. Penyelenggaraan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman; l. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan penataan lingkungan perumahan dan pemukiman. - 269 Paragraf 3 Seksi Tata Bangunan dan Permukiman Pasal 44 Kepala Seksi Tata Bangunan dan Permukiman mempunyai tugas menyiapkan bahan untuk melaksanakan pengaturan teknis, pengendalian, pembinaan pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung pemerintah dan rumah-rumah dinas serta perumahan lainnya. Pasal 45 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 44, Kepala Seksi Tata Bangunan dan Permukiman mempunyai fungsi: a. Penyiapan bahan penyusunan rencana program kegiatan di bidang tata bangunan dan permukiman; b. Pengolahan data keadaan permukiman dan pengelolaan bangunan; c. Penyelenggaraan pengendalian dan pembinaan; d. Penyiapan bahan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang berkaitan dengan permukiman dan pengelolaan bangunan; e. Pelaksanaan kerja sama/kemitraan pemerintah/daerah dalam pengelolaan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan di lingkungan kabupaten; f. Melaksanakan program pembangunan sarana dan prasarana perkotaan dan perdesaan untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang; g. Penyusunan bahan perumusan kebijakan pembangunan gedung dan perumahan; h. Penyusunan bahan pembinaan dan fasilitasi pembangunan gedung dan perumahan; i. Penyelenggaraan pembangunan gedung dan perumahan; j. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pembangunan gedung dan perumahan. k. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; Bagian Keenam BIDANG TATA RUANG, KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Pasal 46 Kepala Bidang Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pengendalian, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan, meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya, menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman. - 270 Pasal 47 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 46, Kepala Bidang Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, kebersihan dan pertamanan; b. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, pengelolaan sampah dan pertamanan; c. Penyelenggaraan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, kebersihan dan pertamanan; d. Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang, kebersihan dan pertamanan; e. Pengelolaan pedoman pelaksanaan norma standar prosedur dan kriteria bidang tata ruang; f. Pengelolaan penetapan penentuan fungsi ruang kawasan di lingkungan kabupaten; g. Pengelolaan penetapan kawasan strategis kabupaten; h. Pengelolaan pemberian arahan kawasan andalan sebagai bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten; i. Pengelolaan sosialisasi norma standar prosedur dan kriteria bidang penataan ruang; j. Pengelolaan perumusan kebijakan strategis rencana tata ruang kabupaten dan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten; k. Pembinaan, monitoring, evaluasi, koordinasi dan pelaporan pelaksanaan tugas; Pasal 48 Kepala Bidang Tata Ruang, Kebersihan dan Pertamanan membawahkan : 1. Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Tata Ruang dan Kawasan; 2. Kepala Seksi Kebersihan; 3. Kepala Seksi Pertamanan dan Makam. Paragraf 1 Seksi Pembinaan dan Pengendalian Tata Ruang dan Kawasan Pasal 49 Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Tata Ruang dan Kawasan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengendalian tata ruang dan kawasan. - 271 Pasal 50 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 49, Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Tata Ruang dan Kawasan mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan rencana pengaturan dan pembinaan penataan ruang; b. Pelaksanaan pengaturan dan perubahan fungsi ruang kawasan di wilayah kabupaten; c. Pengelolaan pengaturan dan pembinaan kawasan strategis kabupaten; d. Pelaksanaan sosialisasi standar pedoman manual bidang penataan ruang; e. Pelaksanaan penyusunan rencana program pembangunan; f. Pelaksanaan penyusunan rencana anggaran; g. Penyelenggaraan pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten; h. Pengelolaan pengendalian penataan ruang kawasan strategis kabupaten; i. Penyelenggaraan perizinan IMB Gedung; j. Penyelenggaraan perencanaan tata ruang dan kawasan; k. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan perencanaan tata ruang dan kawasan. l. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. Paragraf 2 Seksi Kebersihan Pasal 51 Seksi Kebersihan mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis penyelenggaraan, pengelolaan, pembinaan, pengawasan, monitoring dalam rangka menjaga dan meningkatkan kebersihan perkotaan dan perdesaan. Pasal 52 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 51, Kepala Seksi Kebersihan mempunyai fungsi: a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan kebersihan perkotaan dan perdesaan; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi kebersihan perkotaan dan perdesaan; c. Penyelenggaraan pengelolaan sampah sesuai dengan norma standar prosedur dan kriteria; d. Penyusunan rencana pembiayaan kebersihan; e. Pelaksanaan pengembangan kebersihan perkotaan dan perdesaan; f. Penyelenggaraan pengelolaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA); g. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebersihan perkotaan dan perdesaan; h. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. - 272 Paragraf 3 Seksi Pertamanan dan Makam Pasal 53 Kepala Seksi Pertamanan dan Makam mempunyai tugas pokok melaksanakan kebijakan teknis penataan, pengembangan, peningkatan, pembangunan dan pemeliharaan pertamanan, ruang terbuka hijau kawasan perkotaan (RTHKP) dan sarana prasarana taman permakaman umum (TPU). Pasal 54 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 53, Kepala Seksi Pertamanan dan Makam mempunyai fungsi: a. Penyusunan bahan perumusan kebijakan pembangunan dan pemeliharaan pertamanan, ruang terbuka hijau (RTH) dan TPU; b. Penyusunan bahan pembinaan, koordinasi dan fasilitasi pengendalian pembangunan dan pemeliharaan pertamanan dan TPU; c. Penyelenggaraan pengendalian pembangunan dan pemeliharaan pertamanan, RTH dan TPU; d. Penyelenggaraan pembangunan dan pemeliharaan taman kota dan RTH; e. Penyelenggaraan pengembangan fungsi dan manfaat taman kota dan RTH; f. Pelaksanaan pengelolaan dan penataan areal pemakaman umum; g. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengendalian pembangunan dan pemeliharaan pertamanan dan TPU. h. Pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. BAB VI KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Pasal 55 Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pekerjaan Umum sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Pasal 56 (1) Kelompok Jabatan Fungsional dimaksud pasal 55, terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang Jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagi kelompok sesuai dengan bidang keahliannya; - 273 (2) Setiap kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud ayat (1) dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk oleh Bupati; (3) Jumlah Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja; (4) Jenis dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. BAB VII TATA KERJA Pasal 57 Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan unit kerja dalam satuan kerja Dinas Pekerjaan Umum dan kelompok jabatan fungsional, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan unit kerja masing-masing maupun antar unit kerja dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum serta instansi lain sesuai dengan tugas masing-masing. Pasal 58 (1) Apabila Kepala Dinas berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat diwakili oleh Sekretaris Dinas ; (2) Apabila Sekretaris Dinas berhalangan dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat diwakili oleh Kepala Bidang dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dengan memperhatikan senioritas kepangkatan. Pasal 59 Setiap pimpinan unit kerja dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum, wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 60 Setiap pimpinan unit kerja dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum bertanggung jawab dalam memimpin dan membina bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya. - 274 Pasal 61 Setiap pimpinan unit kerja dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi, wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan hasil pelaksanaan tugas dilaporkan tepat pada waktunya. Pasal 62 Kepala Dinas dan pimpinan unit kerja dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum, wajib mengadakan rapat staf secara berkala dalam rangka pemberian arahan, petunjuk dan bimbingan kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Pasal 63 Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas, wajib menyampaikan laporan kepada Bupati dan tembusan laporan disampaikan kepada satuan kerja perangkat daerah dan instansi lainnya yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 64 (1) Uraian tugas pejabat pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kotawaringin Barat ditetapkan dengan Peraturan Kepala Dinas setelah mendapat persetujuan dari Bupati. (2) Uraian tugas pelaksana pada masing-masing Sekretariat dan Bidang Dinas ditetapkan oleh Sekretaris/Kepala Bidang Dinas. (3) Pada saat berlakunya Peraturan Bupati ini, maka semua Peraturan Bupati yang telah dikeluarkan dan mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku. Pasal 65 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. - 275 Pasal 66 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat. Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 31 Januari 2009 BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Cap/ttd H. UJANG ISKANDAR, ST, M.Si Diundangkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 31 Januari 2009 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT Cap/ttd Drs. BUDASMAN, M.Si NIP. 19560514 198303 1 002 BERITA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2008 NOMOR 15