gambaran waktu pemberian makanan pendamping asi dan asupan

advertisement
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
GAMBARAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
DAN ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA
6-12 BULAN DI RW 01 KELURAHAN PACCERAKKANG
KOTA MAKASSAR
1
1
2
Thresia Dewi KB., Hj.Fatmawaty Suaib Ferianti Tonapa
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makasar
Abstract
Background: Giving (MP-ASI) just in time that the age of 6 months to allow the baby's
needs can be met because at the age of 6 months of production (ASI) is no longer met all
the nutritional needs of babies and so we need complementary foods in addition to (ASI).
If energy needs are not being met by either the baby will get sick so that they can
influence the nutritional status of infants.
Objectives: This study aims to describe the timing of (MP-ASI) and energy intake and
nutritional status of infants aged 6-12 months in RW 01 Village Paccerakkang Makassar.
Methods: This research is a survey with descriptive approach. Samples are infants aged
6-12 months who meet the criteria as a sample in RW 01 Village Paccerakkang Makassar
totaling 30 people selected by purposive sampling. Data age provision (MP-ASI) was
obtained through a questionnaire and categorized according to age provision (MP-ASI),
which is appropriate to the age of administration (MP-ASI) at 6 months and is not
appropriate if the baby is given (MP-ASI) aged less than 6 months or more than 6
months. Data obtained by the method of energy intake Food Recall 24 hours over 2 days
are not consecutive. Data with an index of nutritional status (BB/U) was obtained through
the data sample weight.
Suggestion: The results showed that the majority (60.0%) samples get (MP-ASI) on
time. Most (53.3%) samples classified as less energy intake. Most (90.0%) samples had
good nutritional status according to the index (BB/U). Most (60.0%) sample distribution
based on the time of administration (MP-ASI) and nutritional status. Sebagan large
(53.3%) the distribution of the sample based on energy intake and nutritional status.
Suggestion: It is suggested to mothers of infants aged 6-12 months in RW 01 Village
Paccerakkang Makassar to pay attention to the energy intake of the baby so the baby's
energy needs can be met with a well that will also affect the nutritional status of infants.
Key words
: Time Provision of MP-ASI, energy intake, nutritional status.
LATAR BELAKANG
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
utama dan terbaik bagi bayi.
Seiring
bertambahnya umur, bayi memerlukan energi
dan zat-zat gizi yang lebih dibandingkan dari
jumlah yang diperoleh dari ASI. Pengenalan dan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
harus dilakukan secara bertahap sesuai usia bayi
baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan
untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi
dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2007).
Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi
mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan makanan
peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Adriani,
2014).
Pemberian makanan yang baik dan tepat
sangat penting untuk kelangsungan hidup,
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan
gizi bayi. Jika bayi mendapatkan makanan
pendamping selain ASI terlalu dini (sebelum usia
6 bulan), maka akan meningkatkan risiko
penyakit diare serta penyakit infeksi. Selain itu
11
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
juga akan menyebabkan jumlah ASI yang
diterima bayi berkurang, padahal komposisi gizi
ASI pada 6 bulan pertama sangat cocok untuk
kebutuhan bayi. Akibatnya pertumbuhan dan
perkembangan bayi akan terganggu. Sebaliknya
jika makanan pendamping diberikan terlambat
(melewati usia 6 bulan) maka bayi akan
mengalami kekurangan zat gizi terutama energi
dan protein juga zat besi. Akibatnya akan
menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat, bayi
mengalami anemia, atau defisiensi zat gizi yang
lainnya (Sulistyoningsih, 2011).
Sampai usia 6 bulan kebutuhan energi bayi
masih dapat dipenuhi dari ASI. Mulai usia 6 bulan
kebutuhan energi bayi tidak dapat dipenuhi dari
ASI saja sehingga perlu tambahan energi dari
MP-ASI. Bertambahnya usia bayi berarti bayi
membutuhkan energi yang lebih banyak sesuai
dengan pertumbuhannya. Jika kekurangan
energi ini tidak terpenuhi dengan baik bayi akan
mudah sakit dan bila sakit lebih lama sembuh.
Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun
pertama kehidupan sangat bervariasi menurut
usia dan berat badan. Secara umum, selama 6
bulan pertama kehidupan, bayi membutuhkan
energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari,
yang kemudian berkurang menjadi sekitar 105110 kkal/kg/hari pada 6 bulan sesudahnya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010, hasil survey nasional prevalensi berat
kurang pada tahun 2010 adalah 17,9%, yang
terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi
kurang. Tahun 2010 di Indonesia bayi yag
mendapat ASI dan makanan cair (predominan)
sebesar 4,5%, bayi yang mendapat ASI dan MPASI dini (parsial) sebesar 81,54% (Wargiana,
2013). Berdasarkan hasil Praktek Belajar
Lapangan (PBL) Perencanaan Program Gizi
tahun 2012 di RW 01 kelurahan Paccerakkang
Kecamatan Biringkanaya sebanyak 92,2% ibu
yang memberikan makanan yang tidak tepat
pada anaknya. Asupan protein kurang sebanyak
36,7%, asupan lemak kurang sebanyak 50,0%,
dan asupan karbohidrat kurang sebanyak 71,4%.
Kategori status gizi balita menurut indikator berat
badan menurut umur yang termasukunderweight
sebanyak 28,6%, sedangkan untuk indikator
berat badan menurut tinggi badan sebanyak
35,7% balita yang kurus.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik
untuk mengetahui gambaran waktu pemberian
MP-ASI dan asupan energi dengan status gizi
bayi usia 6-12 bulan di RW 01 kelurahan
Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar.
12
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey
dengan pendekatan deskriptif, yaitu suatu jenis
penelitian untuk mengetahui gambaran waktu
pemberian makanan pendamping ASI dan
asupan energi dengan status gizi bayi usia 6-12
bulan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di RW 01
Kelurahan
Paccerakkang
Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Juni –
Agustus 2015
Populasi dan sampel
Populasi dari penelitian ini adalah semua
bayi usia 6-12 bulan yang tinggal di RW 01
Kelurahan
Paccerakkang
Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar. Sampelnya adalah
bayi usia 6-12 bulan yang diambil secara
purposive sampling, dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Sampel yang berumur 6-12 bulan
b. Ibu sampel bersedia menjadi responden.
c. Sampel yang menetap tinggal di Kelurahan
Paccerakkang.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut
diperoleh sampel sebanyak 30 bayi.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer yang dikumpulkan yaitu
waktu pemberian MP-ASI, asupan energi dan
status gizi. Identitas sampel yang diperoleh
dengan cara wawancara.
Waktu pemberian MP-ASI diperoleh
melalui kuesioner yang diajukan kepada
responden dengan menanyakan usia pertama
kali MP–ASI diberi kepada bayinya .
Status gizi yang diperoleh dengan cara
menimbang berat badan sampel, menggunakan
timbangan berat badan merk seca dengan
ketelitian 0.1 kg.
Asupan energi diperoleh dengan metode
recall 2x24 jam secara tidak berturutan
menggunakan form recall.
Pegolahan Data dan Penyajian Data
Identitas sampel diperoleh dari hasil
wawancara dengan mengategorikan sesuai
karakterisik responden. Data waktu pemberian
MP-ASI diperoleh melalui kuesioner lalu
dikategorikan sesuai usia pemberian MP-ASI,
yaitu dikategorikan baik jika waktu pemberian
MP-ASI saat bayi usia 6 bulan dan dikategorikan
kurang jika bayi diberikan MP-ASI saat usia
kurang dar 6 bulan atau lebih dari 6 bulan. Data
asupan energi diperoleh dengan metode Food
Recall 24 jam selama 2 hari tidak berturutan.
Data status gizi dengan indeks BB/U diolah
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
menggunakan komputer. Data yang telah
diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin
Tabel 01
Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin di RW
01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total
n
11
19
30
%
36.7
63.3
100
Berdasarkan tabel 01 menunjukkan
bahwa sebagian besar sampel (63.3%) berjenis
kelamin perempuan.
Tabel 02
Distribusi Waktu Pemberian MP-ASI pada
Sampel di RW 01 Kelurahan Paccerakkang
Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar
Tahun 2015
Kriteria
Tepat
Tidak Tepat
Total
n
18
12
30
%
60,0
40,0
100
Berdasarkan tabel 02 menunjukkan
bahwa sebagian besar (60%) sampel pertama
kali diberikan makanan/minuman selain ASI yang
tergolong tepat
Tabel 03
Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi di RW
01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015
Status Gizi
Baik
Kurang
Total
n
27
3
30
%
90,0
10,0
100
Berdasarkan tabel 03 menunjukkan bahwa
sebagian besar sampel memiliki status gizi
berdasarkan indeks berat badan menurut umur
yaitu baik sebanyak 27 orang (90%).
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
Tabel 04
Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi di
RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015
Asupan Energi
Baik
Kurang
Total
n
14
16
30
%
46,7
53,3
100
Berdasarkan tabel 04 menunjukkan bahwa
sebagian besar asupan energi tergolong kurang
yaitu sebanyak 16 (53.3%).
Tabel 05
Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Pemberian
MP-ASI dan Status Gizi di RW 01 Kelurahan
Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota
Makassar Tahun 2015
Waktu
Pemberian
MP-ASI
Status Gizi
Baik
n
16
11
27
Tepat
Tidak Tepat
Total
%
53,3
36,7
90,0
Total
Kurang
n
2
1
3
%
6,7
3,3
10,0
n
18
12
30
%
60,0
40,0
100
Berdasarkan tabel 05 menunjukkan
bahwa ada 53.3% sampel yang mendapatkan
MP-ASI tepat waktu memiliki status gizi baik
dengan indeks berat badan menurut umur.
Tabel 06
Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan
Energi dan Status Gizi di RW 01 Kelurahan
Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya
Kota Makassar Tahun 2015
Asupan
Energi
Baik
Kurang
Total
Status Gizi
Kurang
%
n
%
46,7
0
0
43,3
3
10,0
90,0
3
10,0
Total
Baik
n
14
13
27
n
14
16
30
%
46,7
53,3
100
Berdasarkan tabel 06 menunjukkan
bahwa ada 46.7% sampel yang mendapatkan
asupan energi baik memiliki status gizi baik
dengan indeks berat badan menurut umur.
PEMBAHASAN
Gambaran Waktu Pemberian MP-ASI
Pemberian makanan pada bayi akan
merangsang pengeluaran berbagai jenis hormon
yang
berkaitan
dengan
gerakan
dan
pengembangan saluran cerna serta fungsi sel-sel
13
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
pankreas. Lambung dan usus yang berkembang
juga meningkatkan kemampuan bayi untuk
menangani berbagai zat gizi dan tekstur
makanan (Almatsier, 2011). Pemberian makanan
yang baik dan tepat waktu sangat penting untuk
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan,
perkembangan, kesehatan dan gizi bayi. Jika
bayi mandapatkan makanan pendamping selain
ASI terlalu dini (sebelum usia 6 bulan), maka
akan meningkatkan risiko penyakit diare dan atau
penyakit infeksi lainnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar (60,0%) sampel pertama kali diberikan
makanan/minuman selain ASI pada usia 6 bulan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pangestu
FR (2014) di Kelurahan Toroada Kecamatan
Turikale Kabupaten Maros menunjukkan bahwa
sebanyak 65,6% yang memperkenalkan MP-ASI
tepat pada waktunya yaitu saat usia 6 bulan. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah
memberikan MP-ASI tepat pada waktunya yaitu
saat bayi berusia 6 bulan.
Gambaran Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari
keseimbangan antara konsumsi makanan
penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara
status gizi lebih, gizi baik, dan gizi buruk
(Almatsier,2003). Menurut Aritonang (2010)
status gizi adalah tingkat keadaan gizi seseorang
yang dinyatakan menurut jenis dan beratnya
keadaan kurang gizi.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa
status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U
sebagian besar status gizi bayi tergolong baik
yaitu sebanyak 27 orang (90,0%). Penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Pangestu FR
(2014) di Kelurahan Toroada Kecamatan Turikale
Kabupaten Maros menunjukkan bahwa status
gizi bayi menurut indeks BB/U sebanyak 28
orang (87,5%) memiliki status gizi baik. Hal ini
menunjukkan bahwa ketepatan waktu pemberian
MP-ASI akan dapat memenuhi kebutuhan energi
bayi sesuai dengan usianya, sehingga akan
berdampak pada status gizi bayi yang baik.
Gambaran Asupan Energi
Sampai usia 6 bulan kebutuhan energi bayi
masih dapat dipenuhi dari ASI. Mulai usia 6
keatas bulan kebutuhan energi bayi tidak dapat
dipenuhi dari ASI saja sehingga perlu tambahan
energi dari MP-ASI. Bertambahnya usia bayi,
membuat bayi membutuhkan energi yang lebih
banyak sesuai dengan pertumbuhannya. Jika
kekurangan energi ini tidak terpenuhi dengan
baik akan mudah sakit dan bila sakit lebih lama
sembuh. Kebutuhan energi bayi yang cukup
selama tahun pertama kehidupan sangat
bervariasi menurut usia dan berat badan.
Penelitian ini memberi gambaran bahwa
sebagian besar sampel dengan asupan energi
kurang yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasim R
(2013) di Desa Bajiminasa Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba menunjukkan bahwa
asupan energi bayi tergolong kurang sebanyak
18 orang (69,2%). Kebutuhan energi sehari
meningkat selama tahun pertama kehidupan,
akan tetapi kebutuhan energi per unit ukuran
tubuh turun sesuai dengan perubahan pada
kecepatan tumbuh bayi. Pengaruh aktivitas fisik
terhadap pengeluaran energi berbeda untuk tiap
bayi. Namun rata-rata aktivitas fisik akan
meningkat seiring dengan meningkatnya umur
sesuai
dengan
perkembangan
motorik.
Peningkatan aktivitas ini akan diikuti dengan
meningkatnya kebutuhan energi bagi bayi dan
atau anak.
Gambaran Waktu Pemberian MP-ASI dan
Status Gizi
Bayi usia 6-12 bulan, selain ASI bayi mulai
bisa diberikan Makanan Pendamping ASI atau
yang dikenal dengan MP-ASI. Makanan
Pendamping ASI dapat diberikan pada bayi
setelah usia 6 bulan, karena pada usia itu bayi
sudah mempunyai refleks mengunyah dengan
organ pencernaan yang lebih kuat. Pemberian
makanan pada bayi yang perlu diperhatikan
salah
satunya
adalah
ketepatan
waktu
pemberiannya. Waktu pemberian MP-ASI dalam
penelitian ini yang kurang tepat digolongkan jika
MP-ASI diberikan pada waktu bayi berusia
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 6 bulan dan
waktu pemberian MP-ASI yang tepat digolongkan
pada anak yang diberikan MP-ASI pada umur 6
bulan.
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa
sebagian besar bayi dengan status gizi baik dan
mendapatkan MP-ASI tepat pada waktunya ada
sebanyak 18 sampel (60,0%). Jika bayi
mendapatkan MP-ASI tepat waktu maka
mempengaruhi status gizi bayi yaitu bayi akan
memiliki status gizi baik dikarenakan kebutuhan
bayi yang terpenuhi tepat pada waktunya.
Namun penelitian ini juga memberi gamabaran
bahwa ada beberapa bayi yang mendapatkan
MP-ASI tidak tepat pada waktunya namun tetap
memiliki status gizi baik. Hal ini disebabkan
kebutuhan bayi saat usia 6 bulan masih dapat
terpenuhi dari ASI.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Rochimiwati dkk (2013) yang melakukan
penelitian di wilayah pesisir Kecamatan Tallo
14
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara waktu
pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi, yang
menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang
berstatus
gizi
gizi
buruk/kurang
yang
mendapatkan MP-ASI tepat waktu.
Makanan pendamping ASI adalah makanan
atau minuman yang mengandung zat gizi, yang
diberikan kepada bayi atau anak usia 6-12 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI
(Depkes Ri, 2006). Makanan pendamping ASI ini
diberikan pada bayi karena pada masa itu
produksi ASI semakin menurun sehingga
pemberian dalam bentuk makanan pelengkap
sangat dianjurkan (WHO, 2004). Pemberian
makanan yang baik dan tepat sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta
status gizi bayi. Bayi yang mendapat MP-ASI
tepat pada waktunya cenderung akan memiliki
status gizi yang baik karena dimana pada usia 6
bulan bayi sudah mempunyai refleks mengunyah
dan pencernaan yang lebih kuat dan pada usia 6
bulan produksi ASI tidak lagi dapat mencukupi
semua kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh bayi
sehingga bayi harus mendapatkan MP-ASI.
Sebaliknya jika MP-ASI diberikan kurang tepat
yaitu pada usia kurang dari 6 bulan, maka
cenderung menyebabkan jumlah ASI yang akan
diterima oleh bayi akan berkurang akibatnya
pertumbuhan bayi akan terganggu. Jika
pemberian MP-ASI terlambat yaitu lebih dari 6
bulan maka bayi akan mengalami kekurangan
zat-zat gizi yang dimana dapat menyebabkan
pertumbuhan bayi menjadi terhambat. Praktek
pemberian makanan pada bayi, selain ketepatan
usia pemberian MP-ASI hal lain yang perlu
diperhatikan juga yaitu bentuk MP-ASI dari
frekuensi pemberian dan kualitas serta kuantitas
MP-ASI tersebut.
Gambaran Asupan Energi dan Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel
sebanyak 46.7% mengonsumsi energi baik jika
dibandingkan dengan rekomendasi Anjuran
Kecukupan Gizi (AKG) dan memiliki status gizi
yang baik. Namun hasil penelitian juga memberi
gambaran bahwa ada 43.3% sampel dengan
asupan energi kurang, tetapi memiliki status gizi
yang baik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian
ini, peneliti tidak menghitung nilai gizi dari ASI
dan tidak mengidentifikasi penyakit infeksi yang
pernah dialami sampel dalam seminggu terakhir.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Fitriana dkk (2012) yang juga menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara waktu pemberian MPASI dengan status gizi bayi dimana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa bayi yang
mendapat MP-ASI kurang tepat dengan status
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
gizi baik lebih banyak yaitu 68 anak,
dibandingkan dengan bayi yang mendapat MPASI kurang tepat dengan status gizi kurang yaitu
sebanyak 41 anak. Terdapat beberapa faktor lain
dari pemberian MP-ASI yang mempengaruhi
status gizi bayi, seperti kualitas, kuantitas,
higiene dan jadwal/waktu pemberian MP-ASI.
Apabila faktor tersebut baik, maka status gizi bayi
akan baik.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap
status gizi bayi. Kondisi status gizi baik dapat
dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi
yang akan digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik,
kemampuan otak, dan untuk mencapai
kesehatan optimal (Roesli, 2002). Direktorat Bina
Gizi (2010) mengatakan bahwa keluarga yang
biasa mempersiapkan makanan sendiri, akan
lebih mudah memberikan MP-ASI yang baik bagi
anaknya. Pemberian MP-ASI berhubungan
dengan konsumsi makanan keluarga yang
dipengaruhi oleh budaya, pekerjaan, pendidikan
dan produksi pangan (Supariasa, 2012).
Penelitian ini menggambarkan bahwa pekerjaan
responden rata-rata adalah seorang ibu rumah
tangga,
sehingga
ada
waktu
untuk
mempersiapkan makanan sendiri kepada anakanaknya. Asupan energi yang cukup juga
dipengaruhi oleh frekuensi, jumlah dan jenis
makanan yang dikonsumsi dan penggunaannya
dalam tubuh.
KESIMPULAN
1. Waktu pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan di RW 01
Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar
sebagian besar tepat yaitu sebanyak 18
orang(60%).
2. Asupan energi bayi usia 6-12 bulan di RW 01
Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar
sebagian besar tergolong kurang yaitu
sebanyak 16 orang (53.3%).
3. Status gizi bayi usia 6-12 bulan di RW 01
Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar
diukur berdasarkan antropometri menurut
indeks BB/U menurut WHO Antro 2005
dinyatakan status gizi baik sebanyak 27 orang
(90%),
DAFTAR PUSTAKA
Adriani M, Wirjatmadi B. (2012). Peranan Gizi
Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta; Kencana
Prenada Media Group.
Adriani M, Wirjatmadi B. (2014). Gizi dan
Kesehatan Balita. Jakarta; Kencana Prenada
Media Group.
15
Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015
Almatsier S, Soetarjo s, Soekarto M. (2011). Gizi
Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta;
PT Gramedia Pustaka Utama.
Anggota IKAPI. (2009). Makanan Sehat Bayi dan
Balita.Jakarta; Dian Rakyat.
Arisman MB. (2010). Gizi Dalam Daur
Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta; EGC.
Aritonang I. (2010). Menilai Status Gizi untuk
Mencapai Sehat Optimal. Jakarta; Grafina
Mediacipta.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku
Pedoman Pemberian Makanan Pendamping
ASI. Jakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Konseling Gizi
Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.
Direktorat Bina Gizi. (2010). Pelatihan Konseling
Makanan Pendamping Air Susu Ibu Panduan
Peserta. Kemenkes RI.
Fanny L, Amir A, Dewi T. (2009). Gizi Dalam
Daur Kehidpan. Makassar; Departemen
Kesehatan
RI
Politeknik
Kesehatan
Makassar.
Fitriana, dkk. (2013). Dampak Usia Pertama
Pemberian Makanan Pendamping ASI
Terhadap Status Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan.
Palembang. Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Hasim R. 2013. Gambaran Status ASI, Asupan
Zat Gizi dan Status Gizi Usia 7-12 Bulan di
Desa Bajiminasa Kecamatan Rilau Ale
Kabupaten Bulukumba. Politeknik Kesehatan
Republik Indonesia Jurusan Gizi.
Pangestu FR. (2014). Gambaran Pengetahuan
Ibu Tentang MP-ASI, Praktek Pemberian
Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi
Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan
Toroada
Kecamatan
Turikale.
Maros.
Politeknik Kesehatan Republik Indonesia
Jurusan Gizi.
Rochimiwati, dkk. (2013). Hubungan Pola
Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi Anak
Usia 6-23 Bulan. Makassar. Universitas
Hasanuddin Makassar Fakultas Kesehatan
Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi.
Roesli, U. (2002). Mengenal ASI Eksklusif.
Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Jakarta.
Sulistyoningsih H, (2011). Gizi untuk Kesehatan
Ibu dan Anak. Tasikmalaya; Graham ilmu.
Supariasa IDN, Bakri B, MPS, Fajar I. (2002).
Penilaian Status Gizi.Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
World Health Organization.(2004). Pemberian
Makanan Tambahan. EGC. Jakarta
World
Health
Organization.(2007).
Tabel
Reference WHO Anthro 2007. Makassar;
Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Gizi
16
Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita
Download