BAB II KAJIANTEORI A. DESKRIPSI TEORI 1. PADI INPARI SIDENUK Baru-baru ini Balitbang Pertanian telah mensosialisasikan kepada petani untuk menanam benih padi varietas inhibrida padi sawah irigasi (Inpari).Varietas Inpari merupakan hasil hibrida beberapa jenis padi sawah.Upaya untuk menjaga kesediaan pangan di Indonesia dengan mengembangkan tanaman padi yaitu dengan menanam varietas padi yang unggul.Varietas unggul juga tahan terhadap hama dan penyakit tertentu (Hartoyo, 2010).Pada tahun 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta menggalakkan kultivar jenis baru yaitu padi “Inpari Sidenuk”.Menurut Siregar (1981) kedudukan tanaman padi (Oryza sativa) berdasarkan klasifikasinya adalah: Kingdom : Plantae Divisi : Spermathophyta Kelas : Monocotiledonae Ordo : Glumiflorae (poales) Suku : Graminae (poaceae) Genus : Oryza Jenis : Oryza sativa. L.“ Inpari Sidenuk” Ketahanan terhadap hama : agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan biotipe 3. Ketahanan terhadap penyakit : agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III, rentan terhadap 8 hawar daun bakteri patotipe IV, agak rentan terhadap hawar daun bakteri patotipe VIII, rentan terhadap penyakit tungro serta rentan terhadap semua ras blas. Cocok ditanam di ekosistem sawah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan ditanam di daerah endemic tungro dan blas.(BBPP,2011) 9 Tabel.1. Tabel Paparan Inpari Sidenuk dan Ciherang Komuditas Padi Sawah Padi Sawah Tahun 2011 2000 Anakan Produktif +/- 15 malai - Asal Diah Suci diradiasi sinar gamma dengan dosis 0,20 Tarjat T,Z.A. Simunallang, E. Sumadi, dan Aan A. Daradjat kGy dari 60Co Bentuk gabah Ramping Ramping Panjang Bentuk tanaman Tegak Tegak Berat 1000 butir +/- 25,9 gram 27-28 gram Golongan Cere Cere Jumlah gabah per 175-200 butir malai Kadar amilosa +/- 20,6 % 23% Kerebahan Tahan Sedang Kerontokan Sedang Sedang Nomor pedigri OBS1703-PSJ S3383-1d-Pn-41-3-1 Permukaan daun Kasar Posisi daun Tegak Tegak Posisi daun bendera Tegak Tegak Potensi hasil 9,1 ton/ha GKG Rata – rata hasil 6,9 ton/ha GKG 5-7 Ton/ Ha Tekstur nasi Pulen Pulen Tinggi tanaman +/- 104 cm 91-106 cm Umur tanaman +/- 103 hari 116-125 hari Warna batang Hijau Hijau Warna daun Hijau Hijau Warna gabah Kuning bersih Kuning bersih Warna kaki Hijau Hijau Warna lidah daun Tidak berwarna Warna telinga daun Tidak berwarna Keterangan Potensi hasil 9,1 ton/ha GKG. Status Komersial (Sumber :Balai Besar Penelitian Tanaman Padi) 10 Rata – rata hasil 5-7 ton/Ha 2. SYARAT TUMBUH Padi dapat tumbuh di daerah tropis sampai subtropis pada 450 LU sampai 450 LS, dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.Rata-rata curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 200 mm / bulan atau 1500-2000 mm/tahun.Padi dapat ditanam di musim kemarau atau musim penghujan.Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia.Di musim hujan, walaupun air melimpah tetapi produksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif (International Rice Research Institute, 1996). a. Iklim Batasan suhu yang lebih rendah untuk perkecambahan sulit diestimasikan dan sangat bervariasi, tetapi proses perkecambahan hanya lambat pada suhu 10 0C (50 0F). Perkecambahan optinum antara 180C – 33 0C dengan gizi dari kebanyakan perkecambahan varietas lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi dari yang lain. Pada suhu 42 0C perkecambahan tertahan, pada suhu 50 0C benih mati.Suhu kritis antara 15 – 15,50C benih mati.Untuk penyesuaian dataran tinggi 25 0C sampai 28 0 C suhu optimum dengan menghambat akar pada suhu dibawah 16 0C dan diatas 35 0 C (Noor, 1996). Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata- rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500- 11 2000 mm. Curah hujan yang baik akan membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga genangan yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (International Rice Research Institute, 1996) b. Tanah Tanah sawah yang mempunyai persentasi fraksi pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan air.Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang membutuhkan tanah subur.Lumpur adalah butir-butir tanah halus yang seluruhnya diselubungi oleh air, sehingga pada tanah sawah diperlukan air dalam jumlah yang cukup dan butir tanah dapat mengikatnya (International Rice Research Institute, 1996). Tidak semua jenis tanah cocok dengan areal persawahan karena tidak semua tanah dapat tergenang air.Padahal dalam sistem tanah sawah lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan pasir tinggi) kurang cocok untuk lahan persawahan. Sebaliknya tanah yang sulit dilewati air tanah dengan kandungan lempung tinggi cocok dibuat lahan persawahan (Noor, 1996). 12 3. POLA TANAM Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih pola tanam. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumberdata secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan.Pola Tanam yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan jarak tanam yang digunakan berbeda – beda sesuai dengan perlakuan yaitu memberikan jarak antar tanaman sehingga tiap – tiap tanaman mendapatkan ruang yang sesuai umtuk pertumbuhannya. (Hidayat,2008) a. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Selama ini produksi padi nasional masih mengandalkan sawah irigasi, namun ke depan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi ke penggunaan lahan non pertanian tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan berkurangnya debit air. Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatannya untuk pertanaman padi gogo belum optimal, sehingga ke depan produksi padi gogo juga dapat dijadikan andalan produksi padi nasional. Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumberdaya alam terus menurun sehinga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usahatani padi agar 13 usahatani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan. Salah satu strategi dalam upaya pencapaian produktivitas usahatani padi adalah penerapan inovasi teknologi yang sesuai dengan sumberdaya pertanian di suatu tempat (spesifik lokasi).Teknologi usahatani padi spesifik lokasi tersebut dirakit dengan menggunakan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). PTT padi merupakan suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan efisiensi usahatani padi dengan menggabungkan komponen teknologi yang memiliki efek sinergistik.Artinya tiap komponen teknologi tersebut saling menunjang dan memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan.(BPPP, 2007).Cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi.Dengan menerapkan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) keberlanjutan agribisnis padi dapat diwujudkan. Penerapan PTT didasarkan pada empat prinsip, yaitu: 1) Terpadu, PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu. 2) Sinergis, PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi 14 3) Spesifik lokasi, PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat 4) Partisipatif, berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan setempat, maka proses perakitannya didasarkan pada hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang). Dari hasil KKP dapat diketahui masalah yang dihadapi petani dan cara-- cara mengatasi masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, PTT menyediakan komponen teknologi, yang dibedakan menjadi komponen teknologi dasar dan komponen teknologi pilihan. Komponen teknologi dasar dalam PTT yaitu: 1) Penggunaan varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasil tinggi dan atau bernilai ekonomi tinggi. 2) Benih bermutu dan berlabel. 3) Pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah (spesifik lokasi) 4) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT). Komponen Teknologi Pilihan dalam PTT yaitu : 1) Penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas yaitu antara 1-3 bibit per lubang. 15 2) Peningkatan populasi tanaman. 3) Penggunaan kompos bahan organik dan atau pupuk kandang sebagai pupuk dan pembenah tanah. 4) Pengaturan pengairan dan pengeringan berselang. 5) Pengendalian gulma. 6) Panen tepat waktu. 7) Perontokan gabah sesegera mungkin. Keunggulan Pengelolaan Tanaman Terpadu pada tanaman padi sawah adalah : 1) Penggunaan teknologi yang spesifik dan efisien dalam pengelolaan tanaman padi (menghemat usahatani) serta berwawasan lingkungan 2) Meningkatkan produksi tanaman padi melalui integrasi beberapa komponen teknologi yang saling menunjang (sinergis) sesuai dengan kondisi SDA setempat yang berwawasan lingkungan. 3) Petani dapat menentukan atau memilih kombinasi teknologi yang digunakan tergantung pada potensi lahan dan kemampuan petani (spesifik lokasi) 4) Kombinasi teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan kondisi lainnya, karena beragamnya kondisi pertanaman padi. 5) Setiap teknologi atau kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengalaman petani dilokasi setempat 6) Meningkatkan produktivitas pertanaman padi secara berkelanjutan. 16 Sistem tanam legowo merupakan salah satu bentuk rekayasa teknologi untuk mengoptimalkan produktivitas tanaman padi dengan pengaturan populasi sehingga tanaman mendapatkan ruang tumbuh dan sinar matahari yang optimum (Suriapermana, 1990).Sistem tanam legowo adalah sistem tanam berselang-seling antara dua atau lebih baris tanaman padi dan satu baris kosong.Baris tanaman (dua atau lebih) dan baris kosongnya (setengah lebar di kanan dan di kirinya) disebut satu unit legowo.Bila terdapat dua baris tanaman per unit legowo, maka disebut legowo 2:1, kalau tiga baris tanaman per unit legowo disebut 3:1 dan seterusnya (Abdurrachman, 2004).Pada penelitian ini pada perlakuan pola tanam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Alternatif Wetting and Drying (AWD) menggunakan sitem tanam jajar legowo tipe 4 : 1. Dimana pada jajar legowo 4 : 1 jarak antar tanaman memiliki empat baris tanam per unit. Menurut Sembiring (2001), sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang memiliki beberapa keuntugan sebagai berikut : 1) Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir) 2) Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah 3) Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air. 4) Penggunaan pupuk lebih berdaya guna. (Juslitia Bobihoe, 2007) 17 Menurut Kiswanto, 2014 faktor penghambatnya dalam pengaplikasian sistem jajar legowo adalah : 1) Sistem tanam jajar legowo masih menggunakan tenaga kerja manusia dan dianggap lebih rumit dibandingkan dengan sistem tanam jajar tegel sehingga biaya tanamnya lebih tinggi 30 – 40 % 2) Walaupuan biaya tanamnya sudah ditingkatkan, tenaga kerja tanam masih cenderung memilih sistem tanam jajar tegel Langkanya tenaga kerja tanam, apalagi saat tanam bersamaan, sehingga umur bibit muda yang direncanakan < 21 HSS bisa mundur lebih > 25 HSS dan tanam serentak tidak dapat terlaksana dengan baik yang pada akhirnya pertumbuhan tanaman kurang optimal yang berpengaruh terhadap penurunan produktivitas. b. Pengelolaan Sistem Air Basah Kering (AWD) Prinsip teknologi hemat air adalah mengurangi aliran yang tidak produktif seperti rembesan, perkolasi, dan evaporasi, serta memelihara aliran transpirasi.Hal tersebut bisa dilaksanakan mulai saat persiapan lahan, tanam, dan selama pertumbuhan tanaman. Salah satu alternatif teknologi dalam pengelolaan air (water management) adalah Alternative Wetting And Drying (AWD) atau pengairan basah kering (PBK). Teknologi ini telah diadaptasi di negara-negara penghasil padi seperti China, India, Philipina, dan Indonesia.Secara umum, penggunaan teknologi ini tidak menyebabkan penurunan hasil yang signifikan dan dapat meningkatkan produktivitas air. 18 Prinsip dari penerapan PBK adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil. Batas kedalaman air 15 cm ini dikenal dengan PBK aman (safe AWD) yang bermakna bahwa kedalaman air sampai batas tersebut tidak akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali.Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. Gambar.1. Pipa AWD Sumber :(Balai Besar Penelitian Padi, 2015) 19 c. Transplanter Rice Transplanter merupakan mesin penanaman padi yang digunakan untuk menanam bibit padi setelah disemai pada areal khusus dengan umur tertentu (hasil persemaian dengan tray/baki/dapog).Mesin tersebut digunakan pada areal sawah dengan kondisi yang siap tanam.Mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur. Penggunaan rice transplanter dapat menghemat waktu kerja 10 kali lebih singkat dibandingkan cara manual (kebiasaan petani). Penggunaan mesin pada sawah irigasi seluas 1 ha hanya membutuhkan 3 orang tenaga kerja selama 6-7 jam dan memerlukan bahan bakar (bensin) sekitar 4,5 liter. Keunggulan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter antara lain sebagai berikut : 1) Produktivitas tanam cukup tinggi 6-7 jam/ha 2) Jarak tanam dalam barisan dapat diatur dengan ukuran 12,14,16,18,21 cm 3) Penanaman yang presisi (akurat) 4) Tingkat kedalaman tanam dapat diatur dari 0,7-3,7 cm (5 level kedalaman) 5) Jumlah tanaman dalam satu lubang dapat diatur berkisar 2-4 tanaman per lubang 6) Jarak dan kedalaman tanam seragam sehingga pertumbuhan dapat optimal dan seragam. 20 Kelemahan menggunakan mesin Rice Transplanter antara lain sebagai berikut : 1) Jarak antar tanaman (gawangan 30cm) tidak dapat diubah 2) Untuk membawa mesin ke lahan diperlukan alat angkut 3) Perlu bibit dengan persyaratan khusus 4) Harga masih terjangkau mahal sehingga belum terjangkau petani secara individu. Gambar.2. Mesin Transplanter (Sumber : BPTP Jawa Tengah, 2013) Berikut merupakan beberapa parameter perbandingan mesin tanam Transplanter dengan cara Manual per Ha : Tabel.2. Perbandingan Mesin Transplenter dan Manual Parameter Tranplanter SPW48C Cara Manual Jumlah tenaga kerja Produktivitas 2-3 orang tenaga 5-8 jam/ha 10-15 orang 8-10 jam/ha kerja Kualitas tanam Konsisten Kurang konsisten Kontrol tenaga kerja Mudah Sulit 21 Persyaratan lahan untuk penanaman menggunakan mesin tanam transplanter antara lain : 1) Lahan dalam keadaan melumpur sempurna. Penyiapan lahanagar melumpur sempurna, dilakukan dengan 2 kali bajak dan 1kali penggaruan. 2) Genangi lahan yang sudah melumpur sempurna setinggi + 2 cmdan diamkan selama + 3 hari. 3) Ukur kedalaman lumpur dengan cara menginjak tanah yangsudah siap tanam, kemudian ukur kedalaman kaki yangtenggelam. Idealnya kedalaman kaki yang tenggelam kurangdari 25 cm. Syarat Tanam a) Bibit : Kunci utama keberhasilan menanam padi denganmenggunakan mesin Indo Jarwo Transplanter adalah penyiapanbibit yang sesuai dengan persyaratan mesin.Oleh karenanya bibitpadi perlu dipersiapkan secara khusus dengan membuat persemaianmemakai dapog (kotak persemaian). (a) Umur 15-20 hari setelah sebar (b) Kepadatan 2-3 bibit / cm (c) Akar putih saling berkait sehingga dapat digulung menyatu (d) Pertumbuhan merata dan seragam (e) Ketebalan tanah 2-2,5 cm 22 b) Penerapan : (a) Tanah dianjurkan dari lahan sawah maupun pengunungan (b)Tanah yang diambil berada pada kedalaman 2-3cm dibawah permukaan tanah (c) Keringkan tanah dengan cara dijemur, tanah yang kering dapat mempermudah proses penggemburan dan penyaringan . penggemburan dilakukan untuk memecah bongkahan tanah (d)Ukuran partikel tanah ideal 4-6 mm, ukuran yang lebih kecil akan mempersulit suplay oksigen. Ukuran yang lebih besar akan mempersulit tanah dalam menahan kandungan air (e) Saringan yang digunakan berukuran 4-6 mm bertujuan untuk mencegah adanya gumpalan tanah. Tanah yang menggumpal tidak bisa digunakan oleh showing machine (mesin penabur) (f) Tanah dicampur dengan pupuk maupun desinfektan (dalam satu petak 3 gram NPK) Pesiapan benih a. Pilih benih yang berlabel, benih direndam dalam larutan 20 gram ZA/ liter air b. Selain ZA dapat digunakan abu. Cara mengetahui larutan abu yang baik yaitu dengan menggunakan indicator telur. Lauran abu yang baik yaitu yang semula telur berada dalam dasar air setelah diberi abu 23 telur mulai terangkatkepermukaan. Kemudian benih yang mengapung dibuanng. Benih yang tenggelan direndam selama 24jam c. Setelah 24 jam benih dibilas dan pastikan bila kandungan ZA sudah bersih. Pemeraman atau perkecambahan benih : a. Benih diperam selama 1-2 hari sampai berkecambah b. Benih yang sudah berkecambah ditiriskan agar kering. Usahakan untuk menghindari sinar matahari secara langsung c. Kecambah ideal yang memiliki pertumbuhan 0,5-1 mm. bila terlalu panjang (> 1mm) dapat merusak benih saat penyebaran dengan showing machine (alat penyebar benih) d. Gunakan kertas Koran untuk mempercepat proses pengeringan Persiapan dan pengisian Tray a. Pencusian b. Penaburan tanah c. Penyiraman d. Penaburan benih e. Penutupan benih Lahan : a. Lahan datar diolah dengan sempurna b. Level ketinggian di satu petak kurang dari 40cm c. Ketinggian genangan 1-3 cm d. Untuk tanah lempungan perlu pengendapan sekitar 1-2 hari 24 e. Menentukan titik awal (masuk) dan titik akhir (keluar) masin tanam Rice Transplanter Hasil penerapan rice transplanter maningkatkan jumlah anakan produktif antara 1,9 – 2,6 batang/ rumpun atau naik 9,59 – 13,13 % dan meningkatkan produktifitas antara 0,5 – 1,2 ton/ha GKG atau 7,21 – 18,12 % dibandingkan dengan cara tanam konvensional (Suhendra dan Kushartanti, 2013). Penerapan rice transplanter jarak tanam 30 x 18 cm menggunakan varietas Mekongga dilahan sawah irigasi Desa Plosorejo Kecamatan Gondang Kabupaten Sragen pada MT-1 2010 / 2011 dan MT-2 2011 dapat meningkatkan produktivitas masing – masing 16,13 % dan 17,14% dibandingkan sistem tanam tegel dengan jarak tanam 20 x 20 cm (Suhendrata et al. 2011). 15 % per ha dilahan sawah irigasi (Taufik, 2010) Gambar.3. Pelaksanaan penanaman menggunakan mesin Transplanter (Sumber :BPTP Jawa Tengah, 2013) 25 d. Cara Petani Petani tradisional umumnya menanam padi hanya berdasarkan pengalaman. Karena pengetahuan yang terbatas itulah satu jenis padi sering ditanam terus menerus dalam suatu lahan. Cara petani merupakan cara konvensional atau cara kebiasaan petani dalam melaksanakan sistem tanam dan pengolahan sawah seluruhnya. Yaitu dengan menggunakan pola tanam tegel atau persegi dengan jarak antar tanaman 25 x 25 cm. (BB.Padi 2013). Pada penelitian ini pada pola tanam cara petani menggunakan pola tanam tegel dengan jarak tanam 15 x 15 cm sehingga jarak antar rumpun tanaman lebih dekat dan lebih banyak biomassa pada satu petak pola tanam dibandingkan dengan pola tanam Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Alternatif Wetting and Drying (AWD) yang menggunakan sistem jarak tanam jajar legowo 4 : 1. Dari kedua jarak tanam yang digunakan berbeda maka dapat dilihat perbedaan antara pola tanam cara petani dengan PTT dan Pengelolaan Basah Kering / AWD. 4. KEANEKARAGAMAN JENIS Indeks keragaman dapat digunakan untukmenyatakan hubungan kelimpahan spesies dalamsuatu komunitas. Indeks keragaman denganvariabel yang menggolongkan struktur komunitasmeliputi : jumlah spesies, kelimpahan relative spesies (kesamaan), dan homogenitas dan ukurandari area sampel (Anonimus, 2008). Serangga merupakan salah satu bagian dari keragaman hayati. Serangga hama adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada 26 tanaman dan menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia (Hill, 1997). 5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga a. Faktor fisik Faktor fisik/ iklim meliputi suhu, kelembapan, cahaya, angin, curah hujan yang mudah di evaluasi. Kelembaban udara mempengaruhi kehidupan serangga langsung dan tidak langsung, serangga yang hidup di lingkungan kering mempunyai cara tersendiri untuk mengifesienkan penggunaan air seperti menyerap kembali air yang terdapat pada fesces yang akan dibuang dan menggunakan air metabolik tersebut. Hujan secara langsung dapat mempengaruhi populasi serangga hama apabila hujan besar serangga hama banyak yang mati, berpengaruh terutama pada pertumbuhan dan keaktifan serangga unsur yang penting dalam analisis hujan adalah curah hujan, jumlah hari dan kelebatan hujan. Angin mempengaruhi metabolisme serangga, serangga kecil mobilitasnya dipengaruhi oleh angin selanjutnya sumber cahaya panas yang utama di alam adalah radiasi surya (Nenet et al., 2005). b. Faktor Makanan Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga hama. keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan curah hujan dan tindakan manusia. Oleh karena itu faktor makanan dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hamabaik dalam bentuk tidak menanami lahan pertanian dengan 27 tanaman yang merupakan makanan serangga hama (Nenet et al., 2005). c. Faktor Biologi Komponen yang disebabkan oleh faktor biologi adalah predator dan entomopatogen, komponen itu berpengaruh terhadap populasi harna makin tinggi faktor biologi tersebut maka akan menurun populasi hama, begitupun sebaliknya (Nenet et al., 2005). Kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga diperoleh pada setiap lahan saat melakukan penelitian keanekaragaman akan jelas terlihat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman, keadaan cuaca saat pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman (penggunaan tanaman penutup tanah) (Rizali dkk , 2002). Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak. Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat sensitif terhadap faktor lingkungan , seperti temperatur , kelembaban , cahaya dan getaran (Kalshoven, 1981). Perkembangan dan reproduksi serangga dapat dipengaruhi berbagai faktor abiotik.Faktor ini mungkin menunjukkan pengaruhnya pada 28 serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. (Melalui pengaruhnya pada organisme lain) dan pada batas pendek atau jauh (cahaya, sebagai contoh, mungkin menimbulkan efek yang cepat pada orientasi serangga saat mencari makanan, dan banyak menyebabkan perubahan pada fisiologi serangga dalam antisipasi kondisi yang merugikan pada beberapa bulan kedepannya) (Gillot, 1982). 6. Faktor yang Saling Berkait Menentukan Derajat Naik Turunnya Keanekaragaman Jenis a. Waktu. Keragaman komunitas bertambah sejalan dengan waktu, berarti komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada komunitas muda yang belum berkembang.Dalam ekologi, waktu dapat berjalan lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.Skala ekologis mencakup keadaan dimana jenis tertentu dapat bertahan dalam lingkungan tetapi belum cukup waktu untuk menyebar sampai ketempat tersebut.Keragaman jenis suatu komunitas bergantung pada kecepatan penambahan jenis melalui evolusi tetapi bergantung pula pada kecepatan hilang jenis melalui kepenuhan dan emigrasi. b. Heterogenitas ruang. Semakin heterogen suatu lingkungan fisik semakin kompleks komunitas flora dan fauna di tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman jenisnya.Faktor heterogenitas berlaku pada skala makro maupun mikro. 29 c. Kompetisi. Terjadi apabila sejumlah organisme (dari spesies yang sama atau yang berbeda) menggunakan sumber yang sama ketersediaannya kurang, atau walaupun ketersediaan sumber tersebut cukup namun persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang lain atau sebaliknya. d. Pemangsaan. Pemangsaan yang mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemengsaan terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menurunkan keragaman jenis. e. Kestabilan iklim. Makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi keberlangsungan evolusi. f. Produktifitas merupakan syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi (Krebs, 1978). Indeks keragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Indeks keragaman dengan variabel yang menggolongkan struktur komunitas meliputi : jumlah spesies, kelimpahan relative spesies (kesamaan), dan homogenitas dan ukuran dari area sampel (Anonimus, 2008). Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat keragaman jenis organisme yang 30 ada di dalamnya (Krebs, 1978).Untuk memeroleh keragaman jenis ini diperlukan kemampuan mengenal dan membedakan jenis. Serangga sering digunakan sebagai model dalam kajian ilmu pengetahuan, baik murni maupun terapan karena serangga memiliki keragaman yang tinggi, baik dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi maupun perilaku adaptasi dalam lingkungannya, dan banyaknya serangga yang terdapat di muka bumi (Jumar, 2000) 7. Hama Kepadatan populasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal ialah persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain, perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi faktor iklim misalnya cuaca, suhu, kelembaban, sedangkan internal perubahan genetik dari populasi tersebut (Oka, 1995). Sebaliknya banyak serangga yang dianggap sebagai hama karena merusak tanaman budidaya, salah satunya terjadi pada tanaman padi. Hama - hama penting tanaman padi diantaranya: tikus, penggerek batang, wereng coklat, dan walang sangit, kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut sangat bervariasi dari pengurangan hasil panen sampai kerusakan sempurna (Jumar,2000). Hama dalam arti luas adalah setiap organisme yang dapat mengganggu, merusak ataupun mematikan organisme lain. Hama yang umum merusak tanaman padi yaitu wereng coklat, wereng hijau dan tungronya, 31 penggerek batang padi, dan ganjur.Sedangkan untuk hama minornya yaitu walang sangit, kepinding tanah, lalat daun padi, ulat pelipat daun padi, ulat kantung, trips, anjing tanah, ulat grayak, wereng loreng,serangga yang sedang menanjak menjadi hama yaitu wereng punggung putih (Beahaki, 2009). Hama utama padi menyerang berbagai fase kehidupan tanaman yaitu pada fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan. Hama pada fase vegetatif yaitu penggerek batang , wereng hijau, hama ganjur dan keong mas. Pada fase generatif biasanya wereng coklat, wereng hijau, penggerek batang, walang sangit, hama ganjur, ulat grayak, hama putih palsu, tikus sawah dan keong mas. Dan pada fase pemasakan, hama yang sering dijumpai adalah walang sangit, tikus sawah dan burung. Menurut Kartasapoetra (1993 Hal : 23) hama – hama tanaman padi terdiri dari : 1. Hama Sundep (Scirpophaga innotata) 2. Ulat penggerek (Scahunobius bipunctifer) 3. Hama Putih (Nymphula depunctalis) 4. Hama Wereng Coklat (Nilapervata iugens) 5. Wereng Hijau (Nephotettix apicalis) 6. Walang Sangit (Leptocarixa acuta) 7. Lembing Hijau (Nexara viridula) 32 Jenis Hama yang Terdapat pada Tanaman Padi : a. Belalang Belalang adalah serangga herbivora yang terkenal sebagai hama dengankemampuan melompat mumpuni dapat mencapai jarak hingga 20 kali panjangtubuhnya. Belalang ini mempunyai sifat cenderung untuk membentuk kelompok yangbesar dan suka berpindah-pindah (berimigrasi), sehingga dalam waktu yang singkatdapat menyebar pada areal yang luas.Kelompok yang berimigrasi dapat memakantumbuhan yang dilewatinya selama dalam perjalanan.Perilaku makan belalangkembara dewasa biasanya diwaktu hinggap pada sore hari sampai malam dan pada pagihari sebelum terbang. Gejala serangan yang ditimbulkan adalah terdapat robekan pada daun, dan pada serangan yang hebat dapat terlihat tinggal tulang-tulang daun saja.Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi.Serangan pada daun biasanya bagian daun pertama.Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas b. Hama Putih Palsu Nama umum lainnya :Rice leaf roller, Grass Leaf roller Serangga dewasa penggulung daun (cnaphalocrocis medinalis) adalah ngengat berwarna kuning-coklat. Ngengat betina dapat 33 meletakkan 300an telur setiap malam selama hidupnya antara 3-10 hari. Larva membentuk ruang makan pelindung bersama-sama dengan melipat helaian daun dan merekatnya dengan helaian sutra dan feed jaringan daun. Gejala serangan berupa garis-garis putih membujur dan transparan daun.Ulat Leaffolder menggulung daun padi dengan menyertakan dirinya dan meletakkan tepi daun bersama dengan helaian sutra.Sementara di dalam lipatan daun, ulat memakan jaringan daun dengan mengerik jaringan permukaan daun. Gejala serangan hama putih palsu: 1) Garis-garing longitudinal berwarna keputihan dan transparan pada daun rusak 2) Daun terlipat tubular 3) Ujung daun adakalanya diikat ke bagian basal daun 4) Pertanaman yang terserang berat terlihat seperti terbakar dengan banyak daun terlipat. Faktor pendukung serangan hama putih palsu: 1) Pemupukan dengan takaran tinggi. 2) Kelembaban tinggi dan tanaman ternaungi 3) Gulma rumput yang tumbuh di dalam dan sekitar sawah. 4) Sawah bukaan baru dengan sistem irigasi dan tumpang sari c. Ulat Penggerek Hama ini menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari pesemaian hingga menjelang panen Pada tanaman fase vegetative larva memotong bagian tengah anakan 34 menyebabkan pucuk layu, kering mati, dan gejala pada fase vegetatif disebut sundep.Gejala serangan pada fase generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk.Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan fase tanaman bunting. d. Walang sangit Merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Mekanisme merusaknya yaitu mengisap butiran gabah yang sedang mengisi. Apabila diganggu, serangga akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau.Walang sangit merusak tanaman ketika mencapai fase berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa (Rahmawati, 2012). 8. Predator Di persawahan, musuh alami jelas berfungsi, sehingga akan terjadi keseimbangan biologis (Baehaki et al.1997). Keseimbangan biologis ini kadang-kadang tercapai, tetapi bisa juga sebaliknya.Musuh alami adalah organisme yang dapat mengendalikan populasi hama atau organisme lain. Di daerah tropis terdapat banyak jenis musuh alami, baik predator maupun parasitoid (Sembel, 2012Hal : 13) a. Famili Staphylinidae Adalah kumbang kecil berupa predator yang bersifat generalis.Kumbang ini juga banyak ditemukan pada pertanaman 35 padi, memangsa wereng daun maupun wereng batang. Beberapa famili lain yang bertindak sebagai predator pada habitat perairan adalah Gyrinidae dan Dytiscidae. Famili lain yang juga bertindak sebagai predator ialah Histeridae, Cantharidae, dan Cybocephalidae (Purnomo, 2010). b. Ordo Araneae Semua laba-laba adalah predator.Laba-laba memiliki empat pasang tungkai. Beberapa spesies yang menghasilkan jaring akan memangsa binatang yang terperangkap dalam jaring itu. Ada juga yang memburu mangsanya di tanah ataupun di pertanaman.Sekitar 50 famili laba-laba dikenal sebagai predator. Famili ini dapat dibedakan dari bentuk tubuh, karakteristik mata, bentuk jaring, dan perilaku memburu dan perilaku lain di alam (Purnomo, 2010). c. Ordo Hymenoptera Ada tiga famili penting dari ordo Hymenoptera yang bertindak sebagai predator, yaitu Formicidae, Vespidae, dan Sphecidae.Famili Formicidae adalah serangga sosial yang jumlah individu dalam koloninya mungkin sangat besar sekali.Famili Vespidae mudah dikenali dengan adanya warna kuning cerah.Imago dari famili ini menangkap mangsanya, seperti ulat, untuk dijadikan sumber makanan bagi progeninya.Famili Sphecidae merupakan pemangsa ulat Lepidoptera (Purnomo, 2010). 36 B. KERANGKA PIKIR Padi “Inpari Sidenuk” merupakan padi varietas unggul.Padi “Inpari Sidenuk” tersebut diberi empat macam perlakuan pola tanam yang dimaksud pola tanam di sini adalah jarak tanam yang digunakan berbeda – beda pada masing – masing perlakuan pola tanam yakni Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Alternatif Wetting and Drying (AWD), Tansplenter, dan Cara Petani yang akan berpengaruh terhadap jumlah rumpun yang dihasilkan juga berbeda yang dapat mempengaruhi kondisi mikro pada masing – masing pola tanam. Adanya perbedaan pola tanamakanmempengaruhi organisme penganggu tanaman (serangga) yang terdiri dari hama dan predator oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman hama dan predator khususnya pada tanaman padi “Inpari Sidenuk” 37 Inpari Sidenuk Pola Tanam (Jarak Tanam ) Jarak TanamPENGAR UH POLA TANAM PADI Transplanter (Oryzasativa . L) Petani KULTIVAR INPARI SIDENUK TERHADAP KEANEKARA GAMAN JENIS HAMA DI KELOMPOK TANI MANUNGGAL PATRAN DESA MADUREJO, KECAMATAN PRAMBANAN Sistem Pengairan PTT AWD Rumpun Mikroklimat Serangga Hama Predator - - Indeks Keanekaragaman (H) Indeks Kemerataan (e) Indeks Kekayaan (R) Gambar. 4. Kerangka Pikir 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang bertujuan untuk mengetahui jenis hama serta indeks keanekaragaman hama dan predator pada berbagai macam pola tanam pada tanaman padi Oryza sativa. L “Inpari Sidenuk” di Kelompok Tani Manunggal Patran Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. B. Objek Penelitian Adapun populasi berupa semua hewan (arthropoda) )yang ada pada pertanaman padi Oryza sativa. L “Inpari Sidenuk”di Kelompok Tani Manunggal Patran Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta dengansampel pada penelitian ini yaitu hewan (hama dan predator) yang tertangkap. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian : Di Desa Madurejo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan wilayah pengamatan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Depok, Sleman, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2016 sampai bulan Juli 2016 39