PENYALAHGUNAAN FORMALIN PADA PRODUK PERIKANAN

advertisement
PENYALAHGUNAAN FORMALIN
PADA PRODUK PERIKANAN
Endang Sri Heruwati


Formalin adalah senyawa Formaldehyde
(HCHO). Formaldehyde juga sering disebut
formic aldehyde atau methyl aldehyde
Meskipun formaldehyde sebenarnya mrpkn
gas, ttpi umumnya diperdagangkan dan
digunakan dalam bentuk larutan, yg disebut
larutan formalin, dengan konsentrasi
maksimum 40%. Larutan formalin seringkali
mengandung metanol sbg penstabil
PENGERTIAN FORMALIN
Formaldehid merupakan gas atau cairan
yg berbau, tidak berwarna, yang sangat
reaktif yg dikenal sebagai senyawa
organik yg mudah menguap (Volatile
organic compound: VOC), dalam arti
mudah berubah menjadi gas pada suhu
kamar.
 Sangat mudah larut dalam air, sehingga
mudah mengiritasi saluran pernafasan
bagian atas.

SIFAT DAN KARAKTERISTIK
FORMALIN



Formalin dalam bentuk larutan 10%
digunakan sebagai pengawet jaringan di
laboratorium anatomi/patologi, atau sebagai
reagen kimia organik.
Bagian patologi umumnya menggunakannya
untuk memfiksasi jaringan pada autopsi, atau
untuk pemblokiran sel sitologi.
Formaldehid, atau yg biasa disebut formalin,
digunakan sehari-hari untuk pengawetan
kayu, desinfektan, juga pada industri
kecantikan, yaitu dalam cat kuku, dan
sebagai bahan pengawet jenazah.
KEGUNAAN FORMALIN

Adalah bahan kimia industri yg banyak digunakan
untuk bahan bangunan, dan peralatan rumah-tangga.

Dalam penggunaan sehari-hari, formaldehid
digunakan untuk material pelapis atau perekat, juga
sebagai bahan pencampur resin. Beberapa contoh
resin sintetik adalah phenol-formaldehyde (PF),
melamine-formaldehyde (MF), and ureaformaldehyde (UF).

UF bersifat sangat mudah larut dalam air, sehingga
menjadi penyebab utama polusi udara dalam
ruangan.
KEGUNAAN FORMALIN



Karena harganya yg murah, dapat mencegah
serangan bakteri dan jamur yg membusukkan
makanan, serta kemampuannya meningkatkan
kenampakan produk, maka kemudian formalin
telah disalahgunakan sebagai pengawet
makanan, antara lain mi, tahu, bakso, ikan asin,
ikan segar, ayam, bahkan buah dan sayuran.
Penyalahgunaan formalin dalam makanan tidak
hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di
Cina dan di negara2 Asia lainnya. Hal ini terbukti
dari ditemukannya residu formalin pada ikan yg
diimpor ke Indonesia.
Pelaku penyalahgunaan formalin biasanya para
pedagang atau pengolah kecil.
PENYALAHGUNAAN FORMALIN




Dulu nelayan membawa formalin sewaktu
menangkap ikan di laut, untuk menghemat
pembelian es.
Saat ini banyak pedagang merendam ikan atau
udang dalam larutan yg mengandung formalin
untuk mencegah pembusukan.
Pada pembuatan ikan asin, khususnya yg
berharga mahal seperti cumi2, pengolah
mendapatkan keuntungan besar karena dapat
menjual produk setengah basah (dg keuntungan
besar) tanpa takut menjadi busuk.
Perendaman ikan asin dalam larutan formalin
juga dimaksudkan untuk menghindarkan
serangan lalat, yg mengakibatkan timbulnya
belatung.
PENYALAHGUNAAN FORMALIN
PADA PRODUK PERIKANAN
HASIL MONITORING KANDUNGAN
FORMALIN PADA PRODUK PERIKANAN
60
Persentase Sampel Yang
50
40
Nizam Zachman
30
Pelabuhan Ratu
Brondong
20
10
0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agst
Sep
Okt
Nop
Des
Bulan Pengujian (2011)
Hasil Monitoring Formalin di Pelabuhan Perikanan (2011)
9
PSM, BKIPM, 2012
IV. PENOLAKAN IMPOR PRODUK PERIKANAN
NO
UPT
IMPOR
TIR
KOMODITI
WAKTU
NEGAR KEJADI
JUMLAH A ASAL
AN
PT. A
Frozen
Mackarel
48 000 Kg
Pakista
n
Feb
2012
PT. B
Frozen
Mackarel
Malaysi
28 000 Kg
a
Feb
2012
PT. C
Frozen
Mackarel
Pakista
27 000 Kg
n
Feb
2012
Ikan Kembung 25 000 kg
Pakista
n
Feb
2012
BALAI KIPM
Kls I
3
CV. D
SURABAYA
II
Frozen Sarden 28 000kg
India
Jan
2012
STASIUN KIPM
4
Kls II ENTIKONG
Teri, Patin,
Kembung, Tongkol,
Bawal, Sarden
kaleng, Fillet Patin
Malaysia
Januari
(6kali)
1
2
STASIUN
KIPM
MEDAN II
STASIUN
KIPM Kls I
BATAM
PT. E
53 810 kg
KETERANGAN
Positif Formalin (BLPPMHP
Medan), Hasil Analisa 17
Januari 2012 :
Range 0.25 - 0.4 mg/kg
Positif Formalin (BLPPMHP
Medan), Hasil Analisa 1 Februari
2012 :
Range 0.25 - 0.4 mg/kg
Positif Formalin (BLPPMHP
Medan) Hasil Analisa 7 Februari
2012
Range 0.25 - 0.8 mg/kg
0.25 ppm
PSM, BKIPM,
2012
1.
UU No 7/1996 tentang Pangan (pasal 21) “Setiap orang dilarang
mengedarkan pangan yang mengandung bahan yang dilarang digunakan
dalam kegiatan atau proses produksi pangan”
2. Undang-Undang No. 31 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan (pasal 23) “Setiap
orang dilarang menggunakan bahanbaku, bahan tambahan makanan,
bahan penolong yang membahayakan kesehatan manusia”
3. PP 28/ 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan
4. Permenperin 24/2006 tentang Pengawasan Produksi dan Penggunaan
Bahan Berbahaya untuk Industri dan Bahan Kimia Berbahaya Bagi
Kesehatan
5. Permendag 44/ 2009 tentang Pengadaan, Distribusi dan Pengawasan
Bahan Berbahaya
PELARANGAN PENGGUNAAN FORMALIN
UNTUK PRODUK PANGAN

PermenKes 239/85 tentang Zat Warna Tertentu yang dinyatakan sebagai
Bahan Berbahaya

Permenkes 722/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Permenkes
1168/ Menkes/Per/ X/ 1999

Peraturan Menteri Kesehatan No.1168/Menkes/PER/X/1999, Lampiran II
No. 9 menyebutkan formalin (Formaldehyde) merupakan bahan yang
dilarang digunakan dalam bahan makanan

Tidak termasuk dalam daftar bahan tambahan makanan (additive)pada
codex alimentarius, maupun yang dikeluarkan oleh KemenKes (Permenkes
no. 1168/menkes/per/x/1999)

Formalin tidak boleh ditambahkan pada makanan
Dasar Hukum
Barangsiapa menggunakan bahan yang dilarang digunakan
sebagai BTP atau menggunakan BTP secara melampaui batas
maksimal yang ditetapkan
Sengaja : pidana penjara maks 5 th & atau
denda maks Rp. 600 juta ((UU 7/96 ps 55 b)
Lalai : pidana penjara maks 1 th & atau denda
maks Rp. 120 juta (UU 7/96 ps 56b)
Barangsiapa mengedarkan pangan yang dilarang untuk
diedarkan (.. menggunakan bahan yang dilarang, ..)
Sengaja : pidana penjara maks 5 th & atau
denda maks Rp. 600 juta ((UU 7/96 ps 55 d)
Lalai : pidana penjara maks 1 th & atau denda
maks Rp. 120 juta (UU 7/96 ps 56b)
Bila berada di udara pada kadar lebih dari 0,1
ppm, formalin akan menyebabkan mata berair,
mual, batuk, sesak dada, bersin-bersin, ruam
kulit, reaksi alergi, dan rasa terbakar pada mata,
hidung, dan tenggorok.
 Kontak dg kulit: formalin menyebabkan iritasi &
sensitisasi pd kulit. Bila kulit terkena larutan, uap
atau resin yg mengandung formalin, akan
menyebabkan eksim (kulit kering, pecah2 dan
gatal), pada kasus ekstrem menyebabkan alergi
dermatitis.

BAHAYA FORMALIN BAGI MANUSIA


Kontak dg pakaian/kain yg terkena formalin:
gejala yg sama pada kulit dapat terjadi  Segera
lepaskan pakaian tsb, cuci bag yg terkena dg
sabun selama 15 menit dan minta pertolongan
medis bila perlu.
Kontak dg mata: Bila terkena mata formalin
menyebabkan mata merah dan rasa terbakar
serta keluarnya air mata. Pada 2 ppm
menyebabkan iritasi mata. Larutan formalin bila
terkena langsung ke mata dapat menyebabkan
kerusakan kornea, pada 20 ppm menyebabkan
kornea berkabut, kemungkinan dpt
menyebabkan kebutaan cuci mata yg terkena
dg air sebanyak-banyaknya dan segera minta
pertolongan medis.
BAHAYA FORMALIN BAGI
MANUSIA
Tertelan: bereaksi pada organ dan saluran
pencernaan, terutama pada kondisi perut kosong
penggunaan formalin pada makanan keracunan
pada organ fungsional tubuh: sulit menelan,
menurunnya nafsu makan, mual, sakit perut akut,
diare, muntah. Pada kondisi paling buruk  depresi
sistem syaraf atau kerusakan sirkulasi. Tertelan
larutan formalin pada kadar tinggi  iritasi mulut,
kerongkongan, dan perut, dapat mengakibatkan
kehilangan kesadaran, bahkan dapat menyebabkan
kematian
 bila tertelan, segera berikan susu, air , atau larutan
arang aktif, dan minta pertolongan medis.

BAHAYA FORMALIN BAGI
MANUSIA
Terhirup melalui hidung, tenggorok, dan paru:
pada kadar rendah iritasi pada saluran nafas
bag. atas. Pada kadar yg lb tinggi pengaruhnya
lebih parah. Pada kadar 10 ppm: batuk, sesak
dada, kesulitan bernafas, dan pada 25-30 ppm
menyebabkan luka saluran nafas. Pada kadar
100 ppm bahaya terhadap kesehatan dan
keselamatan dan dapat meninggal karena
pembengkakan tenggorok dan luka pada paru
 segera bawa ke ruangan berudara segar dan
minta pertolongan medis.

BAHAYA FORMALIN BAGI
MANUSIA





Sensitisasi saluran nafas: Kontak dg formalin secara
berulang-ulang dpt menyebabkan alergi asma, antara lain
berupa sesak dada, sulit bernafas, bersin, dan batuk-batuk.
Formalin bereaksi dengan zat oksidator dan pada kadar
tinggi menjadi larutan yg mudah terbakar. Dengan asam
hidroklorat (HCl) akan bereaksi membentuk bis
(chloromethyl) gas ether, suatu senyawa karsinogen yg
kuat.
Karena sifatnya yg karsinogenik, bila terakumulasi dalam
waktu lama, akan menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh,
juga terjadinya mutasi sel, yg kemudian akan menjadi
kanker paru, nasofaring, orofaring, dan saluran rongga
hidung.
Mutagen: dari uji in-vitro diketahui formalin bersifat
genotoksik, baik sbg inisiator maupun promoter.
Sistem reproduksi: Belum ada bukti formalin dpt
mengganggu janin dan kehamilan maupun kesuburan
reproduksi.
BAHAYA FORMALIN BAGI MANUSIA
Tidak ada ciri khusus yg terlihat pada
produk perikanan yg berformalin. Ikan
justru tampak segar dan cerah, karena
tidak terjadi proses pembusukan. Bau
formalin juga tidak dpt terdeteksi karena
tertutup oleh bau amis ikan.
 Ada kalanya produk berformalin tdk
menarik lalat krn lalat sensitif thdp bau
formalin, namun tidak berarti bila tdk ada
lalat pasti formalin positif.

CIRI-CIRI PRODUK PERIKANAN
BERFORMALIN

Wardani dlm Laurent, 2012: Perendaman
dlm air dingin/panas, perebusan,
pengukusan, penggorengan dpt
mengurangi kadar formalin. Mi dan ikan
segar yg direndam dlm air panas slm 30
menit dpt berkurang kadar formalinnya
hingga 90%, ikan segar yg direndam dlm
asam cuka 5% selama 15 menit juga dpt
berkurang kadar formalinnya.
APAKAH KADAR FORMALIN PADA
MAKANAN DAPAT DIREDUKSI?
perendaman dalam
0,2% selama 4 jam
Ikan kembung
larutan
formalin
IKAN
BERFORMALIN
(3-6 PPM)
perendaman
dalam larutan
KMK 1,5%
(10, 20, 30 mnt)
perendaman
dalam larutan
karbon aktif
30%
(10, 20, 30 mnt)
Perebusan
10, 20,
30 mnt
Pengukusan
10, 20, 30
mnt
50
40
30
20
10
0
Perendaman
KMK 1.5%
Perendaman
Karbon 30%
Perebusan
Pengukusan
(Ariyani, 2012)
Test Kit
Penguji
Residu
Formalin
Cara Pengujian Residu Formalin
korelasi sampel positif (kualitatif) yang dianalisis
menggunakan “antilin” dan kadar secara kuantitatif
Lokasi
Kota
Surabaya
Cirebon
Tempat
Pasar Pabean
Surabaya
Karangreja
Pasar Gebang
Jenis ikan
Residu
formalin
(ppm)
Teri medan
18,96
Cumi asin
Kakap asin
Ekor kuning
Bloso
Bloso
Cumi kering
Mata goyang
Cumi
21,38
6,04
3,74
9,62
13,09
1,52
1,44
1,43
Farida Ariyani
TMAO
TMA
DMA + Formaldehida
Contoh Pangan yang secara alami
mengandung formaldehyde
Food type
Level (mg/kg)
Cod
Shrimp (raw)
Squid
Fish ball
Crustacean
Bombay-duck
4.6 – 34
1 – 2.4
1.8
6.8
1 – 98
< 140
BPOM, 2012
Hasil Penelitian Universitas Putra Malaysia :
kandungan formalin yang terbentuk secara alamiah pada ikan
laut
No.
Jenis Ikan
Kandungan Formalin
(ppm)
1
Mackerel
1.37
2
Threadfin bream
0.38
3
Yellowtail scad
0.72
4
Black pomfret
0.68
5
Squid
0.49
6
White Prawn
0.69
27
PSM, BKIPM,
2012
Ikan kerapu
macan
(Ephinephelus
fuscoguttatus)
hidup
DIMATIKAN
(pengesan
/hipothermia)
Simpan
dingin
(pengesan)
(14 hari)
Simpan suhu
kamar
(24 jam)
1
3.5
1.2
konsentrasi terendah
3.02
2.5
konsentrasi tertinggi
konsentrasi rata-rata
2.64
2.40
2
1.5
1.17
1
0.5
0
0
0
0.17
0.08
0.03
4
0.3
0.23
0.14
0.46
0
0.03
0
8
12
16
rentang pengamatan (jam)
range of analysis (hour)
20
24
0.96
0.9
konsentrasi formaldehid (ppm)
formaldehide consentration (ppm)
3
Formaldehid (ppm)
konsentrasi formaldehid (ppm)
formaldehide consentration (ppm)
Simpan
beku
(7 bulan)
0.9
0.6
0.3
0.8
0.7
0.5
0.4
4
6
8
10
12
14
Waktu penyimpanan (hari)
0.28
0.2
0
2
0.32
0.30
0.3
0.1
0.0
0.66
batas deteksi
(detection limit )
0.6
0.10
0.07
-0.04
0
1
2
3
4
waktu pengamatan (bulan)
(time of analysis (mounth)
5
6
7
Udang vannamei
(Litopenaeus
vannamei)
hidup
DIMATIKAN
(pengesan
/hipothermia)
Kadar formaldehid (ppm)
Simpan
dingin
(pengesan)
(14 hari)
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0.00
0
2
4
6
8
10
12
14
Lama Penyimpanan (hari)

Alternatif pengawetan ikan:
◦ Garam  terbatas
◦ Asam (pH rendah)  terbatas
◦ Bahan kimia pengawet  harus sesuai dosis
anjuran
◦ Suhu tinggi  mengubah sifat ikan
◦ Bahan alami: asam, kunyit, kecombrang, daun
teh, daun sereh, bawangputih, biji picung, dll.
◦ Suhu rendah  paling andal
ALTERNATIF “PENGGANTI”
FORMALIN UNTUK PENGAWET
IKAN




Antibiotik pada budidaya ikan: perbenihan,
pakan
Zat pewarna yg bukan untuk makanan:
pewarna tekstil untuk kerang rebus
Boraks: untuk memperbaiki tekstur bakso
ikan
Insektisida: untuk membasmi lalat pada
pembuatan ikan asin
PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA
LAIN PADA PRODUK PERIKANAN
PENDEKATAN DAN METODE
PENGAWASAN
Integrated Intersectoral Approach
(Pendekatan melalui Keterpaduan Antar
Sektor)
PP No. 28/2004 tentang
Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan sudah
berbasis Keterpaduan
antar Sektor Terkait
“from farm to table”
PERLU PENGAWAS
DAN PENYULUH
METODE
BAGI MEREKA
Preventive Control
(Pengawasan dengan sedapat mungkin
mengupayakan tindakan pencegahan)
Yang Tidak Tahu,
DIBINA
Law Enforcement
(Tindakan melalui upaya penegakan secara
hukum)
BPOM, 2012
Yang Tidak Peduli,
DITINDAK
Sistem Pengawasan Keamanan Pangan
3 Lapis
Sub-sistem
pengawasan
produsen
Sub-sistem
pengawasan
pemerintah
Sub-sistem
pengawasan
konsumen
•GMP,
•Post Marketing
Surveilance,
•HACCP
•Label yang
informatif dan benar
•dan lain-lain
•regulasi,
standardisasi,
•evaluasi produk
sebelum diizinkan
beredar (pre-market
Evaluation),
•pemeriksaan dan
penyidikan,
•pengawasan
peredaran,
•sampling
•pengujian
laboratorium,
•informasi dan
•KIE termasuk public
warning didukung
law enforcement
•Kesadaran Masyarakat
•Masyarakat yang
terdidik dan
berpengetahuan
•Konsumen yang
selektif dan waspada
•Partisipasi Masyarakat
•Kelompok Konsumen
Aktif
BPOM, 2012
Bagaimana mewujudkan
pangan yang aman, bermutu, dan bergizi ?
Konsep farm to table
Produksi
bahan
mentah
dan bahan
penolong
GAP/GFP
Penanganan
bahan
mentah
Pengolahan
Distribusi
Pemasaran
Konsumen
GHP
GMP
GDP/GTP
GRP
GCP
GAP Good Agricultural Practices
Good Aquaculture Practices
GFP Good Farming Practices
GHP Good Handling Practices
GMP Good Manufacturing Practice
GDP Good Distribution Practices
GTP Good Transportation Practices
GRP Good Retailing Practices
GCP Good Consumer Practices
BPOM,
2012
SISTEM KEAMANAN PANGAN TERPADU
Komite Nasional
Keamanan
Pangan
Pengawasan Keamanan Pangan
BPOM 2012
JEJARING KEAMANAN PANGAN NASIONAL
JIP
JPKP
JPP
Jejaring ini
menghimpun
informasi kegiatan
pengkajian risiko
keamanan pangan
dari lembaga
terkait (data
surveilan, inspeksi,
riset keamanan
pangan, dsb.)
Jejaring ini
meliputi
pengembangan
bahan promosi,
kegiatan
pendidikan,
pelatihan,
penyuluhan untuk
industri pangan,
pengawas
keamanan pangan,
dan konsumen
Jejaring kerjasama
antar lembaga
terkait dengan
pengawasan
keamanan pangan
(standardisasi dan
legislasi pangan,
inspeksi dan
sertifikasi pangan,
pengujian
laboratorium,
ekspor-impor,
dsb.)
BPOM 2012
Hati-hati dan waspada menjaga dan
memilih pangan adalah kunci bangsa
yang sehat
Download