Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita GAMBARAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI RW 01 KELURAHAN PACCERAKKANG KOTA MAKASSAR 1 1 2 Thresia Dewi KB., Hj.Fatmawaty Suaib Ferianti Tonapa 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2 Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makasar Abstract Background: Giving (MP-ASI) just in time that the age of 6 months to allow the baby's needs can be met because at the age of 6 months of production (ASI) is no longer met all the nutritional needs of babies and so we need complementary foods in addition to (ASI). If energy needs are not being met by either the baby will get sick so that they can influence the nutritional status of infants. Objectives: This study aims to describe the timing of (MP-ASI) and energy intake and nutritional status of infants aged 6-12 months in RW 01 Village Paccerakkang Makassar. Methods: This research is a survey with descriptive approach. Samples are infants aged 6-12 months who meet the criteria as a sample in RW 01 Village Paccerakkang Makassar totaling 30 people selected by purposive sampling. Data age provision (MP-ASI) was obtained through a questionnaire and categorized according to age provision (MP-ASI), which is appropriate to the age of administration (MP-ASI) at 6 months and is not appropriate if the baby is given (MP-ASI) aged less than 6 months or more than 6 months. Data obtained by the method of energy intake Food Recall 24 hours over 2 days are not consecutive. Data with an index of nutritional status (BB/U) was obtained through the data sample weight. Suggestion: The results showed that the majority (60.0%) samples get (MP-ASI) on time. Most (53.3%) samples classified as less energy intake. Most (90.0%) samples had good nutritional status according to the index (BB/U). Most (60.0%) sample distribution based on the time of administration (MP-ASI) and nutritional status. Sebagan large (53.3%) the distribution of the sample based on energy intake and nutritional status. Suggestion: It is suggested to mothers of infants aged 6-12 months in RW 01 Village Paccerakkang Makassar to pay attention to the energy intake of the baby so the baby's energy needs can be met with a well that will also affect the nutritional status of infants. Key words : Time Provision of MP-ASI, energy intake, nutritional status. LATAR BELAKANG Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama dan terbaik bagi bayi. Seiring bertambahnya umur, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang lebih dibandingkan dari jumlah yang diperoleh dari ASI. Pengenalan dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) harus dilakukan secara bertahap sesuai usia bayi baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2007). Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi mulai umur 6-24 bulan, dan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Adriani, 2014). Pemberian makanan yang baik dan tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan gizi bayi. Jika bayi mendapatkan makanan pendamping selain ASI terlalu dini (sebelum usia 6 bulan), maka akan meningkatkan risiko penyakit diare serta penyakit infeksi. Selain itu 11 Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 juga akan menyebabkan jumlah ASI yang diterima bayi berkurang, padahal komposisi gizi ASI pada 6 bulan pertama sangat cocok untuk kebutuhan bayi. Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi akan terganggu. Sebaliknya jika makanan pendamping diberikan terlambat (melewati usia 6 bulan) maka bayi akan mengalami kekurangan zat gizi terutama energi dan protein juga zat besi. Akibatnya akan menyebabkan pertumbuhan bayi terhambat, bayi mengalami anemia, atau defisiensi zat gizi yang lainnya (Sulistyoningsih, 2011). Sampai usia 6 bulan kebutuhan energi bayi masih dapat dipenuhi dari ASI. Mulai usia 6 bulan kebutuhan energi bayi tidak dapat dipenuhi dari ASI saja sehingga perlu tambahan energi dari MP-ASI. Bertambahnya usia bayi berarti bayi membutuhkan energi yang lebih banyak sesuai dengan pertumbuhannya. Jika kekurangan energi ini tidak terpenuhi dengan baik bayi akan mudah sakit dan bila sakit lebih lama sembuh. Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan. Secara umum, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi membutuhkan energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari, yang kemudian berkurang menjadi sekitar 105110 kkal/kg/hari pada 6 bulan sesudahnya. Menurut Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, hasil survey nasional prevalensi berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9%, yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang. Tahun 2010 di Indonesia bayi yag mendapat ASI dan makanan cair (predominan) sebesar 4,5%, bayi yang mendapat ASI dan MPASI dini (parsial) sebesar 81,54% (Wargiana, 2013). Berdasarkan hasil Praktek Belajar Lapangan (PBL) Perencanaan Program Gizi tahun 2012 di RW 01 kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya sebanyak 92,2% ibu yang memberikan makanan yang tidak tepat pada anaknya. Asupan protein kurang sebanyak 36,7%, asupan lemak kurang sebanyak 50,0%, dan asupan karbohidrat kurang sebanyak 71,4%. Kategori status gizi balita menurut indikator berat badan menurut umur yang termasukunderweight sebanyak 28,6%, sedangkan untuk indikator berat badan menurut tinggi badan sebanyak 35,7% balita yang kurus. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran waktu pemberian MP-ASI dan asupan energi dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di RW 01 kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. 12 Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian untuk mengetahui gambaran waktu pemberian makanan pendamping ASI dan asupan energi dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Juni – Agustus 2015 Populasi dan sampel Populasi dari penelitian ini adalah semua bayi usia 6-12 bulan yang tinggal di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Sampelnya adalah bayi usia 6-12 bulan yang diambil secara purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut : a. Sampel yang berumur 6-12 bulan b. Ibu sampel bersedia menjadi responden. c. Sampel yang menetap tinggal di Kelurahan Paccerakkang. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut diperoleh sampel sebanyak 30 bayi. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data Primer Data primer yang dikumpulkan yaitu waktu pemberian MP-ASI, asupan energi dan status gizi. Identitas sampel yang diperoleh dengan cara wawancara. Waktu pemberian MP-ASI diperoleh melalui kuesioner yang diajukan kepada responden dengan menanyakan usia pertama kali MP–ASI diberi kepada bayinya . Status gizi yang diperoleh dengan cara menimbang berat badan sampel, menggunakan timbangan berat badan merk seca dengan ketelitian 0.1 kg. Asupan energi diperoleh dengan metode recall 2x24 jam secara tidak berturutan menggunakan form recall. Pegolahan Data dan Penyajian Data Identitas sampel diperoleh dari hasil wawancara dengan mengategorikan sesuai karakterisik responden. Data waktu pemberian MP-ASI diperoleh melalui kuesioner lalu dikategorikan sesuai usia pemberian MP-ASI, yaitu dikategorikan baik jika waktu pemberian MP-ASI saat bayi usia 6 bulan dan dikategorikan kurang jika bayi diberikan MP-ASI saat usia kurang dar 6 bulan atau lebih dari 6 bulan. Data asupan energi diperoleh dengan metode Food Recall 24 jam selama 2 hari tidak berturutan. Data status gizi dengan indeks BB/U diolah Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 menggunakan komputer. Data yang telah diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Tabel 01 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Total n 11 19 30 % 36.7 63.3 100 Berdasarkan tabel 01 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (63.3%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 02 Distribusi Waktu Pemberian MP-ASI pada Sampel di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Kriteria Tepat Tidak Tepat Total n 18 12 30 % 60,0 40,0 100 Berdasarkan tabel 02 menunjukkan bahwa sebagian besar (60%) sampel pertama kali diberikan makanan/minuman selain ASI yang tergolong tepat Tabel 03 Distribusi Sampel Berdasarkan Status Gizi di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Status Gizi Baik Kurang Total n 27 3 30 % 90,0 10,0 100 Berdasarkan tabel 03 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki status gizi berdasarkan indeks berat badan menurut umur yaitu baik sebanyak 27 orang (90%). Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita Tabel 04 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Asupan Energi Baik Kurang Total n 14 16 30 % 46,7 53,3 100 Berdasarkan tabel 04 menunjukkan bahwa sebagian besar asupan energi tergolong kurang yaitu sebanyak 16 (53.3%). Tabel 05 Distribusi Sampel Berdasarkan Waktu Pemberian MP-ASI dan Status Gizi di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Waktu Pemberian MP-ASI Status Gizi Baik n 16 11 27 Tepat Tidak Tepat Total % 53,3 36,7 90,0 Total Kurang n 2 1 3 % 6,7 3,3 10,0 n 18 12 30 % 60,0 40,0 100 Berdasarkan tabel 05 menunjukkan bahwa ada 53.3% sampel yang mendapatkan MP-ASI tepat waktu memiliki status gizi baik dengan indeks berat badan menurut umur. Tabel 06 Distribusi Sampel Berdasarkan Asupan Energi dan Status Gizi di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar Tahun 2015 Asupan Energi Baik Kurang Total Status Gizi Kurang % n % 46,7 0 0 43,3 3 10,0 90,0 3 10,0 Total Baik n 14 13 27 n 14 16 30 % 46,7 53,3 100 Berdasarkan tabel 06 menunjukkan bahwa ada 46.7% sampel yang mendapatkan asupan energi baik memiliki status gizi baik dengan indeks berat badan menurut umur. PEMBAHASAN Gambaran Waktu Pemberian MP-ASI Pemberian makanan pada bayi akan merangsang pengeluaran berbagai jenis hormon yang berkaitan dengan gerakan dan pengembangan saluran cerna serta fungsi sel-sel 13 Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita pankreas. Lambung dan usus yang berkembang juga meningkatkan kemampuan bayi untuk menangani berbagai zat gizi dan tekstur makanan (Almatsier, 2011). Pemberian makanan yang baik dan tepat waktu sangat penting untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan gizi bayi. Jika bayi mandapatkan makanan pendamping selain ASI terlalu dini (sebelum usia 6 bulan), maka akan meningkatkan risiko penyakit diare dan atau penyakit infeksi lainnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (60,0%) sampel pertama kali diberikan makanan/minuman selain ASI pada usia 6 bulan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Pangestu FR (2014) di Kelurahan Toroada Kecamatan Turikale Kabupaten Maros menunjukkan bahwa sebanyak 65,6% yang memperkenalkan MP-ASI tepat pada waktunya yaitu saat usia 6 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah memberikan MP-ASI tepat pada waktunya yaitu saat bayi berusia 6 bulan. Gambaran Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari keseimbangan antara konsumsi makanan penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi lebih, gizi baik, dan gizi buruk (Almatsier,2003). Menurut Aritonang (2010) status gizi adalah tingkat keadaan gizi seseorang yang dinyatakan menurut jenis dan beratnya keadaan kurang gizi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa status gizi bayi berdasarkan indeks BB/U sebagian besar status gizi bayi tergolong baik yaitu sebanyak 27 orang (90,0%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pangestu FR (2014) di Kelurahan Toroada Kecamatan Turikale Kabupaten Maros menunjukkan bahwa status gizi bayi menurut indeks BB/U sebanyak 28 orang (87,5%) memiliki status gizi baik. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu pemberian MP-ASI akan dapat memenuhi kebutuhan energi bayi sesuai dengan usianya, sehingga akan berdampak pada status gizi bayi yang baik. Gambaran Asupan Energi Sampai usia 6 bulan kebutuhan energi bayi masih dapat dipenuhi dari ASI. Mulai usia 6 keatas bulan kebutuhan energi bayi tidak dapat dipenuhi dari ASI saja sehingga perlu tambahan energi dari MP-ASI. Bertambahnya usia bayi, membuat bayi membutuhkan energi yang lebih banyak sesuai dengan pertumbuhannya. Jika kekurangan energi ini tidak terpenuhi dengan baik akan mudah sakit dan bila sakit lebih lama sembuh. Kebutuhan energi bayi yang cukup selama tahun pertama kehidupan sangat bervariasi menurut usia dan berat badan. Penelitian ini memberi gambaran bahwa sebagian besar sampel dengan asupan energi kurang yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hasim R (2013) di Desa Bajiminasa Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba menunjukkan bahwa asupan energi bayi tergolong kurang sebanyak 18 orang (69,2%). Kebutuhan energi sehari meningkat selama tahun pertama kehidupan, akan tetapi kebutuhan energi per unit ukuran tubuh turun sesuai dengan perubahan pada kecepatan tumbuh bayi. Pengaruh aktivitas fisik terhadap pengeluaran energi berbeda untuk tiap bayi. Namun rata-rata aktivitas fisik akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur sesuai dengan perkembangan motorik. Peningkatan aktivitas ini akan diikuti dengan meningkatnya kebutuhan energi bagi bayi dan atau anak. Gambaran Waktu Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Bayi usia 6-12 bulan, selain ASI bayi mulai bisa diberikan Makanan Pendamping ASI atau yang dikenal dengan MP-ASI. Makanan Pendamping ASI dapat diberikan pada bayi setelah usia 6 bulan, karena pada usia itu bayi sudah mempunyai refleks mengunyah dengan organ pencernaan yang lebih kuat. Pemberian makanan pada bayi yang perlu diperhatikan salah satunya adalah ketepatan waktu pemberiannya. Waktu pemberian MP-ASI dalam penelitian ini yang kurang tepat digolongkan jika MP-ASI diberikan pada waktu bayi berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 6 bulan dan waktu pemberian MP-ASI yang tepat digolongkan pada anak yang diberikan MP-ASI pada umur 6 bulan. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar bayi dengan status gizi baik dan mendapatkan MP-ASI tepat pada waktunya ada sebanyak 18 sampel (60,0%). Jika bayi mendapatkan MP-ASI tepat waktu maka mempengaruhi status gizi bayi yaitu bayi akan memiliki status gizi baik dikarenakan kebutuhan bayi yang terpenuhi tepat pada waktunya. Namun penelitian ini juga memberi gamabaran bahwa ada beberapa bayi yang mendapatkan MP-ASI tidak tepat pada waktunya namun tetap memiliki status gizi baik. Hal ini disebabkan kebutuhan bayi saat usia 6 bulan masih dapat terpenuhi dari ASI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rochimiwati dkk (2013) yang melakukan penelitian di wilayah pesisir Kecamatan Tallo 14 Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Kota Makassar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara waktu pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi, yang menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang berstatus gizi gizi buruk/kurang yang mendapatkan MP-ASI tepat waktu. Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, yang diberikan kepada bayi atau anak usia 6-12 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes Ri, 2006). Makanan pendamping ASI ini diberikan pada bayi karena pada masa itu produksi ASI semakin menurun sehingga pemberian dalam bentuk makanan pelengkap sangat dianjurkan (WHO, 2004). Pemberian makanan yang baik dan tepat sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan serta status gizi bayi. Bayi yang mendapat MP-ASI tepat pada waktunya cenderung akan memiliki status gizi yang baik karena dimana pada usia 6 bulan bayi sudah mempunyai refleks mengunyah dan pencernaan yang lebih kuat dan pada usia 6 bulan produksi ASI tidak lagi dapat mencukupi semua kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh bayi sehingga bayi harus mendapatkan MP-ASI. Sebaliknya jika MP-ASI diberikan kurang tepat yaitu pada usia kurang dari 6 bulan, maka cenderung menyebabkan jumlah ASI yang akan diterima oleh bayi akan berkurang akibatnya pertumbuhan bayi akan terganggu. Jika pemberian MP-ASI terlambat yaitu lebih dari 6 bulan maka bayi akan mengalami kekurangan zat-zat gizi yang dimana dapat menyebabkan pertumbuhan bayi menjadi terhambat. Praktek pemberian makanan pada bayi, selain ketepatan usia pemberian MP-ASI hal lain yang perlu diperhatikan juga yaitu bentuk MP-ASI dari frekuensi pemberian dan kualitas serta kuantitas MP-ASI tersebut. Gambaran Asupan Energi dan Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel sebanyak 46.7% mengonsumsi energi baik jika dibandingkan dengan rekomendasi Anjuran Kecukupan Gizi (AKG) dan memiliki status gizi yang baik. Namun hasil penelitian juga memberi gambaran bahwa ada 43.3% sampel dengan asupan energi kurang, tetapi memiliki status gizi yang baik. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini, peneliti tidak menghitung nilai gizi dari ASI dan tidak mengidentifikasi penyakit infeksi yang pernah dialami sampel dalam seminggu terakhir. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana dkk (2012) yang juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara waktu pemberian MPASI dengan status gizi bayi dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bayi yang mendapat MP-ASI kurang tepat dengan status Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita gizi baik lebih banyak yaitu 68 anak, dibandingkan dengan bayi yang mendapat MPASI kurang tepat dengan status gizi kurang yaitu sebanyak 41 anak. Terdapat beberapa faktor lain dari pemberian MP-ASI yang mempengaruhi status gizi bayi, seperti kualitas, kuantitas, higiene dan jadwal/waktu pemberian MP-ASI. Apabila faktor tersebut baik, maka status gizi bayi akan baik. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi bayi. Kondisi status gizi baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang akan digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, kemampuan otak, dan untuk mencapai kesehatan optimal (Roesli, 2002). Direktorat Bina Gizi (2010) mengatakan bahwa keluarga yang biasa mempersiapkan makanan sendiri, akan lebih mudah memberikan MP-ASI yang baik bagi anaknya. Pemberian MP-ASI berhubungan dengan konsumsi makanan keluarga yang dipengaruhi oleh budaya, pekerjaan, pendidikan dan produksi pangan (Supariasa, 2012). Penelitian ini menggambarkan bahwa pekerjaan responden rata-rata adalah seorang ibu rumah tangga, sehingga ada waktu untuk mempersiapkan makanan sendiri kepada anakanaknya. Asupan energi yang cukup juga dipengaruhi oleh frekuensi, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dan penggunaannya dalam tubuh. KESIMPULAN 1. Waktu pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 6-12 bulan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar sebagian besar tepat yaitu sebanyak 18 orang(60%). 2. Asupan energi bayi usia 6-12 bulan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar sebagian besar tergolong kurang yaitu sebanyak 16 orang (53.3%). 3. Status gizi bayi usia 6-12 bulan di RW 01 Kelurahan Paccerakkang Kota Makassar diukur berdasarkan antropometri menurut indeks BB/U menurut WHO Antro 2005 dinyatakan status gizi baik sebanyak 27 orang (90%), DAFTAR PUSTAKA Adriani M, Wirjatmadi B. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Adriani M, Wirjatmadi B. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita. Jakarta; Kencana Prenada Media Group. 15 Media Gizi Pangan, Vol. XX, Edisi 2, 2015 Almatsier S, Soetarjo s, Soekarto M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama. Anggota IKAPI. (2009). Makanan Sehat Bayi dan Balita.Jakarta; Dian Rakyat. Arisman MB. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.Jakarta; EGC. Aritonang I. (2010). Menilai Status Gizi untuk Mencapai Sehat Optimal. Jakarta; Grafina Mediacipta. Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta. Depkes RI. (2006). Pedoman Konseling Gizi Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta. Direktorat Bina Gizi. (2010). Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu Panduan Peserta. Kemenkes RI. Fanny L, Amir A, Dewi T. (2009). Gizi Dalam Daur Kehidpan. Makassar; Departemen Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Makassar. Fitriana, dkk. (2013). Dampak Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI Terhadap Status Gizi Bayi Usia 8-12 Bulan. Palembang. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hasim R. 2013. Gambaran Status ASI, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Usia 7-12 Bulan di Desa Bajiminasa Kecamatan Rilau Ale Kabupaten Bulukumba. Politeknik Kesehatan Republik Indonesia Jurusan Gizi. Pangestu FR. (2014). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Pada Anak Usia 6-24 Bulan di Kelurahan Toroada Kecamatan Turikale. Maros. Politeknik Kesehatan Republik Indonesia Jurusan Gizi. Rochimiwati, dkk. (2013). Hubungan Pola Pemberian MP-ASI Dengan Status Gizi Anak Usia 6-23 Bulan. Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Ilmu Gizi. Roesli, U. (2002). Mengenal ASI Eksklusif. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta. Sulistyoningsih H, (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Tasikmalaya; Graham ilmu. Supariasa IDN, Bakri B, MPS, Fajar I. (2002). Penilaian Status Gizi.Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC. World Health Organization.(2004). Pemberian Makanan Tambahan. EGC. Jakarta World Health Organization.(2007). Tabel Reference WHO Anthro 2007. Makassar; Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Gizi 16 Waktu Pemberian MP-ASI, Status Gizi, balita