6 1. Pendahuluan……………………

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN PERAN PERAWAT SEBAGAI
PELAKSANA DALAM PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
Virgianti Nur Faridah, S.Kep Ns,*
Perkembangan keperawatan dari vokasional menuju keperawatan profesional menuntut
peran perawat yang lebih besar dalam tatanan pelayanan kesehatan, salah satunya pada Instalasi
Gawat Darurat. Penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan perlu peningkatan peran perawat yang bekerja pada Instalasi Gawat Darurat untuk
mengurangi keluhan yang dialami pasien.
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perawat sebagai
pelaksana dalam penanganan pasien gawat darurat dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional terhadap peran perawat sebagai
pelaksana dengan menggunakan rangcangan cross sectional, analisa data menggunakan uji statistik
Spearman’s rho dengan derajat kemaknaan < 0,05. Populasi penelitian adalah perawat yang
bertugas pada IRD Lantai 1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang berjumlah 40 orang. Sampel yang
didapatkan sesuai dengan kriteria inklusi adalah 22 responden. Variabel independennya adalah
pengetahuan perawat dan variabel dependennya adalah peran perawat sebagai pelaksana. Data
dikumpulkan dengan cara observasi dan quesioner dengan pertanyaan tertutup.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan dan perawat sebagai pelaksana
dengan nilai rho hitung 0,455 dengan taraf signifikasi 0,033.
Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan perawat sebagai pelaksanan
dalam penanganan pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Pada penelitian mendatang
diharapkan ada penelitian yang lebih mendalam tentang peran perawat selain sebagai pelaksana.
1.
emergency yang membantu klien dalam
memberikan pelayanan kegawatdaruratan
untuk mempertahankan hidup, mencegah
kondisi
menjadi
lebih
buruk
dan
meningkatkan pemulihan (Skeet, 1995).
Bantuan kegawatdaruratan ini mencakup
banyak organ penting tubuh antara lain
sistem kardiovaskuler dimana masih
tingginya angka kematian akibat serangan
penyakit sistem kardiovaskuler ini dan dua
pertiganya meninggal dalam dua jam setelah
serangan. (Skeet, 1995).
Pusponegoro
(2002),
mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah
pasien meninggal karena serangan jantung
dimana pada tahun 1991 terdapat 2.535
pasien, 2.746 pasien pada tahun 1992, 2.961
pasien pada tahun 1993, dan 3.255 pasien
1994 dengan rata-rata peningkatan sebesar 8
% per tahun. Selain itu pasien yang
meninggal karena Cerebro Vaskuler Accident
(CVA) juga meningkat sekitar 18,8 % per
tahun, yang berjumlah 1.074 pasien pada
tahun 1993, 1.324 pasien pada tahun 1994.
Pendahuluan……………………...
Sejalan
dengan
perkembangan
keperawatan
di
Indonesia
menuju
keperawatan profesional telah terjadi
perubahan yang mendasar tentang keyakinan
dan pandangan perawat terhadap hakekat
keperawatan yang meliputi peran, fungsi dan
tugas perawat. Juga dalam praktek
keperawatan pada masa transisi ini mulai
berkembang dari yang bersifat vokasional
yang berorientasi pada tindakan medik dan
berperan sebagai penunjang pelayanan medik
ke arah pelayanan yang profesional yang
mempunyai otonomi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
Tetapi apa yang didapatkan selama
ini perawat masih belum begitu memahami
dan menjalankan perannya terutama bagi
perawat yang bekerja pada klinik dimana
kalau dilihat dari porsinya masih adanya
perawat yang menjalankan perannya sebagai
penujang pelayanan medik (vokasional).
Salah
satu
tempat
praktek
keperawatan
profesional
adalah
unit
SURYA
6
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Sedangkan di Instalasi Rawat
Darurat RSUD Dr. Soetomo Surabaya
terdapat kunjungan pasien gawat darurat
dengan gangguan sistem kardiovaskuler
sebesar 624 pasien pada tahun 2001 dan 656
pasien pada tahun 2002 dengan persentasi
sebesar 37 % dari total kunjungan pasien di
IRD Dr. Soetomo Surabaya.
Dengan adanya peningkatan kasus
gawat darurat setiap tahunnya termasuk
kegawatadaruratan sistem kardiovaskuler dan
tuntutan masyarakat akan mutu layanan maka
pelayanan gawat darurat oleh perawat
sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
dalam penanganan kegawatdaruratan ini
sangat penting untuk ditingkatkan dimana
tujuan utama pada pertolongan emergency
adalah untuk memberikan asuhan yang akan
menguntungkan pasien tersebut sebelum
mereka menerima perawatan definitif. (Skeet,
1995).
3.
HASIL PENELITIAN………………
Data Umum
Penelitian ini dilakukan pada IRD
lantai I, dimana pada IRD lantai 1 terbagi
atas 3 bagian yaitu triage yang bertugas
untuk menyeleksi pasien sesuai dengan
tingkat kegawatdaruratannya dan akan
diteruskan ke bagian mana pasien tersebut.
Dalam triage tersebut akan dikatagorikan
keadaan pasien, yaitu pasien dalam kondisi
gawat darurat, dalam kondisi gawat atau
dalam kondisi darurat.
Kemudian bagian bedah yang
menangani pasien-pasien bedah seperti
muskuloskeletal, bedah umum, bedah urologi
dan sebagainya serta bagian medik yang
menangani pasien non bedah seperti penyakit
dalam, jantung, paru, penyakit anak dan lain
sebagainya.
Penulis melakukan penelitian hanya
di ruang medik dan ruang resusitasi.
Dari uraian tersebut peneliti
merasa tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang peran perawat terutama
bagi perawat yang bekerja pada unit
gawat darurat dalam penanganan
kegawatdaruratan sistem kardiovaskuler
untuk dapat mewujudkan pelayanan yang
bermutu dan pelayanan keperawatan
yang lebih profesional di masa
mendatang.
Karakteristik Tempat Penelitian
Pada Instalasi Gawat Darurat RSUD
Dr. Soetomo Surabaya selain ruang
penanganan pasien juga terdapat bagian
penunjang medik antara lain Depo Apotik,
Laboratorium, Radiologi, Endoskopi, USG –
Echo, dan CT-Scan. Bagian penunjang medik
ini juga beroperasi selama 24 jam untuk
menunjang kegiatan penanganan kasus-kasus
pasien gawat darurat..
2.
METODE PENELITIAN………..
Karakteristik Responden
Adapun karakteristik
adalah sebagai berikut :
penelitian ini merupakan penelitian
observasional
dengan
menggunakan
rancangan ”cross sectional”. Adapun
analisanya dengan menggunakan uji statistik
Spearman’s rho.
Populasi merupakan objek yang akan
diteliti dan merupakan keseluruhan dari suatu
variabel yang menyangkut masalah yang
diteliti (Nursalam & Pariani, 2001). Populasi
yang diambil adalah perawat yang bekerja
pada Instalasi Rawat Darurat lantai 1 bagian
medis dan ruang Resusitasi IRD lantai 1
RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang
berjumlah 40 orang.
SURYA
responden
1. Umur
13.64%
9.09%
20 - 30 tahun
31 - 40 tahun
≥ 41 tahun
77.27%
Gambar 5.1
Diagram Pie
distribusi responden berdasarkan umur di
IRD lt.1 RSUD Dr. Soetomo Surabaya
bulan Februari 2008.
7
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Gambar
5.3
menggambarkan
distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin dimana responden perempuan lebih
banyak yaitu berjumlah 12 orang atau
54,55 %. Sedangkan responden laki-laki
berjumlah 10 orang atau 45,45 %.
Pada gambar 5.1 menunjukkan
bahwa distribusi responden berdasarkan
umur adalah responden yang berusia 20 -30
tahun berjumlah 17 orang atau 77,27 %,
responden yang berusia 31 – 40 tahun
berjumlah 3 orang atau 13,64 % dan yang
berusia ≥ 41 tahun berjumlah 2 orang atau
9,09 %. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat yang bertugas di IRD
Lt.1 mempunyai produktifitas yang tinggi
bila dilihat dari usianya.
4. Lama Bekerja
9.09%
22.73%
1 - 5 tahun
6 - 10 tahun
≥ 11 tahun
68.18%
2. Pendidikan
9.09%
Gambar 5.4 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan lama bekerja
pada IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya bulan Februari 2008.
4.55%
D III Keperawatan
D IV Keperawatan
S 1 Keperawatan
86.36%
Seperti yang terlihat pada gambar
5.4, sebagian besar responden mempunyai
masa kerja 1 – 5 tahun, yaitu berjumlah 15
orang atau 68,18 %. Sedangkan responden
yang mempunyai masa kerja 6 – 10 tahun
sebanyak 6 orang atau 22,73 % dan yang
mempunyai masa kerja ≥ 11 tahun sebanyak
2 orang atau 9,09 %
Gambar 5.2 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan tingkat
pendidikan pada IRD Lt. 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
Pada gambar 5.2 menggambarkan
sebagian besar tingkat pendidikan responden
adalah D III Keperawatan yang berjumlah 19
orang atau 86,36 %. Sedangkan responden
yang mempunyai tingkat pendidikan S1
Keperawatan ada 1 orang atau 4,55 % orang
dan D IV Keperawatan ada 2 orang atau 9,09
%. Ini mencerminkan bahwa masih
sedikitnya tenaga perawat yang mempunyai
dasar pendidikan S1 dan D IV Keperawatan.
Data Khusus
Dalam data khusus ini akan
ditampilkan data pengetahuan dan peran
responden yang didapatkan dari kuesioner
dan cek list pada lembar observasi.
1. Pengetahuan
3. Jenis Kelamin
9.09%
Kurang
45.45%
Cukup
Baik
Perempuan
Laki-laki
63.64%
27.27%
54.55%
Gambar 5.5
Diagram pie
distribusi responden berdasarkan
pengetahuan di IRD Lt.1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
Gambar 5.3 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin
pada IRD Lt. 1 RSUD Dr. Soetomo
Surabaya bulan Februari 2008.
SURYA
Gambar 5.5 menggambarkan hasil
pengumpulan data dimana didapatkan tingkat
pengetahuan responden dengan kriteria baik
8
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
sebanyak 14 orang atau 63,64 %. Sedangkan
tingkat pengetahuan cukup sebanyak 6 orang
atau 27,27 % dan responden yang
mempunyai tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 2 orang atau 9,09 %. Jadi sebagian
Pengeta
huan
Kurang
Kurang
0 0%
Cukup
0
0%
Baik
0
0%
Total
0
0%
Hasil Uji
Spearman
Peran
Cukup
2
9,1
%
3
13,
6
%
3
13,
6
%
8
36,
4
%
Baik
0
0
%
3
13,
6
%
11 50,
0
%
14 63,
6
%
kardiovaskuler di IRD Lt. 1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
Berdasarkan tabel
5.1
diatas
dilakukan analisa hubungan antara variabel
pengetahuan dan peran perawat sebagai
pelaksana dengan menggunakan analisa
Spearman’s dengan bantuan software
Program SPSS for Windows.
Sesuai
dengan
hasil
analisa
Spearman’s rho didapatkan nilai koefisien
korelasi dengan derajat kemaknaan p ≤ 0,05
adalah 0,455 (p = 0,033). Berdasarkan
perbandingan dengan nilai koefisien korelasi
pada tabel
sebesar 0,428 menunjukkan
bahwa rho hitung lebih besar daripada rho
tabel, ini menunjukkan bahwa berarti
terdapat hubungan antara pengetahuan
terhadap peran perawat sebagai pelaksana.
Total
2
6
9,1
%
27,3
%
1
4
63,6
%
2
2
100
%
ρ = 0,455
besar tingkat pengetahuan responden adalah
baik.
4.
PEMBAHASAN……………………..
Pengetahuan tentang Penanganan Pasien
Gawat Darurat dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.
Pada gambar 5.5 mengambarkan
bahwa sebagian besar responden mempunyai
pengetahuan yang baik. Sedangkan latar
belakang tingkat pendidikannya sebagian
besar adalah lulusan D III Keperawatan
dengan masa kerja terbanyak adalah antara
1 – 5 tahun.
Dalam
memberikan
bantuan
pelayanan gawat darurat petugas harus
mempunyai ada 3 unsur kesiapan, salah
satunya adalah kesiapan pengetahuan dan
keterampilan karena erat kaitannya dengan
upaya penyelamatan langsung terhadap
pasien. (Widiasih, 2008).
Notoatmodjo (1993), menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya perilaku
dan tindakan seseorang, karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
Selanjutnya
Depkes
(1991),
mengutarakan bahwa pengetahuan yang baik
akan menunjang terwujudnya perilaku yang
baik pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan
perawat maka semakin baik pula dalam
setiap tindakan yang akan dilakukan.
2. Peran
63.64%
Kurang
0.00%
Cukup
Baik
36.36%
Gambar 5.6 Diagram pie distribusi
responden berdasarkan peran sebagai
pelaksana di IRD Lt.1 RSUD Dr.
Soetomo Surabaya bulan Februari 2008.
Pada gambar 5.6 menunjukkan
bahwa sebagian besar peran responden
sebagai pelaksana adalah baik yang
berjumlah 14 orang atau 63,64 %, sedangkan
peran yang cukup sebanyak 8 orang atau
36,36 % dan yang mempunyai peran kurang
tidak ada.
3. Hubungan pengetahuan terhadap peran
perawat sebagai pelaksana
Tabel 5.1 Tabulasi silang hubungan
pengetahuan dan peran perawat sebagai
pelaksana penanganan pasien gawat
darurat dengan gangguan sistem
SURYA
9
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
penanganan pasien gawat darurat. Arikunto
(1993) menjelaskan bahwa semakin tinggi
tingkat pengetahuan semakin baik pula dalam
melaksanakan
intervensi
keperawatan.
Sedangkan Notoatmodjo (1993), mengatakan
bahwa semakin baik pengetahuan seseorang
maka
semakin
baik
pula
dalam
mengaplikasikan sesuatu yang diperoleh.
Widiasih
(2008),
menyatakan
keberhasilan pelayanan gawat darurat
dipengaruhi oleh 3 kesiapan, yaitu kesiapan
mental artinya petugas harus siap dalam 24
jam dan tidak dapat ditunda, kemudian
kesiapan
pengetahuan
teoritis
dan
fatofisiologi berbagai organ tubuh yang
penting dan keterampilan manual untuk
tindakan dalam pertolongan pertama. Yang
ketiga kesiapan alat dan obat-obatan darurat
yang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam memberikan pertolongan
kepada pasien gawat darurat.
Berdasarkan konsep diatas maka
secara teoritis hasil penelitian ini sesuai
dengan pendapat beberapa ahli tentang
hubungan/pengaruh pengetahuan terhadap
peran perawat dalam intervensi asuhan
keperawatan gawat darurat atau dapat
disimpulkan bahwa semakin baik tingkat
pengetahuan seseorang maka semakin baik
pula
dalam
melaksanakan
tindakan
keperawatan.
Peran
Perawat
dalam
Tindakan
Kegawatdaruratan dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler.
Dari hasil pengumpulan data,
didapatkan bahwa peran perawat dalam
tindakan gawat darurat dengan gangguan
sistem kardiovaskuler 63,64 % baik,
sedangkan peran cukup sebesar 36,36 %. Jadi
sebagian besar responden mempunyai peran
yang baik dalam penangangan pasien gawat
darurat
dengan
gangguan
sistem
kardiovaskuler.
Nursalam (2001), menjelaskan peran
perawat dalam intervensi keperawatan harus
berdasarkan pada kewenangan dan tanggung
jawab secara profesional meliputi tindakan
dependen, independen dan interdependen.
Jadi bisa terlihat bahwa perawat
salah satu tim kesehatan pada sistem
pelayanan
kegawatdaruratan
juga
mempunyai peran yang cukup penting dalam
membantu pasien dalam upaya penyelamatan
jiwa disamping tim kesehatan lain seperti
dokter, dokter ahli dan penunjang diagnostik
lainnya. Tetapi disini perlu digarisbawahi
bahwa perawat yang bekerja pada pelayanan
gawat darurat perlu adanya adanya tambahan
ilmu dan keterampilan khusus seperti
Bantuan Hidup Dasar agar tujuan dari
pelayanan dapat tercapai.
Hubungan Pengetahuan dan Peran
Perawat
Dari perhitungan statistik dengan
menggunakan program SPSS for Windows
mengenai hubungan pengetahuan dengan
peran perawat sebagai pelaksana didapatkan
nilai rho 0,455 dengan tingkat signifikasi
0,033 pada derajat kemaknaan 0,05, dimana
rho hitung ternyata lebih besar bila
dibandingkan dengan rho tabel yaitu 0,428
sehingga hipotesa kerja diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
pengetahuan terhadap peran perawat sebagai
pelaksanan dalam penanganan pasien gawat
darurat
dengan
gangguan
sistem
kardiovaskuler.
Hal ini dapat disebabkan karena
tingkat pengetahuan perawat yang baik dan
peran perawat yang cukup baik pula tentang
SURYA
5.
KESIMPULAN DAN SARAN…..
a. Kesimpulan
1. Responden yang mempunyai peran
kurang 0 %, kemudian peran yang cukup
sebesar 36,36 % dan responden yang
mempunyai peran yang baik sebesar
63,64 % yang merupakan kelompok yang
terbanyak.
2. Pengetahuan
perawat
tentang
penanganan pasien gawat darurat dengan
gangguan sistem kardiovaskuler dengan
tingkat pengetahuan baik sebesar 63,64
% yang merupakan kelompok terbesar,
sedangkan tingkat pengetahuan cukup
sebesar 27,27 % dan tingkat pengetahuan
kurang sebesar 9,09 %.
10
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
FK-UNAIR (2002), Materi Pelatihan
Perawat Intensive Care Unit (ICU)
Lab/SMF
Tingkat
Dasar,
Anastesiologi
&
Reanimasi
FK.UNAIR – RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. (hal 20 – 27).
3. Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan analisa Spearman’s rho
didapatkan nilai rho = 0,455 dengan taraf
signifikasi 0,033 pada derajat kemaknaan
0,05. Bila dibandingkan dengan nilai rho
tabel yaitu 0,428 dapat dilihat bahwa rho
hitung lebih besar daripada nilai rho tabel
maka terdapat hubungan pengetahuan
terhadap
peran
perawat
sebagai
pelaksana dalam penanganan pasien
gawat darurat dengan gangguan sistem
kardiovaskuler.
Penanggulangan
Jusrafli,
Resusitasi,
Penderita Gawat Darurat (diktat tidak
dipubliksikan), Perhimpunan Critical
Care Medicine Indonesia. (hal 47-50)
Karim, Sjukri, Gawat Darurat Jantung,
Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat (diktat tidak dipublikasikan),
Perhimpunan Critical Care Medicine
Indonesia. (hal 63 – 65)
b. Saran
1. Dalam rangka lebih meningkatkan mutu
pelayanan maka perlunya pelatihan yang
lebih intensif kepada petugas instalasi
gawat darurat secara berkala.
2. Kepada semua petugas kesehatan juga
diharapkan
dapat
memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat
tentang bahaya penyakit jantung yang
mana adanya kecenderungan peningkatan
penderita jantung.
3. Adanya penelitian yang lebih lanjut dan
lebih mendalam tentang peran perawat
dengan menggunakan peran yang lain
seperti sebagai peran koordinasi atau
pengelola dan pendidik.
Kelliat, Budi Anna (1994), Gangguan
Konsep Diri, EGC, Jakarta.
Madame, Netty (2001), Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler (tidak
dipublikasikan), Pusat Kesehatan
Jantung dan
Pembuluh Darah
Nasional, Jakarta. (hal 101 – 103).
Notoatmodjo, Soekidjo (2002), Metodologi
Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta. (hal 79 – 88)
Notoatmodjo, Soekidjo (1993), Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Andi Offset, Yogyakarta.
(hal 94 – 96).
..............DAFTAR PUSTAKA..... .... ..... ....
Ali,
Zaidin
(2002),
Dasar-dasar
Keperawatan Profesional, Widya
Medika, Jakarta. (hal 47 – 49).
Nursalam (2002), Manajemen Keperawatan,
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Salemba Medika,
Profesional,
Jakarta. (hal 39).
Doheny, Cook Stoper (1982), The Discipline
of Nursing an Introduction. A
Hall
Publishing and
Prentice,
Communication Company.
Nursalam & Pariani (2001), Pendekatan
Praktis;
Metodologi
Riset
Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.
(hal 64 – 66)
Engram, Barbara (1999), Rencana Asuhan
Keperawtan Medikal Bedah vol. 2,
alih bahasa Suharyati Samba, EGC,
Jakarta. (hal 438-455)
Buku
Ajar
Priyanto,
Ade
(2001),
Keperawatan Kardiovaskuler (tidak
dipublikasikan), Pusat Kesehatan
Jantung dan
Pembuluh Darah
Nasional, Jakarta. (hal 119 – 122)
E-Medicine (2003), Triage In The
Emergency
Department,
http//www.emedicine.com. (hal 3).
SURYA
11
Vol.2, No. IV, Des 2009
Penanganan Pasien Gawat Darurat Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
Tucker, S.M, Canabbio, M.M, Paquetta, E.V,
Standar
Wells,
M.F
(1998),
Perawatan
Pasien,
Proses
Keperawatan,
Diagnosis
dan
Evaluasi, alih bahasa Yasmin Asih,
EGC, Jakarta. (hal 97-103, 124-127).
PSIK FK-UNAIR, (2002), Buku Panduan
Penyusunan Proposal dan Skripsi,
PSIK FK-UNAIR, Surabaya. (hal 3 –
51).
Skeet, Muriel (1995), Tindakan Paramedis
terhadap Kegawatan dan Pertolongan
Pertama, Edisi 2, alih bahasa Silvana
Evi Linda dan Indah Nurmala Dewi,
EGC, Jakarta. (hal 74 – 79).
Widiasih, Ni Luh (2003), Peran Perawat
Anastesi Dalam Kegawatdaruratan,
Surabaya (Makalah disampaikan pada
Seminar
Kursus
Penyegaran
Keperawatan Anastesi). (hal 27 – 34).
*
* Penulis adalah Staf
Pengajar
STIKES Muhammadiyah Lamongan
Sugiyono (2001), Statistik Nonparametrik
Untuk Penelitian, CV. Alfabeta,
Bandung. (hal 228 – 237)
SURYA
12
Vol.2, No. IV, Des 2009
Download