Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 MOTIVASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI KALIMANTAN BARAT Novia Sri Parindu Purba William Gunawan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta [email protected]; [email protected] Abstrak Academic motivation showed inner drive within every students to achieve highest achievement. They were internal and external factor that influence ones academic motiation. This research aime to explore and describe academic motivation in high school student in West Borneo. Using cluster disproportionate stratified random sampling, 184 highschool student from three different area in West Borneo selected as the sample. Academic motivation measured using the LOMOT (Low Motovation) dimension of SMALSI (Student Motivation and Learning Style Inventory (SMALSI). Result found that student academic achievement in West Borneo is in medium level. Result alsho showed there was a significant different in academic motivation between student in the Pontianak city,Singkawang region and Kembayan districk. Kata kunci : academic motivation, highschool student, West Borneo Pendahuluan Setiap lingkungan sekolah, baik itu merupakan sekolah dasar, menengah, atau pendidikan yang lebih tinggi, motivasi siswa untuk belajar umumnya dianggap sebagai salah satu faktor penentu yang paling penting (Mitchell dalam Broussard, 2002). 43 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Atkinson (dalam Uno, 2008) mengemukakan bahwa kecenderungan sukses ditentukan oleh motivasi, peluang, serta intensif; begitu pula dengan kecenderungan untuk gagal. Motivasi yang dikembangkan merupakan kunci yang membedakan perilaku dari setiap orang dalam memengaruhi kemajuan prestasi belajarnya. Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang memiliki motivasi rendah (Turner & Johnson dalam Kertamuda, 2008). Seorang siswa dengan motivasi tinggi akan dapat beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya, juga terhadap peristiwa-peristiwa yang dapat mendukung proses belajarnya (Stroud, 2006). Motivasi akademik juga memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar didalam dunia pendidikan. Motivasi akademik memengaruhi apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar. Gottfried (dalam Stroud, 2006) menunjukkan beberapa faktor yang bisa memengaruhi penurunan motivasi akademik, yaitu meningkatnya trauma diri akan kegagalan, meningkatnya kekuatiran di sekolah, dan tuntutan yang berubah dari para orang tua. Variabel lain yang dapat memengaruhi motivasi seseorang adalah suasana umum budaya dan masyarakatnya; sifat dasar interaksi murid dengan orang tua, rekan sebaya, dan orang dewasa lainnya (misalnya, guru); serta kinerja dan prestasi masa lalunya, dan juga kemampuan aktualnya (Schunk, 2006). Kalimantan Barat (Kal-Bar) merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki akses langsung (jalan darat) untuk dapat memasuki negara Malaysia. Akses langsung ini mengakibatkan Kalimantan Barat menjadi daerah transit bagi daerah lain hingga banyaknya warga Kalimantan Barat yang menjadi korban perdagangan manusia karena faktor ekonomi, keluarga, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi (Akim, 2010). Putus sekolah menggambarkan fakta pokok tentang motivasi akademik murid yang rendah. Menurut data Dinas Pendidikan provinsi Kalimantan Barat, rata-rata angka putus sekolah pada tahun 2004 untuk tingkat SD/MI, SLTP/MTs hingga SMA/MAN/SMK mencapai 0,86 persen pada 2004, 1,39 persen pada 2005, 1,75 persen pada 2006, 0,67 persen pada 2007 dan 0,71 persen pada 2008 (Akim, 2010). Secara nasional, Kalbar masuk kelompok empat provinsi yang persentase ketidaklulusannya tinggi. 44 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Dengan angka ketidaklulusan 1,49 persen, Kalbar hanya lebih baik dari Papua Barat (2,42 persen), Gorontalo (4,24 persen), dan NTT (5,50 persen) (Boy, 2013). Data lain menunjukkan bahwa Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kalimantan Barat berhasil meningkatkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) menjadi 69,15 pada tahun 2010, dari 68,79 tahun 2009, 68,17 tahun 2008, dan 67,79 pada tahun 2007 (Untan, 2011). Kurniawan (2013) juga menjelaskan bahwa Kalimantan Barat telah menunjukkan beberapa peningkatan melalui jumlah kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA kota Pontianak lebih baik dari tahun lalu. Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat nasional, namun dari 43.443 peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150 siswa yang berarti sekitar 0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus (Wibowo, 2013). Putus sekolah juga menggambarkan fakta pokok tentang motivasi akademik murid yang rendah. Kalimantan Barat mengalami penurunan angka putus sekolah. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Barat dari data dinas pendidikan Kal-Bar angka putus sekolah mencapai 0,69 %, peningkatan 0,8 % dari angka 1,49% pada tahun 2011-2012 (Angka putus sekolah 0,69%, 2013). Berdasarkan penjelasan mengenai kondisi riil dan ideal di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah bagaimana gambaran motivasi akademik pada siswa SMA di Kalimantan Barat? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran motivasi akademik pada siswa SMA di Kalimantan Barat. Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini ialah dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terhadap ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan; dapat memperkaya pemahaman dan menambah literatur yang berhubungan dengan motivasi akademik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis untuk guru dan pihak sekolah dalam melaksanakan tugas pembelajaran dalam meningkatkan dan memperbaharui seluruh aspek dalam pembelajaran dan pengajaran guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan mencerdaskan generasi selanjutnya. Selanjutnya, dapat menjadi masukan dalam proses pembelajaran dan memberikan alternatif metode yang tepat untuk meningkatkan motivasi akademik siswa. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan yang strategis dalam upaya pencapaian tujuan 45 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 visi dan misi sekolah sehingga sekolah mampu memenuhi tuntutan masyarakat untuk menghasilkan output yang kompeten dan berkualitas. Bagi siswa merupakan dorongan agar lebih membangkitkan motivasi akademik mereka. Motivasi Akademik Peran motivasi pada saat belajar adalah sama pentingnya. Motivasi akademik dapat memegaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita belajar, dan bagaimana cara kita belajar (Schunk, Pintrich, & Meece, 2012). Murid yang termotivasi secara akademik ketika mempelajari sebuah topik cenderung melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang diyakininya akan membantu dirinya belajar, seperti memperhatikan pelajaran secara seksama, secara mental mengorganisasikan dan menghafal materi yang harus dipelajari, mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya, memeriksa level pemahamannya, dan meminta bantuan ketika dirinya tidak memahami materi tersebut (Zimmerman dalam Schunk dkk, 2012). Dembo dan Eaton (dalam Stroud, 2006) mendefinisikan motivasi sebagai “dorongan dalam diri yang membangkitkan, mengarahkan, dan menjaga kondisi tingkah laku”. Faktor internal motivasi terdapat tiga komponen: (a) harapan, atau atribusi siswa dan self-efficacy untuk keberhasilan atau kegagalan, (b) nilai, atau kepentingan yang diletakkan dalam tugas, dan (c) afektif, atau proses emosi yang terkait dengan situasi belajar. Menurut Santrock (2007), motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011). Motivasi akademik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan motivasi akademik menunjukkan pengaruh yang sangat penting dalam proses pembelajaran, strategi yang dipakai, dan jumlah usaha 46 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 untuk mewujudkan semuanya. Pemahaman motivasi akademik dapat menjelaskan mengenai perbedaan penggunaan dari strategi belajar, baik antara siswa (siswa dan siswa), maupun pada seorang siswa dengan situasi belajarnya (siswa dengan lingkungan tempat belajarnya) (Karabenick & Collins-Eaglin, dalam Stroud, 2006). Hal ini melibatkan perasaan siswa akan kesuksesan dan kegagalan sebagaimana pencapaian akan tujuan dan persepsi mereka mengenai dorongan. Dengan demikian, motivasi akademik adalah motif dalam dirinya yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam mengerjakan tugas-tugas yang penuh tantangan yang berkaitan dengan situasi belajar, dengan suatu ukuran keunggulan yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standar tertentu. Karakteristik Individu dengan Motivasi Akademik Berikut merupakan karakteristik individu dengan motivasi akademik, yaitu pertama, memiliki pilihan tugas. Kedua, Memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah. Bila harus memilih tugas, seseorang yang memiliki motivasi akademik tinggi cenderung memilih tugas dengan tingkat kesulitan menengah yang dapat menjanjikan keberhasilan. Seseorang dengan motivasi akademik tinggi tidak tertarik pada tugas yang terlalu mudah, karena baginya tugas tersebut tidak memiliki tantangan dan tidak memiliki tantangan dan tidak dapat memuaskan kebutuhan berprestasinya. Lain halnya dengan individu yang memiliki motivasi akademik yang rendah. Mereka biasanya sangat senang mengerjakan tugas yang sangat mudah dimana mereka pasti dapat menyelesaikannya (Santrock, 2001). Ketiga, tugas-tugas yang menantang. Individu yang memiliki motivasi akademik yang tinggi senang dengan tugas-tugas yang menantang, dan sebaliknya individu dengan motivasi akademik yang rendah menghindari tugas-tugas yang menantang (Parson dkk, 2001). Individu yang memiliki motivasi akademik yang tinggi mencari tugas-tugas yang menantang dimana mereka merasa tugas tersebut dapat mereka selesaikan dengan usaha dan ketekunan (Ormord, 2003). Keempat, memiliki usaha-usaha tertentu yang mendukung tercapainya tujuan. Pintrich dan Schunk (2012) mengatakan bahwa individu dengan motivasi akademik yang tinggi cenderung memperbesar usahanya untuk berhasil. Individu tersebut 47 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 biasanya memiliki usaha-usaha tertentu yang mendukung tercapainya tujuan. Contoh usaha yang dilakukan, yaitu memberi perhatian terhadap subyek yang dihadapi, mengorganisasikannya secara mental serta mengulangnya kembali agar dapat tersimpan ke dalam memori. Hal ini disebabkan oleh agar informasi yang didapat dapat terserap dengan baik. Contoh lainnya yaitu bertanya pada guru ketika mengalami kesulitan, serta meminta feed-back saat mengalami kegagalan (Schunk, dkk, 2012) Kelima, memiliki prestasi. Indvidu dengan motivasi akademik tinggi cenderung lebih berprestasi dari individu lain. Mereka berhasil lebih baik dalam ujian, mendapat nilai yang lebih baik di sekolah dan berhasil dengan pilihan profesinya (Schunk, dkk, 2012). Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Murid SMA pada umumnya berada pada tingkat remaja. Murid yang berada pada tingkat remaja, khususnya SMA akan dihadapkan pada tuntutan untuk berprestasi. Hal ini dikarenakan, pada tahap ini mereka mulai memasuki pemikiran tentang masa depan dimana hal itu berhubungan dengan pemilihan karier (Wulandari, 2005). Penelitian ini juga didukung oleh Havighurst (dalam Sarwono, 2001) yang menyatakan bahwa remaja memiliki tugas perkembangan yang berkaitan dengan dunia pendidikan yaitu mempersiapkan karier. Menurut Papalia, Olds, & Feldman (2001), remaja adalah transisi perkembangan antara masa anak-anak (childhood) dengan masa dewasa (adulthood) yang diikuti perubahan secara fisik, kognitif, dan psikososial. Menurut Sarwono (2004) mendefinisikan remaja bersifat konseptual. Definisi ini dikemukan dalam 3 (tiga) kriteria remaja, yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi. Remaja adalah suatu masa dimana (1) individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya (misalnya, pada perempuan tumbuhnya payudara, pinggang lebih bulat dan lebar dan pada laki-laki, suara lebih berat) sampai saat ia mencapai kematangan seksual), (2) individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang pernah kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 48 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Salah satu kelompok yang paling berpengaruh dalam perkembangan seseorang pada saat memasuki tahap remaja adalah peer group. Peer group merupakan sumber status, pertemanan, dan rasa memiliki di dalam sekolah. Peer group juga merupakan komunitas belajar dimana peran-peran sosial dan standar-standar bekerja dan berprestasi dibentuk (Santrock, 2001). Dinamika Penelitian Motivasi akademik adalah motif dalam dirinya yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam mengerjakan tugas-tugas yang penuh tantangan yang berkaitan dengan situasi belajar, dengan suatu ukuran keunggulan yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standar tertentu. Indvidu dengan motivasi akademik tinggi cenderung lebih berprestasi dari individu yang rendah motivasi akademiknya. Mereka berhasil lebih baik dalam ujian, mendapat nilai yang lebih baik di sekolah dan berhasil dengan pilihan profesinya (Schunk, dkk, 2012). Seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan menampilkan tingkah laku yang berbeda dengan orang yang memiliki motivasi rendah. Seorang siswa dengan motivasi tinggi akan dapat beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya, juga terhadap peristiwa-peristiwa yang dapat mendukung proses belajarnya (Stroud, 2006). Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki akses langsung (jalan darat) untuk dapat memasuki negera Malaysia. Akses langsung ini mengakibatkan Kalimantan Barat menjadi daerah transit bagi daerah lain hingga banyaknya warga Kalimantan Barat yang menjadi korban perdagangan manusia karena faktor ekonomi, keluarga, kemiskinan, pendidikan, dan ekonomi. Kalimantan Barat juga memiliki keterbatasan akses pendidikan, rendahnya mutu pendidikan, relavansi dan daya saing keluaran yang menjadi masalah pokok. Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu meningkatkan angka indeks pembangunan manusia (IPM) pada tahun 2007 sebesar 67,79 menjadi 68,17 pada tahun 2008. IPM mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 68,79 (Untan, 2011). Angka kelulusan Ujian Nasional (UAN) di Kalimantan Barat juga telah menunjukkan beberapa peningkatan melalui jumlah kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA Kalimantan Barat lebih baik daripada tahun 2012. 49 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat nasional, namun dari 43.443 peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150 siswa yang berarti sekitar 0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus pada tahun 2013 (Wibowo, 2013). Penjelasan di atas menggambarkan bahwa hipotesis pada penelitian ini adalah motivasi akademik siswa di Kalimantan Barat tergolong tinggi. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian keseluruhan berjumlah 194 siswa SMA di Kalimantan Barat. Siswa SMA sebagai subyek penelitian dengan alasan pada murid SMA pada umumnya berada pada tingkat remaja. Remaja merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan ketika seseorang berada pada rentang usia 11-18 tahun (Hurlock, 2008). Murid yang berada pada tingkat remaja, khususnya SMA akan dihadapkan pada tuntutan untuk berprestasi. Motivasi akademik dipakai sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Skor yang akan dianalisis dalam motivasi akademik adalah skor dimensi LOMOT (low academic motivation) dari alat ukur School Motivation and Learning Strategies (SMALSI). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster disproportionate stratified random sampling. Penggunaan dengan teknik sampel ini dengan harapan keadaan kota serta status SMA adalah homogen, sehingga mampu dan layak dibandingkan serta dapat digeneralisasikan di kota-kota lain Kalimantan Barat, atau Indonesia dengan ciri-ciri yang tidak jauh berbeda. Generelisasi ini terutama tentang motivasi akademik di SMA swasta dan negeri. Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah, yaitu Pontianak, Singkawang, dan Kembayan. Alasan pengambilan di Pontianak sebagai perwakilan Kota di Kalimantan Barat. Singkawang diambil sebagai perwakilan Kabupaten di Kalimantan Barat. Kembayan terpilih sebagai perwakilan Kecematan di Kalimantan Barat. Subyek di Pontianak diambil di SMA Kristen Imannuel, sebanyak 69 siswa. Sedangkan subyek di Singkawang di SMA Santo Ignasius sebanyak 60 siswa. Subyek di Kembayan diambil di SMA PGRI 02 berjumlah 65 siswa. 50 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Alat ukur yang digunakan adalah SMALSI (School Motivation and Learning Strategies Inventory), dengan mengambil satu dimensi yaitu dimensi LOMOT (Low Motivation) scale. Uji coba LOMOT Scale menggunakan uji terpakai yang dilakukan di tiga SMA di Kalimantan Barat untuk mengetahui uji validitas dan reliabilitas LOMOT Scale. Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk. Validitas aitem menggunakan batas minimal adalah 0,3 (Azwar, 2009). Berdasarkan hasil uji validitas didapatkan bahwa aitem nomor 38, 88, 144 memiliki koefisien validitas di bawah 0,3; sehingga ketiga aitem tersebut harus dibuang. Reliabilitas LOMOT Scale dihitung menggunakan Cronbach's Alpha. Rentang nilai Cronbach's Alpha yang akan digunakan harus melebihi nilai 0,70 (Perdana, 2011). Pada uji reliabilitas didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,859. Oleh sebab itu, LOMOT Scale dapat dikatakan reliabel. Data yang telah didapat dalam penelitian ini akan diolah melalui beberapa teknik, yaitu uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit, kemudian teknik analisis deskriptif, serta menggunakan uji beda dengan teknik One Way Anova untuk menganalisa data tambahan. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap. Pertama adalah mencari referensi sebanyak mungkin tentang variabel yang akan diteliti. Setelah itu, peneliti merumuskan dimensi yang akan digunakan, hipotesis penelitian, definisi operasional, dan indikator-indikator dari variabel yang ada dan semua itu tidak luput dari bantuan bimbingan dosen pembimbing. Kedua, pelaksanaan try out dilakukan dengan menggunakan uji terpakai pada siswa SMA di Kalimantan Barat. Ketiga, peneliti menyebarkan data sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Keempat, peneliti melakukan pengolahan data dengan bantuan SPSS 16 dan Microsoft Excel, serta melakukan analisa terhadap data yang telah diolah. 51 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Hasil Penelitian Tabel 1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Kategori Sekolah Pontianak Jumlah 69 Persentase 35,6% Singkawang 60 30,9% Kembayan 65 33,5% Laki-laki 90 46,4% Perempuan 104 53,6% 15 tahun 35 18% 16 tahun 80 41,2% 17 tahun 35 18% 18 tahun 44 22,7% Jenis Kelamin Usia Pada hasil uji normalitas data dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov Goodness of Fit didapatkan nilai Asymp Sig. hitung sebesar 0,180; p > 0,05. Berdasarkan uji normalitas pada variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi akademik memiliki sebaran data yang berdistribusi normal. Tabel 2 Gambaran motivasi akademik Motivasi Akademik Wilayah Jenis kelamin Usia Mean Kalbar 23,32 Pontianak 25,39 Singkawang 12,1 Kembayan 31,49 Perempuan 24,3 Laki-laki 22,2 15 31,09 16 18,18 17 29,89 18 25,27 F P 172.932 0 2,179 0,142 19,657 0 Berdasarkan hasil tabel 1 didapatkan bahwa nilai rata-rata motivasi akademik siswa di Kalimantan Barat sedang yaitu sebesar 23,32. Hasil perhitungan lainnya 52 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 diketahui nilai rata-rata motivasi akademik siswa SMA di kota Pontianak sedang, yaitu sebesar 25,39 sedangkan Singkawang dengan nilai rata-rata motivasi akademik rendah, yaitu sebesar 12,10. Nilai rata-rata motivasi akademik siswa SMA di kecamatan Kembayan tinggi, yaitu sebesar 31,49. Tabel 3 Uji beda One Way Anova Kategori Jenis Kelamin Usia Motivasi Akademik 0,142 > 0,05 0,000 < 0,05 Berdasarkan hasil Uji Beda rata-rata – Uji Varian satu arah (One Way Anova) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik berdasarkan wilayah di daerah Kalimantan Barat. Hasil uji beda motivasi akademik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik pada pria dan perempuan. Hasil perhitungan juga didapatkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik pada usia 15, 16, 17, dan 18 tahun. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi akademik siswa SMA di Kalimantan Barat tergolong sedang, dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 23,32. Dengan demikian, Hipotesis alternatif (Ha) dari penelitian ditolak. Schunk, dkk (2012) menjelaskan bahwa motivasi memengaruhi dan juga dipengaruhi konsekuensi prestasi yang lain. Murid dengan motivasi akademis lebih tinggi diprediksi mempelajari lebih banyak hal, berprestasi pada tingkat yang lebih tinggi, menunjukkan minat belajar yang lebih besar, menampilkan usaha pencapaian pembelajaran dengan menggunakan strategi pengaturan diri yang lebih baik, dan seterusnya. Murid yang tidak termotivasi untuk belajar, usaha-usaha belajarnya cenderung tidak sistematis seperti murid yang termotivasi untuk belajar. Siswa juga mungkin tidak memerhatikan selama jam pelajaran berlangsung, serta tidak mengorganisasikan ataupun menghafal materi. Pencatatan mungkin dilakukan secara tidak teratur (sembarangan) ataupun tidak dilakukan sama sekali. Siswa juga mungkin tidak memonitor tingkat pemahamannya ataupun tidak meminta bantuan ketika ia tidak memahami materi yang sedang diajarkan 53 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 (Stroud, 2006). Peneliti membandingkan motivasi akademik tinggi dan rendah karena peneliti tidak menemukan penelitian sebelumnya yang membahas motivasi akademik dalam taraf sedang. Motivasi akademik di Kalimantan Barat tinggi dengan meningkatkan prestasi siswa SMA, salah satunya dengan meningkatkan nilai Ujian Nasional dan mengurangi angka putus sekolah di Kalimantan Barat. Pendapat ini didukung dengan hasil data yang menjelaskan bahwa Kalimantan Barat telah menunjukkan beberapa peningkatan melalui jumlah kelulusan siswa SMA, SMK, dan MA kota Pontianak yang lebih baik dari tahun lalu (Kurniawan, 2013). Kalimantan Barat belum meraih nilai tertinggi tingkat nasional, namun dari 43.443 peserta ujian dan yang dinyatakan tidak lulus hanya 150 siswa yang berarti 0,1% peserta ujian yang tidak dinyatakan lulus, 99% dinyatakan lulus (Wibowo, 2013). Berdasarkan survei UN dapat memotivasi semangat belajar siswa. Kebanyakan siswa sangat khawatir dengan UN sehingga mereka terdorong untuk belajar lebih giat supaya mereka sukses dalam UN serta mendapatkan nilai yang bagus atau diatas standar kelulusan minimal yang telah ditentukan oleh Pemerintah (Tarwiyati, 2012). Penelitian menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan dalam motivasi akademik antara wilayah kota Pontianak, kabupaten Singkawang dan kecamatan Kembayan. Spring (dalam Santrock, 2008) juga menjelaskan bahwa biasanya sekolah diarea pedalaman lebih besar kemungkinannya punya murid dengan nilai ujian yang rendah, tingkat kelulusan yang lebih rendah, dan persentase murid yang masuk ke jenjang perguruan tinggi juga rendah. Sekolah di area pedalaman juga kerap diajar oleh guru muda yang kurang pengalaman, dan juga sering menggunakan proses belajar yang sudah ketinggalan jaman. Sekolah di area kota lebih mungkin menggunakan proses belajar yang bisa meningkatkan keahlian berpikir muridnya. Hasil dari penelitian menemukan bahwa nilai rata-rata daerah Kembayan terkategorisasi tinggi motivasi akademiknya dibandingkan Pontianak sebagai perwakilan Kota dan Singkawang sebagai perwakilan kabupaten. Kembayan yang merupakan daerah yang berada di wilayah yang jauh dari perkotaan. Kembayan berada dekat dari daerah perbatasan Malaysia, yang sebagian besar mata pencahariannya adalah berkebun. Kembayan tidak memiliki perguruan 54 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 tinggi dan hanya memiliki 2 (dua) SMA dan tidak memiliki perguruan tinggi. Keadaan tersebut membuat masyarakat di Kembayan memiliki keinginan untuk dapat memperbaiki keadaan hidupnya. Pendapat ini didukung dengan penelitian Nadeak (2012) yang menjelaskan bahwa minat orangtua yang di desa Laumil, kecamatan Tigalingga, kabupaten Dairi sangat antusias dalam menyekolahkan anaknya. Hasil ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan sebesar 80,8% orangtua menjawab penting tentang pendidikan. Subyek menganggap pendidikan merupakan hal yang terpenting terutama pendidikan yang jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk menambah wawasan pengetahuan dan menaikkan sosial anak yang lebih tinggi. Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa motivasi orang tua terhadap pendidikan anak perguruan tinggi di Desa Laumil sangat baik. Terlihat hasil penelitian, sebesar 59,5% yang memberikan motivasi/dorongan kepada anaknya untuk meningkatkan wawasan dalam diri si anak. Tingginya motivasi akademis di Kembayan juga dapat dijelaskan karena jumlah siswa yang sedikit di sekolah tersebut. Pendapat ini didukung oleh Lee dan Burkam (2003) yang menemukan bahwa sekolah yang memiliki siswa kurang dari 1.500 cenderung mengalami putus sekolah. Kelas dengan jumlah siswa yang kurang dari 1.500 menawarkan lebih banyak kelas menantang dan lebih sedikit kelas tambahan (remidial), serta mendorong hubungan yang positif antara guru dan murid. Menurut Rogers dan Freiberg (dalam Schunk dkk, 2012) dalam penelitiannya dengan menanyakan kepada remaja tentang hal-hal yang memotivasi diri mereka untuk belajar di sekolah. Secara konsisten, para murid melaporkan bahwa diri mereka ingin dipercaya dan dihormati, ingin para guru peduli dan membantu diri mereka agar berhasil, dan ingin mendapatkan pilihan-pilihan. Motivasi akademik pada siswa di Pontianak termasuk dalam kategorisasi sedang. Tinggi rendahnya motivasi akademik seseorang dapat dipengaruh sosiokultural dari rekan sebaya, keluarga, budaya, dan komunitas berperan penting pada perkembangan, prestasi, dan motivasi para murid. Banyak di antara faktor-faktor ini yang beroperasi di luar pendidikan formal di sekolah, namun memengaruhi berbagai aspek pemelajaran dan memotivasi di sekolah. Pontianak dengan mayoritas masyarakat yang bersuku 55 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 china dan sebagian besar perekonomian kota Pontianak bertumpu pada industri, pertanian, dan perdagangan (Akim, 2010). Perekonomian yang memadai di Pontianak dapat menunjang tingkat pendidikan seorang siswa. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Salmah (2013) di siswa kelas XII madrasah aliyah swasta se-Kota Pontianak yang menyatakan bahwa adanya pengaruh status sosial ekonomi di lingkungan keluarga terhadap motivasi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Pontianak memiliki 3 Universitas, 7 sekolah tinggi, 2 politeknik, 8 akademi. Perguruan-perguruan tinggi yang ada di Pontianak dapat menunjang tingkat pembangunan pada masyarakat yang berada di Pontianak. Ketersediaan perguruan tinggi di Pontianak juga dapat mendorong siswa-siswi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan memotivasi siswa-siswi yang berada di wilayah Pontianak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Mayoritas suku Cina yang berada di Pontianak dengan mata pencaharian terbesar adalah perdagangan (Akim, 2010) juga dapat memengaruhi pola pikir seorang anak. Pilihan dari keluarga yang mendukung anaknya ketika mereka lulus, mereka langsung meneruskan usaha keluarga atau menjadi pedagang. Penerusan usaha ini dapat memengaruhi seorang anak untuk tidak melanjutkan sekolah ke perguruan yang lebih tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa gaya pengasuhan orang tua dapat membuat perbedaan pada motivasi akademis anak-anak. Secara umum, motivasi meningkat ketika para orang tua mengizinkan anak-anak mereka untuk memberikan masukan dalam pengambilan keputusan, menyampaikan pengharapan sebagai saran, mengakui perasaan dan kebutuhan anak-anak, serta menyediakan anak-anak berbagai alternatif dan pilihan. Praktik pengasuhan orang tua yang terlalu mengontrol ataupun terlalu serba memperbolehkan dapat mengurangi motivasi akademis dan prestasi anak-anak (Dornsbush, dkk dalam Schunk, 2012). Motivasi akademik di Singkawang tergolong rendah, salah satu penyebab rendahnya motivasi akademik di wilayah Singkawang dikarenakan tidak adanya Universitas, melainkan hanya memiliki 3 (tiga) Sekolah Tinggi. Berbeda dengan wilayah Pontianak yang masih memiliki Universitas, yang menyebabkan siswa-siswi Singkawang yang ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi mereka harus melewati jarak 145 km dari Singkawang ke Pontianak. Siswa juga dapat memilih untuk 56 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada luar daerah, seperti Jakarta, Bandung, dan lain-lain. Jarak tempuh yang jauh harus dilalui oleh siswa dapat mempengaruhi rendahtingginya motivasi akademik didalam diri siswa di Singkawang. Pendapat di atas didukung oleh Sardiman (2011) yang menyatakan bahwa motivasi melanjutkan perguruan tinggi berasal dari intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik yaitu keinginan berprestasi dan mencapai cita-cita. Pendapat ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Rini (2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kalasan Tahun Ajaran 2011/2012. Ada banyak faktor yang memengaruhi tinggi-rendahnya motivasi akademik didalam diri seseorang, salah satunya adalah faktor budaya. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Schunk, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa variabel lain yang dapat memengaruhi motivasi seseorang adalah suasana umum budaya dan masyarakatnya. Rendahnya motivasi akademik pada siswa SMA di Singkawang untuk tidak melanjutkan sekolah di masyarakat Singkawang dapat terjadi dikarenakan faktor budaya nikah foto. Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Singkawang, jumlah perkawinan amoi (gadis Cina) dengan pria mancanegara terutama dari Taiwan meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan jumlah pernikahan antar negara itu mencapai 416, meningkat menjadi 604 setahun kemudian, dan naik lagi jadi 694 pada tahun lalu (Laporan penyelenggaran pemerintah daerah, 2011). Singkawang juga pada umumnya sedang dalam tahap proses perkembangan dimana cara berfikirnya masih ditemui sebagian dari mereka berfikir tradisional (Laporan penyelenggaran pemerintah daerah, 2011). Kebudayaan yang mencolok yang terjadi dikehidupan seorang remaja Singkawang adalah ketika keluarga tersebut memiliki gadis yang bisa dinikahkan dengan orang kaya adalah aset keluarga terpenting; satu-satunya harapan untuk bisa keluar dari siklus kemiskinan turuntemurun, hingga membuat ibunya sendiri berperan menjadi “mak comblang” untuk anaknya (Tempo, 2011). Siswa SMA di Singkawang dapat rendah motivasi akademik di dalam dirinya saat mereka tidak mendapatkan dukungan dari pihak keluarganya untuk dapat melanjutkan sekolah. Pendapat ini juga didukung oleh Bryan & Bryan (dalam 57 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Schunk dkk, 2012) menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar dan mengurangi motivasi intrinsik mereka dikarenakan rendahnya penghargaan diri dari rekan sebaya mereka, dan orang tua mereka mungkin memiliki pengharapan akademis yang rendah. Hasil analisis tambahan dari penelitian ini ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik pada pria dan wanita. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Mitos dan Browne (dalam Harlambus dan Horlborn, 2004) yang menyatakan bahwa wanita memiliki tingkat prestasi yang lebih baik dibandingkan pria. Giddens (2006) juga menyatakan bahwa perempuan seringkali lebih baik dalam melakukan organisasi dan memiliki motivasi yang lebih tinggi daripada laki-laki. Berbeda dengan hasil motivasi akademik terhadap usia ditemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan. Hasil di atas sejalan dengan pendapat Schunk, dkk (2012) yang menjelaskan bahwa para guru melaporkan level motivasi murid yang sebanding pada berbagai tingkat pendidikan. Murid-murid yang lebih tua lebih rendah motivasinya daripada murid-murid yang lebih muda. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran motivasi akademik di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata motivasi akademik siswa di Kalimantan barat sebesar 23,32 yang termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) peneliti ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik berdasarkan wilayah di daerah Kalimantan Barat. Hasil Uji Beda rata-rata – Uji Varian satu arah (One Way Anova) motivasi akademik berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan, sedangkan motivasi akademik berdasarkan usia menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara motivasi akademik pada usia 15, 16, 17, dan 18 tahun. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan, yaitu pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan penyebaran alat ukur SMALSI dengan 170 aitem. Peneliti seharusnya hanya menggunakan satu dimensi dari alat ukur SMALSI, yaitu dimensi LOMOT (low academy) yang memiliki 14 aitem setelah di try out. Peneliti juga hanya mengambil satu sekolah sebagai perwakilan setiap wilayah dan ketiga sekolah ini memiliki budaya dan organisasi yang berbeda. Saran yang dapat diberikan, 58 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 sebaiknya peneliti melaksanakan pengambilan data lebih dari satu sekolah disetiap wilayahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Schunk dkk (2012) menjelaskan bahwa ukuran sekolah dapat berfungsi sebagai fasilitator terjadinya perubahan budaya dan organisasi sekolah atau sebagai kendala dengan sejumlah cara. Selain cara kelas diorganisasikan dan dikelola, budaya dan organisasi sekolah dapat berefek kuat pada motivasi murid (Schunk kk, 2012). Kendala dan kesempatan eksternal yang dapat memengaruhi budaya dan organisasi sekolah, serta para guru dan para murid, yaitu tipe murid, ukuran sekolah/jumlah murid, keterlibatan orang tua/komunitas, berbagai kendala/kesempatan level pemerintah daerah, dan berbagai kendala/kesempatan level pemerintah negara bagian. Daftar Pustaka Akim. (2010, Maret). Permasalahan pendidikan di Kalimantan Barat. Pontianak post. Akim. (2010). Raker gubernur kalbar HUT pemda kalbar ke-53; koordinasi pemantapan penyelenggaraan dan pembangunan daerah tahun 2010. Disadur dari http://edoc.kalbarprov.go.id/berkas/DISDIK.pdf. Angka putus sekolah 0,69%. (2011, Agustus). Tribun Pontianak. Angka Putus Sekolah Masih Tinggi Terbanyak dari Siswa SMK. (2011, Juli). Jaringan berita. Disadur dari http://www.jpnn.com/ Azwar, S. (2009). Validitas dan reliabilitas (9th ed.). Yogykarta, Pustaka Pelajar. Broussard, S.C. (2002). The relationship between classroom motivation and academic achievement in first and third graders (disertasi). Disadur dari http://etd.lsu.edu. Universitas B.C.J., Louisiana State, Baton Rouge, LA. Boy. (2013). Tingkat kelulusan http://pasca.unesa.ac.id/. unas di kalbar merosot. Disadur dari Giddens, A. (2006). Komunikasi dalam interaksionisme simbolis, strukturasi, dan konvergensi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Hurlock, E. B. (2008). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga. 59 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Kertamuda, F. (2008). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi 21.1, 25-38. Kurniawan, K. (2013, Mei). Kelulusan kalbar untuk sma sederajat 99,66 persen. Kota pontianak. Disadur dari http://kotapontianak.org/kelulusan-kalbar-untuk-smasederajat-9966-persen/. Nadeak, N. Y. (2012). Faktor-faktor yang memengaruhi siswa tamatan sma tidak melanjut ke perguruan tinggi di desa laumil kecamatan tigalingga kabupaten dairi. Disadur dari digilib.unimed.ac.id/UNIMED. Ormord, J. E. (2003). Educational psychology; Developing learners (4th ed.). New Jersey: Merrill Prentice Hall, Inc. Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. O. (2001). Human development. New York: McGraw-Hill. Parson, R. D., Hinson, S. L., Brown, D.S. (2001). Educational psychology: A practicioner-research model of teaching. Canada: Woodsworth. Pintrich, P. R., Schunk, D. H. (2012). A motivational science perspective on the role of student motivation in learning and teaching contexts. Journal of Educational Psychology, 95,667-686. Rini, S, E. (2012). Hubungan tingkat pendidikan orang tua dan prestasi siswa dengan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada siswa kelas XI sma negeri 1 kalasan tahun anajaran 2011/2012. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta. Disadur dari http://digilid.uny.ac.id. Salmah. (2013). Pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi melanjutkan ke perguruan tinggi di mas pontianak. Universitas TanjungPura: Pontianak. Santrock, J. W. (2001). Adolescence: perkembangan remaja (6th ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga Santrock, J. W. (2007). Life span development. New York: McGraw-Hill. Santrock, J.W. (2008). Educational Psychology (2th ed.). New York: McGraw-Hill Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka Sarwono, S. W. (2004). Psikologi remaja (8th ed.). Raja Grafindo Pustaka: Jakarta 60 Jurnal NOETIC Psychology ISSN : 2088-0359 Volume 4 Nomor 1, Januari-Juni 2014 Schunk, D. H. (2006). Learning theories; An educational perspective (6th ed.). Upper Saddle River; NJ:Merrill/Prentice Hall. Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam pendidikan: teori, penelitian dan aplikasi (3th ed.). Jakarta : PT. Indeks. Stroud, K. (2006). Development of the school motivation and learning strategies inventory (disertasi). Universitas A & M, Texas. Tarwiyati. 2012. Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui ujian nasional. Disadur dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/07/meningkatkan-motivasi-belajarsiswa-melalui-ujian-nasional-455554.html. Tempo. (2011). Mimpi jadi cinderella di Singkawang. Disadur dari http://www.kalbariana.net/mimpi-jadi-cinderella-di-singkawang Tjin, M. (2006). Gambaran tingkat inteligensi, kepribadian, minat dan motivasi berprestasi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas kristen krida wacana angkatan 2006 (Skripsi tidak dipublikasikan). Universitas Kristen Krida Wacana: Jakarta. Uno, H. B. 2008. Teori motivasi dan pengukurannya; Analisis di bidang pendidikan. Sinar Grafika Offset. Untan, LPM. (2011). Mutu pendidikan kalbar saat ini. Disadur dari persmauntan.com. Wali Kota: Angka Putus Sekolah Di Pontianak Rendah (2011, Mei). Lintas kalimantan. Disadur dari http://www.kalimantan-news.com/. Wibowo, T.I. (2013, Mei). Pontianak mendominasi nilai tertinggi UN 2013 Kalbar. Disadur dari http://www.antarakalbar.com/berita/313080/. Wulandari, A. (2005). Gambaran motivasi berprestasi pada siswa kelas 5 dan 6 di sekolah alam cikeas. Disadur dari thesis.binus.ac.id/Doc/.../2012-1-00916. 61