hubungan inisiasi menyusu dini dengan kecepatan keluarnya asi

advertisement
HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN
KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM
DI BPS FIRDA TUBAN
Aris Puji Utami
STIKES NU Tuban
PRODI DIII Kebidanan
ABSTRAK
ASI adalah satu-satunya makanan yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selama ini masih
banyak ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya yang ternyata disebabkan terganggunya proses alami bayi untuk menyusu setelah
dilahirkan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan inisiasi menyusu dini dengan kecepatan keluarnya ASI pada ibu post partum.
Desain penelitian menggunakan cross sectional. Populasinya adalah ibu bersalin di BPS Firda Tuban tanggal 10 maret s/d 15 juni, dengan
tehnik consecutive sampling. Variable penelitianya inisiasi menyusu dini dan kecepatan keluarnya ASI dengan tehnik pengumpulan data
menggunakan cara observasi. Analisa data dengan menggunakan Uji korelasi Spearman dengan nilai kemaknaan 0,05.
Hasil penelitian dari 24 responden didapatkan, inisiasi menyusu dini yang dilakukan secara tepat sebagian besar kecepatan keluarnya ASI
adalah normal yaitu sebanyak 7 responden atau sebesar 58,33%, inisiasi menyusu dini yang kurang tepat hampir seluruhnya kecepatan keluarnya
ASI adalah normal yaitu sebanyak 7 responden atau sebesar 87,5% dan inisiasi menyusu dini yang tidak tepat, kecepatan keluarnya ASI sebagian
normal dan sebagian lambat yaitu sebanyak 2 responden atau sebesar 50%. Hasil Uji korelasi Spearman didapatkan ρ = 0,771 sehingga hasil t
hitung = 5,675 dan t tabel ( α = 0,05 ; df = 22 ) = ± 2,074 yang berarti t hitung > t tabel. Maka H1 diterima.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan kecepatan keluarnya ASI
pada ibu post partum di BPS Firda Tuban. Oleh karena itu inisiasi menyusu dini harus diterapkan karena manfaatnya yang sangat penting bagi ibu
dan kelangsungan hidup bayi.
Kata kunci : Inisiasi Menyusu Dini, Kecepatan Keluarnya ASI
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah
membangun sumber daya manusia yang berkualitas
agar
mereka dapat
melanjutkan
perjuangan
pembangunan nasional untuk menuju masyarakat yang
sejahtera, adil dan makmur. Sumber daya manusia
yang berkualitas tentunya harus dibentuk sejak awal,
pemberian ASI dan proses menyusui yang benar
merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk
membangun sumber daya manusia yang berkualitas
karena ASI adalah satu-satunya makanan yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada
6 bulan pertama dan yang akan mendukung tumbuh
kembang selanjutnya. Selama ini masih banyak ibu
yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya,
hal ini disebabkan kemampuan bayi untuk menghisap
ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan
proses menyusu terganggu. Keadaan ini ternyata
disebabkan terganggunya proses alami bayi untuk
menyusu sejak dilahirkan. Selama ini penolong
persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera
setelah lahir untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan
diberi pakaian, ternyata proses ini menganggu proses
alami bayi untuk menyusu (Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2008).
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 1997 dan 2002 memperlihatkan data yang
menarik tentang penurunan perilaku pemberian ASI
kepada bayi di indonesia. Jika tahun 1997 terdapat
96,3% ibu yang pernah menyusui bayinya, namun
persentasenya menurun hanya 95,9% pada tahun 2002.
Jika tahun 1997 ada 8% ibu yang menyusui bayinya
pada 1 jam pertama, tahun 2002 persentasenya
menurun menjadi hanya 3,7%. Salah satu alasan umum
para ibu berhenti menyusui adalah karena merasa
ASInya kurang atau tidak cukup (Sentra Laktasi
Indonesia, 2008). Masalah umum dalam menyusui
salah satunya adalah banyak ibu yang gagal dalam
usaha memberikan ASI pada bayinya dan salah satu
penyebabnya yaitu adanya kepercayaan yang salah
bahwa tidak ada ASI pada hari-hari awal setelah
melahirkan sehingga ibu tidak segera memberikan ASI,
penundaan ini menyebabkan aliran ASI juga berkurang
(Praktikal Hints On Breastfeeding, 2001). Dari hasil
pengamatan kepada 500 bayi baru lahir di Rumah
Bersalin Tri Tunggal menunjukkan bahwa bayi yang
disusukan kurang dari satu jam setelah persalinan, 95%
tidak rewel pada hari pertama ASI keluar dan ASI
segera keluar satu sampai tiga jam kemudian (Hubertin
Sri Purwati, 2004).
Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusui
yang pertama kali dilakukan oleh seorang ibu kepada
bayinya. Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada
ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi (Nutritif
Sucking) tetapi untuk belajar menyusu atau
membiasakan menghisap putting susu, dan juga guna
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan refleks untuk menghisap pada bayi baru lahir
akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30
menit, sehingga apabila terlambat menyusui refleks ini
akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai
beberapa jam kemudian (Evarini A, 2008).
Satu jam pertama setelah bayi lahir adalah
kesempatan emas yang akan menentukan keberhasilan
ibu untuk menyusui bayinya secara optimal karena
bayi sudah terlatih secara naluriah menemukan sendiri
putting susu ibunya. Bila bayi bisa menyusu dalam 2030 menit akan membantu bayi memperoleh ASI
pertamanya, membangun ikatan kasih sayang ibu dan
bayi, sehingga dapat meningkatkan produksi ASI yang
akhirnya proses menyusu berikutnya akan lebih baik
(Utami Roesli, 2008).
Produksi ASI sendiri dipengaruhi oleh dua
hormon yaitu prolaktin dan oksitosin, pada satu jam
persalinan hormon prolaktin akan menurun yang
disebabkan oleh lepasnya plasenta dan untuk
mempertahankan prolaktin dibutuhkan oksitosin yang
dapat dirangsang dengan isapan bayi sehingga dapat
merangsang pengeluaran ASI. Dengan memberikan
ASI kurang dari setengah jam pasca persalinan kadar
hormon prolaktin tidak sempat turun dalam peredaran
darah ibu sehingga kolostrum untuk hari pertama akan
lebih cepat keluar. Namun bila bayi tidak menghisap
putting susu pada setengah jam setelah persalinan
hormon prolaktin akan menurun dan sulit merangsang
prolaktin sehingga produksi ASI kurang lancar dan
ASI baru akan keluar pada hari ketiga atau lebih, dan
hal ini akan memaksa bidan untuk memberikan
makanan pengganti ASI karena bayi yang tidak
mendapat ASI cukup, dan akan menyebabkan bayi
rewel (Hubertin Sri Purwati, 2004).
Oleh karena itu penting bagi semua petugas
kesehatan yang terlibat dalam proses persalinan,
termasuk dokter, suster dan bidan agar membantu ibuibu melaksanakan inisiasi menyusu dini segera setelah
melahirkan. Sebagai upaya merangsang keluarnya ASI.
Karena bila tidak, berarti sudah menghambat
pengeluaran ASI karena membiarkan hormon pembuat
ASI turun atau bahkan hilang dari peredaran darah ibu
dan hal ini tentunya sangat merugikan bayi maupun
ibu. Khusus untuk bidan hendaknya menerapkan
protap Asuhan Persalinan Normal (APN) secara tepat
yang di dalamnya terdapat prosedur inisiasi menyusu
dini, dimana segera setelah lahir dan tali pusat telah
dipotong bayi ditengkurapkan di dada/perut ibu,
biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu dan bayi
dibiarkan mencari sendiri putting susu ibunya. Bayi
dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur dan
dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa sangat
penting bagi ibu untuk menyusui bayinya segera
setelah lahir, karena proses tersebut yang akan
menunjang
kelancaran dan keberhasilan proses
menyusui berikutnya. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini
dengan kecepatan keluarmya ASI pada ibu post partum
di BFS Firda Tuban yang merupakan salah satu BPS
yang telah menerapkan inisiasi menyusu dini, dan dari
wawancara yang telah kami lakukan didapatkan
penjelasan bahwa jumlah ibu bersalin selama tahun
2008 terdapat 307 persalinan yang jika dirata-rata tiap
bulanya ada 26 orang dan untuk keluarnya ASI pada
ibu nifas waktunya bervariasi ada yang langsung
keluar, ada yang 2 hari dan adapula yang 3 hari bahkan
lebih, ASI baru keluar. Selain itu tempatnya dekat
sehingga diharapkan dapat memudahkan peneliti dalam
melakukan penelitian dan observasi terhadap sampel
penelitian.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis
penelitian analitik dengan desain cross sectional yaitu
jenis
penelitian
yang
menekankan
waktu
pengukuran/observasi data variable independen dan
dependen hanya satu kali pada satu saat
Dengan studi ini akan diperoleh prevalensi atau
efek suatu fenomena (variabel dependen) yang dalam
penelitian ini adalah kecepatan keluarnya ASI
dihubungkan dengan variabel penyebab (variabel
independen) yang dalam penelitian ini adalah inisiasi
menyusu dini, sehingga diharapkan dapat diketahui
hubungan dari kedua variabel.
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu bersalin
di BPS Firda Tuban pada tanggal 10 maret s/d 15 juni
2009 sebanyak 73 orang. ). Sampel dalam penelitian ini
adalah populasi yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 24 orang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu bersalin dengan kehamilan aterm di BPS
Firda Tuban yang menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden
2. Ibu dan Bayi baru lahir yang fisiologis
Sampling yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan tehnik consecutive sampling yaitu
pemilihan sampel dengan menetapkan subyek yang
memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam
penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga
jumlah yang diperlukan terpenuhi
Didalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah lembar observasi untuk mendapatkan data
primer yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan
mengacu pada teori tatalaksana inisiasi menyusu dini.
HASIL DAN ANALISA DATA
1.
Data Umum
Karakteristik responden berdasarkan umur
dikelompokkan menjadi 3 interval masing-masing < 20
tahun, 20-30 tahun dan > 30 tahun, karakteristik umur
ini dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Di BPS Firda Tuban Tahun 2009
Jumlah
Persentase
Umur ( tahun )
Responden
(%)
< 20
0
0
20-30
17
70,83
> 30
7
29,17
Jumlah
24
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24
responden sebagian besar berumur 20-30 tahun yaitu
sebanyak 17 ibu post partum atau sebesar 70,83 %.
Karakteristik
responden berdasarkan paritas
dikelompokkan menjadi 3 yaitu Primi Gravida (Ibu
hamil yang pertama kali), Multi Gravida (Ibu hamil
lebih dari satu kali) dan Grande Multi (Ibu hamil yang
kelima atau
lebih). Karakteristik responden
berdasarkan paritas ini dapat dijabarkan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Paritas
Di BPS Firda Tuban Tahun 2009
Paritas
Jumlah
responden
Persentase
(%)
12
10
2
24
50
41,67
8,33
100
Primi Gravida
Multi Gravida
Grande Multi
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24
responden sebagian ibu post partum adalah
primigravida yaitu sebanyak 12 ibu post partum atau
sebesar 50%.
Tabel 3 distribusi Responden Berdasarkan
Pendidikan Di BPS Firda Tuban Tahun
2009
Tingkat
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Jumlah
Jumlah
Responden
2
10
10
2
24
Persentase
(%)
8,33
41,67
41,67
8,33
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24
responden hampir sebagian berpendidikan SMP dan
SMA yaitu sebanyak 10 ibu post partum atau sebesar
41,67%.
2. Data Khusus
Insiasi Menyusu Dini
Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan
inisiasi menyusu dini dikelompokkan menjadi 3 yaitu
tepat, kurang tepat dan tidak tepat. Yang dijabarkan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di
BPS Firda Tuban Tahun 2009
No.
1.
2.
3.
IMD
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Jumlah
Jumlah
Responden
12
8
4
24
Persentase
(%)
50
33,33
16,67
100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 24
responden sebagian
inisiasi menyusu dini
dilaksanakan secara tepat yaitu sebanyak 12 ibu post
partum atau sebesar 50%.
Waktu Keluarnya ASI
Distribusi
responden
berdasarkan
waktu
keluarnya ASI dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu
lambat, normal dan cepat, yang dapat dijabarkan
dalam tabel berikut ini :
Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu
Keluarnya ASI Di BPS Firda Tuban Tahun 2009
No
1.
2.
3.
Waktu
ASI
Keluar
Cepat
Normal
Lambat
Jumlah
Jumlah
Responden
Persentase
(%)
5
16
3
24
20,83
66,67
12,5
100
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 24
responden sebagian besar waktu keluarnya ASI adalah
normal, yaitu sebanyak 16 ibu post partum atau sebesar
66,67 %.
Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan
Kecepatan Keluarnya ASI
Tabel 6 Tabel Silang Hubungan Inisiasi Menyusu
Dini Dengan Kecepatan Keluarnya ASI
Di BPS Firda Tuban Tahun 2009
Waktu Keluarnya ASI
Cepat
IMD
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
∑
5
0
0
5
%
41,67
0
0
20,83
Normal
∑
7
7
2
16
%
58,33
87,5
50
66,67
Total
Lambat
∑
0
1
2
3
%
0
12,5
50
12,5
∑
12
8
4
24
Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa
responden yang inisiasi menyusu dini dilakukan secara
tepat sebagian besar kecepatan keluarnya ASI adalah
normal yaitu sebanyak 7 ibu post partum atau sebesar
58,33%, inisiasi menyusu dini yang kurang tepat
hampir seluruhnya kecepatan keluarnya ASI adalah
normal yaitu sebanyak 7 ibu post partum atau sebesar
87,5% dan inisiasi menyusu dini yang tidak tepat,
kecepatan keluarnya ASI sebagian normal dan
sebagian lambat yaitu sebanyak 2 ibu post partum atau
sebesar 50%.
Berdasarkan hasil Uji Spearman dengan rs =
0,771 didapatkan hasil t hitung = 5,675 dan t tabel (α
= 0,05 ; df = 22) = ± 2,074 yang berarti t hitung > t
tabel. Maka H1 diterima artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan
kecepatan keluarnya ASI pada ibu post partum.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4
menunjukkan bahwa dari 24 responden sebagian
pelaksanaan inisiasi menyusu dini Di BPS Firda
Tuban dilakukan dengan tepat yaitu sebanyak 12 ibu
post partum atau sebesar 50%.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
pengeluaran ASI adalah pemberian ASI segera setelah
lahir atau inisiasi menyusu dini. Idealnya proses
menyusui dapat dilakukan segera setelah bayi lahir,
bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri untuk
menyusu pada ibunya 20-30 menit setelah melahirkan.
Ada 2 alasan mengapa menyusui perlu dilakukan
sesegera mungkin dalam waktu setengah jam setelah
pesalinan. Yang pertama penghisapan oleh bayi paling
kuat dilakukan dalam waktu setengah jam setelah lahir.
Isapan bayi pada putting akan merangsang hormon
prolaktin yang merangsang produksi ASI dan hormon
%
100
100
100
100
oksitosin yang merangsang pengeluaran ASI. Kerja
hormon tersebut akan membuat kolostrum lebih cepat
keluar. Yang kedua, baik ibu maupun bayi siaga
setelah persalinan (Ransjo Arvidson, 2001).
Tatalaksana inisiasi menyusu dini yang dianjurkan
adalah Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang
sudah dialasi kain kering, seluruh badan dan kepala
bayi dikeringkan secepatnya kecuali kedua tangannya,
lemak putih (verniks) yang menyamankan kulit bayi
sebaiknya dibiarkan. Lalu tali pusat dipotong dan
diikat, bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu.
Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu, posisi
kontak kulit dipertahankan minimum 1 jam atau
setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika
perlu gunakan topi bayi. Bayi dibiarkan mencari
sendiri putting susu ibunya. Bayi dipisahkan dari
ibunya untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu
jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif
misalnya suntikan vitamin K dan tetes mata bayi
ditunda (Utami Rusli, 2008).
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa
sebagian inisiasi menyusu dini telah dilaksanakan
secara tepat atau sesuai dengan tatalaksana inisiasi
menyusu dini yang dianjurkan, namun hampir sebagian
yang dilaksanakan kurang tepat. Dan hal ini
kemungkinan disebabkan oleh pemahaman ibu yang
kurang tentang inisiasi menyusu dini karena dari data
yang didapat hampir sebagian (41,67%) tingkat
pendidikan ibu post partum hanya setingkat SMP. Juga
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor paritas karena
dari data yang didapat sebagian ibu post partum adalah
primi gravida yaitu sebesar (50%) yang kemungkinan
dari segi pengalaman masih kurang, misalnya saat
pelaksanaan inisiasi menyusu dini ibu mendekap
bayinya sehingga bayi tidak leluasa untuk bergerak,
demikian juga pada ibu multi gravida yang dari
pengalaman anak sebelumnya segera menyusui
bayinya dengan cara memasukkan putting susu
kemulut bayi padahal seharusnya bayi dibiarkan sendiri
untuk mencari dan meraih putting susu ibunya.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan
bahwa dari 24 responden sebagian besar waktu
keluarnya ASI adalah normal yaitu sebanyak 16 ibu
post partum atau sebesar 66,67 %, yang berarti bahwa
inisiasi menyusu dini telah dilakukan secara tepat.
Setelah proses persalinan karena lepasnya
plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka
estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah
lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang
putting susu untuk mengeluarkan faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin dan oksitosin. Oksitosin
yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu
yang terbuat keluar. Selama menyusui oksitosin dilepas
karena putting susu terstimulasi dan meregang serta
melalui jalur sensori saat ibu melihat, merasakan,
menyentuh
atau
mendengar
stimulasi
yang
mengingatkannya tentang bayi dan menyusui (Hubertin
Sri Purwati, 2004).
Hasil penelitian diatas berbeda dengan teori
yang menyatakan umumnya produksi air susu baru
berlangsung pada hari ke 2-3 post partum (Sarwono,
2005). Sedangkan dari hasil penelitian yang diperoleh
dari 24 responden yang melakukan inisiasi menyusu
dini hanya 3 ibu post partum yang waktu keluarnya
ASI lambat (>3 jam post partum). Ini berarti bahwa
keluarnya ASI dapat dipercepat dengan menerapkan
proses inisiasi menyusu dini karena telah terlatihnya
reflek menghisap bayi sejak awal sehingga membantu
merangsang ASI segera keluar dan karena sifat ASI
sendiri yang diproduksi berdasarkan demand
(permintaan bayi, jika diambil banyak akan diberikan
banyak), sehingga ditambah dengan diterapkanya
inisiasi menyusu dini yang berarti telah melatih bayi
untuk berusaha sendiri mendapatkan apa yang
diinginkan dan semakin kuat usaha bayi untuk
mendapatkan ASI maka akan semakin cepat ASI
keluar.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6
menunjukkan bahwa inisiasi menyusu dini yang
dilakukan secara tepat sebagian besar kecepatan
keluarnya ASI adalah normal yaitu sebanyak 7 ibu post
partum atau sebesar 58,33%, inisiasi menyusu dini
yang kurang tepat hampir seluruhnya kecepatan
keluarnya ASI adalah normal yaitu sebanyak 7 ibu post
partum atau sebesar 87,5% dan inisiasi menyusu dini
yang tidak tepat, kecepatan keluarnya ASI sebagian
normal dan sebagian lambat yaitu sebanyak 2 ibu post
partum atau sebesar 50%. Berdasarkan distribusi data
diatas setelah di dilakukan analisa data dengan
menggunakan Uji spearman didapatkan rs = 0,771
kemudian diperoleh hasil t hitung = 5,675 dan t tabel (α
= 0,05 ; df = 22) = 2,074 yang berarti t hitung > t tabel.
Maka H1 diterima artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan
kecepatan keluarnya ASI pada ibu post partum.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pembentukan ASI dapat dipercepat dengan cara
menetekkan langsung bayi yang baru lahir bahkan
sebelum pemotongan tali pusat (Manuaba, 1999). Dan
juga hasil pengamatan pada 500 bayi di rumah bersalin
Tri Tunggal menunjukkan bahwa bayi yang disusukan
kurang dari satu jam setelah persalinan, 95% tidak
rewel pada hari pertama ASI keluar. ASI segera keluar
pada 1-3 jam kemudian. Dari 500 ibu yang diteliti ada
3 ibu yang sama sekali tidak keluar ASInya walaupun
sudah mendapatkan perlakuan yang sama. Penelitian
tersebut mendukung teori bahwa pada 15, 30 dan 45
menit setelah bayi lahir peningkatan oksitosin yang
signifikan terjadi jika bayi diletakkan kulit kekulit. Jika
bayi tidak menyusu kadar oksitosin kembali kenilai
dasar (Hubertin Sri Purwanti, 2004).
Dari hasil penelitian tersebut jelas bahwa
manfaat dari inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan
produksi prolaktin dan oksitosin yang dapat
merangsang kolostrum segera keluar. Namum
meskipun sebagian besar inisiasi menyusu dini telah
dilaksanakan dengan tepat atau sesuai dengan prosedur
yang dianjurkan, tetapi tidak semuanya ASI keluar
dengan cepat (<1 jam post partum), dan inisiasi
menyusu dini yang dilaksanakan tidak sesuai dengan
tatalaksana inisiasi menyusu dini sebagian responden
waktu keluarnya ASI normal (1-3 jam post partum).
Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak faktor
yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI,
diantaranya adalah faktor psikologis ibu seperti
perasaan takut, malu atau nyeri hebat saat proses
persalinan akan mempengaruhi refleks oksitosin yang
akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya
perasaan ibu yang bahagia, senang, perasaan
menyayangi
bayi,
memeluk,
mencium
dan
mendengarkan bayinya menangis atau perasaan
bangga, akan meningkatkan pengeluaran ASI.
Demikian juga ibu yang sudah melakukan perawatan
payudara sebelum melahirkan, dimana perawatan
payudara dapat melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dijelaskan pada bab 5 maka dapat diuraikan
beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut :
1 Di BPS Firda Tuban sebagian inisiasi menyusu dini
pada ibu post partum dilakukan secara tepat
2 Di BPS Firda Tuban sebagian besar kecepatan
keluarnya ASI pada ibu post
partum
adalah normal
3 Terdapat hubungan yang signifikan antara inisiasi
menyusu dini dengan
kecepatan
keluarnya ASI pada ibu post partum di BPS
Firda Tuban
DAFTAR PUSTAKA
A, Evariny (2008). Mitos-Mitos Menyusui. 23 April 2008
www.hypnobirthing.web.id
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta. Jakarta
Departemen Kesehatan RI (2002). Strategi Nasional Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman (1983). Obstetri Fisiologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Bandung
Hamilton, Persis Mary (1995). Dasar-Dasar Keperawatan
Maternitas. EGC. Jakarta
Hubertin, Sri Purwati (2004). Konsep Penerapan ASI Ekslusif. EGC.
Jakarta
Manuaba, Ida Bagus (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.
Arcan. Jakarta
Moctar, Rustam (1998). Sinosis Obstetri. Edisi 2. ECG. Jakarta
Notoatmodjo, S. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta
Nursalam (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono (2002). Ilmu Kebidanan. YBC. Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono (2005). Pelayanan kesehatan Maternal dan
Neonatal. YBP-SP. Jakarta
Ramaiah, Savitri (2007). ASI Dan Menyusui. Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta
Ransjo-Arvidson (2001). Agar ASI Lancar Dimasa Menyusui. 01
Januari 2007 asi.blogsome.com
Roesli, Utami (2008). Inisiasi Menyusu Dini. Pustaka Bunda. Jakarta
Rosita, Syarifah (2008). ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana.
Yogyakarta
Singapore Breastfeeding Mother’s Group (1988). Practical Hints On
Breastfeeding.
The Group. Singapore
Soetjiningsih (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC.
Jakarta.
Sri Budiarsih, K (2008). Handbook Ibu Menyusui. Hayati Qualita.
Bandung
Sugiyono (2003). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Download