JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 ISSN 2303-1077 IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER EKSTRAK LANDAK LAUT (Diadema setosum) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Escherichia coli dan Staphylococcus aureus Mentari Risnauli Siahaan1*, Andi Hairil Alimuddin1, Harlia1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak *email: [email protected] ABSTRAK Landak laut adalah kelompok hewan Echinodermata yang sering dijumpai di daerah perairan laut Kalimantan Barat terutama di Pulau Lemukutan. Informasi tentang hasil penelitian landak laut masih sangat sedikit. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan golongan senyawa,aktivitas antibakteri ekstrak etanol serta hasil partisi dari landak laut (Diadema setosum) terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Pengujian sampel terdiri dari beberapa tahapan yaitu ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut 96%, partisi, uji fitokimia dan diteruskan dengan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar dengan cara sumuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanoldari sampel uji terdapat senyawa triterpenoid, alkaloid, fenol dan saponin. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol memiliki kemampuan aktivitas antibakteri dengan hasil uji berupa fraksi etil asetat memiliki aktivitas antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar 12,02 mg/ml pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri S.aureus. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat dan ekstrak etanol memiliki kemampuan aktivitas antibakteri terhadap E. coli. fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar 11,02 mg/ml pada konsentrasi 100 mg/ml. Kata kunci : antibakteri, Diadema setosum, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus PENDAHULUAN diperkirakan mengandung senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri alami yang dapat digunakan. Menurut Aprilia, dkk (2012) cangkang landak laut memiliki kandungan senyawa aktif yang bersifat toksik, diperkirakan racun yang ada dalam landak laut tersebut dapat juga digunakan sebagai antibakteri. Landak laut adalah kelompok hewan yang sering dijumpai di daerah laut, landak laut dapat ditemukan mulai perairan laut tropis hingga laut di daerah kutub. Menurut Aprilia dkk, (2012) landak laut adalah suatu binatang laut yang 95% tubuhnya terdiri dari duri-duri yang bisa digerakkan yang muncul dari badannya. Organisme yang tergolong dalam kelas Echinodea ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan bergizi pada beberapa negara dan berguna dalam ekologi (Kimball, 1983; Lang & Schroeter,1976). Infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam bidang ilmu kedokteran. Beberapa bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi adalah Staphylococus aureus dan Escherichia coli. Bakteri S. aureus merupakan bakteri normal pada kulit dan selaput lendir pada manusia. S. aureus dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia, maupun pada hewan. sedangkan E. coli adalah kuman yang banyak ditemukan di usus besar manusia sebagai bakteri normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi yang sering terjadi pada usus misalnya diare pada anak (Jawetz et al., 1996). Sampai saat ini penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri masih mengandalkan berbagai antibiotik. Hal ini menimbulkan kekuatiran akan munculnya strain bakteri baru yang resisten terhadap antibiotik. Landak laut 53 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 Meskipun Indonesia merupakan salah satu eksportir landak laut, pemanfaatan landak laut sebagai produk obat dan makanan kesehatan belum banyak dilakukan. Hal ini disebabkan masih terbatasnya informasi potensi senyawa aktif yang terdapat pada landak laut asal perairan Indonesia. Informasi tentang hasil penelitian yang telah dipublikasikan mengenai landak laut berkisar pada aktivitas sitotoksik. Penelitian ini akan menelusuri informasi kelompok senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol dan hasil partisi dari landak laut (Diadema setosum) serta aktivitas antibakterinya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang kelompok senyawa metabolit sekunder dan potensi antibakteri landak laut (D. setosum), terhadap bakteri E. coli dan S .aureus. ISSN 2303-1077 bejana maserasi, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam disimpan dalam keadaan terlindung dari cahaya matahari, lalu disaring. Ampas direndam lagi dengan etanol dan dibiarkan selama 24 jam. Penyarian dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak etanol yang diperoleh dipekatkan dengan alat evaporator hingga diperoleh ekstrak landak laut pekat kemudian di lakukan partisi. Partisi ekstrak berdasarkan kepolaran (Harborne, 1987) Ekstrak yang telah didapatkan dari hasil evaporasi sebanyak 80 gram di larutkan menggunakan 1 L pelarut etanol 96%. Setelah didapatkan hasil dilanjutkan dengan proses partisi dengan pelarut nheksan, kloroform dan etil asetat. Ekstrak etanol dan berbagai fraksi landak laut dibuat 5 seri konsentrasi (20100 mg/ml) dengan menggunakan DMSO. Konsentrasi tersebut dibuat dengan cara menimbang masing-masing ekstrak dan hasil dari setiap fraksi sebanyak 100 mg. kemudian dilarutkan masing-masing ke dalam DMSO hingga volumenya 1ml dan dilakukan pengenceran (Dewi, 2010). Identifikasi Komponen Metabolit Sekunder Prosedur identifikasi metabolit sekunder menurut Harborne (1987), meliputi identifikasi alkaloid, steroid/ triterpenoid, saponin, flavonoid dan polifenol. Uji Aktivitas Antibakteri Metode uji aktivitas antimikroba yang digunakan adalah metode difusi sumuran. Sebanyak 50 µL suspensi bakteri penguji dinokulasikan ke dalam 20 mL media agar NA yang telah dituangkan kedalam petri dish. Setelah itu dibuat sumur dengan diameter 5 mm diisi dengan 50 µL larutan sampel ekstrak antibakteri (ekstrak etanol, etil asetat, kloroform dan n-heksan) yang telah diencerkan sebelumnya ke dalam sumur pada masing-masing cawan yang telah diinokulasikan bakteri E. Coli dan S. aureus. Lalu, diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam ke dalam inkubator. Kemudian diukur Diameter Daya Hambat (DDH) pada daerah bening lubang dengan menggunakan jangka sorong. Sebagai kontrol positif digunakan tetrasiklin 2% yang dibuat dengan cara sebanyak 0,02 gram ampisilin dilarutkan dalam 1 mL akuades METODOLOGI PENELITIAN Penelitian telah dilakukan selama 9 bulan pada bulan Juni 2014 hingga Februari 2015. Pengambilan dan preparasi sampel dilaksanakan di Pulau Lemukutan Kecamatan Sungai Raya Kepulauan dan sampel landak laut diuji di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah vakum evaporator, autoklaf, timbangan analitik, penangas air, seperangkat alat gelas, spektrofotometer UV-Vis (genesys 6) dan vortex. Bahan-bahan yang digunakan antara lain cangkang landak laut (D. setosom) yang diperoleh dari Pulau Lemukutan dani reagen pro analitis Merck serta reagen teknis Preparasi Sampel Cangkang Landak Laut Sampel yang akan digunakan untuk diekstrak adalah landak laut (D. setosum). Landak laut diambil dan dibersihkan, dipisahkan antara cangkang dan duri dari bagian isi perut landak laut. Ekstraksi Sampel Ekstraksi Secara maserasi dengan Etanol Sebanyak 20 kg potongan landak laut direndam dengan 5 L etanol di dalam 54 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 (2%) (w/v). Kontrol negatif adalah larutan DMSO yang dibuat dengan cara melarutkan DMSO 5 ml kedalam akuades 50 mL (Davis and Stout, 1971). Analisis Data Semua analisa diulang sebanyak dua kali dan diuji dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0,05. ISSN 2303-1077 larut kemudian dipartisi dengan pelarut nheksan. Hasil ini memberikan dua lapisan yang terdapat didalam corong pisah. Fraksi n-heksan yang berada pada lapisan atas sedangkan etanol yang berada pada lapisan bawah, dikarenakan n-heksan memiliki massa jenis yang lebih rendah dibandingkan dengan etanol yaitu (0,66 g/L) sedangkan etanol (0,789 g/L). Hasil fraksi n-heksan memberikan warna kuning. Perubahan warna dari pelarut yang sebelumnya tidak berwarna berubah menjadi kuning menunjukkan bahwa adanya kemungkinan terdapat komponen yang terlarut dalam pelarut nheksan. Lapisan etanol kemudian dipartisi kembali dengan pelarut kloroform sehingga diperoleh dua lapisan yang berbeda kelarutan. Lapisan kloroform berada pada lapisan bawah yang dikarenakan massa jenis kloroform yang lebih berat dibandingkan etanol sebesar 1,48g/L, warna yang didapatkan pada lapisan kloroform lebih gelap dibandingkan pada fraksi n-heksan. Lapisan etanol yang didapat kemudian dipartisi kembali menggunakan pelarut etil asetat. Lapisan etil asetat yang didapatkan berada pada lapisan bawah, hal ini dikarenakan massa jenis etil asetat lebih berat sebesar 0,894g/L dibandingkan dengan massa jenis etanol, warna yang didapatkan lebih gelap dibandingkan pada hasil fraksi n-heksan dan kloroform. Fraksi yang telah didapatkan pada proses partisi kemudian dilanjutkan dengan pemekatan dengan menggunakan alat evaporator. Hal ini bertujuan agar didapatkan hasil pekat dari fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat dan etanol pada proses partisi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan dan Preparasi sampel Sampel landak laut (D.setosum) di preparasi dengan cara dipotong kecil-kecil sebanyak 20 kg (basah) kemudian dimaserasi menggunakan pelarut etanol. Gambar 1. Landak Laut Maserasi Sampel Maserasi dilakukan selama 24 jam dengan tiga kali pengulangan hingga diharapkan semua komponen senyawa terekstraksi kedalam pelarut etanol. Maserat dikumpulkan kemudian diuapkan pelarutnya dengan evaporator pada suhu dibawah 50 oC. Suhu yang digunakan lebih rendah dari titik didih etanol, sehingga tidak akan merusak senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol landak laut. Ekstrak etanol pekat yang diperoleh seberat 142 gram dan berwarna hitam. Partisi Sampel Ekstrak etanol yang telah didapatkan pada proses maserasi kemudian dilanjutkan dengan proses partisi. Proses partisi yang dilakukan dengan metode cair-cair, partisi menggunakan empat pelarut yaitu nheksan, kloroform, etil asetat dan etanol. Proses pertama dilakukan penimbangan ekstrak landak laut sebanyak 80 gram yang kemudian dilarutkan ke dalam etanol 1 L. Hal ini dilakukan agar ekstrak terendam dan larut sempurna pada pelarut etanol. Ekstrak etanol yang telah Tabel 1 Randemen Ekstrak dan Fraksi Landak Laut (D.setosom) Randemen Sampel Uji Bentuk Warna (%) Ekstrak Padat Hitam 0,71 etanol Fraksi Etanol Pasta Hitam 22,25 Fraksi Etil Pasta Coklat 21,87 asetat Fraksi Pasta Coklat 5,37 Kloroform Fraksi nPasta Kuning 2,48 heksana 55 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 ISSN 2303-1077 Tabel 2 Hasil Uji Fitokimia Pada ekstrak kasar, fraksi etanol, fraksi etil asetat, fraksi kloroform dan fraksi n-heksan pada sampel landak laut (Diadema setosum) Senyawa Metabolit Sekunder No 1 2 3 4 5 Fraksi Ekstrak Kasar n- Heksan Kloroform Etil Asetat Etanol Flavonoid Steroid Triterpenoid Fenolik Saponin - - + + + - - + + + + + + + + + + Alkaloid Wagner Dragendroff + + + + + + + + Ket: Terdapat senyawa metabolit sekunder (+), tidak terdapat senyawa metabolit sekunder (-) Uji Fitokimia Uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi kloroform, etil asetat, nheksan dan etanol positif mengandung senyawa triterpenoid. Pada ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan etanol positif mengandung alkaloid, polifenol dan saponin, sedangkan fraksi n-heksan tidak teridentifikasi terdapatnya kandungan senyawa metabolit saponin, polifenol dan alkaloid. Senyawa triterpenoid yang dihasilkan pada uji fitokimia positif dilihat dari terbentuknya warna merah pada ekstrak etanol dan hasil fraksi n-heksan, fraksi klororoform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Senyawa alkaloid dan senyawa saponin yang dihasilkan pada hasil uji ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol dilihat dengan terdapatnya endapan coklat pada uji alkaloid menggunakan reagen wagner dan dragendrof dan terdapatnya busa pada uji saponin. Masing-masing ekstrak etanol dan fraksi yang telah diidentifikasi dengan uji fitokimia kemudian dilanjutkan dengan uji menggunakan plat KLT dan reagen penampak noda, serta dibantu dengan pemanasan untuk mempercepat reaksi. Menurut Pratiwi, dkk (2012) skrining fitokimia senyawa golongan alkaloid menunjukkan hasil positif jika penyemprotan dengan reagen serium (IV) sulfat menghasilkan bercak noda berwarna coklat jingga dengan visualisasi pada sinar tampak dan pendar hijau muda dengan visualisasi menggunakan sinar UV 366 nm dan sinar UV 254 nm. Uji senyawa golongan flavonoid menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna kuning-hijau setelah disemprot dengan menggunakan reagen AlCl3 dan diloanjutkan dengan pemanasan untuk mempercepat proses reaksi (Handayani dkk., 2014). Uji senyawa golongan fenolik menunjukkan hasil positif dengan menunjukkan warna coklat setelah disemprot dengan reagen serium (IV) sulfat (Pratiwi dkk., 2012). Uji senyawa golongan triterpenoid dan steroid memberikan hasil positif dengan menunjukkan warna merahungu pada triterpenoid dan warna hijau pada steroid setelah disemprotkan dengan reagen Libermann-Burchard dan dibantu dengan proses pemanasan. Tabel 3 Uji Kromatografi Lapis Tipis menggunakan Reagen Semprot Fraksi No Uji KLT E. Etanol Fraksi Etil Fraksi Kloroform Etanol 1 Alkaloid Coklat Coklat Coklat Coklat 2 Triterpenoid Merah Merah Merah Merah 3 Flavonoid Kuning Kuning Kuning Kuning 4 Fenol Coklat Coklat Coklat Coklat 5 Steroid Hijau Hijau Hijau Hijau 56 Fraksi n-heksan Coklat Merah Kuning Coklat Hijau JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 Menurut Venogupal (2009) anggota Echinodermata banyak memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder satu anggota Echinodermata yang dikenal memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai antibakteri adalah teripang. Salah satu jenis teripang yang dikenal memiliki kemampuan terhadap aktivitas anti bakteri tersebut ialah Stichopus hermanii. Menurut Rasyid (2012) hasil ekstrak metanol teripang S. hermanii memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Selain itu pada pengujian terhadap teripang anggota Echinodermata lain seperti teripang (Holoturia atra) diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, steroid, triterpenoid dan saponin (Septiadi, dkk 2013). menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif (Rostinawati,T 2009). Penelitian ini menggunakan konsentrasi tetrasiklin 2% karena tetrasiklin merupakan senyawa murni dan telah teruji kemampuannya sebagai antibakteri. Gambar 3 Kontrol negatif dan kontrol positif (tetrasiklin) terhadap bakteri S.aureus Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol negatif tidak memberikan zona hambatan (Gambar 3). Hal tersebut membuktikan bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, sehingga aktivitas hanya berasal dari larutan sampel uji, bukan dari pelarut yang digunakan. Perlakuan uji aktivitas dilakukan dengan seri konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml, 100 mg/ml. Ekstrak kasar menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya zona bening pada konsentrasi 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml dan 100 mg/ml. Diameter tertinggi terlihat pada konsentrasi 100 mg/ml sebesar 7,01 mm dan konsentrasi terendah 40 mg/ml dengan diameter sebesar 4,01 mm (Tabel 4). Uji aktivitas antibakteri pada fraksi kloroform menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya zona bening pada konsentrasi terendah 40 mg/ml sebesar 3,00 mm dan konsentrasi tertinggi 100mg/ml dengan diameter sebesar 5,07 mm. Fraksi etil asetat menunjukkan zona bening pada konsentrasi terendah 20 mg/ml diameter sebesar 4,04 mm dan konsentrasi tertinggi 100 mg/ml dengan diameter 12,02 mm. Fraksi etanol menunjukkan zona bening pada konsentrasi terendah 60 mg/ml diameter sebesar 3,05 mm dan konsentrasi tertinggi 100 mg/ml dengan diameter 5,04 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi yang paling efektif dalam membentuk zona bening dikarenakan dengan konsentrasi 20 mg/ml sudah dapat membentuk zona bening dibandingkan dengan fraksi yang lainnya. Uji Aktivitas Antibakteri Aktivitas antibakteri sampel uji dilihat dari zona hambat pertumbuhan bakteri yang dihasilkan. Hasil uji aktivitas antibakteri Staphylococccus aureus dari sampel landak laut dapat dilihat pada Tabel 4 Ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi etanol dan fraksi n-heksan diterapkan untuk pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan bakteri E. coli menggunakan metode sumur. A ISSN 2303-1077 B C D Gambar 2 (a) daya hambat ekstrak etanol, (b) daya hambat fraksi kloroform, (c) daya hambat fraksi etil asetat, dan (d) daya hambat fraksi etanol Kontrol positif yang digunakan adalah antibiotik tetrasiklin sedangkan kontrol negatifnya adalah DMSO (dimetil sulfoksida). Pemilihan tetrasiklin sebagai kontrol positif ialah tetrasiklin memiliki spektrum antibakteri yang luas karena telah teruji mempunyai kemampuan untuk 57 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 ISSN 2303-1077 Tabel 4 Diameter zona hambat landak laut (Diadema setosum) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Konsentrasi ekstrak (mg/ml) No Fraksi 20 40 60 80 100 1 Ekstrak kasar 4,01 mm 5,01 mm 5,07 mm 7,01 mm 2 N- Heksan 3 Kloroform 3,00 mm 3,07 mm 4,04 mm 5,07 mm 4 Etil Asetat 4,04 mm 6,02 mm 8,02 mm 10,08 mm 12,02 mm* 5 Etanol 3,05 mm 4,00 mm 5,04 mm Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh fraksi n-heksan dimana pada uji aktivitas anti bakteri fraksi n-heksan tidak terbentuk zona bening sama sekali. Ketidak-reaktifan dalam menghambat pertumbuhan bakteri uji diduga berkaitan dengan kemampuan senyawa yang larut dalam n-heksan yang tidak memiliki aktivitas antibakteri. Komponen yang umumnya larut dalam heksana adalah lilin, lemak dan komponen terpenoid. Ekstrak heksan mengandung minyak dan lemak karena bersifat non polar. Lemak dan minyak yang terdapat dalam fraksi n-heksan memungkinkan mengganggu proses difusi dan melindungi bakteri dari senyawa antibakteri. Ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol memiliki aktivitas antibakteri dikarenakan dalam ekstrak tersebut terkandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai aktivitas antibakteri dengan menunjukkan hasil zona bening. Hasil uji aktivitas antibakteri E.coli terhadap ekstrak etanol landak laut dan hasil partisi etil asetat menunjukkan hasil positif berupa zona bening. Perlakuan uji aktivitas dilakukan seri konsentrasi 20 mg/ml, 40 mg/ml, 60 mg/ml, 80 mg/ml dan 100 mg/ml. Zona bening terbentuk pada ekstrak kasar dan fraksi etil asetat sedangkan pada fraksi kloroform, n-heksan dan etanol tidak terbentuk zona bening. Ekstrak kasar menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya zona bening pada konsentrasi terendah 40 mg/ml diameter sebesar 2,00 mm dan konsentrasi tertinggi 100 mg/ml dengan diameter zona bening sebesar 5,08 mm. Fraksi etil asetat menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya zona bening pada konsentrasi terendah 20 mg/ml diameter sebesar 4,05, dan konsentrasi tertinggi 100 mg/ml dengan diameter sebesar 11,02 mm. Diameter zona bening tertinggi berada pada konsentrasi 100 mg/ml fraksi etil asetat dengan diameter sebesar 11,02 mm dan terendah pada konsentrasi 20 mg/ml dengan diameter sebesar 4,05 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian Kusmiyati (2007) yang menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi aktivitas antibakteri. Tabel 5 Diameter zona hambat landak laut (Diadema setosum) terhadap bakteri Escherichia coli Konsentrasi ekstrak (mg/ml) No Fraksi 20 40 60 80 100 1 Ekstrak Kasar 2 3 4 5 n- Heksan Kloroform Etil Asetat Etanol 4,05 mm - 2,00 mm 3,06 mm 4,04 mm 5,08 mm 6,01 mm - 8,01mm - 9,06 mm - 11,02 mm* - 58 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 ISSN 2303-1077 konsentrasi yang semakin tinggi akan mempengaruhi diameter yang akan terbentuk pada hasil uji. Fraksi etil asetat menunjukkan diameter yang lebih besar dibandingan dengan fraksi lainnya pada kedua bakteri uji yang digunakan. Fraksi etil asetat pada bakteri E. coli membentuk zona bening sebesar 11,02 mm, fraksi etil asetat pada bakteri S. aureus membentuk zona bening sebesar 12,02 mm. selanjunya hasil dari uji LSD (Least Significant Different) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada semua konsentrasi. Penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil berupa terbentuk zona bening yang mengandung senyawa metabolit sekunder yang aktif sebagai antibakteri yang terdifusi pada ekstrak etanol dan fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol pada bakteri S. aureus sedangkan pada ekstrak etanol dan fraksi etil asetat pada bakteri E. coli lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif Tetrasiklin 20 mg/ml (2%/) yaitu sebesar 28,04 mm pada bakteri S. aureus dan sebesar 27,07 pada bakteri E. coli. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanol dan beberapa fraksi pada dua bakteri belum terlalu kuat dibandingkan dengan kontrol positif yang digunakan (Tetrasiklin). A B Gambar 4 (a) daya hambat ekstrak etanol (b) daya hambat fraksi etil asetat terhadap bakteri E.coli Gambar 5 Kontrol negatif dan kontrol positif (tetrasiklin) terhadap bakteri E.coli Fraksi etanol dan kloroform tidak membentuk zona bening seperti pada uji aktivitas antibakteri S. aureus disebabkan karena bakteri E. coli merupakan bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih tebal di bandingkan dengan S. aureus yang merupakan bakteri gram positif. Menurut Jawetz et al (2005) terdapat perbedaan antara ketahanan pada bakteri gram positif dan bakteri gram negatif terhadap senyawa antibakteri. Bakteri gram positif cenderung lebih sensitif terhadap komponen antibakteri. Hal ini disebabkan oleh struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana sehingga memudahkan senyawa anti bakteri untuk masuk kedalam sel dan menemukan sasaran untuk bekerja, sedangkan struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks. Hasil penelitian kemudian dianalisis dengan uji statistik One Way ANOVA menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan Post Hoc Test berupa uji Least Significance Difference (LSD). Data diolah dengan program Statistical Productand Service Solution (SPSS) 20,00 for windows untuk melihat perbedaan signifikan pada setiap diameter zona hambat di tiap konsentrasi dari masing-masing fraksi. Hasil pengujian One Way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada setiap fraksi sehingga dapat disimpulkan bahwa Simpulan Pada ekstrak etanol, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi etanol yaitu alkaloid, fenolik, saponin dan triterpenoid. Fraksi n-heksan hanya terkandung triterpenoid. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar 12,02 mm pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri S.aureus.. Fraksi etil asetat merupakan fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri yang terbaik dengan diameter zona bening sebesar 11,02 mm pada konsentrasi 100 mg/ml terhadap bakteri E. Coli. DAFTAR PUSTAKA Aprilia, H, dkk. 2012. Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum) Terhadap Mortalitas Nauplius 59 JKK, Tahun 2015, Volume 4(4), halaman 53-60 Artemia sp. Jurnal of Marine Research. Vol 1, No 1:75-83. Davis, W.W and Stout, T.R. 1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay. Microbiology. 22(4): 659-665. Dewi, F.K., 2010, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, Linnaeus) terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar, Skripsi, Universitas Sebelas Maret,Surakarta. Handayani, V. Ahmad, A.R. Sudir, M. 2014. Uji Aktivitas Ekstrak Metanol Bunga Dan Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) Menggunakan Metode DPPH. Universitas Muslim Indonesia. Makasar. Pharm Sci ISSN 24072354. Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediro, penerbit ITB, Bandung, 69-94, 142-158, 234238. 11. Jawezt E. Adelberg E.A and Melniek J. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Terj.Enugroho E & Maulana RF. Edisi ke-20. Jakarta: EGC. Kimball. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Kusmiyati, Agustini Ni Wayan, S. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri Dari Mikroalga Porphyridium Cruentum. J Biodiversitas, 8:4843. Lang C and Schrerther, S.C. 1976. Change InSea Urchin Population After The Destruction of Kelp Beds marine Biologi 36; 321-326. Pratiwi, D. Wahdaningsih, S. Isnindar. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan Daun ISSN 2303-1077 Bawang Mekah (Eleutherine americana merr.) Dengan Metode DPPH ( 2,2- Difenil-1- Pikril hidrazil). Tras. Med, J. Vol 18(1), p 9-16. Rasyid, A. 2012.Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Serta Uji Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Ekstrak Metanol Teripang Stichopus hermanii. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol 4,No 2,hlm 360-368. Rostinawati,T. 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hubiscus Sabdariffa L.)Terhadap Escherichia coli, Salmonella thyphi dan Staphylococcus aureus Dengan Metode Difusi Agar. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Jatinagor. Septiadi, T., Pringgenies, D., dan Radjasa, O.K., 2013, Uji Fitokimia dan Aktivitas Antijamur Ekstrak Teripang Keling (Holoturia atra) Dari Pantai Bandengan Jepara Terhadap Jamur Candida albicans. J Of Marine Research, 2:76-84. Venugopal, V. 2009.Marine Products for Healthcare. Functional and BioactiveNutraceutical Compounds from the Ocean. Di Dalam Aprilia, H, dkk.2012. Uji Toksisitas Ekstrak Kloroform Cangkang dan Duri Landak Laut (Diadema setosum) Terhadap Mortalitas Nauplius Artemia sp. Jurnal of Marine Research. Volume 1, Nomor 1, Hal 75-83. 1st ed.; CRC Press: Boca Raton,FL, Volume 1. 60