BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1

advertisement
BAB IV
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1. Sejarah Kota Bekasi
Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten
Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.
Kecamatan Bekasi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi
mempunyai perkembangan yang pesat. Pesatnya perkembangan Kabupaten
Bekasi
menuntut
adanya pemekaran Kecamatan Bekasi
menjadi
Kota
Administratif Bekasi. Pembentukan Kota Administratif ini di tuangkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahin 1981. Pada awal pembentukan ini Kota
Administratif Bekasi hanya terdiri dari 4 kecamatan, yaitu kecamatan Bekasi
Timur, Kecamatan Bekasi Barat, Kecamatan Bekasi Utara, dan Kecamatan Bekasi
Selatan yang meliputi 18 kelurahan dan 8 desa. Peresmian Kota Administratif
Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982 dengan
walikota pertama adalah H. Soedjono.
Pada
perkembangannya,
Kota
Administratif
Bekasi
mengalami
Perkembangan yang cukup pesat. Oleh karena itu, status Kota Administratif
Bekasi diubah menjadi Kotamadya (Kota) Bekasi. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 9 Tahun 1996 (http://bekasikota.go.id).
4.2. Wilayah Administrasi
Sesuai dengan Perda Kota Bekasi Nomor 4 tahun 2004 tentang
pembentukan wilayah Administrasi Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bekasi
terbagi atas 12 kecamatan yang terdiri dari 56 kelurahan. Sebelum mengalami
pemekaran pada tahun 2005, Kota Bekasi memiliki 10 kecamatan yang terdiri dari
52 kelurahan. Kota Bekasi mempunyai luas wilayah sekitar 210,49 km2, dengan
Kecamatan Mustika Jaya sebagai wilayah yang terluas (24,73 km2) sedangkan
Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah terkecil (13,49 km2). Wilayah
administrasi Kota Bekasi sebelum dan setelah mengalami pemekaran tertera pada
Gambar 2 (a) dan Gambar 2 (b).
30
Batas-batas wilayah administrasi wilayah kota bekasi adalah:
Sebelah Utara
: Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bogor
Sebelah Barat
: Kota Jakarta Timur
Sebelah Timur
: Kabupaten Bekasi
(a)
(b)
Gambar 2. Wilayah Administrasi Kota Bekasi Sebelum (a) dan Setelah Pemekaran (b)
4.3. Kondisi Geografis
Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106055‟ Bujur Timur dan
607‟-6015‟ Lintang Selatan, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut.
Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi kota Bekasi
terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan
sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadi salah satu daerah
penyeimbang DKI Jakarta (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010).
31
4.4. Topografi
Wilayah Kota Bekasi terletak pada ketinggian rata-rata kurang 25 m di
atas permukaan air laut. Ketinggian kurang dari 25 meter berada pada Kecamatan
Bekasi Utara, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, dan Pondok Gede, sedangkan
ketinggian antara 25-100 meter di atas permukaan air laut berada di Kecamatan
Bantargebang, Jatiasih dan Jatisampurna (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).
4.5. Iklim
Sepanjang tahun 2009 keadaan di Kota Bekasi cenderung panas, curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari yaitu masing-masing
tercatat 311 mm dan 302 mm dengan hari hujan masing-masing 10 hari. Jumlah
hujan terendah terjadi pada bulan Juli sebesar 0 mm, dengan kata lain tidak ada
hari hujan sama sekali. Jumlah curah hujan yang tercatat sepanjang tahun 2009
adalah 1.518 mm (BAPPEDA Kota Bekasi, 2010).
4.6. Morfologi
Keadaan morfologi wilayah Kota Bekasi umumnya relatif datar dengan
kemiringan lahan bervariasi antara 0-2%. Wilayah Kota Bekasi tidak terdapat
bukit dan secara keseluruhan kondisi morfologi lahannya adalah datar yang
menyebar pada seluruh wilayah kecamatan di Kota Bekasi (BAPPEDA Kota
Bekasi, 2005).
4.7. Hidrologi
Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung,
Sungai Bekasi dan Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi
mempunyai hulu di Sungai Cikeas yang berasal dari gunung dengan ketinggian
kurang lebih 1.500 meter dari permukaan air laut.
Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali
Bekasi dan beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang
selain digunakan untuk mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi
kebutuhan air minum wilayah Bekasi (kota dan kabupaten) dan wilayah DKI
Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini tercemar oleh limbah industri
32
yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di wilayah
Kabupaten Bogor).
Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk
digunakan sebagai sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi,
tetapi untuk daerah yang berada di sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya
kemungkinan besar sudah tercemar. Kondisi air tanah yang terdapat di Bekasi
Timur sebagian mengandung zat besi (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).
4.8. Jenis Tanah dan Geologi
Struktur geologi wilayah Kota Bekasi didominasi oleh pleistocene
volcanik facies. Struktur aluvium menempati sebagian kecil wilayah Kota Bekasi
bagian utara sedangkan struktur miocene sedimentary facies terdapat di bagian
timur wilayah Kota Bekasi sepanjang perbatasan dengan DKI Jakarta.
Kedalaman efektif tanah sebagian besar di atas 91 cm. Jenis tanah latosol
dan aluvial, serta tekstur tanah didominasi tekstur sedang dan halus. Komposisi
perbandingan berdasarkan luasnya adalah: tekstur halus seluas 17.260 ha (82%),
tekstur sedang seluas 3.368 ha (16%) dan tekstur kasar seluas 421 ha (2%)
(BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).
4.9. Kondisi Sosial Ekonomi
Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010, jumlah penduduk
kota Bekasi angka sementara adalah 2.336.498 orang, yang terdiri1.182.496 lakilaki dan 1.153.993 perempuan. Penyebaran penduduk kota Bekasi masih di
dominasi di empat kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu
Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 310.198 orang (13,28%), Bekasi Barat
sebanyak 270.569 orang (11,58%), Bekasi Timur sebanyak 248.046 orang
(10,62%), dan Kecamatan Pondok Gede sebanyak 246.413 orang (10,55%).
Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Bekasi adalah sebesar
102, yang artinya jumlah penduduk laki-laki 2% lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk perempuan. Dengan luas wilayah 210,49 km2 yang didiami oleh
2.336.489 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kota Bekasi adalah
sebesar 11.100 jiwa per km2. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah
33
Kecamatan Bekasi Timur dimana Kepadatannya mencapai 18.387 jiwa per km2
pada tahun 2010, sedangkan yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah
kecamatan Bantargebang yaitu 5.631 jiwa per km2 (BPS Kota Bekasi, 2010).
Upaya perbaikan di bidang pendidikan dilakukan melalui pengadaan
sarana dan prasarana serta menyelenggarakan berbagai program pendidikan untuk
meningkatkan kualitas guru. Jumlah sekolah dan guru bertambah tiap tahunnya.
Data terakhir tercatat terdapat 773 SD/MI dengan jumlah guru 6.542 orang, 292
SLTP/MTs dengan jumlah guru 5.734 orang, 123 SMU/MA dengan jumlah guru
3.240 orang, dan 91 SMK dengan jumlah guru 1.922 orang.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun
turut meningkat. Berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota
Bekasi, jumlah pencari kerja terdaftar pada tahun 2008 sebesar 42.376 orang
sedangkan pada tahun 2009 sebesar 45.316 orang. Sebagian besar pekerja tersebut
adalah
mereka
yang
berpendidikan
SLTA
yaitu
28.311
orang
dan
Akademi/Universitas sekitar 14.968 orang (Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi,
2010).
Sektor industri masih merupakan sektor yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap pendapatan daerah Kota Bekasi. Pada tahun 2009 jumlah
perusahaan Industri Besar dan Sedang di Kota Bekasi berjumlah 221. Secara
keseluruhan jumlah pekerja di sektor Industri Besar dan Sedang berjumlah 52.669
orang pada tahun 2009, dengan jumlah tenaga kerja di sub sektor Industri
makanan dan minuman menempati jumlah pekerja tertinggi yaitu 8.910 pekerja
(Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi, 2010).
Dilihat dari struktur penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bekasi,
dapat diidentifikasikan jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2000 adalah
sebesar 710.741 jiwa atau 42,72% dari jumlah penduduk Kota Bekasi. Pada tahun
2004 mengalami pengurangan yaitu sebesar 651.090 jiwa atau 34,01% dari
jumlah penduduk Kota Bekasi. Jika dilihat dari jenis pekerjaannya pada tahun
2004 maka sektor yang banyak menyerap pekerjaan adalah industri pengolahan
yaitu 193.822 jiwa atau 29,77% diikuti dengan jasa-jasa 151.324 (23,24%),
perdagangan, hotel, dan restoran 127.866 (19,64), dan pengangkutan 86.488
34
(13,28), sedangkan sisanya seperti pertanian, pertambangan, bangunan, bank,
mempunyai proporsi yang kecil (dibawah 5%).
4.10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bekasi (2000-2010)
Secara umum, pengembangan kawasan terbangun di Kota Bekasi
diarahkan untuk menarik perkembangan fisik kota ke bagian Selatan yang selama
ini belum terbangun sehingga dapat mewadahi kegiatan-kegiatan fungsional kota
yang akan dikembangkan, baik perumahan, perdagangan dan jasa serta industri.
Pada bagian Utara (dari jalan tol Jakarta-Cikampek) lebih merupakan pemantapan
terhadap fungsi-fungsi yang telah ada.
Pengembangan struktur tata ruang Kota Bekasi diarahkan terbentuknya
empat wilayah pengembangan (WP) atau bagian wilayah kota (BWK), yaitu:
BWK Pusat kota (Bekasi Timur, Bekasi Barat, Bekasi Selatan, Bekasi Utara),
BWK Pondok Gede (Pondok Gede dan Jati Asih), BWK Bantar Gebang (Bantar
Gebang dan sekitarnya), BWK Jati Sampurna (Jati Sampurna).
Secara umum pengembangan perumahan di Kota Bekasi diarahkan pada
terbentuknya kawasan-kawasan perumahan baru yang didasarkan pada intensitas
pemanfaatan lahannya. Perumahan kepadatan tinggi dikembangkan terutama di
BWK Pusat Kota dan sebagian BWK Pondok Gede yang selama ini sudah
Berkembang. Perumahan Kepadatan sedang dikembangkan di sebagian BWK
Pondok Gede, sebagian BWK Bantar Gebang, dan sebagian BWK Jati Sampurna.
Perumahan Kepadatan rendah dikembangkan di sebagian BWK Bantar Gebang
dan sebagian BWK Jati Sampurna.
Secara spasial, pemanfaatan ruang kawasan terbangun di Kota Bekasi
yang dikembangkan pada masa yang akan datang mempunyai pola pemanfaatan
ruang yang berbeda yaitu:
1. Pola perkembangan linear (koridor) Barat-Timur pada BWK Pusat
Kota dan BWK Pondokgede dengan intensitas pemanfaatan ruang
yang makin tinggi ke Pusat Kegiatan Kota yang selama ini telah
berkembang. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan ini menjadi
kesatuan yang tak terpisahkan dari perkembangan poros barat-timur
dalam wilayah Jabotabek, yang menjadikan jaringan jalan arteri
35
primer yang menghubungkan Pusat Kota Bekasi dengan DKI Jakarta
dan Pusat Kota Bekasi dengan Cikarang sebagai porosnya.
2. Pola linear Utara-Selatan diterapkan pada BWK Bantar Gebang dan
Jati Sampurna. Dalam hal ini jaringan jalan kolektor yang ada pada
kedua BWK tersebut merupakan poros perkembangan kawasan
terbangun kota. Di BWK Jatisampurna (koridor PondokgedeJatisampurna), kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan sejalan
dengan pengembangan kawasan-kawasan perumahan baru yang
menggunakan koridor tersebut sebagai akses utamanya. Di BWK
Bantar Gebang, kegiatan industri akan menjadi penarik perkembangan
linear pada koridor Selatan tersebut yang diikuti oleh perdagangan dan
jasa untuk melayani kebutuhan lokal kawasan-kawasan perumahan
yang dikembangkan di sekitarnya.
Pola pemanfaatan ruang kawasan/ruang terbuka hijau di Kota Bekasi
ditujukan untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman,
segar, indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan, serta
menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna
untuk
kepentingan
masyarakat.
Kawasan
hijau
pertamanan
kota
pengembangannya diarahkan secara tersebar dikaitkan dengan peruntukan pada
kawasan terbangun kota sehingga tercipta keserasian dan keseimbangan
lingkungan. Kawasan hijau rekreasi dan olahraga (lapangan olah raga)
pengembangannya diarahkan tersebar sesuai dengan jenis dan skala pelayanannya.
Kawasan hijau pemakaman pengembangannya diarahkan pada bagian Selatan
kota (BWK Bantar Gebang dan Jati Sampurna). Kawasan hijau jalur hijau
pengembangannya diarahkan sepanjang jalur sungai (berfungsi sebagai garis
sempadan sungai) jalan utama kota dan jalur rel kereta api. Kawasan hijau
pekarangan pengembangannya diarahkan pada kawasan perumahan kepadatan
sedang dan perumahan berkepadatan rendah (BAPPEDA Kota Bekasi, 2005).
Download