faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI
Winda Qoirotun Jannah
[email protected]
Sasi Agustin
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the influence factors which influence the Dividend Payout Ratio
(DPR) at the industrial sectors of consumption goods companies which are listed in Indonesia Stock Exchange
from 2008 – 2012. The numbers of samples are 2 companies out of 37.The analysis result shows that dominant
variables is ROA variable, it has positive relationship which means that the company in distributing its dividend
sharing depends on the company’s profit strength. Therefore, the company should able to forecast the increasing
profit obtained by the company, since the profit stability and stable dividend payment will attract investors to
invest their fund.Variable of cash and growth have positive influence but not significant. It means that the
company should able to increase its cash position, and assets growth. On the other hand, DER has negative
relation but not significant which means that the company should decrease its debt to equity ratio from year to
year so it attracts investors to invest their fund.
Keywords :Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Position (CASH), Return on Assets (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Asset Growth (GROWTH)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout
Ratio (DPR) pada perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2008-2012. Jumlah sampel sebanyak 2 perusahaan dari 37 perusahaan.Dari hasil
analisis menunjukkan bahwa variabel yang dominan adalah variabel ROA, Variabel ROA mempunyai
hubungan positif artinya bahwa perusahaan dalam membagikan dividen bergantung pada kuatnya
laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih bisa memprediksi kenaikan laba
yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba yang diperoleh dan pembayaran dividen
yang stabil akan membuat investor semakin tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk
perusahaan.Variabel CASH, dan GROWTH mempunyai hubungan positif tetapi tidak signifikan.
Yang berarti bahwa perusahaan harus mampu meningkatkan cash position, dan assets growth.
Sedangkan DER mempunyai hubungan negatif tetapi tidak signifikan yang berarti bahwa perusahaan
harus menurunkan rasio debt to equity dari tahun ke tahun sehingga dapat menarik minat para
investor untuk menginvestasikan dananya.
Kata Kunci: Dividend Payout Ratio (DPR), Cash Position (CASH), Return on Assets (ROA), Debt to Equity
Ratio (DER), Asset Growth (GROWTH)
PENDAHULUAN
Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa depan
karena pertumbuhan ekonomi Negara yang semakin baik dan industri manufaktur juga
memberikan konstribusi yang besar khususnya di sektor industri barang konsumsi. Hal ini
ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan sekuritas yang ada pada saat ini
khususnya di wilayah Indonesia. Dengan demikian memudahkan perusahaan yang
membutuhkan modal atau dana untuk aktivitas perusahaannya maupun masyarakat
(investor) yang ingin menginvestasikan dananya dalam bentuk saham.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
2
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan
yaitu untuk memperoleh pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa
pendapatan dividen maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga jual
belinya.
Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil, karena dengan stabilitas dividen dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan, sehingga mengurangi ketidakpastian investor
dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan.
Kebijakan investasi berhubungan dengan pendanaan apabila investasi sebagian besar
di danai dengan internal equity maka akan mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan.
Semakin besar investasi maka semakin berkurangnya dividen yang dibagikan. Dan apabila
dan internal equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka bisa
dipenuhi dari external khususnya dari utang. Perusahaan yang cenderung menggunakan
sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang
lebih besar. Untuk itulah manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang
memberikan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Pembagian dividen bertujuan untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan yang ditunjukkan
dengan nilai saham. Untuk mencapai tujuan tersebut melibatkan dua pihak yang
berkepentingan dalam pembagian dividen yaitu investor dan emiten.
Menurut Hanafi (2008:123-366) Pembagian dividen merupakan masalah yang sering
kali menjadi topik pembicaraan yang hangat di antara para pemegang saham dan juga pihak
manajemen perusahaan, bahkan cenderung terjadi kontroversi antara pemegang saham dan
perusahaan. Berbagai macam kontroversi yang ada adalah antara pendapat bahwa kebijakan
dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang diajukan oleh Miller dan Modigliani
(MM) yang sering disebut teori dividen tidak relevan, sementara argumen lain menyatakan
bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, dan argumen terakhir
yang menyatakan bahwa dividen yang rendah akan meningkatkan nilai perusahaan.
Pengukuran Perubahan dividen perusahaan dapat diketahui melalui tanggal
pengumuman dividen. Tanggal pengumuman dividen adalah tanggal yang dikeluarkan
oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mengumumkan pembagian dividen kas
yang kemudian dipublikasikan pada laporan keuangan tahunan di Bursa Efek Indonesia.
Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada investor. Secara umum terdiri
dari dua tipe, yaitu dividen kas dan dividen non kas.Untuk dividen non kas, ada dividen
saham (stock dividend) dan stock splits (pemecahan saham).
Dari kedua jenis dividen tersebut,dividen kas merupakan salah satu faktor penarik
bagi para investor maupun calon investor yang akan menanamkan dananya pada sekuritas
perusahaan tertentu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengasumsikan bahwa dividen kas yang
diterima saat ini lebih mampu mengurangi risiko ketidakpastian. Argumentasinya adalah
dividen di masa mendatang akan lebih berisiko dibandingkan dengan dividen yang
dibayarkan saat ini.Oleh karena itu, perhatian perusahaan (manajemen) terhadap faktorfaktor yang dapat mempengaruhi dan mampu merealisasikan pencapaian dividen kas yang
optimal perlu diupayakan.
Tingkat dividen yang semakin tinggi dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang
ditahan dan sebagai akibatnya adalah menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan.
Perusahaan yang ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap didalam
perusahaan, berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen akan semakin
kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tingginya dividend payout ratio
yang ditetapkan oleh perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
3
kembali didalam perusahaan yang ini akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
(Riyanto, 2011:265)
Pertimbangan besarnya dividend payout ini di duga sangat berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus, diharapkan mampu untuk
menetapkan besarnya dividend payout yang mana besarnya sesuai dengan harapan
pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Kinerja keuangan
perusahaan dibaca melalui laporan keuangan, dengan menganalisis rasio keuangan dari
laporan keuangan tersebut.
Menurut Sartono (2009:292) faktor yang sesungguhnya terjadi dan harus dianalisis
dalam kaitannya dengan kebijakandividen: (a) Kebutuhan dana perusahaan,(b) Tingkat laba
dan stabilitas laba, (c) Likuiditas, (d) Tingkat Ekspansi Aktiva, (e) Peluang ke pasar modal
Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout ratio (rasio pembayaran
dividen) yaitu merupakan presentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai.
Kondisi likuiditas tergambar pada melalui rasio cash position (posisi kas), tingkat laba dan
stabilitas laba tergambar melalui rasio return on assets (laba terhadap aktiva), kebutuhan
dana perusahaan tergambar melalui rasio debt to equity (perbandingan total hutang dengan
total modal), tingkat ekspansi aktiva tergambar melalui aseets growth (total assets tahun awal
dikurangi total asset tahun awal t-1 terhadap total asset tahun awal t-1),
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan “cash
outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar deviden (Riyanto, 2011:267).
Husnan dan Pudjiastuti (2008:74) menyatakan return on assets menunjukkan seberapa
besar laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
Menurut Riyanto (2009:267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
solvabilitas/leverage adalah debt to equity ratio (DER).
Menurut Sartono (2009:248) menyatakan bahwa semakin cepat pertumbuhan
perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi.
Semakin
cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar asset yang diharapkan sehingga
semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang
diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap
perusahaan. Dengan demikian meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan,
maka proporsi hutang semakin lebih besar dari pada modal sendiri..
Hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan
pembagian dividen yang relatif stabil, sehingga Tujuan penelitian ini untuk menguji
pengaruh Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan
Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ?
2. Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ?
3. Bagaimana pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ?
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
4
4. Bagaimana pengaruh Assets growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012 ?
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh Return On Asset (ROA) secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh Debt To Equity Ratio (DER) secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.
4. Untuk mengetahui pengaruh Assets growth (GROWTH) secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio(DPR) pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Dividen
Menurut Wikipedia bahasa indonesia, Dividen adalah pembagian laba kepada
pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan
mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan
kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis.
Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis:
a. Dividen tunai; metode paling umum untuk pembagian keuntungan. Dibayarkan dalam
bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya.
b. Dividen saham; cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan,
biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki.
Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham tambahan. Metode ini
mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah jumlah saham sambil
mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah kapitalisasi pasar.
c. Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan cara ini
jarang dilakukan.
d. Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir.
Stabilitas dividen
Menurut Martono dan Harjito (2010:258) Stabilitas Dividen adalah pembayaran
dividen yang stabil dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan kebalikannya adalah
pembayaran dividen yang sesuai dengan persentase tetap dari penghasilan perusahaan.
Apabila semua factor antara dua perusahaan sama tetapi pembayaran dividennya berbeda,
maka harga saham perusahaan yang membayar dividen secara stabil akan lebih tinggi dari
pada harga saham perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.
Beberapa batasan hukum pada dividen
Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007:45-46) Misalkan dewan yang tidak jujur
memutuskan untuk menjual semua asset perusahaan dan mendistribusikan uang sebagai
dividen. Tindakan itu tidak meninggalkan uang sepeser pun untuk membayar hutang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
5
perusahaan. Karena itu, pemegang obligasi sering melindungi diri terhadap bahaya ini
dengan menempatkan batasan pembayaran dividen.
Hukum Negara bagian juga membantu melindungi kreditor perusahaan terhadap
pembayaran dividen yang berlebihan. Misalnya, sebagian besar Negara bagian melarang
perusahaan membayar dividen jika pembayaran dividen itu akan membuat perusahaan
bangkrut1. Perusahaan juga tidak diperbolehkan membayar dividen jika perusahaan
memasukkan modal legal (legal capital). Modal legalumumnya di definisikan sebagai nilai
nominal saham yang beredar.2
Kebijakan Dividen
Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut Martono dan Harjito (2010:253) Kebijakan dividen merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen
merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahan pada akhir tahun akan dibagi
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal
guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (DPR)
menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai
sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan
kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan
yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen
menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah
menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba
yang ditahan di perusahaan.
Pendapat kebijakan dividen
Martono dan Harjito (2010:253-255) Ada dua pendapat mengenai relevansi kebijakan
dividen yaitu :
a. Pendapat yang menyatakan bahwa dividen tidak relevan
Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. Modigliani danMiller
(MM) Memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen
tidak relevan. MM menyatakan bahwaa DPR hanya merupakan bagian kecil dari
keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak mempengaruhi kekayaan pemegang
saham. MM beragumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh
kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan
investasi.jadi dalam rangka membagi laba perusahaan menjadi dividend dan laba
yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam hal ini MM berasumsi
bahwa adanya pasar modal sempurna di mana tidak ada biaya transaksi, biaya
pengembangkan (floatation cost) dan tidak ada pajak.
b.
Pendapat yang menyatakan bahwa dividen adalah relevan dalam kaitannya dengan
kemakmuran pemegang saham.
Pendapat ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran dividen.
Sejumlah argumentasi diajukan untuk mendukung posisi yang kontradiksi yaitu bahwa
1
Hukum tersebut mendefinisikan kebangkrutan dengan berbagai cara. Dalam beberapa kasus, kebangkrutan
hanya berarti ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban segera; dalam kasus lain, kebangkrutan berarti
defisiensi asset dibandingkan dengan semua kewajiban tetap yang beredar.
2
Jika tidak ada nilai nomina, modal legal terdiri dari sebagian atau seluruh tanda terima dari penerbitan saham
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
6
dividen adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti. Dengan kata lain, para investor
dapat dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Pendapat ini terutama ditujukan untuk keadan
yang penuh ketidakpastian. Argument-argumen tersebut antara lain :
1) Preferensi atas dividen
Para investor tertentu mungkin mempunyai pilihan dividen daripada keuntungan
sebagai akibat perubahan harga saham (capital gain), pembayaran dividen merupkan
alternatif pemecahan dalam kondisi ketidakpastian para investor tentang kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) perusahaan. Dividen akan diterima
saat ini dan terus menerus tiap tahun, sedangkan capital gain akan diterima untuk waktu
yang akan dating jika harga saham naik. Dengan demikian perusahaan yang membayar
dividen akan memecahkan ketidakpastian investor lebih awal dari perusahaan yang tidak
membayar dividen.
2) Pajak atas investor
Pajak memiliki banyak pengaruh yang berbeda-beda. Karena pajak capital gain lebih
kecil dari pada pajak penghasilan dividen, maka perusahaan mungkin lebih
menguntungkan untuk menahan laba tersebut. Sebaliknya apabila pajak penghasilan
dividen lebih kecil daripada pajak capital gain, maka lebih menguntungkan bila
perusahaan membayar dividen. Sedangkan mengenai perpajakan ini tergantung pada
peraturan pajak dimasing-masing Negara.
3) Biaya pengambangan
Biaya pengambangan adalah biaya yang berhubungan dengan penerbitan surat
berharga, seperti biaya pertanggungan emisi, biaya konsultasi hukum, pendaftaran saham
dan percetakan. Ketidakrelevanan pembayaran dividen didasarkan pada pemikiran
bahwa pada saat terdapat peluang investasi yang menguntungkan namundividen tetap
dibayarkan, maka dan yang dikeluarkan oleh perusahaan harus diganti dengan dana yang
diperoleh dari pendanaan eksternal. Padahal dana eksternal tersebut menimbulkan biaya
pengambangan, sehingga adanya biaya pengambangan menyebabkan keputusan
menahan laba lebih baik daripada membayar dividen.
4) Biaya transaksi dan pembagian sekuritas.
Biaya transaksi yang terjadi didalam penjualan sekuritas (surat berharga) cenderung
untuk menghambat proses arbitrase. Para pemegang saham yang berkeinginan mendapat
laba sekarang, harus membayar biaya transaksi bila menjual sahamnya untuk memenuhi
distribusi kas yang mereka inginkan karena pembayaran dividennya kurang. Pasar yang
sempurna juga mengasumsikan bahwa sekuritas dapat dibagi (divisible) secaratak
terbatas.namun kenyataannya bahwa unit sekuritas terkecil adalah satu lembar saham.
Hal ini akan menjadi alat utnuk menghindari penjualan saham sebagai pengganti dividen
yang kurang. Sebaliknya parapemegang saham tidak menginginkan pembayaran dividen
untuk tujuan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transaksi dan masalah
pembagian sekuritas tidak menguntungkan para pemegang saham.
5) Pembatasan institusional
Hukum sering membatasi jenis-jenis saham biasa yang boleh dibeli para investor
institusional (lembaga) tertentu. Sering pemerintah melarang lembaganya untuk
berinvestasisaham pada perusahaan yang tidak memberikan dividen. Misalnya
perusahasan dividen jiwa hanya boleh investasi saham yang selalu membayar dividen
secara kontinyu. Untuk itu perusahaan yang selalu membagi labanya sebagai dividen,
lebih disukai daripada perusahaan yang menahan labanya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
7
Teori Dividen Dalam Memaksimalkan Kemakmuran Pemilik
Menurut Sudana (2011:152-153) Selama dua dekade terakhir, beberapa teori
dikembangkan dalam upaya membahas pencapaian tujuan perusahaan yakni
memaksimumkan kemakmura pemegang saham. Teori-teori itu mendebatkan suatu topic
apakah kebijakan dividen itu akan mempengaruhi harga saham atau tidak. Dalam hal ini
ada dua aliran yang beda pendapat. Aliran yang pertama bahwa bagaimanapun kebijakan
dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna
(perfect capital market) para pemegang saham tidak membedakan (indifferent) antara cash
dividend dan retained earnings. Karena itu MM menyatakan bahwa tidak ada
dividendpayoutratio yang optimal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Aliran yan
kedua dipimpin oleh Gordin dan Lintner yang mengatakan bahwa memang ada kebijakan
dividen yang optimal yang mampu mempengaruhi nilai perusahaan, sebab para investor
akan menilai lebih tinggiharapan dividen Rp 100 dibandingkan dengan harapan capital gain
Rp 10 yang berasal dari penginvestasian kembali laba ditahan.
Teori Dividen Tradisional
Menurut Sudana (2011:169) pendekatan tradisional, hubungan antara dividend payout
ratio dan discount rate dapat dilihat melalui grafik rasio dividen (dividend payout ratio) diberi
notasi (1-b). untuk memisahkan keputusan dividen dengan keputusan leverage dan
keputusan investasi, diasumsikan bahwa perusahaan tidak mempunyai hutang dalam
struktur modalnya, dan keputusan investasi diambil secara independen terhadap keputusan
dividen. Proyek investasi dapat dibiayai dengan menggunakan laba ditahan atau emisi
saham baru.
Dividend Payout Ratio
Pengertian Dividen payout ratio
Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Sartono
(2009:491) menyatakan bahwa : “ Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah
persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang
dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”.
Sedangkan, menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Devidend
Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio
dapat digunakan untuk melihat pertandingan antara laba perlembar saham yang
didapatkan perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen. Dengan melihat rasio
ini akan dapat mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar
dividen dan kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam bentuk dividen.
Apakah ada investasi yang prospektif untuk didanai dengan sebagian labanya? Bila ya
tentunya perusahaan memiliki prospek yang lebih baik dan tentunya menuju pertumbuhan
positif.Rumus Dividend Payout Ratio adalah :
DPR
1.
=
Dividen Tunai Per Lembar ( DPS )
Laba Per Lembar Saham ( EPS )
Dividen Tunai Per Lembar Saham (Dividend Per Share)
Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Irawati (2006:64) menyatakan
bahwa :
“Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan
dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang
saham biasa yang beredar”.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
8
Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :
DPS =
Total dividen yang dibagikan
Jumlah Lembar saham yang beredar
2.
Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Pengertian laba per lembar saham menurut Baridwan (2008:443) menyatakan bahwa :
“Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang
diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar”.
Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna
bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan
untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua
macam laba per lembar saham :
a.
Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia
untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
b.
Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia
untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang
asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif
yang beredar sepanjang periode pelaporan.
Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
EPS =
Laba Bersih Setelah Pajak
Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
Proses pembayaran dividen
Menurut Kamaludin (2011:340-341) Dalam melakukan pembayaran dividen ada
beberapa langkah yang harus ditempuh, hal ini bertujuan untuk menentukan siapa
sebenarnya yang berhak atas dividen. Jika tidak ada prosedur yang baku, maka akan
menjadi masalah pada saat dividen akan dibayar. Perlu anda ingat pemegang saham selaalu
berpindah dari hari kehari, permasalah akan terjadi pada saat tanggal pencataan dan tanggal
ex-deviden. Prosedur pembagian dividen adalah dimulai langkah – langkah seperti berikut :
a.
Tanggal deklarasi yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi diumumkan dewan
direksi.
b.
Tanggal pencatatan yaitu menunjukkan kapan buku transfer saham ditutup.
Perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu,
dan berhak atas dividen
c.
Ex-dividen yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi
menyertai saham tersebut, atau penghilangan hak atas dividen. Biasanya penghilangan
hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham.
d.
Tanggal pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirim cek
dividen kepada setiap pemegang saham.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen
Sartono (2009:292) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang sesungguhnya terjadi
dan harus dianalisis dalam kaitannya dengan kebijakandividen:
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
9
1.
Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan dana dalam perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen, seperti aliran kasperusahaan yang
diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan
piutang dan persediaan, pola pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi posisi kas perusahaan yang harus menjadi pertimbangan dalam analisa
kebijakan dividen. Dalam penelitian ini kebutuhan dana perusahaan diproksikan pada
DebtTo Equity Ratio (DER).
2.
Tingkat laba dan stabilitas dividen
Tingkat laba merupakan tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan
menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada
pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu ditempat lain) atau menggunakannya
di perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat
memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini
biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada
perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah
laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang dapat tercapai, sehingga
perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Dalam penelitian ini
laba atau profitabilitas diproksikan pada Return On Asset (ROA)
3.
Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan hal penting dalam kebijakan dividen, karena
dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar juga kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan pada Cash Position
(CASH)
4.
Tingkat Ekspansi Aktiva
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan ekspansi semakin besar aktiva yang diharapkan semakin besar hasil operasional
yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi
akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan demikian
meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin
lebih besar dari pada modal sendiri. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka
semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk berinvestasi Dalam
penelitian ini diproksikan pada Asset Growth (GROWTH).
5.
Peluang ke pasar modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan
profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk masuk kepasar
modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan kecil yang baru
atau bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal
potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari
pasar modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba
untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk
memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau
baru.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
10
Perumusan Hipotesis
H1 : Diduga Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
H2 : Diduga Return On Assets (ROA), secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
H3 : Diduga Debt To Equity Ratio (DER), secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
H4 : Diduga Assets Growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang akan menjadi Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang menerbitkan laporan kuangan tahunan yang diaudit dan
dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan pada sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, (2) Perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan laporan
keuangannya secara rutin dan mempunyai data keuangan yang lengkap dan sesuai dengan
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, (3) Perusahaan yang secara terus-menerus
membagikan dividennya kepada pemegang sahamnya pada tahun 2008 sampai dengan
2012, (4) Dividend payout ratio yang dimiliki adalah lebih kecil atau sama dengan satu, karena
untuk menghindari indikasi kebangkrutan bagi perusahaan. Perusahaan tidak memiliki laba
negativ atau menderita kerugian pada periode penelitian, (5) Perusahaan bukan merupakan
lembaga keuangan, perbankan, asuransi, maupun perusahaan pemerintah dengan alasan
untuk mengantisipasi adanya pengaruh peraturan tertentu yang bersifat khas yang dapat
mempengaruhi variabel dalam penelitian. Berdasarkan kriteria di atas yang memenuhi
sampel adalah 2 perusahaan, antara lain : PT. Multi Bintang Indonesia, Tbk dan PT. Gudang
Garam, Tbk.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Independen
a. Cash Position(X1)
Rasio yang mengukur saldo kas akhir tahun yang dihasilkan dari laba bersih setelah
pajak. Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Cash Position adalah :
CASH =
b.
Saldo Kas Akhir
Laba Bersih Setelah Pajak
Return On Asset(X2)
ROA mengidentifikasikan tingkat profitabilitas. Rasio ini mengukur pengembalian atas
tota; aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi
menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini dihitung dengan rumus.(Sartono, 2009:122). Rasio ini diukur
dengan satuan persentase (%).Rumus Return On Assets adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
11
ROA =
c.
Laba Bersih setelah pajak
Total Aktiva
Debt To Equity Ratio (X3)
Debt To Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur
seberapa jauh perusahaan dibayar oleh hutang, dimana semakin tinggi ini
menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Rasio ini dihitung dengan
rumus. (Sartono, 2009:66). Rasio ini diukur dengan satuan persentase (%).Rumus Debt to
equity ratio adalah :
DER =
d.
Total Hutang
Total Modal
Assets Growth (X4)
Assets Growth menunjukkan pertumbuhan aset, dimana aset merupakan aktiva yang
digunakan untuk aktiva operasional perusahaan. Rasio ini diukur dengan satuan
persentase (%). Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
GROWTH =
TAt – TAt-1
TAt-1
Variabel Dependen
Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan persentase jumlah pembayaran dividen tunai yang
diberikan perusahaan kepada para pemegang saham berdasarkan kebijakan yang telah
disepakati dan melalui laba bersih setelah pajak. Rasio ini diukur dengan satuan persentase
(%).Rumus Dividend Payout Ratio adalah :
DPR
Keterangan:
DPS
DPS
EPS
=
=Dividend Payout Ratio
= Dividend Per Share
=Earning Per Share
DPS
EPS
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Data Rasio Keuangan Perusahaan
Periode 2008 sampai dengan 2012 (dalam persen)
No.
1.
2.
Perusahaan
PT. Multi
Bintang
Indonesia
Tbk.
PT. Gudang
Garam Tbk
Tahun
DPR
(%)
CASH
(%)
ROA
(%)
DER
(%)
GROWTH
(%)
2008
142,17
124,5
23,6
1,73
51,4
2009
99,95
99,03
34,3
8,44
5,5
2010
0,10
46,6
39,0
1,41
14,5
2011
0,10
48,95
41,6
1,30
7,4
2012
32,30
21,9
39,4
2,49
-5,6
2008
35,81
60,3
7,8
0,55
1,2
2009
36,19
35,4
12,7
0,48
13,1
2010
40,84
30,1
13,5
0,44
12,9
2011
38,81
22,1
12,7
0,59
27,2
2012
39,52
31,6
9,8
0,56
6,2
Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah)
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa besarnya Dividend Payout Ratio (DPR), Cash
Position (CASH), Return On Assets (ROA), Debt To Equity Ratio (DER), dan Assetsgrowth
(GROWTH) perusahaan sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012 mengalami fluktuasi. Hal ini dapat diketahui pada
periode untuk masing-masing variabel.
Selama 5 tahun terakhir ini, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. menunjukkan nilai
Dividend Payout Ratio (DPR) paling tinggi pada tahun 2008 yakni sebesar 142,17%.
Sedangkan nilai Dividend Payout Ratio (DPR) yang paling rendah juga ditunjukkan oleh PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2010 dan 2011 yakni sebesar 0,10%.
Untuk nilai Cash Position (CASH) tertinggi di tunjukkan oleh PT. Multi Bintang
Indonesia Tbk. pada tahun 2008 yakni sebesar 124,5%, Sedangkan untuk nilai Cash Position
(CASH) terendah juga ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2012
yakni sebesar 21,9%.
Untuk nilai Return On Asset (ROA) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang
Indonesia Tbk. pada tahun 2011 yakni sebesar 41,6%. Sedangkan untuk nilai Return On Asset
(ROA) terendah ditunjukkan oleh PT. Gudang Garam Tbk. Pada tahun 2008 yakni sebesar
7,8%.
Untuk nilai Debt To Equity Ratio (DER) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang
Indonesia Tbk. pada tahun 2009 yakni sebesar 8,44%. Sedangkan untuk nilai Debt To Equity
Ratio (DER) terendah ditunjukkan oleh PT. Gudang Garam Tbk. Pada tahun 2010 yakni
sebesar 0,44%.
Untuk nilai Assets Growth (GROWTH) tertinggi ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang
Indonesia Tbk. pada tahun 2008 yakni sebesar 51,4%.Sedangkan untuk nilai Assets Growth
(GROWTH) terendah ditunjukkan oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. Pada tahun 2012
yakni sebesar -5,6%.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
13
Uji Asumsi Klasik
a.Uji Normalitas. Hasil uji grafik yang dilengkapi dengan uji statistik menunjukkan
nilai Asym Sig setiap variabel > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini telah terdistribusi secara normal sehingga model regresi dapat digunakan dan
memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas. Nilai Tolerance menunjukkan variabel independen memiliki
tolerance lebih dari 0,10 yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independen. dan
nilai VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF
kurang dari 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel
independen dan dapat digunakan untuk memprediksi DPR selama periode pengamatan
2008-2012.
c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola
grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot terlihat sebaran titik-titik berada diatas dan
dibawah sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga analisa regresi linier berganda dapat diteruskan.
d. Uji Autokorelasi. nilai Durbin Watson sebesar 2,277. nilai ini akan dibandingkan
dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 10 (n) dan
jumlah variabel independen 4 (k=4), maka di tabel durbin watson akan didapatkan nilai
sebesar dl = 0,376 dan du = 2,414. Oleh karena nilai 0,376 ≤ 2,277 ≤ 2,414. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau dapat disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi.
Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 2
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
t
Sig.
.901
.409
B
Std. Error
16.549
18.367
X1_CASH
.507
.379
.401
1.336
.239
X2__ROA
1.161
.624
.369
1.858
.013
X3_DER
8.772
4.916
.492
1.784
.134
X4_GROWT
H
1.127
.702
.416
1.606
.169
(Constant)
Beta
Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah)
a. Dependent Variable: Y_DPR
Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients
yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris
selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Dari tabel diatas persamaan
regresi yang didapat adalah :
DPR = 16,549 + 0,507 CASH +1,161 ROA + 8,772 DER + 1,127 GROWTH + e
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
14
Dari persamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Konstanta (a)
Konstanta bernilai 16,549, hal ini menunjukkan bahwa jika semua variabel independen
(CASH, ROA, DER, GROWTH) memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel dependen DPR
akan naik sebesar 16,549%.
2. CASH (X1) terhadap DPR (Y)
Variabel Cash Position bernilai 0,507 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan bahwa
CASH mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan
1% nilai Cash Position, maka nilai Dividend Payout Ratioakan meningkat sebesar 0,507%
dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
3. ROA (X2) terhadap DPR (Y)
Variabel Return On Assets bernilai 1,161 dan bertanda positif, hal ini menunjukkan bahwa
ROA mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap kenaikan 1%
nilai Return On Assets maka nilai Dividend Payout Ratio akan meningkat sebesar 1,161%
dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4. DER (X3) terhadap DPR (Y)
Variabel Debt To Equity Ratio bernilai 8,772 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan
bahwa DER mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap
kenaikan 1% nilai Debt To Equity Ratio maka nilai Dividend Payout Ratio akan meningkat
sebesar 8,772% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah
tetap. .Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono
(2009: 66) yaitu semakin tinggi Debt to Equity Ratio semakin berkurang kemampuan
perusahaan membayar dividen sebaliknya semakin turun semakin tinngi kemampuan
perusahaan membayar dividen. Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk
melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan pembayaran
dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan
hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar dividen selama
penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan. Hal ini
sesuai dengan teori keuangan yang menyatakan jangan lakukan hutang baru jika tidak
menghasilkan tambahan laba.
5. GROWTH (X4) terhadap DPR (Y)
Variabel Assets Growth bernilai 1,127 dan bertanda positif. hal ini menunjukkan bahwa
GROWTH mempunyai hubungan yang searah dengan DPR. Hal ini berarti setiap
kenaikan 1% nilai Assets Growth maka nilai Dividend Payout Ratio akan menaikkan sebesar
1,127% dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
Uji Hipotesis
1. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 3
Model Summaryb
Model
1
R
.922a
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
.851
.731
Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah)
a. Predictors: (Constant), X4_GROWTH, X2_ROA, X3_DER, X1_CASH
b. Dependent Variable: Y_DPR
22.46231
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
15
Melihat hasil output SPSS 16.0 tersebut diatas diketahui Adjusted R square (R2) sebesar
0,851. Dengan demikian dapat dikatakan kemampuan CASH, ROA, DER dan GROWTH
dalam menerangkan DPR sebesar 85,1% atau dengan kata lain variabel CASH, ROA, DER
dan GROWTH berpengaruh sebesar 85,1% terhadap variabel DPR, sedangkan sisanya
sebesar 14,% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian
ini.
2. Analisis Uji Kelayakan Model (Uji Simultan)
Uji Kelayakan Model (simultan) untuk menguji pengaruh variabel CASH, ROA, DER
dan GROWTH secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) dengan tingkat
kepercayaan 5%. Sedangkan uji Kelayakan Model dengan probabilitas value dapat dilihat dari
besar probabilitas value dibandingkan dengan 0,05.
Tabel 4
ANOVAb
Sum of Squares
1
Regression
Residual
Total
Df
Mean Square
F
14354.836
4
3588.709
2522.777
5
504.555
16877.613
9
Sig.
7.113
.027a
Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah)
a. Predictors: (Constant), X4_GROWTH, X2_ROA, X3_DER, X1_CASH
b. Dependent Variable: Y_DPR
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa secara simultan variabel independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan
dari nilai signifikansi (sig) sebesar 0,027. Karena nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari 0,05
maka dapat dikatakan bahwa CASH, ROA, DER dan GROWTH secara simultan
berpengaruh terhadap DPR. Sehingga hipotesis yang menyatakan CASH, ROA, DER dan
GROWTH secara simultan berpengaruh terhadap DPR dan layak digunakan untuk uji
parsial dapat diterima.
3.
Pengujian Secara Parsial
a. Analisis Pengujian Hipotesis Uji Parsial
Tabel 5
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
B
1 (Constant)
Std.
Error
16.549
18.367
.507
.379
X2_ROA
1.161
X3_DER
X4_GROWTH
X1_CASH
Standardize
d
Coefficients
Correlations
t
Sig.
Zeroorder
Beta
Partial
Part
.901
.409
.401
1.336
.239
.813
.513
.231
.624
.369
1.858
.013
.127
.639
.321
8.772
4.916
.492
1.784
.134
.457
.624
.308
1.127
.702
.416
1.606
.169
.609
.583
.278
Sumber : Output SPSS 16.0 (Laporan Keuangan perusahaan diolah)
a. Dependent Variable: Y_DPR
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
16
Dari tabeldiatas, dapat dilihat pengaruh dari masing-masing variabel CASH, ROA, DER
dan GROWTH terhadap DPR dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikansi
(probabilitas).
Hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel CASH, ROA, DER dan GROWTH
secara parsial terhadap DPR dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Uji hipotesis pengaruh CASH terhadap DPR
Hasil pengujian parsial antara variabel CASH dengan variabel DPR menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,239 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
ini berarti bahwa pengaruh CASH terhadap DPR secara parsial adalah tidak signifikan.
Sehingga kenaikan maupun penurunan CASH tidak mempengaruhi DPR. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen tidak tergantung pada
kuatnya posisi kas melainkan menggunakan asset yang tidak produktif atau laba tahun
sebelumnya dengan harapan dapat menarik investor.
2) Uji hipotesis pengaruh ROA terhadap DPR
Hasil pengujian parsial antara variabel ROA dengan variabel DPR menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,013 yang lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti bahwa pengaruh ROA terhadap DPR secara parsial adalah signifikan. Hasil positif
dalam penelitian ini sesuai dengan kenaikan maupun penurunan ROA sangatlah
mempengaruhi DPR. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen
bergantung pada kuatnya laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih
bisa memprediksi kenaikan laba yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba
yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin
tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan.
3) Uji hipotesis pengaruh DER terhadap DPR
Hasil pengujian parsial antara variabel DER dengan variabel DPR menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,134 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
ini berarti bahwa pengaruh DER terhadap DPR secara parsial adalah tidak signifikan. Hasil
menunjukkan bahwa DER bukan merupakan faktor yang menjadikan pertimbangan dalam
menentukan ada tidaknya pembagian dividen atau besarnya dividen pada perusahaan
sector industri barang konsumsi di BEI tahun 2008-2012. Hal ini dikarenakan adanya teory
signal yang berpendapat bahwaa dividen sebagai signal oleh perusahaan yang merupakan
indikasi prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Ada kecenderungan bahwa ketika
harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividend dan harga saham akan
turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Jika perusahaan merasa bahwa prospek
dimasa mendatang baik, pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat. Maka perusahaan
akan meningkatkan dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Pasar akan
merespon positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Walaupun besarnya deb to equity
ratio tinggi perusahaan bias jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada investor
agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga investor akan
tetap menanamkan investasinya.
4) Uji Hipotesis pengaruh GROWTH terhadap DPR
Hasil pengujian parsial antara variabel GROWTH dengan variabel DPR menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0,169 yang lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Hal ini berarti bahwa pengaruh GROWTH terhadap DPR secara parsial adalah tidak
signifikan dan GROWTH tinggi cenderung mempunyai DPR tinggi. Sehingga perusahaan
harus lebih memperhatikan pertumbuhan aktiva. Karena pertumbuhan disukai untuk
menginvestasikan pendapatan setelah membayar pajak dan juga mengharapkan kinerja
yang lebih baik lagi dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan. Karena
perusahaan akan membayarkan dividen jika tidak memiliki kesempatan untuk investasi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
17
yang menguntungkan. Walaupun demikian kenaikan maupun penurunan GROWTH tidak
mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap DPR.
b. Koefisien Determinasi Parsial
Tabel 6
Koefisien Korelasi dan Determinasi Parsial
Variabel
CASH
ROA
DER
GROWTH
Nilai r
0,513
0,639
0,624
0,583
r2
0,263
0,408
0,389
0,340
Dari korelasi parsial diatas maka dapat diperoleh koefisien determinasi parsial sebagai
berikut :
1) Koefisien determinasi parsial variabel CASH adalah 0,263 hal ini berarti sebesar
26,3% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel CASH terhadap DPR.
2) Koefisien determinasi parsial variabel ROA adalah 0,408 hal ini berarti sebesar 40,8%
yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel ROA terhadap DPR.
3) Koefisien determinasi parsial variabel DER adalah 0,389 hal ini berarti sebesar 38,9%
yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel DER terhadap DPR.
4) Koefisien determinasi parsial variabel GROWTH adalah 0,340 hal ini berarti sebesar
34% yang menunjukkan besarnya kontribusi variabel GROWTH terhadap DPR.
Dari hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa variabel yang mempunyai
pengaruh yang dominan dalah ROA karena mempunyai koefisien determinasi parsialnya
paling besar.Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh
semakin besar kemampuan perusahaan membayar Dividen. Hal ini menunjukkan
perusahaan selalu berusaha menigkatkan citranya dengan cara setiap peningkatan laba akan
diikuti dengan peningkatan porsi laba yang di bagi sebagai dividen dan juga dapat
mendorong peningkatan nilai saham perusahaan.
SIMPULAN DAN KETERBATASAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian kelayakan model bahwa CASH, ROA, DPR, dan GROWTH secara
simultan berpengaruh terhadap DPR, sehingga Model layak digunakan sebagai Uji
parsial.
2. Dari keempat variabel yang ada, variabel yang dominan adalah variabel ROA. Variabel
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR pada perusahaan sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil positif dalam penelitian
ini sesuai dengan kenaikan maupun penurunan ROA sangatlah mempengaruhi DPR.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen bergantung pada
kuatnya laba yang diperoleh perusahaan. Sehingga perusahaan harus lebih bisa
memprediksi kenaikan laba yang diperoleh perusahaan, Karena dengan stabilitas laba
yang diperoleh dan pembayaran dividen yang stabil akan membuat investor semakin
tertarik dengan menginvestasikan dananya untuk perusahaan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
18
3. Sedangkan Variabel CASH, DER, dan GROWTH berpengaruh tetapi tidak signifikan.
a. Variabel CASH berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Sehingga kenaikan maupun penurunan CASH tidak mempengaruhi DPR. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan dalam membagikan dividen tidak tergantung pada
kuatnya posisi kas melainkan menggunakan asset yang tidak produktif atau laba
tahun sebelumnya dengan harapan dapat menarik investor.
b. Variabel DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil positif pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar hutang
perusahaan semakin kecil jumlah pembayaran dividen yang diberikan perusahaan
kepada investor. Jika perusahaan merasa bahwa prospek dimasa mendatang baik,
pendapatan, aliran kas diharapkan meningkat. Maka perusahaan akan meningkatkan
dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang saham. Pasar akan merespon
positif pengumuman kenaikan dividen tersebut. Walaupun besarnya deb to equity
ratio tinggi perusahaan bisa jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada
investor agar perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga
investor akan tetap menanamkan investasinya.
c. Variabel GROWTH berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
GROWTH tinggi cenderung mempunyai DPR tinggi. Sehingga perusahaan harus
lebih memperhatikan pertumbuhan aktiva. Karena pertumbuhan disukai untuk
menginvestasikan pendapatan setelah membayar pajak dan juga mengharapkan
kinerja yang lebih baik lagi dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan.
Karena perusahaan akan membayarkan dividen jika tidak memiliki kesempatan
untuk investasi yang menguntungkan.
KETERBATASAN
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dalam hal penjelasan dikarenakan adanya
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Maka, penelitian hanya menganalisa data laporan
keuangan yang lengkap dan objek penelitian yang digunakan adalah Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi. Perusahaan yang membagikan dividen selama 5 tahun berturutturut hanya ada 2 perusahaan yakni PT Multi Bintang Indonesia Tbk dan PT Gudang Garam
Tbk, dengan periode pengamatan 2008-2012.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta.
Brealey, R.A. Stewart, C.M. Allen, J.M. 2007. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan.
Alih bahasa: Yelvi Ansdri Saimur. Editor: H. Wibi Hardani, Adi Maulana. Erlangga.
Jakarta.
Brigham, E.F. dan F.H. Joel. 2010. Manajemen Keuangan. Buku 1. Edisi Kedelapan. Terjemahan
Dodo Suhartono dan Herman Wibowo. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Hanafi, M.M. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Edisi kesatu. BPFE. Yogyakarta.
Husnan, S. dan E. Pudjiastuti. 2008. Dasar – dasar Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan
Buku1. Edisi Kelima. BPFE. Yogyakarta.
Irawati, S. 2006. Manajemen Keuangan. Cetakan Kesatu. Pustaka. Bandung.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 4 (2014)
19
Kamaludin. 2011.Manajemen Keuangan “Konsep Dasar Dan Penerapannya’. Mandar maju.
Bandung.
Martono, dan Harjito, 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Kesepuluh. BPFE. Yogyakarta.
Riyanto, B. 2011. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta.
Sartono, A. 2009. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, Cetakan Pertama,
BPFE Fakultas Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Sudana, I.M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Suhartono, dan F. Qudsi. 2009. Portofolio Investasi dan Bursa Efek : Pendekatan Teori dan Praktik.
Edisi Petama, Cetakan Pertama. Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
●●●
Download