43 POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGARUHNYA

advertisement
43
POLA ASUH ORANG TUA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA
ZEN ISTIARSONO
FKIP UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA
Abstract: This study was aimed to reveal the effect of parents’ guidance
style on the motivation of the students’ Junior high school YPK 1
Tenggarong. This study constituted a correlation ex-post facto research,
with the research population of all 46 students who teachers from in
Samarinda as the respondents, making this study a population research.
The research instrument was a questionnaire, which had been tested and
had passed the validity and reliability requirements by means of the Alpha
Cronbach technique. The data were analyzed by using the descriptive
and correlation analysis techniques. The finding indicates that learning
motivation significantly relates to the parental styles.
Key-words: parents’ guidance style, motivation.
KUALITAS manusia sangat menjadi andalan utama bagi keberhasilan pembangunan.
Manusia adalah inti pembangunan; mereka yang memikirkan, merencanakan, dan
mereka juga yang merasakan suka duka dan pahit getirnya, serta menikmati hasil
pembangunan. Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa dalam rangka pelaksanaan
pembangunan bagi pengamalan Pancasila, yang hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Sasaran
utama pembangunan jangka panjang 25 tahun kedua adalah terciptanya kualitas
manusia dan bangsa Indonesia yang maju dan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah
dengan bangsa lain di dunia, dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir dan batin,
dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, negara, dan dunia, dan dalam suasana
kehidupan bangsa Indonesia yang serba seimbang dan selaras dalam hubungan antara
sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam lingkungannya,
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
(Sunarko, 2002).
Berbicara mengenai martabat dan kualitas manusia Indonesia sesungguhnya
berbicara mengenai suatu proses barangkali suatu proses yang tidak pernah selesai (anever ending process). Proses yang dimaksud bukanlah proses yang berlangsung secara
liar, akan tetapi proses meningkatkan martabat dan kualitas manusia seyogyanya
merupakan proses terkendali dan tersistem yang terwujud dalam bentuk pendidikan.
Dalam dunia pendidikan dikenal ada tiga lingkungan pendidikan, yaitu
pendidikan lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan di sekolah maupun di
lingkungan masyarakat, dan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama
dan utama, dengan demikian peranan keluarga menjadi sangat penting dalam
44
perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan kelompok sosial
terkecil dalam masyarakat, tempat pertama kali proses sosialisasi dilakukan.
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting, karena
sejak timbulnya adab kemanusiaan sampai sekarang keluarga selalu berpengaruh besar
terhadap perkembangan anak manusia. Orang tua sebagai bagian terpenting dari
keluarga haruslah mampu membimbing dan menjadi suri tauldan bagi anak-anaknya.
Tugas penting orang tua ini akan sangat terdukung jika mereka mampu menciptakan
suasana rumah menjadi tempat tinggal sekaligus basis pendidikan. Kurang mampunya
orang tua dalan menjalankan tugasnya sebagai pembimbing dan tauladan bagi anggota
keluarganya khususnya bagi anak mereka menyebabkan terciptanya anak-anak dengan
mental yang kurang mendukung tercapainya sasaran terciptanya manusia I.indonesia
seutuhnya yang berkualitas karena kurang memiliki motivasi untuk belajar.
Dalam keluarga orang tua berkedudukan sebagai pendidik dan pengasuh,
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses perkembangan kepribadian anak.
Dasar dan pola kepribadian individu terbentuk melalui pengalaman sosialnya dalam
keluarga. Pengalaman sosial ini terjadi melalui hubungan, sikap atau pola asuh orang
tua terhadap anaknya, sehingga pendidikan dalam keluarga memegang peranan yang
sangat penting dalam perkembangan sosialisasi anak terhadap lingkungan, yaitu
terjadinya proses penyesuaian diri.
Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan orang tua (ayah dan ibu) dalam
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Jika dalam keluarga terjadi kesenjangan
hubungan, maka perlu diimbangi dengan kualitas dan intensitas hubungan sehingga
ketiadaan orang tua di rumah tetap dirasakan kehadirannya dan dihayati secara
psikologis. Hal tersebut diperlukan agar realisasi pengaruh, arahan, bimbingan, dan
sistem nilai orang tua tetap dihormati dan mewarnai sikap dan perilaku anak-anaknya.
Dengan demikian, tindakan asuhan yang diupayakan orang tua harus sesuai dengan
dunia anak (Sulaiman 1994 dalam Yunhadi, 2017:4).
Dalam kaitan dengan pendidikan nilai-nilai kepada anak diawali dari keluarga,
jika pendidikan nilai-nilai dalam keluarga berfungsi secara maksimal, maka dari unit
terkecil dalam masyarakat ini dapat memberi pengaruh yang sangat besar di lingkungan
masyarakat yang lebih luas. Dikarenakan orang tua bertindak berdasarkan yang
diyakininya. Semakin kuat nilai yang dipilihnya akan semakin kuat pula nilai itu
berpengaruh dalam kehidupannya.
Pendidikan nilai-nilai kepada anak merupakan pondasi atau benteng dalam
menghadapi kehidupan di dunia yang penuh dengan tantangan dan cobaan, agar tidak
mudah terpengaruh dengan arus globalisasi. Untuk itu pendidikan nilai-nilai dalam
keluarga sangat diperlukan.
Dalam pendidikan nilai-nilai kepada anak peranan ibu sangat dominan dalam
keluarga, jika peran ibu tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka pendidikan nilainilai dalam keluarga tidak maksimal. Adapun penyebab tidak maksimalnya peran ibu
dalam rumah tangga karena ibu bekerja di luar rumah ikut mencari nafkah
mencukupi kebutuhan keluarga. Tidak maksimalnya peran ibu memberikan pendidikan
nilai-nilai dalam keluarga dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan tingkah laku
pada anak.
45
MAKNA PENDIDIKAN
Hakikat pendidikan pada dasarnya adalah merupakan suatu proses untuk menuju
suatu perubahan kearah yang lebih baik, yang dilakukan secara sadar agar proses itu
terarah sesuai tujuan yang ingin dicapai. Pendidikan adalah merupakan kumpulankumpulan semua proses yang dilakukan dengan maksud dan tujuan agar seseorang
dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki, semua sikap dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya tentang nilai-nilai positif yang ada di dalam
masyarakat dimana dia bertempat tinggal.
Pendidikan adalah suatu proses yang terarah dan memiliki tujuan yang jelas.
Menurut Mahalli (2000:134) orang tua bertanggung jawab di hadapan Tuhan terhadap
pendidikan anak-anaknya. Sebab merekalah generasi yang akan memegang tongkat
estafet perjuangan agama dan khalifaah di bumi.
Peranan Orang Tua
Sesuai Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah
berperan sebagai pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan
yang pertama dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga.
Menurut Idris (Slameto, 2003) peralihan bentuk pendidikan informal/ keluarga
ke formal/sekolah memerlukan kerjasama antara orang tua dan sekolah (pendidik).
Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tua mereka.
Sehingga diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang
menggantikan tugasnya selama di sekolah.
Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya, menunjukkan
kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah dan atau membuat pekerjaan rumahnya.
Peranan orang tua bagi pendidikan anak menurut Idris dan Jamal (Slameto,
2003) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti
pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasardasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasan-kebiasan. Selain
itu peranan keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai
dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan kata lain, ada kontinuitas antara materi yang
diajarkan di rumah dan materi yang diajarkan di sekolah
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensikonsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan kehidupan yang
menerpa keluarga beserta dampak krisis yang ditandai dengan bergesernya nilai-nilai
dan pandangan tentang fungsi dan peran keluarga menyebabkan terjadinya berbagai
perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga.
Struktur, pola hubungan, dan gaya hidup keluarga banyak mengalami
perubahan. Kalau dulu biasanya ayah berperan sebagai pencari nafkah tunggal dan ibu
sebagai pengelola utama kehidupan di rumah, maka sekarang banyak di antara keluarga
(khususnya di kota-kota) yang tidak lagi seperti itu.
Begitu pula kebiasan hidup lama dalam keluarga besar dengan banyak saudara
yang disertai kakek/nenek dan bertetangga dengan famili dekat, maka sekarang banyak
di antara keluarga yang kondisinya sudah menjadi sangat lain. Sekarang mereka hidup
46
dalam keluarga-keluarga kecil tanpa nenek dan kakek dengan lingkungan tetangga yang
sama-sama sibuk dan bukan saudara lagi.
Terlepas dari ragam dan jenis permasalahan keluarga yang begitu banyak,
demikian juga bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang terjadi, pergeseranpergeseran tersebut menurut Semiawan, C.R (Slameto, 2003) membuat semakin
kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga yang pada gilirannya
akan memberikan dampak tertentu terhadap pendidikan anak. Untuk dapat berkembang
secara sehat dan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, dengan sendirinya
anak dan orang tua perlu melakukan penyesuaian.
Pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak telah disadari oleh banyak
fihak, bahkan kebijakan manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam reformasi
pendidikan pun menempatkan peranan orang tua sebagai salah satu
pilar
keberhasilannya.
Peranan orang tua menjadi menarik untuk dikaji mengingat makin banyak ibu
yang semula sebagai ibu rumah tangga kini menjadi wanita karir/bekerja sehingga
kesempatan, perhatian, dan perlakuannya terhadap anak menjadi berkurang.
Konsekuensinya semula ayah di samping tetap berkonsentrasi sebagai tulang punggung
ekonomi keluarga yang tetap bekerja juga di tuntut lebih banyak berperan dalam
pendidikan anaknya.
Pendidikan Dalam Keluarga
Keluarga merupakan tempat yang pertama bagi pendidikan anak melalui
penerapan bentuk pola asuh, yaitu interaksi antara orang tua dengan anak. Di dalam
keluarga anak pertama kali berhubungan dengan orang lain, dan dalam keluarga pula
awal pendidikan dimulai. Apa yang dialami anak dalam keluarga memberikan kesan
tertentu yang tidak selamanya disadari dalam kehidupannya, dan kesan tersebut
mewarnai pola perilaku yang terpencarkan di dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembentukan kemampuan ini melalui pembinaan yang secara sengaja atau tidak
sengaja ditanamkan oleh anggota keluarga. Penanaman disiplin yang diawali dengan
penanaman kebiasaan juga terbentuk dalam keluarga yang pada gilirannya akan
membentuk kepribadian anak.
Pembentukan berbagai kemampuan dalam keluarga akan membawa pengaruh
dalam pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Latar belakang dan kondisi keluarga
yang berbeda akan menimbulkan berbagai variasi dalam kebiasaan anak, dan juga
menjadi perbedaan terjadinya kematangan pribadi dan proses penyesuaian diri anak
terhadap lingkungannya.
Pendidikan dalam keluarga adalah fondasi atau dasar dari pendidikan anak,
selanjutnya hasil-hasil pendidikan yang diperoleh dalam keluarga menentukan
pendidikan selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dapat dikatakan
keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi
perkembangan kepribadian anak.
Intisari pengertian keluarga menurut Vembiarto (Syamsuddin, 1994:5) adalah:
(1) Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak; (2) Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap, didasarkan ikatan
darah, perkawinan, atau adopsi; (3) Hubungan antar anggota keluarga dijiwai suasana
afektif dan rasa tanggung jawab; serta (4) Fungsi keluarga adalah memelihara, merawat,
47
dan melindungi anak dalam rangka sosialisasi agar mampu mengendalikan diri dan
berjiwa sosial.
Sebuah keluarga di samping bertujuan untuk memperoleh keturunan diharapkan
dapat mewujudkan nilai-nilai kebahagiaan yang bersifat lahiriah maupun batiniah yang
dilandasi oleh rasa cinta kasih para anggotanya, dapat mengembangkan nilai-nilai
agama sehingga akan tercapai semangat tanggung jawab pribadi dan sosial yang tinggi
sebagai bagian dari masyarakat tempat ia tinggal.
Pola Pendidikan Dalam Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama bagi anak untuk melakukan
interaksi sosial. Interaksi antara anak dengan orang tua akan menghasilkan karakteristik
kepribadian tertentu yang selanjutnya akan mewarnai sikap dan prilakunya baik dalam
keluarga maupun di masyarakat, sehingga orang tua mempunyai peranan yang besar
terhadap pembentukan kepribadian anak.
Interaksi antara anak dengan orang tua dalam keluarga terjadi dalam kegiatan
pengasuhan orang tua terhadap anak, kegiatan pengasuhan ini tidak hanya berarti
bagaimana cara orang tua mendidik, membimbing, dan melindungi anak agar mencapai
kemampuan sesuai dengan nilai-nilai agama. Hal ini dimungkinkan karena keluarga
sebagai lingkungan pertama yang dikenal anak sejak ia dilahirkan. Orang tua sebagai
pengasuh, secara manusiawi memelihara pertumbuhan dan berkewajiban mengusahakan
perkembangan anak agar sehat jasmani dan rohaninya.
Hurlock (1997) membedakan pola pengasuhan anak dalam keluarga menjadi
tiga, yaitu:
1) Otoriter dengan ciri-ciri sikap orang tua yang kaku, menuntut anak patuh kepada
semua perintah dan kehendak orang tua, pengontrolan terhadap tingkah laku anak
sangat ketat, kurang memberi kepercayaan, jarang memberi pujian/ hadiah apabila
anak memperoleh prestasi, dan sering memberi hukuman fisik.
2) Demokrasi ditandai dengan sikap orang tua yang hangat, melaksanakan aturan dan
disiplin yang dibuat bersama, secara konsisten anak diakui keberadaannya, serta
diberi kesempatan untuk mandiri.
3) Permisif, yaitu ditandai dengan pemberian kebebasan yang luas, kurang adanya
kontrol dari orang tua, kurang menanamkan disiplin dan nilai-nilai, semua kehendak
dan keinginan anak tidak dilarang.
Gordon (1995), mengemukakan pola pendidikan dalam keluarga yang dilakukan
orang tua terhadap anak dibedakan menjadi tiga :
1) Otoriter atau disebut metode orang tua menang anak kalah, dimana apabila terjadi
konflik antara orang tua dengan anak, maka orang tualah yang akan memutuskan
pemecahannya
2) Permisif atau metode anak menang dan orang tua kalah, dimana orang tua
menyerahkan keputusan pemecahan masalah semua pada anak.
3) Demokrasi atau metode anti kalah yaitu setiap persoalan, orang tua meminta anak
ikut serta dalam mencari pemecahan yang sama-sama diterima oleh kedua belah
pihak.
Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Nilai-Nilai
Anak dalam keluarga adalah sebagai anugerah dan amanah yang diberikan
Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dirawat dengan sebaik-baiknya agar menjadi anak
48
yang saleh, berakhlak mulia, berbudi luhur dan berkembang seoptimal mungkin baik
jasmani maupun rohaninya. Konsekuensinya orang tua haruslah dapat mengasuh dan
bertanggung jawab atas perkembangan anak tersebut, sehingga anak nantinya memiliki
pribadi yang matang dan akhirnya dapat mengadakan penyesuaian diri serta diterima di
lingkungan sosialnya di mana ia tinggal. Menurut Zakiah (1992:35) pendidikan dalam
keluarga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari
pengetahuan pendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan
kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud
berkat adanya pergaulan dan hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik antara
orang tua dengan anak.
Kehadiran wanita di pasaran kerja bukan tanpa kendala, terutama pada saat
wanita itu sudah berstatus ibu karena mempunyai anak, ia tidak hanya dituntut sebagai
pendidik atau yang bertanggung jawab dalam rumah tangga, tetapi juga dituntut
berprestasi di tempat kerja. Banyak persoalan yang dialami oleh para wanita– ibu rumah
tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur waktu dengan suami
dan anak-anak hingga mengurus tugas-tugas rumah tangga dengan baik. Ada yang bisa
menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa kesulitan hingga akhirnya
persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalam hidup sehari-hari.
Beckker (Ananta, 1994) menekankan pentingnya nilai anak bagi kesejahteraan
keluarga di masa datang, dikatakan bahwa anak sebagai investasi modal manusia
Selanjutnya Ananta (1994) berpandapat bahwa pencurahan waktu untuk kesejahteraan
keluarga dapat dilihat sebagai suatu investasi untuk kesejahteraan keluarga yang lebih
baik di masa depan, baik dari aspek moneter maupun bukan moneter. Bekerja bagi
sebagian wanita masih menimbulkan dilema, di mana pada satu sisi mereka
mendapatkan keuntungan karena mendapatkan penghasilan tambahan, tetapi di sisi lain
anak-anak memerlukan kehadiran ibunya di dalam keluarga. Pengaruh dari bekerjanya
ibu terhadap anak masih merupakan perdebatan, sehingga merupakan permasalahan
yang serius untuk dipecahkan.
Hubungan antara ibu dan anak amatlah erat, terutama bila dikaitkan dengan
perkembangan anak, kebiasaan-kebiasaan yang ada didalam keluarga sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hubungan antara ibu dan anak
dapat memberikan perubahan yang cukup konstruktif karena mempunyai nilai stimulatif
bagi anak. Keberhasilan perkembangan anak dari ibu yang bekerja salah satu aspeknya
ditentukan oleh terjaganya hubungan yang harmonis antara sang ibu dan sang anak.
Hubungan ibu dan anak merupakan faktor yang cukup penting dalam perkembangan
anak.
Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak
atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinteprestasikan
dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu (Isbandi, 1994).
Motivasi merupakan rangkaian unsur kebutuhan, upaya dan tujuan. Bila
seseorang termotivasi ia akan berupaya sekuat tenaga untuk memenuhi kebutuhannya,
namun upaya tersebut hendaknya diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Motivasi merupakan hasrat seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-
49
baiknya disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh demi hasil untuk memenuhi
kebutuhannya.
Batasan lain motivasi adalah sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke
arah suatu tujuan tertentu (Anoraga, 1992). Dengan demikian setiap manusia pada
hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan yang pada ssaat-saat tertentu menuntut
pemuasan. Prinsip umum yang berlaku bagi kebutuhan manusia adalah terpenuhinya
tingkat kepuasan.
Hubungan Antara Ibu Bekerja dengan Motivasi Belajar Siswa
Proses pendidikan nilai-nilai adalah penterapan nilai- nilai seperti : anakanak selalu berbakti kepada kedua orang tua sebagai tanda terima kasih kepada
keduanya terutama ibu yang telah mengandung dan menyusui serta merawatnya,
anak-anak selalu melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk,
selanjutnya orang tua selalu memberikan nasehat kepada anak-anaknya tentang sifat
yang baik dan buruk, kemudian anak-anak selalu bergaul dengan baik, sopan santun,
tidak angkuh.
Dalam keluarga inilah yang akan menentukan pola perilaku yang ada dalam
keluarga, melihat betapa pentingnya peran keluarga dalam penanaman nilai-nilai dalam
hal akhlak bagi anak-anaknya, kemudian muncul pemikiran usaha-usaha pemberdayaan
keluarga. Ibu yang bekerja dapat menyebabkan tidak berfungsinya dengan maksimal
peranan seorang ibu dalam rumah tangga karena banyaknya kesibukan diluar rumah.
Hal ini dapat menyebabkan rendahnya perhatian terhadap keluarga khususnya anak
sehingga anak merasa kurang mendapatkan perhatian dan pada akhirnya dapat berakibat
terjadinya penyimpangan perilaku pada anak antara lain rendahnya motivasi belajar
anak.
METODE PENELITIAN
Populalasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP YPK 1
Tenggarong yang yang memiliki ibu bekerja dengan jumlah sebanyak 46 orang dan
seluruh siswa tersebut secara langsung dijadikan sebagai obyek penelitian. Sehingga
penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi. Penelitian hanya dilakukan
terhadap para ibu yang bekerja diluar rumah seperti Pegawai Negeri Sipil dan karyawan
perusahaan karena mereka inilah yang banyak menghabiskan waktu diluar rumah.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian
dengan mempergunakan teknik pengumpulan data dengan angket. yang disusun
berdasarkan rumusan permasalahan dan dasar teori yang mendukung sehingga dapat
dipergunakan untuk memperoleh data yang cukup untuk mendukung pengujian
hipotesis yang telah dirumuskan. Angket tersebut disusun berbentuk skala nilai
menurut model Likert dengan lima alternatif.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif untuk mengetahui gambaran dari ubahan motivasi belajar dan pola asuh
keluarga ibu bekerja siswa SMP YPK 1 Tenggarong pada tahun pelajaran 2015/2016.
Selain teknik analisis data deskriptif digunakan juga teknik analisis data korelasi untuk
mengetahui pengaruh positip pola asuh keluarga terhadap motivasi belajar siswa.
50
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tingkat motivasi belajar siswa dan
pola asuh keluarga berada pada kategori sedang. Untuk mengetahui diterima atau
ditolaknya hipotesis yang dikemukakan, hasil analisis data terasebut di atas, yaitu r xy =
0.4425 dikonsultasikan dengan tabel r Product Moment dalam tingkat kepercayaan 1%
dan 5%. Kriteria yang telah ditetapkan untuk menentukan diterima atau ditolaknya
hipotesis adalah:
1. Ho ditolak dan Ha diterima bila nilai r xy yang diperoleh lebih besar dibanding
dengan “ r “ product moment pada tingkat kepercayaan 5% dan 1% pada R tabel.
2. Ho diterima dan Ha ditolak bila nilai r xy yang diperoleh lebih kecil dibanding
dengan “ r “ product moment pada tingkat kepercayaan 5% dan 1% pada R tabel.
Hasil analisis data nilai r xy adalah 0.442523 sedangkan nilai product moment
pada tingkat kepercayaan 5% dan 1% pada R tabel untuk N = 46 adalah 0.291 dan
0.276. Ini berarti nilai r xy adalah 0.442523 lebih besar dari r tabel yaitu 0.291 dan
0.276. Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan terdapat hubungan
yang positip antara pola asuh ibu bekerja dengan motivasi belajar siswa SMP YPK 1
Tenggarong pada tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki ibu bekerja dapat diterima
dan hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan tidak ada hubungan yang positip antara pola
asuh ibu bekerja dengan motivasi belajar siswa SMP YPK 1 Tenggarong pada tahun
pelajaran 2015/2016 yang memiliki ibu bekerja ditolak.
Analisis korelasi menunjukkan bahwa pola asuh keluarga memiliki pengaruh
yang positip terhadap motivasi belajar siswa SMP YPK 1 Tenggarong, Kabupaten
Kutai Kartanegara tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya hasil
analisis data nilai r xy yaitu 0.4647 sedangkan nilai product moment pada tingkat
kepercayaan 5% dan 1% pada R tabel untuk N = 46 adalah 0.291 dan 0.276 sehingga
nilai r xy lebih besar dari r tabel baik pada tingkat kepercayaan 5% maupun 1%. Ini
berarti hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi terdapat hubungan yang positip antara
pola asuh keluarga dengan motivasi belajar siswa SMP YPK 1 Tenggarong, Kabupaten
Kutai Kartanegara tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki ibu bekerja diterima
sedangkan hipotesis nol (Ho) ditolak.
SIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan penelitian, dapat dirumuskan
kesimpulan bahwa tingkat motivasi belajar dan pola asuh keluarga siswa SMP YPK 1
Tenggarong pada tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki ibu bekerja berada pada
kategori sedang.
Hasil korelasi menunjukkan bahwa ubahan pola asuh keluarga ibu bekerja
memberikan sumbangan yang positip terhadap motivasi belajar siswa SMP YPK 1
Tenggarong pada tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan data ini, maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh keluarga ibu bekerja memberikan pengaruh yang positip
terhadap motivasi belajar siswa SMP YPK 1 Tenggarong pada tahun pelajaran
2015/2016.
Berdasarkan landasan teori, analisis, pembahasan, dan kesimpulan penelitian
diperoleh kesimpulan bahwa pola asuh keluarga disuatu sekolah merupakan bagian
yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar karena pola asuh keluarga
yang baik akan membuat guru lebih termotivasi dalam bekerja sehingga dapat
51
meningkatkan kinerja kerja yang pada akhirnya dapat membantu siswa untuk
memahami materi pelajaran dengan lebih efektif dan efisien sehingga dapat mencapai
prestasi belajar yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, A. 1994. Kebijakan Mengenai Keluarga Suatu Kebijakan Perekonomian.
Prisma No.7
Anoraga, Panji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
----------------------. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Carter V. G. 1945. Dictionary of Education. Prepared under the Auspices of Phi Delta
Kappa. New York: McGraw-Hill Book Company
Dewey, J. 1916. Democracy and Education. An Introduction to the philosophy of
Education. New York: Mac Millan.
Gordon. T. 1984. Menjadi Orang Tua yang Efektif. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Handoko, Hani, T. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE.
Hurlock, E. B. 1997. Psikologi Perkembangan suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (alih bahasa Istiwidayanti) Jakarta: Penerbit Erlangga.
Isbandi Rukminto Adi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan
Sosial: Dasar-Dasar Pemikiran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Koontz, H., O’Donnell C., & Weihrich, H. 1984. Management. Singapore: McGrawHill Book Company.
Mahalli, A. M. 2001. Kewajiban timbal balik orang tua anak. Jakarta: Penerbit Mitra
Pustaka.
Manulang. 1996. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Robbins, Stephen P. 1993. Organizational Behavior: Concepts, Controversies,
Applications (8th ed). New Jersey: Prentice Hall Inc.
Subana & Sudrajat. 2001. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.
Soekanto, S. 1992. Sosiologi keluarga. Jakarta: Penerbit PT. Rineka cipta.
Sugiyono. 2001. Metode penelitian administrasi Bandung: Alfabeta.
Syamsudin. 1994. Pola asah dan suai. Yogyakarta Lemlit IKIP.
Wahjosumidjo. 1992. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Yunhadi, Wuwuh. 2017. ”Peranan Pendidikan Keluarga dalam Mengurangi Kenakalan
Anak.” Jurnal Media Ilmu. Vol.1 (1). Hal. 1-11.
Download