65 PENENTUAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS JACOBIAN

advertisement
PENENTUAN NILAI EIGEN DARI MATRIKS JACOBIAN REDUKSI
PADA SISTEM INTERKONEKSI SUL-SEL
DENGAN METODE MODAL ANALYSIS
A.Muhammad Syafar
Teknik Infomatika, STMIK AKAB
[email protected]
ABSTRAK
Pada Penelitian ini mengangkat judul tentang penentuan nilai Eigen pada Sistem SUL-SEL
dengan Metode Modal Analysis. Dimana penelitian ini menitikberatkan pada lingkup transmisi 150
kV. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil tegangan pada sistem interkoneksi SUL-SEL
dan untuk menentukan nilai Eigen dari Matriks Jacobian Reduksi berdasarkan metode modal
analysis
Metode Modal Analysis diharapkan diperoleh gambaran yang jelas tentang kestabilan
tegangan pada sistem Sulawesi Selatan. Analisa kestabilan ini diperlukan dalam perencanaan
kedepan, jika pada sistem Sulawesi Selatan akan ditambahkan beban baru. Metode modal analysis
dapat menentukan kestabilan sistem. Dimulai dengan menghitung nilai eigen terkecil dari matriks
Jacobian Reduksi, besar dari nilai eigen ini memberikan ukuran kedekatan sistem untuk menjadi
collapse
Hasil pengamatan dan analisis pada penelitian tersebut adalah diperoleh profil tegangan
dari setiap bus terlihat bahwa bus nomor 29 yakni Bus Tello 70 adalah bus yang memiliki tegangan
yang paling rendah dibandingkan dengan bus-bus yang lain, yakni sebesar 0.94 pu. Dan nilai eigen
(  ) dapat dilihat bahwa keseluruhan bus beban memiliki   0 yang berarti semua bus memiliki
tegangan sistem yang stabil.
Kata Kunci :Modal Analysis, Nilai Eigen
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan voltage collapse adalah
suatu masalah yang serius dalam sistem
kelistrikan pada banyak negara. Masalah ini
sangat penting sekali dalam pengoperasian
dan perencanaan sistem tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik dikatakan dalam
kondisi stabil bila seluruh variabel
keadaannya stabil, baik tegangan bus atau
frekuensi sistem. Stabilitas tegangan sangat
bergantung
pada
kemampuan
sistem
mempertahankan kondisi tegangan pada
seluruh bus, baik dalam keadaan operasi
normal maupun setelah terjadi gangguan.
Pada Penelitian ini kami akan
mengambil Sistem Interkoneksi Sulawesi
Selatan tegangan 150 kV sebagai sistem yang
akan kami analisa kestabilan tegangannya.
Metode Modal Analysis diharapkan diperoleh
gambaran yang jelas tentang kestabilan
tegangan pada sistem Sulawesi Selatan.
Analisa kestabilan ini diperlukan dalam
perencanaan kedepan, jika pada
sistem
Sulawesi Selatan akan ditambahkan beban
baru.
Metode
modal
analysis
dapat
menentukan
kestabilan sistem. Dimulai
dengan menghitung nilai eigen terkecil dari
matriks Jacobian Reduksi, besar dari nilai
eigen ini memberikan ukuran kedekatan
sistem untuk menjadi collapse
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini penulis akan
merumuskan masalah ini adalah :
1. Bagaimana menentukan profil
tegangan pada sistem interkoneksi
SUL-SEL?.
2. Bagaimana menentukan nilai Eigen dari
Matriks Jacobian Reduksi berdasarkan
metode modal analysis?
65
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan :
1. Untuk menentukan profil tegangan pada
sistem interkoneksi SUL-SEL.
2. Untuk menentukan nilai Eigen dari
Matriks Jacobian Reduksi berdasarkan
metode modal analysis?
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Studi Aliran Beban
Studi aliran beban sangat penting
dalam perencanaan perluasan sistem tenaga
serta untuk menentukan operasi normal dari
sistem yang telah ada. Informasi penting yang
diperoleh dari penyelesaian studi aliran beban
adalah tegangan bus serta aliran daya yang
melalui
jaringan
transmisi
yang
menghubungkan masing-masing bus.
Tiap bus dalam sistem tenaga
mempunyai empat besaran yaitu daya nyata
(P), daya reaktif (Q), tegangan bus (V) dan
sudut phasa
Dalam penyelesaian
masalah aliran beban, dua dari besaranbesaran ini ditentukan sebelumnya dan
sisanya diperoleh melalui perhitungan. Tiap
bus diklasifikasikan dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Bus beban atau load bus (bus P-Q)
Pada bus ini daya aktif dan daya reaktif
diketahui, dan biasanya nilai yang
digunakan berdasarkan pencatatan dalam
operasi sistem atau dengan pengukuran.
Sedangkan magnitude tegangan bus dan
sudut fasa tegangan dihitung.
2. Bus Generator (bus P-V)
Bus generator adalah bus dimana besar
tegangan (V) dan daya aktif (PG)
ditentukan. Adapun besar tegangan
haruslah sesuai dengan tegangan yang
dibangkitkan dan daya aktif ini tetap
dijaga sepanjang perhitungan. Dalam hal
ini yang ingin diketahui adalah daya
reaktif pembangkit (QG) dan sudut fasa
pada tegangan bus.
3. Slack Bus
Biasanya bus 1 yang didefinisikan sebagai
slack bus, namun sebaiknya bus dengan
kapasitas pembangkitan daya terbesar
dipilih sebagai slack bus, sebab pada bus
ini berfungsi untuk mencatu rugi-rugi dan
kekurangan daya pada jaringan. Sudut
tegangan dari slack bus merupakan
referensi untuk sudut tegangan semua bus
lainnya. Kuantitas yang diketahui adalah
magnituda tegangan dan sudut tegangan
II.2 Modal Analysis
Gao dkk (1992) mengemukakan teknik
analisis modal, menerapkannya pada matriks
Jacobian reduksi untuk memperoleh batas
stabilitas tegangan dengan factor partisipasi
daya reaktif. Untuk memperoleh nilai eigen
terkecil dan vector eigen pasangannya
digunakan teknik komputasi metode simultan
IILSI ( Implicit Inverse Loopsided
Simultaneous Iteration).
Morison dan Kundur
telah
menemukan teknik untuk memprediksi
terjadinya voltage collapse pada sistem,
teknik ini dikenal dengan nama : Modal
Analysis. Dasar dari metode ini adalah
menghitung nilai eigenvalue yang paling kecil
dan eigenvector dari matriks Jacobian sistem.
Eigenvalue dihubungkan dengan bentuk
perubahan tegangan dan daya reaktif.
Stabilitas sistem dapat dievaluasi
dengan mengecek keadaan dari nilai eigen
yang ada. Jika semua nilai eigen bernilai
positif maka sistem dikatakan stabil,
sedangkan sistem dikatakan tidak stabil jika
nilai eigen bernilai negatif. Nilai eigen dari
matrik
Jacobian
yang bernilai
nol
menandakan bahwa sistem berada dalam
batas ketidakstabilan (sistem akan collapse).
Potensi voltage collapse dapat
diprediksi melalui evaluasi dari nilai eigen
yang paling minimum. Besar dari nilai eigen
yang minimum menandakan seberapa
dekatnya sistem menjadi collapse. Dengan
menggunakan faktor partisipasi, bus atau
node yang paling lemah dapat ditentukan .
Modal Analysis sangat tergantung pada
matrik Jacobian dari study aliran daya.
Persamaan aliran daya Newton-Raphson
sebagai berikut :
P   J11 J12   
Q    J J  V 
   21 22   
……………………………………(1)
Dengan asumsi P = 0, diperoleh :
P  0  J11  J12 V ,
66
1
11
12
   J J V
…………………………….(2)
dan
Q  J 21  J 22 V
………………………………………………
…….(3)
Subtitusi persamaan (2) dan (3) diperoleh
Q  J R V
......................................................... (4)
Dimana :

1

J R  J 22  J 21 J11 J12
JR adalah matrik Jacobian Reduksi dari
sistem
Persamaan (4) dapat dituliskan menjadi :
1
V  J R Q ………………................
(5)
Matriks JR merepresentasikan hubungan yang
linear antara perubahan tegangan terhadap
perubahan injeksi daya reaktif pada suatu bus.
Nilai eigen dan vector eigen dari matriks
Jacobian Reduksi JR digunakan untuk analisis
kestabilan tegangan. Ketidakstabilan tegangan
dapat diidentifikasi dari bentuk nilai eigen
value matriks JR. Analisis dari hasil nilai
eigen JR yakni :
JR  
..............................................................(6)
Dimana :
 = Vektor eigen sebelah kanan matriks JR
 = Vektor eigen sebelah kiri matriks JR
 = Nilai eigen diagonal matriks JR
Dengan mengubah JR menjadi JR-1 diperoleh :
1
J R   1 
.........................................................(7)
Dengan   I
Persamaan (5) dan (7) disubtitusikan,
diperoleh :
V   1Q atau;

V  
Q
i
i
..........................................................................
...... (8)
Dimana, i nilai eigen yang ke i.
Akhirnya diperoleh persamaan berikut:
Vmi 
1
Q
mi
i
.....................................................9)
Dengan ketentuan bahwa :
1. Jika i =0, tegangan akan collapse karena
perubahan daya reaktif akan menyebabkan
perubahan
tegangan
menjadi
tak
berhingga.
2. Jika i > 0, tegangan sistem stabil
3. Jika i < 0, tegangan sistem tidak stabil
II.3. Stabilitas Tegangan
Studi stabilitas tegangan dan kontrol
tegangan bukanlah hal yang baru dalam
utilitas jaringan listrik, namun akhir-akhir ini
menjadi perhatian yang khusus dalam sistem.
Utamanya bila dikaitkan dengan sistem yang
kritis dan saluran yang panjang, maka
permasalahan tegangan telah menjadi
perhatian utama hubungannya dengan
perluasan
jaringan
sebagai
akibat
pembebanan yang berlebihan
Sistem tenaga listrik dikatakan dalam
kondisi stabil bila seluruh variabel
keadaannya stabil, baik tegangan bus atau
frekuensi sistem. Bila sistem menjadi tidak
stabil, maka ketidakstabilan tersebut bisa
dimanifestasikan melalui cara-cara berbeda
bergantung pada sifat dari sistem, kondisi
operasi, serta pada sifat dan lokasi yang
memulai gangguan. Ketidakstabilan sistem
yang diwujudkan dalam bentuk tegangan,
dibeberapa bus turun jauh dibawah kondisi
normal dan memungkinkan terjadi gagal
tegangan, maka peristiwa tersebut bisa
dikatakan atau merupakan penomena
ketidakstabilan tegangan
Kestabilan
tegangan
adalah
kemampuan
sistem
tenaga
untuk
mempertahankan
tegangan
yang
diperbolehkan pada semua bus.
Definisi stabilitas tegangan menurut Taylor
(1994) yaitu :
1. Suatu sistem tenaga pada kondisi operasi
tertentu adalah bertegangan stabil, ketika
terjadi
gangguan
kecil
(smalldisturbance), nilai tegangan dekat beban
adalah sama atau mendekati nilai
tegangan sebelum terjadi gangguan
67
2. Suatu sistem tenaga pada kondisi operasi
tertentu
diberi
gangguan
adalah
bertegangan stabil, bila nilai tegangan
dekat beban mendekati nilai tegangan
setelah terjadi gangguan.
3. Suatu sistem tenaga pada kondisi operasi
tertentu diberi gangguan, akan menuju
voltage collapse bilai nilai tegangan
setelah gangguan adalah dibawah batas
yang ditentukan.
Sistem tenaga dikatakan dalam
kondisi tegangan tidak stabil, bila terjadi
perubahan pada sistem baik akibat gangguan
maupun karena kenaikan beban diluar
perkiraan, tegangan menurun secara cepat dan
tidak terkendali.
Kriteria
kestabilan
tegangan
dinyatakan sebagai keadaan pada kondisi titik
operasi untuk setiap bus pada sistem,
magnitude tegangan pada bus meningkat pada
saat terjadi peningkatan injeksi daya reaktif
pada bus yang sama. Sistem yang tidak stabil
jika sedikitnya paling kurang satu bus pada
sistem tegangannya (V) menurun pada saat
injeksi daya reaktif (Q) pada bus yang sama
meningkat. Dengan kata lain bahwa tegangan
sistem akan stabil jika sensitivity kurva V-Q
bernilai positif pada setiap bus sedangkan
tegangan sistem tidak stabil jika sensitivity
kurva V-Q bernilai negative pada salah satu
bus.
Masalah
ketidakstabilan
tegangan
umumnya terjadi pada sistem yang dalam
kondisi tekanan yang berat (heavily stressed
systems). Jika terjadi gangguan maka voltage
collapse akan terjadi dengan penyebab utama
adalah kelemahan sistem tenaga. Untuk
meningkatkan kekuatan jaringan transmisi
dan tingkat transfer daya ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan yakni : Batas kontrol
pembangkitan daya reaktif, karakteristik
beban,
karakteristik
dari
peralatan
kompensator
reaktif,
peralatan
untuk
mengontrol tegangan.
II.4.Voltage Collapse
Voltage Collapse
adalah suatu
masalah yang serius dalam sistem kelistrikan
pada banyak Negara. Masalah ini sangat
penting sekali dalam pengoperasian dan
perencanaan sistem tenaga listrik.
Ada beberapa faktor yang dapat
menyebabkan voltage collapse diantaranya :
a. Stress pada sistem akibat pembebanan
daya aktif yang besar.
b. Ketidakseimbangan sumber daya reaktif.
c. Tidak bekerjanya relay proteksi dengan
baik.
Voltage collapse terjadi pada sistem
tenaga bila terdapat pembebanan yang
berlebihan dan kekurangan supplay daya
reaktif. Voltage collapse merupakan suatu
ketidakstabilan tegangan yang melibatkan
banyak komponen dalam sistem tenaga
meskipun Voltage collaps biasanya terjadi
dalam sebuah area khusus.
Voltage collapse terjadi pada bus
akibat permintaan akan daya reaktif yang
tidak terkendali sehingga tengangan pada bus
mengalami penurunan, hal ini disebabkan
oleh supplay daya reaktif yang dihasilkan
oleh generator tidak mencukupi dan sangat
terbatas serta kurangnya daya reaktif yang
disediakan oleh kapasitor pada saat tegangan
turun.
Beberapa
tahun
terakhir
ini
ketidakstabilan tegangan berperan dalam
terjadinya beberapa kasus collapsenya sistem.
Berikut beberapa contoh kasus :
 Pada tanggal 22 September 1970 tejadi
collapse pada sistem New York Pool
 Pada tanggal 4 Agustus 1982 tejadi
collapse pada sistem Northern Belgium
 Pada tanggal 27 Desember 1983 tejadi
collapse pada sistem Swedish
 Pada tanggal 23 Juli 1987 tejadi collapse
pada sistem Jepang, 23 Juli 1987
 Pada tanggal 13 April 1986 terjadi
collapse pada sistem Winnipeg Canada
Nelson River HVDC link
 Pada tanggal 30 November1986 terjadi
collapse pada sistem SE Brazil, Paraguay
 Pada tanggal 17 Mai 1985 terjadi collapse
pada sistem South Florida
 Pada tanggal 22 Agustus 1987 terjadi
collapse pada sistem Western Tennessee
 Pada tanggal 27 Desember 1983 terjadi
collapse pada sistem Sweden
 Pada tanggal 21 Mai 1983 terjadi collapse
pada sistem Northern California
 Pada tanggal 2 September 1982 terjadi
collapse pada sistem Florida
68
 Pada tanggal 26 November 1982 terjadi
collapse pada sistem Florida
 Pada tanggal 28 Desember 1982 terjadi
collapse pada sistem Florida
 Pada tanggal 30 Desember 1982 terjadi
collapse pada sistem Florida
 Pada tanggal 22 September 1977 terjadi
collapse pada sistem Jacksonville, Florida
 Pada tanggal 20 Mai 1986 terjadi collapse
pada sistem England
 Pada tanggal 12 Januari 1987 terjadi
collapse pada sistem Western France
 Pada tanggal 9 Desember 1965 terjadi
collapse pada sistem Brittany, France
 Pada tanggal 10 November 1976 terjadi
collapse pada sistem Brittany, France
II.5 Sistem Pembangkitan
Salah satu cara yang paling ekonomis,
mudah dan aman untuk mengirimkan energi
adalah bentuk energi listrik. Pada pusat
pembangkit, sumber daya energi primer
seperti bahan bakar fosil ( minyak, gas alam
dan batu bara ) diubah menjadi energi listrik.
Di pusat-pusat beban yang terhubung
dengan saluran distribusi, energi listrik ini
diubah lagi menjadi bentuk-bentuk energi
terpakai lainnya. Seperti energi mekanis
(motor), penerangan, pemanas, pendingin,
dan sebagainya. Pusat pembangkit berfungsi
untuk mengkonversikan energi daya primer
menjadi energi listrik. Pusat pembangkit yang
ada disulawesi selatan yaitu :
1. Pusat listrik Tenaga Air ( PLTA )
2. Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU )
3. Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG )
4. Pusat Listrik Tenaga Diesel ( PLTD )
Perusahaan umum Listrik Negara
Sulawesi Selatan memiliki dua pusat
pembangkit listrik yang berkapasitas besar
yaitu :
Pusat pembangkit tenaga listrik sektor Tello
1. Pusat pembangkit ini disupplai dari dua
pusat pembangkit yaitu :
a. Pusat pembangkit tenaga listrik sektor
tello
b. Pusat pembangkit tenaga listrik
Bontoala
2.
Pusat pembangkit tenaga listrik sektor
Bakaru
Perusahaan umum Listrik Negara
Sulawesi Selatan mempunyai tujuan utama
adalah memberikan penjelasan kepada
masyarakat, dengan jalan memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya.
Khususnya
kelistrikan
Sulawesi
Selatan, untuk melayani kebutuhan tenaga
listrik kepada masyarakat. Dilayani oleh
beberapa Gardu Induk yang berinterkoneksi
dan disupplai dari dua sektor pembangkit,
yaitu Sektor Tello dan Sektor Bakaru.
Karena kebutuhan tenaga listrik sistem
Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan
yang pesat maka untuk mengimbangi
kebutuhan tenaga listrik tersebut, Perusahaan
Umum Listrik Negara sebagai pengelola
kelistrikan utama di Sulawesi Selatan, maka
dibangunlah Pusat Listrik Tenaga Air ( PLTA
) yang dapat berfungsi untuk memikul beban
puncak ataupun beban dasar. Olehnya itu
pusat pembangkit yang memikul beban
puncak sekaligus beban dasar di Sulawesi
Selatan adalah PLTA Bakaru yang terdiri
dari 2 x 63 MW dapat menyalurkan
tegangan sebesar 150 KV.
II.6 Sistem Penyaluran
Sistem tenaga listrik diluar beban
yang dilayani secara umum dapat dibagi
menjadi tiga sistem yaitu :
1. Sistem
pembangkitan
berfungsi
menghasilkan energi listrik dari bentukbentuk energi primer lainnya seperti
minyak, batu bara, air dan lain
sebagainya.
2. Sistem
transmisi
berfungsi
mengumpulkan dan menyalurkan energi
listrik tersebut ke pusat-pusat beban yang
umumnya berlokasi jauh dari lokasi
pembangkitan.
3. Sistem
distribusi
bertugas
untuk
menyalurkan energi listrik kepada para
pemakai akhir.
Pembagian antara sistem transmisi
dengan sistem distribusi umumnya dilakukan
dengan menggunakan kriteria-kriteria sebagai
berikut :
1. Besar tegangan yang dipakai
2. Pembagian daerah pelayanan
3. Besar kecilnya beban yang dilayani
Perusahaan Umum Listrik Negara di
Sulawesi Selatan menggunakan tegangan 150
69
KV, 70 KV dan untuk tegangan distribusi 20
KV.
Terdapat kriteria di dalam menentukan
baik tidaknya suatu sistem distribusi, dimana
kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
1. Voltage regulation tidak terlalu besar.
2. Gangguan
terhadap
pelayanan
(Interuption) tidak boleh terlalu
sering.
3. Gangguan tidak terlalu lama dan
daerah yang mengalami gangguan
sedapat mungkin dibatasi.
Teknik Analisis Data
Data-data yang diperoleh pada penelitian
ini adalah data kualitatif sehingga data
tersebut dituangkan/ ditranskripkan secara
tertulis dan setelah proses transkip selesai,
data tersebut dianalisis sesuai dengan prinsipprinsip data kualitatif.
Flow Chart Penelitian
METODE PENELITIAN
III.1Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di
PT.PLN (Persero) Area Pengatur Beban
(APB) sistem transmisi 150 kV SUL-SEL.
III.2 Teknik Sampling
Objek penelitian ini adalah sistem
transmisi 150 kV SUL-SEL.Adapun data
pada penelitian ini diperoleh dengan :
1. Responden, peneliti mengadakan
wawancara langsung maupun tidak
langsung
dengan
pihak
yang
berwenang dan terkait langsung
dengan masalah yang penulis angkat.
2. Dokumen,
peneliti
mendapatkan
informasi dari dokumen pendukung
yang diperoleh dari pihak PT. PLN
(Persero).
III.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terbagi atas:
1. Penelitian lapangan, di mana
penulis melakukan pengamatan
langsung ke PT. PLN (Persero)
untuk memperoleh data dan
informasi
yang
berhubungan
dengan masalah penelitian.
2. Penelitian pustaka, di mana
penulis memperoleh informasi
untuk penyelesaian masalah yang
diangkat dengan menggunakan
referensi yang sesuai dengan
masalah yang kami angkat atau
studi pustaka.
3. Diskusi /wawancara, dilakukan
untuk memperoleh data melalui
wawancara para staff PT. PLN
(Persero) .
Bab V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Kondisi Sistem Interkoneksi Sulawesi
Selatan
Dalam suatu sistem tenaga listrik,
pusat-pusat listrik biasanya terletak jauh dari
pusat beban. Untuk menyalurkan tenaga
listrik dari pusat listrik/pembangkit ke pusat
beban digunakan saluran (kawat) dengan cara
langsung atau melalui saluran penghubung,
Gardu Induk dan gardu penghubung
Untuk menjamin kontinuitas operasi
dari sistem, maka digunakan saluran ganda
transmisi. Hal ini dimaksudkan agar apabila
terjadi gangguan, maka untuk tetap
berlangsung supplai listrik kepada konsumen
dapat dilakukan dengan menggunakan saluran
lain.
Perhitungan aliran daya diperlukan
data generator, data impedansi saluran
transmisi, data tegangan pembangkitan dan
pembebanan pada masing-masing bus.
Pada Penelitian ini kami akan
mengambil Sistem Interkoneksi Sulawesi
Selatan tegangan 150 kV sebagai sistem yang
akan kami analisa kestabilan tegangannya.
70
Metode Modal Analysis diharapkan diperoleh
gambaran yang jelas tentang kestabilan
tegangan pada sistem Sulawesi Selatan.
Analisa kestabilan ini diperlukan dalam
perencanaan kedepan, jika pada
sistem
Sulawesi Selatan akan ditambahkan beban
baru.
Metode
modal
analysis
dapat
menentukan
kestabilan sistem. Dimulai
dengan menghitung nilai eigen terkecil dari
matriks Jacobian Reduksi, besar dari nilai
eigen ini memberikan ukuran kedekatan
sistem untuk menjadi collapse
5.2 Analisis Metode Newton-Rhapson
Pertama-tama dilakukan study aliran daya
dengan data-data yang ada. Kemudian
berdasarkan listing program metode NewtonRhapson diperoleh matriks Jacobian (J).
Matriks J ini direduksi sehingga diperoleh
matriks Jacobian Reduksi (JR). dan juga
diperoleh grafik profil tegangan sistem
Sulawesi Selatan yang diperlihatkan pada
gambar 5.1 sebagai berikut:
Gambar 5.1 Profil tegangan Sul-Sel
5.3 Analisis Nilai Eigen dari Matriks
Jacobian Reduksi (JR)
Matriks Jacobian yang diperoleh dari
aliran daya (Load Flow) direduksi dengan
maksud untuk menyederhanakan seluruh bus
yang ada sehingga diperoleh hanya bus-bus
beban saja.
Berdasarkan listing program untuk
menentukan nilai eigen (  ) maka akan
diperoleh nilai eigen (  ) dari matriks
jacobian reduksi untuk bus-bus beban adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.1 Nilai Eigen (  ) untuk masingmasing Bus Beban
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa didapatkan dari
penelitian ini antara lain:
1. Penentuan profil tegangan SUL-SEL
diperoleh dari setiap bus terlihat bahwa
bus nomor 29 yakni Bus Tello 70 adalah
bus yang memiliki tegangan yang paling
rendah dibandingkan dengan bus-bus
yang lain, yakni sebesar 0.94 pu.
2. Penentuan nilai eigen (  ) dapat dilihat
bahwa keseluruhan bus beban yang
memiliki   0 yang berarti semua bus
memiliki tegangan sistem yang stabil.
DAFTAR PUSTAKA
B.Gao, G.Morison and P.Kundur,”Voltage
Stability Evaluation Using Modal Analysis”
IEEE Trans. On Power Systems, Vol.8, No.3,
pp. 1159-1171, Aug. 1993.
C.W. Taylor,”Power System Voltage
Stability.” New York , McGraw-Hill. 1994.
Duane Hanselman dan Bruce Littlefield,
2000, MATLAB Bahasa Komputasi Teknis,
Andi Yogyakarta dan Pearson Education Asia
Ptc.Ltd
E. Vaahedi, Y. Mansour and D.Sun,”Large
Scale Voltage Stability Constrained Optimal
Planning and Voltage Stability Applications
71
Using Existing OPF/Optimal Var Planning
Tools”, IEEE Trans. On Power System
Vol.14, pp.612-620, May 1990
F.D. Galiana and Z.C. Zeng, “ Analysis of the
Load Behavior near Jacobian Singularity.”
IEEE Trans. On Power DeliverySystems,
vol.7, pp-64, Feb. 1992.
Hadi Saadat, 1999, Power System Analysis.
International Edition, McGrac-Hill, Inc., New
York.
Narain G.Hingorani, Understanding FACTS,
IEEE PRESS, New york.
R.Schluter,” Voltage Stability Security
Assessment Method”, IEEE Trans. On Power
Systems, Vol.13, No.4, pp.1423-1438, Nov.
1998.
Sirisuth, Piya “ Voltage Instability analysis
using the Sensitivity of Minimum Singular
Value of Load Flow Jacobian”, 1993
Stevenson,William D., Jr. 1984, Analisis
Sistem Tenaga Listrik, Edisi Keempat,
Erlangga, Jakarta
T.Overbye and C. DeMarco,” Improved
Power System Staqbilty Assessment Using
Energy Method”,IEEE Trans. On Power
Syustem, Vol.6, No.4, pp.1890-1896,
Nov.1995.
72
Download