Original Article Volume 2 Nomor 1: 68-73 Februari 2017 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) Terhada Isolat Klinis Klebsiella penumoniae Secara Invitro Antibacterial Activity Testing Etanol Ekstrak of Galanga Rhizome (Kaempferia galanga L) Against Clinical Isolate ESBL Klebsiella pneumoniae In Vitro Fitra Hayati*, Mudatsir, Safarianti Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh-Indonesia *Email: [email protected] ABSTRAK Meningkatnya resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik menjadi salah satu masalah kesehatan dunia.Salah satu bakteri resisten antibiotik yang sering ditemukan dipelayanan kesehatan dan masyarakat adalah Klebsiella pneumoniae yangresisten antibiotik golongan β Laktam (ESBL Klebsiella pneumoniae). Kencur (Kaempferia galanga.L) merupakan salah satu tanaman herbal, memiliki kandungan zat kimia aktif yang berfungsi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas antibakteri ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga. L) terhadap pertumbuhan isolat klinis bakteri ESBL Klebsiella pneumoniae. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan dengan 4 kali pengulangan. Perlakuan terdiri dari ekstrak etanol rimpang kencur konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%, dengan kontrol negatif akuades. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang kencur dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan ESBL Klebsiella pneumoniae dengan diameter zona hambat rata-rata 6,38mm, 6,90mm, 8,21mm, dan 9,52mm sedangkan kontrol negatif tidak menunjukkan daya hambat. Hasil analisis data dengan ANOVA (p<0,05) dan uji Duncan menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan dan kontrol negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang kencur memiliki daya hambat terhadap Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL dengan kategori sedang. Kata kunci : Ektrak etanol rimpangkencur, Kaempferia galanga L, Klebsiella pneumoniae, Extended Spectrum Beta Lactamase,aktifitas antibakteri ABSTRACT The increasing of microorganismsresistance to antibiotics become one of the world's health problems. One of antibiotic-resistant bacteria that are often found in public health care are antibiotic resistant Klebsiella pneumoniae β lactam group (ESBL Klebsiella pneumoniae). Kencur (Kaempferia galanga.L) is one of the herbs that content of the active chemicals has an antibacterial activity. This research purpose to determine the antibacterial activity of ethanol extract of rhizome kencur (Kaempferia galanga. L) against the growth of clinical isolates of bacteria ESBL Klebsiella pneumoniae. This research use a completely randomized design (CRD), which consisted of five treatment groups with four repetitions. The treatment consists of the ethanol extract of galanga rhizome with concentration 25%, 50%, 75% and 100% andaquadest as a negative control. The results showed that the ethanol extract of rhizome kencur with concentration 25%, 50%, 75%, and 100% had inhibitory effect on growth ESBL Klebsiella pneumoniae with a diameter of inhibition zone average 6,38 mm, 6,90 mm, 8,21 mm and 9,52 mm,while the negative did not show any inhibition zone diameter. The results of the data analysis by ANOVA (p <0.05) and Duncan test showed there is significant different between the treatment with the negative control. This result showed the ethanol extract of galanga rhizome can inhibit the growth of ESBL Klebsiella pneumoniae with moderate category. Keywords: Ethanol extract of galanga rhizome, Kaempferia galanga L, Klebsiella pneumoniae,Extended Spectrum Beta Lactamase, antibacterial activity http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 68 Hayati et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1:68-73 PENDAHULUAN Klebsiella pneumoniae merupakan spesies basil Gram negatif yang memiliki kemampuan memproduksi enzim β- lactamase yang mampu menghidrolisis cincin β-lactam cephalosporin, disebut bakteri Extended Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotik (1,2) penicillindan aztreonam yang . semakin meningkat dan menjadi salah satu masalah kesehatan diseluruh dunia. Resistensi antibiotik menyebabkan angka kematian dan biaya kesehatan semakin meningkat.Extended Spectrum Beta Lactamases (ESBL) Klebsiella pneumoniae yang resisten terhadap antibiotik cephalosporin generasi III dan Klebsiella pneumoniaeCarbapenemase (KPC) yang resisten terhadap antibiotik carbapenem merupakan fokus konsentrasi WHO dalam menangani krisis Multi Drug Resistant (MDR) antibiotik(3,4). Hasil Penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia, Prevalence and Prevention (AMRIN Study) yang merupakan penelitian kolaborasi Indonesia dan Belanda di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2001-2005 menunjukkan terdapat bakteri multi-resisten, seperti MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus) dan bakteri penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamases) seperti E. Coli, Kebsiella pneumoniae, Shigella sp dan bakteri Gram negatif lainnya(5). Prevalensi bakteri ESBL mengalami peningkatan di seluruh dunia dengan Klebsiella pneumoniae sebagai persentase terbesar yaitu, pada tahun 2012 terdapat peningkatan prevalensi ESBL Klebsiella pneumoniae 58% yakni 202 spesimen dari total 351 spesimen dan ESBL E. Coli 52% yakni 327 spesimen dari 629 spesimen serta terdapat 24% MRSA yakni 63 spesimen dari 259 spesimen(6). Tanaman kencur (Kaempferia galanga L)merupakan salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Rimpang kencur memiliki manfaat untuk mengobati penyakit bronkitis, asma, malaria, penyakit kulit, luka, dan penyakit gangguan limpa.Tanaman kencur juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit infeksi bakteri, baik bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif dan juga infeksi jamur. Menurut Astuti dkk ekstrak rimpang kencur konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif seperti Staphylococcus aureus , Bacilius subtilis dan Serratia marcescen dan juga terhadap bakteri Gram negatif seperti Eschericia coli(7) Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiaktivitas antibakteri ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L) terhadap isolat klinis Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL. METODOLOGIPENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 kali pengulangan Rancangan ini terdiri dari 5 kelompok, yaitu 4 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L) dengan konsentrasi ekstrak 25%, 50%, 75% dan 100% serta kelompok kontrol negatif (Kn) adalah aquades steril.Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2016 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L) dan isolat klinis bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL yang diperoleh dari sputum pasien pneumoniae. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ekstraksi: erlenmeyer, rotary vacum evaporator. Alat uji fitokimia: pipet tetes, tabung reaksi, test plate. Alat uji: oven, inkubator, autoklaf, refrigerator, timbangan, microwave, spektofotometer, tabung reaksi, rak tabung reaksi, kawat ose, cawan petri, kapas lidi steril,cakram kertas kosong, cakram antibiotik, penggaris, kaca objek, gelas kimia,vortex, pipet mikro, mikroskop, pinset, spiritus, cuvettes dan camera.Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah bahan ektraksi: rimpang kencur, etanol 95%. Bahan uji bakteri: biakan bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL, Muller Hinton Agar http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 69 Hayati et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1:68-73 (MHA), Nutrient Agar (NA), Mac Conkey Agar (MAC),Sulfide Indole Motility (SIM), Methyl Red-Vogues Proskauer (MR-VP), reagen kovac’s, reagen methil red, Kalium Hidroksida (KOH), alfa naftol, aquades steril, NaCL 0,9%, kristal violet, lugol, pelarut. Tahap pertama pada penelitian ini adalah penyiapan bakteri uji. Isolat bakteri Klebsiela pneumoniae penghasil ESBL diinokulasi pada media NA dan MCA. Tahap kedua adalah pembuatan ekstrak etanol rimpang kencur menggunakan metode maserasi. Penegenceran dilakukan hingga di peroleh konsentrasi ekstrak 25%, 50%, 75% dan 100%.Tahap ketiga adalah uji daya hambat ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonaie penghasil ESBL. Metode yang digunakan adalah metode difusi cakram. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah diameter zona hambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL yang terbentuk dalam satuan milimeter pada setiap perlakuan.Data yang diperoleh dari penelitian akan diuji normalitasnya dengan uji Saphiro- Wilk dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Levene. Data yang terdistribusi normal dan homogen maka akan dilanjutkan dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) dengan Confidence Interval (CI) 95% (α = 0,05) untuk mengetahui perbandingan rata-rata pada tiap perlakuan, dilanjutkan dengan uji beda Duncan pada taraf 5% untuk menilai perbedaan pada tiap perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol rimpang kencur memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia penghasil ESBL karena adanya zat kimia aktif seperti alkaloid, steroid, terpenoid, alkaloid dan saponin yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur, mempunyai aktivitas sebagai antibakteri, terbukti dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram. Hasil uji daya hambat pada tiap kelompok perlakuan dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% memiliki rata-rata diameter zona hambat sebesar 6,38 mm, 6,90 mm, 8,21 mm dan 9,52 mm dan 0 mm untuk kelompok kontrol negatif. Hasil uji daya hambat antibakteri ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL dapat dilihat pada tabel 1 dan pada gambar 1. Tabel 1. Hasil uji daya hambat ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan pneumoniae penghasil ESBL Klebsiella Diameter Zona Hambat Perlakuan I II III IV Jumlah Rata-rata ± SD Kn 0 0 0 0 0 0±0,00 P1 6,35 6,60 6,80 5,80 25,55 6,38±0,4 P2 7,00 6,85 7,20 6,60 27,65 6,91±0,2 P3 8,40 8,55 8,70 7,20 32,85 8,21±0,7 P4 9,50 9,50 9,65 9,45 38,10 9,52±0.08 Konsentrasi 100% mempunyai zona hambat paling tinggi dengan rata-rata sebesar 9,52 mm sedangkan konsentrasi 25% mempunyai zona hambat terendah dengan rata-rata 6,38 mm pada kontrol negatif yaitu akuades tidak menunjukkan adanya respon zona hambat bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa, zona hambat yang tebentuk disekitar cakram, memang disebabkan karena kemampuan ekstrak untuk menghambat pertumbuhan bakteri, bukan karena zat lain yang ditambahkan untuk pengenceran. http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 70 Hayati et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1:68-73 100% (-) 25% 75% 50% Gambar 1. Hasil uji daya hambat ekstak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL Flavonoid sebagai salah satu zat kimia aktif yang terkandung dalam ekstrak etanol rimpang kencur mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler bakteri sehingga merusak membran sel bakteri. Flavonoid juga mampu menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat metabolisme energi sel bakteri (8). Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur (9). Ekstrak etanol rimpang kencur juga mengandung saponin dan steroid.Saponin juga merupakan senyawa aktif yang mempunyai aktivitas antibakteri. Saponin bekerja dengan cara menggangu tegangan permukaan sel bakteri, sehingga sel bakteri mudah bocor dan lisis. Senyawa steroid dapat mengakibatkan kebocoranpada lisosom bakteri. Interaksi steroid dan membran fosfolipid bakteri akan menyebabkan menurunnya integritas membran dan terjadi perubahan morfologi membran bakteri(10,11,12) Data hasil penelitian diuji normalitas dengan uji Saphiro-Wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji Lavene. Berdasarkan data dari uji Saphiro-Wilk didapatkan nilai P untuk semua perlakuan > 0,05, hal ini berarti bahwa data terdistribusi normal. Uji homogenitas dengan mengunakan uji Lavene didapatkan nilai P untuk semua perlakuan > 0,05 yang menandakan bahwa data yang diperoleh homogen. Data kemudian diuji dengan Analysis of Variance (ANOVA) dengan Confident Interval (CI) (α = 0.05) . Data hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai P <0,05 hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada CI 95%.Uji Duncan dilakukan untuk menilai perbedaan pada tiap perlakuan.Perbandingan daya hambat ekstrak etanol rimpang kecur terhadap pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL dengan menggunakan uji Duncan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Perbandingan daya hambat ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhanKlebsiella pneumoniae penghasil ESBL dengan uji Duncan Perlakuan Rata-rata Kn (kontrol negatif) 0,00a P1 (ekstrak etanol rimpang kencur konsentrasi 25% 6,38b P2 (ekstrak etanol rimpang kencur konsentrasi 50% 6,91c P3 (ekstrak etanol rimpang kencur konsentrasi 75% 8,21d P4 (ekstrak etanol rimpang kencur konsentrasi 100% 9,52e Keterangan :superscript huruf yang berbeda menyatakan perbedaan yang nyata http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 71 Hayati et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1:68-73 Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa ekstak etanol 95% rimpang kencur dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 95% rimpang kencur dapat menghambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL.Bila dilihat dari besarnya zona hambat yang terbentuk pada setiap konsentrasi, maka terlihat adanya perbedaan zona hambat, peningkatan konsentrasi ekstrak rimpang kencur diikuti oleh peningkatan diameter zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Kochuteressia et al, menyebutkan bahwa ekstrak etanol rimpang kencur memiliki aktifitas antimikroba terhadap bakteri Streptococcus faecalis, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, dan Vibrio cholera dengan masing-masing diameter hambat 19,7±0,20, 14,9±0,95, 12,1±0,40, dan 12,3±0,16(14). Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena Klebsiella pneumoniae yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Klebsiellapneumoniae penghasil ESBL yang memiliki tingkat virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Klebsiella pneumonia.Menurut Varaprasad Bobbarala, ketentuan antibakteri adalah sebagai berikut; daerah zona hambat ≥ 20 mm berarti sangat kuat, daerah zona hambat 10-20 mm berarti kuat, daerah zona hambat 5-10 mm berarti sedang, dan daerah zona hambat ≤ 5 mm berarti lemah(15). Dari penelitian yang dilakukan rata-rata diameter zona hambat ekstrak etanol rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumonia penghasil ESBL adalah 9,52 mm yang dicapai padakonsentrai 100%, hal ini berarti kemampuan daya hambat ektrak terhadap bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL tergolong sedang. KESIMPULAN 1. Ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L) mempunyai aktifitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL, dengan kategori daya hambatnya adalah sedang. 2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol rimpang kencur, maka semakin besar pula diameter zona hambat pertumbuhan Klebsiella pneumoniae penghasil ESBL yang terbentuk. DAFTAR PUSTAKA 1. Brooks G.F. BJS and MS. Microbiologi Kedokteran. EGC : Microbiologi Kedokteran. 2005. p. 155-70. 2. Tumbarello M, Spanu T, Sanguinetti M, Citton R., Montuori E., Leone F. FG and CR. Bloodstream Infections Caused by Extended-Spectrum-ß-Lactamase- Producing Klebsiella pneumoniae: Risk Factors, Molecular Epidemiology, and Clinical Outcome. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 2006. 50 : 498-504. 3. Jeana SS, Hsuehb PR. High burden of antimicrobial resistance in Asia. International Journal of Antimicrobial Agents. 2011;37: 291-4 4. World Health Organization. Antimicrobial Resistance Global Report onSurveillance. France: WHO, 2014. 5. Directorate General of Medical Care Ministry of Health Republik of Indonesia . Antimocrobial Resistance, Antibiotic Usage and Infection Control. A Self-Assesment Programs for Indonesia Hospital. Jakarta: Directorate General of Medical Care Ministry of Health Republic of Indonesia, 2005: 3-5p 6. Usman H, Kuntaman, Qiptiyah M, Paraton H. Problem Antibiotic Use and Antimicrobial Resistance in Indonesia: Are We Really Making Progress? Indonesian Journal of Tropical and Infection Disease. 2013;4: 58p 7. Astuti Y, Sundari D, Winarno W. Tanaman Kencur (Kaempferia galanga.L) Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. 1996;3:26-8p. http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 72 Hayati et al. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia Vol.2 No. 1:68-73 8. Cushine Y. Antimicrobial Activity of Flavonoid International Journal of Antimicrobial Agents. 2005;26. 9. Primawati SR, Nofisulastri, Baiq AN. Efektifitas Senyawa Bioaktif Ekstrak Kencur (Kaemferia galanga L) Menggunakan Pelarut Aquadest dengan Pelarut Etanol. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi “Boisaintist”. 2012; 1 (99p) 10. Stefanovic O, Ivana R, Sava V and Ljiljana C. Antibacterial Activity of Naturally Occuring Coumpounds from Selected Plants. Laboratory of Microbiology, Department of Biology and Ecology, Faculty of Science, University of Kragujevac. Serbia. 2012 (3-7p) 11. Cowan MM. Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews (Department of Microbiology, Miami University, Oxford). 1999;12 (568-72p) 12. Ngajow M, Jemmy A, Vanda SK. Pengaruh Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococus aureus Secara In Vitro. Jurnal MIPA UNSRAT online. 2013;2 (128-132p) 13. Jacoby GA and Paula H. Detection of Extended-Spectrum β-Lactamases in Clinical Isolates of Klebsiella pneumoniae and Escherichia coli. Journal of Clinical Microbiology.1996.34 (908-911p) 14. Kochuteressia KP, Britto SJ, Jaseentha MO, Raphael R. In Vitro Antimicrobial Evaluation of Kaempferia galanga L Rhizome Ekstract. American Journal Biotechnology and Molecular Sciences.2012;2(1) (3p) 15. Bobbarala V. Antimicrobial Agents. INTECHOPEN (A Dree Online Edition Of Book and Journal). 2012; 10-20p . http://jim.unsyiah.ac/medisia Jurnal Ilmiah Mahasiswa Medisia 73