motivasi akademik pada siswa sma di kalimantan barat

advertisement
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
MOTIVASI AKADEMIK PADA SISWA SMA
DI KALIMANTAN BARAT
Novia Sri Parindu Purba
William Gunawan
Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
[email protected];
[email protected]
Abstrak
Academic motivation showed inner drive within every students to achieve highest
achievement. They were internal and external factor that influence ones academic motiation.
This research aime to explore and describe academic motivation in high school student in West
Borneo. Using cluster disproportionate stratified random sampling, 184 highschool student
from three different area in West Borneo selected as the sample. Academic motivation
measured using the LOMOT (Low Motovation) dimension of SMALSI (Student Motivation and
Learning Style Inventory (SMALSI). Result found that student academic achievement in West
Borneo is in medium level. Result alsho showed there was a significant different in academic
motivation between student in the Pontianak city,Singkawang region and Kembayan districk.
Kata kunci : academic motivation, highschool student, West Borneo
Pendahuluan
Setiap lingkungan sekolah, baik itu merupakan sekolah dasar, menengah, atau
pendidikan yang lebih tinggi, motivasi siswa untuk belajar umumnya dianggap sebagai
salah satu faktor penentu yang paling penting (Mitchell dalam Broussard, 2002).
43
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Atkinson (dalam Uno, 2008) mengemukakan bahwa kecenderungan sukses ditentukan
oleh motivasi, peluang, serta intensif; begitu pula dengan kecenderungan untuk gagal.
Motivasi yang dikembangkan merupakan kunci yang membedakan perilaku dari
setiap orang dalam memengaruhi kemajuan prestasi belajarnya. Seseorang yang
memiliki motivasi tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang
yang memiliki motivasi rendah (Turner & Johnson dalam Kertamuda, 2008). Seorang
siswa dengan motivasi tinggi akan dapat beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya,
juga terhadap peristiwa-peristiwa yang dapat mendukung proses belajarnya (Stroud,
2006).
Motivasi akademik juga memegang peranan penting dalam proses belajar
mengajar didalam dunia pendidikan. Motivasi akademik memengaruhi apa, kapan, dan
bagaimana siswa belajar. Gottfried (dalam Stroud, 2006) menunjukkan beberapa faktor
yang bisa memengaruhi penurunan motivasi akademik, yaitu meningkatnya trauma diri
akan kegagalan, meningkatnya kekuatiran di sekolah, dan tuntutan yang berubah dari
para orang tua. Variabel lain yang dapat memengaruhi motivasi seseorang adalah
suasana umum budaya dan masyarakatnya; sifat dasar interaksi murid dengan orang
tua, rekan sebaya, dan orang dewasa lainnya (misalnya, guru); serta kinerja dan
prestasi masa lalunya, dan juga kemampuan aktualnya (Schunk, 2006).
Kalimantan Barat (Kal-Bar) merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang
memiliki akses langsung (jalan darat) untuk dapat memasuki negara Malaysia. Akses
langsung ini mengakibatkan Kalimantan Barat menjadi daerah transit bagi daerah lain
hingga banyaknya warga Kalimantan Barat yang menjadi korban perdagangan manusia
karena faktor ekonomi, keluarga, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi (Akim, 2010).
Putus sekolah menggambarkan fakta pokok tentang motivasi akademik murid yang
rendah.
Menurut data Dinas Pendidikan provinsi Kalimantan Barat, rata-rata angka putus
sekolah pada tahun 2004 untuk tingkat SD/MI, SLTP/MTs hingga SMA/MAN/SMK
mencapai 0,86 persen pada 2004, 1,39 persen pada 2005, 1,75 persen pada 2006,
0,67 persen pada 2007 dan 0,71 persen pada 2008 (Akim, 2010). Secara nasional,
Kalbar masuk kelompok empat provinsi yang persentase ketidaklulusannya tinggi.
44
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Dengan angka ketidaklulusan 1,49 persen, Kalbar hanya lebih baik dari Papua Barat
(2,42 persen), Gorontalo (4,24 persen), dan NTT (5,50 persen) (Boy, 2013).
Data lain menunjukkan bahwa Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kalimantan Barat berhasil meningkatkan angka
indeks pembangunan manusia (IPM) menjadi 69,15 pada tahun 2010, dari 68,79 tahun
2009, 68,17 tahun 2008, dan 67,79 pada tahun 2007 (Untan, 2011). Kurniawan (2013)
juga menjelaskan bahwa Kalimantan Barat telah menunjukkan beberapa peningkatan
melalui jumlah kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA kota Pontianak lebih baik dari tahun
lalu. Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat nasional, namun dari 43.443
peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150 siswa yang berarti sekitar
0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus (Wibowo, 2013).
Putus sekolah juga menggambarkan fakta pokok tentang motivasi akademik murid
yang rendah. Kalimantan Barat mengalami penurunan angka putus sekolah. Menurut
Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat dari data dinas pendidikan Kal-Bar angka
putus sekolah mencapai 0,69 %, peningkatan 0,8 % dari angka 1,49% pada tahun
2011-2012 (Angka putus sekolah 0,69%, 2013). Berdasarkan penjelasan mengenai
kondisi riil dan ideal di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah
bagaimana gambaran motivasi akademik pada siswa SMA di Kalimantan Barat? Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi akademik pada siswa SMA
di Kalimantan Barat.
Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini ialah dapat memberikan sumbangan
ilmu pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan; dapat
memperkaya pemahaman dan menambah literatur yang berhubungan dengan motivasi
akademik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis untuk guru dan
pihak sekolah dalam melaksanakan tugas pembelajaran dalam meningkatkan dan
memperbaharui
seluruh
aspek
dalam
pembelajaran
dan
pengajaran
guna
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan mencerdaskan generasi selanjutnya.
Selanjutnya, dapat menjadi masukan dalam proses pembelajaran dan memberikan
alternatif metode yang tepat untuk meningkatkan motivasi akademik siswa. Bagi
sekolah sebagai bahan pertimbangan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan
45
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
visi dan misi sekolah sehingga sekolah mampu memenuhi tuntutan masyarakat untuk
menghasilkan output yang kompeten dan berkualitas. Bagi siswa merupakan dorongan
agar lebih membangkitkan motivasi akademik mereka.
Motivasi Akademik
Peran motivasi pada saat belajar adalah sama pentingnya. Motivasi akademik
dapat memegaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita belajar, dan bagaimana cara kita
belajar (Schunk, Pintrich, & Meece, 2012). Murid yang termotivasi secara akademik
ketika mempelajari sebuah topik cenderung melibatkan diri dalam berbagai aktivitas
yang diyakininya akan membantu dirinya belajar, seperti memperhatikan pelajaran
secara seksama, secara mental mengorganisasikan dan menghafal materi yang harus
dipelajari, mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya, memeriksa level
pemahamannya, dan meminta bantuan ketika dirinya tidak memahami materi tersebut
(Zimmerman dalam Schunk dkk, 2012).
Dembo dan Eaton (dalam Stroud, 2006) mendefinisikan motivasi sebagai
“dorongan dalam diri yang membangkitkan, mengarahkan, dan menjaga kondisi tingkah
laku”. Faktor internal motivasi terdapat tiga komponen: (a) harapan, atau atribusi siswa
dan self-efficacy untuk keberhasilan atau kegagalan, (b) nilai, atau kepentingan yang
diletakkan dalam tugas, dan (c) afektif, atau proses emosi yang terkait dengan situasi
belajar.
Menurut Santrock (2007), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang
penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai (Sardiman, 2011).
Motivasi akademik merupakan salah satu faktor penting dalam proses
pembelajaran. Hal ini dikarenakan motivasi akademik menunjukkan pengaruh yang
sangat penting dalam proses pembelajaran, strategi yang dipakai, dan jumlah usaha
46
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
untuk mewujudkan semuanya. Pemahaman motivasi akademik dapat
menjelaskan
mengenai perbedaan penggunaan dari strategi belajar, baik antara siswa (siswa dan
siswa), maupun pada seorang siswa dengan situasi belajarnya (siswa dengan
lingkungan tempat belajarnya) (Karabenick & Collins-Eaglin, dalam Stroud, 2006). Hal
ini melibatkan perasaan siswa akan kesuksesan dan kegagalan sebagaimana
pencapaian akan tujuan dan persepsi mereka mengenai dorongan.
Dengan demikian, motivasi akademik adalah motif dalam dirinya yang mendorong
individu untuk mencapai keberhasilan dalam mengerjakan tugas-tugas yang penuh
tantangan yang berkaitan dengan situasi belajar, dengan suatu ukuran keunggulan
yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standar tertentu.
Karakteristik Individu dengan Motivasi Akademik
Berikut merupakan karakteristik individu dengan motivasi akademik, yaitu
pertama, memiliki pilihan tugas. Kedua, Memilih tugas dengan tingkat kesulitan
menengah. Bila harus memilih tugas, seseorang yang memiliki motivasi akademik tinggi
cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah yang dapat menjanjikan
keberhasilan. Seseorang dengan motivasi akademik tinggi tidak tertarik pada tugas
yang terlalu mudah, karena baginya tugas tersebut tidak memiliki tantangan dan tidak
memiliki tantangan dan tidak dapat memuaskan kebutuhan berprestasinya. Lain halnya
dengan individu yang memiliki motivasi akademik yang rendah. Mereka biasanya
sangat senang mengerjakan tugas yang sangat mudah dimana mereka pasti dapat
menyelesaikannya (Santrock, 2001).
Ketiga, tugas-tugas yang menantang. Individu yang memiliki motivasi akademik
yang tinggi senang dengan tugas-tugas yang menantang, dan sebaliknya individu
dengan motivasi akademik yang rendah menghindari tugas-tugas yang menantang
(Parson dkk, 2001). Individu yang memiliki motivasi akademik yang tinggi mencari
tugas-tugas yang menantang dimana mereka merasa tugas tersebut dapat mereka
selesaikan dengan usaha dan ketekunan (Ormord, 2003).
Keempat, memiliki usaha-usaha tertentu yang mendukung tercapainya tujuan.
Pintrich dan Schunk (2012) mengatakan bahwa individu dengan motivasi akademik
yang tinggi cenderung memperbesar usahanya untuk berhasil. Individu tersebut
47
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
biasanya memiliki usaha-usaha tertentu yang mendukung tercapainya tujuan. Contoh
usaha yang dilakukan, yaitu memberi perhatian terhadap subyek yang dihadapi,
mengorganisasikannya secara mental serta mengulangnya kembali agar dapat
tersimpan ke dalam memori. Hal ini disebabkan oleh agar informasi yang didapat dapat
terserap dengan baik. Contoh lainnya yaitu bertanya pada guru ketika mengalami
kesulitan, serta meminta feed-back saat mengalami kegagalan (Schunk, dkk, 2012)
Kelima, memiliki prestasi. Indvidu dengan motivasi akademik tinggi cenderung
lebih berprestasi dari individu lain. Mereka berhasil lebih baik dalam ujian, mendapat
nilai yang lebih baik di sekolah dan berhasil dengan pilihan profesinya (Schunk, dkk,
2012).
Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Murid SMA pada umumnya berada pada tingkat remaja. Murid yang berada pada
tingkat remaja, khususnya SMA akan dihadapkan pada tuntutan untuk berprestasi. Hal
ini dikarenakan, pada tahap ini mereka mulai memasuki pemikiran tentang masa depan
dimana hal itu berhubungan dengan pemilihan karier (Wulandari, 2005). Penelitian ini
juga didukung oleh Havighurst (dalam Sarwono, 2001) yang menyatakan bahwa remaja
memiliki tugas perkembangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan yaitu
mempersiapkan karier.
Menurut Papalia, Olds, & Feldman (2001), remaja adalah transisi perkembangan
antara masa anak-anak (childhood) dengan masa dewasa (adulthood) yang diikuti
perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial.
Menurut Sarwono (2004) mendefinisikan remaja bersifat konseptual. Definisi ini
dikemukan dalam 3 (tiga) kriteria remaja, yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi.
Remaja adalah suatu masa dimana (1) individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan
tanda-tanda
seksual
sekundernya
(misalnya,
pada
perempuan
tumbuhnya payudara, pinggang lebih bulat dan lebar dan pada laki-laki, suara lebih
berat) sampai saat ia mencapai kematangan seksual), (2) individu mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3)
terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang pernah kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.
48
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Salah satu kelompok yang paling berpengaruh dalam perkembangan seseorang
pada saat memasuki tahap remaja adalah peer group. Peer group merupakan sumber
status, pertemanan, dan rasa memiliki di dalam sekolah. Peer group juga merupakan
komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar-standar bekerja dan
berprestasi dibentuk (Santrock, 2001).
Dinamika Penelitian
Motivasi akademik adalah motif dalam dirinya yang mendorong individu untuk
mencapai keberhasilan dalam mengerjakan tugas-tugas yang penuh tantangan yang
berkaitan dengan situasi belajar, dengan suatu ukuran keunggulan yaitu perbandingan
dengan prestasi orang lain atau standar tertentu. Indvidu dengan motivasi akademik
tinggi cenderung lebih berprestasi dari individu yang rendah motivasi akademiknya.
Mereka berhasil lebih baik dalam ujian, mendapat nilai yang lebih baik di sekolah dan
berhasil dengan pilihan profesinya (Schunk, dkk, 2012). Seseorang yang memiliki
motivasi tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang
memiliki motivasi rendah. Seorang siswa dengan motivasi tinggi akan dapat
beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya, juga terhadap peristiwa-peristiwa yang
dapat mendukung proses belajarnya (Stroud, 2006).
Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki akses
langsung (jalan darat) untuk dapat memasuki negera Malaysia. Akses langsung ini
mengakibatkan Kalimantan Barat menjadi daerah transit bagi daerah lain hingga
banyaknya warga Kalimantan Barat yang menjadi korban perdagangan manusia karena
faktor ekonomi, keluarga, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi. Kalimantan Barat juga
memiliki keterbatasan akses pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, relavansi dan
daya saing keluaran yang menjadi masalah pokok.
Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari Indeks Pembangunan Manusia
(IPM), yaitu meningkatkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun
2007 sebesar 67,79 menjadi 68,17 pada tahun 2008. IPM mengalami peningkatan pada
tahun 2009 menjadi 68,79 (Untan, 2011). Angka kelulusan Ujian Nasional (UAN) di
Kalimantan Barat juga telah menunjukkan beberapa peningkatan melalui jumlah
kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA Kalimantan Barat lebih baik daripada tahun 2012.
49
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat nasional, namun dari 43.443
peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150 siswa yang berarti sekitar
0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus pada tahun 2013 (Wibowo, 2013).
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa hipotesis pada penelitian ini adalah
motivasi akademik siswa di Kalimantan Barat tergolong tinggi.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Subyek penelitian keseluruhan berjumlah 194 siswa SMA di Kalimantan
Barat. Siswa SMA sebagai subyek penelitian dengan alasan pada murid SMA pada
umumnya berada pada tingkat remaja. Remaja merupakan fase pertumbuhan dan
perkembangan ketika seseorang berada pada rentang usia 11-18 tahun (Hurlock,
2008). Murid yang berada pada tingkat remaja, khususnya SMA akan dihadapkan pada
tuntutan untuk berprestasi.
Motivasi akademik dipakai sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Skor yang
akan dianalisis dalam motivasi akademik adalah skor dimensi LOMOT (low academic
motivation) dari alat ukur School Motivation and Learning Strategies (SMALSI). Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster disproportionate stratified random
sampling. Penggunaan dengan teknik sampel ini dengan harapan keadaan kota serta
status SMA adalah homogen, sehingga mampu dan layak dibandingkan serta dapat
digeneralisasikan di kota-kota lain Kalimantan Barat, atau Indonesia dengan ciri-ciri
yang tidak jauh berbeda. Generelisasi ini terutama tentang motivasi akademik di SMA
swasta dan negeri.
Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah, yaitu Pontianak, Singkawang, dan
Kembayan. Alasan pengambilan di Pontianak sebagai perwakilan Kota di Kalimantan
Barat. Singkawang diambil sebagai perwakilan Kabupaten di Kalimantan Barat.
Kembayan terpilih sebagai perwakilan Kecematan di Kalimantan Barat. Subyek di
Pontianak diambil di SMA Kristen Imannuel, sebanyak 69 siswa. Sedangkan subyek di
Singkawang di SMA Santo Ignasius sebanyak 60 siswa. Subyek di Kembayan diambil
di SMA PGRI 02 berjumlah 65 siswa.
50
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Alat ukur yang digunakan adalah SMALSI (School Motivation and Learning
Strategies Inventory), dengan mengambil satu dimensi yaitu dimensi LOMOT (Low
Motivation) scale. Uji coba LOMOT Scale menggunakan uji terpakai yang dilakukan di
tiga SMA di Kalimantan Barat untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas LOMOT
Scale.
Validitas
yang
digunakan
adalah
validitas
konstruk.
Validitas
aitem
menggunakan batas minimal adalah 0,3 (Azwar, 2009). Berdasarkan hasil uji validitas
didapatkan bahwa aitem nomor 38, 88, 144 memiliki koefisien validitas di bawah 0,3;
sehingga ketiga aitem tersebut harus dibuang. Reliabilitas LOMOT Scale dihitung
menggunakan Cronbach's Alpha. Rentang nilai Cronbach's Alpha
yang akan
digunakan harus melebihi nilai 0,70 (Perdana, 2011). Pada uji reliabilitas didapatkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,859. Oleh sebab itu, LOMOT Scale dapat dikatakan
reliabel.
Data yang telah didapat dalam penelitian ini akan diolah melalui beberapa teknik,
yaitu uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit, kemudian
teknik analisis deskriptif, serta menggunakan uji beda dengan teknik One Way Anova
untuk menganalisa data tambahan.
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah mencari
referensi sebanyak mungkin tentang variabel yang akan diteliti. Setelah itu, peneliti
merumuskan dimensi yang akan digunakan, hipotesis penelitian, definisi operasional,
dan indikator-indikator dari variabel yang ada dan semua itu tidak luput dari bantuan
bimbingan dosen pembimbing. Kedua, pelaksanaan try out dilakukan dengan
menggunakan uji terpakai pada siswa SMA di Kalimantan Barat. Ketiga, peneliti
menyebarkan data sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Keempat, peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan SPSS 16 dan Microsoft
Excel, serta melakukan analisa terhadap data yang telah diolah.
51
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Hasil Penelitian
Tabel 1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Kategori
Sekolah
Pontianak
Jumlah
69
Persentase
35,6%
Singkawang
60
30,9%
Kembayan
65
33,5%
Laki-laki
90
46,4%
Perempuan
104
53,6%
15 tahun
35
18%
16 tahun
80
41,2%
17 tahun
35
18%
18 tahun
44
22,7%
Jenis Kelamin
Usia
Pada hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov
Goodness of Fit didapatkan nilai Asymp Sig. hitung sebesar 0,180; p > 0,05.
Berdasarkan uji normalitas pada variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
motivasi akademik memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.
Tabel 2 Gambaran motivasi akademik
Motivasi Akademik
Wilayah
Jenis kelamin
Usia
Mean
Kalbar
23,32
Pontianak
25,39
Singkawang
12,1
Kembayan
31,49
Perempuan
24,3
Laki-laki
22,2
15
31,09
16
18,18
17
29,89
18
25,27
F
P
172.932
0
2,179
0,142
19,657
0
Berdasarkan hasil tabel 1 didapatkan bahwa nilai rata-rata motivasi akademik
siswa di Kalimantan Barat sedang yaitu sebesar 23,32. Hasil perhitungan lainnya
52
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
diketahui nilai rata-rata motivasi akademik siswa SMA di kota Pontianak sedang, yaitu
sebesar 25,39 sedangkan Singkawang dengan nilai rata-rata motivasi akademik
rendah, yaitu sebesar 12,10. Nilai rata-rata motivasi akademik siswa SMA di kecamatan
Kembayan tinggi, yaitu sebesar 31,49.
Tabel 3 Uji beda One Way Anova
Kategori
Jenis Kelamin
Usia
Motivasi Akademik
0,142 > 0,05
0,000 < 0,05
Berdasarkan hasil Uji Beda rata-rata – Uji Varian satu arah (One Way Anova)
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik berdasarkan
wilayah di daerah Kalimantan Barat. Hasil uji beda motivasi akademik berdasarkan jenis
kelamin menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik
pada pria dan perempuan. Hasil perhitungan juga didapatkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara motivasi akademik pada usia 15, 16, 17, dan 18 tahun.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi akademik siswa SMA di Kalimantan
Barat tergolong sedang, dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 23,32. Dengan demikian,
Hipotesis alternatif (Ha) dari penelitian ditolak. Schunk, dkk (2012) menjelaskan bahwa
motivasi memengaruhi dan juga dipengaruhi konsekuensi prestasi yang lain. Murid
dengan motivasi akademis lebih tinggi diprediksi mempelajari lebih banyak hal,
berprestasi pada tingkat yang lebih tinggi, menunjukkan minat belajar yang lebih besar,
menampilkan
usaha
pencapaian
pembelajaran
dengan
menggunakan
strategi
pengaturan diri yang lebih baik, dan seterusnya. Murid yang tidak termotivasi untuk
belajar, usaha-usaha belajarnya cenderung tidak sistematis seperti murid yang
termotivasi untuk belajar. Siswa juga mungkin tidak memerhatikan selama jam
pelajaran berlangsung, serta tidak mengorganisasikan ataupun menghafal materi.
Pencatatan mungkin dilakukan secara tidak teratur (sembarangan) ataupun tidak
dilakukan sama sekali. Siswa juga mungkin tidak memonitor tingkat pemahamannya
ataupun tidak meminta bantuan ketika ia tidak memahami materi yang sedang diajarkan
53
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
(Stroud, 2006). Peneliti membandingkan motivasi akademik tinggi dan rendah karena
peneliti tidak menemukan penelitian sebelumnya yang membahas motivasi akademik
dalam taraf sedang.
Motivasi akademik di Kalimantan Barat tinggi dengan meningkatkan prestasi siswa
SMA, salah satunya dengan meningkatkan nilai Ujian Nasional dan mengurangi angka
putus sekolah di Kalimantan Barat. Pendapat ini didukung dengan hasil data yang
menjelaskan bahwa Kalimantan Barat telah menunjukkan beberapa peningkatan
melalui jumlah kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA kota Pontianak yang lebih baik dari
tahun lalu (Kurniawan, 2013). Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat
nasional, namun dari 43.443 peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150
siswa yang berarti 0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus, 99% dinyatakan lulus
(Wibowo, 2013). Berdasarkan survei UN dapat memotivasi semangat belajar siswa.
Kebanyakan siswa sangat khawatir dengan UN sehingga mereka terdorong untuk
belajar lebih giat supaya mereka sukses dalam UN serta mendapatkan nilai yang bagus
atau diatas standar kelulusan minimal yang telah ditentukan oleh Pemerintah (Tarwiyati,
2012).
Penelitian menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan dalam motivasi
akademik antara wilayah kota Pontianak, kabupaten Singkawang dan kecamatan
Kembayan. Spring (dalam Santrock, 2008) juga menjelaskan bahwa biasanya sekolah
diarea pedalaman lebih besar kemungkinannya punya murid dengan nilai ujian yang
rendah, tingkat kelulusan yang lebih rendah, dan persentase murid yang masuk ke
jenjang perguruan tinggi juga rendah. Sekolah di area pedalaman juga kerap diajar oleh
guru muda yang kurang pengalaman, dan juga sering menggunakan proses belajar
yang sudah ketinggalan jaman. Sekolah di area kota lebih mungkin menggunakan
proses belajar yang bisa meningkatkan keahlian berpikir muridnya. Hasil dari penelitian
menemukan bahwa nilai rata-rata daerah Kembayan terkategorisasi tinggi motivasi
akademiknya dibandingkan Pontianak sebagai perwakilan Kota dan Singkawang
sebagai perwakilan kabupaten.
Kembayan yang merupakan daerah yang berada di wilayah yang jauh dari
perkotaan. Kembayan berada dekat dari daerah perbatasan Malaysia, yang sebagian
besar mata pencahariannya adalah berkebun. Kembayan tidak memiliki perguruan
54
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
tinggi dan hanya memiliki 2 (dua) SMA dan tidak memiliki perguruan tinggi. Keadaan
tersebut membuat masyarakat di Kembayan memiliki keinginan untuk dapat
memperbaiki keadaan hidupnya. Pendapat ini didukung dengan penelitian Nadeak
(2012) yang menjelaskan bahwa minat orangtua yang di desa Laumil, kecamatan
Tigalingga, kabupaten Dairi sangat antusias dalam menyekolahkan anaknya. Hasil ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebesar 80,8% orangtua
menjawab penting tentang pendidikan. Subyek menganggap pendidikan merupakan hal
yang terpenting terutama pendidikan yang jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk
menambah wawasan pengetahuan dan menaikkan sosial anak yang lebih tinggi. Hasil
penelitian juga menjelaskan bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan anak
perguruan tinggi di Desa Laumil sangat baik. Terlihat hasil penelitian, sebesar 59,5%
yang memberikan motivasi/dorongan kepada anaknya untuk meningkatkan wawasan
dalam diri si anak.
Tingginya motivasi akademis di Kembayan juga dapat dijelaskan karena jumlah
siswa yang sedikit di sekolah tersebut. Pendapat ini didukung oleh Lee dan Burkam
(2003) yang menemukan bahwa sekolah yang memiliki siswa kurang dari 1.500
cenderung mengalami putus sekolah. Kelas dengan jumlah siswa yang kurang dari
1.500 menawarkan lebih banyak kelas menantang dan lebih sedikit kelas tambahan
(remidial), serta mendorong hubungan yang positif antara guru dan murid. Menurut
Rogers dan Freiberg (dalam Schunk dkk, 2012) dalam penelitiannya dengan
menanyakan kepada remaja tentang hal-hal yang memotivasi diri mereka untuk belajar
di sekolah. Secara konsisten, para murid melaporkan bahwa diri mereka ingin
dipercaya dan dihormati, ingin para guru peduli dan membantu diri mereka agar
berhasil, dan ingin mendapatkan pilihan-pilihan.
Motivasi akademik pada siswa di Pontianak termasuk dalam kategorisasi sedang.
Tinggi rendahnya motivasi akademik seseorang dapat dipengaruh sosiokultural dari
rekan sebaya, keluarga, budaya, dan komunitas berperan penting pada perkembangan,
prestasi, dan motivasi para murid. Banyak di antara faktor-faktor ini yang beroperasi di
luar pendidikan formal di sekolah, namun memengaruhi berbagai aspek pemelajaran
dan memotivasi di sekolah. Pontianak dengan mayoritas masyarakat yang bersuku
55
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
china dan sebagian besar perekonomian kota Pontianak bertumpu pada industri,
pertanian, dan perdagangan (Akim, 2010).
Perekonomian yang memadai di Pontianak dapat menunjang tingkat pendidikan
seorang siswa. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Salmah (2013) di
siswa kelas XII madrasah aliyah swasta se-Kota Pontianak yang menyatakan bahwa
adanya pengaruh status sosial ekonomi di lingkungan keluarga terhadap motivasi untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Pontianak memiliki 3 Universitas, 7 sekolah tinggi, 2
politeknik, 8 akademi. Perguruan-perguruan tinggi yang ada di Pontianak dapat
menunjang tingkat pembangunan pada masyarakat yang berada di Pontianak.
Ketersediaan perguruan tinggi di Pontianak juga dapat mendorong siswa-siswi untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi dan memotivasi siswa-siswi yang berada di wilayah
Pontianak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Mayoritas suku Cina yang berada di Pontianak dengan mata pencaharian terbesar
adalah perdagangan (Akim, 2010) juga dapat memengaruhi pola pikir seorang anak.
Pilihan dari keluarga yang mendukung anaknya ketika mereka lulus, mereka langsung
meneruskan usaha keluarga atau menjadi pedagang. Penerusan usaha ini dapat
memengaruhi seorang anak untuk tidak melanjutkan sekolah ke perguruan yang lebih
tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang tua dapat membuat
perbedaan pada motivasi akademis anak-anak. Secara umum, motivasi meningkat
ketika para orang tua mengizinkan anak-anak mereka untuk memberikan masukan
dalam pengambilan keputusan, menyampaikan pengharapan sebagai saran, mengakui
perasaan dan kebutuhan anak-anak, serta menyediakan anak-anak berbagai alternatif
dan pilihan. Praktik pengasuhan orang tua yang terlalu mengontrol ataupun terlalu
serba memperbolehkan dapat mengurangi motivasi akademis dan prestasi anak-anak
(Dornsbush, dkk dalam Schunk, 2012).
Motivasi akademik di Singkawang tergolong rendah, salah satu penyebab
rendahnya motivasi akademik di wilayah Singkawang dikarenakan tidak adanya
Universitas, melainkan hanya memiliki 3 (tiga) Sekolah Tinggi. Berbeda dengan wilayah
Pontianak
yang
masih
memiliki
Universitas,
yang
menyebabkan
siswa-siswi
Singkawang yang ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi mereka harus melewati
jarak 145 km dari Singkawang ke Pontianak. Siswa juga dapat memilih untuk
56
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, dan
lain-lain. Jarak tempuh yang jauh harus dilalui oleh siswa dapat mempengaruhi rendahtingginya motivasi akademik didalam diri siswa di Singkawang.
Pendapat di atas didukung oleh Sardiman (2011) yang menyatakan bahwa
motivasi melanjutkan perguruan tinggi berasal dari intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik yaitu
keinginan berprestasi dan mencapai cita-cita. Pendapat ini juga diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rini (2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan
yang positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat melanjutkan studi
ke Perguruan Tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran
2011/2012.
Ada banyak faktor yang memengaruhi tinggi-rendahnya motivasi akademik
didalam diri seseorang, salah satunya adalah faktor budaya. Pendapat ini sesuai
dengan pendapat Schunk, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa variabel lain yang
dapat memengaruhi motivasi seseorang adalah suasana umum budaya dan
masyarakatnya. Rendahnya motivasi akademik pada siswa SMA di Singkawang untuk
tidak melanjutkan sekolah di masyarakat Singkawang dapat terjadi dikarenakan faktor
budaya nikah foto. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Singkawang,
jumlah perkawinan amoi (gadis Cina) dengan pria mancanegara terutama dari Taiwan
meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan jumlah pernikahan antar
negara itu mencapai 416, meningkat menjadi 604 setahun kemudian, dan naik lagi jadi
694 pada tahun lalu (Laporan penyelenggaran pemerintah daerah, 2011).
Singkawang juga pada umumnya sedang dalam tahap proses perkembangan
dimana cara berfikirnya masih ditemui sebagian dari mereka berfikir tradisional
(Laporan penyelenggaran pemerintah daerah, 2011). Kebudayaan yang mencolok yang
terjadi dikehidupan seorang remaja Singkawang adalah ketika keluarga tersebut
memiliki gadis yang bisa dinikahkan dengan orang kaya adalah aset keluarga
terpenting; satu-satunya harapan untuk bisa keluar dari siklus kemiskinan turuntemurun, hingga membuat ibunya sendiri berperan menjadi “mak comblang” untuk
anaknya (Tempo, 2011). Siswa SMA di Singkawang dapat rendah motivasi akademik di
dalam dirinya saat mereka tidak mendapatkan dukungan dari pihak keluarganya untuk
dapat melanjutkan sekolah. Pendapat ini juga didukung oleh Bryan & Bryan (dalam
57
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Schunk dkk, 2012) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dan
mengurangi motivasi intrinsik mereka dikarenakan rendahnya penghargaan diri dari
rekan sebaya mereka, dan orang tua mereka mungkin memiliki pengharapan akademis
yang rendah.
Hasil analisis tambahan dari penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara motivasi akademik pada pria dan wanita. Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian Mitos dan Browne (dalam Harlambus dan Horlborn, 2004) yang
menyatakan bahwa wanita memiliki tingkat prestasi yang lebih baik dibandingkan pria.
Giddens (2006) juga menyatakan bahwa perempuan seringkali lebih baik dalam
melakukan organisasi dan memiliki motivasi yang lebih tinggi daripada laki-laki.
Berbeda dengan hasil motivasi akademik terhadap usia ditemukan bahwa ada
perbedaan yang signifikan. Hasil di atas sejalan dengan pendapat Schunk, dkk (2012)
yang menjelaskan bahwa para guru melaporkan level motivasi murid yang sebanding
pada berbagai tingkat pendidikan. Murid-murid yang lebih tua lebih rendah motivasinya
daripada murid-murid yang lebih muda.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran motivasi akademik di Kalimantan
Barat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata motivasi akademik
siswa di Kalimantan barat sebesar 23,32 yang termasuk dalam kategori sedang.
Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) peneliti ditolak. Berdasarkan hasil penelitian
dari ketiga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik
berdasarkan wilayah di daerah Kalimantan Barat. Hasil Uji Beda rata-rata – Uji Varian
satu arah (One Way Anova) motivasi akademik berdasarkan jenis kelamin
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, sedangkan motivasi
akademik berdasarkan usia menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara
motivasi akademik pada usia 15, 16, 17, dan 18 tahun.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, yaitu
pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan penyebaran alat ukur SMALSI dengan 170
aitem. Peneliti seharusnya hanya menggunakan satu dimensi dari alat ukur SMALSI,
yaitu dimensi LOMOT (low academy) yang memiliki 14 aitem setelah di try out. Peneliti
juga hanya mengambil satu sekolah sebagai perwakilan setiap wilayah dan ketiga
sekolah ini memiliki budaya dan organisasi yang berbeda. Saran yang dapat diberikan,
58
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
sebaiknya peneliti melaksanakan pengambilan data lebih dari satu sekolah disetiap
wilayahnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Schunk dkk (2012) menjelaskan bahwa ukuran
sekolah dapat berfungsi sebagai fasilitator terjadinya perubahan budaya dan organisasi
sekolah atau sebagai kendala dengan sejumlah cara. Selain cara kelas diorganisasikan
dan dikelola, budaya dan organisasi sekolah dapat berefek kuat pada motivasi murid
(Schunk kk, 2012). Kendala dan kesempatan eksternal yang dapat memengaruhi
budaya dan organisasi sekolah, serta para guru dan para murid, yaitu tipe murid,
ukuran
sekolah/jumlah
murid,
keterlibatan
orang
tua/komunitas,
berbagai
kendala/kesempatan level pemerintah daerah, dan berbagai kendala/kesempatan level
pemerintah negara bagian.
Daftar Pustaka
Akim. (2010, Maret). Permasalahan pendidikan di Kalimantan Barat. Pontianak post.
Akim. (2010). Raker gubernur kalbar HUT pemda kalbar ke-53; koordinasi pemantapan
penyelenggaraan dan pembangunan daerah tahun 2010. Disadur dari
http://edoc.kalbarprov.go.id/berkas/DISDIK.pdf.
Angka putus sekolah 0,69%. (2011, Agustus). Tribun Pontianak.
Angka Putus Sekolah Masih Tinggi Terbanyak dari Siswa SMK. (2011, Juli). Jaringan
berita. Disadur dari http://www.jpnn.com/
Azwar, S. (2009). Validitas dan reliabilitas (9th ed.). Yogykarta, Pustaka Pelajar.
Broussard, S.C. (2002). The relationship between classroom motivation and academic
achievement in first and third graders (disertasi). Disadur dari http://etd.lsu.edu.
Universitas B.C.J., Louisiana State, Baton Rouge, LA.
Boy.
(2013). Tingkat kelulusan
http://pasca.unesa.ac.id/.
unas
di
kalbar
merosot.
Disadur
dari
Giddens, A. (2006). Komunikasi dalam interaksionisme simbolis, strukturasi, dan
konvergensi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Hurlock, E. B. (2008). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta : Erlangga.
59
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Kertamuda, F. (2008). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal
Psikologi 21.1, 25-38.
Kurniawan, K. (2013, Mei). Kelulusan kalbar untuk sma sederajat 99,66 persen. Kota
pontianak. Disadur dari http://kotapontianak.org/kelulusan-kalbar-untuk-smasederajat-9966-persen/.
Nadeak, N. Y. (2012). Faktor-faktor yang memengaruhi siswa tamatan sma tidak
melanjut ke perguruan tinggi di desa laumil kecamatan tigalingga kabupaten dairi.
Disadur dari digilib.unimed.ac.id/UNIMED.
Ormord, J. E. (2003). Educational psychology; Developing learners (4th ed.). New
Jersey: Merrill Prentice Hall, Inc.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. O. (2001). Human development. New York:
McGraw-Hill.
Parson, R. D., Hinson, S. L., Brown, D.S. (2001). Educational psychology: A
practicioner-research model of teaching. Canada: Woodsworth.
Pintrich, P. R., Schunk, D. H. (2012). A motivational science perspective on the role of
student motivation in learning and teaching contexts. Journal of Educational
Psychology, 95,667-686.
Rini, S, E. (2012). Hubungan tingkat pendidikan orang tua dan prestasi siswa dengan
minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI sma
negeri 1 kalasan tahun anajaran 2011/2012. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta. Disadur dari http://digilid.uny.ac.id.
Salmah. (2013). Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi
melanjutkan ke perguruan tinggi di mas pontianak. Universitas TanjungPura:
Pontianak.
Santrock, J. W. (2001). Adolescence: perkembangan remaja (6th ed.). Jakarta: Penerbit
Erlangga
Santrock, J. W. (2007). Life span development. New York: McGraw-Hill.
Santrock, J.W. (2008). Educational Psychology (2th ed.). New York: McGraw-Hill
Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka
Sarwono, S. W. (2004). Psikologi remaja (8th ed.). Raja Grafindo Pustaka: Jakarta
60
Jurnal NOETIC Psychology
ISSN : 2088-0359
Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014
Schunk, D. H. (2006). Learning theories; An educational perspective (6th ed.). Upper
Saddle River; NJ:Merrill/Prentice Hall.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam pendidikan: teori,
penelitian dan aplikasi (3th ed.). Jakarta : PT. Indeks.
Stroud, K. (2006). Development of the school motivation and learning strategies
inventory (disertasi). Universitas A & M, Texas.
Tarwiyati. 2012. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui ujian nasional. Disadur
dari
http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/07/meningkatkan-motivasi-belajarsiswa-melalui-ujian-nasional-455554.html.
Tempo.
(2011).
Mimpi
jadi
cinderella
di
Singkawang.
Disadur
dari
http://www.kalbariana.net/mimpi-jadi-cinderella-di-singkawang
Tjin, M. (2006). Gambaran tingkat inteligensi, kepribadian, minat dan motivasi
berprestasi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas kristen krida wacana
angkatan 2006 (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Kristen Krida Wacana:
Jakarta.
Uno, H. B. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya; Analisis di bidang pendidikan.
Sinar Grafika Offset.
Untan, LPM. (2011). Mutu pendidikan kalbar saat ini. Disadur dari persmauntan.com.
Wali Kota: Angka Putus Sekolah Di Pontianak Rendah (2011, Mei). Lintas kalimantan.
Disadur dari http://www.kalimantan-news.com/.
Wibowo, T.I. (2013, Mei). Pontianak mendominasi nilai tertinggi UN 2013 Kalbar.
Disadur dari http://www.antarakalbar.com/berita/313080/.
Wulandari, A. (2005). Gambaran motivasi berprestasi pada siswa kelas 5 dan 6 di
sekolah alam cikeas. Disadur dari thesis.binus.ac.id/Doc/.../2012-1-00916.
61
Download