Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI Winda Qoirotun Jannah [email protected] Sasi Agustin Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to examine the influence factors which influence the Dividend Payout Ratio (DPR) at the industrial sectors of consumption goods companies which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2008 – 2012. The numbers of samples are 2 companies out of 37.The analysis result shows that dominant variables is ROA variable, it has positive relationship which means that the company in distributing its dividend sharing depends on the company’s profit strength. Therefore, the company should able to forecast the increasing profit obtained by the company, since the profit stability and stable dividend payment will attract investors to invest their fund.Variable of cash and growth have positive influence but not significant. It means that the company should able to increase its cash position, and assets growth. On the other hand, DER has negative relation but not significant which means that the company should decrease its debt to equity ratio from year to year so it attracts investors to invest their fund. Keywords :Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Position (CASH), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth (GROWTH) ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Jumlah sampel sebanyak 2 perusahaan dari 37 perusahaan.Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang dominan adalah variabel ROA, Variabel ROA mempunyai hubungan positif artinya bahwa perusahaan dalam membagikan dividen bergantung pada kuatnya laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih bisa memprediksi kenaikan laba yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan.Variabel CASH, dan GROWTH mempunyai hubungan positif tetapi tidak signifikan. Yang berarti bahwa perusahaan harus mampu meningkatkan cash position, dan assets growth. Sedangkan DER mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan yang berarti bahwa perusahaan harus menurunkan rasio debt to equity dari tahun ke tahun sehingga dapat menarik minat para investor untuk menginvestasikan dananya. Kata Kunci: Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Position (CASH), Return on Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth (GROWTH) PENDAHULUAN Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa depan karena pertumbuhan ekonomi Negara yang semakin baik dan industri manufaktur juga memberikan konstribusi yang besar khususnya di sektor industri barang konsumsi. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan sekuritas yang ada pada saat ini khususnya di wilayah Indonesia. Dengan demikian memudahkan perusahaan yang membutuhkan modal atau dana untuk aktivitas perusahaannya maupun masyarakat (investor) yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk saham. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 2 Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan yaitu untuk memperoleh pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga jual belinya. Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, sehingga mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Kebijakan investasi berhubungan dengan pendanaan apabila investasi sebagian besar di danai dengan internal equity maka akan mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan. Semakin besar investasi maka semakin berkurangnya dividen yang dibagikan. Dan apabila dan internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa dipenuhi dari external khususnya dari utang. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar. Untuk itulah manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang memberikan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Pembagian dividen bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai saham. Untuk mencapai tujuan tersebut melibatkan dua pihak yang berkepentingan dalam pembagian dividen yaitu investor dan emiten. Menurut Hanafi (2008:123-366) Pembagian dividen merupakan masalah yang sering kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak manajemen perusahaan, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan perusahaan. Berbagai macam kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang diajukan oleh Miller dan Modigliani (MM) yang sering disebut teori dividen tidak relevan, sementara argumen lain menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan argumen terakhir yang menyatakan bahwa dividen yang rendah akan meningkatkan nilai perusahaan. Pengukuran Perubahan dividen perusahaan dapat diketahui melalui tanggal pengumuman dividen. Tanggal pengumuman dividen adalah tanggal yang dikeluarkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mengumumkan pembagian dividen kas yang kemudian dipublikasikan pada laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia. Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada investor. Secara umum terdiri dari dua tipe, yaitu dividen kas dan dividen non kas.Untuk dividen non kas, ada dividen saham (stock dividend) dan stock splits (pemecahan saham). Dari kedua jenis dividen tersebut,dividen kas merupakan salah satu faktor penarik bagi para investor maupun calon investor yang akan menanamkan dananya pada sekuritas perusahaan tertentu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengasumsikan bahwa dividen kas yang diterima saat ini lebih mampu mengurangi risiko ketidakpastian. Argumentasinya adalah dividen di masa mendatang akan lebih berisiko dibandingkan dengan dividen yang dibayarkan saat ini.Oleh karena itu, perhatian perusahaan (manajemen) terhadap faktorfaktor yang dapat mempengaruhi dan mampu merealisasikan pencapaian dividen kas yang optimal perlu diupayakan. Tingkat dividen yang semakin tinggi dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya adalah menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam perusahaan, berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen akan semakin kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 3 kembali didalam perusahaan yang ini akan menghambat pertumbuhan perusahaan. (Riyanto, 2011:265) Pertimbangan besarnya dividend payout ini di duga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus, diharapkan mampu untuk menetapkan besarnya dividend payout yang mana besarnya sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Kinerja keuangan perusahaan dibaca melalui laporan keuangan, dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. Menurut Sartono (2009:292) faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakandividen: (a) Kebutuhan dana perusahaan,(b) Tingkat laba dan stabilitas laba, (c) Likuiditas, (d) Tingkat Ekspansi Aktiva, (e) Peluang ke pasar modal Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout ratio (rasio pembayaran dividen) yaitu merupakan presentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Kondisi likuiditas tergambar pada melalui rasio cash position (posisi kas), tingkat laba dan stabilitas laba tergambar melalui rasio return on assets (laba terhadap aktiva), kebutuhan dana perusahaan tergambar melalui rasio debt to equity (perbandingan total hutang dengan total modal), tingkat ekspansi aktiva tergambar melalui aseets growth (total assets tahun awal dikurangi total asset tahun awal t-1 terhadap total asset tahun awal t-1), Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden (Riyanto, 2011:267). Husnan dan Pudjiastuti (2008:74) menyatakan return on assets menunjukkan seberapa besar laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Riyanto (2009:267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio solvabilitas/leverage adalah debt to equity ratio (DER). Menurut Sartono (2009:248) menyatakan bahwa semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar asset yang diharapkan sehingga semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan demikian meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari pada modal sendiri.. Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil, sehingga Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ? 2. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ? 3. Bagaimana pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ? Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 4 4. Bagaimana pengaruh Assets growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ? Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. 3. Untuk mengetahui pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. 4. Untuk mengetahui pengaruh Assets growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Dividen Menurut Wikipedia bahasa indonesia, Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis: a. Dividen tunai; metode paling umum untuk pembagian keuntungan. Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. b. Dividen saham; cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki. Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham tambahan. Metode ini mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah jumlah saham sambil mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah kapitalisasi pasar. c. Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan cara ini jarang dilakukan. d. Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir. Stabilitas dividen Menurut Martono dan Harjito (2010:258) Stabilitas Dividen adalah pembayaran dividen yang stabil dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan kebalikannya adalah pembayaran dividen yang sesuai dengan persentase tetap dari penghasilan perusahaan. Apabila semua factor antara dua perusahaan sama tetapi pembayaran dividennya berbeda, maka harga saham perusahaan yang membayar dividen secara stabil akan lebih tinggi dari pada harga saham perusahaan yang membayar dividen tidak stabil. Beberapa batasan hukum pada dividen Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007:45-46) Misalkan dewan yang tidak jujur memutuskan untuk menjual semua asset perusahaan dan mendistribusikan uang sebagai dividen. Tindakan itu tidak meninggalkan uang sepeser pun untuk membayar hutang Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 5 perusahaan. Karena itu, pemegang obligasi sering melindungi diri terhadap bahaya ini dengan menempatkan batasan pembayaran dividen. Hukum Negara bagian juga membantu melindungi kreditor perusahaan terhadap pembayaran dividen yang berlebihan. Misalnya, sebagian besar Negara bagian melarang perusahaan membayar dividen jika pembayaran dividen itu akan membuat perusahaan bangkrut1. Perusahaan juga tidak diperbolehkan membayar dividen jika perusahaan memasukkan modal legal (legal capital). Modal legalumumnya di definisikan sebagai nilai nominal saham yang beredar.2 Kebijakan Dividen Pengertian Kebijakan Dividen Menurut Martono dan Harjito (2010:253) Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (DPR) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan di perusahaan. Pendapat kebijakan dividen Martono dan Harjito (2010:253-255) Ada dua pendapat mengenai relevansi kebijakan dividen yaitu : a. Pendapat yang menyatakan bahwa dividen tidak relevan Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. Modigliani danMiller (MM) Memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. MM menyatakan bahwaa DPR hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. MM beragumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi.jadi dalam rangka membagi laba perusahaan menjadi dividend dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam hal ini MM berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna di mana tidak ada biaya transaksi, biaya pengembangkan (floatation cost) dan tidak ada pajak. b. Pendapat yang menyatakan bahwa dividen adalah relevan dalam kaitannya dengan kemakmuran pemegang saham. Pendapat ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran dividen. Sejumlah argumentasi diajukan untuk mendukung posisi yang kontradiksi yaitu bahwa 1 Hukum tersebut mendefinisikan kebangkrutan dengan berbagai cara. Dalam beberapa kasus, kebangkrutan hanya berarti ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban segera; dalam kasus lain, kebangkrutan berarti defisiensi asset dibandingkan dengan semua kewajiban tetap yang beredar. 2 Jika tidak ada nilai nomina, modal legal terdiri dari sebagian atau seluruh tanda terima dari penerbitan saham Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 6 dividen adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti. Dengan kata lain, para investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Pendapat ini terutama ditujukan untuk keadan yang penuh ketidakpastian. Argument-argumen tersebut antara lain : 1) Preferensi atas dividen Para investor tertentu mungkin mempunyai pilihan dividen daripada keuntungan sebagai akibat perubahan harga saham (capital gain), pembayaran dividen merupkan alternatif pemecahan dalam kondisi ketidakpastian para investor tentang kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) perusahaan. Dividen akan diterima saat ini dan terus menerus tiap tahun, sedangkan capital gain akan diterima untuk waktu yang akan dating jika harga saham naik. Dengan demikian perusahaan yang membayar dividen akan memecahkan ketidakpastian investor lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. 2) Pajak atas investor Pajak memiliki banyak pengaruh yang berbeda-beda. Karena pajak capital gain lebih kecil dari pada pajak penghasilan dividen, maka perusahaan mungkin lebih menguntungkan untuk menahan laba tersebut. Sebaliknya apabila pajak penghasilan dividen lebih kecil daripada pajak capital gain, maka lebih menguntungkan bila perusahaan membayar dividen. Sedangkan mengenai perpajakan ini tergantung pada peraturan pajak dimasing-masing Negara. 3) Biaya pengambangan Biaya pengambangan adalah biaya yang berhubungan dengan penerbitan surat berharga, seperti biaya pertanggungan emisi, biaya konsultasi hukum, pendaftaran saham dan percetakan. Ketidakrelevanan pembayaran dividen didasarkan pada pemikiran bahwa pada saat terdapat peluang investasi yang menguntungkan namundividen tetap dibayarkan, maka dan yang dikeluarkan oleh perusahaan harus diganti dengan dana yang diperoleh dari pendanaan eksternal. Padahal dana eksternal tersebut menimbulkan biaya pengambangan, sehingga adanya biaya pengambangan menyebabkan keputusan menahan laba lebih baik daripada membayar dividen. 4) Biaya transaksi dan pembagian sekuritas. Biaya transaksi yang terjadi didalam penjualan sekuritas (surat berharga) cenderung untuk menghambat proses arbitrase. Para pemegang saham yang berkeinginan mendapat laba sekarang, harus membayar biaya transaksi bila menjual sahamnya untuk memenuhi distribusi kas yang mereka inginkan karena pembayaran dividennya kurang. Pasar yang sempurna juga mengasumsikan bahwa sekuritas dapat dibagi (divisible) secaratak terbatas.namun kenyataannya bahwa unit sekuritas terkecil adalah satu lembar saham. Hal ini akan menjadi alat utnuk menghindari penjualan saham sebagai pengganti dividen yang kurang. Sebaliknya parapemegang saham tidak menginginkan pembayaran dividen untuk tujuan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transaksi dan masalah pembagian sekuritas tidak menguntungkan para pemegang saham. 5) Pembatasan institusional Hukum sering membatasi jenis-jenis saham biasa yang boleh dibeli para investor institusional (lembaga) tertentu. Sering pemerintah melarang lembaganya untuk berinvestasisaham pada perusahaan yang tidak memberikan dividen. Misalnya perusahasan dividen jiwa hanya boleh investasi saham yang selalu membayar dividen secara kontinyu. Untuk itu perusahaan yang selalu membagi labanya sebagai dividen, lebih disukai daripada perusahaan yang menahan labanya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 7 Teori Dividen Dalam Memaksimalkan Kemakmuran Pemilik Menurut Sudana (2011:152-153) Selama dua dekade terakhir, beberapa teori dikembangkan dalam upaya membahas pencapaian tujuan perusahaan yakni memaksimumkan kemakmura pemegang saham. Teori-teori itu mendebatkan suatu topic apakah kebijakan dividen itu akan mempengaruhi harga saham atau tidak. Dalam hal ini ada dua aliran yang beda pendapat. Aliran yang pertama bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang saham tidak membedakan (indifferent) antara cash dividend dan retained earnings. Karena itu MM menyatakan bahwa tidak ada dividendpayoutratio yang optimal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Aliran yan kedua dipimpin oleh Gordin dan Lintner yang mengatakan bahwa memang ada kebijakan dividen yang optimal yang mampu mempengaruhi nilai perusahaan, sebab para investor akan menilai lebih tinggiharapan dividen Rp 100 dibandingkan dengan harapan capital gain Rp 10 yang berasal dari penginvestasian kembali laba ditahan. Teori Dividen Tradisional Menurut Sudana (2011:169) pendekatan tradisional, hubungan antara dividend payout ratio dan discount rate dapat dilihat melalui grafik rasio dividen (dividend payout ratio) diberi notasi (1-b). untuk memisahkan keputusan dividen dengan keputusan leverage dan keputusan investasi, diasumsikan bahwa perusahaan tidak mempunyai hutang dalam struktur modalnya, dan keputusan investasi diambil secara independen terhadap keputusan dividen. Proyek investasi dapat dibiayai dengan menggunakan laba ditahan atau emisi saham baru. Dividend Payout Ratio Pengertian Dividen payout ratio Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Sartono (2009:491) menyatakan bahwa : “ Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Sedangkan, menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Devidend Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio dapat digunakan untuk melihat pertandingan antara laba perlembar saham yang didapatkan perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen. Dengan melihat rasio ini akan dapat mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dan kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam bentuk dividen. Apakah ada investasi yang prospektif untuk didanai dengan sebagian labanya? Bila ya tentunya perusahaan memiliki prospek yang lebih baik dan tentunya menuju pertumbuhan positif.Rumus Dividend Payout Ratio adalah : DPR 1. = Dividen Tunai Per Lembar ( DPS ) Laba Per Lembar Saham ( EPS ) Dividen Tunai Per Lembar Saham (Dividend Per Share) Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Irawati (2006:64) menyatakan bahwa : “Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar”. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 8 Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus : DPS = Total dividen yang dibagikan Jumlah Lembar saham yang beredar 2. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Pengertian laba per lembar saham menurut Baridwan (2008:443) menyatakan bahwa : “Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar”. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan. Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham : a. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan. b. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : EPS = Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Lembar Saham Yang Beredar Proses pembayaran dividen Menurut Kamaludin (2011:340-341) Dalam melakukan pembayaran dividen ada beberapa langkah yang harus ditempuh, hal ini bertujuan untuk menentukan siapa sebenarnya yang berhak atas dividen. Jika tidak ada prosedur yang baku, maka akan menjadi masalah pada saat dividen akan dibayar. Perlu anda ingat pemegang saham selaalu berpindah dari hari kehari, permasalah akan terjadi pada saat tanggal pencataan dan tanggal ex-deviden. Prosedur pembagian dividen adalah dimulai langkah – langkah seperti berikut : a. Tanggal deklarasi yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi diumumkan dewan direksi. b. Tanggal pencatatan yaitu menunjukkan kapan buku transfer saham ditutup. Perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu, dan berhak atas dividen c. Ex-dividen yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, atau penghilangan hak atas dividen. Biasanya penghilangan hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham. d. Tanggal pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirim cek dividen kepada setiap pemegang saham. Faktor–faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen Sartono (2009:292) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakandividen: Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 9 1. Kebutuhan dana perusahaan Kebutuhan dana dalam perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen, seperti aliran kasperusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan yang harus menjadi pertimbangan dalam analisa kebijakan dividen. Dalam penelitian ini kebutuhan dana perusahaan diproksikan pada DebtTo Equity Ratio (DER). 2. Tingkat laba dan stabilitas dividen Tingkat laba merupakan tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu ditempat lain) atau menggunakannya di perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Dalam penelitian ini laba atau profitabilitas diproksikan pada Return On Asset (ROA) 3. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan hal penting dalam kebijakan dividen, karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan pada Cash Position (CASH) 4. Tingkat Ekspansi Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi semakin besar aktiva yang diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan demikian meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk berinvestasi Dalam penelitian ini diproksikan pada Asset Growth (GROWTH). 5. Peluang ke pasar modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk masuk kepasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan kecil yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 10 Perumusan Hipotesis H1 : Diduga Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 H2 : Diduga Return On Assets (ROA), secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 H3 : Diduga Debt To Equity Ratio (DER), secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 H4 : Diduga Assets Growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang akan menjadi Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang menerbitkan laporan kuangan tahunan yang diaudit dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan laporan keuangannya secara rutin dan mempunyai data keuangan yang lengkap dan sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian ini, (3) Perusahaan yang secara terus-menerus membagikan dividennya kepada pemegang sahamnya pada tahun 2008 sampai dengan 2012, (4) Dividend payout ratio yang dimiliki adalah lebih kecil atau sama dengan satu, karena untuk menghindari indikasi kebangkrutan bagi perusahaan. Perusahaan tidak memiliki laba negativ atau menderita kerugian pada periode penelitian, (5) Perusahaan bukan merupakan lembaga keuangan, perbankan, asuransi, maupun perusahaan pemerintah dengan alasan untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang bersifat khas yang dapat mempengaruhi variabel dalam penelitian. Berdasarkan kriteria di atas yang memenuhi sampel adalah 2 perusahaan, antara lain : PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk dan PT. Gudang Garam, Tbk. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Cash Position(X1) Rasio yang mengukur saldo kas akhir tahun yang dihasilkan dari laba bersih setelah pajak. Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Cash Position adalah : CASH = b. Saldo Kas Akhir Laba Bersih Setelah Pajak Return On Asset(X2) ROA mengidentifikasikan tingkat profitabilitas. Rasio ini mengukur pengembalian atas tota; aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini dihitung dengan rumus.(Sartono, 2009:122). Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Return On Assets adalah : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 11 ROA = c. Laba Bersih setelah pajak Total Aktiva Debt To Equity Ratio (X3) Debt To Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibayar oleh hutang, dimana semakin tinggi ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Rasio ini dihitung dengan rumus. (Sartono, 2009:66). Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Debt to equity ratio adalah : DER = d. Total Hutang Total Modal Assets Growth (X4) Assets Growth menunjukkan pertumbuhan aset, dimana aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut: GROWTH = TAt – TAt-1 TAt-1 Variabel Dependen Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio merupakan persentase jumlah pembayaran dividen tunai yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham berdasarkan kebijakan yang telah disepakati dan melalui laba bersih setelah pajak. Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Dividend Payout Ratio adalah : DPR Keterangan: DPS DPS EPS = =Dividend Payout Ratio = Dividend Per Share =Earning Per Share DPS EPS Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 12 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Data Rasio Keuangan Perusahaan Periode 2008 sampai dengan 2012 (dalam persen) No. 1. 2. Perusahaan PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Gudang Garam Tbk Tahun DPR (%) CASH (%) ROA (%) DER (%) GROWTH (%) 2008 142,17 124,5 23,6 1,73 51,4 2009 99,95 99,03 34,3 8,44 5,5 2010 0,10 46,6 39,0 1,41 14,5 2011 0,10 48,95 41,6 1,30 7,4 2012 32,30 21,9 39,4 2,49 -5,6 2008 35,81 60,3 7,8 0,55 1,2 2009 36,19 35,4 12,7 0,48 13,1 2010 40,84 30,1 13,5 0,44 12,9 2011 38,81 22,1 12,7 0,59 27,2 2012 39,52 31,6 9,8 0,56 6,2 Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah) Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa besarnya Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Position (CASH), Return On Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), dan Assetsgrowth (GROWTH) perusahaan sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi. Hal ini dapat diketahui pada periode untuk masing-masing variabel. Selama 5 tahun terakhir ini, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. menunjukkan nilai Dividend Payout Ratio (DPR) paling tinggi pada tahun 2008 yakni sebesar 142,17%. Sedangkan nilai Dividend Payout Ratio (DPR) yang paling rendah juga ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2010 dan 2011 yakni sebesar 0,10%. Untuk nilai Cash Position (CASH) tertinggi di tunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2008 yakni sebesar 124,5%, Sedangkan untuk nilai Cash Position (CASH) terendah juga ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2012 yakni sebesar 21,9%. Untuk nilai Return On Asset (ROA) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2011 yakni sebesar 41,6%. Sedangkan untuk nilai Return On Asset (ROA) terendah ditunjukkan oleh PT. Gudang Garam Tbk. Pada tahun 2008 yakni sebesar 7,8%. Untuk nilai Debt To Equity Ratio (DER) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2009 yakni sebesar 8,44%. Sedangkan untuk nilai Debt To Equity Ratio (DER) terendah ditunjukkan oleh PT. Gudang Garam Tbk. Pada tahun 2010 yakni sebesar 0,44%. Untuk nilai Assets Growth (GROWTH) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2008 yakni sebesar 51,4%.Sedangkan untuk nilai Assets Growth (GROWTH) terendah ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2012 yakni sebesar -5,6%. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 13 Uji Asumsi Klasik a.Uji Normalitas. Hasil uji grafik yang dilengkapi dengan uji statistik menunjukkan nilai Asym Sig setiap variabel > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal sehingga model regresi dapat digunakan dan memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Multikolinearitas. Nilai Tolerance menunjukkan variabel independen memiliki tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. dan nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dan dapat digunakan untuk memprediksi DPR selama periode pengamatan 2008-2012. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga analisa regresi linier berganda dapat diteruskan. d. Uji Autokorelasi. nilai Durbin Watson sebesar 2,277. nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 10 (n) dan jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di tabel durbin watson akan didapatkan nilai sebesar dl = 0,376 dan du = 2,414. Oleh karena nilai 0,376 ≤ 2,277 ≤ 2,414. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Analisis Regresi Linier Berganda Tabel 2 Coefficientsa Model 1 Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients t Sig. .901 .409 B Std. Error 16.549 18.367 X1_CASH .507 .379 .401 1.336 .239 X2__ROA 1.161 .624 .369 1.858 .013 X3_DER 8.772 4.916 .492 1.784 .134 X4_GROWT H 1.127 .702 .416 1.606 .169 (Constant) Beta Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah) a. Dependent Variable: Y_DPR Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Dari tabel diatas persamaan regresi yang didapat adalah : DPR = 16,549 + 0,507 CASH +1,161 ROA + 8,772 DER + 1,127 GROWTH + e Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 14 Dari persamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Konstanta (a) Konstanta bernilai 16,549, hal ini menunjukkan bahwa jika semua variabel independen (CASH, ROA, DER, GROWTH) memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel dependen DPR akan naik sebesar 16,549%. 2. CASH (X1) terhadap DPR (Y) Variabel Cash Position bernilai 0,507 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan bahwa CASH mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan 1% nilai Cash Position, maka nilai Dividend Payout Ratioakan meningkat sebesar 0,507% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. 3. ROA (X2) terhadap DPR (Y) Variabel Return On Assets bernilai 1,161 dan bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa ROA mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan 1% nilai Return On Assets maka nilai Dividend Payout Ratio akan meningkat sebesar 1,161% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. 4. DER (X3) terhadap DPR (Y) Variabel Debt To Equity Ratio bernilai 8,772 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan bahwa DER mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan 1% nilai Debt To Equity Ratio maka nilai Dividend Payout Ratio akan meningkat sebesar 8,772% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. .Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2009: 66) yaitu semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin berkurang kemampuan perusahaan membayar dividen sebaliknya semakin turun semakin tinngi kemampuan perusahaan membayar dividen. Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak menghasilkan tambahan laba. 5. GROWTH (X4) terhadap DPR (Y) Variabel Assets Growth bernilai 1,127 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan bahwa GROWTH mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan 1% nilai Assets Growth maka nilai Dividend Payout Ratio akan menaikkan sebesar 1,127% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Uji Hipotesis 1. Analisis Koefisien Determinasi (R2) Tabel 3 Model Summaryb Model 1 R .922a R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .851 .731 Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah) a. Predictors: (Constant), X4_GROWTH, X2_ROA, X3_DER, X1_CASH b. Dependent Variable: Y_DPR 22.46231 Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 15 Melihat hasil output SPSS 16.0 tersebut diatas diketahui Adjusted R square (R2) sebesar 0,851. Dengan demikian dapat dikatakan kemampuan CASH, ROA, DER dan GROWTH dalam menerangkan DPR sebesar 85,1% atau dengan kata lain variabel CASH, ROA, DER dan GROWTH berpengaruh sebesar 85,1% terhadap variabel DPR, sedangkan sisanya sebesar 14,% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 2. Analisis Uji Kelayakan Model (Uji Simultan) Uji Kelayakan Model (simultan) untuk menguji pengaruh variabel CASH, ROA, DER dan GROWTH secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan tingkat kepercayaan 5%. Sedangkan uji Kelayakan Model dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value dibandingkan dengan 0,05. Tabel 4 ANOVAb Sum of Squares 1 Regression Residual Total Df Mean Square F 14354.836 4 3588.709 2522.777 5 504.555 16877.613 9 Sig. 7.113 .027a Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah) a. Predictors: (Constant), X4_GROWTH, X2_ROA, X3_DER, X1_CASH b. Dependent Variable: Y_DPR Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai signifikansi (sig) sebesar 0,027. Karena nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa CASH, ROA, DER dan GROWTH secara simultan berpengaruh terhadap DPR. Sehingga hipotesis yang menyatakan CASH, ROA, DER dan GROWTH secara simultan berpengaruh terhadap DPR dan layak digunakan untuk uji parsial dapat diterima. 3. Pengujian Secara Parsial a. Analisis Pengujian Hipotesis Uji Parsial Tabel 5 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B 1 (Constant) Std. Error 16.549 18.367 .507 .379 X2_ROA 1.161 X3_DER X4_GROWTH X1_CASH Standardize d Coefficients Correlations t Sig. Zeroorder Beta Partial Part .901 .409 .401 1.336 .239 .813 .513 .231 .624 .369 1.858 .013 .127 .639 .321 8.772 4.916 .492 1.784 .134 .457 .624 .308 1.127 .702 .416 1.606 .169 .609 .583 .278 Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah) a. Dependent Variable: Y_DPR Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 16 Dari tabeldiatas, dapat dilihat pengaruh dari masing-masing variabel CASH, ROA, DER dan GROWTH terhadap DPR dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi (probabilitas). Hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel CASH, ROA, DER dan GROWTH secara parsial terhadap DPR dapat dianalisis sebagai berikut : 1) Uji hipotesis pengaruh CASH terhadap DPR Hasil pengujian parsial antara variabel CASH dengan variabel DPR menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,239 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa pengaruh CASH terhadap DPR secara parsial adalah tidak signifikan. Sehingga kenaikan maupun penurunan CASH tidak mempengaruhi DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen tidak tergantung pada kuatnya posisi kas melainkan menggunakan asset yang tidak produktif atau laba tahun sebelumnya dengan harapan dapat menarik investor. 2) Uji hipotesis pengaruh ROA terhadap DPR Hasil pengujian parsial antara variabel ROA dengan variabel DPR menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,013 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa pengaruh ROA terhadap DPR secara parsial adalah signifikan. Hasil positif dalam penelitian ini sesuai dengan kenaikan maupun penurunan ROA sangatlah mempengaruhi DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen bergantung pada kuatnya laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih bisa memprediksi kenaikan laba yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan. 3) Uji hipotesis pengaruh DER terhadap DPR Hasil pengujian parsial antara variabel DER dengan variabel DPR menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,134 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa pengaruh DER terhadap DPR secara parsial adalah tidak signifikan. Hasil menunjukkan bahwa DER bukan merupakan faktor yang menjadikan pertimbangan dalam menentukan ada tidaknya pembagian dividen atau besarnya dividen pada perusahaan sector industri barang konsumsi di BEI tahun 2008-2012. Hal ini dikarenakan adanya teory signal yang berpendapat bahwaa dividen sebagai signal oleh perusahaan yang merupakan indikasi prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Ada kecenderungan bahwa ketika harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividend dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat. Maka perusahaan akan meningkatkan dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Walaupun besarnya deb to equity ratio tinggi perusahaan bias jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada investor agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga investor akan tetap menanamkan investasinya. 4) Uji Hipotesis pengaruh GROWTH terhadap DPR Hasil pengujian parsial antara variabel GROWTH dengan variabel DPR menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,169 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa pengaruh GROWTH terhadap DPR secara parsial adalah tidak signifikan dan GROWTH tinggi cenderung mempunyai DPR tinggi. Sehingga perusahaan harus lebih memperhatikan pertumbuhan aktiva. Karena pertumbuhan disukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah membayar pajak dan juga mengharapkan kinerja yang lebih baik lagi dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Karena perusahaan akan membayarkan dividen jika tidak memiliki kesempatan untuk investasi Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 17 yang menguntungkan. Walaupun demikian kenaikan maupun penurunan GROWTH tidak mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap DPR. b. Koefisien Determinasi Parsial Tabel 6 Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial Variabel CASH ROA DER GROWTH Nilai r 0,513 0,639 0,624 0,583 r2 0,263 0,408 0,389 0,340 Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial sebagai berikut : 1) Koefisien determinasi parsial variabel CASH adalah 0,263 hal ini berarti sebesar 26,3% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel CASH terhadap DPR. 2) Koefisien determinasi parsial variabel ROA adalah 0,408 hal ini berarti sebesar 40,8% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel ROA terhadap DPR. 3) Koefisien determinasi parsial variabel DER adalah 0,389 hal ini berarti sebesar 38,9% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel DER terhadap DPR. 4) Koefisien determinasi parsial variabel GROWTH adalah 0,340 hal ini berarti sebesar 34% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel GROWTH terhadap DPR. Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan dalah ROA karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya paling besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan membayar Dividen. Hal ini menunjukkan perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan diikuti dengan peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dividen dan juga dapat mendorong peningkatan nilai saham perusahaan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengujian kelayakan model bahwa CASH, ROA, DPR, dan GROWTH secara simultan berpengaruh terhadap DPR, sehingga Model layak digunakan sebagai Uji parsial. 2. Dari keempat variabel yang ada, variabel yang dominan adalah variabel ROA. Variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil positif dalam penelitian ini sesuai dengan kenaikan maupun penurunan ROA sangatlah mempengaruhi DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen bergantung pada kuatnya laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih bisa memprediksi kenaikan laba yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 18 3. Sedangkan Variabel CASH, DER, dan GROWTH berpengaruh tetapi tidak signifikan. a. Variabel CASH berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga kenaikan maupun penurunan CASH tidak mempengaruhi DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen tidak tergantung pada kuatnya posisi kas melainkan menggunakan asset yang tidak produktif atau laba tahun sebelumnya dengan harapan dapat menarik investor. b. Variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil positif pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar hutang perusahaan semakin kecil jumlah pembayaran dividen yang diberikan perusahaan kepada investor. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat. Maka perusahaan akan meningkatkan dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Walaupun besarnya deb to equity ratio tinggi perusahaan bisa jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada investor agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga investor akan tetap menanamkan investasinya. c. Variabel GROWTH berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. GROWTH tinggi cenderung mempunyai DPR tinggi. Sehingga perusahaan harus lebih memperhatikan pertumbuhan aktiva. Karena pertumbuhan disukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah membayar pajak dan juga mengharapkan kinerja yang lebih baik lagi dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Karena perusahaan akan membayarkan dividen jika tidak memiliki kesempatan untuk investasi yang menguntungkan. KETERBATASAN Agar penelitian ini tidak terlalu luas dalam hal penjelasan dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Maka, penelitian hanya menganalisa data laporan keuangan yang lengkap dan objek penelitian yang digunakan adalah Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi. Perusahaan yang membagikan dividen selama 5 tahun berturutturut hanya ada 2 perusahaan yakni PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan PT Gudang Garam Tbk, dengan periode pengamatan 2008-2012. DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. Brealey, R.A. Stewart, C.M. Allen, J.M. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Alih bahasa: Yelvi Ansdri Saimur. Editor: H. Wibi Hardani, Adi Maulana. Erlangga. Jakarta. Brigham, E.F. dan F.H. Joel. 2010. Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi Kedelapan. Terjemahan Dodo Suhartono dan Herman Wibowo. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Hanafi, M.M. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kesatu. BPFE. Yogyakarta. Husnan, S. dan E. Pudjiastuti. 2008. Dasar – dasar Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan Buku1. Edisi Kelima. BPFE. Yogyakarta. Irawati, S. 2006. Manajemen Keuangan. Cetakan Kesatu. Pustaka. Bandung. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014) 19 Kamaludin. 2011.Manajemen Keuangan “Konsep Dasar Dan Penerapannya’. Mandar maju. Bandung. Martono, dan Harjito, 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh. BPFE. Yogyakarta. Riyanto, B. 2011. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Sartono, A. 2009. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, BPFE Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta. Sudana, I.M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik. Penerbit Erlangga. Jakarta. Suhartono, dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek : Pendekatan Teori dan Praktik. Edisi Petama, Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. ●●●