ICASERD WORKING PAPER No.30 ANALISIS MANAJEMEN “WAKTU” PADA USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA/CAKALANG DENGAN SISTEM RUMPON DI KAWASAN TIMUR PERAIRAN INDONESIA Bambang Winarso Februari 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian ICASERD WORKING PAPER No.30 ANALISIS MANAJEMEN “WAKTU” PADA USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA/CAKALANG DENGAN SISTEM RUMPON DI KAWASAN TIMUR PERAIRAN INDONESIA Bambang Winarso Februari 2004 Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian (Indonesian Center for Agricultural Socio Economic Research and Development) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Working Paper adalah publikasi yang memuat tulisan ilmiah peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian mengenai hasil penelitian, gagasan ilmiah, opini, pengembangan metodologi, pengembangan alat analisis, argumentasi kebijakan, pandangan ilmiah, dan review hasil penelitian. Penanggung jawab Working Paper adalah Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan Pengelola : Dr. Handewi P. Saliem, Dr. A. Rozany Nurmanaf, Ir. Tri Pranadji MSi, dan Dr. Yusmichad Yusdja. Redaksi: Ir. Wahyuning K. Sejati MSi; Ashari SP MSi; Sri Sunari, Kardjono dan Edi Ahmad Saubari. Alamat Redaksi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Jalan A. Yani No.70 Bogor 16161, Telp. 0251-333964, Fax. 0251-314496, E-mail : [email protected] No. Dok.035.30.4..04 ANALISIS MANAJEMEN “WAKTU” PADA USAHA PENANGKAPAN IKAN TUNA/CAKALANG DENGAN SISTEM RUMPON DI KAWASAN TIMUR PERAIRAN INDONESIA Bambang Winarso Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Jl. A. Yani No. 70 Bogor 16161 ABSTRAK Perencanaan dari setiap aktivitas khususnya dalam usaha penangkapan ikan terutama melalui sistem rumpon akan selalu dikaitkan dengan masalah kebutuhan dan alokasi waktu, tenaga dan biaya, kapan operasi penangkapan dimulai, kapan harus sampai tiba di bagan untuk mengambil ikan umpan dan kapan harus sudah tiba di rumpon untuk melakukan pemancingan ikan, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan, berapa besar tenaga kerja yang terlibat didalamnya dan lain-lainnya. Studi ini secara spesifik mencoba melihat dan menganalisis kebutuhan waktu yang dibutuhkan dalam upaya penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & line. Yang mana event (kegiatan) yang diamati adalah kegiatan penangkapan sejak persiapan sampai dengan saat mendaratkan ikan hasil tangkapan. Catatan kebutuhan waktu dari setiap event merupakan data empiris yang akan dianalisis. Penelitian di lakukan di wilayah perairan Laut Banda (Provinsi Maluku). Hasil analisis menunjukkan bahwa dari setiap kegiatan penangkapan sebagian besar alokasi waktu untuk setiap aktivitas pada dasarnya merupakan jangka waktu kritis yang perlu diupayakan untuk dilaksanakan setepat mungkin. Mengingat penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan sistem rumpon tingkat keberhasilannya sangat ditentukan oleh ketepatan waktu saat melakukan pemancingan, maka upaya untuk menekan penyimpangan waktu pada setiap event akan senantiasa diupayakan PENDAHULUAN Ikan tuna/cakalang merupakan salah satu komoditas primadona dibidang perikanan, setidaknya dilihat perannya dalam pangsa ekspor nasional khususnya ekspor komoditas untuk jenis ikan tersebut. Kawasan perairan wilayah Provinsi Maluku merupakan salah satu wilayah Kawasan Indonesia Timur yang sangat potensial akan jenis ikan tersebut, terutama kawasan sekitar Laut Banda yang merupakan salah satu wilayah perairan yang potensial untuk penangkapan ikan tuna/cakalang terutama jenis Tuna Mata Besar (Big eyes Tuna’s) dan jenis Tuna Madidihang (Madidihang Tuna’s). Diperkirakan jenis ikan-ikan tersebut sebagian berasal dari perairan Pasifik Barat yang merupakan ikan-ikan migrasi dan sebagian merupakan ikan-ikan yang berasal dari stok lokal (Suhendrata et al., 1986; Gafa dan Sabani, 1993; Priyanto R. dan Bahar S., 1988). Selama ini produksi ikan tuna maupun cakalang menunjukkan bahwa Kawasan Timur Indonesia seperti Provinsi Maluku dan Irian Jaya merupakan penyumbang produksi ikan tuna maupun cakalang terbesar. Data menunjukkan bahwa besarnya 1 pangsa kedua wilayah Provinsi tersebut terhadap produksi ikan tuna secara nasional adalah sebesar 30,55 persen atau sekitar 41.702 ton , sementara ikan cakalang sebesar 34,85 persen atau sekitar 85.332 ton (Statistik Perikanan Tahun 1999). Produksi ikan tuna cakalang pada dasarnya merupakan hasil proses penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap baik yang bersifat tradisional maupun modern. Alat tangkap yang umum digunakan para nelayan di Kawasan Timur Indonesia salah satunya adalah Pool & Line. Studi yang dilakukan Bustaman S. Dan Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada 7 (tujuh) jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap tersebut, Pool & Line, Long Line dan Troll line merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktip untuk menangkap ikan tersebut. Sementara dalam operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap Pool & Line disamping dibutuhkan sarana alat tangkap berupa kapal, pancing dan umpan berupa ikan hidup juga diperlukan alat bantu Rumpon Dalam sebagai sarana tempat peristirahatan ruaya ikan sekaligus merupakan Fishing Base (tempat pemancingan). Latar Belakang Sasaran utama dari setiap usaha penangkapan ikan dilaut dengan menggunakan jenis alat tangkap apapun adalah adanya suatu keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin sehingga hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan juga mampu mendapatkan keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan tangkapan tersebut. Realisasi dilapangan menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan tidak selalu mendapatkan hasil yang diharapkan. Usaha penangkapan ikan laut merupakan usaha yang tingkat kegagalannya cukup tinggi (Hight Risk), kenyataan yang demikian mengindikasikan bahwa setiap nelayan senantiasa dihadapkan pada masalah kegagalan usaha. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan, diantaranya adalah metode penangkapan yang masih konvensional, mengandalkan gejala alam, kurang cermat dalam memperhitungkan keberhasilan yang sebenarnya dapat diupayakan. Disamping itu dengan tingkat kepadatan tangkap yang semakin tinggi maka risiko kegagalan akan semakin tinggi pula (Nikijuluw dkk., 2001). Dengan demikian untuk menekan risiko kegagalan tersebut maka dalam penangkapan ikan Tuna/Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & Line perlu dibantu dengan Rumpon. Teknologi 2 rumpon pada dasarnya merupakan salah satu teknologi yang mengupayakan nelayan untuk memperkecil resiko kegagalan. Disamping rumpon masih banyak sarana alat bantu lainnya yang fungsi dan kegunaanya adalah juga dalam upaya memperkecil risiko kegagalan uasaha. Mengingat usaha penangkapan ikan dilaut merupakan investesi modal lancar yang tidak sedikit, maka setiap nelayan akan senantiasa berusaha menekan dan memperkecil risiko kegagalan usaha dengan berbagai cara, salah satunya adalah menggunakan alat bantu rumpon. Tujuan Penelitian Studi ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara lengkap tentang halhal yang berkaitan dengan upaya penagkapan ikan tuna/cakalang dengan alat tangkap Pool & Line terutama menyangkut masalah alokasi dan upaya manajemen waktu dalam menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Melalui pengamatan data empiris realisasi penggunaan waktu dan tenaga dari setiap kegiatan dilapangan ( laut dan darat) studi ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana upaya para nelayan dalam “memanage" waktu yang terbatas dalam usaha mencapai keberhasilan penangkapan melalui upaya kegiatan perencanaan, penjadwalan serta pengalokasian sumber-sumber khususnya tenaga kerja, waktu dan biaya dalam mencapai keberhasilan usaha yang berisiko tersebut. Kerangka Pemikiran Perencanaan merupakan salah satu komitmen yang telah disadari perlunya, agar tercapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan dan sasarannya telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu kegiatan perencanaan merupakan rangkaian daripada kombinasi-kombinasi operasi yang didalamnya memperhitungkan segala hambatan dan keterbatasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bahwa untuk mencapai hasil yang diharapkan diperlukan pertimbangan unsur-unsur sumber serta fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang akan dilakukan dari waktu ke waktu sehingga benar-benar seimbang antar kebutuhan waktu, biaya, tenaga serta teknologi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan (Wirakusuma, 1982). Untuk menjaga keseimbangan dari pada waktu , biaya dan tenaga yang dibutuhkan tersebut kegiatan penjadwalan merupakan salah satu hal yang amat penting, terutama untuk mengatasi masalah keterbatasan. Pemanfaatan sumberdaya dapat dilakukan secara efektif dapat dilakukan melalui upaya perencaaan penjadwalan dan 3 pengalokasian secara baik, dimana masalah-masalah yang bakal timbul seperti keterlambatan, kegagalan atau terbengkelainya suatu kegiatan dapat diantisipasi sedini mungkin. Dari permasalahan tersebut dapat ditarik suatu dasar pemikiran bahwa, bagaimanapun juga seseorang yang akan bergerak disuatu kegiatan usaha senantiasa akan dihadapkan pada masalah perencanaan yang baik, dalam arti bahwa perlu adanya estimasi dalam hal perencanaan pengalokasian dan penjadwalan sumberdaya setepat-tepatnya, walaupun dapat saja terjadi bahwa perkiraan-perkiraan yang telah ditentukan sebelumnya ternyata berlainan dari kenyataan. Aktivitas dalam upaya untuk mengatasi dari setiap penyimpangan dari apa yang telah direncanakan merupakan hal yang amat penting untuk mencapai keberhasilan usaha yang lebih baik. Disamping itu memperbaiki kinerja yang telah lalu guna mendapatkan prestasi riil yang semakin baik akan merupakan langkah positip dari setiap usaha, dimana dari sebuah kegiatan manajemen yang baik yang didalamnya tercakup semua aspek tersebut diatas, ditampilkan dalam illustrasi gambar 1. Urutan Prestasi yang sebenarnya Sumber yang ada Skedul yang diramalkan RENCANA ALOKASI Bandingkan yang Diramalkan dengan yang sebenarnya Perkiraan cara Pengawasan manajemen: penyimpangan-penyimpangan Dipakai untuk memperbaiki rencana,alokasi dan jadwal Gambar 1. Proses Pengawasan Manajemen Terhadap Suatu Kegiatan Yang Akan, Sedang Atau Telah Dilaksanakan. 4 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Usaha penangkapan ikan Tuna/Cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & Line, kebutuhan dan ketepatan waktu sangat penting artinya, mengingat bahwa usaha ini merupakan usaha penangkapan yang berkarakteristik “One day fishing”, berangkat sore pulang sore atau berangkat pagi pulang pagi keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan akan ditentukan dalam waktu tersebut. Hal tersebut sangat beralasan, berdasarkan pengalaman nelayan Pool & Line bahwa ketepatan waktu dalam mencapai rumpon merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan tuna/cakalang adalah ketepatan waktu, dalam arti bahwa : Pertama, pada saat tersebut belum ada kapal lain yang mendahului tiba di wilayah penangkapan (rumpon). Kedua, tepat waktu bahwa secara biologis ikan pada saat posisi mencari mangsa/lapar yang menurut informasi para nelayan adalah antara jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi serta antara jam 15.00 sampai denga jam 18.00 sore, Ketiga, memperhitungkan kebutuhan bahan bakar mengingat jarak antara fishing base dengan fishing ground (rumpon) sangat jauh. Dengan demikian maka penjadwalan dan perencanaan dalam alokasi waktu dari setiap kegiatan waktu operasional penangkapan menjadi sangat penting. Dengan demikian perencanaan kebutuhan waktu yang tepat sangatlah diutamakan, dan kegiatan yang demikian merupakan kegiatan yang akan senantiasa diupayakan dalam setiap operasional penangkapan oleh nelayan terutama nelayan Pool & Line. Studi ini dilakukan diwilayah perairan Provinsi Maluku, khususnya perairan disekitar Laut Banda, khususnya Desa Tulehu –Ambon yang merupakan salah satu sentra nelayan Pool & Line. Pengamatan dilakukan langsung pada setiap aktivitas penangkapan pada sebuah kapal Pool & Line baik kegiatan di darat maupun di laut. Dimana setiap jenis kegiatan yang ada dalam usaha penangkapan ikan tersebut dicatat terutama menyangkut kebutuhan waktu maupun alokasi tenaga yang terlibat didalamnya, sehingga didapatkan suatu keragaan rentang data empiris kebutuhan waktu dan tenaga dalam kegiatan penangkapan ikan Tuna/Cakalang tersebut. Metode Analisa Kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap apapun jenisnya, pada dasarnya merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas yang didalamnya terdapat 5 kegiatan yang langsung berhubungan dengan penangkapan itu sendiri, maupun kegiatan yang tidak langsung dengan penangkapan ikan. Untuk mengetahui sampai sejauhnama tingkat efisiensi alokasi waktu yang dibutuhkan maupun tingkat kekritisan dalam memanfaatkan waktu dalam usaha penangkapan ikan tuna/cakalang dengan mengggunakan alat tangkap Pool & Line maka melaui metode PERT (Program Evaluation Review Technique) dicoba digunakan untuk menelaah dan mengevaluasi kegiatan tersebut dimana seperti telah dijelaskan bahwa dari setiap kegiatan atau event senantiasa menekankan pada aspek kebutuhan dan ketepatan waktu yang mana metode tersebut lebih merupakan metode manajemen yang mencoba menampilkan suatu kegiatan yang ditampilkan melalui visualisasi bahasa simbol dari setiap aktivitasnya (Moore & Hendrich,1977; Kirkpatrick & Levin, 1972 ; Lester R.B., 1978). PERT juga merupakan alat perencanaan dan control dari pelaksanaan suatu aktivitas yang bertujuan untuk menekan kendala dan hambatan sekecil-kecilnya, disamping juga merupakan alat untuk melakukan koordinasi dari bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan pekerjaan guna mencapai keberhasilan kegiatan sesuai dengan apa yang direncanakan. Metode tersebut diterapkan pada suatu kegiatan yang memiliki karakteristik kegiatan yang bersifat rutin dan terus-menerus seperti kasus penangkapan ikan dengan sistem rumpon tersebut (Martino R.L., 1974). Metode ini lebih menekankan data yang diambil berdasarkan realisasi alokasi waktu yang dibutuhkan dalam suatu aktivitas atau melalui proses pengalaman penggunaan waktu dalam suatu aktivitas. Sehingga apabila kebutuhan waktu dari semua aktivitas dapat diketahui maka dapat ditentukan mana aktivitas yang mempunyai “lintasan kritis” (Critical Path). Dengan demikian kegiatan secara keseluruhan akan terganggu manakala terdapat kegiatan- kegiatan yang ada pada jalur tersebut mengalami hambatan. Artinya keberhasilan suatu kegiatan ditentukan oleh keragaan aktivitas dari setiap jenis pekerjaan atau kegiatankegiatan yang ada pada semua jalur tersebut. Hal ini tentu berimplikasi bahwa menangguhkan setiap aktivitas yang ada pada jalur lintasan kritis tersebut berarti akan terjadi keterlambatan suatu kegiatan secara keseluruhan. Secara matematis menyelesaikan suatu aktivitas dapat diformulasikan sebagai berikut: a) ESJ = MAX ( ESl + Dij) ................................................................................. (1) i b) LSl = MIN (LFl + Dij) .................................................................................... (2) i c) TFij = LFj - ESl - Dij ................................................................................ (3) 6 dimana : I = Nomor kejadian yang merupakan permulaan dari suatu aktivitas j = Nomor kejadian yang merupakan akhir dari suatu kegiatan Dij = Lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas i – j ES = Waktu paling pagi untuk memulai suatu aktivitas EF = Waktu paling pagi untuk suatu aktivitas dapat diselesaikan LS = Waktu paling lambat untuk memulai suatu aktivitas LF = Waktu paling lambat untuk suatu aktivitas dapat diselesaikan TF = Total kelonggaran waktu PEMBAHASAN MASALAH Keragaan Umum dan Aktivitas dalam Penangkapan. Pool & Line (Huhate) merupakan salah satu jenis alat tangkap yang umumnya berupa satu unit kapal penangkap ikan yang dalam operasi penangkapan ikan dibantu dengan menggunakan alat tangkap bantu berupa pancing, umpan hidup dan rumpon. Peralatan lain yang diperlukan dalam usaha penangkapan ikan tuna/cakalang oleh alat Pole & Line adalah ketersediaan palka dalam kapal yang berfungsi sebagai penyimpan ikan umpan hidup, juga berfungsi sebagai penampung ikan hasil pancingan. Selain palka kapal, peralatan lain yang cukup penting adalah teropong yang berfungsi sebagai pencari lokasi rumpon, kompas dan alat-alat lain yang berperan secara tidak langsung. Usaha penangkapan ikan laut menggunakan alat tangkap Pool & Line, pada dasarnya merupakan satu unit usaha yang melibatkan beberapa tenaga kerja ABK (Anak Buah Kapal) yang terstruktur sesuai dengan keahlian masing-masing yang jumlahnya bervariasi sesuai dengan ukuran besarnya kapal. Secara struktur pekerjaan, peranan nahkoda disamping berfungsi sebagai kapten sekaligus pengemudi kapal yang juga berperan rangkap sebagai manajer penangkapan yang secara langsung bertanggung jawab pula terhadap keberhasilan usaha penangkapan ikan dilaut. Sementara tenaga kerja (ABK) lainnya merupakan tenaga kerja biasa yang memiliki dua klasifikasi yaitu pertama: adalah tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus seperti ahli umpan, ahli pancing, ahli mesin, ahli masak. Kedua, tenaga kerja biasa yang berfungsi sebagai pembantu pemancing, pembersih palka kapal maupun ikan hasil tangkapan dan kegiatan sejenisnya. Manurung et al., (1993) menjelaskan bahwa struktur tenaga kerja yang demikian pada akhirnya akan berpengaruh terhadap aturan main yang didalamnya tidak saja terhadap pembagian tugas dan tanggung jawab, namun juga akan berpengaruh terhadap 7 pembagian pendapatan hasil. Secara fungsional dalam usaha penangkapan ikan laut secara umum melibatkan tiga faktor utama yaitu, Pertama: kapal dan alat tangkap yang berperan sebagai sarana dan alat dan teknologi untuk menangkap ikan, Kedua: sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang melalui berbagai keahlian adalah merupakan sumberdaya tenaga kerja utama dalam melakukan usaha penangkapan dan Ketiga: adalah perbekalan yang terdiri dari bahan bakar, lauk-pauk dan perbekalan lainnya yang merupakan sarana pokok untuk untuk mendukung kegiatan usaha penangkapan ikan. Secara kepemilikan dalam satu unit kapal penangkap ikan yang didalamnya melibatkan banyak tenaga kerja maka secara umum akan terdiri dari dua kelompok nelayan, yaitu pertama, kelompok nelayan pemilik sarana kapal dan alat tangkap selaku pemilik modal usaha yang secara umum disebut “Juragan”, dan kedua, adalah kelompok nelayan buruh, yaitu nelayan bukan pemilik namun berperan sebagai pelaksana dalam usaha penangkapan ikan dilaut (ABK). Hal yang demikian terdapat pula dalam sistem penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap Pool & line, khususnya diwilayah lokasi contoh. Adanya strata-strata baik dalam pembagian tugas dan tanggung jawab antar ABK, maupun adanya strata dalam penguasaan modal usaha, hal ini tentu akan berimplikasi terhadap aturan main dalam hal pembagian kerja maupun pembagian hasil (Bagen). Illustrasi sederhana dari aturan main yang tercermin lewat pembagian hasil maupun pembagian tanggung jawab ditampilkan dalam illustrasi 2 dibawah. Illustrasi tersebut juga dapat dilihat pada hasil studi yang dilakukan oleh Manurung, et al., (1990); Nikijuluw PH et al., (1997) maupun Racmat et al., (1994). Peranan Bagan dan Rumpon. Karakteristik yang cukup menonjol dalam usaha penagkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & line adalah digunakannya ikan umpan hidup dan rumpon. Dalam upaya mendapatkan ikan umpan hidup masih diperlukan alat bantu berupa “Bagan” sebagai alat penangkap ikan umpan hidup tersebut. Nelayan bagan berfungsi sebagai pemasok ikan umpan, sementara nelayan kapal Pool & Line merupakan konsumen ikan umpan dengan demikian keduanya merupakan sisi penting dalam satu sistem usaha penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & line. Nelayan bagan dan nelayan Pool & Line merupakan dua karakteristik usaha penangkapan ikan yang berbeda, namun dalam sistem usaha 8 penangkapan ikan tuna dan cakalang keduanya merupakan dua kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Studi yang dilakukan oleh Gaffa dan Sabani (1991), menunjukkan bahwa bagan merupakan salah satu alat tangkap ikan terutama jenis-jenis ikan permukaan seperti ikan teri (Stelaphorus spp), ikan kembung (Restralliger spp) dan ikan sardin (Sardinella spp). Yang mana ketiga jenis ikan tersebut dapat digunakan sebagai ikan umpan untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Dalam usaha penangkapan ketiga jenis ikan tersebut menggunakan bagan yang umumnya dibantu dengan menggunakan lampu petromaks sebagai alat bantu penerang lokasi untuk pengumpul ikan. Ada dua jenis alat tangkap bagan yang sering digunakan yaitu (1) bagan tancap yang bersifat permanen, dan (2) bagan perahu yang lebih bersifat mobile dapat berpindah-pindah. Penulis yang sama juga mengemukakan bahwa terdapat delapan wilayah penangkapan ikan umpan di Provinsi Maluku yang tersebar di 29 (duapuluh sembilan) lokasi yaitu seperti ditampilkan dalam Tabel 1. Berdasarkan hasil pengamatan tim penelitian dari Universitas Pattimura menunjukkan bahwa secara geografis penyebaran Fishing Ground/Fishing Base untuk penangkapan ikan Tuna/Cakalang maupun penyebaran daerah penangkapan ikan umpan di perairan Laut Seram maupun Laut Banda tersebar di wilayah selatan dan timur P.Aruba, disamping itu juga tersebar disebelah barat P. Seram. Secara lengkap informasi tersebut ditampilkan dalam gambar peta 1. Tabel 1. : Penyebaran Daerah Penangkapan Ikan Umpan di Wilayah Perairan Provinsi Maluku No. Wilayah Lokasi 1. Ambon dan sekitarnya - Teluk Ambon, Batu Gong dan Tulehu 2. P. Seram - Seram Barat dan Seram Timur 3. P. Buru - Teluk Namlea 4. P. Saparua - Paperu, Haria, Tahaha, Mahu 5. P. Sanana - Bajo, Pastabulu, Pasipa, Taliabu Timur 6. P. Bacan - Baturaja, Tawabi, Nondang, Kampung Baru 7. P. Tidore/P.Ternate - Buli, Kayoa, Gurapi, Galala, Akra, Weda 8. P. Tual - Selayan, Fidatan, Sithaen Sumber: Gaffa dan Sabani (1991) 9 Upaya penangkapan ikan tuna/cakalang dapat dilakukan dengan berbagai cara, informasi yang didapatkan dari para nelayan menunjukkan bahwa penangkapan ikan Tuna/Cakalang dapat dilakukan dengan penangkapan bebas dengan menggunakan tanda-tanda alam seperti pada sekawanan ikan lumba-lumba diperairan bebas yang umumnya juga terdapat ikan tuna/cakalang, atau disekitar benda-benda yang terhanyut di tengah laut seperti batang kayu, atau sekelompok burung yang sedang memburu ikan ditengah laut yang mana ketiga contoh tersebut umumnya digunakan nelayan untuk “menduga” bahwa ditempat tersebut terdapat ikan buruan (tuna/cakalang). Studi yang dilakukan oleh Gaffa B. et al., (1987) menunjukkan bahwa rumpon selain berfungsi sebagai alat bantu pengumpul ikan tuna cakalang dan ikan-ikan lainnya, juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan ikan tersebut untuk bermigrasi, sehingga ikan akan dapat berada diperairan disekitar rumpon lebih lama atau menahan ikan tuna/cakalang paling tidak sekitar 3(tiga) bulan lamanya. Sementara studi yang telah dilakukan oleh Sabani W. (1986) menjelaskan bahwa keberadaan rumpon dalam sebenarnya telah lama dikenal oleh para nelayan, seperti halnya nelayan disekitar Teluk Tomini mengenalnya jenis alat ini dengan sebutan “Rompong Lompo”, sementara nelayan di Teluk Bone, Teluk Mandor dan nelayan disekitar Luwu menyebutnya sebagai “Rompong Mandor” dan adapula yang menamakannya “Payaos”. Namun kesemuanya tersebut adalah merupakan rumpon laut dalam yang ditekankan untuk menangkap ikanikan jenis pelagis besar terutama tuna dan cakalang. Rumpon laut dalam merupakan alat yang terdiri dari pelampung yang dihubungkan dengan pemberat kedalam/dasar laut lewat seutas tali. Adapun pelampung umumnya terbuat dari plat besi/aluminium yang berbentuk ponton atau perahu, tali pengikat terbuat dari nylon atau tali baja, sedangkan pemberatnya terbuat dari cor-coran semen atau jangkar. Jarak antara pelampung dan pemberat yang dihubungkan denga tali tersebut umumnya diberi “Atraktif” berupa rumbai-rumbai daun sagu, ban bekas atau benang rafia. Sabani W. (1986) juga mengemukakan bahwa upaya penangkapan ikan laut dengan menggunakan rumpon laut dalam, hasilnya akan lebih baik, dapat menghemat bahan bakar karena kawanan ikan yang menjadi faktor utama yang dicari dalam setiap usaha penangkapan ikan telah terkonsentrasi dalam satu titik/tempat yaitu disekitar rumpon. Oleh karena nelayan tidak perlu lagi mencari daerah penangkapan yang kadang 10 memerlukan banyak biaya, waktu dan tenaga, selain itu hari operasi per ”trip” dapat diperpendek. Dalam keadaan kompetisi yang semakin tajam antar nelayan dalam berburu ikan di laut, maka menjadikan rumpon sebagai salah satu alternatif penting untuk membantu keberhasilan usaha penangkapan ikan. Disamping berfungsi sebagai alat bantu pengumpul ikan, lokasi rumpon sekaligus dipandang sebagai pusat tujuan berburu dan memancing ikan, artinya bagi nelayan Pool & Line saat ini tidak lagi mengejar tandatanda alam seperti tersebut diatas, melainkan mengandalkan rumpon sebagai “Fishing ground", untuk menangkap/memancing ikan. Analisis Manajemen Kebutuhan Waktu Kegiatan penangkapan ikan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan yang didalamnya tidak semata-mata membutuhkan biaya/dana dan tenaga, melainkan juga membutuhkan waktu dari setiap “event” kegiatan. Secara umum ada tiga kegiatan utama dalam proses penangkapan ikan dengan menggunakan alat Pool & line, yaitu : Pertama, tahap persiapan yang ditandai dengan beberapa kegiatan pokok antara lain pengisian bahan bakar, pengadaan ransum lauk pauk untuk kebutuhan nelayan ABK, pengisian es sebagai bahan pengawet mutu ikan dan persiapan sarana alat tangkap termasuk didalamnya pengisian ikan umpan hidup serta kegiatan persiapan sarana pendukung lainnya seperti mempersiapkan bahan makanan dan lauk-pauk untuk kebutuhan konsumsi ABK selama di perjalanan. Kedua, tahap proses penangkapan, dalam tahap ini aktivitas yang ada antara lain menyiapkan sarana pemancingan termasuk ikan umpan sampai dengan proses pemancingan yang terdiri dari penebaran ikan umpan, memancing, membersihkan dan memasukkan ikan hasil tangkapan kedalam palka kapal sampai dengan membersihkan dan merapihkan geladak kapal dan peralatan penangkapan lainnya (ember, jaring, pancing, dll). Ketiga, tahap pembongkaran ikan hasil tangkapan dan proses pemasaran. Dalam tahapan ini aktivitas yang ada didalamnya antara lain membongkar dan mengangkut ikan hasil tangkapan dari dalam palka kapal ke atas mobil pengangkut serta membersihkan geladak dan palka kapal. 11 Semua aktivitas proses penangkapan ikan laut adalah merupakan suatu jaringan kerja (“net work”) yang saling kait mengkait secara berurutan antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kronologis data runtut waktu yang dibutuhkan pada setiap event kegiatan penangkapan ikan tuna/cakalang di wilayah perairan Maluku menunjukkan bahwa dari ketiga tahapan utama penangkapan ikan tersebut diatas, terdapat 26 (duapuluh enam) jenis aktivitas. Sepuluh aktivitas terdapat pada tahapan pertama dengan kebutuhan total waktu sebanyak 1230 menit, tahapan kedua juga terdapat 14 (empat belas) dengan kebutuhan waktu sebanyak 1945 menit, dan tahapan ketiga adalah tahap pembongkaran hasil tangkapan terdiri dari 2 aktivitas yang memiliki durasi waktu sebesar 90 menit. Dengan demikian dalam satu siklus penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & Line dibutuhkan waktu secara total sebesar 1835 menit atau setara dengan 30,5 jam/trip. Hasil analisis perincian dan alokasi waktu dari setiap event dalam usaha penangkapan ikan laut dengan alat tangkap Pool & Line secara lengkap ditampilkan dalam tabel lampiran 1. Dengan asumsi bahwa angka tersebut sangat ditentukan oleh kecepatan laju kapal, jarak antara fishing base dengan fishing ground dan kondisi lainnya seperti cuaca, keadaan ombak dan arus laut yang tentu saja akan berpengaruh terhadap laju kecepatan kapal. Dari keragaan aktivitas serta besarnya waktu yang dibutuhkan dalam setiap aktivitas (event) tersebut maka berdasarkan hasil analisis jaringan kerja (network) , maka telah dihasilkan suatu mata rantai jaringan kerja usaha penangkapan ikan tuna/cakalang yang illustrasinya ditampilkan dalam bentuk visual gambar 2. Dari illustrasi tersebut dapat diketahui bawa dari beberapa rangkaian aktivitas yang membentuk suatu jaringan kerja melalui bentuk visual pada intinya dapat diketahui bahwa: Pertama, masing-masing kegiatan membutuhkan waktu untuk menyelesaikan suatu aktivitas sesuai dengan kebutuhan lamanya kegiatan tersebut dibutuhkan. Kedua, Kegiatan yang satu senantiasa sangat tergantung oleh terselesaikannya kegiatan atau pekerjaaan lain yang mendahuluinya sebelum pekerjaan berikutnya dimulai. Ketiga, suatu kegiatan yang akan dimulai dapat ditentukan oleh lebih dari satu kegiatan yang mendahuluinya atau setelah suatu kegiatan telah selesai, dapat dilanjutkan oleh beberapa kegiatan secara bersamaan berikutnya (Burst event). Keempat, terdapatnya "jalur kritis" sebagai akibat dari adanya aktivitas atau kegiatan yang tidak memiliki kelonggaran waktu samasekali, yang mana “jalur kritis” tersebut merupakan aktivitas penentu kelancaran pekerjaan 12 dalam usaha menangkap ikan dilaut. Kelima, terdapatnya kelonggaran waktu (“Float”) pada beberapa aktivitas. Secara terperinci jenis kegiatan yang memiliki kelonggaran maupun yang merupakan kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis dalam usaha penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & Line ditampilkan dalam illustasi gambar 2. Sementara urutan jenis kegiatan berdasarkan jadwal dan waktu yang dibutuhkan secara lengkap ditampilkan dalam Tabel lampiran 1 dan lampiran 2. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Usaha penangkapan ikan tuna/cakalang dengan menggunakan alat tangkap Pool & line merupakan serangkaian kegiatan usaha penangkapan ikan yang membutuhkan kerjasama beberapa tenaga kerja yang memiliki spesifikasi profesi yang berbeda-beda yang membutuhkan kecermatan dalam mengalokasi waktu dari setiap aktivitasnya. Terhambatnya satu jenis aktivitas akan berpengaruh terhadap keseluruhan aktivitas yang dapat mengganggu keberhasilan usaha penangkapan. Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan tuna cakalang Dengan menggunakan alat tangkap Pool & line tidak hanya ditentukan oleh besarnya biaya dan tenaga yang ada, namun yang utama memperhitungkan kondisi biologis ikan buruan seperti saat-saat ikan dalam kondisi lapar. Yang mana moment-moment tersebut sangat diperhitungkan oleh para nelayan. Kedaan yang demikian menjadikan “waktu” merupakan suatu hal yang sangat diperhitungkan. Mengingat waktu menjadi suatu hal yang sangat diperhitungkan dalam upaya mencapai keberhasilan usaha, maka untuk mendukung hal tersebut diperlukan peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia (ABK) dalam meningkatkan ketrampilan profesinya maupun manajemen yang berkaitan dengan penggunaan serta pemeliharaan body maupun mesin kapal yang dapat diandalkan, serta tersedianya teknologi yang berkaitan dengan alat-alat bantu lainnya seperti alat Bagan, Rumpon maupun ketrampilan pemancingan bagi anak buah kapal. 13 DAFTAR PUSTAKA Anonim (19.) ; Penyebaran Daeran Penangkapan Ikan Umpan di Peraira Maluku, Universitas Patimura. Bachtiar Gaffa, Toto Suhendrata dan UCB. Uktolsedia, (1987); Penandaan Ikan Cakalang dan Mandidihang di sekitar Rumpon di Teluk Tomini, Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 43. Bachtiar Gaffa dan Waluyo Sabani, (1993); Studi Pengaruh Rumpon Terhadap Pe rilaku Ruaya Ikan Cakalang dan Mandidihang dengan Metode Taging di Kawasan Indonesia di Kawasan Indonesia Timur; Jurnal Perikanan Laut No. 73. Bachtiar Gaffa dan Waluyo Sabani, (1991); Alat tangkap, Musim Penangkapan, Daerah Penangkapan, Tingkat Pemanfaatan dan Prospek Pengembangan Sumberdaya Ikan Umpan Hidup di Perairan Maluku; Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.61. Bastaman S. dan Hurasan S. (1997); Perspektif Pengembangan Teknologi Penang kapan dengan Kapal Ikan Cakalang di Maluku; Prosiding Dinamika Sumberdaya dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Biro Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perikanan , Thn 2000; Perikanan Dalam Angka. Buffa ES, ( 1980); Modern Production/ Operation John Willey & Sons. Inc. Management, Sixth Edition, Kirkpatrick CA. Dan Levin R. (1972) Perencanaan dan Pengawasan dengan Mengunakan Metode PERT/CPM, Seri Manajemen No.5. Manurung VT. , Winarso B., Erizal J., Siagian V., Supriatna Y., Dan Zulham A. (1997); Laporan Hasil Penelitian Studi Prospek dan Kendala Investasi Usaha Perikanan Budidaya dan Penangkapan Ikan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Martino RL.,(1974); Perencanaan Operasional yang Diterapkan, Seri Manajement No. 13, Penerbit LPPM – Yogyakarta. Moore FG, (1977); Production Management Sevent Edition, Richard D. Irwin Inc Nikijuluw V., Basuno E, Winarso B, dan Nurasa C.(2000); Analisis Bio Ekonomi Pada Kawasan Padat dan Jarang Penangkapan di Perairan Indonesia, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. Priyanto R. dan Bahar S. (1988); Pengkajian Daerah Penangkapan Madidihang dengan Alat Rawai Tuna di Perairan Indonesia; Jurnal Penelitian Perikanan Laut , No. 47. 14 Rachmat M., Manurung VT., Hadi PU., Winarso B. dan Sugiarto (1995); Prospek Pengembangan Agribisnis Perikanan Laut; Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. RB.,Lester (1978); Encyclopedia of Profesional Management, Mc. Grow – Hill. Tato Suhendrata, Sedana MIG., dan Gaffa B. (1986);Pendugaan Pertumbuhan dan Pergerakan Ikan Cakalang Yang di Beri Tanda di Perairan Indonesia Timur ; Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 35 Tato Suhendrata dan Safri Bahar (1986); Daerah Penangkapan Rawai Tuna di Perairan Indonesia dan Kemungkinan Pengembangannya; Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.37. Waluyo Sabani (1986); Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos Dalam Perikanan Indonesia; Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 35. 15 Tabel Lampiran 2 : Jenis Aktivitas a b c d f g e j l k h i m n o p q r s u t v w x y z Perincian Waktu Dan Kelonggaran Dalam Proses Penangkapan Ikan Tuna/Cakalang Dengan Alat Tangkap Pool & Line di Provinsi Maluku Waktu yang dibutuhkan (menit) 30 60 210 60 30 30 60 90 120 15 540 30 0 45 30 45 30 30 60 20 120 720 0 90 90 540 45 45 Menit ke Mulai Selesai awal akhir (ESl) (EFij) 0 30 90 90 90 120 150 300 300 420 300 435 465 390 435 840 885 915 945 1005 1025 1025 1745 1025 1115 1205 1745 1790 30 90 300 150 120 150 210 390 420 435 840 465 465 435 465 885 915 945 1005 1025 1145 1745 1745 1115 1205 1745 1790 1835 Menit ke Mulai Selesai lambat lambat (LSl) (LFij) 0 30 90 240 270 270 240 675 675 795 300 810 840 765 840 840 885 915 845 1005 1625 1025 1745 1025 1115 1205 1745 1790 16 30 90 300 300 300 300 300 765 795 810 840 840 840 810 840 885 915 945 1005 1025 1745 1725 1745 1115 1205 1745 1790 1835 Total waktu longgar (TFij) 0 0 0 150 180 150 90 375 375 375 0 375 375 275 375 0 0 0 0 0 600 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur kritis Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur longgar Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur longgar Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Jalur kritis Keterangan: = waktu yanag dibutuhkan = nomor aktivitas = waktu paling pagi untuk memulai aktivitas = waktu paling lambat untuk memulai aktivitas = jenis aktivitas 0 0. 000 60 45 (O)0. 30 (A) 0 000 60 (B) 1 30 30 7 240 150 795 430 (D) 60 30 8 810 435 9 840 465 (K) (E) 120 (I) 210 (C) 2 15 4 (L) 0 540 (H) 5 11 90 90 840 840 300 300 30 (F) 30 (G) 90 (J) 6 10 45 (M) 3 765 390 45 45 (G) 30 (N) 810 435 270 120 12 885 885 17 30 (P) 13 915 915 120 30 14 (Q) 945 945 ( 60 ® 15 20 16 1005 1005 (S) 1025 1025 (U) 1145 1145 720 0 45 20 (T) 90 (V) 90 18 (W) 1115 1115 540 (x) 1745 1745 45 22 21 (Y) 1790 1790 (Z) 1835 1835 19 1205 1205 Ilustrasi Gambar 2. Bagan Jaringan Kerja Penangkapan Ikan Tuna/Cakalang dengan Alat Tangkap 1Pole & Line di Maluku, 1997 19 Tabel Lampiran 1. Nomor aktivitas Jenis aktivitas 0-1 1-2 2-5 2-4 4-5 a b c d e 2-3 f 3-5 g 5-11 5-7 5-6 h i j 7-8 k 8-9 l 6-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 15-16 16-20 16-17 m n o p q r s t u 16-18 18-19 19-20 v w x 20-21 y 21-22 z Jenis Kegiatan Berdasarkan Jadwal Dan Waktu Yang Dibutuhkan Dalam Proses Penangkapan Ikan Tuna/Cakalang Dengan Kapal Pole & Line di Maluku, 1997 Waktu Jadwal Tenaga yang Kegiatan kerja dibutuh Uraian Kegiatan Mulai Selesai terlibat kan (orang) jam jam (menit) TAHAP PERSIAPAN 20 16.30 17.00 Isi es + kebutuhan ransum 30 5 17.00 18.00 Isi bahan bakar solar 60 25 18.00 21.30 Perjalanan menuju bagan 210 3 18.00 19.00 Persiapan makan malam 60 25 19.00 20.00 Makan malam (secara bergantian) 60 termasuk di dalamnya membereskan 7 21.00 21.30 peralatan dapur. 30 Persiapan pengisian umpan dan 23 21.30 22.00 pengisian air laut ke palka tempat umpan. 30 Pengambilan umpan (+ 45 ember, jenis umpan ikan puni dan ikan make), pengangkutan umpan dari bagan ke 25 22.00 07.00 540 palksa dilakukan secara estafet. Perjalanan menuju rumpon (fishing 3 05.00 07.00 120 ground). 3 05.20 07.00 90 Pendeteksian rumpon. Persiapan konsumsi untuk makan pagi. 23 07.00 07.15 15 TAHAP PENGAMBILAN IKAN Pengambilan ikan pada rumpon I (kegiatan meliputi menjaring dan 15 07.15 07.45 30 membuang ikan umpan dilakukan oleh 5 tenaga dan memancing ikan 18 orang. 25 07.45 08.30 45 Membersihkan ikan, memasukkan ikan ke 3 08.30 09.00 20 palka dna membersihkan geladak kapal. 25 07.45 08.30 45 Makan pagi secara bergiliran. 27 08.00 08.30 30 Membersihkan alat dapur. 15 08.30 09.00 30 Perjalanan ke rumpon II. 25 08.30 10.00 60 Pemancingan pada rumpon II. 18 09.00 10.20 20 Membersihkan ikan 25 12(60) 10.00 22.10 Perjalanan ke rumpon III 23 10.10 22.00 120 Pemancingan di rumpon III Perjalanan pulang Pembersihan geladak kapal, palka umpan 20 10.30 11.15 90 dan merapihkan peralatan tangkap, 25 12.00 13.30 90 mandi, cuci, dan lain-lain. 24 13.20 10.30 9(60) Persiapan makan siang Makan siang secara estafet Istirahat dalam perjalanan (Untuk sebagian ABK) smapai kapal mendarat. TAHAP PEMBONGKARAN DAN PEMASARAN IKAN Kapal merapat di TPI, membongkar dan menurunkan ikan hasil tangkapan. Membersihkan palka dan geladak kapal dilanjutkan istirahat. 20 45 10.30 11.15 20 45 11.15 12.00 25